bio optik
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Sampai abad ke-4 sebelum masehi orang masih berrpendapat bahwa benda-
benda di sekitar dapat dilihat oleh karena mata mengeluarkan sinar-sinar penglihatan.
Anggapan ini didukung oleh Plato (429 – 348) dan Euclides (287 – 212 SM) oleh
karena pada mata binatang di malam hari tampak bersinar.
Pendapat di atas di tentang oleh Aristoteles (384 – 322 SM) karena pada
kenyataan kita tidak dapat melihat benda-benda di dalam ruang gelap. Namun demikian
Aristoteles tidak dapat memberi penjelasan mengapa mata dapat melihat benda.
Pada abad pertengahan Alhazan (965 – 1038) seorang Mesir di Iskandria
berpendapat bahwa benda di sekitar itu dapat dilihat oleh karena benda-benda tersebut
memantulkan cahaya atau memancarkan cahaya yang masuk ke dalam mata. teori ini
akhirnya di terima sampai abad ke 20 ini. Hal – hal yang dipelajari dalam bab ini
adalah proses penglihatan ditinjau dan pandangan fisika serta penggunaan beberapa alat
bantu yang berhubungan dengan proses penglihatan tersebut.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biooptik
Menilik kata biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan dengan
makhluk hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup, sedangkan optik
dikenal sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya atau berkas sinar.
secara spesifik ada klasifikasi Optik geometri dan optika fisis. Fokus utama di biooptik
adalah terkait dengan indera penglihatan manusia, yaitu mata.
Mata menjadi alat optik yang paling penting pada manusia atau makhluk hidup.
Bagaimana proses sebuah objek dapat dilihat dan dipersepsikan di otak? Apa saja
bagian-bagian mata yang berperan? Mengapa seseorang bisa rabun, atau Mengapa
respon mata terhadap perubahan intensitas cahaya di gelap atau terang berbeda? Apa itu
rod dan kone? Apa saja jenis kelainan mata dan bagaimana cara mengoreksi atau
memperbaikinya?
2.2 Optika Geometri dan Optika Fisik
2.2.1 Optika Geometri
Cahaya dan optika geometri yang meliputi hakekat cahaya, pemantulan dan
pembiasan (Hukum Snell), prinsip Huygens dan prinsip Fermat tentang perambatan
cahaya di dalam medium, pembentukan bayangan oleh cermin dan lensa, interferensi,
difraksi dan polarisasi
Optika Geometri mempelajari sifat-sifat cahaya sebagai gelombang yang
rnengalami pemantulan dan pembiasan.
Pembiasan cahaya ialah fenomena pembengkokan cahaya apabila merambat
dari satu medium sinar ke medium sinar yang berbeda ketumpatannya dan laju dan arah
cahaya berubah dalam medium yang berlainan serta berlaku dalam perambatan medium
yang berlainan.
Hukum pembiasan cahaya ada dua:
1. Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada suatu bidang datar.
2
2. Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias suatu cahaya yang
datang dari suatu medium ke medium lainnya merupakan suatu konstanta (n),
yaitu indek bias medium 2 relatif terhadap indek bias medium 1
2.2.2 Optika Fisik
Gejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan polasisasi tidak dapat di jelaskan
melalui metode optika geometri. Gejala-gejala ini hanya dapat dijelaskan dengan
menghitung ciri-ciri fisik dari cahaya tersebut. Sir Isaac Newton (1642-1727), cahaya
itu menggambarkan peristiwa cahaya sebagai sebuah aliran dari butir-butir kecil (teori
korpuskuler). Sedangkan dengan menggunakan teori kwantum yang dipelopori Plank
(1858-1947), cahaya itu terdiri atas kwanta atau foton-foton, tampaknya agak mirip
dengan teori Newton yang lama itu. Dengan menggunakan teori Max Plank dapat
menjelaskan mengapa benda itu panas apabila terkena sinar.
Thomas Young (1773-1829) dan August Fresnel (1788-1827), dapat
menjelaskan bahwa cahaya dapat melentur berinterferensi. James Clark Mexwell
(1831-1879) berkebangsaan Skotlandia, dari hasil percobaannya dapat menjelaskan
bahwa cepat rambat cahaya (3 X 10 m/detik) sehingga berkesimpulan bahwa cahaya
adalah gelombang elektromagnetik.
