biomekanika

78
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI BIOMEKANIKA DISUSUN OLEH : GILAR IMAM ARIYADI 10660002 LABORATORIUM ANALISIS DAN PERANCANGAN KERJA PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

Upload: gilar-dbara

Post on 04-Aug-2015

698 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Laporan praktikumk biomekanika

TRANSCRIPT

Page 1: BIOMEKANIKA

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN

ERGONOMI

BIOMEKANIKA

DISUSUN OLEH :

GILAR IMAM ARIYADI 10660002

LABORATORIUM ANALISIS DAN PERANCANGAN KERJA

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

Page 2: BIOMEKANIKA

YOGYAKARTA

2012

Page 3: BIOMEKANIKA

LAPORAN

PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN

ERGONOMI

BIOMEKANIKA

Yang disusun oleh :

GILAR IMAM ARIYADI 10660002

Telah disetujui oleh :

Asisten Praktikum

SUKRIYADI

Tanggal...............

NIM. 09660021

Page 4: BIOMEKANIKA

ABSTRAK

Bionekanika merupakan bagian dari ilmu ergonomi yang

mengukur tentang fisik manusia dan posisinya saat melakukan

kegiatan atau pekerjaan dan cara kerja nya. Dalam praktikum

biomekanika ini akan mengukur dengan dua cara yaitu RULA dan

REBA. Dimana REBA (Rapid Entire Body Assessment) adalah

suatu metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan

dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau

postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki

seorang operator. Sedangkan RULA(Rapid Upper Limb

Assessment) adalah metode yang dikembangkan dalam bidang

ergonomi yang menginvestigasi dan menilai posisi kerja yang

dilakukan oleh tubuh bagian atas. Dari hasil pengukuran postur

tubuh pekerja dengan metode RULA maka akan didapat score

sebagai pertimbangan kondisi tersebut aman atau perlu

diperbaiki. Dalam RULA untuk mendapatkan score dilakukan

dengan tiga tahap yaitu tahap 1 Pengembangan metode untuk

pencatatan postur bekerja, tahap 2 Perkembangan sistem

untuk pengelompokan skor postur bagian tubuh, dan tahap 3

Pengembangan Grand Skor dan Daftar Tindakan. Setelah melalui

tahap tersebut di dapat score untuk menentukan level tindakan.

Jika score 1 dan 2 maka terdapat pada level 1. Score 3 dan 4 ada

di level 2, score 5 dan 6 ada di level 3. Untuk level 4 hanya untuk

score 7. Pada REBA juga menggunakan score untuk mengetahui

level tindakan, namun REBA menggunakan 4 tahap untuk

mencari score, tahap 1 Pengambilan data postur pekerja

dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap 2

Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap 3

Penentuan berat benda yang diangkat, coupling dan aktivitas

pekerja dan tahap 4 Perhitungan nilai REBA untuk postur yang

Page 5: BIOMEKANIKA

bersangkutan. Pada REBA level tindakannya berbeda dengan

RULA yaitu level 0 untuk score 1, jika score 2 dan 3 maka

masuk level 2, untuk score 4 sampai tujuh maka masuk level 3,

score 8 sampai 10 masuk level 4, dan score 11 sampai 15

masuk level 4. Dari level yang telah ditentukan maka dapat

dilakukan perbaikan atau tidak sesuai dengan kondisinya masuk

level yang mana.

Kata kunci : Ergonomi, Biomekanika, REBA, RULA, Score, Level

Page 6: BIOMEKANIKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam melakukan pekerjaan apapun postur tubuh

sangat penting diperhatiakan untuk memaksimalkan

produktivitas kerja dan menghindari CTD (Cumulative

Trauma Disorders). Jika postur tubuh yang jelek saat

bekerja tidak diperbaiki maka akan timbul kerusakan pada

tubuh manusia atau pekerjanya.

Cidera akibat postur tubuh yang tidak baik saat

bekerja merupakan suatu kerugian, dimana produktivitas

kerja juga akan menurun. Hal tersebut sangat tidak di

inginkan dalam perindustrian ataupun dalam suatu kerja

karena akan mempengaruhi outputnya. Untuk itu dalam

ergonomi dipelajari biomekanika yang meneliti tentang

kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau

daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari

bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang

agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika

melakukan aktivitas kerja. Seperti menganalisis pekerja

yang sedang mengangkat barang, pekerja yang sedang

membungkuk, pekerja yang melakukan kerja dengan

duduk, pekerja yang sedang mengetik, dan lain-lain.

Biomekanika yang di gunakan adalah biomekanikan

terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja

dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk

meminimalisasi keluhan pada sistem kerangka otot agar

produktifitas kerja dapat meningkat.

Page 7: BIOMEKANIKA

Dalam praktikum kali ini dilakukan penilaian yang

menggunakan metode RULA dan REBA. Dimana keduanya

memiliki perbedaan dan kegunaan masing-masing namun

pada dasarnya sama-sama melakukan penilaian untuk

mengetahui level tindakan yang perlu dilakukan.

Penghitungan score RULA dilakukan beberapa

tahapan seperti tahap 1 Pengembangan metode untuk

pencatatan postur bekerja, tahap 2 Perkembangan sistem

untuk pengelompokan skor postur bagian tubuh, dan

tahap 3 Pengembangan Grand Skor dan Daftar Tindakan.

