ali bin abi thalib

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah meninggalnya Khalifah Usman bin Affan, kebingunan dan kekacauan terjadi di Madinah. Pada waktu itu para sahabat, mengusulkan bahwa Ali bin Abi Thalib meneruskan kekhalifahan. Semua menyetujui, Ali mula- mula tidak mau menerima kekhalfahan pada saat dan keadaan sepeti itu, tetapi mengingat, kepentingan- kepentingan Islam, akhirnya ia menerima tanggun jawab khalifahan, pada tanggal 23 Juni 656 M, setiap orang memberikan sumpah setia kepadanya dan dia dinyatakan sebagai khalifah Islam. 1 Akan tetapi ada bebarapa tokoh yang menolak usulan tersebut diantaranya Muawiyah bin Abi Sufyan. Mereka menolak Ali bin Abi Thalib pada umumnya adalah para gubernur atau pejabat yang berasal dari keluarga besar Kholifah Usman bin Affan. Mereka menuntut pembunuh Kholifah Usman bin Affan ditangkap terlebih dahulu. 1 Syed Mahmudunnasir, Islam Konsep dan Sejarahnya (Cet,4 ; Bandung, PT.Remaja Rosdakarya bandung, 2005) h.165. 1

Upload: japar-sadiq-assaqaf

Post on 01-Jun-2015

6.694 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ALI BIN ABI THALIB

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah meninggalnya Khalifah Usman bin Affan,

kebingunan dan kekacauan terjadi di Madinah. Pada waktu itu

para sahabat, mengusulkan bahwa Ali bin Abi Thalib meneruskan

kekhalifahan. Semua menyetujui, Ali mula-mula tidak mau

menerima kekhalfahan pada saat dan keadaan sepeti itu, tetapi

mengingat, kepentingan-kepentingan Islam, akhirnya ia

menerima tanggun jawab khalifahan, pada tanggal 23 Juni 656

M, setiap orang memberikan sumpah setia kepadanya dan dia

dinyatakan sebagai khalifah Islam. 1

Akan tetapi ada bebarapa tokoh yang menolak usulan tersebut

diantaranya Muawiyah bin Abi Sufyan. Mereka menolak Ali bin

Abi Thalib pada umumnya adalah para gubernur atau pejabat

yang berasal dari keluarga besar Kholifah Usman bin Affan.

Mereka menuntut pembunuh Kholifah Usman bin Affan ditangkap

terlebih dahulu. Setelah itu barulah masalah pergantian

pemimpin dibicarakan . Sebaliknya, pihak Ali bin Abi Tahlib

berpendapat bahwa masalah kepemimpinan sebaiknya

diselesaikan terlebih dahulu. Seteleh itu, barulah pembunuh

Kholifah Usman bin Affan dicari bersama-sama. Perbedaan

1 Syed Mahmudunnasir, Islam Konsep dan Sejarahnya (Cet,4 ; Bandung, PT.Remaja Rosdakarya bandung, 2005) h.165.

1

Page 2: ALI BIN ABI THALIB

2

pendapat tersebut awal pecahnya persatuan kaum muslimin saat

itu. Akhirnya Ali bin Abi Thalib tetap diangkat sebagai  kholifah

meskipun ada beberapa kalangan yang tidak tersedia

mengakuinya.2

Keadaan demikian mewarnai kekhalifaannya hingga Ali bin Abi

Thalib wafat.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana rumusan masalah di atas maka dalam makalah ini kami akan

bahas beberapa topik pokok diantanya:

1. Bagaimana biografi Ali bin Abi Thalib dan pemerintahannya?

2. Bagaimana tantangan dari Talhah, Zubair dan Aisyah?

3. Bagaimana tantangan dari Muawiyah?

4. Bagaimana tantangan kaum Khawarij setelah peristiwa tahkim?

2 Ibid.

Page 3: ALI BIN ABI THALIB

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Ali bin Abi Thalib dan Pemerintahannya

Ali adalah anak bungsu dari enam bersaudara pasangan Abu Thalib bin

Abdul Muththalib dan Fatimah binti Asad. Ia dilahirkan di Mekah, tepatnya di

Ka’bah (Jum’at 13 Rajab 600 M). ketika lahir ibunya memberi nama Haidarah,

atau Haidar yang berarti singa, seperti nama ayahnya, Asad, juga berarti singa.

Tetapi Abu Talib memberi nama Ali yang berarti luhur, tinggi dan agung, nama

yang kemudian lebih dikenal, nama yang memang sesuai dengan sifat-sifatnya.

Ali adalah orang pertama dari kalangan Kuraisy yang lahir dari ibu-bapa sama-

sama dari Bani Hasyim. Ia digelari Abu> Turab dan Karrama Alla>hu Wajhah. 3

Ia adalah sepupu Nabi Muhammad saw sekaligus menantu Nabi, Ali bin

Abi Thalib menikah dengan Fatimah, putri Rasulullah saw dengan Khadijah. Ali

bertunangan dengan Fatimah sebelum Perang Badar tetapi pernikahan mereka

dilangsungkan kira-kira tiga bulan selepas itu, ketika itu Ali berusia 21 tahun dan

Fatimah berusia 15 tahun. Ia yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-

anak.4

Ali bin Abi Thalib dikenal pemberani, sewaktu Nabi saw mau

meninggalkan rumah pada malam peristiwa hijrah ke Madinah, Nabi saw

berpesan kepada Ali supaya tidur di perbaringannya. Ali dengan tenang menerima

arahan Nabi saw dan tidur dengan nyenyaknya sehingga orang-orang kafir Mekah

menyerbu masuk ke rumah Nabi saw dan menyergap Ali yang disangka Nabi saw 3 Muhammad Ridha, ‘Ali> bin Abi> T{a>lib Karrama Alla>hu Wajhah, (Beirut: Dar al-

Kutub al-Ilmiyah, 1995), h. 5.4 Ibid, h.6.