Huygens ( 1690) menganggap cahaya itu sebagai gejala gelombang dari sebuah
sumber cahaya menjalarkan getaran-getaran ke semua jurusan. Setiap titik dari ruangan
yang bergetar olehnya dapat dianggap sebagai sebuah pusat gelombang baru. Inilah
prinsip dari Huygens yang belum bisa menjelaskan perjalanan cahaya dari satu medium
ke medium lainnya. Dari hasil percobaan Einstein (1879-1955) dimana logam di sinari
dengan cahaya akan memancarkan electron (gejala foto listrik). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa cahaya memiliki sifat fartikel dan gelombang magnetic.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cahaya mempunyai sifat materi
(partikel) dan sifat gelombang.
2.3 Lensa
Lensa adalah objek transparan dengan salah satu atau kedua permukaannya
melengkung. Karena cahaya mencapai lengkungan lensa pada sebuah sudut, maka
cahaya tersebut direfraksikan. Jika permukaan lensa konveks, yakni paling tebal pada
3
pusatnya, seperti kamera lensa, cahaya dibelokkan sehingga cahaya tersebut mengalami
konvergensi (berkumpul) atau berpotongan pada titik tunggal yang disebut focal point.
Umumnya, semakin tebal (semakin konveks) lensa, cahaya semakin dibelokkan dan
semakin pendek jarak fokal (jarak antara lensa dengan focal point).
2.3.1 Macam-macam Bentuk Lensa
Berdasarkan bentuk permukaannya, lensa dibagi menjadi dua, yaitu:
Lensa yang mempunyai permukaan sferis,
Lensa yang mempunyai permukaan silindris, Adalah lensa yang mempunyai
silinder, lensa ini mempunyai fokus yang positif dan ada pula yang mempunyai
panjang fokus negatif.
Permukaan sferi dibagi menjadi dua macam pula, yaitu:
Lensa Cembung/ Konvergen/ Positif : Sebuah lensa positif atau lensa
pengumpul adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal dari bagian tepinya.
Cahaya sejajar yang datang pada sebuah lensa positif difokuskan pada titik
focus kedua yang berada pada sisi transmisi lensa tersebut.
Lensa Cekung/ Divergen/ Negatif : Sebuah lensa negative atau lensa menyebar
adalah lensa yang bagian tepinya lebih tebal daripada bagian tengahnya. Cahaya
sejajar yang datang pada sebuah lensa negative memancar seolah-olah dari titik
focus kedua, yang berada pada sisi datang lensa.
2.3.2 Kekuatan Lensa (Dioptri)
Kekuatan lensa dinyatakan dengan satuan dioptri (m-1). Kekuatan lensa (P)
sama dengan kebalikan panjang fokusnya (1/f). Jika panjang fokus dalam meter,
kekuatan lensa adalah dalam dioptri (D).
2.3.3 Kesesatan Lensa
Berdasarkan persamaan yang berkaitan dengan jarak benda, jarak bayangan,
jarak focus, radius kelengkungan lensa seerta sinar-sinar yang dating paraksial akan
kemungkinan adanya kesesatan lensa (aberasi lensa). Aberasi ini ada bermacam-
macam:
4
Aberasi sferis (disebabkan oleh kecembungan lensa). Sinar-sinar paraksial/
sinar-sinar dari pinggir lensa membentuk bayangan di P’. aberasi ini dapat
dihilangkan dengan mempergunakan diafragma yang diletakkan di depan lensa
atau dengan lensa gabungan aplanatis yang terdiri dari dua lensa yang jenis
kacanya berlainan.
Koma, Aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk bayangan
dari sinar di tengah-tengah dan sinar tepi. Berbeda dengan aberasi sferis pada
aberasi koma sebuah titik benda akan terbentuk bayangan seperti bintang
berekor, gejala koma ini tidak dapat diperbaiki dengan diafragma.
Astigmatisma, Merupakan suatu sesatan lensa yang disebabkan oleh titik benda
membentuk sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang terbentuk ada
dua yaitu primer dan sekunder. Apabila sudut antara sumbu dengan titik benda
relatif kecil maka kemungkinan besar akan berbentuk koma.
Kelengkungan medan, Bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layer letaknya
tidak dalam satu bidang datar melainkan pada bidang lengkung. Peristiwa ini
disebut lengkungan medan atau lengkungan bidang bayangan.
Distorsi, Distorsi atau gejala terbentuknya bayangan palsu. Terjadinya
bayangan palsu ini oleh karena di depan atau di belakang lensa diletakkan
diafragma atau cela. Benda berbentuk kisi akan tampak bayangan berbentuk
tong atau berbentuk bantal. Gejala distorsi ini dapat dihilangkan dengan
memasang sebuah cela di antara dua buah lensa.
Aberasi kromatis, Prinsip dasar terjadinya aberasi kromatis oleh karena focus
lensa berbeda-beda untuk tiap-tiap warna. Akibatnya bayangan yang terbentuk
akan tampak berbagai jarak dari lensa.
