bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian sosial...
TRANSCRIPT
BIMBINGAN AGAMA UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER
KEPEDULIAN SOSIAL SANTRIWATI DI PONDOK
PESANTREN DARUNNAJAH 3 SERANG BANTEN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Revita Nurwahidah
NIM. 11150520000027
PROGRAM STUDI
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
i
ABSTRAK
Revita Nurwahidah, NIM 11150520000027, Bimbingan
Agama Untuk Pembentukan Karakter Kepedulian Sosial
Santriwati Di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten, di bawah bimbingan Suparto, M.Ed, Ph.D, 2020.
Lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi terhadap
karakter dan watak seseorang, dan juga sangat mempengaruhi
terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk
pembentukan karakter. Di Pondok Pesantren itu santri-santri
dibimbing untuk menciptakan rasa kepedulian, saling membantu,
dan tolong menolong. Sehingga ketika keluar dari Pondok
Pesantren tersebut mereka menjadi generasi-generasi yang
mempunyai jiwa sosial yang tinggi.
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui metode
bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian sosial
santriwati dan bentuk karakter kepedulian sosial santriwati.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Data yang diperoleh dengan cara
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Santriwati di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten memiliki bentuk
karakter kepedulian sosial, seperti tolong menolong dalam
kegiatan bakti sosial dengan memberikan bantuan kepada warga
yang terkena bencana alam, seperti banjir, dan juga tsunami
berupa galang dana. Lalu tanggung jawab dalam kegiatan yang
diadakan di Pondok Pesantren. Serta gotong royong dalam
kegiatan membersihkan lingkungan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten. Dalam hal ini peneliti dapat
mengartikan bahwasannya santriwati di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, tidak hanya peduli pada lingkungan
Pondok Pesantrennya saja, akan tetapi peduli juga akan
lingkungan di luar Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten. Metode bimbingan agama yang digunakan oleh pimpinan
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang yaitu metode ceramah,
dan metode demonstrasi. Dengan segi sasaran yang dihadapi
dengan menggunakan konsep metode bimbingan kelompok.
Kata Kunci: Bimbingan Agama, Karakter Kepedulian Sosial,
Remaja (Santriwati).
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirrabil’alamiin, segala puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, karena akan karunia dan
hidayah-Nya, penulis masih diberikan kekuatan untuk selalu
beriman dan taat kepada-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Bimbingan Agama Untuk
Pembentukan Karakter Kepedulian Sosial Santriwati di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.” Sholawat
teriring salam tak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengemban
risalahnya yang telah membawa kita sebagai umatnya dari zaman
kebodohan ke zaman yang penuh kemajuan ini.
Dalam setiap tahapan penyelesaian skripsi ini, penulis
mengucapkan banyak syukur masih diberikan kesempatan untuk
menyelesaikannya, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan karya ilmiah ini, karena keterbatasan ilmu
pengetahuan yang penulis dapat serta kemampuan penulis. Pada
kelemahan dan keterbatasan penulis tersebut, dengan yang penuh
terbuka penulis mengharapkan adanya kritik dan aran yang
membangun dan bermanfaat. Sehingga penulis dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki kesalahan
yang ada dikemudian hari.
iii
Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk dapat
memperoleh gelar sarjana pada program Bimbingan dan
Penyuluhan Islam di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Untuk itu dalam kesempatan kali ini dengan segala
kerendahan hati, penulis juga ingin menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya terutama kepada kedua
orangtua penulis Ayahanda Ajid dan Ibunda Sri Nurul Hidayatin
yang telah menghantarkan penulis untuk menempuh pendidikan
sampai pada titik ini. Selain itu, penulis ingin mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak atas segala bantuan yang
telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Untuk itu rasa terimakasih ini penulis sampaikan
kepada:
1. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi sekaligus pembimbing skripsi dan
juga Dosen Penasehat Akademik penulis selama penulis
menempuh studi pada jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam kelas A angkatan 2015, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag,
BSW, MSW selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr.
Sihabuddin N, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Cecep Castrawijaya, MA selaku
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan
Kerjasama.
iv
2. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, dan Artiarini Puspita
Arwan, M.Psi selaku Sekretaris Program Studi Bimbingan
dan Penyuluhan Islam.
3. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu
pendidikan yang bermanfaat kepada penulis selama
menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh staf karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu penulis dalam urusan
administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
5. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah melayani peminjaman
buku sebagai bahan referensi penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Keluarga Besar penulis Nenek Hj.Siti Ubaedah serta uwa,
paman, bibi penulis, Owan Amirur Rasyid, DM Siswiyah,
Empat Fatimah Zahroh, Ida Roudhatul Humasiah, Asep
Saepurohman, dan tak lupa kakak sepupu tercinta Rosyi
Rohimatul Fajriyah, yang telah memberikan do’a,
motivasi kepada penulis selama menyusun skripsi ini.
7. Keluarga besar Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten, terutama Drs. KH. Busthomi Ibrohim, M.Ag yang
v
telah memberikan izin kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian, yang selalu menyediakan
waktunya. Tak lupa juga Ustadz Ahmad Darussofi, S.Pd
yang selalu ikhlas, sabar, dan penuh kesungguhan dalam
memberikan informasi dan keperluan penelitian kepada
penulis.
8. Sahabat peneliti, Sahvilla Meutia Sari, Ira Yusna
Nasution, Umi Mahmudah, Alfi Nazihatul Muajaroh,
Nella Alfin Na’imah, Rini Karsinah, Vidia Himawan,
Ratu Aisyah Al-Idrisi yang selalu setia menemani dan
membantu peneliti dalam menyusun skripsi serta
berproses memperoleh gelar sarjana. Tak lupa juga Tia
Apipa, Mami Astuti, Nufus Nurcholisoh, Leli Romdaniah,
M. Khoirul Bahari, M. Khoirul Fatihin, Riza Pirmansyah,
yang telah memberikan do’a dan motivasi kepada penulis
juga bersedia menampung curhatan penulis selama
menyusun skripsi.
9. Seluruh keluarga Besar Bimbingan dan Penyuluhan Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama kepada
Angkatan 2015 yang telah memberi banyak pengetahuan,
pengalaman, dan menemani penulis baik suka maupun
duka dan menjadi teman untuk bertukar pikiran.
10. Seluruh kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Cabang Ciputat yang telah memberikan pengalaman
organisasi eksternal kepada penulis.
11. Seluruh Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2018, seluruh
pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Periode 2017, dan tak lupa
seluruh pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam Periode 2016, yang
vi
telah memberikan pengalaman organisasi internal kepada
penulis.
12. Kepada semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan
satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan
skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada
kalian semua, peneliti mengucapkan banyak terima kasih.
Semoga semua bantuan dan perhatian yang tercurah
mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Selain itu, semoga
apa yang kita cita-cita kan semua terwujud di masa depan,
dan semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita
semua serta mendapat ridho dari-Nya.
Jakarta, 29 Januari 2020
Revita Nurwahidah
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………….... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………… vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................. 8
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................. 8
D. Metodologi Penelitian ............................................................ 9
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................... 16
F. Kerangka Berpikir ................................................................. 21
G. Sistematika Penulisan ........................................................... 22
BAB II LANDASAN TEORI
A. Metode Bimbingan Agama
1. Pengertian Metode .................................................... 24
2. Pengertian Bimbingan Agama .................................. 25
3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama ..................... 30
4. Metode Bimbingan Agama ....................................... 32
B. Karakter
1. Pengertian Karakter ................................................... 36
2. Karakter Yang Baik................................................... 38
C. Kepedulian Sosial
1. Pengertian Kepedulian Sosial ................................... 40
2. Pentingnya Kepedulian Sosial .................................. 42
3. Nilai Kepedulian Sosial Dalam Islam ....................... 43
4. Sumber Kepedulian Sosial ........................................ 45
5. Implementasi Kepedulian Sosial ............................... 46
6. Bentuk-Bentuk Kepedulian Sosial ............................ 47
D. Pengertian Remaja................................................................ 57
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Sejarah Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang ................. 59
B. Visi dan Misi ........................................................................ 61
C. Fasilitas........ ......................................................................... 61
D. Kurikulum ............................................................................ 63
viii
E. Program Tahunan dan Jadwal Kegiatan Santri ..................... 69
F. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Darunnajah
3 Serang ................................................................................ 72
G. Sejarah Pesantren dan Perkembangannya ............................ 77
H. Foto Dokumentasi ................................................................ 88
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Data Informan……….………………………………….….95
B. Temuan Lapangan .............................................................. 102
BAB V PEMBAHASAN
A. Metode Bimbingan Agama Untuk Pembentukan Karakter
Kepedulian Sosial Santriwati Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten………………………………. 120
B. Gambaran Bentuk Karakter Kepedulian Sosial Santriwati di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten………………………………………………………124
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan……………………………………………………133
B. Implikasi……………………………………………………134
C. Saran………………………………………………………..134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Remaja merupakan suatu masa dari mana usia manusia yang paling
banyak mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa
kanak-kanak menuju kepada dewasa. Perubahan yang terjadi itu
meliputi segi kehidupan manusia yaitu jasmani rohani, pikiran,
perasaan, dan sosial. Rentang usia remaja ini dibagi menjadi dua bagian,
yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal,
dan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun adalah remaja akhir.1 Akan
tetapi, dalam penelitian ini, penulis akan meneliti remaja awal yaitu usia
16 sampai dengan 18 tahun.
Istilah lain dari remaja adalah adolescence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Hurlock mengatakan bahwa “secara psikologis
masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa.2 Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence
sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik.3
Remaja sering bersikap menduga-duga dan pilih-pilih. Kedua sikap
ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat remaja berada dan oleh
sikap dan perilaku teman-teman baiknya. Buktinya, berbeda dari masa
1 Mohammad Ali, Psikologi Remaja, (Bandung: PT Bumi Aksara, 2015), h.9.
2 Hurlock E, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), h.206. 3 Mohammad Ali, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h.9.
2
kanak-kanak, remaja sering memilih-memilih teman baiknya, atas dasar
kesamaan masa lalunya, baik kesamaan latar belakang sosial, agama
atau sosial ekonominya. Akibatnya remaja cenderung mengabaikan
teman-teman yang menurut dugaannya dianggap kurang cocok, tanpa
mau mengungkapkan perasaannya.4
Bimbingan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu petunjuk
cara mengerjakan sesuatu, tuntutan, pimpinan.5 Dalam buku “Dasar-
dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam” yang
dikemukakan oleh M. Lutfi, bimbingan adalah usaha membantu orang
lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang
dimilikinya. Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki kemampuan
untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan
cara memahami dirinya, mengenal lingkungannya, mengarahkan dirinya
mampu mengambil keputusan untuk hidupnya, dan dengannya ia dapat
mewujudkan kehidupan yang baik, berguna, dan bermanfaat di masa
kini dan masa yang akan datang.6
Bimbingan ialah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli kepada seseorag atau beberapa orang individu, baik
anak-anak, remaja, maupun dewasa. Agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
4 Muhammad Al Mighwar, Psikologi Remaja, (Bandung: Pustaka Setia,
2006), h.127. 5 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
Cet Ke-3 6 M.Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah 2008), h.6.
3
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.7 Dengan
demikian, dapat ditegaskan bahwa hal yang prinsipal dalam bimbingan
ialah pemberian bantuan atau pertolongan yang dilakukan secara terus-
menerus kepada siapa saja. Karena, sesungguhnya hampir tidak ada
seseorang yang secara utuh dan menyeluruh memiliki kemampuan untuk
mengembangkan dirinya dengan optimal tanpa adanya bantuan dan
pertolongan dari orang lain. Untuk itu, sejak lahir hingga akhir hayatnya
setiap orang di dunia ini jelas membutuhkan bimbingan dan bantuan,
agar potensi (fitrah) yang ada pada dirinya dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar.8
Bimbingan agama adalah proses pemberian bantuan terarah,
continue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat
mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara
optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung
dalam Al-qur‟an dan Hadits.9 Apabila internalisasi nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-qur‟an dan Hadits telah tercapai dan fitrah
beragama ini telah berkembang secara optimal maka individu tersebut
dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah SWT, dengan
manusia dan alam semesta, sebagai manifestasi dan peranannya sebagai
khalifah dimuka bumi yang sekaligus juga berfungsi untuk mengabdi
7 Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan Koseling, (Jakarta: PT Renika Cipta
1999), h. 99. 8 M.Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h.8. 9 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah,
2013), Cet Ke-2, h.23.
4
kepada Allah SWT. Bimbingan itu sendiri merupakan hal yang sangat
penting bagi individu maupun bagi yang lainnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa
karakter adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang lain, watak, tabiat.10
Dengan
demikian karakter adalah kualitas atau kekuatan moral, akhlak atau budi
pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi
pendorong dan penggerak serta membedakan individu satu dengan
individu lain.11
Dalam KBBI kata “sosial” artinya berkenaan dengan masyarakat,
suka memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma,
dsb).12
Kepedulian sosial merupakan implementasi kesadaran manusia
sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia
membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya sehingga ada
sifat saling tergantung antara satu individu dengan individu lain.13
Di zaman sekarang ini budaya peduli terhadap orang lain sudah
mulai meluntur, baik peduli terhadap sesama, lebih tua maupun yang
lebih muda. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya
pendidikan karakter yang kurang ditanamkan pada generasi muda,
kesibukan pada hal-hal duniawi yang menyebabkan lupa terhadap
urusan agama, semakin merenggangnya status sosial di masyarakat,
10
Zainal Aqib, Pendidikan Karakter Di Sekolah, (Surabaya: Yrama Widya,
2012), h.135. 11
Furqan Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa,
(Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h.13. 12
Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 657-658. 13
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar dan
Implementasi, Kencana, (Jakarta: Kencana, 2014), h.77.
5
sehingga pada akhirnya tidak ada lagi nilai-nilai keikhlasan dalam
membantu sesama yang mengharapkan ridha Allah semata. Oleh karena
itu, kepedulian sosial itu sangatlah penting, dan perlu diterapkan nilai-
nilai kepedulian sosial, yang memang sejak dulu telah mengakar pada
jiwa bangsa Indonesia.
Pondok Pesantren menurut Zamakhsyari Dhofir mengatakan bahwa,
pesantren merupakan kepentingan tinggi bagi kaum muslimin sejak awal
masuknya Islam ke Indonesia.14
Pondok Pesantren adalah sebuah
lembaga pendidikan yang memiliki ciri khas tertentu di dalamnya, ciri-
ciri inilah yang membedakannya dengan lembaga-lembaga pendidikan
lain. Ciri-ciri itu antara lain, ada kyai yang mengajar dan mendidik,
santri yang belajar, masjid dan pondok atau asrama tempat para santri
bertempat tinggal.15
Pondok Pesantren Darunnajah merupakan salah satu pondok
pesantren yang telah berkembang dan menjadi salah satu pondok terbaik
di Indonesia, Pondok pesantren Darunnajah adalah salah satu pondok
pesantren yang telah menjalar dari ujung sabang sampai merauke, dari
awal perancangan hingga pembangunan yang terjadi pada tahun 1961
yang akhirnya telah memiliki 17 cabang, dengan pembangunan 17
cabang ini membuat Darunnajah menduduki posisi ke empat.16
Alasan
peneliti memilih pondok pesantren karena, pondok pesantren berbeda.
14
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1985), h.41 15
Abdur Rahman Saleh, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1982), h.10. 16
https://darunnajah.com diakses pada tanggal 14 Februari 2020, pukul 19:27
WIB.
6
Tidak hanya mengajarkan tapi juga mendidik, salah satunya mendidik
untuk membentuk karakter kepedulian sosial santri. Santri dituntut tidak
hanya sebatas pembentukan interaksi lisan, lebih dari itu di dalam
hubungan sosial santri dituntut mempunyai kepedulian sosial untuk
menumbuhkan rasa saling membutuhkan antar sesama. Ada suatu
kejadian santri di pondok pesantren yang sudah tidak mempunyai uang
karena sudah lama tidak dijenguk oleh orangtuanya, akan tetapi rekan
dari santri itupun tidak membantunya, dan dapat disebut kurangnya
karakter kepedulian sosial terhadap temannya yang kesusahan.
Karena zaman sekarang itu, yang lagi krisis kepedulian sosialnya,
yang mencakup moral. Melihat orang lain yang kesusahan di diamkan
saja, tidak ada kepeduliannya. Santri yang bertempat tinggal di
lingkungan pondok pesantren, walaupun santri tersebut belajar banyak
tentang ilmu-ilmu agama belum tentu santri-santri tersebut dapat
membentuk karakter kepedulian sosial pada dirinya, di lingkungan
pondok pesantren pun masih banyak santri-santri yang hidupnya
masing-masing (individual), ketika temannya kesusahan mereka pun
masih ada yang berperilaku cuek dan acuh pada temannya.
Lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi terhadap karakter dan
watak seseorang, dan lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi
terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk
pembentukan karakter.17
Seperti yang kita ketahui pada dasarnya di
Pondok Pesantren itu santri-santri dibimbing untuk menciptakan rasa
kepedulian, saling membantu, dan tolong menolong. Sehingga ketika
17
Hamka Abdul Azis, Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati, (Jakarta:
AL-MAWARDI PRIMA, 2012), h.199.
7
keluar dari Pondok Pesantren tersebut mereka menjadi generasi-generasi
yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Di dalam hubungan sosial
sangat penting sekali mempunyai karakter kepedulian sosial untuk
menciptakan rasa saling membutuhkan antar sesama. Maka dari itu,
diperlukan sebuah pembelajaran atau bimbingan yang dapat membentuk
tingkah laku moral positif, tingkah laku yang lebih dari sekedar tingkah
laku moral tetapi juga bertujuan memberi manfaat bagi orang lain.
Berdasarkan pemaparan di atas, akhirnya penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Bimbingan Agama Untuk
Pembentukan Karakter Kepedulian Sosial Santriwati Di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Persoalan karakter kepedulian sosial santriwati sangat
berhubungan dan dapat dipengaruhi serta dapat ditentukan oleh
banyak hal, anatara lain:
a. Pimpinan Pondok Pesantren atau Pembimbing Agama sangat
berpengaruh besar dalam bimbingan agama untuk santriwati
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
b. Lingkungan santriwati Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten.
c. Kegiatan Bimbingan Agama pada santriwati Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten.
8
2. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti membatasi hanya
pada persoalan yang berkisar tentang Bimbingan Agama yang
diberikan oleh Pimpinan Pondok Pesantren untuk Membentuk
Karakter Kepedulian Sosial Santriwati Di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten. Pembatasan ini bertujuan agar
penelitian tidak meluas, lebih terarah, jelas dan memberikan hasil
yang maksimal.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas dan untuk lebih
memperjelas permasalahan yang akan dilteliti, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana metode bimbingan agama untuk pembentukan
karakter kepedulian sosial santriwati di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten?
2. Bagaimana bentuk karakter kepedulian sosial santriwati di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada pembatasan dan perumusan masalah di atas,
penelitian ini memiliki tujuan, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metode bimbingan agama untuk pembentukan
karakter kepedulian sosial santriwati di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten.
9
2. Untuk mengetahui bentuk karakter kepedulian sosial santriwati di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
berkaitan dengan bimbingan khususnya dalam segi agama
terhadap santriwati mengenai karakter kepedulian sosial di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan
mengenai kejadian yang sama bagi peneliti yang akan melakukan
penelitian dan dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti
selanjutnya. Dan juga melalui hasil penelitian ini dapat berguna
bagi Pondok Pesantren dalam membentuk karakter kepedulian
sosial santriwati.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan peneliti dalam skripsi ini adalah
metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sebuah
penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan
10
mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas
sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif.18
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis
penelitian deskriptif. Penelitian yang bersifat deskriptif
merupakan penelitian yang menggambarkan data secara faktual
yang disajikan secara ringkas dan sistematik serta akurat
sehingga mudah dipahami dan disimpulkan, dan data yang
dikumpulkan secara deskriptif semata-mata dibuat bukan untuk
menguji sebuah hipotesis ataupun membuat sebuah prediksi.19
Penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan gejala sosial, politik, ekonomi,
dan budaya. Dalam penelitian agama, penelitian deskriptif
berusaha menggambarkan suatu gejala keagamaan.20
Dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif, penulis berharap agar penelitian penulis
mendapatkan analisis penelitian yang mendalam dan lebih jelas
mengenai penelitian bimbingan agama untuk pembentukan
18
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karta, 2007), h.26.
19 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian Psikologi, (Bandung: Pustaka Pelajar,
2017), h.6. 20
Abdul Rasyid, Pembinaan Keagamaan dalam Mengembangkan Nilai-nilai
Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Sanggar Kreatif Anak Bangsa (SKAB) Ciputat
Tangerang Selatan, (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah, 2014), h.5.
11
karakter (kepedulian sosial) santriwati di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darunnajah
3 Serang Banten. Adapun waktu dalam pelaksanaan penelitian
ini yaitu pada tanggal 15 September 2019 sampai 23 Januari
2020.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah tujuh orang, terdiri dari
enam santriwati dengan usia (16-18 tahun), dan satu
pembimbing agama (Kyai Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3). Objek penelitian dalam penelitian ini adalah
karakter kepedulian sosial santriwati yang ada di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
5. Teknik Penentuan Pengambilan Data
Untuk menentukan informan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik non-probability sampling. Teknik ini
merupakan teknik sampling yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel.21
Dalam penelitian kualitatif,
teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive
sampling, dan snowball sampling, untuk pengambilan sampel
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan purposive sampling.
21
Sugiono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi
(MIXED METHODS), (Bandung: Alfabetha, 2011) h.301.
12
Teknik pengambilan purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Sesuai dengan namanya, pemilihan sampel dalam didasarkan
pada pertimbangan yang telah peneliti tentukan. Kriteria yang
peneliti tentukan untuk santriwati Pondok Pesantren Darunnajah
3 Serang Banten, sebagai berikut:
1) Santriwati remaja dengan usia (16-18 tahun).
2) Santriwati remaja Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten yang mengetahui dan memahami mengenai karakter
kepedulian sosial secara mendalam.
Begitupun dengan kriteria pembimbing agama yang peneliti
tentukan yaitu pembimbing agama yang memberikan bimbingan
agama khusus kepada santriwati mengenai karakter kepedulian
sosial santriwati.
Dengan demikian, peneliti secara sengaja mengambil sampel
dengan argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
6. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Lofrand seperti dikutip oleh Lexy J Moleong
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata,
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya
13
dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber tertulis, foto,
dan statistik.22
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan memperhatikan dan
mengikuti secara sistematis perilaku sasaran penelitian. Dalam
kegiatan observasi pun kegiatan mencari data yang dapat
digunakan sebagai kesimpulan data yang diperoleh.23
Teknik
observasi ini peneliti melakukan penelitian dengan pengamatan
secara langsung kelapangan mengenai bimbingan agama untuk
pembentukan karakter kepedulian sosial santri.
2. Wawancara
Wawancara yaitu kegiatan percakapan yang dilakukan oleh
dua orang dengan maksud tertentu, dengan cara pewawancara
memberikan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh pewawancara
tersebut.24
Peneliti melakukan wawancara yang dilakukan secara
langsung dengan pihak yang sedang di teliti.
Peneliti mewawancarai tujuh orang, diantaranya satu
Pembimbing Agama (Kyai Pimpinan Pondok Pesantren
22
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda
Karta, 2000), h.157. 23
Haris Herdiansyah, Metode Pendekatan Kualitatif, (Jakarta: Salemba
Humanika,2012), h.131. 24
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h.143.
14
Darunnajah 3) dan juga enam santriwati Pondok Pesantren
Darunnajah 3.
3. Dokumentasi
Dokumentasi ialah salah satu teknik pengumpulan data
yang berupa bukti ataupun informasi yang digunakan dalam
penelitian sosial untuk menelusuri sebuah informasi.25
7. Sumber Data
Sumber data ialah fokus utama yang dijadikan dalam
penelitian untuk memperoleh data factual dan informasi yang
mendukung dan dapat memberikan data untuk kelangsungan
penelitian ini. Dalam penelitian sumber data yang diperoleh
yaitu dari data primer dan sekunder.26
a. Data primer merupakan data tangan pertama yaitu data yang
diperoleh oleh peneliti langsung dari subjek atau responden
penelitian dengan menggunakan pengambilan data.
b. Data sekunder merupakan data dari tangan kedua yaitu data
yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung berupa
catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang berkaitan,
diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya.
8. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian
25
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h.177. 26
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian Psikologi, (Bandung: Pustaka Pelajar,
2017), h.132.
15
dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.27
Peneliti menggunakan teknik analisis data deskriptif.
Teknik ini menganalisis data dengan cara memberikan
gambaran, kemudian disimpulkan agar peneliti dapat memahami
realitas penelitian dan tidak dimaksudkan untuk melakukan
pengujian hipotesis.28
Kegiatan dalam analisis data dalam penelitian ini, yakni:
a. Reduksi data (Data reduction)
Reduksi data adalah membuat satuan unit, dan membuat
koding, membuat koding berarti memberikan kode pada
setiap satuan agar dapat ditelusuri data satuannya berasal dari
sumber mana.29
pada tahap ini, peneliti memilih hal-hal yang
pokok dari data yang didapat dari lapangan, merangkum,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, proses reduksi ini
dilakukan secara bertahap selama dan setelah pengumpulan
data sampai laporan hasil.
b. Penyajian data (Data display)
Adapun langkah selanjutnya setelah mereduksi data ialah
mendisplay data. Di dalam data ini peneliti menyusun
kembali data berdasarkan klasifikasi dan masing-masing
27
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda
Karta, 2000), h.3. 28
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian Psikologi, (Bandung: Pustaka Belajar,
2017), h.199. 29
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda
Karta, 2000), h.288.
16
topik, kemudian dipisahkan, lalu topik yang sama disimpan
dalam satu tempat, masing-masing tempat dan diberi tanda
hal ini memudahkan dalam penggunaan data agar tidak
terjadi kekeliruan.
c. Penarikan kesimpulan (verification)
Kesimpulan pertama yang ditemukan bukti-bukti kuat yang
mendukung dan tahap pengumpulan data berikutnya, tetapi
apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap pertama,
didukung oleh bukti-bukti yang valid saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data maka yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.30
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam penentuan judul skripsi ini, penulis sudah melakukan
review kajian terdahulu untuk menghindari adanya kemiripan atau
plagiarisme. Skripsi yang penulis jadikan review kajian terdahulu
ialah skripsi yang mengenai kehidupan masyarakat sekarang
bergeser menjadi individualis, kebersamaan dan tolong menolong
yang dulu menjadi ciri khas masyarakat kita semakin menghilang.
Kepedulian kepada sesama pun semakin menipis, pergeseran
kehidupan ini disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah
faktor arus modernitas menjadi faktor pendukung utama perubahan
sosial. Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui
30
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h.345.
17
kepedulian sosial anak-anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo,
Salatiga di lingkungan masyarakat. Skripsi Nur Ikhwani dari
Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan, IAIN Salatiga 2017. Dengan judul “Kepedulian
Sosial Anak Di Lingkungan Masyarakat Margosari Studi Deskriptif
Anak-Anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga”. Akan
tetapi adapun kelebihan dalam penelitian ini yaitu peneliti mampu
memberikan gambaran yang sesuai dengan permasalahan yang ia
teliti. Lalu kelemahannya masih terdapat kesalahan penulisan dalam
skripsi.31
Hasil penelitian selanjutnya mengenai “Pengaruh Kepedulian
Sosial Terhadap Perilaku Active Defending pada Peristiwa Bullying
Pada Remaja” oleh Febriyanti Yovitaningtyas. Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2017. Penelitian ini
membahas mengenai perilaku active defending merupakan suatu
perilaku yang mempunyai peran penting dalam mengurangi angka
kejadian bullying. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku active defending adalah kepedulian sosial, karena seseorang
yang mempunyai rasa kepedulian sosial berarti orang tersebut
mempunyai rasa ingin menolong maupun membantu orang lain yang
sedang kesusahan. Kelemahan dalam skripsi ini ialah terdapat
kalimat yang diulang-ulang sedangkan di beberapa bagian ada yang
31
Nur Ikhwani, Kepedulian Sosial Anak Di Lingkungan Masyarakat
Margosari Studi Deskriptif Anak-Anak Sanggar Belajar Margosari, Siderejo, Salatiga,
Skripsi, (Salatiga: Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyan dan
Ilmu Keguruan IAIN Salatiga, 2017).
18
kurang dijelaskan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh kepedulian sosial terhadap perilaku active
defending pada peristiwa bullying pada remaja.32
Adapun penelitian yang penulis jadikan review kajian terdahulu
ialah mengenai kepedulian sosial dapat diartikan sebagai suatu
perilaku yang dimiliki individu terhadap orang lain sehingga
membuat seseorang terdorong untuk membantu atau menolong. Pada
saat bersekolah atau melakukan aktivitas di luar sekolah remaja
mempunyai banyak teman atau relasi, sehingga remaja akan banyak
menemukan permasalahan orang lain dan membuat para remaja
berfikir untuk memberi pertolongan atau malah menghindarinya.
Dan kepedulian ini akan muncul ketika di dalam diri kita terdapat
empati. Judul skripsi ini yaitu “Pengaruh Empati Terhadap
Kepedulian Sosial Pada Remaja” oleh Eva Ning Tyas Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang 2017. Adapun tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh empati
terhadap kepedulian sosial pada remaja. Metode yang digunakan
adalah metode kuantitatif dengan teknik statistik yang dipakai adalah
anareg (regresi). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh
empati terhadap kepedulian sosial dengan nilai F= 1015. 253 serta
perolehan signifikan 0.000 < 0.05. dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa empati mempengaruhi kepedulian sosial.
Kelebihan dalam penelitian ini adalah penjelasan dalam penelitian
32Febriyanti Yovitaningtyas, Pengaruh Kepedulian Sosial Terhadap Perilaku
Active Defending Pada Peristiwa Bullying Pada Remaja, Skripsi, (Malang: Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, 2017).
19
ini sangat mendetail sehingga mudah dipahami. Kelemahan dalam
penelitian ini masih terdapat kesalahan dalam penulisan EYD. 33
Penelitian selanjutnya membahas mengenai posisi pendidikan
nilai menjadikan sangat viral dalam pembentukan pribadi manusia,
karena manusia yang memiliki kecerdasan intelektual setinggi
apapun tidak akan bermanfaat secara positif bila tidak memiliki
kecerdasan afektif secara emosional, sosial, maupun spiritual.
Manusia tidak bisa hidup sendiri tetapi di kelilingi masyarakat di
sekitarnya, oleh karena itu manusia perlu untuk bersosialisasi, dalam
hidup di lingkungan masyarakat seorang individu harus mengikuti
aturan-aturan yang ada di lingkungan tersebut yang sudah disepakati
oleh kelompok atau masyarakat tersebut, dengan begitu warga
masyarakat dapat hidup berkasih sayang dengan sesama manusia,
hidup harmonis, hidup disiplin, hidup berdemokrasi, dan hidup
bertanggung jawab. Skripsi ini berjudul “Internalisasi Nilai-Nilai
Pendidikan Sosial Dalam Menumbuhkan Kepedulian Sosial Siswa
MTsN Turen” oleh Cahya Janwardhi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2018. Kelebihan
pada penelitian ini adalah penjabaran materinya ringkas dan jelas.
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap-sikap
kepedulian sosial siswa MTsN Turen, untuk mengetahui bentuk dari
internalisasi nilai-nilai pendidikan sosial dalam menumbuhkan
kepedulian sosial MTsN Turen, untuk mengetahui hasil internalisasi
33
Eva Ning Tyas, Pengaruh Empati Terhadap Kepedulian Sosial Pada
Remaja, Skripsi, (Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang,
2017).
20
nilai-nilai pendidikan sosial dalam menumbuhkan kepedulian sosial
MTsN Turen.34
Lalu penelitian yang membahas mengenai pelaksanaan
pendidikan karakter peduli sosial. Oleh Ahsan Masrukhan Program
Studi Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta 2016. Dengan judul “Pelaksanaan
Pendidikan Karakter Peduli Sosial Di SD Negeri Kotagede 5
Yogyakarta”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan karakter peduli sosial di
SD Negeri Kotagede 5 Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini ialah
pelaksanaan pendidikan karakter peduli sosial di SD Negeri
Kotagede 5 Yogyakarta dilakukan melalui pengembangan diri
berupa kegiatan rutin dengan infaq rutin setiap senin dan kamis,
guru memberikan keteladanan berupa contoh memebantu siswa yang
mengalami kesulitan, guru juga melaksanakan kegiatan spontan
dengan menegur dan memberi nasehat kepada siswa yang acuh dan
tidak peduli dengan teman, serta melalui pengkondisian dengan
memasang tata tertib, kode etik siswa, dan poster berkaitan dengan
peduli sosial, guru juga mengkondisikan kelas dengan kerja
kelompok sehingga siswa bekerjasama dan membantu siswa lain.
34
Cahya Janwardhi, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Sosial Dalam
Menumbuhkan Kepedulian Sosial Siswa MTsN Turen, Skripsi, (Malang: Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyan dan Keguruan UIN Maulana Malik
Ibrahim, 2018).
21
Adapun kelebihan dari penelitian ini adalah bahasa yang digunakan
mudah dipahami dan di cerna oleh pembaca.35
F. Kerangka Berpikir
Gambar.1 Simpulan Kerangka Berpikir
HasiHH
35
Ahsan Masrukhan, Pelaksanaan Pendidikan Karakter Peduli Sosial Di SD
Negeri Kotagede 5 Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta: Program Studi Pendidikan
Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 2016).
Bimbingan
Agama
Metode Bimbingan
Agama
Pembentukan Karakter
Kepedulian Sosial
Ceramah
Santriwati yang bertempat tinggal di lingkungan pondok pesantren, masih
terdapat santriwati yang hidupnya masing-masing (individual), terdapat
santriwati di pondok pesantren yang sudah tidak mempunyai uang karena
sudah lama tidak dijenguk oleh orangtuanya, akan tetapi rekan dari santri
itupun tidak membantunya, dan dapat disebut kurangnya karakter
kepedulian sosial terhadap temannya yang kesusahan.
Demonstrasi
(Percontohan/Praktek)
Adanya perubahan
karakter pada santriwati
setelah mengikuti
Bimbingan Agama,
seperti:
Tolong menolong
dalam kegiatan bakti
sosial.
Pengabdian
Tanggung jawab
Empati
Kerjasama/gotong
royong
22
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah saat penelaahan skripsi ini, penulis membagi
pembahasan menjadi enam bab, dan masing-masing bab terdiri dari
beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan tersebut yaitu sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini, berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian, review kajian terdahulu dan
sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Pada bab ini, memuat teori-teori yang berkaitan dengan tema
penelitian, seperti pengertian metode, pengertian bimbingan agama,
tujuan dan fungsi bimbingan agama, metode bimbingan agama,
pengertian karakter, karakter yang baik, pengertian kepedulian
sosial, pentingnya kepedulian sosial, dan nilai-nilai kepedulian sosial
dalam islam, sumber kepedulian sosial, implementasi kepedulian
sosial, bentuk-bentuk kepedulian sosial, dan pengertian remaja.
Bab III Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten
Pada bab ini, akan membahas tentang gambaran umum Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, meliputi sejarah, visi dan
misi, kegiatan atau program, dan struktur kepengurusan.
23
Bab IV Data dan Temuan Penelitian
Pada bab ini, memuat uraian penyajian data dan temuan
penelitian yang telah peneliti lakukan yang berkaitan dengan
Bimbingan Agama Untuk Pembentukan Karakter Kepedulian Sosial
Santriwati Di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Bab V Analisis
Dalam bab ini menjelaskan tentang analisa penelitian, dengan
penguraiannya tentang: bimbingan agama untuk pembentukan
karakter (kepedulian sosial) santriwati di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten.
Bab VI Kesimpulan
Pada bab ini, terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat oleh
penulis setelah melakukan penelitian.
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode Bimbingan Agama
1. Pengertian Metode
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai
cara teratur untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan yang dikehendakinya cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang dikehendaki.36
Adapun menurut M.Arifin, metode secara harfiah adalah jalan
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode berasal dari
kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan.
Namun pengertian hakekat dari “metode” tersebut adalah segala
sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.37
Jadi bisa diartikan metode ialah cara yang dilakukan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki.
