“bisa salahkah demokrasi itu?” -...

15
1 From: Chan CT Sent: Thursday, January 2, 2014 11:28 AM To: [email protected] Subject: Re: [GELORA45] Salahkah Demokrasi Kita? Menarik juga diskusi masalah “DEMOKRASI” ini, ... dari pertanyaan balik bung Iwa: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” Seandainya saja “DEMOKRASI” itu kita pandang sebagaimana arti sesungguhnya “KEKUASAAN RAKYAT”, tidak salah dikatakan “DEMOKRASI” itu hanyalah “alat”, “Senjata” untuk mencapai tujuan, maka kalau tujuan belum juga tercapai dengan gunakan “DEMOKRASI” ya jangan salahkan alatnya, bukan salah “DEMOKRASI”, tapi orang-rangnya, “KEKUASAAN” yang menggunakan alat itu. Pada saat PM Singapore, Lee Kwan Yauw memberikan ceramah di Univ. HK, menyatakan bahwa “DEMOKRASI” itu hanyalah cara mencapai tujuan dan bukan tujuan itu sendiri. Jadi, pada saat “demokrasi” akan menghambat kita mencapai TUJUAN, ya jangan gunakan “demokrasi” itu! Begitulah kira-kira pengertian yang diajukan PM Lee itu, langsung saja dia dihujat mahasiswa HK sebagai diktatur! Hehehee, ... Tapi, menurut saya benar kata PM Lee itu, bagaimanapun juga kran demokrasi itu hanya bisa dibuka lebar pada saat kesadaran masyarakat sudah memadai, setidaknya sudah ada kesadaran mayoriat massa untuk mencapai tujuan bersama, perbaikan yang akan dicapai. Pada saat massa RAKYAT belum ada kesadaran yang memadai, “DEMOKRASI” justtru akan berubah menjadi anarkis, kekacauan dan bukan saja akan menghambat bahkan gagal mencapai TUJUAN yang dikehendaki! Banyak contoh “DEMOKRASI” yang dibuka lebar di-negara-negara sedang berkembang, termasuk di Indonesia pasca lengsernya Soeharto 21 Mei 1998 dan memasuki era reformasi/demokrasi. Sekalipun Indonesia membanggakan termasuk negara yang paling DEMOKRASI dengan dilangsungkan Pemilihan langsung untuk Presiden. Dimana tingkat kesadaran Rakyat belum cukup baik dan juga tingkat kesejahteraan Rakyat banyak belum memadai, “DEMOKRASI” yang dilangsungkan jadi menghambat TUJUAN yang hendak dicapai, jalannya jadi terseog-seog, banyak orang jadi kecewa, ... bahkan merindukan masa kekuasaan otokrasi militer, jaman Soeharto dahulu.

Upload: dinhnhu

Post on 05-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

1

From: Chan CT

Sent: Thursday, January 2, 2014 11:28 AM

To: [email protected]

Subject: Re: [GELORA45] Salahkah Demokrasi Kita?

Menarik juga diskusi masalah “DEMOKRASI” ini, ... dari pertanyaan balik bung Iwa:

“Bisa salahkah Demokrasi itu?”

Seandainya saja “DEMOKRASI” itu kita pandang sebagaimana arti sesungguhnya

“KEKUASAAN RAKYAT”, tidak salah dikatakan “DEMOKRASI” itu hanyalah “alat”,

“Senjata” untuk mencapai tujuan, maka kalau tujuan belum juga tercapai dengan

gunakan “DEMOKRASI” ya jangan salahkan alatnya, bukan salah “DEMOKRASI”,

tapi orang-rangnya, “KEKUASAAN” yang menggunakan alat itu.

Pada saat PM Singapore, Lee Kwan Yauw memberikan ceramah di Univ. HK,

menyatakan bahwa “DEMOKRASI” itu hanyalah cara mencapai tujuan dan bukan

tujuan itu sendiri. Jadi, pada saat “demokrasi” akan menghambat kita mencapai

TUJUAN, ya jangan gunakan “demokrasi” itu! Begitulah kira-kira pengertian yang

diajukan PM Lee itu, langsung saja dia dihujat mahasiswa HK sebagai diktatur!

Hehehee, ... Tapi, menurut saya benar kata PM Lee itu, bagaimanapun juga kran

demokrasi itu hanya bisa dibuka lebar pada saat kesadaran masyarakat sudah

memadai, setidaknya sudah ada kesadaran mayoriat massa untuk mencapai tujuan

bersama, perbaikan yang akan dicapai. Pada saat massa RAKYAT belum ada

kesadaran yang memadai, “DEMOKRASI” justtru akan berubah menjadi anarkis,

kekacauan dan bukan saja akan menghambat bahkan gagal mencapai TUJUAN yang

dikehendaki!