2.3.4 Aberasi
Pemburaman bayangan dari sebuah obyek tunggal dikenal dengan
istilah aberasi. Aberasi sferis merupakan hasil dari kenyataan bahwa permukaan
melengkung hanya memfokuskan sinar-sinar paraksial (sinar-sinar yang berjalan dekat
sumbu utama) pada sebuah titik tunggal. Sinar-sinar non paraksial pada titik dekat yang
bergantung pada sudut yang dibuat dengan sumbu utamanya. Sinar-sinar yang
mengenai lensa jauh dari sumbu utamadibelokkan lebihh dari sinar-sinar yang dekat
5
dengan sumbu utama, dengan hasilnya bahwa tidak semua sinar difokuskan pada
sebuah titik tunggal. Sebaliknya bayangan tersebut kelihatan sebagai sebuah cakram
melingkar. Lingkaran dengan kekacauan paling sedikit berada pada titik, di mana garis
tengahnya minimum.
Aberasi sferis dapat dikurangi dengan memperkecil ukuran permukaan
melengkungnya, yang juga berarti memperkecil jumlah cahaya yang mencapai
bayangannya. Aberasi seperti ini namun lebih rumit disebut coma (comet-shapet
image) dan astigmatisma yang terjadi saat obyek-obyek berada di luar sumbu utama.
Aberasi dalam bentuk bayagan obyek yang memanjang yang disebabkan
kenyataan bahwa perbesaran bergantung pada jarak titik obyek dari sumbu utama
disebut distorsi.
Aberasi kromatik, yang terjadi pada lensa bukan pada cermin, adalah hasil dari
variasi indeks bias dengan panjang gelombang. Aberasi kromatik dan aberasi lainnya
dapat diperbaiki sebagian dengan menggunakan kombinasi beberapa lensa sebagai
ganti sebuah lensa tunggal. Sebagai contoh, sebuah lensa positif dan sebuah lensa
negative dengan panjang fokus lebih besar dapat digunakan bersama-sama untuk
menghasilkan sebuah sistem lensa pengumpul yang mempunyai aberasi kromatik jauh
lebih sedikit dibandingkan sebuah lensa tunggal dengan panjang fokus yang sama.
Lensa-lensa kamera yang bagus biasanya berisi elemen-elemen untuk memperbaiki
berbagai aberasi yang muncul.
2.4 Mata
Mata merupakan indera penglihatan atau kamera alamiah yang merupakan
jendela untuk melihat dunia. Mata juga merupakan alat optik yang paling dekat dengan
kita dan merupakan sistem optik yang paling penting. Dengan mata, kita bisa melihat
keindahan alam sekitar kita.
2.4.1 Bagian – Bagian Mata
Mata memiliki bagian-bagian yang memiliki fungsi-fungsi tertentu sebagai alat
optik, yaitu:
a) Kornea, merupakan selaput kuat yang tembus cahaya dan berfungsi sebagai
pelindung bagian dalam bola mata. Kornea memiliki inervasi saraf tetapi
avaskuler (tidak memiliki suplai darah).
6
b) Iris, merupakan selaput berbentuk lingkaran yang menyebabkan mata dapat
membedakan warna. Iris adalah diafragma yang melingkar dan berpigmen
dengan lubang yang agak di tengah yakni pupil. Iris terletak sebagian dibagian
depan lensa dan sebagian di depan badan siliaris. Iris terdiri dari serat otot
polos. Fungsi iris yakni mengendalikan jumlah cahaya yang masuk.
c) Pupil, merupakan celah lingkaran pada mata yang dibentuk oleh iris, berfungsi
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata.
d) Lensa mata, merupakan lensa cembung yang terbuat dari bahan bening, berserat
dan kenyal, berfungsi mengatur pembiasan cahaya.
e) Retina, merupakan lapisan yang berisi ujung-ujung saraf yang sangat peka
terhadap cahaya. Retina berfungsi untuk menangkap bayangan yang dibentuk
oleh lensa mata. Retina merupakan bagian saraf pada mata, tersusun oleh sel
saraf dan serat-seratnya. Retina berperan sebagai reseptor rangsang cahaya.
Retina tersusun dari sel kerucut yang bertanggung jawab untuk penglihatan
warna dan sel batang yang bertanggung jawab untuk penglihatan di tempat
gelap.
f) Aquaeuos humor, merupakan cairan mata.
g) Saraf optic, merupakan saraf yang menyampaikan informasi tentang kuat
cahaya dan warna ke otak.
Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan. Untuk
membedakan gelap atau terang tergantung atas penglihatan seseorang. Ada tiga
komponen pada penginderaan penglihatan :
Mata memfokuskan bayangan pada retina,
System syaraf mata yang memberi informasi ke otak,
Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut.