Setelah diketahi score maka akan dapat menentukan

lkevel tindakan yang nantinta informasi tersebut akan

digunakan untuk menentukan perlunya tindakan perbaikan

atau tidak pada kondisi kerja yang di ukur, level tindakan

pada RULA ada 4 dengan score 1 dan 2 maka terdapat

pada level 1. Score 3 dan 4 ada di level 2, score 5 dan 6

ada di level 3. Untuk level 4 hanya untuk score 7.

Pada REBA ada 4 tahapan untuk mendapatkan angka

score tahap 1 Pengambilan data postur pekerja dengan

menggunakan bantuan video atau foto, tahap 2

Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap 3

Penentuan berat benda yang diangkat, coupling dan

aktivitas pekerja dan tahap 4 Perhitungan nilai REBA

untuk postur yang bersangkutan. Level tindakan pada

metode ini di mulai dari level 0, urutan score untuk

mendapatkan level dengan cara seperti ini level 0 untuk

score 1, jika score 2 dan 3 maka masuk level 2, untuk

score 4 sampai tujuh maka masuk level 3, score 8 sampai

10 masuk level 4, dan score 11 sampai 15 masuk level 4.

Page 8: BIOMEKANIKA

Dalam level tindakan semakin tinggi levelnya maka

semakin perlu perbaikan dan berbahanya jika tidak

diperbaharui cara kerjanya karena bisa menimbulkan

cidera otot.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada kegiatan praktikum ini

adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana mengukur posisi kerja yang baik menurut

REBA?

b. Bagaimana mengukur posisi kerja yang baik menurut

RULA?

c. Bagaimana melakukan tindakan yang tepat sesuai level

tindakan pada REBA?

d. Bagaimana melakukan tindakan yang tepat sesuai level

tindakan pada REBA?

e. Memahami keterbatasan tubuh manusia saat melakukan

pekerjaannya.

1.3. Tujuan Praktikum

Praktikum ini dilakukan memiliki tujuan tertentu,

tujuan praktikum biomekanika ini adalah sebagai berikut :

a. Mampu merancang metode kerja didasarkan pada

prinsip–prinsip biomekanika.

b. Mengetahui postur kerja yang baik menurut prinsip REBA

dan RULA.

c. Melakukan perhitungan portur kerja dengan metode

REBA dan RULA.

d. Mampu mengaplikasikan metode REBA dan RULA untuk

mengurangi resiko kerja.

Page 9: BIOMEKANIKA

e. Mampu memahami keterbatasan manusia dari beban

kerja yang dibebankan pada anggota tubuh manusia.

1.4. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum biomekanika ini adalah

sebagai berikut :

a. Praktikan dapat mengetahui posisi kerja yang baik

dengan metode RULA.

b. Praktikan dapat mengetahui posisi kerja yang baik

dengan metode RULA.

c. Dapat menegrti posisi kerja yang buruk dan dapat

menimbulkan cidera.

d. Dapat menentukan tindakan atau perbaikan atas posisi

kerja dengan level yang telah di hitung.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

1.5.1. Batasan Masalah

Batasan-batasan dalam praktikum biomekanika

ini adalah sebagai berikut :

a. Praktikum dilakukan di laboratorium APK UIN

Sunan Kalijaga

b. Operator kerja dari satu orang.

c. Pengambilan data untuk RULA menggunakan

beban 11.5 Kg.

d. Pengambilan untuk REBA dengan operator yang

sedang mengetik.

e. Pengambilan gambar dengan kamera dan

pengolahan gambar dengan Autocad.

f. Metode pengambilan data dengan pengukuran.

1.5.2. Asumsi

Page 10: BIOMEKANIKA

Asumsi yang berlaku pada praktikum ini adalah

:

a. Segmen kaki tidak diperhitungkan dalam

pengukuran.

b. Perhitungan segmen otot tidak diperhitungkan.

c. Ruas jari dijadikan satu segmen perhitungan.

d. Ruas punggung dijadikan satu segmen

perhitungan.

Page 11: BIOMEKANIKA

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Biomekanika

Biomekanika merupakan salah satu dari empat

bidang penelitian informasi hasil ergonomi. Yaitu penelitian

tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan

atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari

bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar

sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan

aktivitas kerja tersebut.

2.2. Konsep Biomekanika

Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

1. General Biomechanics

Adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara

mengenai Hukum-hukum dan konsep–konsep dasar

yang mempengaruhi tubuh organik manusia baik

dalam posisi diam maupun bergerak.

Dibagi menjadi 2, yaitu:

Biostaticsadalah bagian dari biomekanika umum

yang hanya menganalisis tubuh pada posisi diam

atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan

seragam (uniform).

Biodinamics adalah bagian dari biomekanik umum

yang berkaitan dengan gambaran gerakan – gerakan

tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi

(kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya

yang bekerja dalam tubuh (kinetik).

2. Occupational Biomechanics

Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik

Page 12: BIOMEKANIKA

terapan yang mempelajari interaksi fisik antara

pekerja dengan mesin, material dan peralatan

dengan tujuan untuk meminimalisasi keluhan pada

sistem kerangka otot agar produktifitas kerja

dapat meningkat.

Setelah melihat klasifikasi di atas, maka dalam

praktikum kita ini dapat kita kategorikan dalam

biomekanik Occupational Biomechanics. Untuk lebih

jelasnya, di sini akan kita bahas tentang anatomi

tubuh yang menjadi dasar perhitungan dan

penganalisaan biomekanik.

