blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/.../files/2012/05/laporan-pestisida2.docx · web viewpestisida ini...
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman
Materi : Pestisida
Oleh :
Novita Inka Sari W ( 115040201111019 )
Asisten : Amalia Hakiki
Kelompok : Senin, jam 11.00
Kelas : F
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman yang modern ini, teknologi sudah semakin canggih, tidak hanya
dalam bidang pendidikan, social, budaya yang menggunakan teknologi, melainkan
pada bidang pertanian pun menggunakan teknologi,yaitu dengan pestisida.
Cara pengendalian organisme pengganggu tanaman ada beberapa cara
pengendalian,antara lain pengendalian hayati, pengendalian fisik, pengendalian
biotic, pengendalian dengan hormone ecdison, dan yang terakhir adalah
pengendalian dengan menggunakan pestisida, baik yang sintetik maupun yang
alamiah.
1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat memahami pengertian pestisida, formulasi, macam-macam,
cara kerja dan sasaran penggunaannya
Mahasiswa mampu menganalisa jenis pestisida berdasarkan brosurnya
Mahasiswa paham kelebihan dan kekurangan penggunaan pestisida sintetik
dan nabati
Mahasiswa mengetahui dan memahami cara penggunaan pestisida
Mahasiswa dapat memahami efektifitas pestisida
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian pestisida
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. (Ghadia,2011)
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang
mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman. (Ghadia,2011)
Pesticides are substances or mixture of substances intended for preventing,
destroying, repelling or mitigating any pest. “Pestisida adalah zat atau
campuran zat yang dimaksudkan untuk mencegah, menghancurkan,
memukul mundur atau mengurangi hama apapun ”. ( Harris,2011)
2.2 Sasaran penggunaan pestisida
1. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti
tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk
membunuh tungau atau kutu.
2. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut,
berfungsi untuk membunuh alge.
3. Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya
sebagai pembunuh atau penolak burung.
4. Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron,
berfungsi untuk membunuh bakteri.
5. Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang
artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat
bersifat fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan
pertumbuhan cendawan).
6. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun,
berfungsi untuk membunuh gulma.
7. Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan
segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.
8. Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung tipis
atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput.
9. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema
berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda.
10. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk
merusak telur.
11. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi
untuk membunuh kutu atau tuma.
12. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk
membunuh ikan.
13. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi
untuk membunuh binatang pengerat.
14. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang
kayu berfungsi untuk membunuh rayap. (Suprapti,2011)
2.3 Kelebihan dan kekurangan pestisida kimia
Kelebihan
o Mudah di dapatkan di berbagai tempat
o Zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida
o Kemasan lebih praktis
o Bersifat tahan lama untuk disimpan
o Daya racunnya tinggi ( langsung mematikan bagi serangga
Kekurangan
o Hama menjadi kebal (resisten)
o Peledakan hama baru (resurjensi)
o Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen
o Terbunuhnya musuh alami
o Pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia
o Tidak ramah lingkungan
o Harganya mahal
o Matinya musuh alami hama tanaman
o Matinya organisme yang berguna (Anonymousa,2011)
2.4 Kelebihan dan kekurangan pestisida nabati
Kekurangan
o Kelebihan musuh alami dapat menimbulkan kerusakan lingkungan
yang baru
o Dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem
Kelebihan
o Merupakan pengendalian hama yang ramah lingkungan
o Tidak mengeluarkan biaya yang besar
o Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam tanah
maupun pada aliran air alami.
o Tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman
(Anonymousb , 2011)
2.5 Formulasi pestisida
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida dalam
bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat
diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi nama.
Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang
nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble
concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan tersebut
tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka
tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi
pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta
bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa
cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
(Ghadia,2011)
a. Pekatan yang diemulsikan
Formulasi pekatan yang dapat diemulsikan atau Emulsifiable Concentrate
(yang lazim disingkat EC) merupakan formulasi dalam bentuk cair yang dibuat
dengan melarutkan bahan aktif dalam pelarut tertentu dan ditambah surfaktan atau
bahan pengemulsi. Formulasi untuk penyemprotan penggunaan perlu diencerkan
dengan air, sehingga formulasi ini akan segera menyebar dan membentuk emulsi
serta memerlukan sedikit pengadukkan.