2.4.2 Pembentukan Bayangan Pada Mata
Mata bisa melihat benda jika cahaya yang dipantulkan benda sampai pada mata
dengan cukup, kemudian lensa mata akan membentuk bayangan yang bersifat nyata,
terbalik dan diperkecil pada retina. Ada tiga komponen penginderaan penglihatan,
yaitu:
7
1. Mata memfokuskan bayangan pada retina
2. Sistem saraf mata yang member informasi ke otak
3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut
Cahaya memasuki mata melalui bukaan yang berubah, lapisan serat saraf yang
menutupi permukaan belakangnya. Retina berisi struktur indra-cahaya yang sangat luas
yang disebut batang (rod) dan kerucut (cone) yang menerima dan memancarkan
informasi di sepanjang serat saraf optic ke otak. Bentuk lensa kristal dapat diubah
sedikit oleh kerja otot siliari. Apabila mata difokuskan pada benda yang jauh, otot akan
mengendur dan sistem lensa kornea berada pada panjang fokus maksimumnya, kira-
kira 2 cm, jarak dari kornea ke retina. Apabila benda didekatkan, otot siliari akan
meningkatkan kelengkungan lensa, yang dengan demikian akan mengurangi panjang
fokusnya sehingga bayangan akan difokuskan ke retina. Proses ini disebut akomodasi.
2.4.3 Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan digunakan untuk menentukan penggunaan kacamata, di
klinik dikenal dengan istilah visus. Sedangkan dalam fisika, ketajaman penglihatan ini
disebut resolusi mata.
Visus penderita bukan saja member pengertian tentang optiknya (kacamata),
tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan mengenai baik
buruknya fungsi mata secara keseluruhan. Oleh karena itu definisi visus adalah: nilai
kebalikan sudut (dalam menit) terkecil di mana sebuah benda masih dapat dilihat
dan dapat dibedakan.
Pada penentuan visus, para ahli mata mempergunakan kartu Snellen, dengan
berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan. Misalnya mata normal pada
waktu diperiksa diperoleh 20/40, berarti penderita dapat membaca huruf pada 20 ft,
sedangkan bagi mata normal dapat membaca pada jarak 40 ft, (1 ft = 5 m).
Penggunaan kartu Snellen ini kualitasnya kadang-kadang meragukan oleh
karena huruf yang sama besarnya mempunyai derajat kesukaran yang berbeda,
demikian pula huruf dengan ukuran berbeda kadang-kadang tidak sama bentuknya.
Untuk menghindari kelemahan-kelemahan itu telah diciptakan kartu Cincin Landolt.
Kartu ini mempunyai sejumlah cincin berlubang, diatur berderet yang sama besar,
dengan lubang yang arahnya ke atas, ke bawah, ke kiri dan ke kanan. Dari atas ke
8
bawah cincin itu diatur agar lubangnya mengecil secara berangsur-angsur. Penderita
disuruh menunjukan deretan cincin tersebut hingga cincin terkecil tanpa salah. Angka
visus ini dapat didapat dengan menghitung sudut di mana cincin Landolt itu diamati.
Misalnya penderita menunjukan cincin Landolt tanpa salah 0,8 mm jarak 4 meter.
2.4.4 Medan Penglihatan
Untuk mengetahui besar kecilnya medan penglihatan seseorang dipergunakan
alatPerimeter. Dengan alat ini diperoleh medan penglihatan vertikal 130º, sedangkan
medan penglihatan horizontal 155º.
2.4.5 Tanggap Cahaya
Bagian mata yang tanggap cahaya adalah retina. Ada dua tipe fotoreseptor pada
retina yaitu Rod (batang) dan Cone (kerucut). Rod dan Cone tidak terletak pada
permukaan retina melainkan beberapa lapis di belakang jaringan saraf. Tiap mata
memiliki 6,5 juta cone yang berfungsi untuk melihat siang hari, disebut
penglihatan fotopik. Melalui cone kita dapat mengenal beberapa warna, tetapi hanya
sensitive terhadap warna kuning, hijau (panjang gelombang 550 nm). Cone terdapat
terutama pada fovea sentralis.
Rod dipergunakan pada waktu malam atau disebut penglihatan skotopik, dan
merupakan ketajaman penglihatan dan dipergunakan untuk melihat ke samping. Setiap
mata terdapat 120 juta rod. Distribusi pada retina tidak merata, pada sudut 20º terdapat
kepadatan yang maksimal. Batang ini sangat peka terhadap cahaya biru dan hijau (510
nm).
