biomekanika trauma

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hari demi hari, tubuh selalu diancam oleh kekerasan. Macan, ular, kendaraan bermotor, bom dan bakteri atau virus. Pertahanan terhadap ancaman ini berbeda antara yang satu dengan yang lain. Setelah jatuh, ada orang yang patah tulangnya sedangkan ada juga yang tidak. Ada orang yang akan sakit keras setelah mendapatkan infeksi basil tifus, sedangkan yang lain hanya sakit ringan. Bukan hanya pertahanan saja yang beda antara orang yang satu dengan yang lain, kadang2 bahan yang dipakai untuk membangun tubuh kita juga sering berbeda, misalnya penyakit tulang osteoporosis. Benturan yang enteng saja akan menyebabkan fraktur pada penyakit ini. Kekerasan yang merusak tubuh disebut trauma (latin: luka). Trauma adalah penyebab kematian utama pada usia di bawah 44 tahun di Amerika Serikat. Di Indonesia, trauma menjadi penyebab kematian utama pada kelompok umur 15 – 24 tahun, dan nomor 2 pada kelompok usia 25 – 34 tahun bersama dengan kematian ibu hamil. Umumnya, penyebabnya ialah kecelakaan lalu lintas, diikuti jatuh, luka bakar, dan karena kesengajaan (usaha pembunuhan atau kekerasan lain, dan bunuh diri), yang biasanya disebut trauma mekanik. Salah satu perintis pelayanan kedaruratan medik termasuk kasus trauma adalah Dr. Adams R. Cowley. Beliau berpendapat, 1

Upload: aci-trii-hapsarii

Post on 02-Aug-2015

856 views

Category:

Documents


97 download

TRANSCRIPT

Page 1: biomekanika trauma

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hari demi hari, tubuh selalu diancam oleh kekerasan. Macan, ular, kendaraan bermotor,

bom dan bakteri atau virus. Pertahanan terhadap ancaman ini berbeda antara yang satu dengan

yang lain. Setelah jatuh, ada orang yang patah tulangnya sedangkan ada juga yang tidak. Ada

orang yang akan sakit keras setelah mendapatkan infeksi basil tifus, sedangkan yang lain hanya

sakit ringan. Bukan hanya pertahanan saja yang beda antara orang yang satu dengan yang lain,

kadang2 bahan yang dipakai untuk membangun tubuh kita juga sering berbeda, misalnya

penyakit tulang osteoporosis. Benturan yang enteng saja akan menyebabkan fraktur pada

penyakit ini. Kekerasan yang merusak tubuh disebut trauma (latin: luka).

Trauma adalah penyebab kematian utama pada usia di bawah 44 tahun di Amerika

Serikat.  Di Indonesia, trauma menjadi penyebab kematian utama pada kelompok umur 15 – 24

tahun, dan nomor 2 pada kelompok usia 25 – 34 tahun bersama dengan kematian ibu hamil. 

Umumnya, penyebabnya ialah kecelakaan lalu lintas, diikuti jatuh, luka bakar, dan karena

kesengajaan (usaha pembunuhan atau kekerasan lain, dan bunuh diri), yang biasanya disebut

trauma mekanik. Salah satu perintis pelayanan kedaruratan medik termasuk kasus trauma adalah

Dr. Adams R. Cowley.  Beliau berpendapat, terlalu banyak kematian sia-sia pada kasus trauma

karena penanganan yang kurang tepat.   Dari beliau muncul konsep The golden hour dan sejak

1961 dirintisnya pendirian Shock Trauma Center di University of Maryland, Amerika Serikat

(AS), bekerja sama dengan US Army.  Bersama Maryland State Police, beliau menyusun sistem

pelayanan kedaruratan medik termasuk penggunaan helikopter sebagai sarana transportasi.  

Salah satu hasil jerih payah beliau ialah diberlakukannya Sistem Pelayanan Kedaruratan Medik

(EMSS) secara nasional di AS pada tahun 1973.

Pada Perang Dunia II, Perang Korea, dan Perang Vietnam telah terbukti bahwa

pertolongan sebelum korban tiba di rumah sakit oleh petugas kesehatan lapangan non-dokter,

dapat meningkatkan harapan hidup korban trauma.   Pada tahun 60-an di AS mulai dilatih

petugas ambulans dari personil non-medik, namun baru pada 1984 Departemen Perhubungan di

1

Page 2: biomekanika trauma

AS membakukan kurikulum 110 jam untuk melatih petugas ambulans (EMT-A:  Emergency

Medical Technician – Ambulance).

Trauma mungkin berupa:Mekanik,Panas ,Bahan kimia,Listrik,Radiasi,Biologi,Emosi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang kami angkat adalah :

1. Apakah pengertian trauma mekanik ?

2. Apa sajakah jenis-jenis trauma mekanik?

3. Bagaimana penanganan trauma mekanik?

1.3 TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian trauma mekanik.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis trauma mekanik.

3. Untuk mengetahui penanganan trauma mekanik.

2

Page 3: biomekanika trauma

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Trauma Mekanik

Trauma mengacu pada luka tubuh atau kejutan yang dihasilkan oleh cedera fisik tiba-tiba,

seperti dari kekerasan atau kecelakaan. Hal ini juga dapat digambarkan sebagai "luka fisik atau

cedera, seperti fraktur atau pukulan. Mayor trauma (didefinisikan oleh Skor Keparahan Cedera

yang lebih besar dari 15) Trauma dapat mengakibatkan komplikasi sekunder seperti kejutan

peredaran darah, kegagalan pernafasan dan kematian. Resusitasi pasien trauma sering melibatkan

beberapa prosedur manajemen. Trauma adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia

keenam, akuntansi untuk 10% dari semua kematian, dan merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang serius dengan biaya sosial dan ekonomi yang signifikan. Pada Trauma terjadi

dua hal penting pada tubuh manusia :

1. Proses trauma : kecelakaan akan mengakibatkan benturan pada tubuh manusia yang

menyebabkan cedera, proses ini disebut “Biomedika Trauma”

2. Tubuh manusia bereaksi terhadap trauma dengan adanya perubahan metabolisme

disebut “Respon Metabolik Terhadap Trauma”.