Banyak contoh “DEMOKRASI” yang dibuka lebar di-negara-negara sedang

berkembang, termasuk di Indonesia pasca lengsernya Soeharto 21 Mei 1998 dan

memasuki era reformasi/demokrasi. Sekalipun Indonesia membanggakan termasuk

negara yang paling DEMOKRASI dengan dilangsungkan Pemilihan langsung untuk

Presiden. Dimana tingkat kesadaran Rakyat belum cukup baik dan juga tingkat

kesejahteraan Rakyat banyak belum memadai, “DEMOKRASI” yang dilangsungkan

jadi menghambat TUJUAN yang hendak dicapai, jalannya jadi terseog-seog, banyak

orang jadi kecewa, ... bahkan merindukan masa kekuasaan otokrasi militer, jaman

Soeharto dahulu.

Page 2: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

2

Lalu, haruskah Indonesia kembali pada kekuasaan militer yang otokrasi, diktatur

model Soeharto? TIDAK! Jangan jalan balik ke kekuasaan otoriter! Kekuasaan

RAKYAT yang baik harus diusahakan ditegakkan sebaik-baiknya, inilah jalan dan

TUJUAN yang harus ditempuh! Sekalipun sekarang dirasa jalan demokrasi

terseog-seog, ... masih tetap lebih baik ketimbang kekuasaan Soeharto. Selama

belasan tahun ini Rakyat banyak belajar bagaimana ber-DEMOKRASI yang baik,

untuk mencapai tuntutan-tuntutan perbaikan. Bagaimana menemukan dan

menentukan pilihan pimpinan yang baik, disatu saat RAKYAT akan berhasil

menentukan sesuai dengan kehendak hatinya, menegakkan KEKUASAAN RAKYAT

yang baik juga.

Salam,

ChanCT

From: Salim Said

Sent: Thursday, January 2, 2014 5:57 PM

Subject: Re: [GELORA45] Salahkah Demokrasi Kita?

Pak Chan Yth,

Pendapat Anda dalam diskusi tentang Demokrasi ini terasa dekat dengan

pendapat saya. Saya senang dengan pengertian Anda tersebut. Singkatnya yang

ingin saya katakan , pada tingkat peradaban Indonesia sekarang, sebenarnya kita

belum mampu berdemokrasi. Tapi kita tidak punya pilihan sistim lain. Indonesia

sudah mengalami sistim otoriter (Sukarno dan Soeharto) selama sekitar 40 tahun.

Keduanya berakhir dengan tragis dan berdarah-darah. Kita tentu tidak ingin

kembali ke masa lalu yang tragis itu. Maka pilihan yang ada adalah demokrasi

dalam pengertian kita mengatur sendiri diri kita tanpa pengawasan "Orang

Kuat." Juga rasanya Indonesia sekarang tidak lagi bersedia diatur orang kuat ketika

Tuhan nampaknya sudah pula menutup pabrik orang kuat buat Indonesia.

Saya berpendapat bahwa demokrasi adalah ekspressi politik dari peradaban yang

tinggi. Dan harap diingat bahwa tinggi rendahnya peradaban berkaitan erat

dengan tingkat kemakmuran suatu bangsa. (Dalam rangka inilah para ahli berbicara

mengenai perlunya klas menengah untuk menopang demokrasi).Juga harap

dibedakan antara peradaban dan kebudayaan. Suatu bangsa bisa berbudaya kurang

Page 3: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

3

canggih tapi berpradaban tinggi, dan karena itu sanggup menjajah bangsa

berkebudayaan canggih tapi berperadaban rendah.

Pada pertengahan abad 19, Karl Marx di London menjelaskan mengapa Inggris

yang kebudayaannya tidak secanggi India (ingat tari India serta makanan India yang

bahkan amat mudah ditemukan di London, persis seperti restoran Indonesia yang

mudah ditemukan di setiap sudut Holland) bisa menjajah India. Penjelasan Marx,

higher civilization always beat lower civilization. Kebudayaan India yang canggih

adalah ekspressi dari peradaban India di masa lalu (jauh sebelum dijajah

Inggris).Produk budaya bisa bertahan lama kendati peradaban yang

diekspressikannya sudah lama merosot. Ketika Inggris datang ke India, peradaban

India sudah merosot, tapi ragam seni, budaya serta berbagai makanan India masih

bertahan. Cerita yang sama juga bisa diaplikasikan kepada negeri-negeri Islam yang

peradabannya tinggi jauh sebelum kebangkitan Barat (Renaissance).Ketika Barat

bangkit dan peradaban Islam stagnan, kalau tidak malah merosot, maka dengan

mudah Barat secara berangsur menjajah negeri-negeri Islam.

Kembali kepada kasus Indonesia (dengan korupsi dan pengelolaan negara yang

masih jauh dari menggembirakan) komentar saya adalah, inilah jadinya kalau kita

berdemokrasi sementara peradaban kita belum tiba pada tingkat sanggup

mendukung demokrasi. Tapi sebagai yang sudah saya katakan sebelumnya, kita

memang tidak punya pilihan lain. Dibandingkan dengan Singapura, kota pasar itu

memang tidak sulit diatur oleh Perdana Menteri Lee. Itulah sebabnya mengapa

saran jangka pendek saya adalah perkuat KPK dan sempurnakan sistim yang selama

ini memungkinkan orang melakukan korupsi.