36
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka,2002), hlm.740. 37
M.Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan
Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,1998), hlm.42.
25
2. Pengertian Bimbingan Agama
Bimbingan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu petunjuk
cara mengerjakan sesuatu, tuntutan, pimpinan.38
Dalam buku
“Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam” yang
dikemukakan oleh M. Lutfi, bimbingan adalah usaha membantu
orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi
yang dimilikinya. Sehingga dengan potensi itu, ia akan memiliki
kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan
optimal, yakni dengan cara memahami dirinya, mengenal
lingkungannya, mengarahkan dirinya mampu mengambil keputusan
untuk hidupnya, dan dengannya ia dapat mewujudkan kehidupan
yang baik, berguna, dan bermanfaat di masa kini dan masa yang
akan datang.39
W.S Wingkel mengatakan bimbingan merupakan terjemahan
dari kata “guidance” yang berarti menunjukkan kepada dua hal,
yang masing-masing berdiri sendiri yaitu:40
b. Memberikan informasi, yaitu memberikan petunjuk bahkan
memberikan nasehat kepada seseorang atau kelompok maka atas
dasar pengetahuan tersebut orang dapat menentukan pilihan dan
mengambil keputusan.
38
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
Cet Ke-3. 39
M.Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah 2008), h.6. 40
W.S Wingkel, FKIP, IKIP, Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan Di
Sekolah, (Jakarta: PT.Gramedia, 1997), h.18.
26
c. Menuntun atau mengarahkan kepada suatu tujuan yang akan
dituju yang mungkin tempat tersebut hanya diketahui oleh yang
menuntun saja.
Adapun beberapa pendapat para ahli tentang bimbingan,
diantaranya:41
a) Supriyadi mengatakan bimbingan adalah usaha untuk
menciptakan kondisi yang kondusif agar individu dapat
berkembang secara wajar, sesuai dengan kapasitas dan peluang
yang dimilikinya sehingga ia berguna untuk dirinya dan
masyarakatnya.
b) Miller mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap
individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri (adaptasi) secara maksimum di
sekolah, keluarga dan masyarakat.
c) Bimo Walgito menjelaskan bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan individu-individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
kehidupannya agar individu atau sekumpulan individu-individu
itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
d) Nata wijaya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan
kepada individu yang dilakukan secara terus menerus supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya sesuai dengan
ketentuan keadaan lingkungan sekolah.
41
Saliyo, Farida, Teknik Layanan Bimbingan Konseling Islam, (Kudus: Buku
Daros, 2008), h.13.
27
e) Djumhur dan Moh. Surya, berpendapat bahwa bimbingan adalah
suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan
sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami
dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya, kemampuan untuk
mengarahkan dirinya dan kemampuan untuk merealisasikan
dirinya sesuai dengan sesuai dengan potensi atau kemampuannya
dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik
keluarga, sekolah dan masyarakat.
Kemudian pengertian Agama dari segi bahasa dikenal dengan
kata “ad Dien” (bahasa arab) yang berarti menguasai, menundukkan,
patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan. Din dalam bahasa berarti
undang-undang atau hukum.42
Menurut Harun Nasution pengertian
agama berasal dari kata al-din, religi dan agama, al din (semit)
berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa arab,
kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang,
balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin) atau relegere
berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian relegere berarti
mengikat. Adapun kata agama terdiri dari (a= tidak, gam=pergi)
mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun-
temurun.43
Menurut Elizabeth K. Nottingham seperti dikutip Jalaludin,
agama adalah gejala yang begitu sering “terdapat di mana-mana,”
42
Abuddin Nata, Metodelogi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011), h.9. 43
Sutirna, Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Formal Dan Nonformal
Dan Informal, (Yogyakarta: CV. Andi Offsett, 2013), h.160.
28
dan agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur
dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam
semesta. Selain itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin
yang paling sempurna dan juga perasaan takut dan ngeri. Meskipun
perhatian tertuju kepada adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat
(akhirat), namun agama melibatkan dirinya dalam masalah-masalah
kehidupan sehari-hari di dunia.44
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem
nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-
norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan
bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang
dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus
dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri
khas.45
Bimbingan agama adalah proses pemberian bantuan terarah,
continue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat
mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya
secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-qur‟an dan Hadits ke dalam dirinya, sehingga
ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-qur‟an dan
Hadits.46
44
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),
h.317. 45
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),
h.254. 46
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah,
2013), Cet Ke-2, h.23.
29
Menurut Faqih Ainur Rahim Bimbingan Agama Islam adalah
proses pemberian bantuan kepada individu agar dalam kehidupan
keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah yang terdapat dalam Al-qur‟an dan Hadits Nabi SAW,
sehingga kebahagiaan di dunia dan akhirat.47
Bimbingan agama menurut Faqih Ainur Rahim, dapat
disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan ajaran agama
Islam yang diberikan oleh pembimbing kepada individu, maka dari
itu dalam kehidupan sehari-hari, individu diharapkan dapat
menjalankan perintah Allah SWT guna untuk kebahagiaan dunia dan
akhirat. Jadi dengan mempelajari dan mengamalkan ilmu agama
Islam dalam kehidupan sehari-hari, individu dapat mempraktikan
dan mengaplikasikannya dengan secara benar karna telah diajarkan
serta diarahkan oleh pembimbingnya.
Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwasannya
Bimbingan Agama merupakan suatu proses bantuan atau tuntunan
yang diberikan secara terus-menerus kepada individu ataupun
sekumpulan individu yang mengabdikan dirinya agar dapat
memegang paraturan Tuhan dan percaya terhadap kekuasaan Tuhan
untuk mencapai kebahagiann hidup.
47
Faqih Ainur Rokhim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta:
UII Pres,2001), h.61.
30
3. Tujuan Dan Fungsi Bimbingan Agama
a) Tujuan Bimbingan Agama
Menurut Thohari Musnawar, tujuan bimbingan Agama Islam
dibagi menjadi 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Di
antaranya:48
Tujuan umum adalah bimbingan Agama Islam yang
dilakukan untuk membantu individu menjadi mewujudkan
dirinya menjadi mewujudkan dirinya manusia seutuhnya agar
tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Sedangkan tujuan khusus yaitu:
a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.
b. Membantu individu mengatasi masalah
c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang baik atau lebih baik sehingga
tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya sendiri dan
orang lain.
Menurut Jalaludin salah satu tujuan agama adalah membentuk
jiwa budi pekerti dengan adab yang sempurna baik dengan
Tuhannya maupun dengan lingkungan masyarakat. Semua
agama sudah sangat sempurna dikarenakan dapat menuntun
umatnya bersikap dengan baik dan benar, serta dibenarkan.
Cara bersikap yang buruk dalam memeluk agama dikarenakan
48
Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 1992), h.49-50.
31
ketidakpahaman tujuan daripada pemeluk agamanya.
Beberapa tujuan agama di antaranya:49
a. Menegakkan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa (Tauhid).
b. Mengatur kehidupan manusia di dunia agar kehidupan
teratur dengan baik, sehingga mencapai kesejahteraan
hidup, lahir dan batin.
c. Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya
kepada Allah SWT.
d. Menyempurnakan akhlak manusia.
e. Agama sebagai sarana mengatasi ketakutan. Tinjauan ini
bersifat fungsional, sedangkan dibalik itu masih ada motif
dan motif lain yang lebih dalam yang tidak bisa lepas dari
sifat dan kodrat manusia itu sendiri.
b) Fungsi Bimbingan Agama
Adapun fungsi Bimbingan Agama Islam sebagai berikut:50
a. Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga atau
mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
b. Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau
dialaminya.
c. Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga
agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik
49
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),
h.60. 50
Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 1992), h.34.
32
(mengandung masalah) yang telah menjadi baik
(terpecahkan) itu kembali menjadi tidak menimbulkan
masalah kembali.
d. Fungsi developmental atau pengembangan, membantu
individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih
baik, sehingga tidak atau menjadi sebab munculnya
masalah baginya.
4. Metode Bimbingan Agama
1. Segi Strategi
Dari strategi terdapat dua metode yang dapat digunakan,
yaitu metode vertikal dan horizontal, di antaranya:51
a) Metode vertikal
Metode vertikel ialah kegiatan penyuluhan yang dimulai
dari atas ke bawah (to down) atau dari bawah ke atas
(bottom up). Dari atas ke bawah (top down) ialah usaha
penyuluhan agama dengan terlebih dahulu mendekati
orang yang berpengaruh (key respon) di suatu kelompok
masyarakat, baru kemudian mengadakan penyuluhan
kepada anggota masyarakatnya. Dari bawah ke atas
(bottom up) ialah kegiatan penyuluhan mulai dari
lapisan paling bawah dari suatu kelompok masyarakat
kemudian merambat ke lapisan di atasnya.
51
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Urusan Haji, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta: 1987), h.39-40.
33
b) Metode horizontal
Metode horizontal ialah kegiatan penyuluhan dalam
suatu wilayah kemudian diusahakan dapat
memengaruhi wilayah atau kelompok-kelompok
lainnya.
2. Segi Sifat
Dari segi sifatnya ada beberapa metode yang dapat
digunakan, antara lain: ceramah, tanya jawab, diskusi,
demontrasi/pencontohan.52
a). Metode Ceramah
Metode ceramah sering pula disebut metode informasi
yakini penerapan secara lisan oleh pembimbing agama
sebagai komunikator kepada kelompok masyarakat sasaran
sebagai komunikan. Metode ini sangat tepat apabila
sasaran yang dihadapi merupakan kelompok yang
berjumlah besar dan diperlukan dihadapi secara sekaligus.
Pembimbing bisa mempergunakan alat bantu seperti
pengeras suara, radio, televisi, slide atau film. Meskipun
pada prinsipnya metode ini menggunakan lisan, tetapi
pesan yang disampaikan bisa diperjelas dengan bantuan
mimic, gerak dan gesture.
b). Metode Tanya jawab
Metode ini dapat dikatakan sebagai metode lanjutan
dari metode ceramah, yaitu proses tanya jawab antara
52
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
dan Urusan Haji, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta: 1987), h.39-40.
34
pembimbing dan penerima manfaat yaitu terbimbing.
Sifatnya memang sama dengan metode ceramah dalam hal
sama-sama menggunakan lisan. Hanya bedanya dalam
metode ceramah peran aktif hanya berada pada
pembimbing agama, sedangkan tanya jawab peran aktif
adalah timbal balik.
c). Metode Diskusi
Metode diskusi ialah salah satu bentuk komunikasi
gagasan yang dilakukan dalam suasana demokratis. Dari
suatu diskusi diperoleh banyak hal yang bermanfaat, maka
pertukaran pikiran dalam suatu diskusi memerlukan adanya
teknik tertentu.
d). Metode Demonstrasi/percontohan
Metode ini berarti memberi contoh atau
mempertunjukkan atau mempragakan. Metode ini lebih
tepat digunakan untuk materi bimbingan yang menyangkut
praktek ibadah, seperti cara berwudhu, praktek shalat,
bimbingan pelaksanaan haji, cara merawat jenazah, dan
berdo‟a.
e). Metode Konsultasi
Metode pada hakekatnya adalah kegiatan meminta
nasihat atau penerangan kepada pembimbing agama.
Konsultasi ini sudah tentu dilaksanakan secara individu dan
masalahnya juga bersifat pribadi.
35
f). Metode Psikoterapi
Sigmun Freud tokoh psikologi dikenal dengan teorinya
mengenai alam ketidaksadaran dan penggagas
psikoanalisa. Sigmun Freud mengatakan sebagian besar
perilaku manusia didorong oleh motif yang tidak disadari,
pikiran itu seperti gunung es yang mengapung di laut.
Bagian atas gunung es terlihat 12% (conscious) adalah
pikiran sadar, bagian bawahnya 88% adalah pikiran tak
sadar (subconscious).53
Pikiran sadar mempunyai empat fungsi utama, yaitu
menggali informasi yang masuk dari panca indra,
membandingkan dengan memori kita, menganalisa dan
kemudian memutuskan respon spesifik terhadap informasi
tersebut. Sedangkan pikiran bawah sadar berfungsi
memproses kebiasaan, perasaan, memori permanen,
kepribadian, intuisi, kreativitas, dan keyakinan.54
3. Segi Sasaran yang Dihadapi
Dari segi sasaran yang dihadapi, berikut ini konsep
metode bimbingan menurut Faqih Ainur Rahim:55
53
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Press,
2009), h.31-32. 54
Miftahly Nurokhi, Instan Hypnosis (Pelatihan Hypnosis Level 1), 2017. 55
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2001),
h.231.
36
a). Bimbingan Individual
Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi
langsung secara seseorang dengan pihak yang dibimbing,
adapun teknik yang digunakan ialah:
1). Percakapan pribadi, pembimbing langsung melakukan
dialog secara tatap muka dengan pihak pembimbing.
2). Kunjungan rumah, pembimbing mengadakan dialog
dengan kliennya dan orang tuanya, akan tetapi
dilaksanakan di rumah klien.
b). Bimbingan Kelompok
Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi
langsung secara kelompok. Sasaran yang dihadapi
merupakan kelompok yang banyak dan cara
menghadapinya dengan sekaligus.
B. Karakter
1. Pengertian Karakter
Karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to mark”
(menandai dan memfokuskan) bagaimana menerapkan nilai-nilai
kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari.56
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa karakter adalah
sifat atau ciri kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan
56
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di
Sekolah, (Jakarta: Laksana, 2011), h.19.
37
seseorang dengan orang lain, watak, tabiat.57
Dengan demikian
karakter adalah kualitas atau kekuatan moral, akhlak atau budi
pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi
pendorong dan penggerak serta membedakan individu satu dengan
individu lain.58
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang
khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Karakter adalah perilaku
yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap
maupun bertindak.59
Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa karakter sebagai sifat
jiwa manusia, mulai dari angan-angan hingga terjelma menjadi
tenaga. Karakter juga disebut budi pekerti yang akan membawa
manusia pada pribadi yang merdeka sekaligus dapat mengendalikan
diri sendiri (mandiri).60
Karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata
nilai interaksi antar manusia. Secara universal karakter dirumuskan
sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar : kedamaian
(peace), menghargai (respect), kerjasama (cooperation), kebebasan
(freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty),
57
Zainal Aqib, Pendidikan Karakter Di Sekolah, (Surabaya: Yrama Widya,
2012), h.135. 58
Furqan Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa,
(Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h.13. 59
Muchlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h.41-42 60
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012), h.34-35.
38
kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggung jawab
(responsibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance) dan
persatuan (unity).61
Karakter juga dipengaruhi oleh hereditas, lingkungan sosial dan
lingkungan alam.62
Seperti yang kita ketahui perilaku anak biasanya
tidak beda jauh dengan perilaku orang tuanya. Begitu pula
lingkungan sosial yaitu di kalangan pesantren juga akan membentuk
seseorang menjadi peduli, sopan, dan mengerti tata krama. Selain itu
karakter juga dipengaruhi oleh gen yang diwariskan orang tua,
kesholehan orang tua sangat dituntut dalam membentuk keturunan.63
Artinya gen yang diturunkan orang tua ialah salah satu faktor
melainkan bukan faktor utama, akan tetapi lingkungan juga memiliki
peran penting untuk membentuk karakter seseorang. Ada orang tua
yang mempunyai sifat baik, tetapi anaknya tidak mewariskannya,
dikarenakan lingkungan tidak mendukung untuk membentuk
karakter baik itu.
2. Karakter Yang Baik
Karakter pribadi yang kuat harus mewujudkan dari dalam
pelayanan terhadap organisasi dan masyarakat serta dalam
menunjang kehidupan publik. Krisis moral di zaman kita sama,
61
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung: Rosda Karya, 2014), h.42-43. 62
Muchlas Smani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
(Bandung: Rosda Karya, 2014), h.43. 63
Abdullah Idi dan Safarina, Etika Pendidikan Keluarga Sekolah dan
Masyarakat, (Jakarta: Rajawali Press, 2015), h.139.
39
artinya dengan semakin banyak orang yang tidak memiliki
penguasaan diri yang membebaskan, yang memungkinkan mereka
berkomitmen dan melayani dengan independensi dan integritas yang
seharusnya dimiliki oleh orang yang merdeka.64
Menurut Michael Novak, karakter ialah perpaduan harmonis
seluruh budi pekerti yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama, kisah-
kisah sastra, cerita-cerita orang bijak, dan orang-orang berilmu, sejak
zaman dahulu hingga sekarang. Tak seorang pun yang memiliki
semua jenis budi pekerti, semua orang pasti punya kekurangan,
orang-orang dengan karakter yang mengagumkan bisa sangat
berbeda antara satu dengan lainnya.65
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap
akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-
nilai yang perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan, berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata krama,
budaya, adat istiadat, dan estetika.66
Karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling
berkaitan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.
64
Walter Nicgorski, The Moral Crisis: Lesson from the Founding, (The
World and I, 1987), h.1. 65
Michael Novak, Crime and Character, This World (Musim Semi/Musim
Panas, 1986), h.1. 66
Muchlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h.41-42
40
Karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan, menginginkan
kebaikan, dan melakukan kebaikan kebiasaan pikiran, kebiasaan
hati, kebiasaan perbuatan. Ketiganya penting untuk menjalankan
hidup yang bermoral, ketiganya adalah faktor pembentuk
kematangan moral.67
Karakter yang baik sebagai hidup dengan tingkah laku yang
benar, tingkah laku yang benar dalam hal berhubungan dengan orang
lain maupun dengan diri sendiri.
C. Kepedulian Sosial
1. Pengertian Kepedulian Sosial
Istilah kepedulian berasal dari kata “peduli” yang artinya
mengindahkan, menghiraukan. Dalam KBBI kata “sosial” artinya
berkenaan dengan masyarakat, suka memerhatikan kepentingan
umum (suka menolong, menderma (memberi), dsb).68
Peduli sosial ialah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.69
Makhluk sosial
berarti hidup menyendiri akan tetapi sebagian besar hidupnya
ketergantungan, yang pada akhirnya akan tercapai keseimbangan
relatif.70
67
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar dan Baik, (Bandung: Nusa Media, 2013), h.72. 68
Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 657-658. 69
Darmiyati Zuchi, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori Dan
Praktek (Yogyakarta: UNY Press 2011), h.170. 70
Buchari Alma, dkk. Pembelajaran Studi Sosial, (Bandung: Alfabeta,2010),
h.201.
41
Kepedulian sosial adalah sebuah sikap keterhubungan dengan
kemanusiaan pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota
komunitas manusia. Pada proses komunikasi sosial tumbuh rasa
peka terhadap permasalahan atau problem masing-masing orang
dalam mencari solusi. Kepekaan inilah yang senantiasa harus
tumbuh dan dikuatkan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan
maslahatnya.71
Kepedulian sosial juga merupakan implementasi kesadaran
manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
Manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya
sehingga ada sifat saling tergantung antara satu individu dengan
individu lain.72
Kepedulian sosial pun bisa diartikan sikap
memperhatikan atau rasa peduli terhadap orang lain bertujuan untuk
membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi orang lain
demi kebaikan dan perdamaian.
Manusia ialah makhluk sosial, manusia pun tidak bisa hidup
tanpa adanya bantuan dari orang lain. Manusia dikatakan makhluk
sosial karena beberapa alasan, yaitu:73
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang
lain.
71
Heni Purwulan, Kepedulian Sosial Dalam Pengembangan Interpersonal
Pendidik, (ISSN, 2011), h.60. 72
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar dan
Implementasi, (Jakarta: Kencana, 2014) h.77. 73
Suratman, MBM Munir, dan Umi Salamah, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
(Malang: Intimedia, 2015), h.136.
42
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang
lain.
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-
tengah manusia.
Islam mengajarkan tentang manusia dengan manusia lain, sama
halnya menjelaskan tentang kepedulian sosial. Seperti Firman Allah
SWT dalam Al-qur‟an surat Al-Hujurat ayat 10, yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah
bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada
Allah SWT, supaya kamu mendapat rahmat.”74
2. Pentingnya Kepedulian Sosial
Perkembangan zaman sekarang tak lepas dari globalisasi.
Globalisasi menurut KBBI Ialah globalisasi membawa dampak
positif dan negatif, salah satu dampak negatif yang terjadi yaitu
lunturnya rasa solidaritas dan kepedulian terhadap sesama. Manusia
yang cenderung acuh tak acuh dan mementingkan diri sendiri
(individualisme). Seperti yang kita ketahui lunturnya kepedulian
sosial terhadap sesama sudah sering terjadi di Indonesia. Ada
74
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Semarang: PT Karya
Toha Putra, 2002), h.744.
43
beberapa hal yang menggambarkan lunturnya kepedulian sosial, di
antaranya:75
a. Menjadi penonton saat terjadi bencana, bukannya membantu.
b. Sikap acuh tak acuh pada tetangga.
c. Tidak ikut serta dalam kegiatan di masyarakat.
3. Nilai Kepedulian Sosial Dalam Islam
Kerangka dasar agama Islam terdiri atas akidah, syari‟ah dan
akhlak.76
Akidah atau tauhid adalah iman dan keyakinan yang
merupakan akar pokok ajaran Islam. Syari‟ah merupakan sistem
norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia
dengan sesama manusia dan manusia dengan lingkungannya.
Sedangkan akhlak ialah sikap yang menimbulkan kelakuan baik atau
buruk. Akhlak meliputi akhlak kepada Allah dan akhlak kepada
sesama manusia, dan lingkungan.77
Dalam Islam nilai-nilai kepedulian sosial juga diajarkan, terdapat
ayat Al-Qur‟an yang membahas tentang kepedulian sosial yaitu
dalam Surat Al-Ma‟un ayat 1-3 yang menjelaskan bahwa pendusta
agama adalah orang-orang yang menghardik anak yatim dan tidak
mau memberi makan orang-orang miskin.78
75
Buchari Alma, dkk. Pembelajaran Studi Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2010),
h.206. 76
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press,
2013), h.133. 77
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press,
2013), h.134-135. 78
Al-Qur‟an, Surat Al-Ma‟un, ayat 1-3, h.602.
44
Artinya:
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwasannya Islam
sangat menganjurkan kepedulian sosial, bahkan apabila seorang
muslim tidak peduli dengan orang-orang miskin dan tidak peduli
dengan lingkungan sosialnya, maka ia disebut pendusta agama.
Kegiatan sosial kemasyarakatan pun juga merupakan bentuk
ketaatan manusia kepada Allah SWT.
Dengan kita peduli kepada orang-orang yang membutuhkan,
menyantuni anak-anak yatim, memberikan sedekah kepada fakir
miskin, maka kita sebagai orang Muslim telah melakukan kebaikan
sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT. Hal itu merupakan
bentuk ibadah, sebab berbuat baik kepada sesama adalah bentuk
kebaikan, dan segala bentuk kebaikan bernilai ibadah.
45
4. Sumber Kepedulian Sosial
Kepedulian sosial berasal dari dua sumber, yaitu:79
1) Berasal dari cinta
Kepedulian sosial muncul dari kepekaan hati untuk
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dalam kehidupan
sehari-hari sering kita dengar istilah empati, yang dapat diartikan
sebagai kesanggupan untuk memahami dan merasakan perasaan-
perasaan orang lain, seolah-olah itu perasaan diri sendiri.
2) Tidak karena macam-macam alasan
Kepedulian sosial yang kita kembangkan adalah kepedulian
sosial yang timbul dari hati yang terbuka, mau berbagi untuk
sesamanya tanpa didorong atau disertai alasan-alasan tanpa
meminta imbalan apapun.
5. Implementasi Kepedulian Sosial
Adapun implementasi kepedulian sosial, di antaranya:80
a. Implementasi terhadap Diri Sendiri
Sudah selayaknya kita harus mempunyai rasa kepedulian
sosial agar bisa menjadi individu yang peka terhadap masalah-
masalah sosial yang sedang terjadi. Kita tidak boleh bersikap
acuh tak acuh terhadap permasalahan sosial yang terjadi di
79
Dini Destina Sari, Peranan Karang Taruna Dalam Meningkatkan
Kepedulian Sosial Pemuda Kelurahan Margodadi Kecamatan Metro Selatan Kota
Metro, Skripsi, (Bandar Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung, 2016). 80
A.Tabi‟in, Menumbuhkan Sikap Peduli Pada Anak Melalui Interaksi
Kegiatan Sosial, (Jurnal: Vol.1 No.1) di akses pada tanggal 16 Oktober 2019.
46
lingkungan kita. Berbagai cara dapat dilakukan misalnya ikut
serta menjadi panitia dalam acara beramal dan bakti sosial.
Dengan begitu kita bisa membentuk hingga menumbuhkan rasa
kepedulian terhadap sesama dan juga kepekaan kita.
b. Implementasi terhadap Masyarakat
Setelah berusaha mengimplementasikan kepedulian sosial
diri sendiri, selanjutnya ialah bagaimana menerapkan kepedulian
sosial dalam bermasyarakat. Penerapan dalam masyarakat dapat
diimplemetasikan dengan lingkungan sekitar karena masih
banyak orang yang kurang peduli pada sesama, yang tidak
menghiraukan orang yang membutuhkan bantuan dan mereka
hanya tak acuh pada sesama mereka. Seharusnya kita lebih
peduli agar tidak ada orang kesusahan lagi. Implementasi peduli
terhadap sesama bisa dilakukan dari hal-hal kecil yang
kelihatannya sepele, seperti berbagi kebahagiaan dengan orang
sekitar, dan rutin bersedekah.
c. Membangun Kepedulian Sosial pada Anak
Kepedulian sosial tidak banyak saat ini dilakukan oleh
banyak orang. Banyak yang merasakan makin sedikit orang yang
peduli pada sesama dan cenderung menjadi seorang
individualistis yang mementingkan diri sendiri. Namun begitu,
siapapun orangnya tentu tidak mau anak menjadi orang yang
apatis, pastilah setiap orangtua menginginkan anaknya menjadi
seorang yang berjiwa sosial tinggi dan senang membantu
sesamanya.
47
Berjiwa sosial dan senang membantu merupakan sebuah
ajaran yang universal dan dianjurkan oleh semua agama. Meski
begitu, kepekaan untuk melakukan semua itu tidak bisa tumbuh
begitu saja pada diri setiap orang, karena membutuhkan proses
dilatih dan dididik. Disini pola pengasuhan berperan sangat
penting, terutama yang dilakukan oleh orangtua saat melakukan
kepedulian sosial terhadap sesama di lingkungan sekitar dan
sudah tentu anak akan mencontoh hal tersebut yang sering anda
lakukan.
Memiliki jiwa kepedulian sosial sangat penting bagi setiap
orang, karena tidak bisa hidup sendirian di dunia ini, begitu juga
pentingnya bagi anak karena kelak mereka pun akan hidup
mandiri tanpa orangtuanya lagi. Dengan jiwa sosial yang tinggi,
mereka akan lebih mudah bersosialisasi serta akan lebih
dihargai. Bayangkan bila setiap orang telah luntur jiwa sosialnya,
kehidupan akan kacau, berlaku hukum rimba, kaum yang
tertindas makin tertindas, semua orang mengedepankan ego
masing-masing dan keadilan pun akan menjadi hal yang sangat
mahal.81
6. Bentuk-Bentuk Kepedulian Sosial
Menurut Zubaedi, kepedulian sosial terdiri atas beberapa hal
diantaranya yaitu :82
81
Hamid Abdul, Ilmu Akhlak (Bandung: Pustaka Cipta, 2009), h.28. 82
Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2006), h.13.
48
1. Loves (Kasih Sayang)
Kasih sayang ini terdiri atas pengabdian, kekeluargaan, tolong
menolong, dan kesetiaan.
a. Pengabdian
Memilih diantara dua alternatif yaitu mereflesikan sifat-sifat
Tuhan yang mengarah menjadi pengabdi pihak lain atau
pengabdi diri sendiri. Pengabdi pihak lain bukan berarti tidak ada
perhatian sama sekali terhadap diri sendiri. Tapi senantiasa
berusaha mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri.
Perhatiannya sama besar, baik terhadap diri sendiri maupun
pihak lain. Apa yang tidak patut diperlakukan terhadap dirinya
tidak patut pula diperlakukan terhadap pihak lain.
Senantiasa memberi dengan kecintaan tanpa pamrih dan
membalas kebaikan pihak lain dengan yang lebih baik hanya
karena kecintaan.
b. Kekeluargaan
Kekeluargaan apabila di dalam anggota keluarga sendiri
memang hal ini mudah didapatkan dan dirasakan sebab dalam
kekeluargaan “saling memberi jaminan yang menimbulkan rasa
aman tidak ada rasa kekhawatiran dan kecemasan dalam
menghadapi hidup, karena ada jaminan dari sesama saudara”.83
Tetapi kita sudah berada di luar lingkup keluarga sendiri rasanya
akan sedikit sulit mendapatkannya. Kekeluargaan sangat
83
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengalaman Islam,2007), h.224.
49
dibutuhkan bagi setiap individu, dengan adanya kekeluargaan
kita akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan.
c. Tolong Menolong
Menurut Yunahar Ilyas, menerangkan dalam bahasa arabnya
adalah ta‟awun, sedangkan menurut istilah pengertian ta‟awun
adalah sifat tolong menolong di antara sesama manusia dalam
hal kebaikan dan taqwa. Dalam ajaran Islam tolong menolong
merupakan kewajiban setiap Muslim, sudah semestinya konsep
tolong menolong ini dikemas sesuai dengan syariat Islam, dalam
artian tolong menolong, yang kuat menolong yang lemah, yang
mempunyai kelebihan menolong yang kekurangan.84
Sikap ta‟awun atau tolong menolong ini terdapat pada firman
Allah SWT dalam Q.S Al-Maidah ayat ke 2:
Artinya: Dan tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan
bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.85
84
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengalaman Islam,2007), h.224. 85
Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 2013, h.106.
50
Ayat tersebut sebagai dalil yang jelas akan wajibnya tolong
menolong dalam kebaikan dan taqwa, serta dilarang tolong
menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
Tolong menolong itu perlu diajarkan kepada anak-anak sejak
masa kecil, sebab kita hidup itu tidak bisa lepas dari bantuan
orang lain, untuk itu sikap tolong menolong atau ta‟awun perlu
dimiliki oleh seseorang, karena suatu apapun yang kita kerjakan
tentu membutuhkan pertolongan dari orang lain.
d. Kesetiaan
Firman Allah SWT dalam Q.S Al-an‟am ayat 162-163:
Artinya: Katakanlah sesungguhnya sholatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah Allah, Tuhan
semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama kali menyerahkan diri kepada
Allah.86
Rangkaian kata-kata tersebut sering kita ucapkan langsung
kepada Allah dalam setiap shalat kita. Sebagai bukti kesetiaan
dan kepasrahan diri kita seutuhnya kepada Allah SWT. Setia dan
rela hanya Allah lah Tuhan kita. Dengan begitu kita sudah
86
Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 2013, h.150.
51
menyatakan segalanya untuk Allah, ibadah, hidup, bahkan mati
pun hanya untuk Allah semata. Betapa setianya kita setiap kali
itu diucapkan dalam shalat. Kesetiaan yang sekaligus
perwujudan kepasrahan kepada Allah, hanya Allah lah yang
berhak mengatur kita, hanya Allah lah yang wajib disembah dan
ditaati segala perintah dan larangan-Nya.
2. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah totalitas pengerjaan tugas hingga tuntas
dan berkualitas.87
Jadi, individu yang bertanggung jawab itu
akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh, bila
melakukan kesalahan berani mengakuinya. Tanggung jawab ini
terbagi atas tiga, sebagai berikut:
a. Nilai Rasa Memiliki
Pendidikan nilai membuat anak tumbuh menjadi pribadi
yang mengetahui sopan santun, mampu menghargai diri
sendiri dan orang lain, memiliki cita rasa dan bersikap
hormat terhadap keluhuran martabat manusia, memiliki cita
rasa oral dan rohani.
b. Empati
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata empati adalah
keadaan yang membuat seseorang merasa atau
mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan pikiran
yang sama dengan orang atau kelompok.88
Menurut Saleem
87
Saleem Harja Sumarna, Kepribadian Super, (Klaten: Galmas
Publisher,2014), h.70. 88
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, h.369.
52
Harja Sumarna, empati merupakan suatu sikap atau
kepribadian yang memposisikan diri kita dalam keadaan
yang sama dengan yang dialami orang lain.
Dari pengertian tersebut, dapat saya simpulkan empati
merupakan seperti kemampuan kita dalam menyelami
perasaan orang lain tanpa harus tenggelam di dalamnya,
kemampuan kita dalam mendengarkan perasaan orang lain
tanpa harus larut dan kemampuan kita dalam merespon
keinginan orang lain yang tak terucapkan. Kemampuan ini
dapat dipandang sebagai kunci menaikkan intensitas dan
kedalaman hubungan kita dengan orang lain.
c. Disiplin
Disiplin yaitu cara kita mengajarkan kepada anak tentang
perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan
utamanya adalah memberitahu dan menanamkan pengertian
dalam diri anak tentang perilaku mana yang baik dan mana
yang buruk, dan untuk mendorongnya memiliki perilaku
yang sesuai dengan standar ini. 89
Alam disiplin, ada tiga unsur yang penting, yaitu hokum
atau peraturan yang berfungsi sebagai pedoman penilaian,
sanksi, atau hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, dan
hadiah untuk perilaku atau usaha yang baik.
3. Keserasian Hidup
89
Saleem Harja Sumarna, Kepribadian Super, (Klaten: Galmas
Publisher,2014), h.70.
53
Keserasian hidup terdiri dari: toleransi, kerjasama, dan keadilan.
a. Toleransi
Toleransi artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan
orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang
yang memiliki pendapat berbeda. Sikap toleransi ini di dalam
masyarakat dipergunakan untuk saling memahami kelebihan dan
kekurangan, kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga
segala macam bentuk kesalahpahaman dapat dihindari.90
Sikap toleransi tidak berarti membenarkan pandangan yang
dibiarkan itu, tetapi mengakui kebebasan serta hak-hak asasi.
b. Kerjasama atau Gotong Royong
Gotong royong adalah suatu sikap atau kegiatan yang dilakukan
oleh anggota masyarakat secara kerjasama dan tolong menolong
dalam menyelesaikan pekerjaan maupun masalah dengan suka
rela tanpa adanya imbalan. Semangat kerjasama ini haruslah
diajarkan secara berkesinambungan. Jangan melakukan aktifitas-
aktifitas yang mendorong adanya semangat kompetisi. Tapi
gunakan bentuk-bentuk aktifitas dan permainan yang bersifat
saling membantu. Tunjukkan bahwa usaha-usaha setiap individu
fit dalam kehidupan ini.
c. Keadilan
90
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengalaman Islam,2007), h.223.
54
Istilah keadilan dalam bahasa arab berasal dari kata „adl yang
mempunyai arti lain sama dan seimbang. Keadilan dapat
diartikan menjadi dua bagian, yaitu:91
a. Keadilan adalah membagi sama banyak, atau memberikan
hak yang sama kepada orang-orang atau kelompok dengan
status yang sama.
b. Keadilan dapat diartikan memberikan hak seimbang dengan
kewajiban, atau memberi seseorang sesuai dengan
kebutuhannya.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-a‟raf ayat 29:
Artinya: Katakanlah Tuhanku menyuruh menjalankan
keadilan.92
Adapun bentuk-bentuk kepedulian sosial bisa dibedakan
berdasarkan lingkungannya. Yang dimaksud dengan lingkungan
ialah lingkungan dimana seseorang hidup berinteraksi dengan orang
lain yang biasa disebut lingkungan sosial. Menurut Elly M.Setiadi,
lingkungan sosial merujuk pada lingkungan dimana seseorang
melakukan interaksi sosial, baik dengan anggota keluarga, teman,
dan kelompok sosial lain yang lebih besar.93
91
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengalaman Islam,2007), h.235. 92
Kemenag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, 2013, h.153. 93
Setiadi, Elly M.Kama A.Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar, (Jakarta: Kencana, 2012), h.66.
55
Bentuk bentuk kepedulian berdasarkan lingkungannya, yaitu:94
1) Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial terkecil yang dialami
oleh seorang manusia. Lingkungan inilah yang pertama kali
mengajarkan manusia bagaimana berinteraksi. Bahwasannya
interaksi tersebut dapat diwujudkan dengan air muka, gerak-gerik
dan suara. Anak belajar memahami gerak-gerik dan air muka orang
lain. Hal ini penting sekali, lebih-lebih untuk perkembangan anak
selanjutnya, karena dengan belajar memahami gerak-gerik dan air
muka seseorang maka anak tersebut telah belajar memahami
keadaan orang lain. Hal yang paling penting diketahui bahwa
lingkungan rumah itu akan membawa perkembangan perasaan sosial
yang pertama.
2) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat pedesaan yang masih memiliki tradisi
yang kuat masih tertanam sikap kepedulian sosial yang sangat erat.
Ketika ada suatu kegiatan yang dilakukan oleh satu keluarga, maka
keluarga lain dengan tanpa imbalan akan segera membantu dengan
berbagai cara. Misalnya saat mau mendirikan rumah, anggota
keluarga yang lain, kita menyempatkan diri untuk membantunya.
Situasi berbeda bisa dirasakan di lingkungan masyarakat perkotaan.
Jarang sekali kita melihat kepedulian sosial antar warga. Sikap
individualisme lebih diperlihatkan dibandingkan dengan sikap
sosialnya.
94
Buchari Alma, dkk, Pembelajaran Studi Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2010),
h.205-208.
56
Menurut Buchari Alma, dkk ada beberapa hal yang
menggambarkan lunturnya kepedulian sosial di antaranya:95
a. Menjadi penonton saat terjadi bencana atau musibah, bukannya
membantu.
b. Sikap acuh tak acuh pada tetangga atau teman sekitar
lingkungan.
c. Tidak ikut serta dalam kegiatan di masyarakat.
3) Di Lingkungan Sekolah
Sekolah tidak hanya sebagai tempat untuk belajar meningkatkan
kemampuan intelektual, akan tetapi juga membantu untuk
mengembangkan emosi, berbudaya, bermoral, bermasyarakat dan
kemampuan fisiknya. Sekolah memiliki dua fungsi utama, yaitu
sebagai instrumen untuk menransmisikan nilai-nilai sosial
masyarakat (to transmit socientally values) dan sebagai agen untuk
transformasi sosial (to be the agent of social transformation).96
Menurut penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa, sekolah
bukan hanya tempat untuk belajar meningkatkan kemampuan
intelektual saja, akan tetapi juga mengembangkan dan memperluas
pengalaman sosial anak agar dapat bergaul serta bersosialisasi
dengan orang lain didalam masyarakat. Selain sebagai tempat
mengembangkan dan memperluas pengalaman sosial anak, sekolah
dapat juga membantu memecahkan masalah-masalah sosial. Dengan
95
Buchari Alma, dkk, Pembelajaran Studi Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2010),
h.206.
96
Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta:
Laksbang Mediatama Yogyakarta, 2009).
57
pendidikan diharapkan berbagai masalah sosial yang dihadapi anak
dapat diatasi dengan pemikiran-pemikiran tingkat yang tinggi
melalui analisis akademis.97
Di sekolah tugas pendidik adalah
memperbaiki sikap anak yang cenderung kurang dalam
pergaulannya dan mengarahkannya pada pergaulan sosial.
Di sekolah anak dapat berinteraksi dengan guru, dan teman-
teman lainnya. Selain itu, anak memperoleh pendidikan formal di
sekolah berupa pembentukan kepedulian sosial, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap terhadap bidang studi. Berinteraksi dan
bergaul dengan orang lain dapat ditunjukkan dengan berbagai cara,
salah satunya ialah dengan menunjukkan sikap peduli terhadap
sesama. Sikap peduli sosial di lingkungan sekolah dapat ditunjukkan
dengan perilaku saling membantu, saling menyapa, dan saling
menghormati kepada siapa pun yang ada di sekolah.
D. Pengertian Remaja
Remaja merupakan suatu masa dari mana usia manusia yang
paling banyak mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah
dari masa kanak-kanak menuju kepada dewasa. Perubahan yang
terjadi itu meliputi segi kehidupan manusia yaitu jasmani rohani,
pikiran, perasaan, dan sosial. Rentang usia remaja ini dibagi menjadi
dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun
adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun adalah
97
Ary H.Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.68.
58
remaja akhir.98
Akan tetapi, dalam penelitian ini, penulis akan
meneliti remaja awal yaitu usia 16 sampai dengan 18 tahun.
Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock mengatakan bahwa “secara
psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa.99
Perkembangan lebih lanjut, istilah
adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.100
Bahwasannya remaja sering bersikap menduga-duga dan pilih-
pilih. Kedua sikap ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat
remaja berada dan oleh sikap dan perilaku teman-teman baiknya.
Buktinya, berbeda dari masa kanak-kanak, remaja sering memilih-
memilih teman baiknya, atas dasar kesamaan masa lalunya, baik
kesamaan latar belakang sosial, agama atau sosial ekonominya.
Akibatnya remaja cenderung mengabaikan teman-teman yang
menurut dugaannya dianggap kurang cocok, tanpa mau
mengungkapkan perasaannya.101
Dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan suatu proses
peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Proses ini juga bisa
disebut dengan proses mencari jati diri.
98
Mohammad Ali, Psikologi Remaja, (Bandung: PT Bumi Aksara, 2015), h.9. 99
Hurlock E, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), h.206. 100
Mohammad Ali, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h.9. 101
Muhammad Al Mighwar, Psikologi Remaja, (Bandung: Pustaka Setia,
2006), h.127.
59
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Sejarah Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Pondok Pesantren Al-Manshur Darunnajah 3 Serang adalah bagian
dari Yayasan Darunnajah Ulujami Jakarta. Pondok Pesantren
Darunnajah 3 adalah pesantren khusus putri dari Yayasan Darunnajah.
Pondok Pesantren Darunnajah 3 berada di atas tanah wakaf seluas 3.5
hektare dan terletak di Jalan Palka Km.07 Kecamatan Pabuaran
Kabupaten Serang Provinsi Banten. Para alumninya sudah berkiprah di
masyarakat. Pesantren ini Didirikan pada tanggal 26 Januari 1992 oleh
Bapak KH. Abdul Manaf Mukhayyar (alm). Pondok Pesantren
Darunnajah adalah salah satu Pondok Pesantren Modern yang
berkembang di Indonesia. Upaya pembinaan dan penataan terus
dikembangkan dengan melakukan pembaharuan pada substansi
pendidikan, metodologi, pengembangan sarana dan prasarana, serta
perluasan fungsi pesantren, dari perkembangan pendidikan sampai
pengembangan faktor sosial ekonomi.102
Pada awalnya dikhususkan untuk membantu anak yatim dan piatu
serta dhuafa agar dapat meneruskan jenjang pendidikannya. Kemudian
dalam perkembangannya lembaga ini juga menerima anak didik lainnya
selain anak asuh sebagai upaya menanggapi animo masyarakat di sekitar
maupun di luar kawasan pondok yang besar terhadap pendidikan.
102
Profil Darunnajah 3, almanshur.darunnajah.com diakses pada tanggal 22
Oktober 2019.
60
Di usianya yang ke-16 Pesantren Al-Manshur Darunnajah 3
berupaya mengembangkan dan meningkatkan diri dalam mengukir
prestasi akademis dan non akademis. Dalam pelaksanaannya diawasi
secara langsung oleh Drs. KH. Mustofa Hadi Chirzin selaku Pimpinan
Pondok Pesantren dan dibantu ustadz atau ustadzah lainnya. Jenjang
pendidikan di Darunnajah lengkap dari TPQ, MD, MI, TMI (tingkat
MTs - MA/Madrasah Aliyah) sampai Perguruan Tinggi, juga Tahfidz
Al-Qur‟an. Pondok Pesantren Darunnajah 3 ini pun sudah Ter-
Akreditasi A, diakui kualitasnya oleh pemerintah dan masyarakat.
Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Putri Al-Manshur Darunnajah 3
disebut dengan Tarbiyatul Mu‟alimat Al-Islamiyah (TMI) mempunyai
masa belajar 6 tahun yang setara dengan masa Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas, dengan status pendidikan
disamakan dengan Ujian Negara.103
Sejak tahun 1989 TMI Darunnajah telah mendapat Mu‟adalah
(persamaan) dari Jami‟ah Islamiyah Madinah Saudi Arabia, Universitas
Al-Azhar Cairo Mesir, UIA Malaysia, Uni Emirat Arab, Pakistan serta
pengakuan dari Kementrian Pendidikan Nasional sebagai lembaga setara
SMA serta menjalin kemitraan pendidikan dengan lembaga di Timur
Tengah dan Eropa. Pondok Pesantren Putri Al Manshur Darunnajah 3
juga merupakan Lembaga Pendidikan Islam yang independen, tidak
berafiliasi kepada partai politik atau organisasi masyarakat tertentu.
Tidak terlibat atau berhubungan dengan kelompok, aliran atau ajaran
103
Profil Darunnajah 3, almanshur.darunnajah.com diakses pada tanggal 22
Oktober 2019.
61
apapun diluar Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah. Motto Pondok Pesantren
Darunnajah 3 adalah “Berdiri Di Atas Dan Untuk Semua Golongan.”104
B. Visi dan Misi
1. Visi
Mencetak manusia yang bermuttafaqah fiddin untuk menjadi kader
pemimpin umat atau bangsa.
2. Misi
Mencetak manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia,
berpengetahuan luas, sehat dan kuat, terampil dan ulet, mandiri,
mampu bersaing, kritis, problem solver, jujur, komunikatif, dan
berjiwa juang.105
C. Fasilitas
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten menyediakan
fasilitas-fasilitas, sebagai berikut.106
104
Profil Darunnajah 3, almanshur.darunnajah.com diakses pada tanggal 22
Oktober 2019. 105
Profil Darunnajah 3, almanshur.darunnajah.com diakses pada tanggal 22
Oktober 2019. 106
Profil Darunnajah 3, almanshur.darunnajah.com diakses pada tanggal 23
Oktober 2019.
62
Tabel 1. Fasilitas Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten
No. Fasilitas Keterangan
1. Masjid 1 bangunan. Luas 188,5 m2
2. Asrama 4 bangunan, 27 kamar
3. Ruang Kelas 2 bangunan, 13 ruangan
4. Kantin 1 bangunan
5. BMT (Baitul Mal Wattamwil) 1 ruangan
6. Koperasi Pesantren 1 ruangan
7. Pusat Kesehatan Pesantren 1 ruangan
8. Laundry 1 ruangan
9. Guest House 1 bangunan, 14 kamar
10. Laboratorium Komputer 1 ruangan
11. Laboratorium Bahasa 1 ruangan
12. Laboratorium IPA 1 ruangan
13. Perpustakaan 1 ruangan
14. Lapangan Sepak Bola 1 buah lapangan
15. Lapangan Bulu Tangkis 1 buah lapangan
16. Lapangan Basket 1 buah lapangan
17. Lapangan Volley 1 buah lapangan
18. Lapangan Tenis Meja 1 buah lapangan
19. Lapangan Takrau 1 buah lapangan
63
D. Kurikulum
Kurikulum Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten adalah
Kurikulum Tarbiyatul Mu‟alimin wal Mualimat Al-Islamiyah.
Perpaduan kurikulum Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor,
Kurikulum Nasional dan Pesantren Salaf. Pelajaran-pelajaran bahasa
Arab dan bahasa Inggris diajarkan langsung dengan bahasa aslinya.
Pelajaran-pelajaran agama diajarkan dalam bahasa Arab agar santri
mendapatkan pemahaman yang seutuhnya. Pelajaran umum dan eksak
diajarkan dalam bahasa Indonesia.107
Tabel 2. Mata Pelajaran Kelas I MA
Kelas I MA terdiri dari tiga jurusan, yaitu Keagamaan, IPA, dan IPS.
Adapun mata pelajaran yang diajarkan sebagai berikut.108
No.
Mata
Pelajaran
Pondok
Mata Pelajaran Nasional
Jurusan
Keagamaan IPA IPS
1. Muthola‟ah B.Inggris Kimia Ekonomi
2. Al-Insya B.Indonesia Fisika Geografi
3. Ekonomi
Syari‟ah
Sosiologi &
Antropologi Biologi
Sosiologi &
Antropologi
4. Ilmu Kalam PKN B.Inggris Matematika
107
Profil Darunnajah 3, almanshur.darunnajah.com di akses pada tanggal 24
Oktober 2019. 108
Observasi Penulis dan Wawancara Pribadi dengan Ahmad Darussofi,
Sekretaris Pondok Pesantren Darunnajah 3, (Serang, 3 November 2019).
64
No.
Mata
Pelajaran
Pondok
Mata Pelajaran Nasional
Jurusan
Keagamaan IPA IPS
5. Al-Imla‟ TIK B.Indonesia PKN
6. Aqidah Penjasorkes Matematika B.Inggris
7. Balaghoh Matematika PKN B.Indonesia
8. Fiqh Penjasorkes Penjasorkes
9. Ekonomi
Lintas Minat TIK TIK
10. B.Arab
11. Nahwu
12. Ilmu Hadits
13. Tarbiyah
14. Tarikh Islam
15. Akhlaq
16. Sejarah
Indonesia
17. Hadits
18. Ilmu Tafsir
19. Tafsir
20. Tahfidz
Al-Qur‟an
21. Mahfudzat
22. Ushul Fiqh
23. Grammar
65
No.
Mata
Pelajaran
Pondok
Mata Pelajaran Nasional
Jurusan
Keagamaan IPA IPS
24. Leadership
25. Sejarah Umum
26. Nisaiyyah
27. Kepesantrenan
28. Matematika
Peminatan
Tabel 3. Mata Pelajaran Kelas II MA
Kelas II MA terdiri dari tiga jurusan, yaitu Keagamaan, IPA, dan IPS.
Adapun mata pelajaran yang diajarkan sebagai berikut.109
No.
Mata
Pelajaran
Pondok
Mata Pelajaran Nasional
Jurusan
Keagamaan IPA IPS
1. Matematika
Peminatan Penjasorkes Fisika Geografi
2. Muthola‟ah TIK Kimia Ekonomi
3. Ekonomi Lintas
Minat
Sosiologi &
Antropologi Biologi
Sosiologi &
Antropologi
4. Al-Insya B.Inggris B.Indonesia Matematika
5. Grammar B.Indonesia B.Inggris PKN
109
Observasi Penulis dan Wawancara Pribadi dengan Ahmad Darussofi,
Sekretaris Pondok Pesantren Darunnajah 3, (Serang, 3 November 2019).
66
No.
Mata
Pelajaran
Pondok
Mata Pelajaran Nasional
Jurusan
Keagamaan IPA IPS
6. Al-Imla‟ Matematika Matematika B.Indonesia
7. Aqidah PKN PKN Penjasorkes
8. Al-Mawaris Penjasorkes TIK
9. Balaghoh TIK
10. Fiqh
11. Akhlaq
12. B.Arab
13. Nahwu
14. Ilmu Hadits
15. Ushul Fiqh
16. Tarbiyah
17. Tarikh Islam
18. Sejarah
Indonesia
19. Hadits
20. Tafsir
21. Mahfudzat
22. Leadership
23. Nisaiyyah
24. Kepesantrenan
25. Sejarah Umum
26. Ilmu Kalam
67
No.
Mata
Pelajaran
Pondok
Mata Pelajaran Nasional
Jurusan
Keagamaan IPA IPS
27. Ekonomi
Syari‟ah
28. Tahfidz
Al-Qur‟an
29. Ilmu Tafsir
Tabel 4. Mata Pelajaran Kelas III MA
Kelas III MA terdiri dari tiga jurusan, yaitu Keagamaan, IPA, dan IPS.
Adapun mata pelajaran yang diajarkan sebagai berikut.110
No.
Mata
Pelajaran
Pondok
Mata Pelajaran Nasional
Jurusan
Keagamaan IPA IPS
1. Muthola‟ah B.Inggris Kimia Geografi
2. Matematika
Perminatan
Sosiologi &
Antropologi Fisika Ekonomi
3. Al-Adyan Matematika Biologi B.Indonesia
4. Akhlaq PKN Matematika B.Inggris
5. Hadits B.Indonesia B.Inggris PKN
6. Al-Insya Penjasorkes B.Indonesia Sosiologi &
Antropologi
110
Observasi Penulis dan Wawancara Pribadi dengan Ahmad Darussofi,
Sekretaris Pondok Pesantren Darunnajah 3, (Serang, 3 November 2019).
68
No.
Mata
Pelajaran
Pondok
Mata Pelajaran Nasional
Jurusan
Keagamaan IPA IPS
7. Ekonomi
Lintas Minat TIK Penjasorkes
Penjasorkes
8. Grammar PKN TIK
9. Al-Imla‟ TIK
10. Aqidah
11. Al-Mawaris
12. Balaghoh
13. Nahwu
14. Ushul Fiqh
15. Tarbiyah
16. Tarikh Islam
17. Fiqh
18. B.Arab
19. Sejarah
Indonesia
20. Tafsir
21. Kepesantrenan
22. Sejarah Umum
23. Ekonomi
Syari‟ah
24. Ilmu Falaq
25. Ilmu Tafsir
69
No.
Mata
Pelajaran
Pondok
Mata Pelajaran Nasional
Jurusan
Keagamaan IPA IPS
26. Tahfidz
Al-Qur‟an
27. Ilmu Kalam
28. Ilmu Hadits
E. Program Tahunan dan Jadwal Kegiatan Santriwati
1) PPM (Praktek Pengabdian Masyarakat)
2) Ibadah Amaliyatu tadris, praktek mengajar dengan menggunakan
Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.
3) Praktek Mengajar
4) Tilawah dan Tahfidz Al-qur‟an
5) Fathul Kutub
6) Latihan Dasar Kepemimpinan
7) Economic Study
8) Outing Class
9) Keorganisasian
10) Porseka
11) Gladian Pimpinan Satuan111
111
Observasi Penulis dan Wawancara Pribadi dengan Ahmad Darussofi,
Sekretaris Pondok Pesantren Darunnajah 3, (Serang, 20 Oktober 2019).
70
Tabel 5. Jadwal Kegiatan Santriwati
Jadwal Kegiatan Harian Santri.112
No. Waktu Kegiatan
1. 04.00 Bangun Pagi Sholat Tahajud
2. 04.30 – 05.15 Sholat Subuh
3. 05.15 – 05.30 Tadarus
4. 05.30 – 06.00 Mufrodat/Muhadatsah
5. 06.00 – 06.15 Piket
6. 06.15 – 06.40 Mandi
7. 06.40 – 06.55 Sarapan
8. 06.55 – 07.00 Persiapan Masuk Sekolah
9. 07.00 – 09.30 Masuk Kelas
10. 09.30 – 10.00 Istirahat Pertama
11. 10.00 – 11.55 Masuk Kelas
12. 11.55 – 12.00 Istirahat Kedua
13. 12.00 – 12.30 Sholat Dzuhur
14. 12.30 – 13.00 Makan Siang
15. 13.00 – 14.20 Masuk Kelas
16. 14.20 – 15.15 Istirahat
17. 15.15 – 15.30 Sholat Ashar dan Tadarus
18. 15.30 – 16.00 Piket Sore
19. 16.00 – 17.00 Ekstrakurikuler
112
Observasi Penulis Ke Pondok Pesantren Darunnajah 3, (Serang, 21
September 2019).
71
No. Waktu Kegiatan
20. 17.00 – 17.40 Mandi
21. 17.40 – 18.00 Persiapan Ke Masjid
22. 18.00 – 18.30 Sholat Maghrib
23. 18.30 – 19.00 Bimbingan Mengaji Al-Qur‟an
24. 19.00 – 19.20 Makan Malam
25. 19.20 – 19.40 Sholat Isya
26. 19.40 – 20.00 Tahsinul Qur‟an
27. 20.00 – 21.30 Belajar Malam/Muwajahah dengan Wali
Kelas
28. 21.30 – 22.00 Istirahat
29. 22.00 – 04.00 Tidur Malam
Tabel 6. Jadwal Kegiatan Mingguan Santriwati
Jadwal Kegiatan Mingguan Santri.113
No. Hari Waktu Kegiatan
1. Sabtu 07.00 – 07.40 Apel Pagi
13.00 – 14.20 Muhadhoroh Bahasa Inggris
2. Ahad 20.00 – 21.30 Muhadhoroh Bahasa Arab
3. Senin 03.00 – 04.00 Makan Sahur Untuk Puasa
Sunnah
4. Selasa 18.30 – 19.00 Tausiyah Usbuiyah
113
Observasi Penulis Ke Pondok Pesantren Darunnajah 3, (Serang, 21
September 2019).
72
No. Hari Waktu Kegiatan
5. Kamis 13.00 – 15.00 Pramuka
20.00 – 21.30 Muhadhoroh Bahasa Indonesia
6.
Jum‟at
05.15 – 05.30 Kuliah Subuh
05.30 – 06.00 Muhadatsah
06.00 – 07.00 Lari Pagi
07.00 – 08.00 Pembersihan Umum
13.00 – 15.00 Nisaiyah
F. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Darunnajah 3
Personalia dan Pembagian Tugas Guru dan Administratur Pondok
Pesantren Putri Al-Manshur Darunnajah 3 Serang Banten:114
1. Pimpinan Pesantren : Drs.K.H.Mahrus Amin
: Dr.K.H.Sofwan Manaf, M.Si
2. Pengasuh Pesantren : Drs.K.H.Busthomi Ibrohim,M.Ag
3. Biro Pendidikan
a) 1. Wakil Direktur TMI : Asep Saepudin, S.Pd
2. Staff TMI : 1. Samsul Ikbal Alawi
2. Alfia Sabilillah
b). 1. Kepala MA : Miftahudin, S.Pd.I.
2. Wakil Kepala MA : Empud Mahfudz, S.Pd.I
114
Observasi Penulis, Surat Keputusan Pengasuh Pesantren Darunnajah 3,
(Serang, 20 Oktober 2019).
73
3. TU MA : 1. Vemi Agies Maula
2. Neneng Lina Herlina
3. Marfu Al Azhari
4. Bendahara MA : Vemi Agies Maula
c). 1. Kepala MTs : Muskhairillah Salmy, S.Pd.I
2. Wakil Kepala MTs : Baharuddin Arasy
3. TU MTs : 1. Ima Rohimah
: 2. Nurul Husna
: 3. Nurul Laila Qodriah
4. Bendahara MTs : Ima Rohimah
d). 1. Kepala MI : Nunung Nurul Wasilah, S.Pd.I
2. TU MI : 1. Muyasaroh, S.Pd
: 2. Sri Wahyuni
3. Bendahara MI : Muyasaroh, S.Pd
e). Kepala Pengawas Madrasah : Tb. Saparudin, S.H.I
f). Staff Pengawas Madrasah : 1. Nurul Laila Qodriah
: 2. Talitha Zuleika Sitompul
: 3. Lutpi
g). Kepala MD dan TPQ : 1. Mimi Mujami
: 2. Nunung Nurul W, S.Pd.I
h). Kepala Lab Komputer : 1. Ning Tia Julaemah
: 2. Nurul Husna
i). Kepala Lab IPA : Abdullah, S.Pd
j). Kepala Lab Bahasa : 1. Marfu Al Azhari
k). Kepala Perpustakaan : Empud Mahfudz, S.Pd.I
74
4. Biro Pengasuhan Santri
a). Kepala Biro Pengasuhan : Hj.Azizah, S.Ag
b). BPS Putri : 1. Talitha Zuleika Sitompul
: 2. Neneng Lina Herlina
: 3. Vemi Agies Maula
: 4. Rennu Fadillah A
: 5. Lovida Anjani
c). Kepala Lembaga Ilmu : 1. Asep Saepudin, S.Pd
Al-Qur‟an (Ta‟mir Masjid) : 2. Lutpi
d). Pembimbing Ekstrakurikuler
1. Pembimbing Bahasa : 1. Ambar
: 2. Agis
: 3. Faizah
: 4. Talitha Zuleika Sitompul
2. Pembimbing Pramuka : 1. Aji Mihaji
: 2. Neneng Lina Herlina
: 3. Rennu Fadillah A
3. Pembimbing Olahraga : 1. Marfu Al Azhari
: 2. Samsul Ikbal Alawi
: 3. Abdullah, S.Pd
4. Pembimbing Seni Budaya : Baharudin „Arsy
dan Keterampilan
5. Pembimbing Kesehatan : Rekawati
dan Kebersihan
75
5. Biro ADM dan Keuangan
a). Kepala Biro : Mia Mulyati, S.Pd
b). Sekretaris Pesantren : 1. Ahmad Darussofi, S.Pd
: 2. Hasanah, S.Pd
: 3. Alfia Sabillah
c). Bendahara Pesantren : Mia Mulyati, S.Pd
dan Kepala BMT
d). Staff Keuangan : 1. Rekawati
: 2. Huswatun Hasanah
e). Bidang Usaha Pesantren
1. Ketua Bidang Usaha : Hj.Azizah, S.Ag
2. Koperasi Pesantren : 1. Eroh Rohayati, S.Pd
: 2. Rohayati, M.Pd
: 3. Sri Wahyuni
3. Kantin : 1. Risma Sukmawati
: 2. Rennu Fadillah A
4. Penyewaan : Hj.Azizah, S.Ag
5. Laundry : Sri Wahyuni
6. Sound System : Lutpi
7. Roti & Alman Tea : Fadli Rifai
8. Catering : Nunung Nurul Wasilah, S.Pd.I
9. Andalusia : 1. Muskhairillah Salmy, S.Pd.I
: 2. Nurul Kamilah
10. Fotocopy : Samsul Ikbal Alawi
76
6. Biro Rumah Tangga
a). Kepala Biro : Mimi Mujami
b). Staff BRT : 1. Aji Mihaji
: 2. Lutpi
: 3. Wildan Mahmud
c). Bagian Dapur : Nunung Nurul Wasilah, S.Pd.I
d). Bagian Listrik dan Air : Wildan Mahmud
e). Bagian Pertamanan & : Baharudin „Arsy
Lingkungan
7. Biro Kemasyarakatan
a). Kepala Biro : M.Saepudin, S.Pd.I
b). LDPM : 1. Aji Mihaji
: 2. Lutpi
c). Lembaga Kesejahteraan : 1. M.Saepudin, S.Pd.I
Sosial Anak : 2. Aji Mihaji
d). Protokoler : 1. Marfu Al Azhari
: 2. Aji Mihaji
e). Keamanan Pesantren : 1. M.Saepudin, S.Pd.I
: 2. Tb. Saparudin, S.H.I
77
Gambar 1. Struktur Kepengurusan
G. Sejarah Pesantren dan Perkembangannya
Menurut Zamakhsyari Dhofir115
mengatakan bahwa, sejak awal
masuknya Islam ke Indonesia, pesantren merupakan kepentingan
tinggi bagi kaum muslimin. Tetapi, hanya sedikit sekali yang dapat
kita ketahui tentang perkembangan pesantren di masa lalu, terutama
sebelum Indonesia dijajah Belanda, karena dokumentasi sejarah
sangat kurang. Bukti yang dapat kita pastikan menunjukkan bahwa
pemerintah penjajahan Belanda memang membawa kemajuan ke
Indonesia dan memperkenalkan sistem dan metode pendidikan baru.
Namun, pemerintahan Belanda tidak melaksanakan kebijaksanaan
yang mendorong sistem pendidikan yang sudah ada di Indonesia,
115 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1985), h.41
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Biro Adm dan Keuangan
Biro Rumah Tangga
Biro Kemasyarakatan
Biro Pendidikan Biro Pengasuh Santri
Pengasuhan Pesantren
Pimpinan Pesantren
78
yaitu pesantren. Justru pemerintahan Belanda membuat
kebijaksanaan dan peraturan yang membatasi dan merugikan
pesantren. Ini bisa kita lihat dari kebijaksanaan berikut. Pada 1882
pemerintah Belanda mendirikan Priesterreden (Pengadilan Agama)
yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan
pesantren. Tidak begitu lama setelah itu, dikeluarkan Ordonansi
tahun 1905 yang berisi peraturan bahwa guru-guru agama yang akan
mengajar harus mendapatkan izin dari pemerintah setempat.
Peraturan yang lebih ketat lagi dibuat pada tahun 1925 yang
membatasi yang boleh memberikan pelajaran mengaji. Akhirnya
pada tahun 1932 peraturan dikeluarkan yang dapat memberantas dan
menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau yang
memberikan pelajaran yang tak disukai oleh pemerintah.
1. Unsur-Unsur Pesantren
Pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan yang
memiliki ciri khas tertentu di dalamnya, unsur-unsur inilah yang
membedakannya dengan lembaga-lembaga pendidikan lain. Ada
beberapa aspek yang merupakan unsur dasar dari pesantren yang
perlu dikaji lebih mendalam mengingat pesantren merupakan sub
kultur dalam kehidupan masyarakat kita sebagai suatu bangsa.
Seperti yang dikatakan oleh Abdur Rahman Saleh, bahwa,
Pondok pesantren memiliki ciri sebagai berikut :116
a. Ada kyai yang mengajar dan mendidik
116
Abdur Rahman Saleh, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1982), h.10.
79
b. Ada santri yang belajar
c. Ada Masjid, dan
d. Ada pondok/asrama tempat para santri bertempat tinggal.
Selain itu juga, Nurcholis Madjid juga mengungkapkan bahwa
“Pesantren itu terdiri dari lima elemen yang pokok, yaitu: kyai, santri,
masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Kelima elemen
tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren dan
membedakan pendidikan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan
dalam bentuk lain.117
Dengan demikian dalam lembaga pendidikan Islam yang disebut
pesantren, sekurang-kurangnya ada unsur-unsur: kyai yang mengajar
dan mendidik serta jadi panutan, santri yang belajar kepada kyai, masjid,
sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan dan sholat jama‟ah, dan
asrama sebagai tempat tinggal santri. Sementara itu menurut
Zamakhsyari Dhofier menyebutkan ada lima elemen utama pesantren
yaitu pondok, masjid, santri, kyai, dan pengajaran kitab-kitab klasik.118
Elemen-elemen tersebut dipaparkan sebagai berikut:
a. Pondok atau asrama
Sebuah pesantren pada dasarnya merupakan sebuah asrama
pendidikan Islam tradisional, di mana para santrinya tinggal
bersama dan belajar di bawah pimpinan dan bimbingan seorang
kyai. Asrama tersebut berada dalam lingkungan kompleks
pesantren di mana kyai menetap. Pada pesantren terdahulu pada
117
Nurcholish Madjid, Modernisasi Pesantren, (Jakarta: Ciputat Press,2002),
h.63. 118
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1985), h.44.
80
umumnya seluruh komplek adalah milik kyai, tetapi ini
kebanyakan pesantren tidak semata-mata dianggap milik kyai saja,
melainkan milik masyarakat. Ini disebabkan karena kyai sekarang
memperoleh sumber-sumber untuk mengongkosi pembiayaan dan
perkembangan pesantren dari masyarakat. Walaupun demikian
kyai tetap mempunyai kekuasaan mutlak atas dasar pengurusan
kompleks pesantren.
Pondok sebagai tempat latihan bagi para santri agar mampu
hidup mandiri dalam masyarakat. Ada tiga alasan utama
mengapa pesantren harus menyediakan asrama bagi santrinya:
1) Kemashuran seorang kyai dan kedalaman pengetahuannya
tentang Islam, menarik santri-santri dari jauh untuk dapat
menggali ilmu dari kyai tersebut secara teratur dan dalam
waktu yang lama, untuk itu ia harus menetap.
2) Hampir semua pesantren berada di desa-desa di mana tidak
tersedia perumahan (akomodasi) yang cukup untuk
menampung santri-santri, dengan demikian perlulah adanya
asrama khusus para santri.
3) Ada timbal balik antara santri dan kyai, di mana para santri
menganggap kyainya seolah-olah seperti bapaknya sendiri,
sedang para kyai menganggap para santri sebagai titipan
Tuhan yang harus senantiasa dilindungi.
81
Tabel 7. Nama-Nama Asrama Santriwati Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Beserta Jumlah Penghuninya
No. Nama Asrama Jumlah Penghuni
1. Lima Windu 72 Santriwati
2. Madinah 20 Santriwati
3. Mekkah 55 Santriwati
4. Palestina 41 Santriwati
5. Syuaib 25 Santriwati
6. Tahfidz 18 Santriwati
b. Masjid
Masjid berasal dari bahasa Arab “sajada-yasidu-sujuudan”
dari kata dasar itu kemudian dimasdarkan menjadi “masjidan”
yang berarti tempat sujud atau setiap ruangan yang digunakan
untuk beribadah. Masjid juga bisa berarti tempat sholat
berjama‟ah. Fungsi masjid dalam pesantren bukan hanya sebagai
tempat untuk sholat saja, melainkan sebagai pusat pemikiran
segala kepentingan santri termasuk pendidikan dan pengajaran.
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan
pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk
mendidik para santri terutama dalam praktek sholat, khutbah dan
pengajaran kitab-kitab klasik (kuning). Pada sebagian pesantren
82
masjid juga berfungsi sebagai tempat I‟tikaf, melaksanakan
latihan-latihan (riyadhah) atau suluk dan dzikir maupun amalan-
amalan lainnya dalam kehidupan thariqat dan sufi.
Kegiatan rutinitas di masjid Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten ialah, sebagai berikut:
1. Shalat berjama‟ah 5 waktu (Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib,
dan Isya).
2. Shalat Tahajud berjama‟ah.
3. Mengaji bersama.
4. Bimbingan Agama dengan pimpinan pondok pesantren, setiap
malam selasa dan jum‟at setelah shalat subuh.
c. Santri
Adanya santri merupakan unsur penting, sebab tidak mungkin
dapat berlangsung kehidupan pesantren tanpa adanya santri.
Seorang alim tidak dapat disebut dengan kyai jika tidak memiliki
santri. Biasanya terdapat dua jenis santri, yaitu:
1) Santri mukim, yaitu santri yang datang dari jauh dan menetap
di lingkungan pesantren. Santri mukim yang paling lama
biasanya diberi tanggung jawab untuk mengurusi kepentingan
pesantren sehari-hari dan membantu kyai untuk mengajar
santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah.
2) Santri kalong, yaitu santri-santri berasal dari desa sekitar
pesantren dan tidak menetap di pesantren, mereka mengikuti
pelajaran dengan berangkat dari rumahnya dan pulang ke
rumahnya masing-masing sesuai pelajaran yang diberikan.
83
Dengan adanya santri, kehidupan pesantren lebih nyata. Sebab,
tidak akan disebut pesantren apabila tidak adanya santri. Adapun
santri di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten ini
merupakan santri mukim, mereka menetap di pondok pesantren,
dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang sudah ditetapkan oleh
pondok pesantren.
Santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten
ini merupakan santriwati mukim, santriwati yang datang dari jauh,
dari berbeda-beda daerah, dan menetap di lingkungan pesantren.
Berikut data-data santriwati yang berasal dari beberapa kota,
sebagai berikut.
Tabel 8. Data Santriwati Berasal Dari Beberapa Kota
No. Kota/Daerah Jumlah Santriwati
1. Serang 65
2. Tangerang 16
3. Jakarta Timur 10
4. Cilegon 21
5. Tangerang Selatan 20
6. Jakarta Barat 9
7. Bekasi 12
8. Jakarta Utara 15
9. Jakarta Selatan 17
10. Bandar Lampung 14
11. Belitung Timur 1
84
No. Kota/Daerah Jumlah Santriwati
12. Sukamara 1
13. Batam 1
14. Pandeglang 17
15. Ambon 1
16. Palembang 10
17. Musi Banyuasin 1
18. Depok 16
19. Bulungan 1
20. Bangka Belitung 2
21. Jambi 2
22. Bengkulu 6
23. Bandung 12
d. Kyai
Kyai merupakan gelar oleh seorang tokoh ahli agama,
pimpinan pondok pesantren, guru dalam ceramah, pemberi
pengajian dan penafsir tentang peristiwa-peristiwa penting di
dalam masyarakat sekitar.119
Kyai juga bisa diartikan sebagai
elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Biasanya kyai
itulah sebagai pendiri pesantren sehingga pertumbuhan pesantren
tergantung pada kemampuan kyai sendiri.
119
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1985), h.45-60.