2.3. Postur Kerja

Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh

pergerakan organ tubuh saat bekerja. Pergerakan yang

dilakukan saat bekerja meliputi: flexion, extension,

abduction, adduction, rotation, pronation dan supination.

Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang

terjadi pengurangan. Extension adalah gerakan

merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan

sudut antara dua tulang. Abduction adalah pergerakan

menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the median

plane) tubuh. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu

tengah tubuh (the median plane). Rotation adalah

gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan.

Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju

kedalam) dari anggota tubuh. Supination adalah

perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota

tubuh.

2.4. Cumulative Trauma Disorders (CTD)

Cumulative trauma disorders (dapat juga disebut

Page 13: BIOMEKANIKA

sebagai Repetitive Motion Injuries atau Musculoskeletal

Disorders) adalah cidera pada sistem kerangka otot

yang semakin bertambah secara bertahap sebagai akibat

dari trauma kecil yang terus-menerus yang disebabkan

oleh desain yang buruk yaitu desain alat/sistem kerja

yang membutuhkan gerakan tubuh dalam posisi yang

tidak normal serta penggunaan perkakas/handtools

atau alat lainnya yang terlalu sering. Empat faktor

penyebab timbulnya CTD:

Penggunaan gaya yang berlebihan selama gerakan

normal.

Gerakan sendi yang kaku yaitu tidak berada pada posisi

normal. Misalnya,bahu yang terlalu terangkat, lutut

yang terlalu naik, punggung terlalu membungkuk dan

lain-lain.

Perulangan gerakan yang sama secara terus-menerus.

Kurangnya istirahat yang cukup untuk memulihkan

trauma sendi.

Gejala yang berhubungan dengan CTD antara lain

adalah terasa sakit atau nyeri pada otot, gerakan sendi

yang terbatas dan terjadi pembengkakan. Jika gejala ini

dibiarkan maka akan menimbulkan kerusakan permanen.

2.5. Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode

yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat

digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau

postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan

kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga

dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang

Page 14: BIOMEKANIKA

ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian

dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu

lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general

pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya

pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator.

Penilaian menggunakan metode REBA yang telah

dilakukan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney

melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja dengan

menggunakan bantuan video atau foto.

Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur)

pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan

tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan

merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini

dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur

tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil

rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat

untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.

Tahap 2 : Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh

pekerja.

Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur

tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut

dari masing-masing segmen tubuh yang meliputi

punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan

bawah, pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA

segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung

(batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi

lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari

data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat

Page 15: BIOMEKANIKA

diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut

digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B

untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing-masing

tabel.

Page 16: BIOMEKANIKA
Page 17: BIOMEKANIKA
Page 18: BIOMEKANIKA
Page 19: BIOMEKANIKA
Page 20: BIOMEKANIKA

Hasil skor yang diperoleh dari tabel A dan tabel B

digunakan untuk melihat

tabel C sehingga didapatkan skor dari tabel C

Page 21: BIOMEKANIKA

Tahap 3 : Penentuan berat benda yang

diangkat, coupling dan aktivitas pekerja.

Selain skoring pada masing-masing segmen

tubuh, faktor lain yang perlu

disertakan adalah berat beban yang diangkat,

coupling dan aktivitas pekerjanya. Masing -masing faktor

tersebut juga mempunya kategori skor.

Page 22: BIOMEKANIKA

Tahap 4 : Perhitungan nilai REBA untuk postur yang

bersangkutan

Setelah didapatkan skor dari tabel A kemudian

dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang

diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara

skor dari tabel B dijumlahkan dengan skor dari tabel

coupling sehingga didapatkan nilai bagian B. Dari nilai

bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk mencari

nilai bagian C dari tabel C yang ada.

Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai

bagian C dengan nilai aktivitas pekerja. Dari nilai REBA

tersebut dapat diketahui level resiko pada

muscolusceletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengurangi resiko serta perbaikan kerja. Untuk lebih

jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan metode

Page 23: BIOMEKANIKA

REBA serta level resiko yang terjadi dapat dilihat pada

gambar 1.8 dan tabel 1.13.

Dari tabel resiko di atas dapat diketahui dengan nilai

REBA yang didapatkan dari asil perhitungan sebelumnya

dapat diketahui level resiko yang terjadi dan perlu atau

tidaknya tindakan dilakukan untuk perbaikan. Perbaikan

kerja yang mungkin dilakukan antara lain berupa

perancangan ulang peralatan kerja berdasarkan prinsip-

Page 24: BIOMEKANIKA

prinsip ergonomi.

2.6. Definisi RULA (Rapid Upper Limb Assessment)

RULA atau Rapid Upper Limb Assessment

dikembangkan oleh Dr.Lynn Mc Atamney dan Dr. Nigel

Corlett yang merupakan ergonom dari universitas di

Nottingham (University of Nottingham’s Institute of

Occupational Ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam

bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993.

Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang

dikembangkan dalam bidang ergonomi yang

menginvestigasi dan menilai posisi kerja yang dilakukan

oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak memerlukan

piranti khusus dalam memberikan suatu pengukuran

postur leher, punggung dan tubuh bagian atas, sejalan

dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang

oleh tubuh. Penilaian dengan menggunakan RULA

membutuhkan waktu sedikit untuk melengkapi dan

melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang

mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang

diakibatkan penggangkatan fisik yang dilakukan operator.