Tapi ini saja tidak cukup. Yang lebih kita perlukan adalah mendapatkan pemimpin

yang sadar akan dilemma kita ini dan menjadi pemimpin yang amanah dengan

agenda pembangunan ekonomi yang sadar membangun klas

menengah.Pembangunan ekonomi Orde Baru dan Orde Reformasi hingga sekarang

ini hanya makin memperlebar jurang kaya miskin dengan orang miskin yang

mayoritas dan terus beranjak makin mayoritas.

Menurut Aristoteles, negeri yang orang miskinnya banyak sementara orang

kayanya sedikit, tidak akan pernah stabil. Orang miskin tidak punya taruhan (share)

pada sistim dan karena itu mudah diajak meruntuhkan sistim yang hanya

menguntungkan sebagian kecil penduduk. Sedihnya pula, orang miskin yang

meruntuhkan sistim tidak punya konsep dan rencana membangun sistim yang lebih

baik. Di balik gerakan meruntuhkan sistim hanyalah rencana menikmati kekayaan

Page 4: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

4

yang sebelumnya hanya dinikmati sejumlah kecil orang kaya. Kalau tidak salah ingat

pada bacaan saya tatkala masih jadi mahasiswa, keadaan seperti inilah yang

disebut Karel Marx ketika menyebut China sebagai bangsa yang tidak punya sejarah.

Mengapa China dan mengapa "tidak punya sejarah"? Karena waktu itu Marx

menganalisa masyarakat China yang terus menerus mengalami pergolakan yang

melibatkan petani dengan kraton. Yang memimpin petani adalah Pangeran yang

lari tersingkir dari Kraton. Tapi setelah petani menang, sang Pangeran berkuasa

dengan mengulangi kembali cara berkuasa raja yang digulingkannya. Sekian waktu

kemudian ada lagi pangeran tersingkir yang mengerahkan petani menyerang

Kraton. Setelah menang, kesalahan terulangi lagi.

Begitulah Marx melihat perubahan politik di China yang sama sekali tidak disertai

perubahan masyarakat. Akibatnya perjalanan China berbeda dengan yang dialami

Barat yang di mata Marx, bergerak secara dialektis dari tingkat yang rendah

(komunal) untuk akhirnya menjadi masyarakat komunis.

Dari perspektif ini menarik untuk melihat perubahan politik di Indonesia dari

otoritarian Sukarno ke otoritarian Soeharto. Praktis tidak ada perubahan. Maka

kalau reformasi berhasil dan demokrasi bisa berjalan dengan baik, itu bukti bahwa

Indonesia sudah berhak disebut oleh Marx sebagai bangsa yang punya Sejarah.

Tentu tingkat-tingkat perjalanan itu tidak harus sebagai yang diramalkan Marx.

Bung Salim.

From: nesare

Sent: Thursday, January 2, 2014 8:34 AM

To: [email protected]

Subject: RE: [GELORA45] Salahkah Demokrasi Kita?

Nesare: BISA!

Sauri kadip: Di toko suku cadang mobil, tersedia lengkap semua onderdil mobil dari

1 merk dg CC yg sama. Tegas nya dari pentil, ban, Pintu sampai Chasis tersedia di

gudang.

Page 5: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

5

Pertanyaannya, apa kumpulan onderdil tsb bisa kita sebut mobil.

Memang betul di Indonesia ada Partai, ada Pemilu, ada DPR, dll bahkan sekarang ada

MK dan juga berbagai KOMISI.

Pertanyaannya......bisakah itu semua disebut DEMOKRASI, krn hubungan satu dg

lainnya belum diatur dlm sebuah sistem. Bukankah dlm demokrasi ada norma dan

kaidah dasar yg hrs dipenuhi sehingga makna kedaulatan rakyat bisa benar2

ditangan rakyat. Dan ketika di percayakan kpd pihak lain melalui PEMILU sbg kobtrak

sosial hasilnya tidak dinihilkan dan atau diveranfus justru oleh UU. Adalah monopoli

dan oligarkhi kekuasaan tapi SAH krn konstitusi dan UU yg mengaturnya. Itulah

INDONESIA. TERIMA KASIH.

Nesare:

Pentil, ban, chasis itu komponen pembentuk ban. Begitu juga partai, pemilu, dpr

adalah komponen dari demokrasi.

Komponen2 ini harus ada untuk membentuk system demokrasi berjalan. Perkara

bagaimana jalannya komponen2 itu adalah tantangan. Setiap negara mempunyai

tantangan2 yang berbeda. Jadi komponen2 itu HARUS ada untuk supaya demokrasi

bisa berjalan.

Demokrasi dalam ilmu politik cakupannya luas. Teorinya bisa dipelajari. Macem2.