85
Drs. KH. Busthomi Ibrohim, M.Ag merupakan Pimpinan
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, beliau lahir di
Lamongan pada tanggal 04 Maret 1965. Latar belakang pendidikan
Drs. KH. Busthomi Ibrohim ialah KMI Gontor pada tahun 1985,
melanjutkan Strata-1 di IPD Gontor pada tahun 1991, lalu
melanjutkan lagi ke Strata-2 di IAIN Jakarta pada tahun 1999.120
Ustadz Busthomi Ibrohim juga merupakan Dosen di salah satu
Perguruan Tinggi Negeri di Banten yaitu di Universitas Islam
Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Serang Banten. Beliau di UIN
SMH Banten mengajar mata kuliah Fiqih. Ustadz Busthomi
tinggal di Kp.Nagkabongkok, Pabuaran Serang Banten bersama
istri dan anaknya. Istrinya bernama Hj. Azizah, S.Ag bekerja
sebagai Ibu Rumah Tangga. Mereka sudah mempunyai 3 anak,
yang pertama bernama H.Azmi Islami, S.Pd.I, yang kedua H.Azka
Islami, Lc lalu yang ketiga Faza Islami.121
e. Pengajaran Kitab-Kitab Klasik
Elemen lain yang sudah menjadi tradisi di pesantren adalah
adanya pengajaran kitab-kitab Islam klasik yang dikarang oleh
ulama-ulama besar terdahulu tentang berbagai macam ilmu
pengetahuan agama Islam dan bahasa Arab. Kitab klasik yang
diajarkan di pesantren terutama bermadzab Syafi‟iyah. Pengajaran
120
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019. 121
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
86
kitab kuno ini bukan hanya sekedar mengikuti tradisi pesantren
pada umumnya, tetapi mempunyai tujuan tertentu untuk mendidik
calon ulama‟ yang mempunyai pemahaman komprehensip
terhadap ajaran Agama Islam.
Menurut keyakinan yang berkembang di pesantren pelajaran
kitab-kitab kuning merupakan jalan untuk memahami keseluruh
ilmu Agama Islam. Dalam pesantren masih terdapat keyakinan
yang kokoh bahwa ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab
kuning tetap merupakan pedoman dan kehidupan yang sah dan
relevan. Sah artinya bahwa ajaran itu bersumber pada kitab Allah
(Al-qur‟an) dan sunnah Rasul (Hadits). Relevan artinya bahwa
ajaran itu masih tetap mempunyai kesesuaian dan berguna untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Menurut M. Hasyim Munif keseluruhan kitab klasik yang
diajarkan di pesantren dapat digolongkan menjadi delapan
kelompok, sebagaimana dikemukakan:122
a. Nahwu dan Shorof, misalnya kitab Jurumiyah, Imrithy,
Alfiyah dan Ibu Aqil.
b. Fiqh (tentang hukum-hukum agama atau syari‟ah), misalnya
kitab Fathul Qorib, Sulam Taufiq, Al-ummu dan Bidayatul
Mujtahid.
c. Ushul Fiqh (tentang pertimbangan penetapan hukum Islam
atau syari‟at), misalnya Mabadi‟ul Awaliyah.
122
DEPAG RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, Pertumbuhan dan
Perkembangannya, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Islam Indonesia: 2003), h.33-35.
87
d. Hadits, misalnya Bulughul Maram, Shahih Bukhori, Shohih
Muslim dan sebagainya.
e. Aqidah atau Tauhid atau Ushuludin (tentang pokok-pokok
keimanan), misalnya Aqidathul Awam, Ba‟dul Amal.
f. Tafsir pengetahuan tentang makna dan kandungan Al-qur‟an,
misalnya Tafsir Jalalain, Tafsir Almarahi.
g. Tasawuf dan etika (tentang sufi atau filsafat Islam), misalnya
kitab Ikhya‟ Ulumuddin.
h. Tarikh, misalnya kitab Khulashatun Nurul Yaqin.
Sedangkan untuk di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten
mempelajari kitab-kitab klasik sebagai berikut:123
Tabel 9. Kitab-Kitab Klasik Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang
No. Nama Kitab Klasik
1. Balaghoh
2. Ushul Fiqh
3. Mahfudzot
4. Nahwu
5. Bulughul Maram
6. Muthola‟ah
7. Bidayatul Mujtahid
8. Aqoid
123
WawancaraUstadz Ahmad Darussofi, Sekretaris Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 29 Januari 2020.
88
No. Nama Kitab Klasik
9. Mawaris
10. Mustholahul Hadist
11. Shorof
12. Tarbiyah
H. Foto Dokumentasi
Kegiatan Wawancara dan Mengobrol Bersama
Drs. KH. Busthomi Ibrohim, M.Ag selaku Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang.
89
Lokasi Masjid Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang.
Kegiatan Wawancara dan Mengobrol Bersama
Ustadz Ahmad Darussofi, S.Pd selaku Sekretaris Pondok Pesantren.
Kegiatan Muhadtsah (Percakapan) Menggunakan Bahasa Arab dan
Bahasa Inggris Sekaligus Menghafal Mufradat (Kosakata).
90
Kegiatan Shalat Tahajud Berjama‟ah Sekaligus Shalat Subuh
Berjama‟ah di Masjid.
Kegiatan Wawancara dan Mengobrol dengan Santriwati.
91
Kegiatan Shalat Ashar Berjama‟ah di Masjid.
Lingkungan Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
92
Kegiatan Santriwati Bersih-Bersih di Pondok Pesantren.
Kegiatan Bimbingan Agama Setelah Shalat Subuh Oleh
Drs. KH. Busthomi Ibrohim, M.Ag, Selaku Pimpinan Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang.
93
Suasana Kegiatan Perlombaan Miss Nisaiyah.
Nisaiyah merupakan kegiatan yang mengajarkan serta membentuk
karakter kewanitaan.
Suasana Gotong Royong Santriwati untuk Mempersiapkan Acara
Laporan Pertanggung Jawaban, Pergantian Kepengurusan serta
Pelantikan Pengurus Baru.
94
Suasana Lingkungan Asrama Santriwati Pondok Pesantren Darunnajah
3 Serang Banten.
95
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai temuan-temuan
data yang didapatkan selama peneliti observasi dan wawancara
berlangsung. Pada penelitian ini meneliti tentang bimbingan agama
untuk pembentukan karakter kepedulian sosial santriwati di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
A. Data Informan
Berdasarkan temuan data penelitian yang dikumpulkan, peneliti akan
mendeskripsikan hasil temuan dari satu pembimbing agama (Pimpinan
Pondok Pesantren) dan 6 santriwati dengan usia (16-18 tahun).
1. Deskripsi Informan Pembimbing
Nama : Drs. KH. Busthomi Ibrohim, M.Ag
Usia : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pabuaran Serang Banten
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
Ustadz Busthomi Ibrohim merupakan Pimpinan Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten sekaligus pembimbing agama
yang bertugas memberikan bimbingan agama kepada santriwati-
santriwati setiap malam selasa dan jum‟at subuh. Beliau lahir di
Lamongan pada tanggal 04 Maret 1965. Ustadz Busthomi tinggal di Kp.
Nagkabongkok, Pabuaran Serang Banten bersama istri dan anaknya.
96
Istrinya bernama Hj. Azizah, S.Ag bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga.
Mereka sudah mempunyai 3 anak, yang pertama bernama H.Azmi
Islami, S.Pd.I, yang kedua H. Azka Islami, Lc lalu yang ketiga Faza
Islami.
Ustadz Busthomi pun selain menjadi Pimpinan Pondok
Pesantren Darunnajah 3, beliau merupakan Dosen di salah satu
Perguruan Tinggi Negeri di Banten yaitu di Universitas Islam Negeri
Sultan Maulana Hasanuddin Serang Banten. Beliau di UIN SMH Banten
mengajar mata kuliah Fiqih.
Latar belakang pendidikan Ustadz Busthomi ialah KMI Gontor
pada tahun 1985, melanjutkan Strata-1 di IPD Gontor pada tahun 1991,
lalu melanjutkan lagi ke Strata-2 di IAIN Jakarta pada tahun 1999.
Ketika diwawancarai, Ustadz Busthomi mengatakan bahwa :
Karakter itu kan dibentuk berdasarkan kehidupan
sehari-hari dorongan dari bimbingan agama juga, apa yang
dilihat, apa yang dikatakan, apa yang dilakukan itu adalah
pembentukan sebuah karakter. Makanya diadakan di
pondok itu, karena setiap apa yang dia lihat, dia katakan,
dia lakukan itu semua pendidikan. Sehingga, akan menjadi
karakter yang baik ketika sudah keluar dari pondok atau
masih di Pondok Pesantren. Dengan adanya bimbingan
agama untuk pembentukan karakter kepedulian sosial itu
sangatlah penting, ada peribahasa ilmu dengan akhlak lebih
besar mana? kepedulian sosial itu kan ada di akhlak, ilmu
10% akhlak 90%. Maka dari itu dengan diberikannya
bimbingan agama untuk membentuk karakter kepedulian
santri agar anak setelah keluar dari Pondok Pesantren
memiliki jiwa yang bagus dan akhlak yang mulia.124
124
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
97
2. Deskripsi Informan Santri
Nama : Nurul Fadlah Musyarofah
Usia : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Serang, Banten
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
Nurul Fadlah Musyarofah ialah seorang santriwati di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, biasa dipanggil Nurul. Nurul
lahir di Serang pada tanggal 13 Mei 2003. Orangtua Nurul bernama
Ayah Timu dan Ibu Eti. Nurul merupakan lulusan dari MI Model 2
Serang dan MTs di Pondok Pesantren Darunnajah 3 ini. Ketika
diwawancarai Nurul mengatakan :
Alhamdulillah semenjak masuk pondok, kepribadian
diri saya itu udah berubah, yang tadinya masih belum
disiplin waktunya segala macem, Alhamdulillah pas masuk
pondok semuanya semakin paham, semakin sadar kalau
saya belum bisa melakukan perbuatan yang baik dan saya
lebih sadar dan menyadari diri, yang awalnya tuh kadang
susah untuk bersih-bersih, diajaknya susah segala macem,
dan setelah ada bimbingan dari Pimpinan, saya
Alhamdulillah langsung punya kesadaran diri bahwa saya
tuh udah punya tanggung jawab yang dikasih oleh
Pimpinan.125
Nama : Yosvi Anggrariani Putri
Usia : 18 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Curup, Bengkulu
125
Wawancara Nurul Fadlah Musyarofah, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
98
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
Yosvi Anggrariani Putri merupakan anak dari Ayah Sumantri
dan Ibu Meli Susmiyanti. Yosvi anak pertama dari 3 bersaudara,
Yosvi seorang santri di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten. Lahir di Kepahyang pada tanggal 11 Februari 2002. Yosvi
lulusan dari SDN 08 Sebrang Musibabatan Bengkulu, MTs di
Pondok Pesantren Ar-Rahmah Curug Bengkulu. Yosvi juga
merupakan santri yang aktif mengikuti kegiatan extrakurikuler
tahfidz Al-Qur‟an, saat ini ia sudah memegang hafalan 3 Juz. Ketika
diwawancarai Yosvi mengatakan :
Pondok Pesantren membentuk saya menjadi anak yang
bisa bertanggung jawab, anak yang disiplin, terus juga
memang misi visi pondok menjadikan generasinya itu
menjadi yang beradab, berakhlakul karimah. Makanya
disisi tolong menolong, harus ditanam didalam diri kita
buat dapat menolong orang lain, dan tolong menolong itu
gak harus pandang bulu. Jadi perasaan buat menolong itu
timbul sendiri loh ka, kaya saya itu harus menolong orang,
jangan egois kalau jadi orang. Suatu saat mungkin saya
bakal jadi kaya dia, jadi jangan egois kalau buat menolong
orang, tolonglah selagi bisa, jangan sia-siain apa yang ada
didepan mata sedangkan itu sebuah kebaikan. Sebelumnya
saya itu anaknya bandel, bahkan bandel banget ka, lalai,
males-malesan, terus bodo amatan dia-dia ini. Jadi emang
dari SD tuh, tidak tertanam sedikit pun pengen sekolah
diluar, engga. Kaya eh pengen sekolah diluar gak ada,
engga tertanam pengen masuk SMP, Aliyah juga engga. Ya
tapi kalau udah masuk pondok, udah, saya tuh kan agama
Islam, seharusnya saya ngajarin kaya gini kaya gini, masa
saya gak mengamalkan itu.126
126
Wawancara Yosvi Anggrariani Putri, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
99
Nama : Novia Damayanti
Usia : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Ciruas, Taman Pipitan Indah Serang
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
Novia Damayanti merupakan anak pertama dari 3 bersaudara,
biasa dipanggil Novia. Novia seorang santriwati di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten. Novia lahir di Serang pada
tanggal 13 November 2002. Orangtua Novia bernama Ayah Arif
Hidayat dan Ibu Tuti Alawiyah. Novia juga lulusan dari MI Al-
Khairiyah Pipitan Serang Banten, lalu melanjutkan pendidikannya
ke jenjang MTs di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Novia juga merupakan santriwati yang aktif mengikuti kegiatan
extrakurikuler yaitu basket dan jurnalistik. Novia saat diwawancarai
mengatakan :
Kalau dalam kepedulian sosial dulu-dulu tuh kaya bodo
amatan, kaya yaudah sih dia ini gitu loh, kaya gak ada rasa
kebersamaan tuh gak ada, kalo sekarang berhubung
lingkupnya segini doang, jadi lebih kerasa aja. Di Pondok
tuh ya, pokoknya merubah diri saya lebih baik sih, kaya
saya tuh disini dapet pelajaran banyak gitu loh, kaya tadi
hal kecilnya aja menolong temen gitu ka. Menolong temen
kan maksudnya mulai dari hati sendiri gitu loh, merubah
menjadi dewasa lagi. Karakter kan pasti temen yang
ngeliat, tapi kalo saya pribadi sih ngerasanya ada, ada
perubahan kaya contoh kecilnya masalah ibadah, kalau di
rumah kan belum tentu ya saya ibadahnya tepat waktu gitu,
kalau disini kan udah pasti tepat waktu, terus kaya masalah
disiplin, masalah disiplin kan disini yang namanya telat,
dihukum gitu, jadi saya bisa disiplin waktu, tepat waktu,
100
terus tahu aturan, tahu adab dan akhlak. Namanya adab dan
akhlak di pondok pasti ditekenin gitu ya.127
Nama : Dini Masluhah
Usia : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Jln. KH Ahmad Dahlan, Kp.Baru, Batam
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
Dini Masluhah tinggal di Jl.KH Ahmad Dahlan Kp. Baru
Tb.Riau Rt 02/03 Sekupang, Batam. Santriwati yang biasa dipanggil
Dini ini merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, Dini lahir di
Batam pada tanggal 28 Desember 2002. Nama orangtua dari Dini
ialah Ayah Asep Difojaya dan Ibu Samsiah. Dini juga merupakan
lulusan dari SDN 008 Sekupang, lalu SMP 3 tahun di Pondok
Pesantren Darussalam Gontor 3 Mantingan Ngawi. Dini juga
termasuk santriwati yang aktif di pondoknya, ia mengikuti kegiatan
extrakurikuler jurnalistik dan basket, sempat juga mengikuti
extrakurikuler tahfidz Al-qur‟an, akan tetapi hanya setahun, lalu
berhenti dikarenakan belum istiqomah. Ketika diwawancarai Dini
mengatakan:
Semenjak masuk ke Pesantren jadi kaya sikap
tolong menolongnya ditingkatkan dan egoisnya dibuang,
karna kan hidup bersama gitu. Dulunya aku males-malesan
sekarang jadi agak rajinan, terus tuh yang dulunya kaya
bodo amatan, soalnya aku tuh orangnya kaya bodo amatan
gitu loh ka sama orang, kalau gak dikenal itu cuek, tapi
kalau misalnya udah deket asik banget. Tapi kalau dulu kan
127
Wawancara Novia Damayanti, Santriwati Pondok Pesantren Darunnajah
3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
101
gitu, sekarang gara-gara di pondok hidup sama-sama kan
gak boleh cuek-cuekan kaya harus peka.128
Nama : Lepia Juniza
Usia : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Apur Atas, Bengkulu
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
Lepia Juniza merupakan santriwati Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten. Santriwati yang biasa dipanggil Lepia
ini lahir di Apur Atas Bengkulu pada tanggal 22 Juni 2002. Lepia
juga merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Orangtua bernama
Ayah Jaya dan Ibu Elpi. Lepia lulusan dari SDN 02 Bengkulu, SMP
di Pondok Pesantren Mahadirohmah Bengkulu. Lepia saat
diwawancarai mengatakan:
Iya, saya merasa ada perubahan pas masuk pondok,
yang dari awalnya kan saya sama temen, mmm dia bukan
sekamar sama ane ah, masa bodo. Kalau sekarang karena
kita udah dapet bimbingan oh ini temen ane kita
ngerangkul bareng, haflah bareng, lulus bareng, jadi merasa
cuek tuh kaya pas di awal-awal aja gitu kak, dia nangis nih
misalnya dikamar lain, yaa masa bodo gitu loh kak, saya-
saya dia-dia. Tapi setelah kita ikut bimbingan, oh ini loh
artinya ukhuwah islamiyah itu berarti disini kan kita sama-
sama jadi orangtua, jadi mereka adalah saudara kita gitu
kak.129
128
Wawancara Dini Masluhah, Santriwati Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019. 129
Wawancara Lepia Juniza, Santriwati Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
102
Nama : Firyaal Aurora Yaasmiin
Usia : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Kp.Gudang Kopi, Anyer, Serang Banten
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
Firyaal Aurora Yaasmiin biasa dipanggil Firyaal. Firyaal ialah
anak pertama dari 4 bersaudara. Firyaal lahir di Cilegon pada
tanggal 19 Mei 2003. Firyaal juga merupakan anak dari Ayah
Hilalludin dan Ibu Susri Nurul H. Firyaal lulusan dari SDN 04
Anyer. SMP 2 tahun di Pondok Pesantren Daar El Qolam, lalu 1
tahunnya pindah ke Pondok Pesantren Darunnajah 3. Firyaal juga
merupakan santriwati yang aktif mengikuti kegiatan extrakurikuler
yaitu drumband. Ketika diwawancarai firyaal mengatakan :
Ane merasa ada perubahan karakter pada diri ane,
kalau dulu itu kadang ane masih males-malesan, solat juga
suka masih males-malesan, ngaji juga males, kan kalo di
pondok tuh, ya mau gak mau kita harus ngelakuin, terus
juga ada dorongan juga dari temen-temen ayo gitu diajak
ama temen-temen juga, jadi kaya berubah dikit-dikit, jadi
yang awalnya males-malesan jadi rajin.130
B. Hasil Temuan Lapangan
1. Hambatan Dalam Proses Penelitian
Hambatan saya selama penelitian yaitu:
a. Jarak untuk menuju ke Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
cukup jauh sekitar dua jam perjalanan. Dua jam apabila tidak ada
130
Wawancara Firyaal Aurora Yaasmiin, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
103
kendala lainnya. Apabila terjebak macet, bisa hampir dua jam
lebih atau tiga jam menuju Pondok Pesantren Darunajah 3
Serang Banten.
b. Cuaca yang kurang mendukung yaitu musim hujan. Membuat
peneliti kebingungan untuk berangkat penelitian ke Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten. Akan tetapi dengan
segala niat dan usaha, akhirnya peneliti dapat mengatasinya.
c. Lalu ketika peneliti berniat untuk melakukan penelitian
selanjutnya, peneliti mencoba menghubungi Ustadz yang ada di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 setelah itu mendapat kabar
santriwati-santriwati sedang pada libur dari tanggal 25
November sampai 10 Desember 2019. Hal itulah yang menjadi
faktor hambatan peneliti dan terlihat mengulur-ulur waktu
selama proses penelitian.
d. Untuk hambatan di dalam Pondok Pesantren sendiri, ialah saya
mengalami kendala dengan waktu luang santri di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten untuk peneliti
wawancara. Karena setiap kali saya berkunjung ke Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang, untuk bertemu dengan santri
selalu terhalang dengan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
mereka, yang setiap hari belajar dari pagi hingga sore, terkecuali
di hari jum‟at mereka libur, akan tetapi waktu liburnya mereka
pun tidak sepenuhnya untuk istirahat seharian. Ada kegiatan lain
juga yang biasa mereka lakukan di setiap hari jum‟at itu, seperti
kuliah subuh (bimbingan agama), muhadatsah (percakapan
104
bahasa inggris/bahasa arab), lari pagi (olahraga), pembersihan
umum, dan nisaiyah (bimbingan kewanitaan). Akan tetapi
syukur Alhamdulillah ketika peneliti observasi pada tanggal 13
Desember 2019, santriwati-santriwati sedang free, karna belum
ada kegiatan yang aktif. Ketika itu mereka habis liburan selama
dua minggu, jadi ketika masuk pondok tidak langsung aktif
seperti kegiatan yang seperti biasanya dilakukan. Disitu peneliti
dapat mewawancarai santriwati-santriwaati dengan leluasa dan
bebas kapan saja.
e. Ketika didalam Pondok Pesantren peneliti tidak diizinkan untuk
memasuki asrama santriwati, di Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten ini bisa dikatakan peraturannya amat sangat ketat
sekali. Sekalipun peneliti sudah izin ke pihak Pondok Pesantren,
tetap saja tidak diizinkan karena sudah peraturan dari Pondok
Pesantren Darunnajah 3 sendiri seperti itu, bagi tamu ataupun
keluarga dari santriwati tersebut tidak diizinkan untuk memasuki
ruangan santriwati (Asrama Santriwati). Jadi peneliti merasa
kesulitan ketika observasi. Dalam hal ini, peneliti mencari solusi
agar melakukan observasinya di sekitar depan asrama dan di
sekitar lingkungan Pondok Pesantren, akan tetapi tidak masuk
asrama santriwati dikarenakan dilarang bagi para tamu.
105
2. Permasalahan Yang Dialami Santriwati di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten
Masalah yang dialami santri ialah dalam kegiatan sehari-hari
mereka, ada kegiatan bersih-bersih pondok pesantren, dalam sehari itu
dilakukan dua kali yaitu pagi hari pukul 06.00 - 06.15 dan sore hari
pukul 15.30 - 16.00. Dalam bersih-bersih pondok itu, mereka sistemnya
piket dan dijadwal, dibagi tugas, ada yang piket halaman, ada yang piket
teras, semuanya dapat tugas. Akan tetapi santri yang sudah dijadwalkan
piket untuk bersih-bersih pondok ini ada yang tidak melakukan bersih-
bersih pondok tersebut. Tidak peduli dengan lingkungannya, seperti
yang diungkapkan oleh santriwati yang bernama Nurul Fadlah
Musyarofah:
Ketika di jadwalkan piket hari itu, dijadwalkan
piketnya 2 orang dikelompokan gitu ka, ya ada biasa,
kadang ada yang ngandelin saya aja, ada juga yang dua-
duanya bekerja.131
Adapula dari santriwati tersebut yang awal mulanya pemalas, susah
untuk diajak piket bersama atau gotong royong. Akan tetapi setelah
mendapatkan bimbingan dari Pimpinan Pondok Pesantren, santriwati
tersebut berfikir dan menyadari bahwasannya karakter seperti itu tidak
baik. Seperti yang diungkapkan oleh santriwati yang bernama Nurul
Fadlah Musyarofah:
Karakter saya juga yang awalnya tuh kadang susah
untuk bersih-bersih, diajaknya susah segala macem, dan
131
Wawancara Nurul Fadlah Musyarofah, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnajah 3, pada tanggal 13 Desember 2019.
106
setelah ada bimbingan dari Pimpinan, Alhamdulillah saya
langsung punya kesadaran diri bahwa saya tuh udah punya
tanggung jawab yang dikasih oleh Pimpinan.132
Setiap santriwati pasti mempunyai karakter yang berbeda-beda, dari
perbedaan karakter tersebut, santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah
3 Serang ini tidak membuatnya saling acuh akan tetapi santriwati ini
saling mengingatkan, apabila terdapat karakter yang tidak baik dari
teman-temannya tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh santriwati
yang bernama Nurul Fadlah Musyarofah:
Pernah ada masalah dengan teman, sifat dan karakter
teman-teman kan beda-beda, jadi setelah ada bimbingan
dari Pimpinan, disitu ada yang menerima ada yang kurang
walaupun itu yang memberikan Pimpinan. Jadi, kita saling
mengingatkan teman yang belum terbuka hatinya gitu ya,
jadi untuk selebihnya untuk mengingatkan lagi. Tapi
Alhamdulillah walaupun ada perbedaan, hubungan saya
dan teman saya tetap satu gak boleh terpisah. Kita sama
teman harus saling mengingatkan, jika dia belok ke jalan
yang salah, kita lurusin lagi ke jalan yang benar.133
Lalu adapun masalah yang dialami santriwati ialah mengenai
kurangnya ekonomi, karena mereka di Pondok, jauh dari orangtua.
Dalam hal ini peneliti mendapatkan santriwati yang jarang dijenguk dan
temannya tidak pernah dijenguk, faktor itulah yang menyebabkan
santriwati kehabisan uang saku untuk kebutuhan sehari-harinya atau
untuk bayar SPP di Pondok. Jadi santriwati yang jarang dijenguk ini, dia
132
Wawancara Nurul Fadlah Musyarofah, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnajah 3, pada tanggal 13 Desember 2019. 133
Wawancara Nurul Fadlah Musyarofah, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnajah 3, pada tanggal 13 Desember 2019.
107
terhambat belum bisa menolong temannya yang sudah tidak punya uang
saku untuk kebutuhan sehari-harinya tersebut. Seperti yang diungkapkan
santriwati yang bernama Dini Masluhah:
Lagi ada yang gak punya duit, kan biasa di pondok kan
jauh dari orangtua, kadang kalau lagi butuh gak punya duit,
kaya suruh nombokin dulu, belum bisa gitu, karna saya
juga belum dijenguk.134
Adapun permasalahan karakter yang lainnya, yaitu lebih ke tidak
mengikuti peraturan atau bisa dibilang melanggar peraturan. Peneliti
mendapatkan santriwati yang ketika mereka seharusnya melaksanakan
solat berjama‟ah ke masjid, akan tetapi tidak mengikuti solat berjama‟ah
ke masjid, santriwati tersebut melaksanakan shalat dengan secara
individu atau shalat masing-masing di asramanya. Di sisi lain setelah
mengikuti bimbingan agama mereka ada perubahan untuk tidak
melanggar aturan lagi. Seperti yang diungkapkan santriwati yang
bernama Novia Damayanti:
Setelah mengikuti bimbingan agama, abis dinasehatin,
angkatan saya diingatkan dan ditegur oleh Pimpinan
Pondok, kalian tuh ini harus dirajinin lagi solat
berjama‟ahnya ke Masjid. Setelah mendapat nasehat dan
teguran tuh, tiba-tiba semuanya tuh langsung solat
berjama‟ah lagi ke masjid, bareng-bareng lagi, jadi ada
perubahan gitu setelah mengikuti bimbingan agama.135
Ada juga yang merasa kesulitan untuk mengatur anggota-anggotanya,
ketika dibagi piket bersama untuk ditugaskan membersihkan
134
Wawancara Dini Masluhah, Santriwati Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019. 135
Wawancara Novia Damayanti, Santriwati Pondok Pesantren Darunnajah
3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
108
lingkungan pondok. Anggota-anggota yang dimaksud disini ialah adik
kelas yang di mana ketika piket bersama mereka sulit diatur. Seperti
yang diungkapkan santriwati yang bernama Yosvi Angrariani Putri :
Kaya kebersihan, kita jadi penanggung jawabnya, kan
gak mungkin namanya disini „ado (anggota), anggota itu
susah diatur, nah disono kita berpartisipasi buat membantu
temen, gimana caranya yang anggota-anggota itu bisa
gerak, bisa jalan, susah gampang loh ka, mengatur
mereka.136
3. Metode Bimbingan Agama Untuk Pembentukan Karakter
Kepedulian Sosial Santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah
3 Serang Banten
Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, yang
khusus memberikan bimbingan agama kepada santriwati-santriwati di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten. Beliau memberikan
bimbingan agama menggunakan metode dengan segi sifat. Dari segi
sifat ini, pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten
menggunakan metode ceramah dan metode demonstrasi. Seperti yang
diungkapkan oleh Ustadz Busthomi Ibrohim, pimpinan Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten:
Metode bimbingan agama untuk membentuk karakter
kepedulian sosial di Pondok adanya suatu jihad atau nasehat
ataupun itu ceramah, dan ceramahnya di Pondok itu
seminggu ada dua kali, kaya semacam kuliah umum biasanya
setiap hari jum‟at (setelah subuh) dan malam selasa. Selain
itu juga ada ceramah dari organisasi atau osis, di pondok
biasa disebut ospm, ospm disini tangan kanannya pimpinan,
136
Wawancara Yosvi Angrariani Putri, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnjah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
109
mereka yang menggerakan semua disiplin yang ada di
Pondok, mereka yang menggerakan yang piket, yang
mengatur keamanan, yang ngebangunin santriwati,
menggebrakan santriwati, kemudian ketika ada santriwati
yang berbicara tidak sesuai dengan aturan pondok (bicara
yang kasar-kasar), dan karakternya tidak sesuai dengan
Pondok Pesantren atur, itu adanya sebuah teguran ataupun
nasehat, tegurannya seperti dijemur, kemudian disuruh
menghafalkan mufrodat. Lalu juga menggunakan metode
praktek atau percontohan, seperti mengaji terbimbing, jadi
apa yang didengar, dilihat dan dikerjakan santriwati, semua
itu pendidikan.137
Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan metode bimbingan
agama yang digunakan yaitu dengan metode secara langsung atau
ceramah, agar pelaksanaan bimbingan agama dapat maksimal dan
mencapai suatu tujuan.
4. Bentuk Karakter Kepedulian Sosial Santriwati di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten
Karakter kepedulian sosial santriwati di sini merupakan karakter
kepedulian sosial santriwati yang diberikan oleh pimpinan Pondok
Pesantren melalui bimbingan agama di Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten dengan cara, seperti yang diungkapkan oleh Ustadz
Busthomi Ibrohim, pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten:
Didalam pondok piket bersama, setiap sore hari itu
santriwati-santriwati membersihkan ruangan-ruangan ini,
tanpa disuruh karena mereka sudah mengerti. Semuanya
137
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
110
yang bersih-bersih seperti nyapu, pel, dan lain sebagainya
anak-anak yang membersihkan, tidak ada karyawan disini,
semuanya anak-anak yang bersihin.138
Selain melalui bimbingan agama, karakter santriwati juga dibentuk
melalui kehidupan keseharian mereka, dan itu benar hasil temuan
peneliti, mereka bersih-bersih sekitar lingkungan pondok tanpa disuruh,
mereka mengerti dan sudah ada kesadaran diri dalam dirinya untuk
peduli pada lingkungan sekitarnya, agar nanti karakter yang baik itu
menjadi suatu hasil ketika mereka sudah keluar dari Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang ini. Seperti yang diungkapkan oleh Ustadz
Busthomi Ibrohim, pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten:
Karakter itu kan dibentuk berdasarkan kehidupan
sehari-hari dorongan dari bimbingan agama juga, apa yang
dilihat, apa yang dikatakan, apa yang dilakukan itu adalah
pembentukan sebuah karakter. Makanya diadakan di
pondok itu, karena setiap apa yang dia lihat, dia katakan,
dia lakukan itu semua pendidikan. Sehingga, akan menjadi
karakter yang baik ketika sudah keluar dari pondok ataupun
masih di Pondok Pesantren. Dengan adanya bimbingan
agama untuk pembentukan karakter kepedulian sosial itu
sangatlah penting, ada peribahasa ilmu dengan akhlak lebih
besar mana? kepedulian sosial itu kan ada di akhlak, ilmu
10% akhlak 90%. Maka dari itu dengan memberikan
bimbingan agama untuk membentuk karakter kepedulian
santri agar anak setelah keluar dari pondok pesantren
memiliki jiwa yang bagus dan akhlak yang mulia.139
138
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019. 139
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
111
Dalam hal ini, pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah 3
memberikan arahan atau bimbingan agama kepada santriwati sangat
penting, karna tujuannya agar terbentuknya karakter yang baik pada
santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten ini.
Pimpinan Pondok mengadakan bimbingan agama kepada santriwati-
santriwati dalam seminggu ada dua kali, dan itu rutin, sudah dijadwalkan
yaitu setiap malam selasa dan juga jum‟at, setelah melaksanakan ibadah
shalat subuh berjama‟ah.
Selain itu juga adapun bimbingan atau ceramah organisasi dari
pengurus OSPM yaitu seperti OSIS. OSPM disini sebagai tangan
kanannya pimpinan, mereka yang mengatur dan menggerakan semua
peraturan yang ada di pondok, yang mengatur piket, mengatur
keamanan, yang membangunkan santriwati-santriwati, menggebrak
santriwati pergi ke masjid atau sekolah, kemudian ada santriwati yang
berbicara tidak sesuai dengan karakter yang baik contohnya bicara kasar,
pasti ada yang namanya sebuah teguran, nasehat atau hukuman.
Hukumannya seperti dijemur, kemudian menghafalkan kosakata bahasa
arab ataupun bahasa inggris.
Program-program yang ditujukan untuk membangun
atau membentuk karakter kepedulian sosial, salah satunya
itu ialah ada PPM (Praktek Pengabdian Masyarakat),
kemudian ada yang namanya bakti sosial, kemudian ada
muhadhoroh juga. Muhadhoroh salah satu bisa mampu
bicara didepan umum atau public speaking itukan salah
satu bentuknya. Ada juga piket bersama, lalu juga kalau
disini namanya bulis, bulis dalam artian disini namanya
keamanan, itu ada salah satu santriwati yang ditugaskan
bulis berpakaian pramuka. Tugasnya adalah menjaga
pondok, mengamankan, kalau ada santriwati yang sakit
112
dilaporkan, lalu ketika ada santriwati yang sakit diambilkan
nasi, itu tugasnya bulis. Sudah di jadwalkan, yang menjadi
bulis ini dia dianggap tetap hadir ketika kegiatan sekolah,
tapi beda tugasnya.
Santriwati-santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten
pun, yang peneliti lihat secara fakta mereka solidaritasnya tinggi,
mayoritas saling membantu satu sama lain. Peneliti pun merasakan
langsung dari kepedulian yang mereka berikan kepada peneliti, dari
bentuknya dari santriwati memberi sebuah buku pedoman Pondok
Pesantren Darunnajah kepada peneliti, karena santriwati tersebut
mengetahui bahwasannya peneliti sedang menyusun skripsi agar mudah
untuk mencari data-data yang kurang. Lalu yang kedua peneliti
ditawarkan untuk makan bersama, dan santriwati tersebut yang akan
mengambilkan makan siang hari itu, akan tetapi peneliti menolak karena
peneliti merasa malu dan tidak enak. Yang ketiga, mereka tidak susah
untuk diajak wawancara oleh peneliti, mereka orangnya mudah akrab
sehingga peneliti mudah untuk mewawancarai santriwati-santriwati
tersebut. Yang keempat, apabila peneliti meminta tolong untuk menemui
pihak dari Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang tersebut, mereka
langsung bergegas siap mengantarkan atau memanggilnya.
Ketika peneliti berada di Pondok Pesantren, peneliti pun langsung
menghampiri santriwati-santriwati yang sedang kumpul di aula, terlihat
mereka sedang bergotong royong dan menyiapkan untuk acara esok
hari, yaitu acara laporan pertanggung jawaban sekaligus pergantian
pengurus. Santriwati pun langsung menghampiri peneliti dan
menanyakan ada yang perlu kita bantu kak, baru peneliti akan
113
menjawab, ada salah satu santriwati yang mempersilahkan peneliti
untuk duduk terlebih dahulu sebelum menjelaskan, akhirnya peneliti pun
menjelaskan. Lalu setelah itu peneliti pun langsung mewawancarai
santriwati-santriwati tersebut. Ketika peneliti meminta tolong agar
santriwati tersebut bersedia peneliti wawancara, mereka pun langsung
bersedia tanpa memikir panjang lagi, di situlah peneliti antusias sekali
kepada mereka yang rela membantu peneliti untuk menyusun skripsi ini,
sampai terdapat salah satu dari santriwati yang peneliti wawancarai,
mereka sampai rela memberikan sebuah buku pedoman yang di
dalamnya terdapat data yang peneliti butuhkan juga. Akan tetapi di hari
itu, tidak semua santriwati di situ langsung akrab dan mengobrol-
ngobrol dengan peneliti, ada saja yang bersikap cuek, dan dingin
terhadap peneliti.
Akan tetapi rata-rata mereka karakternya baik-baik dan tingkat
kepedulian sosialnya tinggi, terhadap tamu apalagi ke sesama temannya.