Pada suatu KLL maka pada penderita yang berada dalam mobil akan mengalami

beberapa “collision” (benturan) berturut-turut :

Primary collision : terjadi pada saat mobil menabrak

Tabrakan dapat terjadi dengan cara :

Frontal

Sampling (T-bone)

Dari belakang

Terbalik (roll-over) : pada saat primary coliision, baru mobil yang menabrak,

penderita masih dalam posisi

Secondary collision

Penderita menabrak bagian dalam mobil (atau sabuk pengaman). Tergantung dari arah

tabrakan (frontal, dsb), perlukaan akan terjadi pada tubuh penderita yang langsung

terbentur

3

Page 4: biomekanika trauma

Tertiary collision

Organ tubuh penderita yang dalam rongga tubuh akan melaju ke arah depan (pada

tabrakan frontal) dan mungkin akan mengalami perlukaan langsung atau terlepas (robek)

dari alat pengikatnya dalam rongga tubuh tersebut

Subsidary collision

Tergantung dari isi mobil, mungkin penumpang dibelakang terpental ke depan atau

barang dibelakang yang terpental ke depan, dan kemudian menimbulkan kerusakan lebih

lanjut pada penumpang yang di depan

2.2 Jenis-jenis Trauma Mekanik

1. Trauma Tumpul

Tanda-tanda dan tipe trauma yang khas, sering di dapat pada trauma tumpul karena

kecelakaan:

Tabrakan kendaraan dimana penderita adalah penumpang atau pengemudi

Tabrakan pejalan kaki

Tabrakan sepeda motor

Trauma yang disengaja (serangan)

Jatuh (Falls)

Trauma Ledakan (Blast Injury)

Tabrakan kendaraan dimana penderita adalah penumpang atau pengemudi

Mekanisme Cedera :

Tabrakan antra penderita dengan kendaraan atau tabrakan antra penderita dengan

benda statis di luar kendaraan

Benturan antara organ-organ di dalam tubuh penderita sendiri (kompresi organ)

Lima tipe tabrakan :

Tabrakan frontal

Tabrakan Lateral / samping

Tabrakan dari samping

Tabrakan dari 4 arah (quarter panel)

Terbalik

4

Page 5: biomekanika trauma

Terlempar

Tabrakan frontal

Tabrakan frontal adalah tabrakan atau benturan dengan benda di depan kendaraan

yang secara tiba- tiba mengurangi kecepatannya. 25 % korban berusia > 50 tahun.

Orang yang didalam kendaraan yang mengerem mendapat jumlah energy yang

sama , tetapi di bagi pada permukaan yang luas ( seperti gesekan tempat duduk, kaki

pada lantai, ban yang mengerem, ban pada jalan, tangan pada setir) dan untuk jangka

waktu yang lebih lama. Penumpang yang tidak memakai sabuk pengaman dalam

kendaraan yang tabrakan, mengalami peristiwa yang sama seperti kendaraan yang

ditumpanginya. Ketika tabrakan menyebabkan kendaraan berhenti tiba-tiba,

penumpangnya bergerak terus kedepan dengan initial velocity yang sama sampai

sesuatu menghentikan gerakkannya seperti dashboard, kaca depan atau tanah kalau

penumpang tersebut terlempar keluar.1

Gerakan kedepan dari tubuh terhadap tungkai dapat mengakibatkan :

1. Fraktur dislokasi sendi ankle

2. Dislikasi sendi lutut

3. Fraktur femur

4. Dislokasi posterior acetabulum femoris

Komponen kedua dari gerakan down and under ini adalah gerakan kedepan dari

tubuh dan mengenai setir atau dashboard. Bila bentuk kursi dan posisi penderita

menyebabkan kepala menjadi titik paling depan , maka kepala akan mengenai kaca

depan atau rangka kca depan.

Vertebra cervical menyerap sebagian dari energy initial dan abdomen menyerap

energy dari benturan pada setir atau benturan frontal. Dan juga kompresi langsung

pada struktur muka. Dapat juga terjadi laserasi pada jaringan lunak oleh

pecahan/bagian dari kendaraan.

Tabrakan frontal dengan penderita tanpa sabuk pengaman akan dapat terjadi :

Bagian bawah penderita bergeser ke depan, biasanya lutut akan

menghantam dashboard

5

Page 6: biomekanika trauma

Bagian atas penderita turut tergeser ke depan, dada atau perut akan

menghantam stir

Tubuh pendorong terdorong ke atas kepala akan menghantam kaca depan

Penderita terpental kembali ke tempat duduk

Pada pada suatu benturan frontal dengan penderita tanpa sabuk pengaman akan

ada beberapa fase :

1. Fase I : bagian bawah penderita tergeser ke depan. Biasanya lutut akan

menghantam dashboard

2. Fase II : bagian atas penderita turut tergeser ke depan pada fase ini dada

atau/dan perut akan menghantam setir harus berhati-hati terhadap

kemungkinan perlukaan dada atau perut

3. Fase 3 : Tubuh penderita akan naik, lalu kepala menghantam jendela atau

tepi jendela harus berhati-hati terhadap kemungkinan patah tulang leher.

4. Fase 4 : penderita terpental kembali ke tempat duduk. Pada fase ini harus

berhati – hati terhadap kemungkinan patah tulang leher. Kemungkinan

yang lebih parah pada fase 4 adalah bila terpental keluar

Tabrakan lateral atau samping

Tabrakan lateral adalah tabrakan/benturan pada bagian samping kendaraan yang

mengakselerasi penumpang menjauhi titik benturan. Benturan seperti ini adalah

penyebab kematian dan trauma tersering kedua setelah trauma frontal. 31% dari

kematian karena tabrakan kendaraan terjadi sebagai akibat dari benturan lateral.