Kenapa masih banyak negara yang gagal menerapkan demokrasi? Ya itulah namanya

saja ilmu sosial. Bukan model 1 +1 = 2. Ada seni tersendiri dalam aplikasinya. Dulu

bung Karno sudah mengerti hal ini, lahirlah; demokrasi terpimpin. Begitu juga ide2nya

yg lain: nasakom, pancasila, usdek, berdikari dll. Yg kalau dipelajari secara seksama

bung Karno sangat melek matanya akan demokrasi. Dan yg terpenting adalah

penerapan demokrasi sesuai dengan wajah asli Indonesia.

Diluar “form” ini, masih banyak yg dapat didiskusikan ttg demokrasi. Misalnya: apakah

memang demokrasi itu satu2nya jalan yg terbaik? Apakah ada alternatifnya?

Hubungan demokrasi dengan equality. Hubungan demokrasi dengan freedom. Asumsi

yg diperlukan demokrasi dll.

Yang paling sering dibahas adalah sulitnya menerapkan demokrasi dinegara islam.

Islam itu sendiri sebuah system. System agama, kehidupan, universe yang semuanya

adalah vision. Sedangkan demokrasi adalah bentuk liberalism yg juga adalah system

dgn philosophinya sendiri ttg kehidupan, universe.

Page 6: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

6

Turkey itu adalah contoh yg terbaik utk menjelaskan bagaimana demokrasi dapat

dilaksanakan dalam negara mayoritas islam.

Sebetulnya kalau demos kratos itu diterjemahkan secara literally, ‘kan harusnya

rakyat yg govern (rakyat = pemerintah) . Tetapi riilnya ‘kan gak semua rakyat bisa

govern. Makanya ada representative (senat, kongres, mrp, dpr dll). Ini sebetulnya

adalah republic. Bukan democratic.

Issue penting: separation of state and religion itu menjadi lebih muda dilaksanakan

dalam negara republic. Jadi negara islam yg ingin menerapkan system demokrasi bisa

saja sepanjang negaranya masih dalam bentuk republic. Kalau negaranya sudah

negara syariat kaya’nya susah sekali krn negara syariat tidak dapat memisahkan

agama dan negara.

Salam

From: [email protected] [mailto:[email protected]] On Behalf Of iwamardi

Sent: Wednesday, January 01, 2014 4:58 AM

To: [email protected]; [email protected]

Subject: [GELORA45] Salahkah Demokrasi Kita?

Ijinkan saya ganti bertanya : "Bisa salahkah demokrasi itu ?"

Sebelumnya mari kita tela'ah dulu arti kata demokrasi ini yang berasal dari kata

majemuk Junani: demos + kratos = rakyat + kekuasaan . (Tatabahasa bahasa barat

yang bukan bahasa latin ==> : hukum M-D, bukan D-M)

Artinya kratosnya demos , kekuasaannya rakyat.

** Maka arti yang benar, secara ideal, sistem demokrasi itu exists bila kekuasaan

ada ditangan rakyat. Hal ini dikemukakan sebagai antithese waktu jaman feodal di

Eropa yang berbentuk kekuasaan otoriter dari raja beserta keluarga dan kroninya yang

dipusatkan di raja/ratu nya.

Persoalannya adalah siapa yang disebut rakyat itu didalam suatu negara, tentu saja

mayoritas dari penduduk suatu negara.

Page 7: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

7

Jadi demokrasi itu berjalan baik bila rakyat banyak bisa (ikut) menentukan sendiri

bagaimana mekanisme negara dan jalan roda pemerintahan agar bisa membikin

mereka sejahtera.

Adakah negara didunia ini, termasuk negeri2 maju di barat, dimana mayoritas

rakyatnya semua sejahtera dan keadilan 100% dijalankan disegala bidang?

Terus terang tidak ! Dimana2 di Eropa atau Amerika terdapat kasus2 ketidak adilan

sehari2, ketidak adilan yang lolos dari jaring tujuan demokrasi. .

Penentuan mekanisme negara dinegeri2 inipun kebanyakan ditentukan oleh

kepentingan2 kaum pemilik modal entah para pemilik bank2 atau perusahaan2

raksasa dll .

Untuk kepentingan mereka inilah misalnya para pemudanya dimajukan dan mati

dimedan2 perang, entah di Indonesia (para pemuda Belanda dulu) ,di Tiongkok

(Jepang dulu ), Vietnam, Indo China, Irak,Lybia, Afghanistan dll.( USA).

Jadi dimana itu demokrasi ?

Kesimpulan: Jika ada, maka (andaikan) disatu negara yang pemerintahannya

dikatakan diktatoris, autokratis dll. misalnya, tetapi justru aspirasi rakyatnya malah

lebih dijamin , mereka lebih sejahtera, dimana autokrasi itu ditujukan justru

untuk melawan dan menindas golongan2 yang mau mengurangi atau menghapuskan

kesejahteraan rakyat banyak(mayoritas) untuk kepentingan mereka sendiri, maka

negara ini adalah lebih demokratis dari negara2 lain yang pseudo demokratis, dimana

kekuasaan ada ditangan segolongan kecil kaum yang ber-uang, yang pandai menipu

dan hipokrit.