Page 4: ALI BIN ABI THALIB

4

itu.5 Demikian pula peranannya dalam peran badar bersama Nabi dan para

sahabat, perang uhud, perang parit dan tempat-tempat lainnya. Dalam perang

khandak misalnya, tak ada yang berani menyambut tantangan duel Amr bin Abdul

Wudd selain Ali. Ali maju duel pun terjadi dan dalam waktu tak seberapa lama

Ali berhasil memisahkan kepala jago tanding kuraisy itu dari badannya.6

Selain pemberani Ali bin abi Thalib juga dikenal dengan akhlaknya yang

sangat terpuji, ia rendah hati, lapang dada, tidak pendendam, selalu memelihara

silaturahmi. Ia seorang yang zuhud serta wara. Dia adalah orang yang sarat

dengan ilmu, tempat para sahabat terkemuka bertanya dalam masalah hukum-

hukum-hukum agama yang musykil atau tentang makna sebuah ayat dalam al-

Qur’an atau tafsirnya.

Ia dikenal sebagai orang ‘alim dan cerdas, ketika Abu Bakar menjadi

khalifah, tidak pernah meninggalkan Ali bin Abi Thalib di dalam musyawara

penting. Demikian pula halnya ketika Umar bin Khattab menjadi Khalifah yang

kedua, Ali bin Abi Thalib tetap memperoleh kemuliaan dan penghormatan dari

Umar bin Khattab sebagaimana semasa pemerintahan Abu Bakar, Walaupun

diketahui bahawa Umar bin Khattab terkenal sebagai sahabat yang sangat ahli dan

bijak dalam bidang hukum, namun baginda sering minta bantuan kepada Ali bin

Abi Thalib di dalam menyelesaikan beberapa hal yang sulit bahkan dalam riwayat

disebutkan bahwa Umar bin Khattab tidak suka merundingkan soal-soal yang sulit

tanpa dihadiri oleh Ali Bin Abu Talib.7

5Ali Audah, Ali bin Abi Thalib Sampai Kepada Hasan Husain Cet. V (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2008), h. 48

6Ibid, h. 1087Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, Cet. V (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2002), h. 151.

Page 5: ALI BIN ABI THALIB

5

Pemerintahan Ali bin Abi Thalib

Dalam kondisi genting pasca terbunuhnya Khalifah Usman bin ‘Affan,

kaum Muhajirin dan Anshar berkumpul di Masjid Nabawi Madinah. Dengan

harap-harap cemas mereka menunggu berita tentang siapa yang akan menjadi

Khalifah baru. Masjid yang menurut ukuran masa itu sudah cukup besar, penuh

sesak dibanjiri orang. Di antara tokoh-tokoh muslimin yang menonjol tampak

hadir Ammar bin Yasir, Abul Haitsam bin At Thaihan, Malik bin 'Ijlan dan Abu

Ayub bin Yazid. Mereka bulat berpendapat, bahwa hanya Ali bin Abi Thalib r.a.

lah tokoh yang paling mustahak dibai'at. Diantara mereka yang paling gigih

berjuang agar Imam Ali r.a. dibai'at ialah Ammar bin Yasir. Dalam mengutarakan

usulnya, pertama-tama Ammar mengemukakan rasa syukur karena kaum

Muhajirin tidak terlibat dalam pembunuhan Khalifah Usman.8

Kepada kaum Anshar, Ammar menyatakan, jika kaum Anshar hendak

mengkesampingkan kepentingan mereka sendiri, maka yang paling baik ialah

membai'at Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Ali bin Abi Thalib, kata Ammar,

mempunyai keutamaan dan ia pun orang yang paling dini memeluk Islam. Kepada

kaum Muhajirin, Ammar mengatakan: kalian sudah mengenal betul siapa Ali bin

Abi Thalib. Oleh karena itu aku tak perlu menguraikan kelebihan-kelebihannya

lebih panjang lebar lagi. Kita tidak melihat ada orang lain yang lebih tepat dan

lebih baik untuk diserahi tugas itu.9

Usul Ammar secara spontan disambut hangat dan didukung oleh yang

hadir. Malahan kaum Muhajirin mengatakan: "Bagi kami, ia memang satu-

8Hamid Al Husaini, Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib, (Jakarta: Lembaga Penyelidikan Islam 1981), h. 84 .

9Ibid.

Page 6: ALI BIN ABI THALIB

6

satunya orang yang paling afdhal" Setelah tercapai kata sepakat, semua yang

hadir berdiri serentak, kemudian berangkat bersama-sama ke rumah Ali bin Abi

Thalib, Di depan rumahnya mereka beramai-ramai minta dan mendesak agar

Imam Ali keluar. Setelah Ali bin Abi Thalib keluar, semua orang berteriak agar

ia bersedia mengulurkan tangan sebagai tanda persetujuan dibai'at menjadi Amirul

Mukminin. Pada mulanya Ali menolak dibai'at sebagai Khalifah. Dengan terus

terang ia menyatakan : "Aku lebih baik menjadi wazir yang membantu daripada

menjadi seorang Amir yang berkuasa. Siapa pun yang kalian bai'at sebagai

Khalifah, akan kuterima dengan rela. Ingatlah, kita akan menghadapi banyak hal

yang menggoncangkan hati dan fikiran." Serta mengusulkan agar mereka memilih

dari senior yang lain seperti Talhah dan Zubair.