Tetapi rod dan cone sama-sama peka terhadap cahaya merah (650-700 nm),
tetapi penglihatan cone lebih baik terhadap cahaya merah jika dibandingkan dengan
rod.
2.4.6 Penyesuaian Terhadap Terang dan Gelap
Dari ruang gelap masuk ke ruangan terang kurang mengalami kesulitan dalam
penglihatan. Tetapi apabila dari ruangan terang masuk ke dalam ruangan gelap akan
tampak kesulitan dalam penglihatan dan diperlukan waktu agar memperoleh
penyesuaian.
9
Apabila kepekaan retina cukup besar, seluruh objek/benda akan merangsang rod
secara maksimum sehingga setiap benda bahkan yang gelap pun akan terlihat terang
putih. Tetapi apabila kepekaan retina sangat lemah, ketika masuk ke dalam ruangan
gelap tidak ada bayangan yang benderang yang merangsang rod dengan akibat tidak
ada suatu objek pun yang terlihat. Perubahan sensitivitas retina secara automatis ini
dikenal sebagai fenomena penyesuaian terang dan gelap.
a. Mekanisme Penyesuaian Terang (Cahaya)
Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah pengaruh energy sinar
yang disebutfoto kimia. Di bawah pengaruh foto kimia ini rhodopsin akan pecah,
masuk ke dalam retina dan skotopsine. Retina akan tereduksi menjadi vitamin A di
bawah pengaruh enzim alcohol dehydrogenase dan koenzym DPN-H + H+ (=DNA)
dan terjadi proses timbale balik (visa verasa).
Rushton (1955) telah membuktikan adanya rhodopsin dalam retina mata
manusia, ternyata konsentrasi rhodopsin sesuai dengan distribusi rod. Penyinaran
dengan energi cahaya yang besar dan dilakukan secara terus menerus, konsentrasi
rhodopsin di dalam rod akan sangat menurun sehingga kepekaan retina terhadap
cahaya akan menurun.
b. Mekanisme Penyesuaian Gelap
Seseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya berada di ruangan
terang, jumlah rhodopsin di dalam rod sangat sedikit sebagai akibat orang tersebut
tidak dapat melihat objek/benda di ruang gelap. Selama berada di ruangan gelap,
pembentukan rhodopsin di dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi
rhodopsin akan mencapai kadar yang cukup dalam beberapa menit berikutnya
sehingga akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya dalam waktu singkat.
Selama penyesuaian gelap, kepekaan retina akan meningkat mencapai nilai
1.000 hanya dalam waktu beberapa menit saja.kepekaan retina mencapai 1.000,
waktu yang diperlukan 1 jam. Sedangkan kepekaan retina akan menurun dari nilai
100.000 apabila seseorang dari ruangan gelap ke ruangan terang. Proses penurunan
kepekaan retina hanya diperlukan waktu 1 sampai 10 menit. Penyesuaian gelap ini
ternyata cone lebih cepat daripada rod. Dalam waktu kira-kira 5 menit fovea
10
sentralis telah mencapai tingkat kepekaan. Kemudian dilanjutkan penyesuaian gelap
oleh rod sekitar 30 sampai 60 menit, rata-rata terjadi pada 15 menit pertama.
2.4.7 Tanggap Warna
Salah satu kemampuan mata adalah tanggap warna, namun mekanisme tanggap
warna tersebut belum diketahui secara jelas. Tetapi dengan menggunakan pengamatan
fotopik dapat melihat warna namun tidak dapat membedakan warna pada objek yang
letaknya jauh dari pusat medan penglihatan.
a. Teori Tanggap Warna
Cone berbeda dengan rod dalam beberapa hal, yaitu cone member jawaban
yang selektif terhadap warna, kurang sensitif terhadap cahaya dan mempunyai
hubungan dengan otak dalam kaitan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan
rod. Ahli faal Lamonov, Young Helmholtz berpendapat ada tiga tipe cone yang
tanggap terhadap tiga warna pokok yaitu biru, hijau dan merah.
1) Cone biru, mempunyai kemampuan tanggap gelombang frekuensi cahaya antara
400-500 millimikron. Berarti cone biru dapat menerima cahaya ungu, biru dan
hijau.
2) Cone hijau, berkemampuan menerima gelombang cahaya dengan frekuensi
antara 450 dan 675 millimikron. Ini berarti cone hijau dapat mendeteksi warna
biru, hijau, kuning, orange dan merah.
3) Cone merah, dapat mendeteksi seluruh panjang gelombang cahaya tetapi respon
terhadap cahaya orange kemerahan sangat kuat daripada warna-warna lainnya.