RULA diperuntukkan dipakai pada bidang ergonomi dengan

bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993).

Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi posture

(sikap), kekuatan dan aktivitas otot yang menimbulkan

cidera akibat aktivitas berulang (repetitive strain injuries).

Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan

yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh,

yang mana skor tertinggi menandakan level yang

Page 25: BIOMEKANIKA

mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk

dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa

skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti

bebas dari ergonomic hazards. Oleh sebab itu RULA

dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko

dan melakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder,

1996).

Perkembangan RULA

RULA dikembangkan untuk memenuhi tujuan sebagai

berikut:

1. Memberikan suatu metode pemeriksaan populasi

pekerja secara cepat, terutama pemeriksaan paparan

(exposure) terhadap resiko gangguan bagian tubuh

atas yang disebabkan karena bekerja.

2. Menentukan penilaian gerakan-gerakan otot yang

dikaitkan dengan Postur kerja, mengeluarkan tenaga,

dan melakukan kerja statis dan repetitive yang

mengakibatkan kelelahan otot.

3. Memberikan hasil yang dapat digunakan padap

emeriksaan atau pengukuran ergonomi yang mencakup

faktor-faktor fisik, epidemiologis, mental, lingkungan

dan faktor organisional dan khususnya mencegah

terjadi gangguan pada tubuh bagian atas akibat kerja.

RULA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti

khusus. Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih

dalam melakukan pemeriksaan danpengukuran tanpa

biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan RULA dapat

dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu

pekerja. Pengembangan RULA terjadi dalam tiga tahap.

Page 26: BIOMEKANIKA

Tahap pertama adalah pengembangan untuk

perekaman atau pencatatan postur kerja, tahap kedua

adalah pengembangan system penskoran(scoring) dan

ketiga adalah pengembangan skala level tindakan yang

memberikan suatu panduan terhadap level resiko dan

kebutuhan akan tindakan untuk melakukan pengukuran

yang lebih terperinci.

Penilaian menggunakan RULA merupakan metode

yang telah dilakukan oleh McAtamey dan Corlett (1993).

Tahap-tahap menggunakan metode RULA adalah sebagai

berikut:

Tahap 1: Pengembangan metode untuk pencatatan postur

bekerja

Untuk menghasilkan suatu metode yang cepat

digunakan, tubuh dibagi menjadi dua bagian yang

membentuk dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A

meliputi lengan atas dan lengan bawah serta

pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher,

badan dan kaki. Hal ini memastikan bahwa seluruh postur

tubuh dicatat sehingga postur kaki, badan dan leher yang

terbatas yang mungkin mempengaruhi postur tubuh bagian

atas dapat masuk dalam pemeriksaan.

Kisaran gerakan untuk setiap bagian tubuh dibagi

menjadi bagian-bagian menurut kriteria yang berasal

dari interpretasi literatur yang relevan. Bagian- bagian

ini diberi angka sehingga angka 1 berada pada kisaran

gerakan atau postur bekerja dimana resiko faktor

merupakan terkecil atau minimal. Sementara angka

angka yang lebih tinggi diberikan pada bagian-bagian

kisaran gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang

Page 27: BIOMEKANIKA

menunjukkan adanya faktor resiko yang meningkat yang

menghasilkan beban pada struktur bagian tubuh.

Sistem penskoran (scoring) pada setiap postur

bagian tubuh ini menghasilkan urutan angka yang logis

dan mudah untuk diingat. Agar memudahkan identifikasi

kisaran postur dari gambar setiap bagian tubuh disajikan

dalam bidang sagital.

Pemeriksaan atau pengukuran dimulai dengan

mengamati operator selama beberapa siklus kerja untuk

menentukan tugas dan postur pengukuran.

Pemilihan mungkin dilakukan pada postur dengan siklus

kerja terlama dimana beban terbesar terjadi. Karena

RULA dapat dilakukan dengan cepat, maka pengukuran

dapat dilakukan pada setiap postur pada siklus kerja.

Page 28: BIOMEKANIKA

Rentang untuk lengan bawah dikembangkan

dari penelitian Grandjean dan Tichauer. Skor tersebut

adalah:

Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan

Page 29: BIOMEKANIKA

dari penelitian Health and Savety Executive, digunakan

untuk menghasilkan skor postur Sebagai berikut:

Putaran pergelangan tangan (pronation dan

supination) yang dikeluarkan oleh Health and Safety

Page 30: BIOMEKANIKA

Executive pada postur netral berdasar pada Tichauer.

Skor tersebut adalah:

+1 jika pergelangan tangan berada pada rentang menengah

putaran

+2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada

akhir rentang putaran.

Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan

pada studi yang dilakukan oleh

Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran tersebut

adalah:

Page 31: BIOMEKANIKA

Apabila leher diputar atau dibengkokkan

Keterangan:

+1 jika leher diputar atau posisi miring, dibengkokkan ke

kanan ataukiri.

Page 32: BIOMEKANIKA

Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Drury,

Grandjean dan Grandjean et al.:

Page 33: BIOMEKANIKA

Punggung Diputar atau Dibengkokkan

Keterangan:

+1 jika tubuh diputar

+1 jika tubuh miring ke samping

Page 34: BIOMEKANIKA

Kisaran untuk postur kaki dengan skor postur kaki

ditetapkan sebagai berikut:

+1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang

rata.