Jawaban Ali yang seperti itu, tak dapat diterima sebagai alasan oleh

banyak kaum muslimin yang waktu itu datang berkerumun di rumahnya. Mereka

tetap mendesak atau setengah memaksa, supaya Ali bin Abi Thalib bersedia

dibai'at oleh mereka sebagai Khalifah. Dengan mantap mereka menegaskan

pendirian: "Tidak ada orang lain yang dapat menegakkan pemerintahan dan

hukum-hukum Islam selain anda. Kami khawatir terhadap ummat Islam, jika

kekhalifahan jatuh ketangan orang lain." Beberapa saat lamanya terjadi saling-

tolak dan saling tukar pendapat antara Ali dengan mereka. Para sahabat Nabi

Muhammad s.a.w. dan para pemuka kaum Muhajirin dan Anshar mengemukakan

alasannya masing-masing tentang apa sebabnya mereka mempercayakan

kepemimpinan tertinggi kepada Ali.10

10Ibid, h. 85.

Page 7: ALI BIN ABI THALIB

7

Ali tetap menyadari, jika ia menerima pembai'atan mereka pasti akan

menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan gawat. Namun karena

mereka terus menyakinkan Ali bahwa kaum muslimin memang sangat

menginginkan pimpinannya, dengan perasaaan berat ia menyatakan kesediaannya

untuk menerima pembai'atan mereka. Satu-satunya alasan yang mendorong Imam

Ali r.a. bersedia dibai'at, ialah demi kejayaan Islam, keutuhan persatuan dan

kepentingan kaum muslimin. Rasa tanggung jawabnya yang besar atas

terpeliharanya nilai-nilai peninggalan Rasul Allah saw membuatnya siap

menerima tanggung jawab berat di atas pundaknya. Sungguh pun demikian, ia

tidak pernah lengah, bahwa situasi yang ditinggalkan oleh Khalifah Usman

benar-benar merupakan tantangan besar yang harus ditanggulangi.11

Keputusan Ali bin Abi Thalib untuk bersedia dibai'at sebagai Amirul

Mukminin disambut dengan perasaan lega dan gembira oleh sebagian besar kaum

muslimin. Kepada mereka Ali meminta supaya pembai'atan dilakukan di masjid

agar dapat disaksikan oleh umum. lalu ramai-ramai pergi menuju masjid, Ali

akhirnya dibai’at menjadi Khalifah menggantikan usman bin Affan oleh

mayoritas rakyat dari Muhajirin dan Ansar serta para tokoh sahabat seperti Talhah

dan Zubair di Masjid Madinah 12 Sesuai dengan tradisi pada masa itu, sesaat

setelah dibai'at Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib menyampaikan amanatnya

yang pertama. Antara lain mengatakan: "Sebenarnya aku ini adalah seorang yang

sama saja seperti kalian. Tidak ada perbedaan dengan kalian dalam masalah hak

11 Suyuti Pulungan, op. cit., h. 151-152.12M. Abdul Karim, Sejarah Pemikian dan Peradaban Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka

Book Publisher, 2007), h. 106.

Page 8: ALI BIN ABI THALIB

8

dan kewajiban. Hendaknya kalian menyadari, bahwa ujian telah datang dari

Allah s.w.t. Berbagai cobaan dan fitnah telah datang mendekati kita seperti

datangnya malam yang gelap-gulita. Tidak ada seorang pun yang sanggup

mengelak dan menahan datangnya cobaan dan fitnah itu, kecuali mereka yang

sabar dan berpandangan jauh. Semoga Allah memberikan bantuan dan

perlindungan. "Hati-hatilah kalian sebagaimana yang telah diperintahkan oleh

Allah s.w.t. kepada kalian, dan berhentilah pada apa yang menjadi larangan-Nya.

Dalam hal itu janganlah kalian bertindak tergesa-gesa, sebelum kalian menerima

penjelasan yang akan kuberikan. "Ketahuilah bahwa Allah s.w.t. di atas 'Arsy-

Nya Maha Mengetahui, bahwa sebenarnya aku ini tidak merasa senang dengan

kedudukan yang kalian berikan kepadaku. Sebab aku pernah mendengar sendiri

Rasul Allah s.a.w. berkata: "Setiap waliy (penguasa atau pimpinan) sesudahku,

yang diserahi pimpinan atas kaum muslimin, pada hari kiyamat kelak akan

diberdirikan pada ujung jembatan dan para Malaikat akan membawa lembaran

riwayat hidupnya. Jika wali itu seorang yang adil, Allah akan menyelamatkannya

karena keadilannya. Jika wali itu seorang yang dzalim, jembatan itu akan

goncang, lemah dan kemudian lenyaplah kekuatannya. Akhirnya orang itu akan

jatuh ke dalam api neraka…"13

Ali dibai’at oleh mayoritas kaum Muhajirin dan Anshar serta para tokoh

sahabat seperti Talhah dan Zubair, Ali dibai’at di mesjid Madinah. Salah seorang

tokoh yang menolak untuk membai’at Ali dan menunjukkan sikap konfrontatif

adalah Muawiyah bin Abi Sufyan, keluarga Usman dan gubernur Syam dengan

13Hamid Al Husaini, op. cit., h. 84-85.

Page 9: ALI BIN ABI THALIB

9

alasan karena menurutnya Ali bertanggung jawab atas terbunuhnya Usman,

karena itu Ali harus mencari para pelakunya dan mengadilinya. 14

Setelah resmi memegang jabatan khalifah, Ali segera mengambil

kebijakan politik untuk memperbaiki managemen pemerintahan yang pada masa

sebelumnya terutama enam tahun paruh kedua dari pemerintahan khalifah Usman

bin ‘Affan yang isunya terjadi praktek nepotisme. Khalifah Ali bin Abi setelah

dibai’at, khalifah Ali mengambil langkah-langkah politik, yaitu:

1. Memecat para pejabat yang diangkat oleh Usman, termasuk didalamnya

beberapa gubernur lalu menunjuk penggantinya.