Pengemudi yang ditabrak pada sisi pengemudi mempunyai kemungkinan lebih besar

untuk trauma pada sisi kanan tubuhnya, termasuk fraktur iga kanan, trauma hati dan

fraktur skeletal sebelah kanan termasuk fraktur kompresi pelvis. Demikian juga

penumpang di sebelah kiri akan mendapat trauma skeletal yang sama pada sisi kiri

demikian juga dengan trauma thorak dan sering didapat trauma limpa.

Pada benturan lateral kepala bergerak seperti massa atau benda yang berat yang

memutar dan membengkokkan leher ke samping, sedangkan badan di akselerasi

menjauhi sisi terjadinya tabrakan atau benturan. Benturan lateral yang kuat dapat

terjadi avulse akar syaraf dan trauma pada plexus brachialis.

6

Page 7: biomekanika trauma

Tabrakan dari belakang

Tabrakan dari belakang mempunyai biomekanik tersendiri. Biasanya benturan

seperti ini terjadi ketika kendaraan sedang berhenti dan ditabrak dari belakang oleh

kendaraan lain. Kendaraan tersebut berikut penumpangnya diakselerasi ke depan oleh

perpindahan energy dari benturannya. Karena aposisi sabuk pengaman dan badan,

badan diakselerasi ke depan bersama dengan kendaraannya. Tetapi kepala

penumpang atau pengemudi sering diakselerasi bersama dengan badannya, karena

tidak ada sandaran kepala yang fungsional dan mengakibatkan hiperekstensi leher.

Kejadian ini meregangkan struktur penunjang leher dan menyebabkan terjadinya

trauma cervical dan trauma whiplash. Fraktur dari elemen posterior vertebra

servikalis dapat terjadi, seperti fraktur laminar, fraktur vedikel, fraktur spinous

procces, dan ini disebar ke seluruh vertebra cervical. Fraktur pada beberapa tingkat

sering terjadi dan sering disebabkan karena kontak langsung dari bagian-bagian

bertulang. Benturan frontal dapat terjadi setelah kendaraan digerakan.

Terbalik

Pada kendaraan yang terbalik penumpangnya dapat mengenai atau terbentur pada

semua bagian dari kompartemen penumpang. Jenis trauma dapat diprediksi dengan

mempelajari titik benturan pada penderita.

Sebagai hukum yang umum dalam kejadian terbaliknya kendaraan maka terjadi beberapa

gerakan yang dahsyat dapat menyebabkan trauma yang serius (multipeltrauma). Ini lebih

berat bagi penumpang yang tidak memakai sabuk pengaman.

Benturan organ :

a. Trauma Kompresi

Trauma kompresi terjadi bila bagian depan dari badan berhenti bergerak,

sedangkan bagian dalam tetap bergerak kedepan. Organ-organ terjepit dari belakang oleh

bagian belakang dinding thoraco abdominal dan columna vertebralis dan didepan oleh

struktur yag terjepit. Trauma tumpul miokardial adalah contoh khas untuk jenis

mekanisme trauma ini.

Trauma yang mirip dapat terjadi pada parenkim paru dan organ abdominal. Paru-paru dan

isi rongga abdomen menggambarkan variasi khusus mekanisme trauma dan menekankan

7

Page 8: biomekanika trauma

prinsip yang menyatakan bahwa keadaan jaringan pada saat pemindahan energy

mempengaruhi kerusakan jaringan. Pada tabrakan penderita secara reflek akan menarik

nafas dan menahannya dengan menutup glottis, kompresi pada torak menyebabkan

rupture alveola dan terjadi pneumothorak dan atau tension pneumothorak. Meningkatnya

tekanan intra abdominal menyebabkan rupture diafragma dan translokasi organ-organ

abdomen kedalam rongga thorak. Juga dapat terjadi rupture hepar dan gangguan usus

akibat kompresi ini. Trauma kompresi dapat juga terjadi pada jaringan otak. Gerakan

kepala dikaitkan dengan penerapan Force melalui benturan dapat merupakan akselerasi

cepat pada otak. Akselerasi otak pada axis manapun dapat menyebabkan trauma

kompresi pada jaringan susunan syaraf pusat ditempat yang berlawanan dengan titik

benturan. Akselerasi otak juga menyebabkan penekanan dan peregangan pada tempat

pertemuan kritis, seperti pertemuan otak dan batang otak atau sumsum tulang belakang,

dan pertemuan perenkim otak dan membrane meningeal. Trauma kompresi dapat juga

terjadi pada depresi tulang tengkorak.

b. Trauma Deselerasi

Trauma deselerasi terjadi jika bagian yang menstabilisasi organ, seperti pedikel

ginjal, ligamentum teres, aorta desnden thorax, berhenti bergerak ke depan bersama

badan, sedangkan organ yang mobil seperti limpa, ginjal atau jantung dan aortic arch

tetap bergerak ke depan. Shear forces terjadi di aorta dengan berlanjutnya gerak ke depan

dari aortic arch terhadap aorta desenden yang statis. Aorta distal melekat pada tulang

punggung dan deselerasi yang cepat terjadi bersama badan. Shear forces yang terbesar

terjadi dimana arch aorta desenden yang stabil bertemu dengan ligamentum arteriosum.

Mekanisme trauma ini dapat juga terjadi dengan limpa dan ginjal pada pedikelnya : pada

hati terjadi laserasi hati bagian sentral, ketika terjadi deselerasi lobus kanan dan kiri

sekitar ligamentum teres : di tengkorak ketika bagian belakang otak terlepas dari

tengkorak dan merobek pembuluh darah dan terbentuk lagi space occupying. Perlekatan

yang banyak pada dura, arachnoid dan pia didalam tengkorak secara efektif memisahkan

otak ke dalam beberapa kompartmen. Kompartmen-kompartmen ini menderita beban

oleh akselerasi maupun deselerasi. Contoh lain adalah vertebra cervical yang fleksibel

dan terikat pada vertebra thoracalis yang relative tidak dapat bergerak, sering terjadi

trauma pada pertemuan servikal 7- thorakal 1.