+1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada

kaki, dimana terdapat ruang untuk berubah posisi.

+2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar

merata.

Page 35: BIOMEKANIKA

Tahap 2 : Perkembangan sistem untuk

pengelompokan skor postur bagian tubuh.

Rekaman video yang dihasilkan dari postur kelompok

A yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan

tangan dan putaran pergelangan tangan diamati dan

ditentukan skor untuk masing -masing postur.Kemudian

skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk

memperoleh skor A.

Rekaman video yang dihasilkan dari postur

kelompok B yaitu leher, punggung (badan) dan kaki

diamati dan ditentukan skor untuk masing- masing

postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan ke dalam tabel

B untuk memperoleh skor B.

Page 36: BIOMEKANIKA

Sistem penskoran dilanjutkan dengan melibatkan

otot dan tenaga yang digunakan. Penggunaan yang

melibatkan otot dikembangkan berdasarkan penelitian

Drury, yaitu sbb:

Skor untuk penggunaan otot:

+1 jika postur statis (dipertahankan dalam waktu 1

menit) atau penggunaan postur tersebut berulang lebih dari

4 kali dalam 1 menit.

Penggunaan tenaga (beban) dikembangkan

berdasarkan penelitian Putz - Anderson dan Stevenson

dan Baida, yaitu sbb:

0 jika pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 20 Kg

dan ditahan.

1 jika beban sesekali 20 – 10 Kg.

2 jika beban 2 – 10 Kg bersifat statis atau berulang-ulang.

2 jika beban sesekali namun lebih dari 10 Kg.

3 jika beban (tenaga) lebih dari 10 Kg dialami secara statis

atau berulang.

4 jika pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan

sentakan cepat.

Page 37: BIOMEKANIKA

skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok

tubuh bagian A dan B diukur dan dicatat dalam kotak-kotak

yang tersedia kemudian ditambahkan dengan skor yang

berasal dari tabel A dan B, yaitu sbb:

Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga

(beban) untuk kelompok A = skor C Skor B + skor

penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok

B = skor D

Tahap 3 :

Setiap kombinasi skor C dan D diberikan rating yang

disebut grand skor, yang nilainya 1 sampai 7. Nilai grand skor

diperoleh dari tabel berikut ini:

Page 38: BIOMEKANIKA

Setelah diperoleh grand skor, yang bernilai 1

hingga 7 menunjukkan level

tindakan (action level) sebagai berikut:

Action level 1

Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini

bias diterima jika tidak dipertahankan atau tidak berulang

dalam periode yang lama.

Action level 2

Skor 3 atau 4 yang menunjukkan bahwa diperlukan

pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan perubahan-

perubahan.

Action level 3

Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaan dan

perubahan perlu segera dilakukan.

Action level 4

Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya

maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan

segera (saat itu juga).

Page 39: BIOMEKANIKA

BAB III

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Pengumpulan

Setelah selesai melakukan praktikum didapat data hasil

pengukuran sebagai berikut.

3.1.1. REBA

Pengukuran pada REBA dilakukan dua kali,

yaitu REBA awalan dan REBA susulan.

a. Postur tubuh awalan

Berikut data hasil pengukuran REBA awalan.

Tabel 3.1. Postur Tubuh Awalan

Titik koordinat posisi kerja pada REBA awalan.

Tabel 3.2.koordinat REBA awalan

GROU

PDIMENSI SUDUT

A

Leher 25⁰

Punggung 58⁰

Lutut 20⁰

Kaki

Beban 11.5kg

GROU

P DIMENSI SUDUT

B

Lengan

atas 53⁰

Lengan

bawah 20⁰

pergelang

an 5⁰

Page 40: BIOMEKANIKA

Bagian tubuh koordinat

Terhada

p sb x

Terhada

p sb y

Kepala 57 44

Bahu 46 42

Siku 46 34

Pergelangan

tangan

48 24

Ujung jari 49 21

Pinggul 35 35

Lutut 40 22

Mata kaki 37 10

b. Postur Tubuh Usulan

Berikut tabel hasil pengukuran REBA usulan.

Tabel 3.3. Postur Tubuh Usulan

Titik koordinat posisi kerja pada REBA usulan.

GROU

PDIMENSI SUDUT

A

Leher 28⁰

Punggung 42⁰

Lutut 16⁰

Kaki

Beban 11.5kg

GROU

P DIMENSI SUDUT

B

Lengan

atas 44⁰

Lengan

bawah 15⁰

pergelang

an 9⁰

Page 41: BIOMEKANIKA

Tabel 3.4. koordinat REBA usulan

Bagian tubuh koordinat

Terhada

p sb x

Terhada

p sb y

Kepala 62 59

Bahu 52 55

Siku 53 45

Pergelangan

tangan

56 36

Ujung jari 56 33

Pinggul 42 44

Lutut 47 29

Mata kaki 48 17

3.1.2. RULA

Pengukuran pada RULA dilakukan dua kali, yaitu RULA

awalan dan RULA susulan.

a. Postur tubuh awalan

Berikut data hasil pengukuran RULA awalan.