Ada memang negeri2 damokratis, dimana mayoritas rakyatnya ikut menentukan

jalannya roda pemerintahan dan bersamaan dengan itu mereka merasa sejahtera,

nyaman dan dan aman, merasa keadilan sudah layak (walau tidak ada yang 100%

adil).

Tetapi justru negeri2 seperti itu adalah negeri2 yang maju tetapi tidak mempunyai

industri2 raksasa dengan oligopol2nya.

Misalnya Finlandia, New Zealand dan mungkin yang lainnya: rakyat sejahtera, prestasi

pendidikan selalu tinggi, jaminan2 sosial sangat bagus, korupsi sangat minimal.

Page 8: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

8

Lain dengan negeri2 besar seperti Perancis, Inggris, bahkan USA sekalipun, dimana

sebagian besar rakyatnya merasa adanya ketidak adilan.

Churchil pernah mengeluarkan kata2 yang tersohor : "Democracy is the worst form of

government, except for all those other forms that have been tried from time to time."

(from a House of Commons speech on Nov. 11, 1947) !

Jadi sebagai kenyataan, pada kata demokrasi itu selalu masih menempel

kata ketidak adilan.

Pada dasarnya, di sistem demokrasi yang "ucul uculan" ( yang liar, yang "laissez

faire , laissez passer", atau sekarang populer disebut "neoliberal" ), akan selalu

ditelurkan satu sistem , dimana golongan /orang2 yang paling licik, paling pandai

membohong, menipu dan hipokrit akan memegang tampuk kekuasaan atas nama

demokrasi, yang achirnya menjadi demokrasi uang, karena uang akan menjadi alat

kekuasaan dan juga timbal balik atau sebaliknya, kekuasaan untuk

menimbun uang (harta kekayaan).

Dan bentuk "demokrasi" inilah yang ada di Indonesia dewasa ini yang harus kita akui.

** Kita kembali ke judul thread ini : " Salahkah Demokrasi Kita? "

Pertanyaan ini sendiri adalah satu pertanyaan yang naiv, pertanyaan yang

menyimpulkan kurangnya pengertian si penanya akan hakekat dari demokrasi,

artinya barang atau machluk apa demokrasi itu ?

Demokrasi hanyalah satu alat, satu wacana manusia dalam usahanya untuk

memperbaiki hubungan antar manusia dimasyarakat (manusia) yang selalu berubah

dan berkembang sejak adanya manusia.

Jadi sebenarnya hanya tergantung semata mata kepada manusianya yang

menggunakan alat itu saja, untuk keperluan apa alat itu.

Seperti contoh klasik : pisau bisa dipakai sebagai alat memasak, menguliti

bermacam2 bahan makanan dll. keperluan yang positiv, tetapi bisa juga untuk alat

membunuh atau merampok , tergantung sekali kpd. pemakainya !

Pada dasarnya: Demokrasi tidak bisa dikatakan benar atau salah , dia sendiri tidak

bisa berbuat secara aktiv, dia hanya "pasrah" kepada pemakainya saja, si manusia !

Page 9: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

9

Makin canggih suatu alat diciptakan manusia, makin besar produktivitas atau efisiensi

alat itu dalam penggunaannya. Ini berlaku untuk kedua macam penggunaan alat itu,

untuk hal yang baik atau untuk hak yang buruk.

Dan demokrasi sementara ini adalah alat yang paling canggih didalam sejarah

kemanusiaan untuk menyelesaikan problem2 yang ada di masyarakat. Maka jika alat

ini disalah gunakan oleh segolongan kecil manusia yang culas, licik, hipokrit dan

egoistis, alat ini akan lebih efektiv buat si pengguna, karena alat ini mempunyai

efisiensi yang tinggi .

** Kita tela'ah juga kata2/kalimat2 SS dibawah ini (dengan komentar saya yang

berhuruf merah):

"Masih ada lagi hal penting yang perlu kita perhatikan: Sejarah telah

mengajarkan kepada kita, sistem demokrasi mampu berjalan dengan relatif

baik hanya pada negara yang mempunyai tingkat peradaban tertentu."

Komentar: Manusia2 lamapun (sederhana) sudah menjalankan demokrasi

yang berbentuk lama juga : gotong royong !

"Disimpulkan secara sederhana, demokrasi adalah ekspresi politik dari

peradaban yang tinggi. Peradaban selalu berkorelasi tinggi dengan tingkat

kemakmuran tertentu. Itulah penjelasannya mengapa kita sulit menemukan

negara miskin yang sanggup menjalankan sistem demokrasi dengan baik."

Komentar: Apakah sebaliknya, sistem diktatur itu secara umum dijalankan

oleh manusia2 berperadaban rendah ?

Apakah rakyat2 Jerman (era Hitler) , Chili (era Pinochet) dan Indonesia (era

Suharto), Korea Selatan (era Park Chung Hee), Filipina (era Marcos),

Tiongkok (era Chiang Kai Shek), Spanyol (era Franco), Junani (era

Papadoupulos), Portugal (era Salazar), Itali (era Mussolini) dll....dll....,

semuanya ini menurut SS berperadaban rendah pada saat2 itu ?

