bj-ku

26
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sekarang ini ahli farmasi dituntut untuk pengetahuannya dalam bidang farmakologi, kimia organic, biokimia dan pengetahuan ilmiah mengenai sifat-sifat fisika dan kimia dari produk obat baru yang dibuat dan diencerkan. Pengetahuan kelarutan untuk ahli farmasi sangat penting sebab dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian. Salah satu sifat fisika obat yang mempengaruhi bioavaibilitas dari sediaan farmasi adalah bobot jenis dan rapat jenis, dimana bobot jenis suatu zat berbeda dengan bobot jenis zat yang lainnya. Kelarutan suatu senyawa tergantung pada sieat eisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga tergantung pada faktor temperatur, tekanan, ph larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, tergantung pada hal terbaginya zat-zat terlarut

Upload: anwar-ld

Post on 15-Dec-2014

59 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

BJ-KU

TRANSCRIPT

Page 1: BJ-KU

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sekarang ini ahli farmasi dituntut untuk pengetahuannya dalam bidang

farmakologi, kimia organic, biokimia dan pengetahuan ilmiah mengenai

sifat-sifat fisika dan kimia dari produk obat baru yang dibuat dan

diencerkan.

Pengetahuan kelarutan untuk ahli farmasi sangat penting sebab dapat

membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau

kombinasi obat, dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian.

Salah satu sifat fisika obat yang mempengaruhi bioavaibilitas dari

sediaan farmasi adalah bobot jenis dan rapat jenis, dimana bobot jenis suatu

zat berbeda dengan bobot jenis zat yang lainnya. Kelarutan suatu senyawa

tergantung pada sieat eisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga

tergantung pada faktor temperatur, tekanan, ph larutan dan untuk jumlah

yang lebih kecil, tergantung pada hal terbaginya zat-zat terlarut

Bobot jenis merupakan besaran yang menyatakan perbandingan antara

massa (g) dengan volume (ml), jadi satuan bobot jenis adalah g/ml.

Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis sampel

dengan bobot jenis air suling, jadi rapat jenis tidak memiliki satuan.

Dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka kita dapat melakukan

pemeriksaan identitas, konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif. Di

samping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan

mempermudah dalam memformulasi obat juga dapat menentukan apakah

suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Dengan

mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis maka

dilakukanlah percobaan ini.

Page 2: BJ-KU

I.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah menentukan bobot

jenis beberapa cairan dan menentukan kerapatan beberapa padatan.

I.3. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara

menentukan bobot jenis suatu cairan dan kerapatan suatu padatan.

I.4. Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan ini adalah kita dapat menentukan

bobot jenis atau kerapatan suatu obat sehingga dapat menghasilkan obat

yang baik kelarutanya dalam tubuh agar dapat diabsorpsi dengan baik.

Page 3: BJ-KU

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Dasar Teori

Bobot jenis adalah konstanta atau ketetapan bahan yang tergantung

pada suhu yang padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Rapat jenis

adalah perbandingan antara bobot zat berbanding dengan volum zat pada

suhu tertentu. Untuk bidang farmasi biasanya 25o C (Ansel, 2004,).

Berbeda dengan kerapatan bobot jenis adalah bilangan murni atau

tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan

rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering

didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap jumlah

volume air pada suhu 4oC atau temperatur lain yang etlah ditentukan

(Gibson, 2004).

Seperti titk lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias),

kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat

digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif,

senyawa bantu dan sediaan farmasi (Ansal, 2004)

Cara pengukuran bobot jenis ada beberapa cara antara lain

(Lachman, 1986) :

1. Piknometer (biasanya terbuat dari kaca bentuk erlenmeyer kecil dengan

kapasitas antara 10 ml sampai 50 ml).

2. Hidrometer berupa pipa kaca yang ujungnya tertutup dan bagian

bawahnya tertutup dan diberi pemberat pada bagian bawah. Bila lat ini

dicelupkan dalam cairan yang akan diperiksa maka angka menunjukkan

bobot jenisnya.