Tabel 3.5. Data Awalan RULA

Besar sudut

A

Lengan atas 17

Lengan bawah 48

pergelangan 51

Putaran

Otot

tenaga

B

Sudut leher 23

Sudut punggung 3

Kaki

Otot

Tenaga

Page 42: BIOMEKANIKA

Tabel 3.6. Koordinat Titik Tubuh Awal

Titik Koordinat

Kepala (114;118)

Bahu (122;96)

Siku-siku (115;78)

Pergelangan tangan (98;71)

ujung jari (92;75)

Pinggul (120;64)

Lutut (92;61)

Mata kaki (101;38)

b. Postur tubuh awalan

Data susulan dari RULA

Tabel 3.7. Data Usulan RULA

Besar sudut

A

Lengan atas 15

Lengan bawah 63

pergelangan 41

Putaran

Otot

tenaga

B

Sudut leher 13

Sudut punggung 1

Kaki

Otot

Tenaga

Tabel 3.8. Koordinat Titik Tubuh Usulan

Page 43: BIOMEKANIKA

Titik Kooordinat

Kepala (27;106)

bahu (31;93)

Siku-siku (28;82)

Pergelangan tangan (19;80)

Ujung jari (16;81)

Pinggul (31;77)

Lutut (15;73)

Mata kaki (20;58)

3.2. Pengolahan Data

Untuk mendapatkan level tindakan diperlukan angka

score. Berikut pengolahan data menggunakan metode RULA

dan REBA.

3.2.1. REBA

a. Postur tubuh awalan

Tabel 3.9. score REBA awalan

GROU

PDIMENSI

SUDU

TSKOR

TABEL

A

SKOR

A

SKOR

C

SKOR

REBA

A

Leher 25⁰ 2

46

8 9

Punggung 58⁰ 3

Lutut 20⁰

1

Kaki  

Beban 2

GROU

P DIMENSI

SUDU

T SKOR

TABEL

B

SKOR

B

B Lengan

atas 53⁰3

4

5

Lengan

bawah 20⁰2

Pergelanga

n 5⁰1

coupling 1

Page 44: BIOMEKANIKA

        activity scrore 1

Gambar

Page 45: BIOMEKANIKA

3.1. REBA scoring

b. Postur tuduh susulan

Tabel 4.0. score REBA susulan

GROU

PDIMENSI

SUDU

TSKOR

TABEL

A

SKOR

A

SKOR

C

SKOR

REBA

A

Leher 28⁰ 2

46

67

Punggung 42⁰ 3

Lutut 16⁰

1

Kaki  

Beban 2

GROU

P DIMENSI

SUDU

T SKOR

TABEL

B

SKOR

B

B

Lengan

atas 44⁰2

23

Lengan

bawah 15⁰2

Pergelanga

n 9⁰1

coupling 1

        activity scrore 1

Page 46: BIOMEKANIKA

3.2.2. RULA

a. Postur Tubuh Awalan

Page 47: BIOMEKANIKA

Besar sudut skor Tabel

A

Skor

C

RULA

SCORE

A Lengan atas 17 1

3

4

5

5

Lengan bawah 48 2

Pergelangan 51 3

Putaran +1

Otot 1

Tenaga 0

B Sudut leher 23 3

4

Sudut

punggung

3 2

Kaki 2

Otot 1

Tenaga 0

Gambar 3.3. RULA scoring awalan

Page 48: BIOMEKANIKA

b. Postur Tubuh Usulan

Gambar 3.4. RULA Scoring usulan

GROU

P DIMENSI

BESAR

SUDUT SKOR

TABE

L A

SKOR

C

RUL

A

SKO

R

A

Lengan atas 15⁰ 1

2

3

3

Lengan

bawah63⁰ 1

Pergelangan 41⁰ 3

Putaran   1

    otot 1

tenaga 0

GROU

P DIMENSI

BESAR

SUDUT SKOR

TABE

L B

skor

D

B

sudut leher 13⁰ 2

2

3

sudut

punggung 1⁰ 2

Kaki   1

otot 1

tenaga 0

Page 49: BIOMEKANIKA

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Data

4.1.1. REBA

a. Postur Tubuh Awalan

Dari hasil pengolahan pada data REBA awalan

didapat score A = 6, skor B = 5, skor C = 8 dan

score REBA sebesar 9. Dengan demikian REBA

awalan masuk pada level 3 dengan resiko tinggi

dan tindak perbaikan perlu segera.

b.Postur Tubuh Usulan

Dari hasil pengolahan pada data REBA usulan

didapat score A = 6, skor B = 3, skor C = 6 dan

score REBA sebesar 7. Dengan demikian REBA

usulan masuk pada level 2 dengan resiko sedang,

dan masih perlu perbaikan.

4.1.2. RULA

a. Postur Tubuh Awalan

Dari hasil pengolahan pada data RULA awalan

didapat tabel A = 3, tabel B = 4, skor C = 4, score

D = 5, dan score RULA sebesar 5. Dengan

demikian RULA awalan masuk pada level 3

menunjukkan bahwa pemeriksaan dan perubahan

perlu segera dilakukan.

b. Postur Tubuh Usulan

Page 50: BIOMEKANIKA

Dari hasil pengolahan pada data RULA usulan

didapat tabel A = 2, tabel B = 2, skor C = 3, score

D = 3, dan score RULA sebesar 3. Dengan

demikian RULA usulan masuk pada level 2 yang

menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan

lanjutan dan juga diperlukan perubahan-

perubahan.