Ketiga warna pokok (biru, hijau dan merah) disebut trikhromatik.
b. Buta Warna
Jika seseorang tidak mempunyai cone merah, ia masih dapat melihat warna
hijau, kuning orange dan warna merah dengan menggunakan cone hijau, tetapi
tidak dapat membedakan secara tepat antara masing-masing warna tersebut oleh
karena tidak mempunyai cone merah untuk kontras/membandingkan dengan cone
hijau. Demikian pula jika seseorang kekurangan cone hijau, ia masih dapat melihat
seluruh warna, tetapi tidak dapat membedakan antara warna hijau, kuning, oranye
dan merah. Hal ini disebabkan cone hijau yang sedikit tidak mampu
mengkontraskan dengan cone merah. Jadi tidak adanya cone merah atau hijau akan
11
timbul kesukaran atau ketidakmampuan untuk membedakan warna antara warna
merah dan hijau, keadaan ini disebut buta warna merah-hijau. Kasus yang jarang
sekali, tetapi bisa jadi seseorang kekurangan cone biru, maka orang tersebut sukar
membedakan warna ungu, biru dan hijau. Tipe buta warna ini disebut kelemahan
biru (blue weakness).
Pada suatu penelitian diperoleh 8% laki-laki buta warna, sedangkan 0,5%
terdapat pada wanita dan dikatakan buta warna ini diturunkan oleh wanita. Ada pula
orang buta terhadap warna merah disebut protanopia, buta terhadap warna hijau
disebut deuteranopia dan buta warna terhadap warna biru disebut tritanopia.
2.4.8 Daya Akomodasi
Dalam hal memfokuskan objek pada retina, lensa mata memegang peranan
penting. Kornea mempunyai fungsi memfokuskan objek secara tepat, demikian pula
bola mata yang berdiameter 20-23 mm. Kemampuan lensa mata untuk memfokuskan
objek disebut daya akomodasi. Selama mata melihat jauh, tidak terjadi akomodasi.
Makin dekat benda yang dilihat, semakin kuat mata/lensa berakomodasi. Daya
akomodasi ini tergantung kepada umur. Usia semakin tua daya akomodasi semakin
menurun, hal ini disebabkan kekenyalan/elastisitas lensa semakin berkurang.
Jika benda terlalu dekat ke mata, lensa mata tidak dapat memfokuskan cahaya
pada retina dan bayangannya menjadi kabur. Titik terdekat di mana lensa mata
memfokuskan suatu bayangan pada retina disebut titik dekat (punctum
proksimum). Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya (berakomodasi
maksimum). Jarak dari mata ke titik dekat ini sangat beragam pada tiap orang dan
berubah dengan meningkatnya usia. Pada usia 10 tahun, titik dekat dapat sedekat 7 cm,
sementara pada usia 60 tahun titik dekat ini telah menjauh ke 200 cm karena kehilangan
keluwesan lensa akibat elastisitas lensa semakin berkurang, disebut mata presbyop atau
mata tua dan bukan merupakan cacat mata. Nilai standar yang diambil untuk titik dekat
ini adalah 25 cm, dan dianggap sebagai mata normal.
Jarak terjauh benda agar dapat dilihat dengan jelas, dikatakan benda terletak
pada titik jauh (punctum remotum). Pada saat ini mata tidak berakomodasi.lepas
akomodasi.
12
2.5 Jenis-jenis Mata dan Teknik Koreksi
2.5.1 Mata Normal
Sering disebut juga mata emetrop. Mata normal memiliki titik dekat 25 cm dan
titik jauh tak terhingga. Apabila mata memiliki titik dekat tidak sama dnegan 25 cm dan
titik jauh tidak sama dengan tak terhingga, maka dikatakan sebagai cacat mata. Hal ini
mengakibatkan mata sulit melihat benda yang jauh maupun dekat karena bayangan
tidak jatuh tepat pada retina.
2.5.2 Rabun Jauh (Miopi)
Disebut juga mata terang dekat, memiliki titik dekat kurang dari 25 cm (< 25
cm) dan titik jauh pada jarak tertentu. Orang yang menderita miopi dapat melihat
dengan jelas benda pada jarak 25 cm, tetapi tidak dapat melihat benda jauh dengan
jelas. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak dapat menjadi piph sebagaimana mestinya
sehingga bayangan benda jatuh di depan retina, disebabkan karena mata dibiasakan
melihat benda dengan jarak dekat atau kurang dari 25 cm. cacat mata ini dapat diatasi
dengan memakai kacamata berlensa cekung (minus).