2. Mengambil tanah yang telah dibagikan Usman kepada keluarga dan kaum

kerabatnya.

3. Memberikan kepada kaum muslimin tunjangan yang diambil dari bait al-

ma>l, seperti yang pernah dilakukan oleh Abu Bakar, pemberian dilakukan

secara merata, tanpa membedakan sahabat yang lebih dulu memeluk agama

Islam atau yang belakangan.

4. Meninggalkan kota Madinah dan menjadikan kota Kufah sebagai pusat

pemerintahan. 15

Selain itu Khalifah Ali membenahi dan menyusun arsip negara untuk

mengamankan dan menyelamatkan dokumen-dokumen khalifah, membentuk

kantor h}a>jib (bendaharawan) dan kantor sa>hibushs{hurt{ah (pasukan

pengawal), serta mengorganisir polisi dan menetapkan tugas–tugas mereka.

14Barnaby Rogerson, The Heirs of The prophet Muhammad, Terj. Ahmad Asnawi, Para Pewaris Muhammad, (Cet. I; Yogyakarta: Diglossia Media, 2007), h. 23-24.15 Dewan redaksi ensiklopedi islam, “Ali ibn Abi Thalib,” Ensiklopedi Islam, Jilid I (Jakarta: Ichtiar baru van houve, 1994), h. 112-113

Page 10: ALI BIN ABI THALIB

10

Pemerintahan Ali juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan. Setelah

pemberontakan di Kabul dan Sistan ditumpas, tentaranya mengadakan serangan di

atas Koukan (Bombaay). Ia juga mendirikan pemukiman–pemukiman militer di

perbatasan Syiria dan membangun benteng-benteng yang kuat di utara perbatasan

Parsi.

Dalam pengelolahan uang negara khalifah Ali mengikuti prinsip prinsip

yang ditetapkan oleh khalifah Umar yaitu harta rakyat dikembalikan kepada

rakyat. Dalam pengawasan terhadap tindakan para gubernur, Ali bertindak keras

dan tidak pilih kasih serta memantau mereka secara terus-menerus. Suatu ketika

Ibn Abbas, Gubernur Bashrah keluarga Ali diketahui mengambil uang Baitul Mal

untuk keperluan pribadi, Ali langsung menegurnya.16

B. Tantangan Dari Aisyah, Talhah dan zubair (Perang Jamal)

Ali dibai’at menjadi Khalifah pada pertengahan bulan Dzulhijjah tahun 35

H, ditengah-tengah kekacauan dan kerusuhan akibat kematian Khalifah Usman.

Tuntutan untuk menangkap dan menghukum para pembunuh Usman dialamatkan

kepadanya, padahal tugas pokok yang juga mendesak untuk diselesaikan adalah

masalah keamanan dan ketertiban umum akibat kaum pemberontak..Menurutnya,

jika tidak ada keamanan dan ketertiban akan lebih sulit menyelesaikan masalah

kriminal seperti pembunuhan Usman. Dan kaidah hukum Islam, kepentingan

umum didahulukan dari pada kepentingan khusus.17

Kebijakan yang diambil Ali bin Abi Thalib mendapatkan tantangan dari

dua kelompok besar pada saat itu. Damsyik dan Makkah menuduh Imam Ali r.a.

16Suyuthi Pulungan, op. cit., h. 158-159. 17 Ali Audah, op. cit., h. 215

Page 11: ALI BIN ABI THALIB

11

sebagai orang yang setidak-tidaknya ikut bertanggungjawab atas terbunuhnya

Khalifah Usman Dalam periode itu praktis ummat Islam terpecah dalam tiga

kelompok besar:

1. Kelompok Madinah di bawah pimpinan Imam Ali r.a.

2. Kelompok Damsyik di bawah pimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan.

3. Kelompok Makkah di bawah pimpinan trio Thalhah, Zubair dan Aisyah

Masing-masing kelompok ditunjang oleh kekuatan bersenjata yang cukup

tangguh dan berpengalaman. Kelompok Madinah menghadapi kelompok Mekah

dan Damsyik karena seakan-akan kelompok Damsyik berdiri dibelakang

kelompok Makkah. Dua tantangan besar yang sedang dihadapi Ali r.a. mewarnai

kehidupan kaum muslimin pada tahun empat-puluhan Hijriyah.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam, terjadi satu krisis politik yang

mengarah kepada peperangan besar antara sesama kaum muslimin. Inilah gejala

nyata dari apa yang pernah dikemukakan Rasul Allah s.a.w. semasa hidupnya,

bahwa pada satu ketika akan terjadi fitnah besar di kalangan ummatnya, laksana

datangnya malam gelap-gulita yang berlangsung dari awal sampai akhir.

Pada musim haji itu istri-istri Nabi diantarnya: Aisyah, Hafsah, dan

Ummuh Salamah sedang menunaikan ibadah haji. Aisyah mendengar berita

kematian Khalifah Usman di Mekah dan dibai’atnya Ali bin Abi Thalib sebagai

khalifah pengganti Usman. Ia terlihat marah sekali, tidak menerima dan menuntut

bela atas kematian Usman. Setelah menunaikan ibadah haji ia kembali ke

medinah, namun ditengah perjalanan terpaksa dibatalkan dan berbelok ke Bashrah

atas usulan Talhah dan Zubair dan beberapa anggota rombongnnya. Pada mulanya

Page 12: ALI BIN ABI THALIB

12

Aisyah menolak jika maksudnya ialah untuk berperang, tetapi mereka mengatakan

bahwa mereka ingin Aisyah dapat mengajak orang untuk menuntut pembunuh

Usman bukan untuk perang.18

Saat itu pasukan Ali berangkat ke sana guna melakukan ishlah dan

menyatukan kalimat, tetapi Abdullah bin Saba’ dan kawan-kawannya

merencanakan untuk mengadu kedua belah pihak. Orang-orang yang melakukan

konspirasi jahat ini bergerak sebelum fajar. Jumlah mereka hampir 2000 orang.