8

Page 9: biomekanika trauma

c. Trauma karena alat pengaman (sabuk pengaman)

Nilai alat pengaman dalam menurunkan trauma telah terbukti, sehingga tidak

perlu diperdebatkan lagi. Riwayat alat pengaman dimulai pada waktu perang dunia ke I.

pemakaian kantung udara akan mengurangi risiko benturan pada saat tabrakan fontal,

namun hanya 70% tabrakan. Pada saat tabrakan kantung udara akan mengembang lalu

segera mengempis kembali. Kantung udara tidak bermanfaat pada tabrakan dari samping,

belakang ataupun terbaik. Kantung udara samping, untuk menghadapi tabrakan lateral

saat ini sedang dalam perkembangan. Saat ini proteksi maksimal hanya dicapai bila

kantung udara dipakai bersama sabuk pengaman. Bila dipakai dengan benar, sabuk

pengaman dapat mengurangi trauma. Pada kecepatan tinggi, sabuk pengaman sendiri

dapat merupakan sumber trauma, namun tentu saja traumanya akan lebih ringan. Bila

tidak dipakai dengan benar, sabuk pengaman dapat menimbulkan trauma. Agar berfungsi

baik, sabuk pengaman harus dipakai di bawah spina iliaka anterior superior, dan diatas

femur, tidak boleh mengendor saat tabrakan dan harus mengikat penumpang dengan baik.

Bila dipakai terlalu tinggi (diatas spina iliaka) maka hepar, lien, pancreas, usus halus,

duodenum dan ginjal akan terjepit antara sabuk pengaman dan tulang belakang, dan

timbul burst injury atau laserasi.

Hiperefleksi vertebra lumbalis akibat sabuk terlalu tinggi akan mengakibatkan

fraktur kompresi anterior dari vertebra lumbalis (chance fracture). Transfer energy dalam

rongga thorak dapat sangat besar, walaupun memakai sabuk pengaman dan dapat menjadi

pneumothorak, trauma tumpul jantung maupun fraktur klavikula; penumpang tidak akan

hidup tanpa sabuk pengaman.

Tabrakan pejalan kaki

Lebih dari 7000 pejalan kaki terbunuh setiap tahun setelah tertabrak kendaraan bermotor,

110000 korban lainnya mengalami trauma serius nonfatal setelah tabrakan tersebut.

Masalahnya ialah kejadian ini merupakan sifat alami orang kota, dimana hamper 80% trauma

seperti ini terjadi di kota dan jalan-jalan pemukiman. Tanda-tanda bekas rem memang

terlihat pada hamper ¾ kejaian kecelakaan, mengurangi kecepatan benturan rata-rata kurang

lebih 10mph (16km/jam). Diperkirakan bahwa hamper 90% dari seluruh pejalan kaki yang

tertabrak kejadiannya berlangsung dalam kecepatan kurang dari 30mph (48km/jam). Anak-

9

Page 10: biomekanika trauma

anak menempati prosentase yang besar dalam tabrakan dengan kendaraan ini. Trauma yang

dialami pada umumnya meliputi kepala, thorak, ekstremitas bawah.

Terdapat tiga fase benturan yang dialami pejalan kaki.

a. Benturan dengan bemper

Tingginya bemper versus ketinggian penderita merupakan factor kritis

dalam traumayang terjadi. Orang dewasa dengan posisi berdiri, benturan awal

dengan bemper biasanya mengenai tungkaidan pelvis. Trauma lutu terjadisama

seringnya seperti trauma pelvis. Anak-anak lebih mungkin terkena dadadan

abdomen. Dengan berubahnya desaihn kendaraan dimana bemper lebih rendah,

makapola cidera pun bergeser dimana baik pada dewasa maupun anak, trauma

ekstremitas bawah akan lebih menonjol. Namun kecenderungan ini tidak belaku

bagi kendaraan truk, pick-up ataupun kendaraanrekreasi yang sering ada dijalan

raya.

b. Benturan kaca depan mobil dan tutup mesin

Trauma dada dan kepala merupakan akibat dari benturan dengan atap dan kaca

angin.

c. Benturan dengan tanah

Trauma kepala dan tulang belakang, terjadi karena penderita terjatuh ke tanah atau

mengalami akselerasi dan mengenai obyek lain sebagai tambahannya. Trauma

kompresi organ dapat terjadi pada keadaan ini.

Trauma tabrakan kendaraan roda dua

Trauma sepeda dan sepeda motor di amerika serikat merupakan penyebab utama trauma,

dengan lebih dari 600.000 kejadian pertahun. Angka kematian kaerena sepeda adalah 1200

setiap tahun, dan sepeda motor lebih dari 5000 setiap tahunnya. Pengendara maupun

penumpangnya dapat mengalami kompresi, akselerasi/ deselerasi dan trauma tipe robekan.