Peneliti melihat langsung santriwati-santriwati saling membantu
temannya yang sedang kesusahan memasang banner di panggung,
walaupun itu bukan bagiannya sendiri, tapi di situ peneliti dapat menilai
mereka memiliki tanggung jawab yang besar, dan memiliki kesadaran
dalam dirinya bahwa sesama teman itu harus saling tolong menolong
dan peduli. Peneliti pun bdapat menilai bahwa solidaritas mereka sangat
kuat.
Adapula ketika santriwati jadwalnya untuk melaksanakan shalat
berjama‟ah di masjid, santriwati pun langsung bergegas untuk bersiap-
siap, lalu ada santriwati yang masih tidur, akan tetapi santriwati yang
114
masih tertidur pulastersebut dibangunkan oleh rekannya yang sudah siap
untuk melaksanakan shalat berjama‟ah di masjid. Dari pernyataan
tersebut, peneliti dapat menyimpulkan adanya bentuk karakter
kepedulian sosial pada santriwati yang dimana mereka tidak mau
melihat rekannya telat melaksanakan shalat berjama‟ah di mashid lalu
terkena sanksi atau dihukum.
5. Upaya Pimpinan Pondok Untuk Membentuk Karakter
Kepedulian Sosial Santriwati
Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten
memberikan upaya untuk membentuk karakter kepedulian sosial kepada
santriwati-santriwati Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten,
seperti yang diungkapkan oleh Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten:
Dengan cara memberikan bimbingan agama dan juga
bidang-bidang tertentu seperti bakti sosial ke luar daerah,
biasa bantu-bantu kemaren ada bencana tsunami, banjir,
santriwati-santriwati galang dana, itu kan termasuk suatu
kepedulian. Kemudian ada piket bersama, setiap sore
masing-masing santriwati itu kebagian tugas, yang
menyapu, mengepel, santriwati-santriwati semua yang
mengerjakan, tidak ada yang pakai karyawan semuanya,
yang membersihkan santriwati semua. Tanpa disuruh pun
mereka sudah paham dan mengerti sendiri.140
Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan upaya dari Pimpinan
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten ini menghasilkan
140
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
115
perubahan terhadap santriwati dapat menjadikan santriwati-santriwati di
Pondok Pesantren Darunnjah 3 Serang Banten ini memiliki karakter
yang baik, mandiri, peduli dan memiliki sikap tanggung jawab terhadap
pondok. Sehingga tanpa disuruh, santriwati sudah mempunyai kesadaran
untuk bergerak sendiri.
6. Perubahan Karakter Kepedulian Sosial yang Diberikan oleh
Pembimbing Terhadap Santriwati-Santriwati Melalui
Bimbingan Agama di Pondok Pesantren Darunnajah Serang
Banten
Para santriwati mengaku, ketika dulu itu mereka karakternya itu
belum baik dan kepedulian sosialnya masih kurang. Sehingga banyak
dari mereka yang hidupnya masih individualisme (masing-masing),
tidak memikirkan oranglain.
Kalau dalam kepedulian sosial dulu-dulu tuh kaya
bodo amatan, kaya yaudah sih dia ini gitu loh, kaya gak ada
rasa kebersamaan tuh gak ada, kalo sekarang berhubung
lingkupnya segini doang, jadi lebih kerasa aja. Di Pondok
tuh ya, pokoknya merubah diri saya lebih baik sih, kaya
saya tuh disini dapet pelajaran banyak gitu loh, kaya tadi
hal kecilnya aja menolong temen gitu ka. Menolong temen
kan maksudnya mulai dari hati sendiri gitu loh, merubah
menjadi dewasa lagi. Kalo karakter kan pasti temen yang
ngeliat, tapi kalo saya pribadi sih ngerasanya ada, ada
perubahan kaya contoh kecilnya masalah ibadah, kalau di
rumah kan belum tentu ya saya ibadahnya tepat waktu gitu,
kalau disini kan udah pasti tepat waktu, terus kaya masalah
disiplin, masalah disiplin kan disini yang namanya telat,
dihukum gitu, jadi saya bisa disiplin waktu, tepat waktu,
116
terus tahu aturan, tahu adab dan akhlak. Namanya adab dan
akhlak di pondok pasti ditekenin gitu ya.141
Dari permasalahan-permasalahan itulah, peneliti meneliti bimbingan
agama untuk pembentukan karakter kepedulian sosial santriwati di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten. Yang mengacu pada
bimbingan yang diberikan oleh Pimpinan Pondok Pesantren yang khusus
memberikan bimbingan agama kepada santriwati-santriwati.
Seperti yang sudah dijelaskan oleh para santri sebelumnya di atas,
santri mengaku dulu itu mereka masih malas-malasan dalam pekerjaan
seperti bersih-bersih ataupun dalam ibadahnya, dan juga kurang peduli
terhadap sesama temannya. Namun setelah mendapatkan bimbingan dan
berproses di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, mereka
merasa ada perubahan dalam dirinya.
Karena mereka pun jauh dari orangtuanya dan adapula yang tidak
pernah dijenguk, santriwati tersebut ketika mereka mempunyai masalah
dan butuh bantuan, mereka saling membantu satu sama lain, tidak
individual. Karena seperti yang mereka katakan, kita disini bareng-
bareng, hidup susah senang bareng, jadi ketika ada teman yang butuh
bantuan, kita bantu selagi kita bisa bantu.
Adapun santriwati yang di mana ia mempunyai prinsip tersendiri
dalam dirinya, ia tidak berani menyuruh-menyuruh orang lain tanpa dia
duluan yang mengawalinya dan mempraktekannya terlebih dahulu.
Seperti yang diungkapkan santriwati dari hasil wawancaranya:
141
Wawancara Novia Damayanti, Santriwati Pondok Pesantren Darunnajah
3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
117
Misalnya kaya kebersihan, kita jadi penanggung
jawabnya, kan gak mungkin namanya disini „ado (anggota),
anggota itu susah diatur, nah disono kita berpartisipasi buat
membantu temen, gimana caranya yang anggota-anggota
itu bisa gerak, bisa jalan, susah gampang loh ka, mengatur
mereka.142
Hal ini semakin diperjelas oleh santriwati-santriwati yang
diwawancarai. Menurut pengakuan mereka sudah mengalami perubahan
selama menjadi santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah 3. Pada
penjelasannya, mereka yang awalnya tidak mempedulikan
lingkungannya, sekarang sudah mempunyai inisiatif dan kesadaran diri
dalam hidupnya. Berikut merupakan hasil wawancara:
Alhamdulillah semenjak masuk pondok,
kepribadian diri saya itu udah berubah, yang tadinya masih
belum disiplin waktunya segala macam, Alhamdulillah pas
masuk pondok semuanya semakin paham, semakin sadar
kalau saya belum bisa melakukan perbuatan yang baik dan
saya lebih sadar dan menyadari diri, yang awalnya tuh
kadang susah untuk bersih-bersih, diajaknya susah segala
macem, dan setelah ada bimbingan dari pimpinan, saya
Alhamdulillah langsung punya kesadaran diri bahwa saya
tuh udah punya tanggung jawab yang dikasih oleh
pimpinan.143
Jadi perasaan buat menolong itu timbul sendiri loh
ka, kaya saya itu harus menolong orang, jangan egois kalau
jadi orang.144
142
Wawancara Yosvi Angrariani Putri, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnjah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
143
Wawancara Nurul Fadlah Musyarofah, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019. 144
Wawancara Yosvi Angrariani Putri, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnjah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
118
Dari kedua hasil wawancara itu, peneliti bisa menyimpulkan
bahwasannya adanya kesadaran diri dan kepekaan dalam diri santriwati
dan terdapat perubahan dari sebelumnya. Santriwati juga pada awalnya
tidak memiliki kepekaan yang cukup baik terhadap kondisi
lingkungannya. Namun di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten, santriwati-santriwati dibimbing karakternya sehingga
menjadikan santriwati-santriwatinya berakhlakul karimah, dan mereka
juga dapat mengatasi terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya
sehingga mereka mampu berinisiatif sendiri dalam menghadapi
permasalahan yang dihadapinya.
Lalu ada santriwati yang awalnya tertutup, setelah mengikuti bimbingan
agama dari Pimpinan Pondok, santriwati ini merasa lebih terbuka dan
tidak canggung lagi ketika ada permasalahan yang dihadapinya. Hasil
wawancaranya sebagai berikut :
Ini kaya lebih terbuka loh ka sama orang lain, kan saya
orangnya kaya lebih tertutup, jadi kalau udah misalnya
kaya udah ngikutin apa yang beliau omongin, jadi orang itu
dapat menolong satu sama lain, terbuka, itu jadi lebih
terbuka aja.145
Santriwati-santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten juga diajarkan untuk memiliki akhlak yang baik dan
bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten. Hal ini dilakukan agar terbina sikap
tanggung jawab santriwati sehingga dalam kehidupannya setelah keluar
145
Wawancara Yosvi Angrariani Putri, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnjah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
119
dan lulus dari Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, dapat
menciptakan generasi yang lebih baik. Dapat dilihat dari hasil
wawancara berikut ini:
Maka dari itu dengan diberikannya bimbingan
agama untuk membentuk karakter kepedulian santri agar
anak setelah keluar dari pondok pesantren memiliki jiwa
yang bagus dan akhlak yang mulia.146
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten mempunyai visi misi
agar santriwati-santriwati menjadi generasi yang beradab dan
berakhlakul karimah, maka dari itu dengan adanya bimbingan agama
dari Pimpinan Pondok, santriwati ini bisa menanamkan karakter yang
baik pada dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh santriwati yang
bernama Yosvi Angrariani Putri:
Pondok Pesantren membentuk saya menjadi anak yang
bisa bertanggung jawab, anak yang disiplin, terus juga
memang misi visi pondok menjadikan generasinya itu
menjadi yang beradab, berakhlakul karimah. Makanya
disisi tolong menolong, harus ditanam didalam diri kita
buat dapat menolong orang lain.147
Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan adanya perubahan dalam
aspek memiliki sikap bertanggung jawab pada santriwati, karena merasa
memiliki tanggung jawab yang diberikan oleh Pimpinan Pondok
Pesantren. Dalam menjaga akhlak, kedisiplinan, kepedulian, dan juga
kebersihan dalam pesantren, sehingga tanpa disuruh santriwati sudah
mempunyai kesadaran untuk bergerak sendiri.
146
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019. 147
Wawancara Yosvi Angrariani Putri, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnjah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
120
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai uraian analisa data
tentang bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian
sosial santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Peneliti akan mendeskripsikan teori sesuai dengan fakta lapangan yang
didapatkan sehingga dapat disimpulkan.
A. Metode Bimbingan Agama Untuk Pembentukan Karakter
Kepedulian Sosial Santriwati Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten
Menurut M.Arifin, metode adalah segala sarana yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut penuturan
Ustadz Busthomi Ibrohim selaku Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten yang memberikan bimbingan agama
kepada santriwati-santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten, beliau memberikan bimbingan agama menggunakan metode
dengan:
1. Segi Sifat
Dari segi sifat ini, pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten menggunakan metode ceramah dan demonstrasi. Metode
ceramah disebut metode informasi yakni penerapan secara lisan oleh
pembimbing agama sebagai komunikator kepada kelompok masyarakat
121
sasaran sebagai komunikan.148
Metode Demonstrasi/percontohan,
metode ini berarti memberi contoh atau mempertunjukkan atau
mempragakan.149
Seperti yang diungkapkan oleh Ustadz Busthomi
Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten,
dalam wawancaranya sebagai berikut:
Metode bimbingan agama untuk membentuk karakter
kepedulian sosial di Pondok adanya suatu jihad atau
nasehat ataupun itu ceramah, dan ceramahnya di Pondok
itu seminggu ada dua kali, kaya semacam kuliah umum
biasanya setiap hari jum‟at (subuh) dan malam selasa.
Selain itu juga ada ceramah dari organisasi atau osis, di
pondok biasa disebut ospm (organisasi santri pesantren al-
manshur), ospm di sini tangan kanannya pimpinan, mereka
yang menggerakan semua disiplin yang ada di Pondok,
mereka yang menggerakan yang piket, yang mengatur
keamanan, yang ngebangunin santriwati, menggebrakan
santriwati, kemudian ketika ada santriwati yang berbicara
tidak sesuai dengan aturan pondok (bicara yang kasar-
kasar), dan karakternya tidak sesuai dengan Pondok
Pesantren atur, itu adanya sebuah teguran ataupun nasehat,
tegurannya seperti dijemur, kemudian disuruh
menghafalkan mufrodat. Lalu juga menggunakan metode
praktek atau percontohan, seperti mengaji terbimbing, jadi
apa yang didengar, dilihat dan dikerjakan santriwati, semua
itu pendidikan.150
148
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
dan Urusan Haji, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta: 1987), h.39-40. 149
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
dan Urusan Haji, Panduan Penyuluh Agama, (Jakarta: 1987), h.39-40. 150
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
122
2. Segi sasaran yang dihadapi
Adapun dalam metode bimbingan agama dari segi sasarannya,
konsep metode bimbingan yang dilakukan ialah dengan bimbingan
kelompok. Bimbingan kelompok menurut Faqih Ainur Rahim,
pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara
kelompok yang banyak dan cara menghadapinya dengan sekaligus.151
Dalam wawancaranya Ustadz Busthomi Ibrohim mengungkapkan:
Bimbingan agama yang diberikan yaitu dengan
bimbingan kelompok, karna memang di pondok ini semua
santri wajib mengikuti bimbingan agama setiap malam
selasa dan jum‟at subuh, dilakukannya biasanya di
masjid.152
Menurut Samsul Munir Amin, bimbingan agama adalah proses
pemberian bantuan terarah, terus-menerus dan sistematis kepada setiap
individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama
yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-
nilai yang terkandung di dalam Al-qur‟an dan Hadits ke dalam dirinya,
sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-qur‟an
dan Hadits.153
Berikut merupakan dengan diadakannya bimbingan
agama yang diberikan oleh pembimbing berdasarkan wawancara dengan
Ustadz Busthomi Ibrohim:
151
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2001),
h.231. 152
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019. 153
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:
Amzah,2010), h.19
123
Bimbingan yang diberikan di Pondok ini 50%
agama 50% pendidikan umum. Jadi ya dalam proses
pembelajarannya pun sudah ada bimbingan pembelajaran,
seperti kitab-kitab keagamaannya yang kuatnya, kalau
untuk di luar formal ya biasanya ada seperti mengaji,
kemudian setiap hari jum‟at subuh itu ada tausiyah,
kemudian malam selasa itu juga ada, sifatnya
mengingatkan, mengingatkan diri kepada santriwati-
santriwatinya itu. Maka dari itu dengan diberikannya
bimbingan agama untuk membentuk karakter kepedulian
sosial santri pun, agar anak setelah keluar dari pondok
pesantren memiliki jiwa yang bagus dan akhlak yang
mulia.154
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa santriwati di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten. Tampak bahwa para
santriwati sadar dengan adanya bimbingan agama merupakan suatu
arahan yang sangat penting untuk diberikan, agar dapat membentuk
karakter santiwati-santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
Banten menjadi lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh santriwati
yang bernama Dini Masluhah:
Dengan adanya bimbingan agama itu menurut saya
sangat bagus, karena akan membentuk karakter santriwati-
santriwati dan juga bisa lebih memperbaiki diri kita sendiri,
yang tadinya pemalas jadi rajin, yang tadinya bodo amatan
jadi peka. Kalau misalnya sesama teman tuh gak boleh
saling tinggalin, gak boleh saling egois, gak boleh mikirin
diri sendiri.155
154
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019. 155
Wawancara Dini Masluhah, Santriwati Pondok Pesantren Darunnjah 3
Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
124
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pihak yang terlibat di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, memahami akan pentingnya
diadakannya bimbingan agama, baik dari pihak pimpinan pondok dan
juga santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
B. Gambaran Bentuk Karakter Kepedulian Sosial Santriwati di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten
Menurut Darmiyati Zuchi, kepedulian sosial ialah sikap atau
tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada masyarakat yang
membutuhkan.156
Berdasarkan dari hasil wawancara peneliti dengan
santriwati Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, penulis dapat
menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk kepedulian sosial santriwati-
santriwati di lingkungan Pondok ada 3 point yaitu sebagai berikut:
1. Tolong Menolong
Tolong menolong dalam ajaran Islam merupakan kewajiban
setiap muslim, sudah semestinya konsep tolong menolong ini
dikemas sesuai dengan syariat Islam, dalam artian tolong menolong,
yang kuat menolong yang lemah, yang mempunyai kelebihan,
menolong yang kekurangan.157
Seperti ada kegiatan bakti sosial,
memberi bantuan kepada korban yang terkena bencana alam, jadi di
sini mereka sistemnya ada one day one thousand, one day one
thousand ini, jadi setiap santriwati satu hari itu bayar 1.000, dan itu
diwajibkan, jadi nanti uangnya mereka beri kepada korban bencana.
156 Darmiyati Zuchi, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori Dan Praktek,
(Yogyakarta: UNY Press 2011), h.170. 157
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengalaman Islam,2007), h.224.
125
Seperti yang diungkapkan oleh Ustadz Busthomi Ibrohim dalam
wawancaranya:
Melakukan bakti sosial keluar daerah, seperti
kemaren ada bencana tsunami, dan banjir, mengadakan
galang dana, kemudian seperti didalam pondok piket
bersama, setiap sore hari itu santriwati-santriwati
membersihkan ruangan-ruangan ini, tanpa disuruh karena
mereka sudah mengerti. Semuanya yang bersih-bersih
seperti nyapu, pel, dan lain sebagainya anak-anak yang
membersihkan, tidak ada karyawan disini, semuanya
anak-anak yang bersihin.158
Dari data tersebut, dapat saya simpulkan bahwa kegiatan yang
dilakukan oleh santriwati-santriwati di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten ini, sangat baik sekali, karena mereka
tidak hanya peduli dengan lingkungan Pondok Pesantren saja, akan
tetapi dengan lingkungan masyarakat di luar pun mereka peduli.
2. Pengabdian
Pengabdian memilih dua alternatif yaitu mereflesikan sifat-sifat
Tuhan yang mengarah menjadi pengabdi pihak lain atau pengabdi
diri sendiri. Pengabdi pihak lain bukan berarti tidak ada perhatian
sama sekali terhadap diri sendiri. Tapi senantiasa berusaha mencintai
orang lain seperti mencintai diri sendiri. Perhatiannya sama besar,
baik terhadap diri sendiri maupun pihak lain. Apa yang tidak patut
diperlakukan terhadap dirinya tidak peduli pula diperlakukan
terhadap pihak lain. Senantiasa memberi dengan kecintaan tanpa
158
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
126
pamrih dan membalas kebaikan pihak lain dengan yang lebih baik
hanya karena kecintaan.
Bentuk kepedulian sosial santriwati di luar pondok itu
tadi, PPM (Praktek Pengabdian Masyarakat) turun
langsung ke warga-warga ke daerah tertentu.159
Dengan begitu, peneliti dapat mengartikan santriwati di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, mereka dapat membantu
serta mengajarkan warga dan anak di luar sana dengan mengadakan
praktek pengabdian masyarakat. Dengan pengabdian tersebut
santriwati sudah memiliki jiwa sosial yang tinggi, memberi
pengabdian atau pengajaran tanpa mengharapkan imbalan dan
balasan apapun yang sudah mereka beri.
3. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah totalitas pengerjaan tugas hingga tuntas
dan berkualitas. Jadi individu yang bertanggung jawab itu akan
melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh, bila
melakukan kesalahan berani mengakuinya. Tanggung jawab ini
terbagi atas nilai rasa memiliki, empati, dan disiplin. Berdasarkan
temuan lapangan dan wawancara, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa bentuk karakter tanggung jawab dalam kepedulian sosial
yang dialami santriwati sebagai berikut:160
159
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019. 160
Saleem Harja Sumarna, Kepribadian Super, (Klaten: Galmas
Publisher,2014), h.70.
127
a. Nilai Rasa Memiliki
Pendidikan nilai membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang tahu
sopan santun, mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, juga
memiliki cita rasa, bersikap hormat terhadap keluhuran martabat
manusia. Dalam hal ini santri-santri Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten sudah dapat menjalankan dengan baik. Contohnya
santri-santri di saat mendapatkan tanggung jawab untuk
membersihkan lingkungan Pondok. Seperti yang diungkapkan
santriwati yang bernama Yosvi Angrariani Putri:
Kalau di Pondok, misal dalam mengerjakan
kebersihan, kita menjadi penanggung jawabnya kan
gak mungkin namanya di sini „ado atau anggota itu
susah diatur, nah disono kita berpastisipasi buat bantu
temen, gimana caranya yang anggota-anggotanya itu
bisa gerak bisa jalan untuk bersih-bersih. Kalau di
prinsip ane sih ka, namanya anggota bakal ngikutin si
penanggung jawabnya itu, setidaknya kita harus
nyontohin, jadi kalau ane nyuruh „ado tanpa ane gerak
duluan itu gaenak. Kaya, lah kamu nyuruh orang,
kamu aja gak gerak, jadi ane harus menyontohkan
dulu gitu ka, biar „ado gak berfikiran „alah cuma gini-
gini doang.161
Selain itu juga, peneliti melihat ketika waktu pengamatan bahwa
perilaku yang mereka tunjukan sudah mencerminkan sopan santun
yang baik dalam menghormati tamu yang datang, santri-santri pun
berjabat tangan, dan mengucapkan salam terlebih dahulu, dari
perilaku tersebut dapat disimpulkan santri-santri Pondok Pesantren
161
Wawancara Yosvi Angrariani Putri, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnjah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
128
Darunnajah 3, sudah dapat memposisikan dirinya, bisa menghormati
orang lain, dan bertanggung jawab sesuai posisi yang dijalankan.
b. Empati
Kata empati itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
keadaan yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi
dirinya dalam keadaan perasaan pikiran yang sama dengan orang
atau kelompok.162
Adapun sikap empati yang dilakukan santri-santri
di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, dalam suatu
kegiatan di Pondok seperti acara pergantian kepengurusan dan
laporan pertanggung jawaban, terdapat santriwati yang memberikan
sebuah empati kepada temannya, walaupun itu bukan bagian
tugasnya dia sendiri, ketika santriwati ini melihat tugas temannya
belum selesai dan dia berusaha membantu temannya yang lain, tanpa
memandang temannya bagian apa, ketika selagi masih bisa
membantu, santriwati ini bantu ketika temannya sedang butuh
pertolongan. Seperti yang diungkapkan oleh santriwati yang
bernama Nurul Fadlah Musyarofah:
Kaya lagi ada kegiatan seperti ini ka, besok kan kita
ada acara pergantian kepengurusan, butuh bantuan untuk
angkat-angkat barang, saya membantu teman, biar semua
pekerjaan gak kerasa berat. Kan kalau dilakuin bareng-
bareng enteng gitu.163
Dari keterangan diatas, dapat dinilai tolong menolong itu sangat
penting, karna kita hidup itu tidak bisa lepas dari bantuan orang lain,
162
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, h.369. 163
Wawancara Nurul Fadlah Musyarofah, Santriwati Pondok Pesantren
Darunnjah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
129
untuk itu sikap tolong menolong perlu dimiliki seseorang, karena
suatu apapun yang kita kerjakan tentu membutuhkan pertolongan
dari orang lain.
c. Disiplin
Disiplin merupakan cara kita mengajarkan kepada anak tentang
perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya
adalah memberitahu dan menanamkan pengertian dalam diri anak
tentang perilaku mana yang baik dan mana yang buruk, dan untuk
mendorongnya memiliki perilaku yang sesuai dengan standar ini.164
Alam disiplin, ada tiga unsur yang penting, yaitu hukum atau
peraturan yang berfungsi sebagai pedoman penilaian, sanksi atau
hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, dan hadiah untuk perilaku
atau usaha yang baik.
Dalam ranah disiplin ini yang tertanam dalam diri santri-santri
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, sudah berjalan
sesuai dengan keterangan diatas tersebut, seperti yang diungkapkan
oleh santriwati yang bernama Novia Damayanti:
Selama di pondok tuh saya dapet banyak pelajaran
ka, kaya dalam masalah ibadah, kalau dulu tuh saya
belum tentu ibadahnya tepat waktu, kalau disini udah
pasti tepat waktu. Terus kaya masalah disiplin, masalah
disiplin kan disini yang namanya telat dihukum, jadi
kan disini saya disiplin waktu, tau waktu, tau aturan, tau
164
Saleem Harja Sumarna, Kepribadian Super, (Klaten: Galmas
Publisher,2014), h.70.
130
adab atau akhlak gitu, yang namanya adab sama akhlak
kan kalau di Pondok pasti di tekanin banget gitu ka.165
Dapat disimpulkan dari data di atas, adanya perubahan karakter
terhadap santri selama di Pondok, jadi mereka mengerti akan aturan-
aturan di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten seperti apa,
yang awalnya belum disiplin terhadap waktu dan kegiatan apapun,
sekarang sudah ada perubahan menjadi lebih baik dan disiplin.
4. Gotong Royong
Gotong royong adalah suatu sikap atau kegiatan yang dilakukan
oleh anggota masyarakat secara kerjasama dan tolong menolong
dalam menyelesaikan pekerjaan maupun masalah dengan suka rela
tanpa adanya imbalan. Gotong royong memiliki manfaat dan maksud
tujuan untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara yaitu :
meringankan beban, waktu dan biaya, meningkatkan solidaritas dan
rasa kekeluargaan dengan sesama, dan menambah kokohnya rasa
persatuan dan kesatuan, juga mempertinggi ketahanan bersama.
Adapun bentuk kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh
santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, seperti
yang diungkapkan Ustadz Busthomi Ibrohim, dalam wawancaranya:
Seperti gotong royong dan piket bersama itu bahkan
termasuk kegiatan sehari-hari, karena itu sudah termasuk
kegiatan harian pondok. Setiap pagi itu santri-santri sudah
paham, kan kalo pagi-pagi suka beres-beres, semuanya
kebagian tugas masing-masing, misalnya santri itu
ditugaskan untuk bersihin masjid, jadi santri itu setiap jam
165
Wawancara Novia Damayanti, Santriwati Pondok Pesantren Darunnjah 3
Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
131
6 pagi bersihin masjid, jadi santri ini sudah paham tanpa
disuruh lagi.166
Kegiatan gotong royong memang perlu dikembangkan, seperti
kegiatan yang dilakukan oleh santriwati-santriwati Pondok Pesantren
Darunnjah 3 Serang Banten tersebut sangat baik, karena mereka
hidup dilingkupan yang sempit di lingkungan Pondok Pesantren,
akan tetapi disisi lain, mereka mempunyai karakter yang sangat baik
dan perlu dilestarikan, mengingat zaman sekarang banyak sekali
anak-anak yang tidak peduli terhadap kondisi lingkungannya.
Dari ketiga point tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
bentuk-bentuk kegiatan santriwati-santriwati Pondok Pesantren
Darunnjah 3 Serang Banten lakukan di lingkungan Pondok maupun
di luar Pondok adalah termasuk tolong menolong, tanggung jawab,
dan gotong royong. Kegiatan tersebut sudah sesuai dalam ranah
bentuk-bentuk kepedulian sosial.
Menurut Nurla Isna Aunillah, Karakter adalah memfokuskan
bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata
atau perilaku sehari-hari.167
Sebagaimana diungkapkan oleh Ustadz
Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten dalam wawancaranya:
Santri-santri yang jelas selalu dikontrol, kemudian
dengan pemberian bimbingan, tausiyah, dan nasehat setiap
minggu itu, udah hal yang wajib. Dengan cara begitu, di
paksa dan perilaku yang baik mereka lakukan akan menjadi
166
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019. 167
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di
Sekolah, (Jakarta: Laksana,2011), h.19.
132
suatu hal yang terbiasa yang harus diulang-ulang. Karakter
itu kan dibentuk berdasarkan kehidupan sehari-hari
dorongan dari bimbingan agama juga, apa yang dilihat, apa
yang dikatakan, apa yang dilakukan itu adalah
pembentukan sebuah karakter. Makanya diadakan di
pondok itu, karena setiap apa yang dia lihat, dia katakan,
dia lakukan itu semua pendidikan. Sehingga, akan menjadi
karakter yang baik ketika sudah keluar dari pondok atau
masih di Pondok Pesantren.168
Berdasarkan keterangan Ustadz Busthomi Ibrohim dapat
disimpulkan bahwa sebuah karakter santri itu sangat penting, dengan
dibentuknya karakter melalui bimbingan, perilaku kebaikan santri yang
dilakukan sehari-hari itu akan menjadi suatu kebiasaan apabila
dilakukan dengan secara diulang-ulang, agar kelak nanti menjadi santri
yang mandiri, berakhlakul karimah, beradab dan mempunyai kepedulian
sosial yang tinggi.
168
Wawancara Ustadz Busthomi Ibrohim, Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, pada tanggal 13 Desember 2019.
133
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan, maka simpulan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bentuk karakter kepedulian sosial santriwati di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten yaitu: (a) tolong
menolong dalam kegiatan bakti sosial dengan memberikan
bantuan kepada warga yang terkena bencana alam, seperti
banjir, dan juga tsunami berupa galang dana. (b) tanggung
jawab dalam kegiatan yang diadakan di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten. (c) gotong royong dalam
kegiatan membersihkan lingkungan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten. Dalam hal ini peneliti dapat
mengartikan bahwasannya santriwati di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, tidak hanya peduli pada
lingkungan Pondok Pesantrennya saja, akan tetapi peduli
juga akan lingkungan di luar Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten.
2. Metode bimbingan agama yang digunakan oleh pimpinan
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang yaitu metode
ceramah dan demonstrasi, dengan segi sasaran yang dihadapi
dengan menggunakan konsep metode bimbingan kelompok.
Bimbingan agama yang diberikan oleh pimpinan Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten dilakukan dalam
133
134
seminggu dua kali, yaitu setiap malam selasa dan jum‟at
subuh setelah melaksanakan shalat subuh berjama‟ah di
masjid.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini menjadi gambaran nyata bahwa bimbingan
agama sangat penting bagi santriwati Pondok Pesantren Darunnajah
3 Serang Banten. Terbukti dengan adanya perubahan karakter
setelah mengikuti bimbingan agama, seperti saling tolong menolong
kepada santriwati lainnya, bersikap empati dan tanggung jawab
terhadap tugasnya masing-masing. walaupun ada beberapa
santriwati yang masih dingin terhadap santri lainnya. Selain itu, di
Pondok Pesantren juga santriwati-santriwati dibimbing untuk
menciptakan rasa kepedulian, solidaritas, dan menghargai satu sama
lainnya. Dengan demikian, santriwati dapat mengaplikasikan
karakter tersebut di luar pondok paska lulus dari pesantren. Agar
terciptanya generasi-generasi muda dengan jiwa sosial yang tinggi.
Karena bila santriwati tidak memiliki sikap tersebut, maka ke
depannya sulit beradaptasi dengan lingkungan baru.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, yang dilaksanakan di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, peneliti memberikan saran
kepada pihak-pihak terkait, yaitu:
1. Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, harus lebih
diperhatikan lagi untuk santriwati-santriwatinya ketika dalam
menjalankan kegiatan bentuk kepedulian sosial di lingkungan
135
pondok pesantren ataupun di lingkungan masyarakat. Karena
semakin banyak santriwati-santriwati yang memiliki karakter
kepedulian sosial yang tinggi, akan sangat baik dan dapat
memberi banyak manfaat bagi orang lain.
2. Bagi santriwati-santriwati yang ada di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten, lebih solid dalam menjalankan
bentuk kepedulian sosialnya di lingkungan pondok maupun di
lingkungan masyarakat.
3. Diharapkan dapat menjadikan mahasiswa/i bimbingan dan
penyuluhan Islam lebih memahami karakter kepedulian sosial
yang baik. Semakin banyaknya pembelajaran atau bimbingan
yang dapat membentuk tingkah laku moral positif, semakin
banyak juga generasi-generasi muda yang memiliki karakter
kepedulian sosial yang baik dan dapat memberi manfaat bagi
orang lain.
136
DAFTAR PUSTAKA
Al Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. (Bandung: Pustaka
Setia).
Ali, Mohammad. 2004. Psikologi Remaja. (Bandung: PT Bumi Aksara).
Aqib, Zainal. 2012. Pendidikan Karakter Di Sekolah. (Surabaya: Yrama
Widya).
Aunillah, Isna Nurla. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter
di Sekolah. (Jakarta: Laksana).
Azwar, Saifuddin. 2017. Metode Penelitian Psikologi. (Bandung:
Pustaka Pelajar).
Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta).
Ainur Rokhim, Faqih. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam.
(Yogyakarta: UII Pres).
Al-Qur‟an. Surat Al-Ma‟un. ayat 1-3.
B Hurlock, Elizabeth. 1997. Psikologi Perkembangan. (Jakarta:PT
Gelora Aksara Pratama).
Buchari, Alma, dkk. 2010. Pembelajaran Studi Sosial. (Bandung:
Alfabeta).
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka, cet ke-3).
Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
dan Urusan Haji. 1987. Panduan Penyuluh Agama. (Jakarta).
137
Departemen Agama RI. 2002. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. (Semarang:
PT Karya Toha Putra).
Darmiyati, Zuchi. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori
Dan Praktek. (Yogyakarta: UNY Press).
Daud, Ali Mohammad. 2013. Pendidikan Agama Islam. (Jakarta:
Rajawali Press).
Dhofier, Zamakhsyari. 1985. Tradisi Pesantren, Studi Tentang
Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES).
Destina Sari, Dini. 2016. Peranan Karang Taruna Dalam Meningkatkan
Kepedulian Sosial Pemuda Kelurahan Margodadi Kecamatan
Metro Selatan Kota Metro. Skripsi. (Bandar Lampung: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung).
DEPAG RI. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah,
Pertumbuhan dan Perkembangannya, (Jakarta: Dirjen
Kelembagaan Islam Indonesia)
E, Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. (Jakarta: Penerbit Erlangga).
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Bumi
Aksara).
Gunawan H, Ari. 2000. Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta).
Hamka, Abdul Azis. 2012. Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati.
(Jakarta: AL-MAWARDI PRIMA).
Herdiansyah, Haris. 2012. Metode Pendekatan Kualitatif. (Jakarta:
Salemba Humanika).
Hamid, Abdul. 2009. Ilmu Akhlak. (Bandung: Pustaka Cipta).
138
Hidayatullah, Furqan. 2010. Pendidikan Karakter Membangun
Peradaban Bangsa. (Surakarta: Yuma Pustaka).
Idi, Abdullah dan Safarina. 2015. Etika Pendidikan Keluarga Sekolah
dan Masyarakat. (Jakarta: Rajawali Press).
Jalaludin. 2005. Psikologi Agama. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada).
Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap
Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. (Bandung: Nusa
Media).
Lutfi, M. 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)
Islam. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Latipun. 2001. Psikologi Konseling. (Malang: Universitas Negeri
Malang).
Moleong J,Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja
Rosda Karta).
Michael, Novak. 1986. Crime and Character. This World (Musim
Semi/Musim Panas).
Musnawar, Thohari. 1992. Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling
Islam. (Yogyakarta: UII Press).
Madjid, Nurcholis. 2002. Modernisasi Pesantren. (Jakarta: Ciputat
Press).
Nurla Isna, Aunillah. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter
Di Sekolah. (Jakarta: Laksana).
Nata, Abuddin. 2011. Metodelogi Studi Islam. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada).
139
Nurokhi, Miftahly. 2017. Instan Hypnosis (Pelatihan Hypnosis Level 1).
Nicgorski, Water. 1987. The Moral Crisis: Lesson from the Founding.
(The World and I).
Purwulan, Heni. 2011. Kepedulian Sosial Dalam Pengembangan
Interpersonal Pendidik, (ISSN).
Prayitno. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan Koseling. (Jakarta:PT Renika
Cipta).
Rasyid, Abdul. 2014. Pembinaan Keagamaan dalam Mengembangkan
Nilai-nilai Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan di Sanggar
Kreatif Anak Bangsa (SKAB) Ciputat Tangerang Selatan.
(Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah).
Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan.
(Yogyakarta: Laksbang Mediatama Yogyakarta).
Saliyo, Farida. 2008. Teknik Layanan Bimbingan Konseling Islam.
(Kudus: Buku Daros).
Sugiono. 2011. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan
Kombinasi (MIXED METHODS). (Bandung: Alfabetha).