3. Mohr-Westphal Balane. Alat ini hampir sama dengan neraca lengan kiri

berisi tabung kaca dengan pemnberatnya (sehingga bila dicelupkan

Page 4: BJ-KU

dalam cairan yang akan diperiksa akan tenggelam). Selanjutnya lengan

sebelah kanan berisi pemberat yang dapat ditambahkan dan dapat

dikurangi. Jumlah pemberat yang berada dalam keadaan kesetimbangan

dengan gaya tolak cairan menunjukkan bobot cairan yang dipindahkan

sejumlah volume tabung tersebut. Prinsip penentuan ini sebenarnya

berdasar prinsip hukum Archimedes. Bila benda dicelupkaqn dalam air

maka benda tersebut akan mendapat perlawanan (gaya ke atas) sebesar

jumlah air yang dipindahkan.

Kecuali dinyatakan lain masing-masing monografi, penetapan bobot

jenis digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan

pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25o C terhadap bobot air

dengan volum dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dengan monografi,

bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah

ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila

pada suhu 25o C zat tersebut berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada

suhu yang ada atau tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu

pada air dengahn suhu 25o C (http.www.chemetry, 2010).

Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan

sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap jumlah volume air pada

suhu 4oC atau temperatur lain yang etlah ditentukan, (Lachman, 1986).

Seperti titk lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias), kerapatan

relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk

pemeriksaan konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif, senyawa bantu dan

sediaan farmasi (Ansel, 2004).

Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat disbanding

dengan volume zat pada suhu tetentu (Biasanya 25oC). Sedangkan rapat

jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air

pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o/25o, 25o/4o, 4o/4o).

Untuk bidang farmasi, biasanya 25o/25o (Sutoyo, 1993).

Page 5: BJ-KU

Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume yang

sama ditimbang di udara pada suhu yang sama . Menurut defenisi, rapat jenis

adalah perbandingan yang dinyatakan dalam decimal, dari berat suatu zat

terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai

temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air digunakan

untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam

farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan

air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena

mudah didapat dan mudah dimurnikan (Roth, Herman J, 1994).

Pada 4oC, kepadatan air adalah 1 g dalam satu centimeter kubik. Karena

USP menetapkan 1 ml dapat dianggap equivalent dengan 1 cc, dalam farmasi,

berat 1 g air dianggap 1 ml. Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan

tergantung pasa suhu untuk tubuh padat, cair dan bentuk gas yang homogen.

Didefenisikan sebagai hubungan dari massa (m) suatu bahan terhadap volume

(v). Angka bobot jenis menggambarkan suatu angka hubngan tanpa dimensi,

yang ditarik dari bobot jenis air pada 4oC ( = 1,000 graml-1 ). Bobot jenis

relative dari farmakope-farmakope adalah ebaliknya suatu besaran ditarik

dari bobot dan menggambarkan hubungan berat dengan bagian volume yang

sama dari zat yang diteliti dengan air, keduanya diukur dalam udara dan pada

200C.

Penentuan bobot jenis berlangsung dengan piknometer, Areometer,

timbangan hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometris .

Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu

menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann,

beraca Mohr Westphal.

Metode Piknometer . Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa

cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer

dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan

piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC).

Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu

Page 6: BJ-KU

dengan bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang

30 ml. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (6).

Neraca Mohr Westphal dipakai untuk mengukur bobot jenis zat cair. Terdiri

atas tua dengan 10 buah lekuk untuk menggantungkan anting, pada ujung lekuk

yang ke 10 tergantung sebuah benda celup C terbuat dari gelas (kaca) pejal (tidak

berongga), ada yang dalam benda celup dilengkapi dengan sebuah thermometer

kecil untuk mengetahui susu cairan yang diukur massa jenisnya, neraca seimbang

jika ujum jarum D tepat pada jarum T (5).

II.2. Uraian Bahan

1. Air suling

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air Suling

RM / BM : H2O / 18,02

Bobot jenis : 1 g/ml

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa,

Kelarutan : Dapat bercampur dengan alkohol

Penyimpanan : dalam wadah tertutp rapat

Kegunaan : Sebagai pembanding

2. Asam sitrat (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : ASAM STEARICUM

Nama Lain : Asam sitrat

RM / BM : C6H8O7 / 192,03

Bobot jenis : 1 g/ml

Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk putih.

