biokimia ck.doc
TRANSCRIPT
A. Definisi
Kreatin kinase (CK) adalah suatu enzim otot dan anggota dari enzim
phosphagen kinase dari guanidino kinase yang bermanfaat untuk mendeteksi penyakit
otot dengan mekanisme kerja mengkatalisis fosforilasi kreatin, menghasilkan
phosphocreatin (PCr) dan MgADP (Murray et al., 2012).
Kreatin kinase (CK) atau juga dikenal dengan nama kreatin fosfokinase (CPK)
merupakan enzim yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada otot jantung dan otot
rangka, dan dalam konsentrasi rendah pada jaringan otak.
B. Klasifikasi CK
CK-NAC (creatine kinase-N-acetyl cistein) merupakan kompleks enzim yang
terdiri dari CK dimer yang disusun oleh subunit M (Muscular) dan B (Brain) yang
bergabung untuk menghasilkan 3 jenis isoenzim CK, yakni CK-1 (BB), CK-2 (MB),
dan CK-3 (MM). CK banyak ditemukan pada otot skelet (jenis CK-3), miokardium
(40% dalam bentuk isoform CK-2), Traktus gastrointestinal dan otak (isoform CK-1).
Kerusakan terhadap jaringan organ tersebut, seperti infark miokard, distrofi otot, dan
acute cerebro vascular accident akan menghasilkan peningkatan kadar enzim CK
dalam darah (Kaplan & Pesce, 2005).
NAC merupakan salah satu penyusun kompleks CK-NAC yang berperan
sebagai gugus pengaktif gugus thio, DAPP, dan AMP yang menghambat aktivitas
miokinase (Tietz, 2004).
C. Mekanisme Kerja CK
Mekanisme kerja CK mirip dengan sistem arginina atau fosfoarhinina bersama
arginina kinase yang bertindak sebagai larutan penyangga (buffer) yang menjaga
perbandingan ATP atau ADP tetap tinggi dalam ruang seluler dimana ATP
dibutuhkan untuk menjamin ketersediaan ATP tetap tinggi dan meminimalkan
hilangnya nukleotida sehingga mencegah disfungsi selular (Arif, 2009).
Fosfoarginina atau fosfagen merupakan larutan penyangga posfat berenergi
tinggi. Sistem fosfokreatina/kreatina kinase juga berfungsi sebagai sistem transpor
energi dari tempat dimana ATP dihasilkan (mitokondria) menuju tempat dimana
energi dibutuhkan (miofibril) (Arif, 2009).
D. Struktur dan Fungsi CK
CK memiliki beberapa fungsi, yaitu (Teixeira, 2012):
1. Kontraksi dan relaksasi otot.
2. Menjaga homeostasis energi
3. Menjaga ketersediaan ATP dan ADP
4. Mendeteksi penyakit otot akut dan kronik, misalnya infark miokard.
E. Faktor Peningkatan dan Penurunan Aktivitas CK
Peningkatan CK
Kadar CK yang meningkat saat terjadi cedera otot. Kemunculan mendadak CK
dalam serum mengisyaratkan asal dari miokardium, terutama pada situasi klinis yang
pasiennya mengalami nyeri dada dan perubahan elektrokardiogram (Sacher, 2004).
CK-NAC serum meningkat dalam 4-6 jam setelah infark miokardium akut,
mencapai puncaknya dalam 18-24 jam (>6 kali kadar normalnya) dan kembali normal
dalam 3-4 hari, kecuali jika terjadi perluasan infark atau reinfark. Pada cedera
miokard, terjadi peningkatan dan penurunan konsentrasi CK-NAC yang sangat cepat
(Arif, 2009)
Peningkatan CK isoenzim dapat menandakan terjadinya kerusakan otot jantung.
CK juga dapat meninggi pada kasus-kasus bukan infark miokard atau non-coronary
obstructive myocardial necrosis, seperti peradangan, trauma, degenerasi (Arif, 2009).
Keadaan yang mempengaruhi kreatin kinase, yaitu (Sacher, 2004):
1. Peningkatan Besar (lebih dari 5 kali normal):
a. Dermatomiositis
b. Infark miokardium akut
c. Distrofi otot Duchenne
d. Polimiositis
2. Peningkatan ringan atau sedang (2-4 kali normal):
a. Infark paru
b. Edema paru (beberapa pasien)
c. Hipotiroidisme
d. Psikosis agitatif akut
e. Olahraga berat, trauma, tindakan bedah, penyuntikan intramuskulus
f. Delirium tremens, miopati alkoholik
g. Infark miokardium, cedera iskemik berat
h. Overtraining
Olahraga berat yang berlebihan dapat membuat jaringan otot rusak, kerusakan
otot tersebut salah satu indikasi naiknya CK. CK yang muncul pada aliran darah dapat
disebabkan oleh trauma otot, tersendatnya peredaran darah atau kelelahan
(Sumarsono, 2013).
Penurunan CK
Latihan intensitas yang tinggi akan menyebabkan kerusakan pada jaringan otot,
yang akan meningkatkan kadar enzim myoglobin dan enzim CK, seperti misalnya
pada lari jarak jauh. Kadar CK dapat diturunkan salah satunya dengan
recovery/pemulihan, baik recovery aktif dan recovery pasif (Sumarsono, 2013).
1. Recovery Aktif
Recovery aktif adalah latihan dengan intensitas rendah atau ringan yang
merupakan suatu aktivitas fisik, latihan yang terprogram. Pemulihan aktif
mengacu pada pemulihan dari latihan menggunakan intensitas kegiatan rendah.
Pemulihan ini akan membantu membersihkan otot dari asam laktat dan enzim CK
yang merupakan penyebabk rasa sakit dan kelelahan (Sumarsono, 2013).
2. Recovery pasif
Recovery pasif merupakan suatu aktivitas fisik tanpa adanya aktivitas fisik,
yaitu diam, istirahat total (duduk, terlentang, tidur) dengan tujuan adalah agar otot
dapat pulih lagi seperti semula. Prinsip pemulihan ini adalah menghilangkan
asam laktat, mengembalikan lagi kondisi fisik seseorang agar kembali seperti
semula, menurunkan enzim CK, serta memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil
pada otot (microtear) (Sumarsono, 2013).
Murray, R.K., D.A. Bender; K. Botham; P.J. Kennely; V.W. Rodwell; and P.A. Weil. 2012. Harper’s Illustrated Biochemistry. 29th Ed. New York: The McGraw-Hill Companies.
Kaplan, L.A., & Pesce, A.J. 2005. Clinical Chemistry: Theory, Analysis, and Correlation. USA : Mosby Co.
Arif, SK. 2009. Perioperative Ischemic dnd Infark Miokardium. The Indonesian Journal of Medical Science Volume 1 No. 8 p. 490-501.
Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sumarsono, Agus. 2013. Pengaruh Mekanisme Masase Lokal Extremitas Bawah Sebagai Pemulihan Pasif terhadap Kecepatan Lari. Artikel E-Journal Unesa Vol 1. Nomor 2.
Teixeira, Ana Maria, Grasiely F. Borges. 2012. Creatine Kinase: Structure and Function. Brazilian Journal of Biometricity v. 6 n. 2 p.53-65.
Tietz, N.W. 2004. Fundamentals of Clinical Chemistry. W.B. Saunders Co.