Rakyat2 tsb diatas bukannya berperadaban rendah, melainkan pada saat masing2

itu masih berkesadaran politik yang rendah !

Mereka sudah berperadaban, berkebudayaan yang tinggi pada saat2 masing2 itu !

Yang benar : Indonesia sekarang ini membutuhkan satu pendongkrakan, peningkatan

kesadaran politik yang sangat radikal dan drastis, satu bagian dari character building ,

Page 10: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

10

setelah character bangsa ini selama 32 tahun dibunuh, dirusak dan dihancurkan oleh

rejim militer orba Suharto (diteruskan diperbodoh sampai sekarang) !

Adalah gegabah untuk mengatakan bahwa bangsa Indonesia sekarang ini masih

mempunyai peradaban rendah dibanding bangsa2 lain !!!

Satu manifestasi dari Minderwertigkeitskompex atau Inferiority complex, perasaan

rendah diri (jangan keliru, bukan rendah hati !) terhadap bangsa lain.

Kecuali beberapa gelintir orang, pada dasarnya bangsa Indonesia masih

berada pada tingkat peradaban yang belum sanggup menopang sistem

politik demokrasi. Tapi karena demokrasi sudah "dipaksakan" kepada kita,

maka kita sungguh bagaikan orang yang memilih memakan ketan srikaya:

gula dan ketannya sulit terpisahkan dan karena itu harus dimakan bersama.

Secara singkat tidak salah untuk menyimpulkan

bahwa korupsi yang melanda Indonesia sekarang adalah ekspresi dari

tingkat peradaban kita yang sesungguhnya belum sanggup, belum pantas

mendukung sistem demokrasi."

Komentar : Maksudnya ? Apakah Indonesia harus menelan sistem diktatur

militer á la Suharto lagi atau sistem apa yang dimaksudkan SS?

======================================

Atas dasar semuanya ini, saya ucapkan kepada teman2 semua:

SELAMAT TAHUN BARU 2014 !

SEMOGA DITAHUN INI DAN TAHUN2 MENDATANG KESADARAN POLITIK

RAKYAT INDONESIA AKAN MELEJIT KEATAS DENGAN CEPATNYA !

SUKSES BESAR BUAT SEMUA YANG BERKESEDARAN TINGGI , PARA

PEMIMPIN DAN ATKIVIS YANG PATRIOTIS , JUJUR , BERSIH DAN

BERSEMANGAT TINGGI DALAM MENGABDI KEPADA BANGSANYA , DALAM

MENINGKATKAN KESADARAN POLITIK RAKYATNYA ATAS HAK , KEWAJIBAN

YANG DIPUNYAI MEREKA !

Teriring harapan selalu sehat, bahagia untuk semuanya yang jujur dan bersih !

Page 11: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

11

Salam

iwa

From: nesare

Sent: Tuesday, December 31, 2013 5:55 AM

To: [email protected]

Subject: RE: [GELORA45] Salahkah Demokrasi Kita?

SS: Lagi pula, kalau kita mau jujur menengok kembali ke hari-hari pasca

jatuhnya kekuasaan Presiden Soeharto, kita memang tidak punya pilihan lain

selain demokrasi.

Ketika pemerintahan Presiden Sukarno goyah dan akhirnya ambruk pada

hari-hari pasca Gestapu Oktober 1965, ada kekuatan politik tentara (ABRI)

yang siap berkuasa. Dengan sipil yang lemah eharwaktu itu Indonesia tidak

punya pilihan lain kecuali mendukung ABRI yang dipimpin Jenderal Soeharto.

Pada Mei 1998 dan hari-hari berikutnya tidak ada suatu kekuatan solid yang

siap mengelola Indonesia. Tentara (ABRI/TNI) bahkan meninggalkan peran

politiknya pada April tahun 2000.

Nesare: saya gabungkan 3 paragraf tulisan bung SS ini diatas ini. dia

imply(mengatakan secara tidak langsung) bahwa sebetulnya yang paling

cocok memimpin Indonesia itu adalah militer krn militerlah yang paling siap.

gak benar kalau kita gak punya alternative lain ketika kekuasaan bung Karno

sudah dilumpuhkan oleh musuh2 politiknya. Yang saya tahu dari sejarah

Indonesia begini. Dalam Pemilu 55 mereka jadi salah satu pemenang. PKI

dapat 16% pemilih dan masuk "4 besar" bersama PNI (23%), Masyumi (22%)

dan NU (18%). Dalam Pemilu Daerah 1957 (ini sejarah yang berusaha

dihapus selama Orba), PKI sudah jadi parpol paling besar di Jawa. Pemilih

PKI di Jawa itu sudah mencapai 31%.