Pengendara tidak dilindungi oleh perlengkapan pengaman sebagaimana halnya pengendara

mobil. Mereka hanya dilindungi oleh pakaian dan perlengkapan pengaman yang dipakai

langsung pada badannya, helm, sepatu atau pakaian pelindung. Hanya helm yang memiliki

kemampuan untuki mendestribusi transmisi energy dan mengurangi intensitas benturan,

10

Page 11: biomekanika trauma

inipun sangat terbatas. Jelas bahwa semakin sedikit alat pelindung semakin besar resiko

terjadinya trauma. Mekanisme trauma yang mungkin terjadi pada tabrakan motor atau sepeda

meliputi benturan frontal, lateral, terlempar dan ‘laying the bike down’. Disamping itu

pengendara mungkin mengalami trauma karena jatuhn dari sepeda/ motor atau terrperangkap

oleh komponen-komponen mekanik.

a. Benturan Frontal

Sumbu kendaraan terutama ialah sumbu depan dan titik berat kendaraan

adalah diatas titik ini dekat dengan kursi. Bila roda depan bertabrakan dengan suatu

obyek dan berhenti maka kendaraan akan berputar ke depan dengan momentum

mengarah ke sumbu depan. Momentum ke depan akan tetap, sampai pengendara dan

kendaraannya dihentikan oleh tanah atau benda lain. pada saat gerakan ke depan ini

kepala, dada atau perut pengendara mungkin membentur stang kemudi. Bila

pengendara terlempar ke atas melewati stang kemudi maka tungkainya dapat

membentur stang kemudi dan dapat terjadi fraktur femur bilateral. Derajat trauma

yang dialami selama tabrakan sekunder bergantung pada tempat benturan, energy

kinetik dari pengendara/motornya dan interval waktu (lamanya) energy ini bekerja.

b. Benturan Lateral

Pada benturan samping, mungkin akan terjadi fraktur terbuka atau tertutup

tungkai bawah, Crush Injury padatungkai bawah sering dijumpai. Kalau pengendara

sepeda/ sepeda motor ditabrak oleh kendaraan bergerak, maka pengendara akan

rawan untuk mengalami tipe trauma yang sama dengan pemakai mobil yang

mengalami tabrakan samping. Tidak seperti penumpang dalam mobil, pengendara

sepeda/motor tidak memiliki struktur kompartemen bagi penumpang yang dapat

mengurangi pemindahan energy kinetic benturan. Pengendara menerima energy

benturan secara penuh. Sebagaiman halnya dalam benturan frontal, tabrakan trauma

yang dialami selama benturan sekunder yaitu benturan dengan tanah atau obyek-

obyek statis lainnya.

c. Laying The bike down

Untuk menghindari terjepit antara kendaraan dan objek yang akan

ditabraknya, pengendara mungkin akan menjatuhkan kendaraannya ke samping,

membiarkan kendaraannya bergeser dan ia sendiri bergeser dibelakangnya. Strategi

11

Page 12: biomekanika trauma

ini dimaksudkan untuk memprlambat pengendara dan memisahkan pengendara dari

sepeda/motor. Disamping jenis-jenis trauma yang telah di uraikan sebelumnya, bila

jatuh dengan cara ini akan dapat terjadi trauma jaringan lunak yang parah.

d. Helm

Helm yang digunakan oleh pengendara sepeda (bermotor maupun bukan

bermotor) telah terbukti secara meyakinkan dapat menurunkan angka kematian,

kejadian trauma kepala berat, pemendekan waktu perawatan, mengurangi biaya

rumah sakit, dan mungkin berhubungan dengan berkurangnya kebiasaan mengambil

resiko. Baik pada pengendara sepeda maupun sepeda motor, trauma kepala akan

terjadi pada lebih dari 1/3 kasus trauma dan 66% akan dirawat. Trauma kepala juga

merupakan kematian nomor 1 (85%) diantara penyebab kematian lain pada

pengendara sepeda/ sepeda motor.

Walaupun kemampuan helm untuk melindungi kepala agak terbatas namun

penggunaannya jangan diremehkan. Helm didesain untuk mengurangi kekuatan yang

mengenai kepala dengan cara mengubah energy kinetic benturan melalui kerja

deformasi dari bantalannya dan di ikuti dengan mendistribusikan (menyebarkan)

kekuatan yang menimpa tersebuta melalui area yang seluas-luasnya. Secara nyata

helm mampu mengurangi energy transfer dengan cara tranlasi. Secara umum di

anggap bahwa yang sangat sering menyebabkan trauma otak adalah akselerasi

angular atau rotasional. Helm akan mengurangi gaya rotasional dan benturan

Jatuh (Falls)

Seperti halnya kecelakaan kendaraan bermotor, terjaduh menyebabkan trauma karena

ada perubahan kecepatan yang tiba-tiba. Bila ada suatu kekuatan eksternal dibenturkan kepada

tubuh manusia, akan beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara factor-faktor fisik

dari kekuatan tersebut dan jaringan tubuh. Beratnya trauma yang terjadi berhubungan dengan

kemampuan objek statis untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan akan terjadi perbedaan

pergerakan dari jaringan tubuh, yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Karakteristik dari

permukaan yang menghentikan gerak tubuh yang terjatuh penting. Beton, aspal atau

permukaan yang keras menambah beratnya deselerasi yang akan menimbulkan trauma yang

berat.

12

Page 13: biomekanika trauma

Trauma juga bergantung pada elastisitas dan vikositas dari jaringan tubuh. Elastisitas

adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan sebelum benturan. Viskositas adalah

kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan.

Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan diatas. Berat trauma

yang terjadi tergantung seberapa jauh gaya yang ada, akan dapat melewati patahan jaringan.

Karena berat-ringannya trauma akan ditentukan oleh kinematik dari deselerasi vertical,

viskoelastisitas jaringan dan karakteristik dari permukaan benturan. Suatu komponen lain

yang harus dipertimbangkan dalam berat nya trauma ialah posisi dari tubuh relative terhadap

permukaan benturan. Sebagai contoh laki-laki terjatuh 5 feet /4,5 meter dari atap sebuah

rumah. Dalam keadaan contoh pertama dia mendarat dengan kakinya, yang kedua dengan

punggungnya, situasi terakhir dia mendarat dengan bagian belakang kepala dengan leher pada

posisi fleksi 15 derajat.