Mereka melakukan serangan mendadak. Akhirnya orang-orang bangun dari

tidurnya dan membawa pedang seraya berkata, “Para penduduk Kufah

menyerang kita pada malam hari dan berkhianat kepada kita.“ Mereka mengira

bahwa tindakan tersebut adalah rencana busuk dari Ali. Setelah mendengar berita

ini Ali berkata, “Apa yang terjadi pada masyarakat?” Orang-orang yang berada

di sekitarnya berteriak, “Orang-orang Bashrah menyerang kami di malam hari

dan berkhianat terhadap kita.” Kemudian masing-masing pihak mengambil

pedang dan baju perangnya tanpa mengetahui hakikat yang sebenarnya. Terjadilah

peperangan di antara mereka. Pasukan Ali sekitar 20.000 orang, adapun pasukan

Aisyah berjumlah sekitar 30.000 orang. Aisyah ikut maju dengan mengendarai

onta.19

Ketika pasukan Ali mendekati pasukan Thalhah dan Zubair, maka

keluarlah Ali dengan menunggang baghal Rasulullah saw, kemudian memanggil

Zubair dan berkata:“Wahai Zubair, demi Allah, apakah engkau ingat ketika

Rasulullah bertanya kepadamu: ‘Wahai Zubair apakah kamu mencintai Ali?’

18 Ibid, h. 221.19Aunur Rafiq Shaleh Tahmid, Sirah Nabawiyah Analisis Ilmiyah Manhajiah Sejarah

Pergerakan Islam di Masa Rasulullah saw, Cet. II, (Jakarta: Robbani Press, 2000), h.503.

Page 13: ALI BIN ABI THALIB

13

Lalu kamu menjawab: “Mengapa aku tidak mencintai anak bibiku dan anak

pamanku bahkan seagama denganku?” Kemudian Nabi saw bersabda: “Wahai

Zubair, demi Allah, satu saat engkau pasti akan memeranginya dan

menzhaliminya”. Zubair menjawab, “Demi Allah, aku telah lupa akan hal itu.

Tetapi sekarang aku telah teringat lagi. Demi Allah, aku tidak akan

memerangimu untuk selama-lamanya.” Kemudian Zubair meninggalkan

peperangan dan kembali ke Medinah, ditengah perjalanan ia berhenti disebuah

lembah Wadi Suba’ untuk melaksanakan shalat, ketika sedang khusyu’ shalat ia

dibunuh oleh Amr bin Jurmuz.20

Namun Pasukan Abdullah bin Saba` tidak henti-hentinya melakukan

pembunuhan dan tidak peduli terhadap penyeru dari pihak Ali yang menyerukan

kepada mereka semua untuk berhenti. Beberapa anak panah terus menghujani

pihak Ali, buat Khalifah Ali bin Abi Thalib memang serba salah: kalau dibiarkan

korban dipihaknya akan terus bertambah banyak, kalau ditinggalkan pengikut-

pengikutnya di Bashrah akan menjadi korban pembantaian. Ia akhirnya

menyerahkan panji perang kepada anaknya Muhammad al-Hanafiyah dan

perangpun tak terelakkan lagi. Jalan lain rupanya memang sudah tak ada dan

korban dari kedua belah pihak pun berjatuhan. ketika Talhah terkepung, Ali

mengingatkan pengikut-pengikutnya untuk tidak membunuhnya. Ali berteriak

sekuat-kuatnya: “jangan bunuh orang yang memakai burnus itu”. Talhah

tersentak, Ali yang ia perangi justru berteriak untuk menyelamatkannya. Namun

dalam suasana peperangan yang serba tak terkendali, tiba-tiba sebatang anak

panah meluncur menembus lehernya dan ia langsung roboh.

20Ibid h. 505.

Page 14: ALI BIN ABI THALIB

14

Mengenai Aisyah, ketika ontanya roboh. Ia diselamatkan adiknya,

Muhammad bin Abu Bakar dan Ammar bin Yasir. Ali kemudian memerintahkan

Muhammad bin Abu Bakar membawah Aisyah kerumah keluarga Abdullah bin

Khalaf di Bashrah untuk beristirahat sambil menunggu kepulangannya ke

medinah dan Aisyah berkali-kali menunjukkan penyesalan pada apa yang telah ia

lakukakan, dia menangis lama hingga kerudungnya basah. Akhirnya perang

tersebut berakhir dan kedua belah pihak pun kembali berdamai. Ali tinggal di

Bashrah selama 15 hari kemudian kembali ke kufah. Perang Jamal terjadi pada

tanggal 10 Jumada ats-Tsaniayah 36 H. korbannya mencapai 10.000 orang21

C. Tantangan dari Mu’awiyah (Perang Shiffin)

Konsekuensi politik terpenting dari Perang Jamal adalah menjadi kuatnya posisi

Muawiyah bin Abi Sufyan, mengakibatkan timbulnya pemberontakan dari

Mu’awiyah selaku gubernur Damaskus(Syiria) yang diangkat oleh Utsman,

Mu’awiyah enggan menyerahkan jabatannya kepada pejabat baru. Namun sikap

pembangkangan ini tidak ditindaki dengan tegas oleh khalifah Ali, khalifah hanya

mengirim surat undangan untuk datang menghadap kepada khalifah dan sekaligus

menyatakan kesetiaannya pada Ali sebagai khalifah. Tetapi Mu’awiyah menolak

hingga akhirnya berkobar lagi pertempuran antar sesama muslim.