2.5.3 Rabun Dekat (Hipermetropi)
Rabun dekat memiliki titik dekat lebih dari 25 cm (> 25 cm), dan titik jauhnya
pada jarak tak terhingga. Penderita rabun dekat dapat melihat jelas benda-benda yang
sangat jauh tetapi tidak dapat melihat benda-benda dekat dnegan jelas. Hal ini terjadi
karena lensa mata tidak dapat menjadi cembung sebagaimana mestinya sehingga
bayangan benda jatuh di belakang retina, disebabkan karena mata dibiasakan melihat
benda yang jaraknya jauh. Cacat mata ini dapat diatasi dengan kacamata berlensa
cembung (plus).
2.5.4 Mata Tua (Presbiopi)
Jenis mata ini bukan termasuk cacat mata, disebabkan oleh daya akomodasi
yang berkurang akibat bertambah usia. Letak titik dekat maupun titik jauh telah
bergeser. Titik dekatnya lebih dari 25 cm dan titik jauhnya hanya pada jarak tertentu.
Pada penderita presbiopi tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas serta tidak dapat
membaca pada jarak baca normal. Jenis mata ini dapat ditolong dengan kacamata
berlensa rangkap (minus di atas dan plus di bawah) yang disebut kacamata bifocal.
13
2.5.5 Astigmatisma
Cacat mata ini disebabkan oleh kornea mata yang tidak berbentuk sferis, tapi
lebih melengkung pada satu sisi daripada sisi yang lain. Akibatnya sebuah titik akan
difokuskan sebagai garis pendek. Penderita astagmatisma, dengan satu mata akan
melihat garis dalam satu arah lebih jelas daripada kea rah yang berlawanan. Penderita
astagmatisma dapat diatasi dnegan menggunakan kacamata berlensa silindris.
2.5.6 Mata Campuran
Penderita yang matanya sekaligus mengalami prsesbiopi dan miopi, maka
memiliki titik dekat yang letaknya terlalu jauh dan titik jauh terlalu kecil, dapat
ditolong dengan kacamata berlensa rangkap atau bifocal (negatif di atas dan positif di
bawah).
2.6 Peralatan dalam Pemeriksaan Mata
Dari sekian banyak peralatan mata, hanya beberapa peralatan yang akan dibahas
dalam kaitan pemeriksaan mata. Ada tiga prinsip dalam pemeriksaan mata yaitu :
pemeriksaaan mata bagian dalam, pengukuran daya focus mata, pengukuran
kelengkungan kornea. Peralatan dalam pemeriksaan mata dan lensa ada 6 macam yaitu:
Opthalmoskop
Retinoskop
Keratometer
Tonometer dari schiotz
Pupilometer
Lensometer
2.6.1 Opthalmoskop
Alat ini mula-mula dipakai oleh Helmholtz (1851). Prinsip pemeriksaan dengan
opthalmoskop untuk mengetahui keadaan fundus okuli ( = retina mata dan pembuluh
darah khoroidea keseluruhannya). Ada dua prinsip kerja opthalmoskop yaitu :
Pencerminan mata secara langsung
Pencerminan mata secara tak langsung
14
2.6.2 Retinoskop
Alat ini dipakai untuk menentukan reset lensa demi koreksi mata penderita
tanpa aktivitas penderita, meskipun demikian mata penderita perlu terbuka dan dalam
posisi nyaman bagi si pemeriksa. Cahaya lampu diproyeksi ke dalam mata penderita
dimana mata penderita tanpa akomodasi. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan dari
retina dan berfungsi sebagai sumber cahaya bagi sipemeriksa.
Fungsi retinoskop dianggap normal, apabila suatu objek (cahaya) berada di titik
jauh mata akan difokuskan pada retina. Cahaya yang dipantulkan retina akan
menghasilkan bayanagan focus pada titik jauh pula. Oleh karena itu pada waktu
pemeriksa mengamati mata penderita melalui retionoskop ,lensa posistif atau negatif
diletakkan di depan mata penderita sesuai dengan keperluan agar bayangan (cahaya)
yang dibentuk oleg retina penderita difokuskan pada mata pemeriksa. Lensa posistif
atau negatif yang dipakai itu perlu ditambah atau dikurangi agar pengfokusan bayangan
dari retina penderita terhadap pemeriksa tepat adanya. Suatu contoh, jarak pemeriksa
67 cm lensa yang diperlukan 1, 5 D.
2.6.3 Keratometer
Alat ini untuk mengukur kelengkungan kornea. Pengukuran ini diperuntukkan
pemakaian lensa kontak; lensa kontak ini dipakai langsung yaitu dengan cara
menempel pada kornea yang mengalami gangguan kelengkungan. Ada dua lensa
kontak yaitu :
Hard contact lens. Dibuat dari plastic yang keras, tebal 1 mm dengan diameter 1
cm. sangat efektif bila dilepaskan dan mudah terlepas oleh air mata tetapi dapat
mengoreksi astigmatisma.