4.2. Pembahasan

4.2.1. REBA

a. Faktor Penyebabnya

Dalam praktikum REBA penyebab utamanya

adalah kondisi awalan tempat beradanya beban

yang akan di angkat. Pada posisi awalan beban

bera di lantai langsung tanpa ada penyangga atau

tertopang, maka operator kerja akan lebih

membungkuk untuk mengambilnya. Pada posisi

usulan beban tertompang pada kursi, maka

hasilnya akan berbeda, seperti data yang ada pada

pengolahan data sebelumnya.

b. Faktor Beban dan Coupling

faktor beban yang di berikan adalah sebesar

11.5 Kg memberi score sebanyak 2. Dan coupling

memiliki nilai 1, karena benda bisa di terima

tangan namun kurang ideal.

c. Level Resiko

Level resiko pada REBA awalan adalah level 3

dengan resiko tinggi dan tindak perbaikan perlu

Page 51: BIOMEKANIKA

segera. Sedangkan pada REBA usulan masuk pada

level 2 dengan resiko sedang, dan masih perlu

perbaikan.

d. Perbandingan Postur Tubuh Awalan dengan

Usulan

perbedaan yang sangat terlihat adalah pada

besarnya sudut-sudut dimensi, pada awalan

dimensi leher 25, punggung 58, lutut kaki 20,

lengan atas 53, lengan bawah 20, dan pergelangan

5 sedangkan pada postur usulan dimensi leher 28,

punggung 42, lutut kaki 16, lengan atas 44, lengan

bawah 15, dan pergelangan 9.

4.2.2. RULA

a. Faktor Penyebabnya

Faktor yang membedakan score pada awalan

dan usulan adalah pada kaki, dimana pada awalan

kaki ttidak tertopang sedangkan pada usulan

kakinya tertopang.

b. Faktor Otot dan Tenaga

untuk faktor ini tidak memberi perbedaan yang

cukup jika di nilai dengan score karena memberi

nilai yang sama. Faktor otot 1 dan tenaga 0

keduanya sama.

c. Level Resiko

RULA awalan masuk pada level 3

menunjukkan bahwa pemeriksaan dan perubahan

Page 52: BIOMEKANIKA

perlu segera dilakukan. Sedangkan RULA usulan

masuk pada level 2 yang menunjukkan bahwa

diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga

diperlukan perubahan-perubahan.

d. Perbandingan Postur Tubuh Awalan dengan

Usulan

perbedaan yang sangat terlihat adalah pada

besarnya sudut-sudut dimensi, pada awalan

dimensi lengan atas 17, lengan bawah 48,

pergelangan 51, leher 23, dan punggung 3. Pada

usulan dimensi lengan atas 15, lengan bawah 63,

pergelangan 41, leher 13, dan punggung 1.

Page 53: BIOMEKANIKA

BAB V

STUDI KASUS

PROSES PENGERJAAN BESI DAN PENGANGKATAN BENDA

5.1. Pengantar

Studi kasus untuk pengaplikasian metode RULA dan

REBA diterapkan pada proses pengerjaan besi dan

pengankatan benda dalam karung. Berikut batasannya :

5.1.1. REBA

Diterapkan pada proses pengangkatan suatu

benda dengan berat 22Kg yang di bawa dalam

karung. Dengan REBA akan dinilai posisi tersebut

sudah baik atau belum.

5.1.2. RUBA

Dengan metode RULA untuk menganalisis

posisi kerja pada pengerjaan besi dengan cara

duduk. Hasil analisis untuk mendapatkan informasi

apakah posisi tersebut sudah baik atau belum.

5.2. Pengumpulan Data

5.2.1. REBA

Setelah menganalisis dengan metode REBA

pada proses pengangkatan barang berikut data yang

didapat :

Tabel 5.1. data REBA

Page 54: BIOMEKANIKA

5.2.1. RULA

Data hasil pengamatan pada pengerjaan besi,

berikut data yang diperoleh :

Table 5.2. data RULA

Group Dimensi Besar sudut

A

Leher 9 o

Punggung 38 o

lutut kaki 3 o

beban

Group Dimensi Besar sudut

B

lengan atas 29 o

lengan bawah 37 o

pergelangan 5 o

coupling

Page 55: BIOMEKANIKA

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. REBA

Berikut proses pengolahan data pada REBA :