Khalifah Ali beserta pasukannya bergerak meninggalkan Kufah menuju

Syam.Mendengar berita kedatangan mereka, Mu’awiyah dan pasukannya bersiap-

siap menghadang diluar kota. Kedua pasukan bertemu di suatu tempat yang

bernama Siffin22. Yang kemudian menjadi nama atas perang tersebut.

21 Rasul Ja’fariyah, The History Of Chalips Terj. Ana Farida dkk, Sejarah Para pemimpin Islam (Cet. 1; Jakarta, Al-Huda 2010), h.118.22 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1993), h.41.

Page 15: ALI BIN ABI THALIB

15

Pada peperangan yang terjadi pada tanggal 1 shafar 37 H./657 M. di dekat

sungai Eufrat tersebut, khalifah mengerahkan 50.000 pasukan. Setelah perang

berlangsung beberapa hari, pasukan Mu’awiyah terdesak dengan gugurnya 7.000

pasukannya dan tanda-tanda kemenangan terlihat dipihak Khalifah Ali.23

Pada saat Mu’awiyah dan tentaranya terdesak Amr bin Ash sebagai

penasehat Mu’awiyah yang dikenal cerdik dan pandai berunding, meminta agar

Mu’awiyah memerintahkan pasukannya mengangkat mushaf Al-Qur’an di ujung

tombak sebagai isyarat berdamai dengan cara tahkim (arbitrase) dengan demikian

Mu’awiyah terhindar dari kekalahan total.

Mendengar tawaran itu, para imam yang berada di pihak khalifah

mendesak agar tawaran pihak Mu’awiyah itu diterima. Dengan demikian,

dicarilah jalan damai dengan mendakan hakam(perundingan damai). Perundingan

berlangsung pada bulan Ramadhan, dimana masing-masing pihak menunjuk wakil

yang akan menjadi hakim (juru penengah). Dari pihak Mu’awiyah ditunjuk Amr

bin Ash sedang dari pihak khalifah Ali ditunjuk Abu Musa al-Asy’ari.24 Kedua

hakim itu mempunyai watak dan sikap yang sangant berbeda. Amr bin Ash

dikenal pandai berpolitik sementara Abu Musa al-Asy’ari adalah orang yang

lurus, rendah hati dan mengutamakan kedamaian.

Seusai perundingan, Abu Musa sebagai yang tertua dipersilahkan untuk

berbicara lebih dahulu. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya antara mereka

berdua, Abu Musa menyatakan pemberhentian Ali dari jabatannya sebagai

khalifah dan menyerahkan urusan penggantiannya kepada kaum muslimin. Tetapi

23 Ibid.,24 Ensiklopedi Islam, Op. cit, h.125.

Page 16: ALI BIN ABI THALIB

16

ketika tiba giliran Amr bin Ash, ia menyatakan persetujuannya atas

pemberhentian Ali dan menetapkan jabatan khalifah bagi Mu’awiyah. Ternyata

Amr bin Ash menyalahi kesepakatan semula yang dibuat bersama Abu Musa.

Sepak terjangnya dalam peristiwa ini merugikan pihak Mu’awiyah.Ali menolak

keputusan tahkim tersebut, dan tetap mempertahankan kedudukannya sebagai

khalifah.

Setelah peristiwa ini orang-orang pun bubar dengan rasa kecewa dan

tertipu, kemudian ia kembali ke negerinya masing-masing. Amr bin Ash dan

kawan-kawannya menemui Muawiyah guna menyerahkan khilafah kepadanya.

Ibn Abbas dan Syuraih bin Hani’ kembali kepada Ali dan menceritakan peristiwa

tersebut.25

D. Tantangan Khawarij dan Terbunuhnya Ali

Dalam perang Siffin, ketika Mu’awiyah dan pasukannya terdesak,

Mu’awiyah mengajak penduduk Iraq untuk bertahkim, perang dihentikan dan

diadakan perundingan. Pihak Ali tidak semuanya setuju, diantara mereka ada yang

menginginkan agar perang tidak dihentikan sampai Muawiyah pemberontak itu

dikalahkan. Namun Ali karena desakan sebagian besar pengikutnya terpaksa

menerima tahkim tersebut. Akhinya mereka yang tidak setuju dengan sikap Ali,

yang dahulunya menjadi pengikut Ali, tidak lagi menganggap Ali sebagai khalifah

bahkan menganggap Ali, Muawiyah, Abu Musa al-Asy’ari dan Amru bin Ash dan

semua yang menyetujui tahkim dihukumi sesat dan kafir. Mereka berjumlah

25 Ibid,

Page 17: ALI BIN ABI THALIB

17

12.000 orang dan berhimpun di Harura`. Mereka inilah yang disebut kaum

Khawarij. 26

Mereka mengirim delegasi kepada Ali dengan pesan agar perang dengan

Syam dilanjutkan, sekali lagi Ali menegaskan bahwa ia sejak semula sudah

menolak tahkim untuk menghentikan pertempuran tetapi suara terbanyak

mendesaknya untuk menerimanya. Sekarang sesudah perjanjian dengan pihak

Muawiyah sudah sama-sama disepakati bagaimana pun ia tidak dapat menarik

kembali atau membatalkan perjanjian itu secara sepihak. Namun lagi-lagi sebelum

Ali menjelaskan lebih jauh mereka sudah cepat-cepat meninggalkan tempat. Ali

kemudian mengutus Abdullah bin Abbas untuk ke Harura’ untuk menjelaskan

bahwa keputusan Imam Ali itu tidak menyalahi ketentuan al-Qur’an. Selama tiga

hari Abdullah ibn Abbas di Harura’ beradu argumen dengan pihak Khawarij,

banyak diantara mereka yang puas dan memilih bersama dengan Ibn Abbas

kembali bergabung dengan Ali.27

Mereka yang masih bertahan di Harura’ menuduh kafir semua semua

pihak yang menerima tahkim dan menempuh cara-cara kekerasan, teror dan

pembunuhan terhadap siapa saja yang tidak sejalan dengan paham mereka. Tidak

sedikit orang awam, Badwi Pedalaman yang ikut bergabung dengan mereka.