Soft contact lens adalah kebalikan dari hard contact lens. Sangat nyaman tetapi
tidak dapat mengoreksi astigmatisma.
2.6.4 Tonometer
Pada tahun 1900, Schiotz (Jerman) memperkenalkan alat untuk mengukur
tekanan intraocular yang dikenal dengan nama Tono meter dari Schiotz.
Teknik dasar : Penderita ditelentangkan dengan mata menatap ke atas,
kemudian kornea mata dibius. Tengah-tengah alat (Plug) diletakkan di atas kornea
15
menyebabkan suatu tekanan ringan terhadap kornea. Plug dari tonometer berhubungan
dengan skala sehingga dapat terbaca nilai skala tersebut.
Tahun 1950 Tonometer Schiotz dimadifikasi dengan kemudahan dalam
pembacaan secara elektronik dan dapat direkam di sebut tonograf. Goldmann (1955)
mengembangkan tonometer yang disebut tono meter Goldmann Aplanation ;
pengukuran dengan memakai alat ini penderita dalam posisi duduk.
2.6.5 Pupilometer Dari Eindhoven
Diameter pupil dapat diukur dengan menggunakan pupilometer dari eindhoven.
Yaitu lempengan kertas terdiri dari sejumlah lubang kecil dengan jarak tertentu.
Apabila melihat melalui lubang-lubang ini dengan latar belakang dan tanpa akomodasi
maka diperoleh perjalanan sinar sebagai berikut :
Lingkaran yang terproyeksi pada jaringan retina saling menyentuh berarti garis
1 dan 2 adalah sejajar. Garis 1 dan 2 inilah garis terluar yang masih dapat masuk
melalui pupil, sehingga deperoleh jarak d, jarak ini adalah diameter pupil. Pada
penentuan besar pupil, jarak antara lubang dan mata tidak menjadi masalah.
2.6.6 Lensometer
Suatu alat yang dipakai untuk emngukur kekuatan lensa baik dipakai si
penderita atau sekedar untuk mengetahui dioptri lensa tersebut. Prinsip dasar :
Menentukan focus lensa positif sangat mudah , dapat dengan cara :
Memfokuskan bayangan dari suatu objek tak terhingga misalnya (matahari)
Memfokuskan bayangan dari suatu objek yang telah diketahui jaraknya.
Teknik di atas ini tidak dapat diterapkan pada lensa negatif namun dapat
dilakukan sedikit modifikasi yaitu : mengkombinasikan lensa negatif dengan lensa
positif kuat yang telah ditentukan dioptrinya. Dengan memakai lensometer, benda
penyinaran digerakkan sehingga diperoleh bayangan tajam melalui pengamatan lensa.
16
BAB III
PENUTUP
Banyak pengetahuan yang kita peroleh melalui suatu penglihatan. Untuk
membedakan gelap dan terang tergantung atas penglihatan seseorang. Ada tiga
komponen pada penginderaan penglihatan :
Sistem syaraf mata yang memberi informasi ke otak
Mata memfokuskan bayangan pada retina
Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan tersebut.
Mata merupakan alat optik yang paling dekat dengan kita dan merupakan sistem
optik yang paling penting. Dengan mata, kita bisa melihat keindahan alam sekitar kita.
Sistem optik mata serupa dengan kamera TV bahkan lebih mahal oleh karena :
Mata bisa mengamati objek dengan sudut yang sangat besar
Tiap mata mempunyai kelopak mata dan ada cairan lubrikasi
Dalam satu detik dapat memfokuskan objek berjarak 20 cm
Mata sangat efektif pada intensitas cahaya 10 : 1
Diafragma mata di atur secara otomatis oleh iris
Kornea terdiri dari sel-sel hidup namun tidak mendapat vaskularisasi
Tekanan bola mata diatur secara otomatis sehingga mencapai 20 mmHg
Tiap mata dilindungi oleh tulang
Bayangan yang terbentuk oleh mata akan diteruskan ke otak.
Bola mata dilengkapi dengan otot-otot mata yang mengatur gerakan bola mata
(m=muskulus = otot).
17
DAFTAR PUSTAKA
Hani, Ahmadi Ruslan, S.Pd, dan Riwidikdo, Handoko, S.Kp. 2008. Fisika Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cebdikia Press.
J.F. Gabriel,2003, Fisika Kedokteran, EGC, Jakarta
http://arwinlim.blogspot.com/2007/10/bio-optik-dalam-keperawatan.html
http://pendidikansains.blogspot.com/2008/04/bio-optik-dalam-keperawatan.html
http://dasatisnaasyari.blogspot.com/2011/05/fisika-bahasan-bio-optik.html
18