Table 5.3. data pengolahan REBA

Grou

p

Dimensi

Besar

sudut

Sko

r

Tab

el A Skor

A

Skor

C

Reb

a

scor

e

A Leher 9 o 1 2 4 4 5

Punggun 38 o 3

Group Dimensi Besar

sudut

A

lengan atas 40 o

lengan bawah 70 o

pergelangan 15 o

otot

tenaga

Group Dimensi Besar sudut

B

Leher 33 o

Punggung 39 o

Kaki

otot

tenaga

Page 56: BIOMEKANIKA

g

lutut kaki 3 o 1

beban 2

Grou

pDimensi

Besar

sudut

Sko

r

Tab

el B

Skor

B

B

lengan

atas29 o 2

23

lengan

bawah37 o 2

pergelang

an5 o 1

coupling 1

activity score 1

Gambar 5.1. scoring REBA

5.2.1. RULA

Tabel 5.4. pehitungan RULA

Page 57: BIOMEKANIKA

Grou

p

DimensiBesar

sudut

Sko

r

Tab

el ASkor

C

Rula

scor

e

A

lengan

atas40 o 2

3

4

6

lengan

bawah70 o 1

pergelang

an15 o 2

otot 1

tenaga 0

Grou

pDimensi

Besar

sudut

Sko

r

Tab

el B

Skor

B

B

Leher 33 o 3

5

6

Punggun

g39 o 3

Kaki 2

otot 1

tenaga 0

Page 58: BIOMEKANIKA

Gambar 5.2. scoring REBA

5.3. Analisis Data

5.3.1. REBA

Dari hasil pengolahan pada data REBA dieroleh

nilaiskor A = 4, skor B= 3, skor C = 4, dan skor REBA

= 5. Maka masuk pada action level 2. Dengan level

resiko sedang dan perlu perbaikan.

5.3.2. RULA

Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai table A =

3, table B = 5, skor C= 4 dan nilai RULA = 5 maka

masuk pada action level 3.

5.4. Pembahasan

Page 59: BIOMEKANIKA

5.4.1. REBA

a. Faktor Penyebab

dalam studi kasus pengangkatan barang

beban sangat mempengaruhi level resiko selain itu

cara membawanya pun mempengaruhi juga.

Pembawaan benda dengan cara seperi

menggendong cukup efektif untuk berat 22Kg,

karena hanya masuk pada tingkat resiko sedang.

b. Beban dan Coupling

beban yang diangkat adalah 22Kg memberi

skor sebanya 2. Dan coupling 1 karena benda bias

di genggam meski kurang ideal.

c. Level Resiko

masuk pada action level 2. Dengan level

resiko sedang dan perlu perbaikan.

5.4.2. RULA

a. Faktor Penyebab

faktor utama yang menyebabkan nilai RULA besar

dan kecil adalah posisi operator saat melakukan

pekerjaannya.

b. Faktor Otot dan tenaga

Faktor otot dan tenaga pada kasus pengerjaan besi

ini tidak terlalu berpengaruh kaena tenaga 0, dan

otot = 1.

c. Level Resiko

Page 60: BIOMEKANIKA

nilai RULA = 5 maka masuk pada action level 3.

Menunjukan bahwa pemeriksaan dan perubahan

perlu dilakukan.

5.5. Kesimpulan dan Saran Posisi Kerja

Dalam studi kasus pengangkatan barang dan

pengerjaan mesin yang telahdi analisis menunjukan perlu

adanya perbaikan posisi kerja.

5.5.1. Pengerjaan Besi

Perlu adanya perbaikan posisi kerja pada

kasus ini. Dari hasisl anailis dengan metode RUBA

merekomendasikan pengerjaan tersebut seharusnya

duduk di kursi yang lebih tinggi atau bahkan bias

dengan berdiri, untuk bahan dan alat yang dikerjakan

seharusnya terletak lebih tinggi lagi agar posisi sudut

di antara tulang tidak saling berhimpitan.

5.5.1. Pengangkatan Benda

Untuk kasus ini sudah cukup baik, tapi untuk

mengurangi level resiko bias di angkat dengan alat

bantu Seperti angkong.

Page 61: BIOMEKANIKA

LAMPIRAN STUDI KASUS

Pengangkatan benda

Pengerjaan Besi

Page 62: BIOMEKANIKA
Page 63: BIOMEKANIKA

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum dan menganalisis data

maka didapat kesimpulan sebagai berikut :

a. Merancang posisi kerja yang baik dengan prinsip

biomekanika harus memperhatikan gerak flextion dan

extention agar tidak berlebihan yang nantinya akan

membuat posisi kerja kurang baik.

b. Postur kerja yang baik adalah kondisi action level < 2

c. Nilai REBA awalan sebesar 9 untuk usulannya sebesar 7.

untuk nilai RULA awalan sebesar 5 dan usulannya sebesar

3.

d. Pengaplikasian metode RULA telah di aplikasikan pada

studi kasus pengerjaan besi, dan pada pengangkatan

beban digunakan metode REBA. Untuk mengurangi resiko

bias menggunakan alat bantu kerja dan memperbaiki

postur kerja.

e. Keterbatasan manusia dengan beban akan

mempengaruhi cidera, semakin tinggi bebannya manusia

semakin terbatas untuk mengatasi beban tersebut jika

tanpa alat bantu.

6.2. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya agar lebih baik

adalah sebagai berikut :

a. Seharusnya RUBA dan RULA usulan dilakukan praktikum

setelah RUBA dan RULA selesai di analisis

Page 64: BIOMEKANIKA

b. Untuk sampel pengangkatan beban lebih baik jika

dilakukan dengan beberapa cara, jadi tidak hanya satu,

dan di coba juga dengan menggunakan alat bantu.

Page 65: BIOMEKANIKA

DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten APK.2011. Panduan Praktikum Analisis Perancangan

Kerja. UIN-SUKA: Yogyakarta.

Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by step SPSS 13 analisis data

statistik. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Wignjosoebroto,sritomo.2003. Ergonomi dan Studi Gerak dan

Waktu. Guna Widya: Surabaya.

Page 66: BIOMEKANIKA
Page 67: BIOMEKANIKA

LEMBAR REVISI

No Revisi Keterangan

Asisten

BIOMEKANIKA

Skriyadi

Nim: 09660021

Page 68: BIOMEKANIKA