bin artikel

5
Dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa tidak dapat dilepaskan dari aktivitas membaca dan menulis. Hal ini diperlukan untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa. Membaca dan menulis pada dasarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk dapat melakukan aktivitas menulis, mahasiswa dituntut membudayakan aktivitas membaca. Namun demikian, aktivitas membaca yang menjadi landasan menulis ini ternyata belum begitu maksimal. Hal itu dapat dilihat dari budaya plagiatisme. Plagiatisme adalah budaya menjiplak karya seseorang tanpa izin dari pemilik karya tersebut. Memang cara ini sangat praktis atau instan yang selalu digunakan dalam pengerjaan tugas kuliah. Sehingga tanpa berpikir mahasiswa hanya mencari sebuah referensi di internet dan men-copy paste. Itulah yang sering ditemukan dalam penyelesaian tugas karya ilmiah dan penyusunan makalah. Mahasiswa dituntut memiliki kemampuan menulis dalam menunjang keberhasilan studi-nya. Misalnya dosen memberikan tugas mahasiswa menyusun karya ilmiah sebagai bagian dari penilaian akhir. Mahasiswa yang

Upload: choirun-nisa

Post on 02-Oct-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas bahasa indonesia semester 1 administrasi publik

TRANSCRIPT

Dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa tidak dapat dilepaskan dari aktivitas membaca dan menulis. Hal ini diperlukan untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa. Membaca dan menulis pada dasarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Untuk dapat melakukan aktivitas menulis, mahasiswa dituntut membudayakan aktivitas membaca. Namun demikian, aktivitas membaca yang menjadi landasan menulis ini ternyata belum begitu maksimal. Hal itu dapat dilihat dari budaya plagiatisme. Plagiatisme adalah budaya menjiplak karya seseorang tanpa izin dari pemilik karya tersebut. Memang cara ini sangat praktis atau instan yang selalu digunakan dalam pengerjaan tugas kuliah. Sehingga tanpa berpikir mahasiswa hanya mencari sebuah referensi di internet dan men-copy paste. Itulah yang sering ditemukan dalam penyelesaian tugas karya ilmiah dan penyusunan makalah.Mahasiswa dituntut memiliki kemampuan menulis dalam menunjang keberhasilan studi-nya. Misalnya dosen memberikan tugas mahasiswa menyusun karya ilmiah sebagai bagian dari penilaian akhir. Mahasiswa yang mendapatkan tugas menyusun karya ilmiah tersebut tentu saja harus menuliskannya secara baik, sistematis, dan mudah dipahami. Dengan penyusunan karya ilmiah yang baik dipastikan memudahkan dosen memahami kerangka berpikir mahasiswa dalam penyajian karya ilmiahnya. Penyusunan karya ilmiah secara baik, sistematis, dan mudah dipahami jelas akan memberikan nilai positif. Banyaknya tugas menulis karya ilmiah yang diberikan dosen berarti menuntut mahasiswa selalu membuka literatur, membacanya, dan menuliskan apa yang didapat dari buku atau referensi yang pernah dibaca. Kebiasaan membaca dan kemampuan menuangkan pemikiran dalam tulisan yang dimiliki mahasiswa dipastikan akan berbanding lurus dengan peningkatan prestasi akademiknya.Dalam penulisan karya ilmiah yang baik memang mahasiswa dituntut untuk menuangkan apa yang dipikirkannya. Bukan meniru secara keseluruhan apa yang dikatakan orang lain. Dan hal ini belum diterapkan di dunia pendidikan di Indonesia. Sedangkan negara tetangga saja atau Malaysia dapat menghasilkan mahasiswa yang kreatif. Hal ini dilihat dari hasil publikasi karya ilmiah. Indonesia ternyata masih berada di urutan bawah dalam hal publikasi karya ilmiahnya. Itu disebabkan penulisan karya ilmiah yang kurang bagus. Seperti terjadinya menjiplak karya orang lain yang sudah dipublikasikan.Beberapa waktu yang lalu saya membaca harian Kompas, terdapat sebuah wacana tentang kebijakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nasional untuk menyelesaikan masalah ini. Kebijakan itu tertuang dalam surat edaran Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (Dirjen Dikti) perihal pembuatan makalah yang diterbitkan melalui jurnal ilmiah oleh mahasiswa sebagai syarat kelulusan dan menjadi sarjana yang rencananya mulai diberlakukan mulai Agustus 2012 ini. Kebijakan tersebut juga dijelaskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh mengatakan bahwa ada tiga hal pokok yang mendasari lahirnya kebijakan ini, yakni: 1) Karya ilmiah mahasiswa yang masih rendah dipublikasikan bila dibandingkan dengan Negara lain. 2) Sebagai upaya mendorong budaya menulis dalam persepektif keilmuan di kalangan mahasiswa. 3) Meminimalisir plagiatisme dalam menulis karya ilmiah. Dengan adanya kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas menulis karya ilmiah mahasiswa atau lulusan sarjana di Indonesia. Sehingga hasil karya imiah yang dihasilkan para mahasiswa indonesia dapat bersaing dengan mahasiswa internasioanl. Dan hal ini dapat memperbaiki mutu publikasi karya ilmiah di kancah internasional.Sehingga dari artikel saya ini dapat disimpulkan bahwa rendahnya kemampuan menulis karya ilmiah di kalangan mahasiswa indonesia disebabkan karena mahasiswa indonesia kurang membaca. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa mari kita budayakan kegiatan membaca kita. Agar kita dapat memperoleh berbagai informasi dan dapat mengaplikasikan hasil membaca kita sehingga dapat memperbaiki kualitas menulis karya ilmiah di kalangan mahasiswa. Bukan hanya itu, mahasiswa diharapkan berperan dan berpartisipasi aktif dalam setiap perlombaan karya tulis ilmiah sebagai upaya menerapkan dan menguji ilmu pengetahuan terkait jurusan dan program studi-nya. Dan mengembangkan ilmu pengetahuan terkait jurusan dan program studi-nya melalui karya tulis yang dapat memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA1. http://edukasi.kompasiana.com2. Harian KOMPAS Kamis, 9 Februari 20123. www.google.com