Pestisida yang termasuk formulasi pekatan yang dapat diemulsikan
mempunyai kode EC di belakang nama dagangnya.
b. Pekatan yang larut dalam air
Formulasi yang larut dalam air atau Water Soluble Concentrate (SL)
merupakan formulasi cair yang terdiri dari bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut
tertentu yang dapat bercampur baik dengan air. Formulasi ini sebelum digunakan
terlebih dahulu diencerkan dengan air kemudian disemprotkan. Pestisida yang
termasuk formulasi ini mempunyai kode SL di belakang nama dagangnya.
c. Pekatan Dalam Air
Formulasi pekatan dalam air atau Aqueous Concentrate (AC) merupakan
pekatan pestisida yang dilarutkan dalam air. Biasanya pestisida yang diformulasikan
sebagai pekatan dalam air adalah bentuk garam dari herbisida asam yang mempunyai
kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode
AC di belakang nama dagangnya.
d. Larutan Dalam Minyak
Pekatan dalam minyak atau Oil Miscible Concentrate (OL) adalah formulasi
cair yang mengandung bahan aktif dalam konsentrasi tinggi yang dilarutkan dalam
pelarut hidrokarbon aromatic seperti xilin atau nafta. Formulasi ini biasanya
digunakan setelah diencerkan dalam hidro karbon yang lebih murah seperti solar
kemudian disemprotkan atau dikabutkan (Fogging). Pestisida yang termasuk
formulasi ini mempunyai kode OL di belakang nama dagangnya.
e. Aerosol
Formulasi pestisida aerosol adalah formulasi cair yang mengandung bahan
aktif yang dilarutkan dalam pelarut organik. Ke dalam larutan ini ditambahkan gas
yang bertekanan dan kemudian dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi kemasan
yang siap pakai dan dibuat dalam konsentrasi yang rendah. Pestisida yang termasuk
formulasi ini mempunyai kode A di belakang nama dagangnya.
f. Gas yang dicairkan atau Liquefied Gases
Formulasi ini adalah formulasi pestisida bahan aktif dalam bentuk gas yang
dipampatkan pada tekanan dalam suatu kemasan. Formulasi pestisida ini digunakan
dengan cara fumigasi ke dalam ruangan atau tumpukan bahan makanan atau
penyuntikan ke dalam tanah. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode
LG di belakang nama dagangnya.
2. Formulasi Padat
a. Tepung yang dapat disuspensikan/ dilarutkan
Formulasi tepung yang dapat disuspensikan atau Wettable Powder (WP) atau
disebut juga Dispersible Powder (DP) adalah formulasi yang berbentuk tepung kering
yang halus, sebagai bahan pembawa inert (misalnya : tepung tanah liat), yang apabila
dicampur dengan air akan membentuk suspensi, dan ditambah dengan bahan aktif
atau pestisida. Ke dalam formulasi ini juga ditambahkan surfaktan sebagai bahan
pembasah atau penyebar. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode WP
di belakang nama dagangnya.
b. Tepung yang dapat dilarutkan
Formulasi yang dapat dilarutkan atau Soluble Powder (SP) sama dengan
formulasi tepung yang dapat disuspensikan, tapi bahan aktif pestisida maupun bahan
pembawa dan bahan lainnya. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode
SP di belakang nama dagangnya. (Suprapti,2011)
c. Butiran (granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai
insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi
tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan
aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat.
Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80
mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain.
Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G
atau WDG (water dispersible granule). (Ghadia,2011)
d. Pekatan Debu
Pekatan debu atau Dust Concentrate (DC) adalah tepung kering yang mudah
lepas dengan ukuran dari 75 micron, yang mengandung bahan aktif dalam konsentrasi
yang relatif tinggi, berkisar antara 25 %-75 %. Pestisida yang termasuk formulasi ini
mempunyai kode DC di belakang nama dagangnya. (Suprapti,2011)
e. Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan
zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini
kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja
apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
(Ghadia,2011)
f. Umpan
Formulasi umpan atau Block Bait (BB) adalah campuran bahan aktif pestisida
dengan bahan penambah yang inert. Formulasi ini biasanya berbentuk bubuk, pasta
atau butiran. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode BB di belakang
nama dagangnya.
g. Tablet
Formulasi ini ada 2 macam, bentuk yang pertama tablet yang terkena udara
akan menguap menjadi fumigant. Bentuk ini akan digunakan untuk fumigasi di
gudang atau perpustakaan. Pestisida dalam formulasi ini mempunyai kode TB
(Tablet) di belakang nama dagangnya. Bentuk kedua adalah tablet yang merupakan
umpan racun perut untuk membunuh hama (kecoa).
3. Padatan Lingkar
Formulasi padatan lingkar adalah campuran bahan aktif pestisida dengan
serbuk gergaji kayu dan perekat yang dibentuk menjadi padatan yang melingkar.
Formulasi ini mempunyai kode MC di belakang nama dagangnya. (Suprapti,2011)
4. Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif
dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk
mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum
singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
5. Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO
(solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen,
karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra low
volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada
tanaman kapas.
6. Fumigansia (fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap
yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan.
Fumigan adalah pestisida yang mudah menguap; jenis fumigan tertentu dalam
kondisi normal sudah berbentuk gas. Penggunaan fumigan dapat dikatakan hampir
tidak meninggalkan residu, kecuali pestisida tertentu yang dapat terserap oleh bahan
tertentu yang diaplikasi. Fumigan efektif untuk pengendalian OPT yang tersembunyi.