Pada keadaan pertama seluruh transfer energi terjadi pada area permukaan yang

ekuivalen dengan area dari telapak kaki tersebut, energi di transfer melalui tulang-tulang dari

ekstremitas bawah ke pelvis dan kemudian ke kolom vertebralis. Jaringan lunak dan organ-

organ visceral akan mengalami deselerasi pada tingkat yang lebih lambat dibandingkan

dengan tulang. Sebagai tambahan : tulang belakang lebih cenderung untuk fleksi daripada

ekstensi karena adanya organ visceral pada posisi ventralnya. Pada jatuh seperti ini maka

harus dicurigai fraktur calcaneus, fraktur femur, fraktur kompresi anterior vertebra dan trauma

ligamentum vertebra. Juga sering terjadi avulsi dari visceral abdominalis di perlekatannya dan

peritoneum dan mesenterium.

Pada contoh yang kedua, gaya didistribusikan melalui area yang lebih luas dan

karenanya kerusakan jaringan yang mungkin terjadi bisa kurang berat. Pada contoh terakhir

seluruh energi transfer ditujukan pada suatu area yang kecil dan terfokus pada suatu titik

dalam kolum cervicalis dimana puncak sudut fleksinya terjadi. Sangatlah mudah untuk

melihat bagaimana bedanya trauma yang terjadi dalam masing-masing contoh tadi, padahal

mekanisme dan pertukaran total energi yang terjadi dalam contoh-contoh tadi adalah identik

Trauma Ledakan (Blast Injury)

Ledakan terjadi sebagai hasil perubahan yang sangat cepat dari suatu bahan dengan

volume yang relative kecil baik pada cairan atau gas menjadi produk-produk gas. Produk-

13

Page 14: biomekanika trauma

produk gas ini secara cepat berkembang dan menempati suatu volume yang jauh lebih besar

daripada volume bahan aslinya . Bilamana tidak ada rintangan, pengembangan gas yang cepat

ini akan menghasilkan sesuatu yang dapat dibayangkan berbentuk bola. Di dalam bola ini

tekanan jauh lebih besar daripada tekanan atmosfer.Pada batas luar bola ini seolah-olah ada

dinding yang terdiri dari gas yang lebih pada, dan beraksi sebagai gelombang tekanan (shock

wave). Tekanan akan turun dengan cepat semakin jauh dari pusat ledakan, dan penurunan

tekanan ini akan terjadi berbanding pangkat tiga dengan jarak .

Pemindahan energy akan terjadi saat gelombang tekanan ini mulai berjalan.

Danpemindahan energy yang berbentuk oskilasi ini akanterjadi pada media yang dilewatinya.

Fase tekanan positif dari oskilasi dapat mencapai beberapa atmosfer dalam ukurannya, tetapi

durasinya sangat pendet sedangkan fase negative yang mengikutinya mempunyai durasi yang

sangat panjang. Fakta yang terakhir ini merupakan sesuatu jawaban terhadap adanya

fenomena ambruknya suatu bangunan. Bukan keluar tapi kedalam ( falling in ward). Trauma

ledak dapat diklasifikasikan dalam primer, sekunder dan tersier.

Trauma ledak primer merupakan hasil dari efek langsung gelombang tekanan dan paling

peka terhadap organ-organ yang berisi gas. Membrane tympani adalah yang paling peka

terhadap efek primer ledak dan mungkin mengalami rupture bila tekanan melewati 2 atmosfir.

Jaringan paru akan menunjukkan suatu conclusi, edema dan rupture yang dapat menghasilkan

pneumothorax. Rupture alveoli dan vena pulmonalis dapat menyebabkan emboli udara dan

kemudian kematian mendadak. Perdarahan intra okuler dan ablasio retina merupakan

manifestasi okuler yang biasa terjadi pada trauma ledak primer, dengan demikian juga rupture.

Trauma ledak sekunder merupakan hasil dari obyek-obyek yang melayang dan

kemudian menghantam individu.

Trauma ledak tersier terjadi bila individunya sendiri berubahmenjadi suatu misil

dan terlempar kemudian beradu dengan suatu obyek atau tanah. Trauma ledak

sekunder dan tersier dapat mengakibatkan trauma baik tembus maupun tumpul

secara bersamaan.

14

Page 15: biomekanika trauma

2. Trauma Tembus

Kavitas merupakan hasil perubahan energy antara peluru yang bergerak dan jaringan

tubuh. Jumlah kavitasi (atau perubahan energi) adalah sebanding dengan area permukaan

pada titik tabrak, kepadatan jaringan dan kecepatan dari proyektil pada saat tabrakan.

Luka pada titik tembak ditentukan oleh:

Bentuk dari peluru (Mushroom, atau tidak)

Hubungan dan posisi peluru terhadap benturan (tumble,yaw)

Adanya fragmentasi (shotgun,fragmen peluru, peluru khusus)

a) Peluru

Kebanyakan peluru berkecepatan rendah sampai sedang terbuat dari timah. Timah

akan mencair bila bergerak dengan kecepatan lebih dari 2.000 feet per detik (600 m per

detik). Peluru dengan kecepatan tinggi ini bias memilki jaket secara penuh dengan

campuran tembaga nikel atau baja untuk mencegah pelebutran. Beberapa peluru memang

khusus dirancang untuk menambah daya rusaknya. Ingat bahwa kerusakan yang timbul

adalah hasil transfer energy ke jaringa, interval waktu di mana terjadi transfer energy ini

dan luasnya area permukaan yang menerima energy. Peluru yang disertai dengan ujung

hampa atau semi jaket sebagai penutupnya dirancang agar menjadi datar pada titik

benturan, dan dengan demikian akan menambah memperluas area permukaan benturan,

dan juga berhentinya lebih cepat, sehingga transfer energinya lebih besar. Beberapa jenis

peluru dirancang untuk pecah menjadi fragmen-fraagmen yang lebih kecil, atau bahkan

meledak sehingga menambah kerusakan yang terjadi.

b) Kecepatan atau Velositas

Kecepatan dari peluru adalah penentu utama beratnya luka. Kepentingan dari

kecepatan ini di demonstrasikan oleh suatu formula yang berhubungan anta masa dan

kecepatan terhadap energy kinetic.