Bau asam kuat

Kelarutan : Larut dalam Air dan alcohol 95%

Penyimpanan : dalam wadah tertutp rapat

Kegunaan : Sebagai sampel

3. Gliserin (Ditjen POM, 1979)

Page 7: BJ-KU

Nama Resmi : GLYCEROLUM

Nama Lain : gliserin

RM / BM : C3H8O3 / 92,10

Bobot jenis : Tidak lebih 2 g/ml

Pemerian : Cairan seperti sirop. Cairan jernih, tidak

berwarna dan berbau, mansis diikuti rasa hangat.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan alcohol

95%

Penyimpanan : dalam wadah tertutp rapat

Kegunaan : Sebagai sampel

4. Minyak Kelapa (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : OLEUM COCOS

Nama Lain : Minyak kelapa

Bobot jenis : 0,8 g/ml

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas

dan tidak tengik.

Kelarutan : Sangat mudah olarut dalam kloroform P

dan eter P

Penyimpanan : dalam wadah tertutp baik, terlindung dari

cahaya, ditempat sejuk.

Kegunaan : Sebagai sampel

5. Parifin (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama Lain : Parafin Cair

Bobot jenis : 0,87 g/ml

Pemerian : Cairan kental, transparan, hamper tidak

berbau, hamper tidak mempunyai masa.

Kelarutan : Sangat mudah olarut dalam kloroform P

dan eter P

Penyimpanan : dalam wadah tertutp baik, terlindung dari

cahaya, ditempat sejuk

Page 8: BJ-KU

Kegunaan : Sebagai sampel

II.3. Langkah Percobaan

A. Bobot jenis menggunakan piknometer

1. Bersihkan piknometer hingga tidak meninggalkan bekas tetesan air

dengan cara setelah dibersihkan dengan aquadest bilas dengan

pelarut aseton atau alkohol pekat.

2. Piknometer panaskan pada suhu 1000C selama 1 jam, kemudian

masukkan ke dalam eksikator sampai dingin. Timbang dalam neraca

analitik (bobot a gram)

3. Isikan air suling yang akan diukur ke dalam piknometer hingga

penuh

4. Seluruh piknometer dengan isinya didinginkan dalam es hingga suhu

air dalam piknometer mencapai 250C menggunakan termometer

5. Setelah suhu mencapai tepat 250C segera ditutup dan lap dengan kain

bersih. Biarkan pada suhu kamar dan ditimbang secara teliti

menggunakan neraca analitik (bobot b gram).

Hitung bobot jenis (b-a) gram/volume ml =………… g/ml

Page 9: BJ-KU

BAB III

PROSEDUR KERJA

III.1. Alat Dan Bahan

III.1.1. Alat-alat yang digunakan

1. Botol semprot

2. Gelas ukur 500 ml

3. Piknometer 50 ml

4. Pipet tetes

5. Timbangan analitik

III.1.2. Bahan-bahan yang digunakan

1. Air suling

2. Asam sitrat

3. Paraffin cair

4. Gliserin

5. Minyak kelapa

III.2. Langkah Percobaan

A. Pengukuran Bobot Jenis dengan Piknometer

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Piknometer dibersihkan dengan air suling, kemudian dibilas

dengan alkohol

3. Piknometer dikeringkan dalam oven pada suhu 1000C selama 60

Page 10: BJ-KU

menit, lalu didinginkan pada suhu kamar

4. Dikeluarkan piknometer setelah pengeringan selama 1 jam,

kemudian ditimbang bobotnya dalam keadaan kosong pada

timbangan analitik, hasilnya dicatat. Penimbangan dilakukan 3

kali.

5. Dimasukkan dalam baskom berisi es/air dingin piknometer kosong

tadi, sampai mencapai 250C dan ditimbang dengan timbangan

analitik (secara triplo) dan dicatat hasilnya.