Samsul Munir, Amin. 2013. Bimbingan dan Konseling Islam. (Jakarta:
Amzah).
Sutirna. 2013. Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Formal Dan
Nonformal Dan Informal. (Yogyakarta: CV. Andi Offsett).
Sarwono W, Sarlito. 2009. Pengantar Psikologi Umum. (Jakarta:
Rajawali Press).
140
Samani, Muchlas. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya).
Saleh, Abdur Rahman. 1982. Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren.
(Jakarta: Departemen Agama RI).
Sumarna, Saleem Harja. 2014. Kepribadian Super. (Klaten: Galmas
Publisher).
Setiadi, Elly M.Kama A.Hakam, Ridwan Effendi. 2012. Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar. (Jakarta: Kencana).
Suratman, MBM Munir, dan Umi Salamah. 2015. Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar. (Malang: Intimedia).
Wingkel, W.S, FKIP, IKIP, Senata Darma. 1997. Bimbingan dan
Penyuluhan Di Sekolah. (Jakarta: PT. Gramedia)
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
Yunahar, Ilyas. 2007. Kuliah Akhlaq. (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian
dan Pengalaman Islam).
Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar dan
Implementasi, (Jakarta: Kencana).
Zubaedi. 2006. Pendidikan Berbasis Masyarakat. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar).
141
WEBSITE
https://darunnajah.com diakses pada tanggal 14 Februari 2020.
Observasi Penulis dan Wawancara Pribadi dengan Ahmad Darussofi.
Sekretaris Pondok Pesantren Darunnajah 3. (Serang, 20 Oktober
2019).
Observasi Penulis dan Wawancara Pribadi dengan Ahmad Darussofi.
Sekretaris Pondok Pesantren Darunnajah 3. (Serang, 3
November 2019).
Profil Darunnajah 3. almanshur.darunnajah.com diakses pada tanggal 22
Oktober 2019.
Tabi‟in, A. Menumbuhkan Sikap Peduli Pada Anak Melalui Interaksi
Kegiatan Sosial. (Jurnal: Vol.1 No.1) di akses pada tanggal 16
Oktober 2019.
SKRIPSI
Ikhwani, Nur. 2017. Kepedulian Sosial Anak Di Lingkungan
Masyarakat Margosari Studi Deskriptif Anak-Anak Sanggar
Belajar Margosari, Siderejo, Salatiga. Skripsi. (Salatiga:
Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyan
dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga).
Janwardhi, Cahya. 2018. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Sosial
Dalam Menumbuhkan Kepedulian Sosial Siswa MTsN Turen.
Skripsi. (Malang: Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyan dan Keguruan UIN Maulana Malik
Ibrahim).
Masrukhan, Ahsan. 2016. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Peduli
Sosial Di SDNegeri Kotagede 5 Yogyakarta. Skripsi.
(Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta).
142
Tyas, Eva Ning. 2017. Pengaruh Empati Terhadap Kepedulian Sosial
Pada Remaja. Skripsi. (Malang: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang).
Yovitaningtyas, Febriyanti, 2017. Pengaruh Kepedulian Sosial
Terhadap Perilaku Active Defending Pada Peristiwa Bullying
Pada Remaja. Skripsi. (Malang: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang).
PEDOMAN WAWANCARA PEMBIMBING
Bimbingan Agama Untuk Pembentukan Karakter Kepedulian Sosial
Santri di Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Nama : Drs. KH. Busthomi Ibrohim, M.Ag
Usia : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Asal : Lamongan
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan latar belakang
pendidikan).
Jawaban :
2. Menurut Ustadz yang dimaksud karakter kepedulian sosial santri
seperti apa?
Jawaban :
3. Apa upaya Pimpinan Pondok dalam membentuk karakter kepedulian
sosial santri?
Jawaban :
4. Apakah dengan bimbingan agama dapat membentuk karakter
kepedulian sosial santri?
Jawaban :
5. Bagaimana metode bimbingan agama dalam membentuk karakter
kepedulian sosial santri di Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban :
6. Program-program apa saja yang ada di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 yang ditujukan untuk membangun/membentuk
karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban :
7. Siapakah di Pondok Pesantren Darunnajah 3 ini yang khusus
memberikan bimbingan agama dalam membentuk karakter
kepedulian sosial santri?
Jawaban : Kalau itu, yang pertama pasti Pimpinan atau Kiai Pondok
Pesantren, kemudian juga ada biro pengasuhan santri.
8. Bagaimana implementasi program-program tersebut?
Jawaban : itu kan diadakan praktek pengabdian masyarakat, jadi
santri-santri ditugaskan ke suatu daerah, istilah kata lainnya adalah
seperti KKN yaa, mereka dikirim ke suatu daerah yang terpencil
kemudian mereka disana mengembangkan, ini kemaren santri-santri
yang ditugaskan untuk PPM itu tadi salah satu bentuk kepedulian
sosial juga, baru pulang kemaren, makanya tadi ada acara laporan
perganti jawaban, itu tujuannya adalah melaporkan apa yang dapat
selama disana, mereka menceritakan program-programnya gimana,
mengabdi di desa sana, mengajar disana, ada penyampaian
laporannya, jadi disalurkan apa yang didapat di masyarakat itu
9. Bagaimana tahap-tahap bimbingan agama dalam membentuk
karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban :
10. Kapan bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian
sosial santri dilakukan?
Jawaban :
11. Dimana pelaksanaan bimbingan agama untuk pembentukan
karakter kepedulian sosial santri dilakukan?
Jawaban :
12. Berapa jumlah santri yang biasa mengikuti bimbingan agama?
Jawaban :
13. Apakah bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian
sosial santri diberikan kepada santri di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 sangatlah penting? Alasannya.
Jawaban :
14. Apakah ada kegiatan lain yang dapat membantu untuk membentuk
karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban :
15. Apa tujuan memberikan bimbingan agama dalam membentuk
karakter kepedulian sosial santri bagi Ustadz?
Jawaban :
16. Menurut Ustadz sebagai Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah 3,
gambaran umum mengenai karakter kepedulian sosial santri disini
bagaimana?
Jawaban :
17. Apa bentuk kepedulian sosial dikalangan para santri Pondok
Pesantren Darunnajah 3 yang diperlihatkan dalam kehidupan
sehari-hari baik ketika didalam Pondok maupun diluar Pondok?
Jawaban :
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI
Bimbingan Agama Untuk Pembentukan Karakter Kepedulian Sosial
Santri di Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Nama :
Usia : Tahun
Jenis Kelamin :
Asal :
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir, nama orangtua dan latar
belakang pendidikan).
Jawaban :
2. Apa saja aktivitas kamu sehari-hari di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban :
3. Apakah kamu pernah menolong temanmu ketika mereka
kesusahan? Sebutkan contohnya.
Jawaban :
4. Apa yang membuat kamu tersentuh ketika menghadapi temanmu
yang kesusahan?
Jawaban :
5. Apakah yang membuat kamu berpendapat demikian? Apakah
kehidupan di Pondok Pesantren membentuk diri kamu menjadi
seperti itu?
Jawaban :
6. Apakah kamu merasakan ada perubahan pada karakter diri kamu,
menjadi lebih baik dari sebelumnya selama di Pondok Pesantren?
Jawaban :
7. Apakah di Pondok Pesantren ini kamu dan temanmu memang
memiliki karakter kepedulian sosial? Bagaimana bentuknya kamu
kepada temanmu dan juga sebaliknya, karakter temanmu kepada
diri kamu seperti apa?
Jawaban :
8. Apa aktivitas di Pondok Pesantren Darunnajah 3 yang menurut
kamu bisa mendorong kamu untuk bisa lebih peduli?
Jawaban :
9. Menurut kamu, yang dimaksud dengan karakter kepedulian sosial
santri itu seperti apa?
Jawaban :
10. Apakah pernah mengikuti bimbingan agama dengan Pimpinan
Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban :
11. Bagaimana tanggapan kamu tentang pelaksanaan bimbingan agama
yang diberikan oleh Bapak Pimpinan Pondok khususnya untuk
membentuk karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban :
12. Apa saja informasi atau ilmu yang kamu dapatkan setelah
mengikuti bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial?
Jawaban :
13. Apakah penting atau tidak menurut kamu dengan adanya
pelaksanaan bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial santri di Pondok ini? Mengapa?
Jawaban :
14. Apakah ada pengalaman yang menarik dengan teman-teman dalam
kegiatan sehari-hari, setelah mengikuti bimbingan agama untuk
pembentukan karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban :
15. Menurut kamu, apa manfaat bimbingan agama untuk pembentukan
karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban :
16. Apakah dengan adanya bimbingan agama yang diberikan dapat
membentuk karakter kepedulian sosial santri di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban :
17. Menurut kamu, apa tujuan Pimpinan Pondok memberikan
bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian sosial
santri di Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban :
18. Bagaimana hubungan kamu dengan teman-teman setelah mengikuti
bimbingan agama untuk membentuk karakter kepedulian sosial
santri?
Jawaban :
PEDOMAN WAWANCARA PEMBIMBING
Bimbingan Agama Untuk Pembentukan Karakter Kepedulian Sosial
Santri di Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Nama : Drs. KH. Busthomi Ibrohim, M.Ag
Usia : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Asal : Lamongan
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir dan latar belakang
pendidikan).
Jawaban : Drs. KH. Busthomi Ibrohim, M.Ag. Lahir di Lamongan,
04 Maret 1965. Latar pendidikan KMI Gontor pada tahun 1985,
melanjutkan S1 di IPD Gontor pada tahun 1991, lalu melanjutkan
lagi ke S2 di IAIN Jakarta pada tahun 1999.
2. Menurut Ustadz yang dimaksud karakter kepedulian sosial santri
seperti apa?
Jawaban : Karakter kepedulian sosial, karakter itu kan dibentuk
berdasarkan kehidupan sehari-hari ya, apa yang didengar, apa yang
dilihat, apa yang dikatakan, itu semua adalah pembentukan sebuah
karakter. Makanya diadakan diPondok itu, karna setiap apa yang
santri lihat, apa yang santri dengar, apa yang santri katakan, apa
yang santri lakukan itu semuanya adalah pendidikan. Nantinya, akan
menjadi karakter yang baik ketika santri sudah keluar dari Pondok.
3. Apa upaya Pimpinan Pondok dalam membentuk karakter kepedulian
sosial santri?
Jawaban : Dengan cara biasanya ada bidang-bidang tertentu, seperti
bakti sosial ke luar daerah gitu, yaa biasa bantu-bantu kemaren ada
bencana tsunami, banjir, kita galang dana itu pun juga termasuk
salah satu bentuk peduli, kemudian kaya piket bersama gitu kan, itu
kan kalau sore-sore kan masing-masing santri-santri itu ada yang
ditugaskan disini, yang membersihkan santri-santri, yang nyapu,
ngepel, semuanya gak ada yang pake karyawan, semuanya santri-
santri. Jadi, itu bentuk upaya untuk membentuk kepedulian.
4. Apakah dengan bimbingan agama dapat membentuk karakter
kepedulian sosial santri?
Jawaban : Sangat-sangat membentuk, yang pertama adalah agama.
Makanya dikurikulum pesantren itu yang paling pertama itu
keagamaan, tujuannya yaa itu, supaya dapat pendidikan yang bagus
dan membentuk karakter kepedulian sosial tersebut.
5. Bagaimana metode bimbingan agama dalam membentuk karakter
kepedulian sosial santri di Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban : Salah satunya biasanya ada suatu jihad atau nasehat,
ataupun itu ceramah yaa dari Pak kiai biasanya, dan ceramahnya di
Pondok itu seminggu ada dua kali, ceramahnya itu kaya semacem
kuliah umum, biasanya jum’at subuh sama malam selasa. Kemudian
selain itu juga ada ceramah dari organisasi, atau mungkin bahasanya
osis yaa, osis disini tuh kaya tangan kanannya pimpinan pondok,
mereka yang menggerakan semua disiplin yang ada di Pondok dan
kegiatan-kegiatan di Pondok, dia yang menggerakan, yang ngatur
piket, yang ngatur keamanan, yang ngebangunin santri,
menggebrakan santri, kemudian ketika ada santri yang berbicara
tidak sesuai dengan karakter yang ada di Pondok, misalkan contoh
berbicara yang kasar-kasar, pasti ada yang namanya teguan atau
nasehat. Biasanya dijemur, kemudian dia menghafalkan mufradat
atau apa gitu, udah ada hukumannya tersendiri yang sesuai dengan
aturannya.
6. Program-program apa saja yang ada di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 yang ditujukan untuk membangun/membentuk
karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Salah satunya adalah tadi PPM atau Praktek Pengabdian
Masyarakat, kemudian ada yang namanya bakti sosial, kemudian ada
yang namanya muhadhoroh juga, muhadhoroh salah satu itu yang
mampu berbicara didepan umum atau public speaking itu kan salah
satu bisa, kalau orang yang peduli tapi kurang apa yaa, bisa
mengajak, jadi sulit, itu salah satu bentuknya. Kemudian juga itu
piket bersama termasuk juga, kemudian juga ada yang namanya,
kalau disini namanya bulis, bulis itu bahasa lainnya kaya apa yaa,
polisi sih, bulis itu polisi, cuma dalam artian bukan polisi jadi
pengamanan. Kalau waktu sekolah nih, itu ada salah satu santriwati
yang ditugaskan bulis, itu pake pakaian pramuka, berompi dasi,
berompi yang ada tulisan bulis itu, itu tuh tugasnya adalah jaga-jaga
pondok, mengamankan pondok, kalau ada santriwati yang sakit
dilaporkan, kemudian ada santriwati yang sakit diambilkan
makannya, itu tugasnya bulis, dan itu sudah dijadwalkan. Ketika
sekolah pun bulis ini statusnya tetap hadir tapi ditugaskannya
berbeda, jadi bukan diartikan alfa, waktu masuk kelas bulis ini tetap
hadir, hanya tugasnya aja yang beda, jadi tugasnya bulis itu peduli
terhadap lingkungan pondok dan juga peduli terhadap santriwati
yang sakit, dan setiap harinya selalu ada bulis.
7. Siapakah di Pondok Pesantren Darunnajah 3 ini yang khusus
memberikan bimbingan agama dalam membentuk karakter
kepedulian sosial santri?
Jawaban : Kalau itu, yang pertama pasti Pimpinan atau Kiai Pondok
Pesantren, kemudian juga ada biro pengasuhan santri.
8. Bagaimana implementasi program-program tersebut?
Jawaban : itu kan diadakan praktek pengabdian masyarakat, jadi
santri-santri ditugaskan ke suatu daerah, istilah kata lainnya adalah
seperti KKN yaa, mereka dikirim ke suatu daerah yang terpencil
kemudian mereka disana mengembangkan, ini kemaren santri-santri
yang ditugaskan untuk PPM itu tadi salah satu bentuk kepedulian
sosial juga, baru pulang kemaren, makanya tadi ada acara laporan
perganti jawaban, itu tujuannya adalah melaporkan apa yang dapat
selama disana, mereka menceritakan program-programnya gimana,
mengabdi di desa sana, mengajar disana, ada penyampaian
laporannya, jadi disalurkan apa yang didapat di masyarakat itu
disalurkan di kelasnya, sebagai gambaran. Ketika nanti saya ada
diposisi dia, oh yang seperti ini.
9. Bagaimana tahap-tahap bimbingan agama dalam membentuk
karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Yang jelas selalu mengingatkan, saling mengingatkan,
karna namanya usia-usia santri itu kan, harus sering diingatkan,
istilah kata peribahasanya seribu kali harus diingatkan. Kalau santri
itu kan bisa karna terbiasa, terbiasa jadi luar biasa.
10. Kapan bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian
sosial santri dilakukan?
Jawaban : Bimbingan agama setiap jum’at subuh dan malam selasa.
11. Dimana pelaksanaan bimbingan agama untuk pembentukan
karakter kepedulian sosial santri dilakukan?
Jawaban : Pelaksanaan bimbingan agama biasanya di masjid, juga
di kelas dan di aula.
12. Berapa jumlah santri yang biasa mengikuti bimbingan agama?
Jawaban : Hampir semua, karna memang kan disini wajib,
diwajibkan semuanya. Jumlahnya 270 dan untuk tingkat SMA nya
sekitar 130.
13. Apakah bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian
sosial santri diberikan kepada santri di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 sangatlah penting? Alasannya.
Jawaban : Sangat-sangat penting, ada peribahasa ilmu sama akhlak
lebih besar mana gitu kan, kepedulian sosial itu kan ada di akhlak,
ilmu 10% akhlak 90% kan gitu.
14. Apakah ada kegiatan lain yang dapat membantu untuk membentuk
karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Kegiatan lainnya, mungkin diluar pondok, semacam
outing class kemana gitu, misalkan kegiatan-kegiatan seperti itu,
kemaren santri-santri kelas 4 atau kelas 1 aliyah abis kegiatan di
Pare, kampung inggris.
15. Apa tujuan memberikan bimbingan agama dalam membentuk
karakter kepedulian sosial santri bagi Ustadz?
Jawaban : Tujuannya salah satunya supaya santri kelak keluar dari
pondok atau dari pesantren memiliki jiwa yang bagus, yang mulia
kemudian yang akhlaknya bagus, itulah tujuannya.
16. Menurut Ustadz sebagai Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah 3,
gambaran umum mengenai karakter kepedulian sosial santri disini
bagaimana?
Jawaban : Gambaran umumnya yang jelas, setelah diberi nasehat
dan ceramah setiap minggu itu, karakter mereka yaa ada yang
berubah menjadi lebih baik dan ada juga yang masih seperti itu.
Tetapi alhamdulillah lebih banyaknya yang karakternya baik, yang
berakhlakul karimah, dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Karna sifatnya selalu mengingatkan melalui bimbingan tersebut,
makin sering diingatkan dan dinasehati santriwati itu, mereka
semakin sadar akan karakter kepedulian sosial mereka. Lalu mereka
juga yang jelas selalu dikontrol, kemudian pemberian nasehat
pemberian bimbingan itu hampir setiap minggu itu udah hal yang
wajib gitu. Ya itu, dengan cara begitu, dipaksa sering diulang-
ulang, insya Allah sudah menjadi suatu kebiasaan atau adat, adat itu
kan suatu kebiasaan yang sering diulang-ulang jadi, santriwati-
santriwati bisa seperti itu.
17. Apa bentuk kepedulian sosial dikalangan para santri Pondok
Pesantren Darunnajah 3 yang diperlihatkan dalam kehidupan
sehari-hari baik ketika didalam Pondok maupun diluar Pondok?
Jawaban : Bentuk kepedulian sosial yang didalam pondoknya
misalkan seperti piket, lalu juga menjadi bulis, peduli kepada
sesama apabila ada yang sakit, diambilkan makannya, kemudian
obat, dikasih obat diambilkan minum, itukan termasuk
kepedulian sosial. Untuk diluar pondoknya itu tadi, seperti bakti
sosial turun langsung ke warga-warga ke daerah tertentu, atau
PPM (Praktek Pengabdian Masyarakat).
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI
Bimbingan Agama Untuk Pembentukan Karakter Kepedulian Sosial
Santri di Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Nama : Novia Damayanti
Usia : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Ciruas Taman Pipitan Indah Serang
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir, nama orangtua dan latar
belakang pendidikan).
Jawaban : Novia Damayanti, Serang 13 November 2002, ayah Arif
Hidayat, ibu Tuti Alawiyah. MI Al khairiyah Pipitan Serang
Banten, MTs Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
2. Apa saja aktivitas kamu sehari-hari di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban : Aktivitas sehari-harinya yaa dari pagi bangun tidur, abis
itu kita sholat subuh di masjid berjama’ah, abis itu mufrodat (kosa
kata) gitu, terus abis itu persiapan sekolah gitu, nah dari pagi sampe
dzuhur kan sekolah tuh, istirahat sholat dzuhur (ISHOMA), abis itu
berangkat sekolah lagi sampe jam 14.30, abis itu udah istirahat 30
menit doang paling, abis itu sholat ashar kan, abis itu sorenya
ekstrakurikuler, eskulnya juga ya gak semua gitu jadi kaya tertentu,
misalnya hari ini basket, kalo saya sendiri ikut basket sama
jurnalistik, trus abis itu sampe jam 17.00 kan mandi, abis itu solat
maghrib, ngaji, ngaji juga kadang bareng-bareng kadang sama
perkelompok gitu, abis itu makan, makan malam, trus sholat isya,
abis sholat isya belajar sampe jam 22.00, abis itu udah.
3. Apakah kamu pernah menolong temanmu ketika mereka
kesusahan? Sebutkan contohnya.
Jawaban : Kalo dibilang pernah sih yaa pernah. Contohnya, nolong
temen tuh kaya gimana yaa, kaya bantu temen kalo, kan disini kan
kita kan kelas 5 atau 2 Aliyah jadi PJR atau penanggung jawab gitu,
kadang bantuin temen gebrakin ‘ado, kan kita juga disini udah mau
jadi pengurus, jadi kaya ngegebrak, gebrakin ‘ado sholat, mufrodat,
berangkat sekolah, gitu-gitu. Ya kaya gitu ya, saling bantu.
4. Apa yang membuat kamu tersentuh ketika menghadapi temanmu
yang kesusahan?
Jawaban : Bikin tersentuh yaa, ya itu tuh temen, temen saya gitu loh
maksudnya, masa iya sama temen mau liatin aja, misalkan kita kan
bareng-bareng, masuk bareng gitu, perjuangan bareng, satu
angkatan masa temennya susah gak ditolongin, itu kan kita bareng-
bareng, sukses bareng gitu loh. Susah seneng bareng sih.
5. Apakah yang membuat kamu berpendapat demikian? Apakah
kehidupan di Pondok Pesantren membentuk diri kamu menjadi
seperti itu?
Jawaban : Iya, di Pondok tuh yaa pokoknya merubah diri saya lebih
baik lagi sih kaya saya tuh disini dapet pelajaran banyak gitu loh,
kaya mulai, kek tadi hal kecilnya aja menolong temen gitu, kaya
nolong temen kan maksudnya mulai ada dari hati gitu loh, dari hati
sendiri kaya temen gitu, trus kaya merubah diri lebih dewasa lagi
gitu.
6. Apakah kamu merasakan ada perubahan pada karakter diri kamu,
menjadi lebih baik dari sebelumnya selama di Pondok Pesantren?
Jawaban : Namanya karakter kan, pasti temen yang ngelihat, tapi
kalo pribadi saya sendiri sih, ngerasanya ada, ada perubahan, kaya
contoh kecilnya masalah ibadah, kalo dulu tuh pas dirumah kan
belum tentu yaa, saya tuh ibadah tuh tepat waktu gitu, kalo disini
kan udah pasti tepat waktu, trus kaya masalah disiplin, masalah
disiplin kan disini kalo orang yang namanya telat dihukum gitu, jadi
kan kita disiplin waktu, tau waktu, tau aturan, tau adab atau akhlak
gitu. Namanya adab sama akhlak yang namanya di Pondok
Pesantren kan pasti ditekenin banget gitu yaa. Kalo dalam
kepedulian sosial sendiri kaya, dulu-dulu tuh kaya bodo amat gitu
loh, kaya yaudah sih, kaya dia ini gitu loh, kaya gak ada rasa
kebersamaan tuh gak ada gitu. Kalo sekarang yaa berhubung kita
juga lingkupnya segini doing gitu loh dikit, jadi lebih kerasa aja
gitu.
7. Apakah di Pondok Pesantren ini kamu dan temanmu memang
memiliki karakter kepedulian sosial? Bagaimana bentuknya kamu
kepada temanmu dan juga sebaliknya, karakter temanmu kepada
diri kamu seperti apa?
Jawaban : Namanya orang kan beda-beda yaa, karakternya macem-
macem jadi ada, pasti ada sesama temen tuh pasti ada yang sama
kepedulian sosialnya, tapi ada juga yang beda gitu, trus yaa tapi kan
kita yang saling merangkul, saling ngingetin, jadi yaa insya Allah
ada, kepedulian sosial mah ada, cuma rata-rata ada yang ada, ada
yang engga gitu. Bentuk karakternya kaya karakter balas budi, gini
maksudnya kepedulian sosialnya gini, misalnya saya saling tolong
menolong sama dia gitu, ntar dia juga pasti kaya ngebales gitu loh
gitu, trus juga ya itu sih yang apa namanya yang peka lah istilahnya
gitu, kan ada juga karakter orang kan yang gak peka yang bodo
amatan gak peduli gitu, kadang yang kaya gitu juga ada.
8. Apa aktivitas di Pondok Pesantren Darunnajah 3 yang menurut
kamu bisa mendorong kamu untuk bisa lebih peduli?
Jawaban : Kaya ini suatu acara, kaya suatu acara tuh kan, aktivitas
di Pondok ini ada acara, acara bersama acara angkatan saya
misalnya, nah jadi disitu tuh kaya kepedulian sosial tuh ada gitu
loh, namanya satu angkatan, terus jadi aktivitas di acara itu tuh kita
tuh ada kepedulian saling tolong menolong, saling kerjasama, saling
tau ini itu, bukan karna apa yaa, bukan karna bagian ini bagian ini,
bukan, gitu. Jadi kaya semua tuh sama tolong menolongnya gitu,
terus kaya rasa kebersamaannya tuh ada gitu mulai ada disitu.
9. Menurut kamu, yang dimaksud dengan karakter kepedulian sosial
santri itu seperti apa?
Jawaban : Karakter kepedulian sosial itu, kalo kita tuh kaya ngerti,
ngerti kesusahan orang lain, kaya paham gitu loh karakter temen
tuh kaya gimana, kaya gini kaya gini, trus kepedulian sosial tuh yaa
kita saling tolong menolong, saling membantu gitu. Saling
merangkul dan solidaritasnya tinggi.
10. Apakah pernah mengikuti bimbingan agama dengan Pimpinan
Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban : Mengikuti bimbingan agama, pernah, sering.
11. Bagaimana tanggapan kamu tentang pelaksanaan bimbingan agama
yang diberikan oleh Bapak Pimpinan Pondok khususnya untuk
membentuk karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Menurut saya Bapak pimpinan pondok tuh kalo
bimbingan agama kan, kaya ceramah juga kan itu termasuk
bimbingan agama kan, nah kita kan ceramah disini setiap hari
jum’at subuh sama malam selasa. Menurut saya bimbingan agama
tuh kaya Bapak pimpinan tuh gak cuma kasih tau kaya akhlak tuh
gini, adab tuh gini, tapi juga karna kadang mengisahkan dari kisah-
kisah nabi gitu, kaya mengisahkan dari suri tauladan ini ini, jadi
kita tuh kaya paham gitu, akhlak tuh kaya gini, kita tuh harus kaya
gini, adab tuh harus kaya gini sama orangtua, sama guru, sama
teman, sama kakak kelas.
12. Apa saja informasi atau ilmu yang kamu dapatkan setelah
mengikuti bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial?
Jawaban : Ilmu yang didapat tuh kaya contohnya bimbingan
agamanya mengenai adab, yang saya dapatkan tuh berarti tuh adab
sesama teman, sama kakak kelas, sama guru, sama orangtua. Terus
adab tuh gak apa yaa, gak semua orang tuh bisa ini loh, bisa paham,
gak semuanya tuh bisa dipahami gitu loh, jadi kita tuh kaya
pendalaman adab itu tuh disitu saya merasa ada kaya lebih
intropeksi diri, lebih mikir lagi gitu, adab tuh kaya gimana secara
keseluruhan globalnya.
13. Apakah penting atau tidak menurut kamu dengan adanya
pelaksanaan bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial santri di Pondok ini? Mengapa?
Jawaban : Menurut saya penting banget, bahkan dibutuhkan.
Karena yang tadi saya bilang tadi kan karakter orang, sifat karakter
itu kan beda-beda yaa, terus jadi orang tuh, ada juga kan orang yang
susah diomongin, yang susah diatur, terus diomongin tuh gak bisa,
terus ada juga tuh yang kalo diomongin harus keras harus lembut
gitu, jadi bimbingan agama kaya gitu tuh penting gitu, tapi itu juga
balik lagi ke diri sendirinya, intropeksi dirinya gimana.
14. Apakah ada pengalaman yang menarik dengan teman-teman dalam
kegiatan sehari-hari, setelah mengikuti bimbingan agama untuk
pembentukan karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Pengalaman menarik sih ada, kaya abis bimbingan
agama, kaya abis dinasehatin, misalnya angkatan saya abis
dinasehatin kalian tuh ini apa, rajinin misalnya rajin sholat ke
masjid gitu, jadi pengalaman menariknya tuh kaya tiba-tiba semua
tuh kaya sholat ke masjid gitu loh, jama’ah gitu, menariknya disitu.
Terus kaya apa-apa bareng gitu, yang awalnya masing-masing, abis
tuh kaya masih kaya bolong-bolong gitu sholatnya, jadi semenjak
bimbingan agama kaya gitu tuh, kaya ada perubahan, semuanya
bareng-bareng gitu.
15. Menurut kamu, apa manfaat bimbingan agama untuk pembentukan
karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Manfaat bimbingan agama tuh menurut saya banyak
manfaatnya, kalo untuk kepedulian sosial itu, yaa salah satunya itu
aja tolong menolong, itukan kepedulian sosial terhadap yang lain
kan, jadi bimbingan agama tuh kaya istilahnya kaya merintah kita
gitu loh, kaya merintah kita ke jalan yang baik dan benar, termasuk
tolong menolong itu, intinya mengarahkan.
16. Apakah dengan adanya bimbingan agama yang diberikan dapat
membentuk karakter kepedulian sosial santri di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban : Insya Allah bisa, cuma yaa walaupun gak secepet itu
gitu, walaupun gak semuanya bisa juga, tapi kan pasti ada, dan
dapat membentuk.
17. Menurut kamu, apa tujuan Pimpinan Pondok memberikan
bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian sosial
santri di Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban : menurut saya yang pasti sih, tujuannya yaa mencetak,
membentuk gitu loh, membentuk kita santriwati-santriwati nya itu
ke jalan yang benar, terus itu tuh kaya membangun sifatnya
membangun kita semua gitu, kaya membentuk karakter gitu loh
istilahnya kan, karakter kan pasti susah yaa, membentuk karakter
yang lebih baik lagi gitu loh, kaya bimbingan agama kan pasti
lingkupnya luas kan ya kak yaa, luas kaya tentang adab, akhlak,
gitu-gitu, pasti kan yang pasti tujuan utama pimpinan yaa mau kita
tuh lebih baik lagi dari sebelum-sebelumnya, lebih tau gitu loh, agar
pengetahuannya lebih luas.
18. Bagaimana hubungan kamu dengan teman-teman setelah mengikuti
bimbingan agama untuk membentuk karakter kepedulian sosial
santri?
Jawaban : Hubungannya lebih deket, lebih solidaritasnya, yang
pasti kesadaran dari temen-temen tuh mulai ada, jadi pikiran tuh
mulai kebuka, jadi intropeksi diri tuh mulai ada gitu loh kak, terus
juga kaya solidaritas kebersamaan semua apa, kerjasama tuh mulai
ada gitu semenjak ada bimbingan agamakaya gitu, kan yang pasti
pimpinan kan mengarahkan yang baik gitu.
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI
Bimbingan Agama Untuk Pembentukan Karakter Kepedulian Sosial
Santri di Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Nama : Lepia Juniza
Usia : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Bengkulu
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir, nama orangtua dan latar
belakang pendidikan).
Jawaban : Lepia Juniza, lahir di Bengkulu 22 Juni 2002, nama ayah
Jaya dan ibu Elpi, kalau ana SDN 02 Bengkulu terus kalo untuk
tingkat MTs di MTs Al-Mahadirohmah Bengkulu.
2. Apa saja aktivitas kamu sehari-hari di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban : Kalau aktivitas tuh full 24 Jam, dari pagi saya bangun
subuh, terus mufrodat, lalu piket bersama, setelah itu saya mulai
makan, setelah makan kita berangkat sekolah sampai dzuhur saya
break atau istirahat sebentar, udah break saya sekolah lagi, udah
sekolah lagi saya sholat ashar, dan sorenya saya extrakurikuler,
semuanya wajib mengikuti extrakurikuler, udah gitu begitu setiap
harinya. Untuk saya sendiri saya ikut extrakurikuler drumband,
jurnalistik, panahan sama basatin, basatin itu bagaimana cara kita
mengelola tumbuhan gitu-gitu.
3. Apakah kamu pernah menolong temanmu ketika mereka
kesusahan? Sebutkan contohnya.
Jawaban : Kalau untuk pribadi, pasti pernah. Karena semua orang
pasti pernah membantu oranglain ketika kesusahan. Karena Islam
juga ngajarin kita buat saling tolong menolong ya. Contohnya kaya
ke temen, karena kita sama-sama jauh dari orangtua, ketika mereka
terpurung lagi ada masalah baik dari rumahnya, jauh dari orangtua,
disana saya merangkul teman saya buat curhat.
4. Apa yang membuat kamu tersentuh ketika menghadapi temanmu
yang kesusahan?
Jawaban : Rasa tersentuh itu kak, datang ketika saya sama-sama
jauh dari orangtua, ketika temen saya terpurung. Ada juga kak,
orang itu kak, emang temen saya tuh broken home, disana tuh saya
kaya, ini anak butuh perhatian dari kita, butuh temen curhat, butuh
kebahagiaan walaupun dia gak dari rumahnya, butuh motivasi
dihidupnya.
5. Apakah yang membuat kamu berpendapat demikian? Apakah
kehidupan di Pondok Pesantren membentuk diri kamu menjadi
seperti itu?
Jawaban : Iya, karena pondok ngajarin saya tuh untuk saling tolong
menolong, karena tolong menolong itu tuh termasuk panca jiwa
yang keempat, itu namanya ukhuwah islamiyah, jadi kita sebagai
umat muslimah itu harus saling tolong menolong, dari pondok ini
saya belajar apa sih itu ukhuwah islamiyah sebenernya gitu.
6. Apakah kamu merasakan ada perubahan pada karakter diri kamu,
menjadi lebih baik dari sebelumnya selama di Pondok Pesantren?
Jawaban : Ya, bener banget jadi selama ana di Pondok, ana ngerasa
karakter diri ana tuh berubah banget dari awalnya ga tau gimana sih
cara sopan santun sama temen, bisa bersosialisasi, dari pondok ana
jadi tau, jadi nambah wawasan.
7. Apakah di Pondok Pesantren ini kamu dan temanmu memang
memiliki karakter kepedulian sosial? Bagaimana bentuknya kamu
kepada temanmu dan juga sebaliknya, karakter temanmu kepada
diri kamu seperti apa?
Jawaban : Kalau untuk kepedulian sosial engga semua orang
mungkin mempunyai kepedulian sosial, ada anaknya emang butuh
waktu lama untuk bersosialisasi, ada juga orang yang kenal,
langsung bersosialisasi jadi tergantung anaknya biasanya. Kalau
untuk karakter temen, saya kan gak tau ya kak, ada kadang tuh
temen yang susah diatur, ketika ada kegiatan, soalnya dalam
organisasi itu kak, lebih susah menasehati temen sendiri daripada
adik kelas, yaa, karakter temen itu ada yang beda-beda, ada yang
baik, ada harinya kaya gini, hari lainnya beda lagi. Mereka bisa
nilai sendiri kadang tuh ada juga waktu saya lagi badmood gitu kan,
nyapa apa gimana, ada juga rasa boring, terus juga ada beberapa
temen yang tau diri gitu ka, kalau saya udah bantuin dia, dari sana
tuh dia mikir mungkin, oh ini yaa, berbalik gitu loh kak, jadi dia
juga bantuin ana, tapi ada juga yang masa bodo amatan gitu kak,
ada juga kaya padahal saya mau bantu, tapi ga perlu gitu. Kaya
acuh tak acuh gitu.
8. Apa aktivitas di Pondok Pesantren Darunnajah 3 yang menurut
kamu bisa mendorong kamu untuk bisa lebih peduli?
Jawaban : Kalau disini sih tentang public speaking kak, untuk kita
bersosialisasi, dan juga sih organisasi kak, organisasi tuh paling
penting disini untuk kita bersosialisasi sama maupun engga sama
temen kita, jadi kita bisa bersosialisasi sama adik kelas, sama kakak
kelas, gimana sikap kita ke temen sendiri, sama kakak kelas, dan
sama adik kelas. Pokoknya yang paling unggul disini tuh
organisasi.