Senjata biasanya diklasifikasikan berdasarkan jumlah energi yang dihasilkan oleh

proyektil yang mereka keluarkan.

Energi rendah pisau atau sejenisnya

Energi medium pistol

15

Page 16: biomekanika trauma

Energi tinggi senjata untuk militer atau berburu

Kemampuan untuk menimbulkan luka dari suatu peluru bertambah secara nyata

bilamana peluru itu berada di atas kecepatan kritisnya yaitu 2000 feet per detik atau 600

meter per detik . pada kecepatan ini peluru membuat kavitasi temporer (sementara) karena

jaringan terkompresi pada bagian tepi dari benturan oleh gelombang kejutan akibat

benturan peluru. Tergantung dari velositas, kavitasi ini dapat mencapai diameter sampai

30 kali dari diameter peluru. Diameter yang maksimum dari kapitasi temporer ini terjadi

pada area dengan tahanan yang terbesar terhadap peluru. Ini juga merupakan tempat

dimana terdapat derajat deselerasi terbesar dan transfer energi. Siatu peluru yang

ditembakkan dengan pistol dengan suatu lingkaran standar dapat menghasilkan suatu

kavitasi temporer dengan diameter 5-6 kali diameter pelurunya. Trauma pisau

menghasilkan kavitasi yang kecil atau bahkan tidak ada. Kerusakan jaringan karena suatu

peluru dengan kecepatan tinggi dapat terjadi berjauhan dari trayektori peluru itu.

Beberapa aspek lain memerlukan perhatian. Yaw (perputaran peluru terhadap

sumbu longitudinalnya) dan tumble (berguling) menambah area permukaan dari peluru

pada saat membentur dan dengan demikian meningkatkan jumlah energi yang ditransfer.

Pada umumnya setelah penetrasi jaringan oleh peluru, semakin lambat peluru memulai

gerakan Yaw, semakin dalamletak trauma maksimum yang dihasilkan. Perubahan bentuk

peluru dan fragmentasi dari peluru yang mempunyai semi jaket, akan menambah area

permukaan relatif terhadap jaringan dan pentebaran energi kinetik. Luka akibat peluru

shotgun (senapan berburu) memerlukan pertimbangan yang khusus. Kecepatan laras

(muzzle velocity) senapan sejenis ini umumnya lebih dari 1200 feet/detik (360

meter/detik). Setelah di tembakkan, tembakan akan keluar berbentuk corong mulai dari

lubang laras. Dengan lubang laras yang dipersempit, 70% pellet akan di deposit dalam

diameter 30 inchi (75 cm) pada jarak 40 yard (36 meter). Tetapi yang tembakkanny

berbentuk corong ini dan efek gesekan udara dan jaringan tubuh yang sangat tinggi,

mengakibatkan senjata ini mungkin sangat mematikan pada jarak dekat namun potensi

untuk merusak secara cepat berkurang sesuai dengan pertambahan jarak. Area dari trauma

maksimal terhadap jaringan, relatif superfisial kecuali senjata di tembakkan dalam jarak

yang sangat dekat.

16

Page 17: biomekanika trauma

c) Luka tembak masuk dan luka tembak keluar

Luka tembak masuk

Bentuk oval / bulat

Area kehitaman karena luka bakar

Luka tembak keluar

Bentuk binatang (stelat)

Lebih kasar

2.3 Penanganan Trauma Mekanik

ABCDE dalam Trauma

Pengelolaan trauma ganda yang berat memerlukan kejelasan dalam menetapkan

prioritas.

Tujuannya adalah segera mengenali cedera yang mengancam jiwa dengan Survey

Primer, seperti :

Obstruksi jalan nafas

Cedera dada dengan kesukaran bernafas

Perdarahan berat eksternal dan internal

Cedera abdomen

Jika ditemukan lebih dari satu orang korban maka pengelolaan dilakukan berdasar

prioritas (triage). Hal ini tergantung pada pengalaman penolong dan fasilitas yang ada.

Survei ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure) ini disebut

survei primer yang harus selesai dilakukan dalam 2 - 5 menit.

Terapi dikerjakan serentak jika korban mengalami ancaman jiwa akibat banyak sistim

yang cedera :

1) Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan

bebas? Jika ada obstruksi maka lakukan :

Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)

Suction / hisap (jika alat tersedia)

Guedel airway / nasopharyngeal airway

Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral

17

Page 18: biomekanika trauma

2) Breathing

Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas.

Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :

Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)

Tutuplah jika ada luka

3) Sirkulasi

Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas

bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :

Hentikan perdarahan eksternal

Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)

Berikan infus cairan

4) Disability

Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap

nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur Glasgow Coma

Scale

AWAKE = A

RESPONS BICARA (verbal) = V

RESPONS NYERI = P

TAK ADA RESPONS = U

Cara ini cukup jelas dan cepat.

5) Eksposure

Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera yang

mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka

imobilisasi in-line harus dikerjakan.

Pengelolaan Jalan Nafas

Prioritas pertama adalah membebaskan jalan nafas dan mempertahankannya agar

tetap bebas.

1. Bicara kepada pasien

Pasien yang dapat menjawab dengan jelas adalah tanda bahwa jalan nafasnya

bebas. Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan jalan nafas buatan dan

18

Page 19: biomekanika trauma

bantuan pernafasan. Penyebab obstruksi pada pasien tidak sadar umumnya adalah

jatuhnya pangkal lidah ke belakang. Jika ada cedera kepala, leher atau dada maka

pada waktu intubasi trachea tulang leher (cervical spine) harus dilindungi dengan

imobilisasi in-line.