6. Aquadest dikeluarkan dari piknometer lalu dibilas dengan alkohol

70% lalu dikeringkan

7. Diisikan piknometer kosong dengan sampel lain yaitu minyak

tanah dan bensin dengan volume sesuai yang tertera pada

piknometer (perlakuan dilakukan secara triplo) dengan prosedur

yang sama.

8. Dihitung bobot jenis masing-masing sampel termasuk aquadest,

dengan cara menghitung selish dari penimbangan piknometer

berisi sampel dengan piknometer kosong

Page 11: BJ-KU

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1. Hasil Dan Perhitungan

a. Hasil pengamatan

Kerapatan bulk

Bobot zat (g)

Volume bulk(ml)

Kerapatan bulk (g/ml)

2 gram

3,2ml

0,625g/ml

Perhitungan :

Kerapatan bulk = bobot zat

v.bulk

= 2 g

3,2 ml

= 0,625 g/ml.

b. Kerapatan mampat

Bobot zat (g)

Volume mampat(ml)

Kerapatan mampat (g/ml)

2 gram

2ml

1 g/ml

Perhitungan :

Kerapatan mampat = bobot zat

v.mampat

Page 12: BJ-KU

= 2 g

2 ml

= 1 g/ml.

c. Kerapatan sejati

Bobot pikno kosong (g)

Bobot pikno +zatcair (g)

Bobot pikno +zat padat (g)

Bobot pikno zat padat+cair(g/ml)

26 gram

67 gram

30 gram

69 gram

Perhitungan :

Ρ padatan = (M3-M1)

(M2-M1)- (M4-M3)

= (30-26)

(67-26)-(69-30)

= 4

41 – 39

= 2 gram.

d. Kerapatan sejati

Bobot pikno kosong (g)

Bobot pikno + air (g)

Bobot pikno +zat cair (g)

Bobot jenis zat cair(g/ml)

26 g

75 g

Paraffin 68 g

gliserin 89 g

minyak kelapa 71 g

Paraffin = W3 - W1

W2 - W1

Page 13: BJ-KU

= 68-26

75-26

= 0,857 g/ml

Minyak = W3 - W1

W2 - W1

= 71-26

75-26

= 0,918g/ml

Gliserin = W3 - W1

W2 - W1

= 86-26

75-26

= 1,285 g/ml

V. 2. PEMBAHASAN

Bobot jenis adalah perbandingan antara bobot suatu zat sebanding

dengan volume zat tersebut pada suhu tertentu (25o C). Sedangkan rapat jenis

adalah perabndingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis zat

pembanding pada suhu tertentu.

Dalam percobaan ini akan dilakukan penentuan bobot jenis dan rapat

jenis dari sampel cairan dengan menggunakan piknometer. Dimana dari hasil

pengukuran alat tersebut akan dibandingkan hasil yang diperoleh dengan yang

ada pada literature.

Piknometer merupakan alat yang terbuat dari kaca dengan berbentuk

Erlenmeyer kecil dsengan volume hingga 80 ml. Alat ini sering digunkan untuk

penentuan bobot jenis karena prinsip kerjanya cukup mudah dan sederhana.

Sebelum memulai percobaan, terlebih dahulu piknometer dibersihkan

dengan menggunakan air suling, kemudian dibilas dengan alkohol untuk

mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Selain itu karena sifat

alkohol yang mudah menguap, dan dapat melarutkan lemak yang masih

Page 14: BJ-KU

tertinggal pada dinding pikno. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa

dari permbersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada

dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil

penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai

bobot jenis sampel. Pemakaian alkohol sebagai pembilas memiliki sifat-sifat

yang baik seperti mudah mengalir, mudah menguap dan bersifat antiseptikum.

Jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di

luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri.

Dari hasil penimbangan ini dapat dicari bobot jenis sampel nantinya,

yakni dengan menimbang piknometer berisi sampel terlebih dahulu, kemudian

bobot jenis diperoleh dengan memperkurangkannya dengan berat piknometer

kosong tadi.