Pada bulan Ramadhan 37 H setelah Abu Musa al-Asy’ari dan Amr bin

Ash mengumumkan hasil perundingan. Dimana Amr bin Ash menyalahi hasil

perundingan dengan mengumumkan bahwa sepakat mencopot kedudukan Ali bin

Abi Thalib sebagai khalifah dan mengukuhkan Muawiyah sebagai Khalifah

26Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2008) h. 7-8.

27Ali Audah, op. cit., h. 283.

Page 18: ALI BIN ABI THALIB

18

menggantikan Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib menolak keputusan tersebut

yang merupakan rekayasa dari pihak Mu’awiyah, Ali bin Abi Thalib sempat

mengirim surat kepada pimpinan khawarij (Abdullah bin Wahb ar-Rasidi) dan

memintah mereka untuk bergabung memerangi Muawiyah di Syam sebagaimana

keinginan mereka semula. Namun kaum Khawarij menolak menurutnya Ali

marah bukan karena Allah dan ia sudah kafir, Allah tidak menyukai para

pengkhianat.28

Ali berangkat memimpin pasukan besar ke Syam untuk memerangi

Mu’awiyah. Tetapi dalam perjalanan itu tersiar kabar bahwa kaum Khawarij telah

melakukan kerusakan sedemikian rupa, mereka menghalalkan darah orang yang

dianggap kafir dan murtad, sikap keras mereka telah diwujudkan diluar hukum,

mereka membuat kekacauan dan tindakan anarkis. Abdullah bin Khabbab berserta

istrinya yang sedang hamil ia bunuh karena membenarkan tahkim dan tidak

menganggap Ali kafir. Maka Ali bersama pasukan memutar arah untuk

memerangi kaum Khawarij terlebih dahulu.29

Sebelum mengambil tindakan lebih lanjut, Ali bin Abi Thalib mengutus

Haris bin Murrah untuk meminta penjelasan namun baru saja utusan itu mendekat

mereka langsung membunuhnya. Mendengar hal itu pihak Ali sudah kehilangan

kesabaran namun Ali masih berusaha mendekati mereka dengan mengirim Abu

Ayyub al-Anshari untuk berdialog dengan mereka dan meminta kejelasan tentang

pembunuhan yang mereka lakukan, Abu Ayyub bisa dikatakan berhasil karena

dari 10.000 yang ikut bergabung dengan Khawarij sekitar 7000an orang memilih

28Ibid, h. 291.29Ibid.h.293.

Page 19: ALI BIN ABI THALIB

19

untuk keluar dari Nahrawan meninggalkan kawan-kawanya yang lain. Ada yang

ke Kufah, Bashrah, Mada’in bahkan ada pula yang memilih bergabung dengan Ali

bin Abi Thalib.30

Kaum Khawarij yang tetap di Nahrawan, mereka enggang mematuhinya

dan melakukan perlawanan dan penyerangan sehingga terjadilah pertempuran di

sungai Nahrawan dan kaum khawarij menderita kekalahan.

Sekelompok orang-orang Khawarij berkumpul memperbincangkan nasib

sanak famili dan teman-teman mereka yang telah mati terbunuh dalam berbagai

peperangan. Mereka berpendapat, bahwa tanggung-jawab atas terjadinya

pertumpahan darah selama ini harus dipikul oleh tiga orang: Ali bin Abi Thalib,

Muawiyah bin Abi Sufyan dan Amr bin Al Ash. Tiga orang itu oleh mereka

disebut dengan istilah "pemimpin-pemimpin yang sesat". Salah seorang di antara

yang sedang berkumpul itu, bernama Albarak bin Abdullah. Ia bangkit berdiri

sambil berkata: "Akulah yang akan membereskan Muawiyah bin Abi Sufyan!"

Teriakan Albarak itu diikuti oleh Amr bin Bakr dengan kata-kata: "Aku yang

membikin beres Amr bin Al Ash!" Abdurrahman bin Muljam tak mau

ketinggalan. Ia berteriak: "Akulah yang akan membereskan Ali bin Abi Thalib!".

Tiga orang tersebut kemudian bersepakat untuk melaksanakan pembunuhan dalam

satu malam terhadap tiga orang calon korban: Imam Ali r.a., Muawiyah bin Abi

Sufyan dan Amr bin Al Ash.31

Pada malam Jum’at tanggal 19 Ramadhan 40 H, Abdur Rahman bin

Muljam membunuh Khalifah Ali di mesjid ketika melaksanakan shalat. Menurut

30 Ibid, h. 294 .31Imam al-Suyuthi, op. cit., h. 203.

Page 20: ALI BIN ABI THALIB

20

riwayat lainnya ketika ia keluar membangunkan orang untuk shalat shubuh, tetapi

ia dikejutkan oleh Ibnu muljam yang memukul kepalanya dengan pedang. Ali

sempat bertahan selama dua hari, Jum’at dan Sabtu, ia meninggal pada tanggal 21

Ramadhan. Ketika sakaratul maut, Ali tidak mengucapkan kalimat apa pun selain

La> ila>ha illalla>h. Menurut riwayat lain, setelah Khalifah Ali syahid,

Hasan , Husen , Muhammad bin hanafiyah, Abdullh bin Ja’far dan beberapa orang

keluarga Ahlubait membawa jenazahnya pada malam hari keluar dari Kufah dan

menguburnya secara rahasia, mengingat Khawarij dan pengikut Umayah

dikhwatirkan akan menggali kuburannya32. Ia wafat pada usia 60 tahun.