Dalam kedua pemilu itu di kalangan Angkatan Darat dikabarkan PKI dapat

sekitar 30% pemilih. Ini berita yang dipercaya luas pada waktu itu baik oleh

PKI sendiri maupun oleh lawan politiknya. PKI populer khususnya di kalangan

prajurit dan perwira muda. Sedangkan di kalangan elite perwiranya, parpol

yang paling populer itu PNI dan PSI. Karena mereka populer di kalangan

perajurit itu dalam percaturan politiknya PKI berusaha memisahkan antara

Page 12: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

12

perwira yang progresif dan perwira yang mereka anggap kontra-revolusi.

Politik PKI adalah mendukung perwira yang mereka anggap progresif itu.

Jadi alternatifnya ada selain militer yaitu: NU, PKI, PNI, Masyumi.

SS: Pada Mei 1998 dan hari-hari berikutnya tidak ada suatu kekuatan solid

yang siap mengelola Indonesia. Tentara (ABRI/TNI) bahkan meninggalkan

peran politiknya pada April tahun 2000

Nesare: kalimat pertama diatas memang betul. Sayangnya kalimat

keduanya jelas bung SS menyayangkan militer yang meninggalkan pentas

politik. Pendapatnya tentang solidnya organisasi ABRI yang memang adalah

yang terbaik di Indonesia menjadi bias ketika dia mengabaikan proses politik

yang dimat ikan oleh rejim soeharto dan militer yang berkuasa sejak

mengkudeta bung Karno. Ketika Orba mempertahankan kekuasaannya sejak

1965 s/d 1998, aspirasi politik bangsa Indonesia telah dimusnahkan.

Bagaimana generasi muda dapat belajar berpolitik? Ini dijelaskan dengan

baik oleh john Sidel dalam “macet total”. Indonesianist lainnya seperti

almarhum Daniel lev, ben Anderson dll juga berpendapat demikian. Jadi

persoalannya bukan tidak ada kekuatan solid tetapi proses politiknya yang

dibunuh. Bagaimana bangsa Indonesia dapat mengerti politik kalau

pemerintahnya membungkan aspirasi politiknya? Tidak tahu apakah bung

SS ini mengerti bahwa ilmu sosial jaman orba itu adalah ilmu orang bodoh.

Semua orang dibentuk opini bahwa ilmu eksakta yang terbaik krn Indonesia

ada di masa take off/tinggal landas. Ini iming2 orba buat generasi muda

Indonesia. Semua orang pintar belajarnya ilmu pasti. Ilmu politik, ilmu

budaya, ilmu humanity semua adalah bidang sampah. Pintar sekali orba ini

mengelabui bangsanya. Pintarnya karena takut kalau bangsanya belajar ilmu

sosial termasuk ilmu politik, rahasia keburukan orba akan terbuka. Memang

luar biasa pintarnya!

SS: kita memetik demokrasi sebagai sistem politik kita tanpa

memperhitungkan kenyataan bahwa demokrasi bukanlah sistem yang

menyelesaikan semua soal, kendati demikian ia adalah sistem politik terbaik

yang ditemukan manusia masa kini.

Nesare: ini kalimat yang benar! Tetapi kenapa pendapat dibawah ini

kontradiktif?

SS: bahwa korupsi yang melanda Indonesia sekarang adalah ekspresi dari

Page 13: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

13

tingkat peradaban kita yang sesungguhnya belum sanggup, belum pantas

mendukung sistem demokrasi.

Nesare: coba bung SS iseng2 menelusuri sejarahnya demokrasi itu misalnya

jaman: Phoenician, Egyptian, Sumerian, Greek, semua peradaban ini masih

jauh lebih rendah drpd peradaban Indonesia, argentina, brazilia, kamboja,

congo, Nigeria dll.

SS: Tapi karena kita tidak punya pilihan lain (kita tidak bisa balik kanan atau

belok kiri kembali ke masa otoriter), maka ada dua jalan terbentang di depan

kita. Mendukung KPK sembari makin menyempurnakan sistem pengawasan

atas birokrasi dan kekuatan-kekuatan politik.

Nesare: kenapa tidak ada alternative lain? Kanan (FPI dll), kiri (PRD dll) itu

adalah alternative. Walaupun saya tidak setuju FPI menang tetapi kalau

mereka yan g menang, saya akan menerimanya dengan lapang dada.

Kenapa bung SS tidak menerima kalau FPI menang? Itu ‘kan prinsip

demokrasi: menerima mayoritas yang menang.

Lucunya bung SS ini menyanjung2kan demokrasi tetapi dilain pihak maunya

yang menang itu militer. Saya tidak mengerti jalan pikirannya. Jadi

seharusnya semua kata “demokrasi” dalam tulisan ini harus diganti dengan

“militer”. Sayang bung SS kurang jujur dalam hal mengutarakan

pendapatnya.

From: [email protected] On Behalf Of Chan CT

Sent: Monday, December 30, 2013 7:20 AM

To: GELORA_In

Subject: [GELORA45] Salahkah Demokrasi Kita?