Setelah ditimbang kosong, piknometer lalu diisikan dengan aquadest,

sebagai pembanding kemudian dengan sampel yang lain (paraffin, minyak

kelapa, dan gliserin). Pengisian dari masing-masing sampel ke dalam

piknometer harus dilakukan dengan hati-hati karena pemasukannya melalui

mulut piknometer yang tidak lebar. Pengisiannya pun harus pelan-pelan, yakni

diisikan melalui bagian dinding dalam dari piknometer. Hal ini dilakukan untuk

mencegah terjadinya gelembung udara di dalam piknometer yang ditimbulkan

dari pengisian sampel ke dalam piknometer yang salah prosedurnya. Dengan

adanya gelembung udara di dalam piknometer, dapat mempengaruhi

penimbangan nantinya.

Pada proses pemindahan piknometer, diusahakan piknometer tidak

bersentuhan dengan tangan untuk menghindari menempelnya lemak yang

mungkin terdapat di tangan yang nantinya akan mengganggu hasil

penimbangan. Jadi piknometer di pegang dengan bantuan tissue.

Sedangkan hydrometer prinsip kerjanya berdasarkan pada hokum

Archimedes tentang gaya apung, bahwa apabila suatu benda dimasukkan dalam

zat cair, maka benda tersebut akan mendapat gaya ke atas sebesar jumlah zat

cair yang dipindahkan. Pada metode ini mempunyai keuntungan yaitu

Page 15: BJ-KU

penggunaan alat pada saat pengukuran lebih praktis yaitu tinggal dicelupkan ke

dalam larutan uji, sedangkan kerugiannya yaitu larutan uji yang digunakan

sangat banyak yaitu 500 ml sampai 1000 ml.

Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan

piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu

berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan

tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan

literatur. Disamping itu penentuan bobot jenis dengan menggunakan

piknometer memerlukan waktu yang lama.

Perbedaaan percobaan Bj /Rj ini dengan viskositas yaitu percobaan ini

bertujuan untuk menentukan bobot jenis dan rapat jenis yang dihitung untuk

mengetahui koefisien viskositanya. Akan tetapi bila dilihat dari rumus

penentuan bobot jenis, baik percobaan penentuan Bj maupun viskositas adalah

sama.

Dalam bidang farmasi, penentuan bobot jenis dapat digunakan untuk

identifikasi suatu senyawa yang tidak diketahui dan untuk menentukan

kemurnian suatu senyawa.

Page 16: BJ-KU

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. KESIMPULAN

1. Kerapatan bulk asam sitrat adalah 0,625 gr/ml

2. Kerapatan mampat asam sitrat adalah 1 gr/ml

3. Kerapatan sejati paraffin adaalah 0,857 g/ml, minyak kelapa adalah

0,7918 g/ml, dan gliserin adalah 1,285 g/ml

VI.2. SARAN

Sebaiknya digunakan sampel yang lain agar hasilnya lebih bervariasi

dan sebaiknya alat dan bahan dilengkapi agar memudahkan jalannya

praktikum

Page 17: BJ-KU

DAFTAR PUSTAKA

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press.

Effendi, M. I. 2003. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar : UNHAS.

Roth, Herman J dan Gottfried B. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta UGM Press. United States Pharmacopeaia. 1975. The United States Pharmacopeia. Rockville : Twinbrook Parkway.Ditjen POM, (1979), “Farmakope Indonesia Edisi III”, Depkes RI, Jakarta

Tim Asisten.,(2006),”Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”, Jurusan Farmasi, Universitas Hasanuddin, 34,35. Ditjen POM.,(1995),”Farmakope Indonesia “, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1031. Ansel H.C.,(1989),”Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, Terjemahan Faridah Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 625,626. Voight,R.,(1994).”Buku Pelajaran Teknologi Farmasi”, Terjemahan Dr.

Soendani Noerono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 65.

Page 18: BJ-KU

LABORATORIUM FARMASEUTIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN

BJ DAN KERAPATAN ZAT

DISUSUN OLEH ;

KELOMPOK IV

Page 19: BJ-KU

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2011