Khilafahnya berlangsung selama 5 tahun kurang 3 bulan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Ali bin Abi Thalib dikenal pemberani, Selain pemberani Ali bin Abi Thalib

juga dikenal dengan akhlaknya yang sangat terpuji, ia rendah hati, lapang

dada, tidak pendendam, selalu memelihara silaturahmi. Ia seorang yang zuhud

serta wara’ Dia adalah orang yang sarat dengan ilmu, tempat para sahabat

terkemuka bertanya dalam masalah hukum-hukum-hukum agama yang

musykil atau tentang makna sebuah ayat dalam al-Qur’an atau tafsirnya.

32 Rasul Ja’fariyah op,cit h.215

Page 21: ALI BIN ABI THALIB

21

Dalam kondisi genting pasca terbunuhnya Khalifah Usman bin ‘Affan. Ali

akhirnya dibai’at menjadi Khalifah menggantikan usman bin Affan oleh

mayoritas rakyat dari Muhajirin dan Ansar serta para tokoh sahabat seperti

Talhah dan Zubair di Masjid Madinah. Setelah menjadi khalifah Ali bin Abi

Thalib mengeluarkan kebijakan untuk Memecat semua gubernur yang

diangkat Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan yang

terjadi karena keteledoran mereka. Dan menggantikannya dengan pejabat-

pejabat yang baru. Serta Menarik kembali tanah yang dihadiakan usman

kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara,

dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang

Islam sebagaimana perna diterapkan umar. Sedangkan Dalam persoalan

hukum Khalifah Ali mempunyai prinsip persamaam semua lapisan sosial dan

etnik di depan hukum. Dalam pengelolahan uang negara khalifah Ali

mengikuti prinsip prinsip yang ditetapkan oleh khalifah Umar yaitu harta

rakyat dikembalikan kepada rakyat. Dalam pengawasan terhadap tindakan

para gubernur, Ali bertindak keras dan tidak pilih kasih serta memantau

mereka secara terus-menerus.

2. Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai khalifah, setelah Usman terbunuh oleh

kaum pemberontak. Talhah, Zubair dan Aisyah menuntut agar para pembunuh

Usman segera ditangkap dan diqishas. Mereka bersama rombongnnya

berkumpul di Basrah, akhirnya terjadi pertempuran antara pihak Ali dan pihak

Talhah, Zubair dan Aisyah. Talhah tewas dalam pertempuran sedangkan

Zubair meniggalkan peperangan setelah dinasehati oleh Ali namun ia mati

Page 22: ALI BIN ABI THALIB

22

terbunuh dalam perjalanan pulang ke Medinah, sedangkan Aisyah

dipulangkan oleh Ali ke medinah

3. Mu’awiyah tidak mau memba’ait Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah dan

terus mendesak Ali agar segera mengqishash pembunuh Usman sebelum

melakukan urusan lain, ia membangkan dan menolak untuk meninggalkan

posisi gubernur Syam. Akhirnya terjadi pertempuran di Siffin, pertempuran

berakhir dengan kesepakatan untuk melakukan tahkim, namun wakil

Mu’awiyah, Amr bin Ash meyalahi kesepakatan perundingan dan

mengumumkan dijatuhkannya Ali sebagai khalifah dan mengukuhkan

Muawiyah sebagai khalifah.

4. Kaum Khawarij tidak setuju dengan tahkim, mereka dahulunya menjadi

pengikut Ali, namun kemudian berbalik menjadi musuh Ali. Mereka

berjumlah 12.000 orang dan berhimpun di Harura. Ali bin Abi Thalib

memerangi Khawarij hingga terjadi pertempuran di sungai Nahrawan dan

kaum khawarij menderita kekalahan. Namun Pada malam Jum’at tanggal 19

Ramadhan 40 H Abdur Rahman bin Muljam berhasil membunuh Ali bin Abi

Thalib. Ali bin Abi Thalib wafat pada usia 60 tahun. Khilafahnya berlangsung

selama 5 tahun kurang 3 bulan.

Page 23: ALI BIN ABI THALIB

23

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. Islam dari Masa Kemasa. cet. III; Bandung: Rosdakarya, 1993.

Audah, Ali. Ali bin Abi Thalib Sampai Kepada Hasan Husain. Cet. V. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2008.

Al Husaini, Hamid. Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib, Jakarta: Lembaga Penyelidikan Islam, 1981.

al-Kandahlawiy, Muhammad Yusuf. H{aya>t al-S{ah}a>bah. Juz III. Beirut; Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1995.

Hitti K Philipi, History Of the Arabs.Cet. I; Jakarta, PT.Serambi Ilmu semesta, 2008.

Jafariyah Rasul Sejarah Para pemimpin Islam,Cet. I; Jakarta, Al-Huda 2010,

Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikian dan Peradaban Islam, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007

Nasution, Harun. Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2008.

Mahmudunnasir Syed, Islam Konsep dan Sejarahnya Cet,4 ; Bandung, PT.Remaja Rosdakarya bandung, 2005.

Pulungan, Suyuti. Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah dan Pemikiran. Cet. V. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Ridha, Muhammad. ‘Ali> bin Abi> T{a>lib Karrama Alla>h Wajhah. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1995.

Rogerson, Barnaby. The Heirs of The prophet Muhammad, Terj. Ahmad Asnawi, Para Pewaris Muhammad, Cet. I; Yogyakarta: Diglossia Media, 2007.

Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam. cet. IX; Jakarta :al-Husnah Zikrah, 1997

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Cet. I; Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1998.