Salahkah Demokrasi Kita?

http://carikabar.com/mimbar/164-kolom/5801-salahkan-demokrasi-kita

Kolom

Minggu, 29 Desember 2013 14:20

Salim Said

Page 14: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

14

Salim Said

Salim SaidMeski korupsi sudah ada sejak lama di Indonesia (bahkan dari zaman VOC), tapi

korupsi sejak Reformasi mendapatkan dimensi baru. Ia adalah akibat pilihan politik yang kita

tetapkan sejak jatuhnya Orde Baru.

Demokratisasi yang bermula sejak deklarasi diizinkannya pembentukan partai-partai disusul

oleh pemilu bebas sejak tahun 1999, tidak bisa lain dari salah satu penyulut merajalelanya

korupsi. Salahkah Presiden Habibie membuka pintu demokrasi? Sama sekali tidak.

Lagi pula, kalau kita mau jujur menengok kembali ke hari-hari pasca jatuhnya kekua saan

Presiden Soeharto, kita memang tidak punya pilihan lain selain demokrasi.

Ketika pemerintahan Presiden Sukarno goyah dan akhirnya ambruk pada hari-hari pasca

Gestapu Oktober 1965, ada kekuatan politik tentara (ABRI) yang siap berkuasa. Dengan sipil

yang lemah eharwaktu itu Indonesia tidak punya pilihan lain kecuali mendukung ABRI yang

dipimpin Jenderal Soeharto.

Untuk beberapa tahun pemerintahan Soeharto berjalan sesuai harapan banyak orang. Tapi

kemudian karena terlalu lama berkuasa secara otoriter, pemerintahan tidak sanggup

menghindarkan diri dari korupsi di segala bidang.

Pada Mei 1998 dan hari-hari berikutnya tidak ada suatu kekuatan solid yang siap mengelola

Indonesia. Tentara (ABRI/TNI) bahkan meninggalkan peran politiknya pada April tahun

2000.

Bangsa Indonesia waktu itu sungguh bagaikan anak yatim piatu yang rumah yatim piatunya

mendadak tutup. "Yatim piatu Indonesia" jadi berkeliaran di jalanan dan semua secara

bersama mencari bentuk mengelola Indo nesia.

Karena tidak ada suatu kekuatan solid yang kuat, maka kita bersama-sama mengelola

Page 15: “Bisa salahkah Demokrasi itu?” - gelora45.comgelora45.com/news/Diskusi_SalahkahDemokrasiKita.pdf · Kebudayaan India yang canggih adalah ekspressi dari peradaban India di masa

15

Indonesia. Pada tingkat peradaban yang masih rendah itu kita tidak punya pilihan lain kecuali

berdemokrasi dengan jubelan partai-partai.

Demokrasi bukan ciptaan kita. Ia sudah ada lama dalam politik di berbagai belahan dunia.

Entah sadar atau tidak waktu itu, kita memetik demokrasi sebagai sistem politik kita tanpa

memperhitungkan kenyataan bahwa demokrasi bukanlah sistem yang menyelesaikan semua

soal, kendati demikian ia adalah sistem politik terbaik yang ditemukan manusia masa kini.

Masih ada lagi hal penting yang perlu kita perhatikan: Sejarah telah mengajarkan kepada kita,

sistem demokrasi mampu berjalan dengan relatif baik hanya pada negara yang mempunyai

tingkat peradaban tertentu.

Disimpulkan secara sederhana, demokrasi adalah ekspresi politik dari peradaban yang tinggi.

Peradaban selalu berkorelasi tinggi dengan tingkat kemakmuran tertentu. Itulah

penjelasannya mengapa kita sulit menemukan negara miskin yang sanggup menjalankan

sistem demokrasi dengan baik.

Kecuali b eberapa gelintir orang, pada dasarnya bangsa Indonesia masih berada pada tingkat

peradaban yang belum sanggup menopang sistem politik demokrasi. Tapi karena demokrasi

sudah "dipaksakan" kepada kita, maka kita sungguh bagaikan orang yang memilih memakan

ketan srikaya: gula dan ketannya sulit terpisahkan dan karena itu harus dimakan bersama.

Secara singkat tidak salah untuk menyimpulkan bahwa korupsi yang melanda Indonesia

sekarang adalah ekspresi dari tingkat peradaban kita yang sesungguhnya belum sanggup,

belum pantas mendukung sistem demokrasi.

Tapi karena kita tidak punya pilihan lain (kita tidak bisa balik kanan atau belok kiri kembali ke

masa otoriter), maka ada dua jalan terbentang di depan kita. Mendukung KPK sembari makin

menyempurnakan sistem pengawasan atas birokrasi dan kekuatan-kekuatan politik.

Sembari menjalankan dua langkah tersebut, kita juga memerlukan pemimpin yang berdedikasi

pada pembangunan ekonomi yang bertujuan makin memperluas masyarakat kelas menengah

bangsa kita. Sejarah dan para teoritisi politik telah membuktikan bahwa tanpa kelas

menengah yang solid, demokrasi sulit bertahan.

***