Fumigan akan mudah menguap dan hilang di tempat terbuka. Oleh karena itu
fumigan tidak digunakan di lahan pertanian; tetapi diaplikasikan hanya di ruang
tertutup dan umumnya untuk produk pasca panen. Kekurangan dari fumigan adalah
cara aplikasinya yang memerlukan peralatan dan keahlian khusus; sehingga tidak
setiap orang mampu melakukannya, tetapi hanya aplikator profesional atau
bersertifikat yang diizinkan untuk menggunakannya. (Ghadia,2011)
Ada bermacam-macam ukuran partikel:
Macrogranules : >300 µm
Microgranules : 100-300 µm
Coarse dusts : 44-100 µm
Fine dusts : < 44 µm
Smoke : 0,001-0,1 µm (Anonymousc, 2011)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan (fungsi)
Alat
a. Cawan petri : untuk mengamati bahan yang diuji coba
b. Aqua gelas : untuk meracik pestisida
Bahan
a. Aphis craccivora, Myzus parsicae, Rophalosium maydis
b. Bagian tanaman yang diserang kelompok Aphididae
c. Insektisida : untuk mengendalikan Aphididae
3.2 Cara Kerja
↓
↓
↓
↓
↓
Siapkan alat (cawan petri & aqua gelas) dan bahan (Aphis craccivora, tanaman, insektisida)
Semprotkan insektisida pada daun
Masukkan daun ke dalam cawan petri
Masukkan Aphis craccivora ke cawan petri
Tutup cawan petri (diamkan selama 15 menit)
Amati (catat hasil pengamatan berapa serangga yang mati)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil analisa brosur
Nama Dagang : Betafog 15 EC
Bahan aktif : Pyrethroid
Sasaran : Insektisida
Cara Kerja : Kontak
Formulasi : 15 EC
( Anonymousd, 2011)
4.2 Hasil pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan, setelah 15 menit Aphis craccivora di diamkan
di dalam cawan petri yang berisi daun yang telah disemprotkan insektisida, Aphis
tersebut mati. Dan jumlah Aphis craccivora yang mati ada 3, dan insektisida yang
digunakan adalah Arrivo 30EC dengan cara kerja kontak dan lambung.
4.3 Pembahasan dan perbandingan literature
Berdasarakan hasil pengamatan dan perbandingan literature, Aphis craccivora
dapat dikendaliakan, yaitu dengan pencegahan sementara adalah dengan cara
mencabut tanaman yang terserang, karena sampai saat ini belum ada anjuran
pengendalian virus secara tuntas, dan penyemprotan insektisida yang efektif untuk
mengendalikan vektir kutu daun ( Aphis craccivora Koch.) misalnya dengan
Hostathion 40EC pada konsentrasi 0,1% - 0,2%. (Rukmana, 1995)
Selain itu, penyemprotan insektisida pada daun juga tidak dianjurkan kecuali
kerusakan sudah membahayakan tanaman, karena sabagian besar insektisida
pembunuh Aphis bersifat sistemik dan menimbulkan fitotoksin. Insektisida yang
dapat digunakan antara lain Decis berdosis 0,25 – 0,5 ml/liter, Confidor 0,25 ml/liter
dengan interval perlakuan 7-10 hari sekali dan harus dihentikan jika tingkat serangan
sudah menurun. Bagaimanapun juga, penggunaan media steril adalah cara paling
aman untuk mencegah serangan hama ini. (Lingga, 2007)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa cara pengendalian
hama Aphididae adalah dengan cara pencegahan dan penyemprotan insektisida bila
tingkat serangan sudah membahayakan. Selain itu, cara yang paling aman untuk
pencegahan serangan hama Aphididae adalah dengan menggunakan media steril.
5.2 Saran untuk penggunaang pestisida
Untuk pengendalian hama Aphididae ada beberapa saran insektisida yang dapat
digunakan,antara lain : Decis berdosis 0,25 – 0,5 ml/liter, Confidor 0,25 ml/liter,
Arrivo 30EC, Hostathion 40EC pada konsentrasi 0,1% - 0,2%
Daftar Pustaka
Anonymousa. 2011. Pestisida Kimia Vs Alami.
http://www.hdrfarm.com/?p=243 Di akses 1 Desember 2011
Anonymousb. 2011. Pestisida Kimia Vs Alami.
http://www.hdrfarm.com/?p=243 Di akses 1 Desember 2011
Anonymousc. 2011. Kimia Pestisida. http://biotis.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=82:apa-itu pastisida&catid=14:berita Di akses 27 November 2011
Anonymousd. 2011. Betafog 15EC. http://www.google.com Di akses 27
November 2011
Ghadia, Mubqi. 2011. http://dr-plant.blogspot.com/2011/02/pengaturan-cara
aplikasi-pestisida.html Di akses 29 November 2011
Harris, Brandon. 2011. Pesticide. http://en.wikipedia.org/wiki/Pesticide Di akses 4 Desember 2011
Lingga, Lanny. 2007. Philodendron. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Rukmana, Rahmat, Ir. H. 1995. Bertanam Kacang Panjang. Kanisius : Yogyakarta
Suprapti. 2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. http://www.google.com Di akses 1 Desember 2011