9. Menurut kamu, yang dimaksud dengan karakter kepedulian sosial
santri itu seperti apa?
Jawaban : Karakter kepedulian sosial itu sifat kepedulian sosial,
sifat kepedulian sosial itu tuh umum kak, jadi banyak orang
mikirnya kepedulian sosial tuh kita hanya kaya ngasih uang
mungkin keluar, itu engga, bagi saya sendiri ketika temen kita
butuh temen curhat, lagi ada masalah itu, bagi ana tuh itu
kepedulian sosial. Caranya mungkin dari kelas satu, kelas satu tuh
mereka fasenya tuh ga betah loh kak, mungkin belum bisa
bersosialisasi sama lingkungan disini, kita ngerangkul mereka itu
termasuk kepedulian sosial sendiri bagi ana. Ada juga bakti sosial,
ngasih bantuan yang terkena bencana alam, jadi disini ada one day
one thousand kak, one day one thousand jadi setiap anak satu hari
itu bayar 1.000, dan itu wajib kak, jadi nanti uangnya kita kasih ke
korban bencana, ke kaum dhuafa. Terus nanti ada bulis gitu kak,
yang keliling pake baju pramuka, nanti ada tulisan one day one
thousand, jadi satu hari tuh 1.000, ada yang lebih jadi gitu kak.
10. Apakah pernah mengikuti bimbingan agama dengan Pimpinan
Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban : Iyah, sering kak.
11. Bagaimana tanggapan kamu tentang pelaksanaan bimbingan agama
yang diberikan oleh Bapak Pimpinan Pondok khususnya untuk
membentuk karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Bagi ana sendiri sih ka, wah itu bagus banget, kita jadi
tau dari awalnya karakter kita kurang baik, Alhamdulillah jadi baik.
Dan ada juga contoh kecilnya itu PPM, itu kan adanya di
perkuliahan kak, tapi kita disini udah diajarin gitu, gimana sih cara
ngajarin orang, ngajarin anak, ngajarin kesabaran kita, gimana cara
kita ngadepin orang-orang yang sakit gitu, jadi berguna banget.
12. Apa saja informasi atau ilmu yang kamu dapatkan setelah
mengikuti bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial?
Jawaban : Kalau ilmu yang saya dapat sih, kaya saya belajar
bersosialisasi diwaktu muda, gimana sih caranya menjadi dewasa
sebelum umurnya gitu. Ya jadi dari sana tuh, oh berguna banget, oh
gimana sih cara bersosialisasi dengan kaum dhuafa, dengan yatim
piatu, udah diajarin diusia muda.
13. Apakah penting atau tidak menurut kamu dengan adanya
pelaksanaan bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial santri di Pondok ini? Mengapa?
Jawaban : Bagi ana diri sendiri sih itu penting banget kak, dan juga
kak ngerasa beruntung bisa ngikutin programnya beliau itu setiap
abis subuh, karena gak semua orang bisa dapet ilmu yang seperti
saya gitu kan kak.
14. Apakah ada pengalaman yang menarik dengan teman-teman dalam
kegiatan sehari-hari, setelah mengikuti bimbingan agama untuk
pembentukan karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Ada, biasanya kan kita kalau udah dapet pencerahan dari
Ustadz, kita dikamar ngobrol, yaa gimana yaa bisa membentuk
karakter ini, hari ini bisa nih kita praktekin, ntar tuh beberapa hari
kemudian gak bisa lagi, jadi kita tuh kaya butuh pencerahan terus
gitu. Jadi tiap hari tuh butuh pencerahan dan bimbingan terus dari
Ustadz. Iya karena namanya juga rohani yaa kak, batin kita itu,
butuh siraman rohani gitu.
15. Menurut kamu, apa manfaat bimbingan agama untuk pembentukan
karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Kalau manfaat bagi diri sendiri sih mungkin kita kaya
punya bekal, sama kaya apa yaa kak, tabungan ilmu sebelum kita
ngehadepin dunia luar, kalau dari diri ana sendiri sih kak, kaya saya
belajar bersosialisasi, jadi ntar pas ana keluar, insya Allah bisa
ngehadepin dunia luar, soalnya saya juga cewe kak yaa, gimana sih
dunia luar yang ada cowonya. Jadi kita tuh bener-bener butuh bekal
gimana sih ngehadepin dunia luar yang ada cowonya, dan bekal
yang akan kita jaga.
16. Apakah dengan adanya bimbingan agama yang diberikan dapat
membentuk karakter kepedulian sosial santri di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban : Kalau untuk membentuk karakter santri sih, bagi ana sih
kak tergantung orangnya, biasanya kalau untuk bimbingan setiap
subuh itu ada yang bisa nerima juga karena kan ngantuk yaa ka,
ba’da subuh itu ya Allah subhanallah banget itu ngantuknya ka, jadi
bagi ana sih tergantung orang, tapi rata-rata insya Allah bisa
nerima.
17. Menurut kamu, apa tujuan Pimpinan Pondok memberikan
bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian sosial
santri di Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban : Kalau tujuannya beliau karena kita punya motto sama
misi disini, mottonya itu kak, beliau itu pengen punya kader, jadi
pondok kita ini gak gimana yaa, gak mati setelah alumni udah. Jadi
Bapak pimpinan itu tujuannya itu kaya kita tuh punya modal kaya
kepedulian sosial, setelah itu setelah kita dapat ilmu itu, kita bisa
ngabdi disini kak, ngabdi disini gimana cara ngajar, jadi di Pondok
tuh engga setelah kita lulus pergi, Bapak Pimpinan tuh pengennya
kita lulus kita mengabdi, walaupun gak di Pondok ini, dimana pun
itu. Tujuannya beliau tuh itu.
18. Bagaimana hubungan kamu dengan teman-teman setelah mengikuti
bimbingan agama untuk membentuk karakter kepedulian sosial
santri?
Jawaban : Kalau menurut pribadi, mungkin karena udah aliyah yah
kak udah remaja, lebih baik kita tau gimana bersosialisasi yang
sebenernya, dari awalnya kan saya sama temen, mmm dia bukan
sekamar sama ane ah, masa bodo. Kalau sekarang karena kita udah
dapet bimbingan oh ini temen ane kita ngerangkul bareng, haflah
bareng, lulus bareng, jadi merasa cuek tuh kaya pas di awal-awal
aja gitu kak, dia nangis nih misalnya dikamar lain, yaa masa bodo
gitu loh kak, saya-saya dia-dia. Tapi setelah kita ikut bimbingan, oh
ini loh artinya ukhuwah islamiyah itu berarti disini kan kita sama-
sama jadi orangtua, jadi mereka adalah saudara kita gitu kak.
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI
Bimbingan Agama Untuk Pembentukan Karakter Kepedulian Sosial
Santri di Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Nama : Dini Masluhah
Usia : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Batam
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir, nama orangtua dan latar
belakang pendidikan).
Jawaban : Dini Masluhah, Batam 28 Desember 2002, ayah Asep
Disfojaya ibu Samsiah, SDN 008 Sekupang, yaa kalau SMP nya
tiga tahun di Gontor 3 di Mantingan Ngawi, terus alumnus lanjut
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang.
2. Apa saja aktivitas kamu sehari-hari di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban : Aktivitas sih banyak, mulai dari bangun tidur terus sholat
subuh, terus ngaji, terus abis ngaji kita ada kegiatan kaya sehari-hari
kaya mufrodat gitu, kaya mengulang kosakata bahasa arab bahasa
inggris, itu arab inggrisnya sih sesuai jadwal, kalau semisal jadwal
minggu ini arab yaa arab, kalau minggu depan inggris yaa inggris,
terus abis mufrodat, biasa kaya bersih-bersih pondok, abis itu siap-
siap mau sekolah, abis sekolah yaa biasa sampe jam tiga, abis
dzuhur sih pulang dulu, sholat, makan siang masuk sekolah lagi
sampe jam tiga, pulang sholat ashar, terus ngaji, baru kegiatan
extrakurikuler kaya misalnya bola basket, sama jurnalistik, terus tuh
ada yang mandi, nyuci, atau yang lainnya, terus abis gitu ada yang
hafalan Al-Qur’an, tapi itu tergantung mau ikut atau engga, kalau
yang mau ikut di tes dulu, kalau misalnya tesnya lancer bisa ikut.
Kalau saya sih awalnya ikut, Cuma setahun doang, abis gitu keluar
belum istiqomah soalnya.
3. Apakah kamu pernah menolong temanmu ketika mereka
kesusahan? Sebutkan contohnya.
Jawaban : Insya Allah pernah, tapi engga selalu, kan gak selamanya
kita tuh bisa nolongin, paling cuma kaya bantuin do’a. Contohnya
kaya misalnya acara panitia kaya gini, kan saling tolong menolong,
kan di struktur kan ada ketua, ada wakil, tapi kan gak mesti harus
ketua terus yang jalanin, kan kita saling tolong menolong, terus
kaya misalnya lagi gak punya duit, kan biasa di Pondok kan jauh
dari orangtua, kalau lagi butuh gak punya duit kadang dibantuin
gitu, tapi pernah juga kak, kalau saya lagi banyak kerjaan, terus
teman tuh bilang din, misalnya kaya suruh ini ke ustadzah kaya
lapor gini-gini kadang, mmm gak bisa gitu, soalnya lagi sibuk, yaa
paling suruh gantiin orang atau gak kaya lagi suruh kaya hal
minjemin duit gitu loh kak, lagi gak punya duit disuruh kaya
nombokin dulu, belum bisa kaya gitu.
4. Apa yang membuat kamu tersentuh ketika menghadapi temanmu
yang kesusahan?
Jawaban : Gimana yah, kan kita tuh sama-sama orang yang jauh,
engga sih, maksudnya deket-deket, cuma kadang ada yang lebih
jauh, yaa sedih aja kalau misalnya kaya kitanya punya dianya engga
gitu, kalau misalnya kitanya kaya bisa ngelakuin dianya engga jadi
bisa buat nolongin.
5. Apakah yang membuat kamu berpendapat demikian? Apakah
kehidupan di Pondok Pesantren membentuk diri kamu menjadi
seperti itu?
Jawaban : Engga juga sih, emang dari dulu sama ibu, sama ayah
suruh tolong menolong, cuma semenjak masuk pondok pesantren
jadi kaya sikap tolong menolongnya ditingkatkan, egoisnya agak
dibuang-buang, karena kan hidup bersama gitu.
6. Apakah kamu merasakan ada perubahan pada karakter diri kamu,
menjadi lebih baik dari sebelumnya selama di Pondok Pesantren?
Jawaban : Mmm iya sih ada, kaya misalnya dulunya malas-malasan
sekarang agak rajinan, terus tuh yang dulunya kaya bodo amatan
soalnya aku tuh orangnya kaya bodo amatan gitu loh kak sama
orang, cuek, kalau gak dikenal tuh cuek, tapi kalau misalnya udah
deket, peduli banget. Jadi kalau dulu kan gitu, sekarang kan gara-
gara di Pondok, hidup sama-sama kan gak boleh cuek-cuekan, kaya
harus peka gitu.
7. Apakah di Pondok Pesantren ini kamu dan temanmu memang
memiliki karakter kepedulian sosial? Bagaimana bentuknya kamu
kepada temanmu dan juga sebaliknya, karakter temanmu kepada
diri kamu seperti apa?
Jawaban : Itu sih tergantung orangnya sih kak, kalau misalnya
memang orangnya kaya gitu ya gitu, tapi insya Allah kalau udah
disini tuh semuanya sama. Yaa berbeda-beda sih, ada yang kadang
egois, trerus kadang aku sendiri juga egois, terus kadang ada yang
mungkin rajin, ada yang males, kita sih karena disini sama-sama
jadi kaya kalau misalnya lagi ujian dianya malas ada yang rajin,
saling ngingetin gitu, kalau berubah sikap gitu.
8. Apa aktivitas di Pondok Pesantren Darunnajah 3 yang menurut
kamu bisa mendorong kamu untuk bisa lebih peduli?
Jawaban : Apa yaa, kaya misalnya bangun tidur aja deh kan bisa
bangun sama-sama, jadi saling peduli teman kalau misalnya dia gak
dibangunin ntar telat sholat subuhnya atau kegiatan yang lain telat,
jadi saling peduli gitu. Jadi kita saling bangunin gitu.
9. Menurut kamu, yang dimaksud dengan karakter kepedulian sosial
santri itu seperti apa?
Jawaban : Kaya misalnya yaa seperti tolong menolong, saling peka
terhadap sekitar dan lingkungan, terus engga egois, pokoknya gak
ini deh gak bodo amatan orangnya.
10. Apakah pernah mengikuti bimbingan agama dengan Pimpinan
Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban : Pernah, kan itu juga kaya kewajiban loh kak.
11. Bagaimana tanggapan kamu tentang pelaksanaan bimbingan agama
yang diberikan oleh Bapak Pimpinan Pondok khususnya untuk
membentuk karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Itu menurut saya itu, itu tuh sangat bagus kak, karena
akan membentuk karakter santriwati-santriwati tersebut, kaya
misalnya yang tadinya engga bisa baca Al-Qur’an, gara-gara ada
bimbingan agama, kan biasa dikasih tau kalau baca Qur’an tuh gini-
gini, dapat pahala, jadi dianya bisa lebih mendalami gitu kak. Kalau
misalnya untuk bimbingan agama untuk membentuk kepedulian
sosialnya, sangat bagus juga kak, kita tuh bisa lebih memperbaiki
diri kita sendiri, yang tadinya malas jadi rajin, yang tadinya bodo
amatan jadi peka, jadi kalau misalnya ada sesama temen tuh gak
boleh saling tinggalin, gak boleh saling egois, gak boleh mikirin diri
sendiri, apalagi kalau misalnya dalam suatu acara gitu.
12. Apa saja informasi atau ilmu yang kamu dapatkan setelah
mengikuti bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial?
Jawaban : Banyak, jadi lebih jujur, emosional lebih kaya ngerti
sesama teman, terus tuh lebih mengerti kaya misalnya temen kaya
gini tuh, kita harus gimana, terus kalau kaya kita kaya gini
temennya harus gimana gitu, lebih dewasa.
13. Apakah penting atau tidak menurut kamu dengan adanya
pelaksanaan bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial santri di Pondok ini? Mengapa?
Jawaban : Sangat penting, karena kalau gak ada bimbingan agama
kaya gitu, kita juga gak bakal kalau misalnya ini kaya gini kaya
gitu, kan tujuan kita di Pondok ini juga, biar kita tuh lebih
memperbaiki diri, terus tuh ta’at beribadah juga, terus tuh juga gak
bodo amatan sama temen dan masyarakat lainnya, kan ntar setelah
dari sini kita kan bakal keluar, bakal gabung sama mayarakat luar,
kalau misalnya kita dari awal kita gak tau tentang karakter
kepedulian sosial gimana kita mau bersosialisasi dengan yang
lainnya.
14. Apakah ada pengalaman yang menarik dengan teman-teman dalam
kegiatan sehari-hari, setelah mengikuti bimbingan agama untuk
pembentukan karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Kaya ada sih kaya kepanitiaan gitu, kan kalau untuk
kepanitiaan kan kaya misalnya yang tadinya dia gak mau gini gak
mau kerja, gara-gara adanya bimbingan, kaya lebih kalau kerja
harus ngebantuin, jadi gitu kaya gak terlalu banyak egoisnya.
15. Menurut kamu, apa manfaat bimbingan agama untuk pembentukan
karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Manfaatnya tadi sih, kaya misalnya lebih memperbaiki
diri, terus tuh jadi temen-temen tuh bakalan ngerti sesama, terus tuh
ngerti apa itu solidaritas, terus kaya kebersamaan, kan itu kalau
misalnya kalau udah pada liburan suka pada kangen, gitu-gituan
kaya makan bareng.
16. Apakah dengan adanya bimbingan agama yang diberikan dapat
membentuk karakter kepedulian sosial santri di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban : Iyah sangat-sangat dapat membentuk.
17. Menurut kamu, apa tujuan Pimpinan Pondok memberikan
bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian sosial
santri di Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban : Tujuannya salah satunya mengembangkan pondok ini,
kan pondok itu bakal terlihat bagus, bakal terlihat baik, kalau
kitanya punya karakter sopan santun, segala macem kan,
dikarenakan adanya santri-santri yang ada didalamnya, kalau
misalnya santri-santrinya tidak menunjukkan kepribadiannya yang
sopan, rapih, jujur dan yang lain-lain, kan otomatis orang-orang
juga gak mau masuk ke dalam pondok ini, jadi tujuannya biar
membangun pondok ini juga lebih baik, meningkatkan kualitas
pondok, terus kitanya juga lebih dewasa, dapat menghilangkan sifat
bodo amatan gitu, lebih percaya diri, saling membantu, terus ingin
menciptakan agar santri-santrinya lebih baik kedepannya.
18. Bagaimana hubungan kamu dengan teman-teman setelah mengikuti
bimbingan agama untuk membentuk karakter kepedulian sosial
santri?
Jawaban : Kalau sesama temen-temen yaa memang dari dulu kan
sama-sama, jadi kalau misalnya ada bimbingan yaa paling cuma
didengerin, terus kaya jadi, kita gak boleh gini lagi, misalnya kaya
berantem, kaya udah-udah dewasa, jangan terlalu egois, gini-gini
yaudah paling yaudah gitu, ini sih sebenernya bimbingan sih,
menurut kita kan udah sering yaa kak, jadi tuh gimana yaa, jadi
kaya, penting, cuma kita bakal lebih ini aja memperbaiki diri aja
gitu.
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI
Bimbingan Agama Untuk Pembentukan Karakter Kepedulian Sosial
Santri di Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Nama : Yosvi Anggrariani Putri
Usia : 18 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Bengkulu
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir, nama orangtua dan latar
belakang pendidikan).
Jawaban : Yosvi Anggrariani Putri, Kepahyang 11 Februari 2002,
nama orangtua ayah Sumantri, ibu Meli Susmiyanti, SDN 008
Muisbabatan Bengkulu, kalau SMP Pesantren Ar-rahmah Curug
Bengkulu.
2. Apa saja aktivitas kamu sehari-hari di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban : Sehari-hari di Pondok mulai dari bangun pagi nih, kalau
bangun pagi itu jam 04.00 siap-siap buat sholat subuh ke masjid,
abis itu ngaji, ada kegiatan yang namanya mufrodat atau pemberian
kosakata, setelah itu kan apa saya kan anak tahfidz jadi, abis subuh
itu ngehafal juga ngehafal Al-Qur’an, nah setelah itu, kita siap-siap
kebersihan pondok, abis kebersihan pondok, kita ini misalnya ada
yang belum mandi subuh, itu mandi di jam itu sebelum berangkat
sekolah, sekitar jam 06.30 kita ngambil makan, abis ngambil makan
kita berangkat sekolah, sekolah sampe jam 12.00, nah abis itu
istirahat, sholat dzuhur, trus juga makan siang, abis itu sekolah lagi
sampe jam 15.00, abis itu sholat ashar, abis sholat ashar kita kalau
santri lain biasanya extrakurikuler kaya basket atau sejenisnya,
kalau saya kan tahfidz, jadi ada setoran sama ustadzah, biasanya
dari abis ashar sampe sebelum maghrib, itu setoran, nah abis itu
sholat maghrib, abis maghrib, makan, terus sholat isya abis sholat
isya, baru kegiatan misalnya kalau ada kegiatan belajar bareng, atau
kegiatan lain kaya ada acara, latihan sampe jam 22.00. Karena jam
22.00 santri udah wajib masuk asrama.
3. Apakah kamu pernah menolong temanmu ketika mereka
kesusahan? Sebutkan contohnya.
Jawaban : Namanya di Pondok kita itu diajarin buat saling
menolong satu sama lain, dan mamah ane juga bilang selagi kamu
bisa buat nolong orang kenapa engga, walaupun itu hanya misalkan
kaya sepotong roti, kalau kamu punya sepotong roti dan kamu laper
dia laper, bagi dua. Kata mamah ane begitu, nolong satu sama lain.
Contohnya di Pondok, tolong menolong nih kak, misalnya kaya kita
lagi ada kan kalau apa, misalnya kaya kebersihan, biasanya kita kan
jadi penanggungjawabnya, kan gak mungkin, kan namanya disini
‘ado atau anggota, ‘ado itu susah diatur, nah disana kita ikut
berpartisipasi buat ngebantu temen, gimana caranya yang anggota-
anggota itu bisa gerak bisa jalan kan, susah-susah gampang loh kak,
ngatur mereka. Kalau di prinsip saya gini, namanya ‘ado bakalan
ngikutin si roisnya atau si penanggung jawabnya, jadi kita harus
nyontohin, setidaknya kita gini loh, kita nyapu aja bentar dikit, jadi
gini loh baru kita bisa nyuruh ‘ado, kalau ane sih kak kaya kalau
nyuruh ‘ado tanpa kita gerak duluan tuh gak enak. Kamu nyuruh
orang, kamu aja gak gerak. Jadi ‘ado gak berfikiran ‘alah dia cuma
gini-gini doang, gitu.
4. Apa yang membuat kamu tersentuh ketika menghadapi temanmu
yang kesusahan?
Jawaban : Tersentuh, kaya pengen nolongin gitu, yaa karna emang
tabi’atnya manusia saling menolong. Kalau tolong menolong itu,
gak harus pandang bulu, jadi perasaan buat nolong itu, timbul
sendiri loh kak, kaya kamu itu harus nolong orang, jangan egois
kalau jadi orang, suatu saat mungkin kamu bakalan jadi kaya dia,
jangan egois kalau buat nolong orang, tolonglah selagi bisa, jangan
sis-siain yang ada didepan mata sedangkan itu sebuah kebaikan.
Nah gitu kak.
5. Apakah yang membuat kamu berpendapat demikian? Apakah
kehidupan di Pondok Pesantren membentuk diri kamu menjadi
seperti itu?
Jawaban : Iyah, pondok pesantren membentuk saya menjadi anak
yang bisa bertanggung jawab, anak yang disiplin, terus juga
memang visi misi pondok menjadikan generasinya itu menjadi
generasi yang beradab, berakhlakul karimah, makanya disisi tolong
menolong harus di tanam dalam diri kita buat dapet tolong
menolong orang lain, harus bisa gitu loh kak.
6. Apakah kamu merasakan ada perubahan pada karakter diri kamu,
menjadi lebih baik dari sebelumnya selama di Pondok Pesantren?
Jawaban : Iyah, ada. Sebelumnya kalau kan kalau diluar urak-
urakan lah biasa, bandel juga bandel banget, terus lalai, yaa kaya
orang lalai, malas-malasan, terus gimana ya kak, kalau misalnya
ama orang lain kaya bodo amatan, yaa dia ini gitu, tapi kalau udah
masuk pondok udah, itu tuh ente tuh agama islam, islam aja
ngajarin kaya gini kaya gini, masa kamu engga mengamalkan itu,
gitu loh kak. Kan ane masuk pondok ini pas SMP cuma beda
pondok, karena dari SD tuh tidak tertanam sedikit pun pengen
masuk sekolah diluar, engga kak, pengen sekolah diluar, gak
tertanam sama sekali, masuk Pondok Pesantren Darunnajah itu pas
SMA kak, selama di Pondok ane gak pernah dimudifah atau
dijenguk kak, gak pernah sama sekali, berarti udah 1 tahun ½ gak
pernah dijenguk sama sekali, nah disitu dibikin ane jadi lebih
dewasa, kaya kamu itu bakalan jalanin hidup, jadi jadilah orang
yang bisa menjalani hidup dengan tangguh dan bertanggung jawab,
nah gitu.
7. Apakah di Pondok Pesantren ini kamu dan temanmu memang
memiliki karakter kepedulian sosial? Bagaimana bentuknya kamu
kepada temanmu dan juga sebaliknya, karakter temanmu kepada
diri kamu seperti apa?
Jawaban : Iyah, karena solidaritas. Misalnya bentuknya kerjasama,
dalam sebuah organisasi kaya sekarang, sekarang kan lagi ada acara
nih, jadi kepedulian sosial mereka terhadap saya, gimana mereka
berpartisipasi, kaya nolong satu sama lain dan ane nya gimana sama
mereka, biar acara itu tuh dapat berjalan dengan baik, jadi jangan
sampe ada egois, jangan sampe ada saling memanfaatkan satu sama
lain, harus kerja bareng.
8. Apa aktivitas di Pondok Pesantren Darunnajah 3 yang menurut
kamu bisa mendorong kamu untuk bisa lebih peduli?
Jawaban : Ini kaya organisasi, karena kita disana, kaya acara-acara
kita harus ikut terjun, gimana caranya ngehadepin orang, gimana
caranya bersosialisasi sama orang kaya masyarakat juga.
9. Menurut kamu, yang dimaksud dengan karakter kepedulian sosial
santri itu seperti apa?
Jawaban : Karakter kepedulian sosial tidak egois, iyah gak egois
dan dia dapat berbaur satu sama lain.
10. Apakah pernah mengikuti bimbingan agama dengan Pimpinan
Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban : Pernah kak, setiap hari hehehe.
11. Bagaimana tanggapan kamu tentang pelaksanaan bimbingan agama
yang diberikan oleh Bapak Pimpinan Pondok khususnya untuk
membentuk karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Bagus, yaa kalau pimpinan pondok udah ngomongin
masalah karakter kepedulian sosial, yaa itu yaa menekankan banget
kaya kalian itu adalah generasi-generasi jiwa penerus bangsa, jadi,
jadilah generasi yang harus disiplin, saling tolong menolong, yaa
gitu kak. Pokoknya kalau beliau udah ngomongin masalah
kepemimpinan, panjang gitu.
12. Apa saja informasi atau ilmu yang kamu dapatkan setelah
mengikuti bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial?
Jawaban : Lebih bertanggung jawab, kaya lebih terbuka loh kak
sama orang lain, kan apa saya kan orangnya kaya lebih tertutup
jadi, kalau udah misalnya kaya ngikutin beliau ngomong, jadi orang
itu dapat nolong satu sama lain, terbuka, gitu jadi lebih terbuka aja.
13. Apakah penting atau tidak menurut kamu dengan adanya
pelaksanaan bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial santri di Pondok ini? Mengapa?
Jawaban : Penting, sangat penting sekali. Karena, adanya
bimbingan itu jadi santri yang awalnya belum tau jadi tau.
14. Apakah ada pengalaman yang menarik dengan teman-teman dalam
kegiatan sehari-hari, setelah mengikuti bimbingan agama untuk
pembentukan karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Jadi kaya tiba-tiba semuanya, jadi misalnya nih, misalnya
disuruh sholatnya 15 menit sebelum adzan udah ada di masjid, jadi
semuanya tiba-tiba 15 menit sebelum adzan, udah ada semuanya
didalam masjid, gitu.
15. Menurut kamu, apa manfaat bimbingan agama untuk pembentukan
karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Yaa untuk membentuk kepribadian atau jiwa sosial yang
lebih tinggi lagi.
16. Apakah dengan adanya bimbingan agama yang diberikan dapat
membentuk karakter kepedulian sosial santri di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban : Pasti, karena memang agama mengajarkan kepedulian
sosial, jadi pasti dengan adanya bimbingan agama dapat
membentuk karakter kepedulian sosial di Pondok ini.
17. Menurut kamu, apa tujuan Pimpinan Pondok memberikan
bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian sosial
santri di Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban : Menciptakan generasi yang lebih baik daripada generasi
yang sebelumnya.
18. Bagaimana hubungan kamu dengan teman-teman setelah mengikuti
bimbingan agama untuk membentuk karakter kepedulian sosial
santri?
Jawaban : Lebih baik lagi, karena kita udah mengetahui, udah tau
ilmunya, misalnya kalau sesama temen itu gak boleh berantem lebih
dari tiga hari, lebih apa yaa kak, lebih baik aja dari sebelumnya.kan
kita udah dapet ilmu, terus solidaritasnya juga jadi lebih kuat, lebih
peduli lagi sama yang lain.
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI
Bimbingan Agama Untuk Pembentukan Karakter Kepedulian Sosial
Santri di Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Nama : Nurul Fadlah Musyarofah
Usia : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Serang
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir, nama orangtua dan latar
belakang pendidikan).
Jawaban : Nurul Fadlah Musyarofah, Serang 13 Mei 2003, nama
orangtua ayah Timu, ibu Eti, MI Model 02 Serang.
2. Apa saja aktivitas kamu sehari-hari di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban : Aktivitas sehari-hari biasanya dari pagi, bangun jam
03.30 untuk melaksanakan sholat tahajud, setelah itu siap-siap
untuk pergi ke masjid menunaikan sholat subuh, lalu mufrodat,
setelah itu membersihkan pondok kegiatan seharinya bersih-bersih
pondok, jam 07.00 teng itu masuk kelas, sampe jam 12.00 istirahat,
lalu makan siang, lanjut lagi belajar sampe jam 14.30, udah selesai
ada beberapa waktu untuk istirahat sebentar, lanjut sholat ashar,
setelah sholat ashar pelaksanaan kegiatan bersih-bersih pondok,
iyah bersih-bersih pondoknya dua kali, pagi dan sore, abis bersih-
bersih pondok abis gitu extrakurikuler, yang diikutin oleh santri,
bersih-bersih pondoknya dipiket, dijadwal, ada yang piket halaman,
ada yang piket teras, semuanya dapet jatah. Kemudian setelah itu,
udah selesai bersih-bersih, jam 17.30 berangkat ke masjid untuk
melaksanakan sholat maghrib, setelah itu lanjut isya, abis isya
keluar kamar untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
belajar malam gitu, jadi semua santriwati tuh gak boleh di dalam
kamar setelah isya, jadi ada kegiatan belajar sampe jam 21.30,
setelah melakukan mufrodat malam, pengulangan mufrodat yang
tadi pagi dikasih, setelah itu tidur jam 22.00.
3. Apakah kamu pernah menolong temanmu ketika mereka
kesusahan? Sebutkan contohnya.
Jawaban : Alhamdulillah pernah, contohnya kaya lagi ada kegiatan
butuh bantuan untuk ngangkat-ngangkat sesuatu, menolong sesama
teman, membantu juga, biar semua pekerjaan kan kalau dilakuin
bareng-bareng enteng gitu, semuanya tolong menolong.
4. Apa yang membuat kamu tersentuh ketika menghadapi temanmu
yang kesusahan?
Jawaban : Ketika di situ kita melihat, karena sesungguhnya gak
semua orang tuh belum tentu sama kaya kita, pas kita menolong dia
dalam hal kaya kekurangan kebutuhan untuk beli sesuatu, kita
bantu, oh ternyata ada yang lebih membutuhkan dari kita gitu. Jadi
yaa tersentuh, oh di luar tuh masih ada yang lebih dibawah dari kita
gitu.
5. Apakah yang membuat kamu berpendapat demikian? Apakah
kehidupan di Pondok Pesantren membentuk diri kamu menjadi
seperti itu?
Jawaban : Alhamdulillah semenjak masuk pondok kehidupan saya
menjadi lebih baik.
6. Apakah kamu merasakan ada perubahan pada karakter diri kamu,
menjadi lebih baik dari sebelumnya selama di Pondok Pesantren?
Jawaban : Alhamdulillah semenjak masuk pondok, kepribadian diri
itu udah berubah, dari yang tadinya masih belum disiplin waktunya,
segala macam, Alhamdulillah pas masuk pondok semuanya insya
Allah bisa. Udah tau waktu, udah teratur.
7. Apakah di Pondok Pesantren ini kamu dan temanmu memang
memiliki karakter kepedulian sosial? Bagaimana bentuknya kamu
kepada temanmu dan juga sebaliknya, karakter temanmu kepada
diri kamu seperti apa?
Jawaban : Insya Allah kita semua memiliki karakter kepedulian
sosial. Karakter diri teman maupun diri saya, semuanya sama-sama
sebaliknya, kaya saya melakukan karakter saya ke teman saya, kaya
tolong menolong, segala macam, itu kalau saya misalkan nolong
teman, yaudah teman itu bakal nolong juga, sebaliknya kaya gitu.
Tapi nih kak, ada juga yang membantu ada juga yang engga,
misalnya kalau lagi piket kadang suka ngandelin saya aja, kadang
ada dua-duanya kerja. Ada yang saling ada yang engga gitu, tapi
insya Allah mayoritas mereka suka membantu.
8. Apa aktivitas di Pondok Pesantren Darunnajah 3 yang menurut
kamu bisa mendorong kamu untuk bisa lebih peduli?
Jawaban : Aktivitasnya yaa kaya setiap ada acara, kita selalu
dibutuhkan, kesolidaritasannya, kebersamaannya.
9. Menurut kamu, yang dimaksud dengan karakter kepedulian sosial
santri itu seperti apa?
Jawaban : kepedulian sosial jadi, kepedulian sosial bukan hanya
kepada teman, soalnya kepedulian sosial, sosial kan mencakup
semuanya yang ada di dalam pondok pesantren, semuanya umum
gitu yaa, di dalam pondok kan ada adik kelas, ada kakak kelas. Jadi
yaa intinya mencakup semuanya, jadi kita harus peduli kepada siapa
pun.
10. Apakah pernah mengikuti bimbingan agama dengan Pimpinan
Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban : Alhamdulillah pernah kak.
11. Bagaimana tanggapan kamu tentang pelaksanaan bimbingan agama
yang diberikan oleh Bapak Pimpinan Pondok khususnya untuk
membentuk karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Jadi yang membentuk karakter yang lebih paham tentang
agama, dewasa, begitu kan, kaya lebih mengetahui lebih dalam lagi
soal tentang agama, yang tadinya kita gak tau jadi tau, gitu.
Bimbingan dari pimpinan tentang agama tuh sangat dibutuhkan
sangat penting. Bisa menambah ilmu dan dapat membentuk
karakter juga kan, insya Allah.
12. Apa saja informasi atau ilmu yang kamu dapatkan setelah
mengikuti bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial?
Jawaban : Ilmu, yaa yang tadinya, ilmunya tuh banyak yang dari
kita misalkan kaya tentang agama, tadi soal tentang warisan, segala
macam, nah kan kita tadinya gak ngerti, warisan tuh apa. Lalu juga
Alhamdulillah dengan adanya bimbingan agama tuh kak, bisa dapet
membentuk karakter yang lebih baik lagi, terus juga kehidupan kita
jadi lebih baik dari sebelumnya gitu kak, lalu juga kita dapet ilmu
tentang kisah-kisah tentang pemimpin khulafaur Rasyidin,
pimpinan sering kasih kita tentang khulafaur Rasyidin tentang sifat-
sifatnya, gimana karakternya, kebijakan-kebijakan seorang
Khulafaur Rasyidin, itu semua kasih ke kita, dikasih tau,
dipraktekan, diterapkan.
13. Apakah penting atau tidak menurut kamu dengan adanya
pelaksanaan bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial santri di Pondok ini? Mengapa?
Jawaban : Karena di Pondok ini tuh, bukan hanya di Pondok, nanti
kan suatu saat pasti akan keluar, dikondisi sosial masyarakat yang
lebih umum yang lebih luas, bukan hanya mencakup ke pondok.
Jadi kita harus mempunyai kepribadian yang bagus, yang baik yaa.
14. Apakah ada pengalaman yang menarik dengan teman-teman dalam
kegiatan sehari-hari, setelah mengikuti bimbingan agama untuk
pembentukan karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Alhamdulillah banyak, jadi kita semakin paham, semakin
sadar kalau kita belum bisa melaksanakan perbuatan yang baik,
lebih sadar, kita lebih menyadari diri. Lalu yang menariknya itu
seperti pertama tuh kadang susah untuk bersih-bersih gitu, trus
diajaknya susah segala macam, setelah ada bimbingan dari
pimpinan, kita Alhamdulillah langsung punya kesadaran diri,
bahwa kita tuh udah punya tanggung jawab yang dikasih oleh
pimpinan.
15. Menurut kamu, apa manfaat bimbingan agama untuk pembentukan
karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Manfaatnya setelah mendapat bimbingan dari pimpinan,
yaa salah satunya itu membentuk dan menjadikan santri yang lebih
baik yang tadinya belum baik menjadi lebih baik.
16. Apakah dengan adanya bimbingan agama yang diberikan dapat
membentuk karakter kepedulian sosial santri di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban : Insya Allah dapat membentuk karakter kepedulian sosial.