2. Berikan oksigen dengan sungkup muka (masker) atau kantung nafas

( selfinvlating)

3. Menilai jalan nafas

Tanda obstruksi jalan nafas antara lain :

Suara berkumur

Suara nafas abnormal (stridor, dsb)

Pasien gelisah karena hipoksia

Bernafas menggunakan otot nafas tambahan / gerak dada paradox

Sianosis

4. Menjaga stabilitas tulang leher

5. Pertimbangkan untuk memasang jalan nafas buatan

Indikasi tindakan ini adalah :

Obstruksi jalan nafas yang sukar diatasi

Luka tembus leher dengan hematoma yang membesar

Apnea

Hipoksia

Trauma kepala berat

Trauma dada

Trauma wajah / maxillo-facial

Pengelolaan Nafas (Ventilasi )

Prioritas kedua adalah memberikan ventilasi yang adekuat.

Inspeksi / lihat frekwensi nafas (LOOK)

Adakah hal-hal berikut :

Sianosis

Luka tembus dada

Flail chest

19

Page 20: biomekanika trauma

Sucking wounds

Gerakan otot nafas tambahan

Palpasi / raba (FEEL)

Pergeseran letak trachea

Patah tulang iga

Emfisema kulit

Dengan perkusi mencari hemotoraks dan atau pneumotoraks

Auskultasi / dengar (LISTEN)

Suara nafas, detak jantung, bising usus

Suara nafas menurun pada pneumotoraks

Suara nafas tambahan / abnormal

Tindakan Resusitasi

SURVEI SEKUNDER

Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil. Bila sewaktu survei

sekunder kondisi pasien memburuk maka kita harus kembali mengulangi PRIMARY

SURVEY.

Semua prosedur yang dilakukan harus dicatat dengan baik. Pemeriksaan dari kepala

sampai ke jari kaki (head-to-toe examination) dilakukan dengan perhatian utama :

Pemeriksaan kepala

Kelainan kulit kepala dan bola mata

Telinga bagian luar dan membrana timpani

Cedera jaringan lunak periorbital

Pemeriksaan leher

Luka tembus leher

Emfisema subkutan

Deviasi trachea

Vena leher yang mengembang

Pemeriksaan neurologis

Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)

Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik

20

Page 21: biomekanika trauma

Penilaian rasa raba / sensasi dan refleks

Pemeriksaan dada

Clavicula dan semua tulang iga

Suara napas dan jantung

Pemantauan ECG (bila tersedia)

Pemeriksaan rongga perut (abdomen)

Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah

Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen kecuali bila ada

trauma wajah

Periksa dubur (rectal toucher)

Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus

Pelvis dan ekstremitas

Cari adanya fraktura (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan tes gerakan

apapun karena memperberat perdarahan)

Cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma

Cari luka, memar dan cedera lain

Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan) untuk :

Dada dan tulang leher (semua 7 ruas tulang leher harus nampak)

Pelvis dan tulang panjang

Tulang kepala untuk melihat adanya fraktura bila trauma kepala tidak disertai defisit

neurologis fokal

BAB III

21

Page 22: biomekanika trauma

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Trauma adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia keenam, akuntansi untuk

10% dari semua kematian, dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dengan

biaya sosial dan ekonomi yang signifikan. Trauma dapat mengakibatkan komplikasi

sekunder seperti kejutan peredaran darah, kegagalan pernafasan dan kematian. Resusitasi

pasien trauma sering melibatkan beberapa prosedur manajemen. Pada Trauma terjadi dua hal

penting pada tubuh manusia : Biomedika Trauma dan Respon Metabolik Terhadap Trauma.

Jenis-jenis trauma mekanik yaitu trauma tumpul dan trauma tembus merupakan

Kavitas merupakan hasil perubahan energy antara peluru yang bergerak dan jaringan tubuh.

Jumlah kavitasi (atau perubahan energi) adalah sebanding dengan area permukaan pada titik

tabrak, kepadatan jaringan dan kecepatan dari proyektil pada saat tabrakan. Trauma tumpul

terdiri dari: Tabrakan kendaraan dimana penderita adalah penumpang atau pengemudi,

Tabrakan pejalan kaki, Tabrakan sepeda motor, Trauma yang disengaja (serangan), Jatuh

(Falls), Trauma Ledakan (Blast Injury) sedangkan trauma tembus terdiri dari peluru,

Kecepatan / velositas, Luka Tembak masuk dan luka tembak keluar.

Penanganan trauma mekanik dengan ABCD (Airway, Breathing, Circulation,

Disability), pengelolaan jalan nafas, ventilasi dan survey sekunder. Survei Sekunder hanya

dilakukan bila ABC pasien sudah stabil. Bila sewaktu survei sekunder kondisi pasien

memburuk maka kita harus kembali mengulangi Primary survey. Primary survey adalah

Pemeriksaan dari kepala sampai ke jari kaki (head-to-toe examination)

3.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami selaku penulis berpesan untuk lebih

mengenali konsep trauma mekanik secara teoritis agar dapat mengaplikasikannya dilapangan.

Hendaknya instansi kesehatan sering menelakukan pelatihan-pelatihan tentang pencegahan

dan penanggulangan trauma mekanik.

DAFTAR PUSTAKA

22

Page 23: biomekanika trauma

Anonimmity.-------. Basic Trauma – Cardiac Life Support. Jakarta : Yayasan

Ambulans Gawat Darurat 118

Anonimmity.2008.Modul Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat dan Basic

Life Support plus. Yogyakarta : Tim Pusbankes 118 Baker

Annonimmity.2007.Trauma Pada Kecelakaan Lalu

Lintas .http://www.amrizal.com/2007/09/artikel-trauma-pada-kecelakaan-lalu.html.diakses

tanggal 13 september 2011.

Wikipedia.-------. Trauma

Mekanikal .http://en.wikipedia.org/wiki/Mechanical_trauma#cite_note-ATLS2008-9 .diakses

tanggal 13 september 2011.

23