17. Menurut kamu, apa tujuan Pimpinan Pondok memberikan
bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian sosial
santri di Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban : Karena pimpinan tau kita tuh belum baik, belum lebih
dari kata sempurna, kurang dari kata sempurna, memang gak ada
yang sempurna, tapi untuk mejadi lebih itu ada cara buat yang lebih
baik, jadi yaa tujuannya tuh pimpinan ingin kita menjadi karakter,
pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Manfaat masuk
pondok juga kan, merubah sikap, merubah pribadi kita yang tadinya
kurang bagus, jadi lebih bagus. Kurang peduli dengan oranglain,
jadi peduli, jadi semuanya diajarin dan dibimbing dari pondok.
18. Bagaimana hubungan kamu dengan teman-teman setelah mengikuti
bimbingan agama untuk membentuk karakter kepedulian sosial
santri?
Jawaban : Setelah bimbingan agama, hubungan dengan teman, iya
kak, pasti ada aja masalahnya, sifat atau karakter teman kan beda-
beda, jadi setelah ada bimbingan dari pimpinan di situ ada yang
menerima ada yang kurang, walaupun itu yang memberikan
pimpinan, jadi kita saling mengingatkan sesame teman, yang belum
terbuka hatinya, jadi untuk selebihnya kita mengingatkan lagi.
Alhamdulillah walaupun ada perbedaan, hubungan tuh tetep satu,
gak boleh terpisah, jadi kita sesama teman harus saling
mengingatkan, jika dia belok ke jalan yang salah, kita lurusin lagi
ke jalan yang benar.
PEDOMAN WAWANCARA SANTRI
Bimbingan Agama Untuk Pembentukan Karakter Kepedulian Sosial
Santri di Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Nama : Firyaal Aurora Yaasmiin
Usia : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Anyer, Cilegon
Tempat Wawancara : di Pondok Pesantren Darunnajah 3
1. Perkenalan (nama, tempat tanggal lahir, nama orangtua dan latar
belakang pendidikan).
Jawaban : Firyaal Aurora Yaasmiin, Cilegon 19 Mei 2003, ayah
Hilaludin dan ibu Susri Nurul H. SDN Anyer 04, SMP 2 Tahun di
Pondok Pesantren Darul Qolam, 1 tahun di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang.
2. Apa saja aktivitas kamu sehari-hari di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban : Banyak sih, dari subuh bangun, sholat subuh, abis sholat
subuh tuh, biasanya kita tuh disini ada mufrodat, apalagi kita ini
udah jadi penanggung jawab, kita yang ngasih mufrodatnya, abis
mufrodat yaa biasa setelah itu kita rapih-rapih, kita bersih-bersih,
abis itu siap-siap berangkat ke sekolah, terus di sekolah tuh kita
sampai jam 15.00, abis jam 15.00 kita sholat ashar, abis sholat ashar
tuh ngaji, piket pondok, abis piket pondok kita ada yang
extrakurikuler, ada yang main-main gitu, kalau saya ikut
extrakurikuler drumband, abis extrakurikuler itu, saya siap-siap
buat sholat maghrib, 17.30 itu kita sudah untuk disuruh ke masjid,
abis maghrib ngaji, makan, terus siap-siap sholat isya, terus abis
isya kita belajar sampe jam 22.00, baru istirahat lagi.
3. Apakah kamu pernah menolong temanmu ketika mereka
kesusahan? Sebutkan contohnya.
Jawaban : Pernah, mmm kaya kalau kita kan ini, kalau makan kaya
nyuci piringnya bareng-bareng, terus gimana kalau yang gak bisa,
diwakilin dulu kaya gitu, kadang ngerjain PR bareng-bareng, terus
kaya acara perkemahan, jadi kita kaya udah dibagi-bagi tugas, tapi
ane kemaren bantuin lepia bikin patok tenda, terus bantuin dia bikin
gapura juga.
4. Apa yang membuat kamu tersentuh ketika menghadapi temanmu
yang kesusahan?
Jawaban : Soalnya ane mikir takut, kalau ane kesusahan nanti takut
gak ada yang bantuin gitu.
5. Apakah yang membuat kamu berpendapat demikian? Apakah
kehidupan di Pondok Pesantren membentuk diri kamu menjadi
seperti itu?
Jawaban : Apa di pondok tuh lebih sering sama temen-temen sih,
jadi lebih terbukanya sama temen-temen, kalau dirumah tuh lebih
tertutup aja gitu, kalo di pondok lebih terbuka. Di pondok juga
membentuk kepedulian sosial saya lebih baik kak.
6. Apakah kamu merasakan ada perubahan pada karakter diri kamu,
menjadi lebih baik dari sebelumnya selama di Pondok Pesantren?
Jawaban : Iyah, alasannya kalau misalkan dirumah tuh kadang
masih suka sholatnya males-malesan, ngajinya males-malesan, kan
kalau di pondok tuh, yaa mau gak mau kita harus ngelakuin, kaya
terus juga ada dorongan dari temen-temen, ayoo gitu diajak sama
temen-temen, jadi kaya bisa lebih berubah dikit-dikit, terus juga
yang tadinya males-malesan bisa kebawa rajin, terus juga dulu tuh
ane suka nolong tapi gak terlalu juga, masih kadang malu,
canggung, juga beda, kalau gabung juga suka gak nyambung, suka
beda topik gitu, jadi gak masuk.
7. Apakah di Pondok Pesantren ini kamu dan temanmu memang
memiliki karakter kepedulian sosial? Bagaimana bentuknya kamu
kepada temanmu dan juga sebaliknya, karakter temanmu kepada
diri kamu seperti apa?
Jawaban : Misalkan kaya lagi kepanitiaan kaya gini, saling
membantu aja gitu, terus juga kalau misalkan lagi di apa, di asrama,
kita kan udah dapet bagiannya masing-masing, tapi kan ga harus
bagian itu juga yang kerja, kita juga bisa bantu, kaya ane kan bagian
bahasa, terus juga bantuin bagian keamanan, terus juga bantuin
bagian kebersihannya, buat menggebrak santriwati biar piket,
mereka juga begitu bantuin ane. Jadi disini tuh saling membantu aja
kak.
8. Apa aktivitas di Pondok Pesantren Darunnajah 3 yang menurut
kamu bisa mendorong kamu untuk bisa lebih peduli?
Jawaban : Aktivitas keorganisasian, kaya kepanitiaan, kita kan kalo
di kepanitiaan, kita kan gak boleh egois, kita gak harus mikir kita
bagian ini kerjainnya ini aja, engga, kalau selagi kita bisa bantu,
kita bantu gitu.
9. Menurut kamu, yang dimaksud dengan karakter kepedulian sosial
santri itu seperti apa?
Jawaban : Karakter kepedulian sosial tuh, kaya kita tuh peduli
sesama lingkungannya sama temen-temen sekitarnya.
10. Apakah pernah mengikuti bimbingan agama dengan Pimpinan
Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban : Pernah kak, soalnya itu udah kewajiban.
11. Bagaimana tanggapan kamu tentang pelaksanaan bimbingan agama
yang diberikan oleh Bapak Pimpinan Pondok khususnya untuk
membentuk karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Yaa itu membantu ane juga buat sadar, kalau hidup itu
gak bisa sendiri, makanya kaya misalkan pimpinan ngasih nasehat
atau bimbingan ke kita, yaa didengerin, soalnya kan memang kita
gak selamanya hidup sendiri, kita juga butuh orang lain, dan orang
lain juga masih butuh kita juga, karena kita gak selamanya hidup di
pondok.
12. Apa saja informasi atau ilmu yang kamu dapatkan setelah
mengikuti bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial?
Jawaban : Ilmunya tuh kita tuh bisa lebih peduli, kaya lebih ngertiin
temen-temen ane juga, oh dia tuh sifatnya kaya gini, jadi ane harus
sesuaiin juga sama dianya, terus kalau yang kaya gini, ane harus
gini, jadi gak bisa egois sendiri juga, udah bisa memahami karakter
temen sendiri.
13. Apakah penting atau tidak menurut kamu dengan adanya
pelaksanaan bimbingan agama untuk pembentukan karakter
kepedulian sosial santri di Pondok ini? Mengapa?
Jawaban : Penting, penting banget. Kalau kita gak dapet bimbingan
kaya gitu kan, apa, diantara kita aja masih ada aja yang egois, kalau
gak terus-terusan dikasih bimbingan agama seperti itu kan, ntar kita
gak sadar, egois juga, kan gak terbentuk organisasi juga kalau gak
ada bimbingan, tidak terarah.
14. Apakah ada pengalaman yang menarik dengan teman-teman dalam
kegiatan sehari-hari, setelah mengikuti bimbingan agama untuk
pembentukan karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Mmm banyak sih, itu kaya kita sih kalau apa-apa kan
bareng terus, jadi ngapa-ngapain bareng, piket bareng, terus juga
kaya ane pernah ama temen ane tuh, itu dia cuek banget awalnya
kaya gak pernah mau ngertiin temen-temennya. Jadi setelah lama
kelamaan jadi ngertiin karena sering juga dapet bimbingan dari
pimpinan.
15. Menurut kamu, apa manfaat bimbingan agama untuk pembentukan
karakter kepedulian sosial santri?
Jawaban : Manfaatnya membuat kita tuh lebih peduli kepada
sekitar, jadi gak acuh gitu.
16. Apakah dengan adanya bimbingan agama yang diberikan dapat
membentuk karakter kepedulian sosial santri di Pondok Pesantren
Darunnajah 3?
Jawaban : Kalau itu tergantung orangnya sih kalau menurut ane,
kalau gitu kan ada yang mau dengerin ada yang udah dikasih tau dia
malah ngobrol, terus gak mau dengerin, gak sedikit juga yang gak
dengerin.
17. Menurut kamu, apa tujuan Pimpinan Pondok memberikan
bimbingan agama untuk pembentukan karakter kepedulian sosial
santri di Pondok Pesantren Darunnajah 3?
Jawaban : agar kita tuh sebagai santri bisa peduli, bisa ngerangkul
adik kelasnya juga, bisa hormat ke kakak kelasnya, jadi gak sopan
sama kakak kelas tuh gak ada gitu.
18. Bagaimana hubungan kamu dengan teman-teman setelah mengikuti
bimbingan agama untuk membentuk karakter kepedulian sosial
santri?
Jawaban : Makin deket sih, makin saling ngerti, makin gampang
apa-apanya, kaya kalau lagi ada butuh apa-apanya gampang, terus
juga kalau lagi berorganisasi juga, kepanitiaan-kepanitiaan kan di
pondok kan cuma satu acara atau dua acara, banyak juga acara-
acaranya, terus kaya dari acara satu ke acara lain tuh beda, pertama
dia kaya gini, yang kedua dia berubah. Tapi solidaritasnya makin
kesini makin kuat. Ada perubahanlah intinya kak dari setelah dapat
bimbingan.
CATATAN LAPANGAN
Pada tanggal 15 September 2019 saya untuk pertama kalinya
ke Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten. Pada saat itu
saya belum pernah bawa motor sendiri ke daerah Serang,
akhirnya saya diantar oleh teman saya dengan menggunakan
mobil, kebetulan teman saya tersebut tahu lokasi Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang tersebut. Setelah begitu sampai di
Serang, sudah terlihat dan tertera Pondok Pesantren Darunnajah,
begitu mendekat, ternyata bukan Ponpes Darunnajah 3, tetapi
Ponpes Darunnajah 14 yaitu kampus khusus untuk putra, dan
akhirnya saya melanjutkan perjalanan tersebut, jaraknya lumayan
jauh dari Ponpes Darunnajah 14 itu. Setelah itu, akhirnya bertemu
dengan Ponpes Darunnajah 3 Serang.
Jarak antara rumah saya ke Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang, sekitar 2 jam, apabila macet bisa sampai 3 jam. Saya
berangkat dari pukul 09.00 pagi hingga sampai ke lokasi pukul
11.00 siang. Saya berfikir apabila saya menggunakan kendaraan
umum untuk sampai ke lokasi penelitian, cukup banyak juga,
yaitu dari rumah saya harus berjalan kaki atau naik ojek sampai
ke tempat menuju naik angkot, lalu setelah itu naik angkot arah
Pasar Pandeglang. Setelah itu naik angkot menuju ke Serang
turun di Palima, sesampainya di Palima naik angkot kembali arah
Ciomas turun di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang. Belum
lagi pulangnya apabila kesorean itu, kendaraan umum dari Pasar
Pandeglang menuju ke rumah saya sudah tidak ada apabila lewat
dari pukul 17.00 atau 18.00 sore. Maka dari itu saya memutuskan
untuk meminta antar kepada teman saya dengan menggunakan
kendaraan pribadi.
Setelah sesampainya di lokasi pukul 11.00, saya melihat
sekitar lingkungan Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang,
sangat bersih sekali begitu pun halamannya. Setelah saya di
dalam pondok, terlihatnya sepi tidak melihat 1 orang pun
santriwati yang berkeliaran, padahal itu hari minggu, saya kira
hari minggu itu mereka libur, waktunya dijenguk oleh
keluarganya, ternyata tidak. Tidak begitu lama akhirnya peneliti
bertemu dengan seorang Ustadzah pengabdian yang sedang
mengendarai motor menuju keluar pondok, akhirnya di situlah
peneliti menanyakan tentang santriwati di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang ini, dan Ustadzah itu memberitahu
bahwasannya mereka hari minggu ada Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) dari pagi hingga sore hari. Karena mereka ada kegiatan
belajar mengajar hingga sore hari, akhirnya peneliti pun
memutuskan untuk pulang.
CATATAN LAPANGAN
Pada tanggal 21 September 2019, peneliti datang lagi ke
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten. Hari itu saya
memberanikan diri untuk membawa motor sendiri ke Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang dan ditemani oleh saudara saya.
Setelah sesampainya di Pondok, peneliti menemui salah satu
ustadz yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang
tersebut, yaitu Ustadz Ahmad Darussofi S.Pd, ia selaku sekretaris
di Pondok Pesantren Darunnajah 3 tersebut, dari situ peneliti
meminta izin untuk observasi di Pondok Pesantren Darunnajah 3,
peneliti pun menyerahkan surat observasi kepada Ustadz Ahmad
Darussofi, setelah itu peneliti mengobrol dengan Ustadz Ahmad
mengenai Bimbingan Agama di pondok ini, dan juga
pembentukan karakter kepedulian sosial di pondok ini. Setelah
berbincang-bincang mengenai santriwati dan bimbingan
agamanya, peneliti pun langsung meminta izin untuk melakukan
observasi langsung, untuk mengikuti kegiatan keseharian
santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten.
Selain mengalami kendala dalam hal jarak yang cukup jauh
serta kendaraan umum yang tidak memungkinkan. Untuk kendala
di dalam pondok pesantren sendiri, ialah saya mengalami kendala
dengan waktu luang santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten. Karena setiap kali saya berkunjung ke Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang, untuk bertemu dengan santriwati
selalu terhalang dengan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
mereka, yang setiap hari fokus belajar dari pagi hingga sore,
terkecuali di hari jum’at mereka libur, akan tetapi waktu liburnya
mereka pun tidak sepenuhnya untuk istirahat seharian. Ada
kegiatan lain juga yang biasa mereka lakukan di setiap hari
jum’at itu, seperti kuliah subuh (bimbingan agama), muhadatsah
(percakapan bahasa Inggris/bahasa Arab), lari pagi (olahraga),
pembersihan umum (bersih-bersih lingkungan), dan nisaiyah
(bimbingan karakter kewanitaan). Akan tetapi setelah mereka
selesai sekolah, mereka pulang ke asramanya masing-masing
untuk ganti pakaian dan istirahat sebentar, disela-sela istirahat itu
mereka meluangkan waktunya ke kamar mandi untuk mengambil
wudhu, tidak lama kemudian terdengar suara gebrakan dari
seorang pengurus dengan menggunakan tongkat kayu yang di
pukuli ke tiang besi, hanya dengan mendengar suara tongkat kayu
yang dipukuli tersebut, mereka langsung bergegas keluar kamar
dan sudah menggunakan mukena dan bersiap-siap untuk
melaksanakan shalat ashar berjama’ah di masjid. Setelah itu
santriwati pun pulang ke asramanya masing-masing untuk
mengganti pakaian kembali, lanjut kegiatan extrakurikuler yang
mereka ikuti, setelah melakukan kegiatan extrakurikuler tanpa
disuruh peneliti melihat santriwati langsung melakukan bersih-
bersih pondok dan mereka sudah punya kesadaran sendiri karena
sebelumnya sudah dibagi kelompok untuk melakukan kegiatan
piket bersama tersebut.
CATATAN LAPANGAN
Pada tanggal 20 Oktober 2019 peneliti datang kembali ke
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, ditemani dengan
saudara saya. Hari itu pun sama peneliti bertemu kembali dengan
Ustadz Ahmad Darussofi S,Pd selaku sekretaris Pondok
Pesantren Darunnajah 3, peneliti menyerahkan surat izin
penelitian, dan Ustadz Ahmad menyuruh peneliti untuk
menyerahkannya langsung kepada pimpinan pondok, lalu peneliti
pun menanyakan rumah KH. Busthomi Ibrohim, M.Ag (Pimpinan
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten) berada disebelah
mana, setelah itu diarahkan dan peneliti pun sampai ke rumahnya.
Sesampainya dirumah Pak Kyai yang keluar anaknya dan
peneliti menanyakan Pak Kyai kepada anaknya tersebut, tak lama
kemudian Pak kyai keluar dengan ekspresi bingung, karena
sebelumnya tidak ada yang membuat janji dengan beliau, lalu
beliau berkata ada apa, peneliti mengenalkan diri begitu asalnya
dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk melakukan penelitian
di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang ini. Beliau berkata
apabila ada perlu dengan beliau harus menghubunginya terlebih
dahulu, karna hari jum’at itu waktu saya untuk istirahat, dan kala
itu peneliti tidak mempunyai nomor kontaknya, maka dari itu
peneliti langsung datang ke rumahnya, dan peneliti pun merasa
sangat mengganggu sekali.
Lalu peneliti langsung dipersilahkan duduk oleh Pak Kyai,
setelah itu peneliti langsung memulai pembicaraan yang akan
disampaikan kepada Pak Kyai, bahwasannya peneliti mau
memberikan surat izin untuk melakukan penelitian di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten ini, lalu Pak Kyai
membaca surat tersebut dan sedikit menanyakan perihal apa yang
akan diteliti oleh peneliti. Peneliti berbincang-bincang mengenai
Bimbingan Agama untuk pembentukan karakter kepedulian sosial
santriwati di Pondok Pesantren Darunnajah 3 dan seputar Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten itu sendiri.
Pak Kyai mengatakan bahwasannya Bimbingan Agama di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang ini, dilakukan seminggu
dua kali, yaitu malam selasa dan jum’at setelah melaksanakan
ibadah shalat subuh berjama’ah di masjid. Lalu beliau juga
mengatakan untuk pembentukan karakter kepedulian disini apa
yang dilihat, apa yang dikatakan, apa yang didengar oleh ustadz
atau ustadzah di sini mereka ikuti, dan untuk membentuk karakter
santriwati di Pondok ini pun dapat melalui Bimbingan Agama,
dengan menggunakan metode ceramah dan praktek. Di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang ini pun ada kegiatan Bimbingan
untuk membentuk karakter seorang wanita, namanya Nisaiyah.
Nisaiyah merupakan salah satu kegiatan bimbingan agama yang
mengajarkan dan membentuk karakter kewanitaan yang baik
kepada santriwati, contohnya seperti diajarkan bagaimana tata
cara berbicara, tingkah laku yang baik kepada sesama maupun
yang lebih tua, tata cara makan dan minum yang baik, tata cara
berpakaian yang baik untuk kaum wanita, lalu mengenai jenis
olahraga yang diajarkan oleh Rasulullah, sampai tata cara
membereskan setelah makan diajarkan. Karena di Pondok
Pesantren Darunnajah 3 Serang ini khusus untuk putri, jadi sangat
penting sekali untuk diadakannya Bimbingan Nisaiyah ini kepada
santriwati-santriwati.
Tidak lama kemudian peneliti pun disuruh oleh Pak Kyai
menemui Ustadz Ahmad Darussofi, untuk memberikan surat izin
penelitian tersebut. Setelah itu peneliti pamit, dan langsung ke
ruang sekretariat pondok pesantren untuk menemui Ustadz
Ahmad Darussofi, dikarenakan itu hari jum’at, ustadz-ustadz pun
pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat jum’at, dan akhirnya
peneliti pun menunggu sambil melanjutkan observasi, mengikuti
kegiatan keseharian santriwati-santriwati.
. Setelah selesai sholat jum’at, peneliti mendengar suara
adzan yang menunjukkan saatnya menunaikan sholat dzuhur,
karena peneliti tidak diizinkan untuk masuk ke asrama santriwati,
peneliti pun hanya bisa melakukan observasi di sekitar asrama
mau di depan ataupun di samping asrama tersebut. Di situ peneliti
melihat santriwati langsung bergegas ambil wudhu dan pergi ke
masjid untuk melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah, peneliti
melihat santriwati setelah masuk masjid mereka langsung
merapikan shaf barisan shalat mereka, tanpa disuruh oleh bagian
pengurusnya. Setelah melaksanakan shalat dzuhur mereka tidak
langsung pergi ke asramanya masing-masing akan tetapi mereka
terbiasa dengan berdzikir dan berdo’a terlebih dahulu yang selalu
dipimpin oleh Pak KH. Busthomi Ibrohim, M.Ag, selaku
pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten. Setelah
dzikir selesai, di masjid itu terdapat santriwati yang menetap
untuk mengaji terlebih dahulu dan adapun yang langsung pulang
ke asramanya masing-masing.
Setelah itu, peneliti mencoba menanyakan kepada salah satu
santriwati, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang ini dan meminta izin
untuk masuk ke dalam kamar atau asrama mereka, akan tetapi
santriwati itu mengatakan bahwa tidak diperbolehkan untuk tamu
memasuki kamar atau asrama santriwati, karena sudah
peraturannya seperti itu, di sini lah termasuk hambatan peneliti
juga selama melakukan penelitian, tidak diizinkan untuk
memasuki asrama santriwati, di Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten ini, bisa dikatakan peraturannya amat sangat ketat
sekali. Sekalipun peneliti sudah izin ke pihak Pondok Pesantren,
tetap saja tidak diizinkan karena sudah peraturan dari Pondok
Pesantren Darunnajah 3 sendiri seperti itu, bagi tamu ataupun
keluarga dari santriwati tersebut tidak diizinkan untuk memasuki
ruangan santriwati (Asrama Santriwati). Jadi peneliti merasa
kesulitan ketika observasi. Dalam hal ini, peneliti mencari solusi
agar melakukan observasinya di sekitar depan asrama dan di
sekitar lingkungan Pondok Pesantren, akan tetapi tidak masuk
asrama santriwati dikarenakan dilarang bagi para tamu.
Setelah itu peneliti pun sampai lupa bahwa harus menemui
Ustadz Ahmad Darussofi, karena ada amanah dari Pak Kyai
untuk memberikan surat izin penelitian yang ada sedikit catatan
yang harus dibaca oleh Ustadz Ahmad Darussofi. Peneliti pun
langsung pergi menuju ruang sekretariat, Alhamdulillah Ustadz
Ahmad Darussofinya ada di dalam, sebelum masuk ke ruang
sekretariat peneliti melihat santriwati sedang membersihkan
ruang-ruang di sekitar pondok, maupun itu teras, halaman dan
dalam gedung lainnya. Termasuk masjid tempat beribadah
mereka pun, mereka yang membersihkan sendiri. Lalu, peneliti
pun masuk ke dalam ruang sekretariat dan memberikan surat izin
penelitian yang disuruh oleh Pak Kyai tadi, Ustadz Ahmad
Darussofi pun membuka amplop tersebut dan membaca tulisan
yang tertera di surat itu, lalu beliau mempersilahkan peneliti
untuk menanyakan perihal atau data apa saja yang diperlukan,
peneliti langsung menanyakan perihal sejarah pondok pesantren
ini, begitu pun visi-misi pondok pesantren apa saja, lalu keadaan
lingkungan di pondok pesantren, dan juga menanyakan perihal
bentuk karakter kepedulian sosial santriwati di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang ini. Lalu setelah peneliti berbincang-
bincang dengan Ustadz Ahmad Darussofi, peneliti pun langsung
pamit. Lalu ketika peneliti berniat untuk melakukan penelitian
selanjutnya, peneliti mencoba menghubungi Ustadz yang ada di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 setelah itu mendapat kabar
santriwati-santriwati sedang pada libur dari tanggal 25 November
sampai 10 Desember 2019. Hal itulah yang menjadi faktor
hambatan peneliti dan terlihat mengulur-ulur waktu selama
proses penelitian.
CATATAN LAPANGAN
Bersyukur Alhamdulillah ketika peneliti observasi pada
tanggal 13 Desember 2019, santriwati-santriwati sedang free,
karna belum ada kegiatan yang aktif. Ketika itu mereka habis
liburan selama dua minggu, dari tanggal 25 November sampai 10
Desember 2019. Jadi ketika masuk pondok tidak langsung aktif
seperti kegiatan yang seperti biasanya dilakukan, di situ peneliti
sangat bersyukur karna dapat mewawancarai santriwati-santriwati
dengan leluasa dan bebas kapan saja.
Adapun kendala peneliti pada hari itu, cuaca yang kurang
mendukung yaitu musim hujan. Membuat peneliti kebingungan
untuk berangkat penelitian ke Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang Banten. Akan tetapi dengan segala niat dan usaha,
akhirnya peneliti dapat mengatasinya. Sesampainya di Pondok
Pesantren, peneliti pun langsung menghampiri santriwati-
santriwati yang sedang kumpul di aula, terlihat mereka sedang
bergotong royong dan menyiapkan untuk acara esok hari, yaitu
acara laporan pertanggung jawaban sekaligus pergantian
pengurus. Santriwati pun langsung menghampiri peneliti dan
menanyakan ada yang perlu kita bantu kak, baru peneliti akan
menjawab, ada salah satu santriwati yang mempersilahkan
peneliti untuk duduk terlebih dahulu sebelum menjelaskan,
akhirnya peneliti pun menjelaskan. Lalu setelah itu peneliti pun
langsung mewawancarai santriwati-santriwati tersebut. Ketika
peneliti meminta tolong agar santriwati tersebut bersedia peneliti
wawancara, mereka pun langsung bersedia tanpa memikir
panjang lagi, di situlah peneliti antusias sekali kepada mereka
yang rela membantu peneliti untuk menyusun skripsi ini, sampai
terdapat salah satu dari santriwati yang peneliti wawancarai,
mereka sampai rela memberikan sebuah buku pedoman yang di
dalamnya terdapat data yang peneliti butuhkan juga. Akan tetapi
di hari itu, tidak semua santriwati di situ langsung akrab dan
mengobrol-ngobrol dengan peneliti, ada saja yang bersikap cuek,
dan dingin terhadap peneliti. Akan tetapi rata-rata mereka
karakternya baik-baik dan tingkat kepedulian sosialnya tinggi,
terhadap tamu apalagi ke sesama temannya. Peneliti melihat
langsung santriwati-santriwati saling membantu temannya yang
sedang kesusahan memasang banner di panggung, walaupun itu
bukan bagiannya sendiri, tapi di situ peneliti dapat menilai
mereka memiliki tanggung jawab yang besar, dan memiliki
kesadaran dalam dirinya bahwa sesama teman itu harus saling
tolong menolong dan peduli. Peneliti pun bdapat menilai bahwa
solidaritas mereka sangat kuat.
Setelah wawancara dengan santriwati, waktunya shalat
dzuhur pun tiba, kami pun langsung pergi ke masjid dan
melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah di masjid. Setelah shalat
dzuhur dengan seperti biasa santriwati pun berdzikir dan berdo’a
terlebih dahulu dan peneliti pun mengikutinya berdzikir bersama-
sama. Setelah selesai menunaikan ibadah shalat dzuhur, peneliti
pun melihat ada Pak Kyai sedang ada di depan rumah menuju
keluar, dan terlihat sedang mengontrol sekitar asrama-asrama
santriwati, lalu peneliti pun langsung menghampiri Pak Kyai
untuk meminta izin mewawancarai beliau, dan akhirnya beliau
pun bersedia. Setelah peneliti selesai mewawancarai, peneliti pun
pamit. Karena peneliti merasa lapar, akhirnya peneliti membeli
mie rebus di kantin sekitar pondok pesantren tersebut bersama
teman peneliti di gazebo sambil memandang pemandang
lingkungan pondok pesantren. Setelah selesai makan di gazebo
yang disediakan oleh pondok pesantren, peneliti pun pulang.
CATATAN LAPANGAN
Pada tanggal 23 Januari 2020, peneliti kembali datang ke
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang Banten, untuk menginap
sehari semalam di sana. Karena paginya peneliti harus ke kampus
terlebih dahulu, akhirnya peneliti pun berangkat dari Ciputat pada
pukul 14.30 sampai ke Pondok pukul 21.00, peneliti pergi ke
Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang di temani oleh teman,
perjalanan dari Ciputat ke Pondok Pesantren Darunnajah 3
Serang itu, lumayan sangat jauh. Selama di perjalanan peneliti
pun tidak lupa mengabarkan kepada pihak pondok pesantren,
bahwasannya peneliti akan datang ke pondok dan menginap
disana. Sesampainya di Stasiun Rangkasbitung peneliti pun
melaksanakan shalat ashar terlebih dahulu, sebelum melanjutkan
perjalanan menuju pondok pesantren. Lalu stelah melaksanakan
shalat ashar peneliti dan teman peneliti melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang, peneliti
pun kebingungan karna handphone peneliti mati, dan sangat
beruntung sekali ada santriwati yang sedang berkeliaran, akhirnya
peneliti pun meminta tolong santriwati tersebut untuk
memanggilkan Ustadz Ahmad Darussofi, dan akhirnya santriwati
itu pun dengan gerak cepatnya membantu peneliti untuk
memanggilkan Ustadz Ahmad Darussofi.
Tak lama kemudian Ustadz Darussofi pun datang masuk ke
ruang sekretariat, dan membukakan pintu lalu mempersilahkan
peneliti untuk masuk ke ruang sekretariat, di situ peneliti
langsung saja menanyakan bagaimana cara peneliti untuk
memesan kamar penginapan, karena di Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang Banten ini, tamu maupun keluarga dari
pihak santriwati pun tidak diperkenankan atau diperbolehkan
untuk menginap di asrama atau kamar santriwati, sudah
disediakan tempat penginapan khusus untuk tamu yang dimana
biaya penginapannya semalam itu sebesar Rp.200.000 apabila
memesan kamar bawah, berbeda lagi dengan kamar atas yaitu
dikenakan biaya sebesar Rp.180.000 tidak ada bedanya dari segi
fasilitas, semuanya sama. Hanya karena kalau diatas kita harus
naik tangga ke atas, dan biayanya dikurangi Rp.20.000. lalu
peneliti pun diantar oleh Ustadz Ahmad Darussofi untuk
memesan kamar penginapan tersebut, di gedung itu sudah ada
pengurus yang tugasnya melayani setiap ada yang mau menginap.
Akhirnya peneliti pun memesan kamar yang dibawah, karena
apabila di atas sepi sekali, dan tidak ada yang menginap,
kebetulan yang di kamar bawah ada yang menginap juga, jadi dua
kamar bawah itu terisi, peneliti pun tidak merasa ketakutan.
Sebelum peneliti masuk kamar, Ustadz Ahmad Darussofi ini
langsung menanyakan apakah peneliti akan langsung mengikuti
kegiatan santriwati lagi, akhirnya peneliti pun langsung
menjawab iya, Ustadz Ahmad mengatakan kebetulan santriwati
sedang ada acara di aula, yaitu perlombaan miss nisaiyah,
kegiatan nisaiyah merupakan salah satu kegiatan bimbingan yang
mengajarkan serta membentuk karakter kewanitaan pada
santriwati.
Sesudah memesan kamar tersebut dan mengobrol sedikit
dengan ustadz, akhirnya diberi kunci dan di dalam kamarnya
sudah tertata rapih, lalu peneliti langsung masuk, dan langsung ke
kamar mandi untuk mengambil wudhu untuk menunaikan shalat
isya terlebih dahulu. Setelah menunaikan shalat isya di kamar
penginapan, peneliti pun langsung keluar kamar untuk mengikuti
kegiatan perlombaan miss nisaiyah yang sedang berlangsung
pada malam itu. Pada pukul 21.15 acara miss nisaiyah itu pun
sudah dimulai, peneliti melihat para santriwati pun sangat
antusias sekali dengan acara tersebut, acara perlombaan miss
nisaiyah ini merupakan salah satu acara santriwati yang beberapa
terpilih menjadi miss wanita yang memiliki karakter yang baik,
berakhlakul karimah, di situ mereka di perlombakan kembali
untuk dipilih salah satu di antara mereka yang akan menjadi miss
nisaiyah. Di perlombaan tersebut santriwati ditanya mengenai
perihal bagaimana tata cara berbicara yang baik, berperilaku
sopan santun, tata cara makan dan minum yang benar, duduk
yang benar, berpakaian yang baik, menyebutkan jenis olahraga
yang diajarkan Rasulullah, hingga tata cara membereskan setelah
makan, dan masih banyak lagi pertanyaan seputar karakter
kewanitaan. Dari perlombaan miss nisaiyah tersebut, mereka
dipilih sesuai dengan akhlak dan adabnya dan juga bagaimana
sikap santriwati tersebut menjawab pertanyaan dari juri.
Tidak terasa sudah pukul 23.00, para santriwati yang
menonton pun sudah ada yang merasa ngantuk dan sampai ada
yang tidur di kursi tersebut, akan tetapi acara ini terus berjalan
dan penonton santriwati yang tidur pun dibangunkan oleh
pengurus yang ditugaskan menjadi bagian keamanan. Tidak
semua mengantuk bahkan terdapat santriwati yang masih terlihat
semangat sekali hingga terdengar suaranya yang sedang
mensupport temannya yang menjadi finalis miss nisaiyah.
Akhirnya pukul 24.00 pun tiba, sudah diumumkan oleh juri 5
finalis miss nisaiyah yang akan di perlombakan kembali esok
harinya, acara pun di tunda dan di lanjutkan malam esok hari.
Santriwati pun pulang ke asrama masing-masing untuk
beristirahat, karena mereka harus bangun pukul 03.00 untuk
menunaikan shalat tahajud dan shalat subuh berjama’ah, lalu
dilanjutkan dengan kegiatan bimbingan agama dari Pak KH.
Busthomi Ibrohim, M.Ag. Pukul 03.00 sudah tiba santriwati pun
dibangunkan oleh bulis, bulis yang dimaksud ialah mereka
pengurus yang sudah dijadwalkan oleh pihak pondok pesantren
untuk menjaga keamanan pondok dan membangunkan santriwati-
santriwati pada saat subuh tiba. Setelah dibangunkan, santriwati-
santriwati pun langsung mengambil wudhu dan langsung pergi ke
masjid untuk menunaikan shalat tahajud berjama’ah yang biasa
diimami oleh pengurus. Peneliti pun langsng bergegas untuk
pergi ke masjid untuk mengikuti shalat tahajud berjama’ah
bersama para santriwati. Setelah shalat tahajud selesai santriwati
pun tidak langsung pulang ke asramanya untuk menunggu subuh,
akan tetapi mereka tetap di masjid dan mengaji di masjid sambil
menunggu adzan subuh, tidak lama kemudian, datanglah Pak KH.
Busthomi Ibrohim, M.Ag selaku Pimpinan Pondok Pesantren
Darunnajah 3 Serang dan Pembimbing Agama yang biasa
memberikan bimbingan agama kepada santriwati setiap hari
jum’at subuh, dan malam selasa.
Adzan pun dikumandangkan, setelah itu kami pun shalat
berjama’ah di masjid dan setelah selesai shalat seperti biasa
santriwati-santriwati pun berdzikir dan berdo’a yang di pimpin
oleh Pak Kyai. Setelah itu langsung kegiatan bimbingan agama di
masjid yang diberikan oleh Pak Kyai selaku pembimbing agama
di Pondok ini, dengan menggunakan metode ceramah. Materi
yang disampaikan mengenai Mukmin yang hakiki. Peneliti pun
melihat ketika Pak Kyai menanyakan surat Al-qur’an atau hadits,
santriwati langsung antusias dan cepat sekali merespon, dari
itulah peneliti merasa kagum dan terharu, sungguh santriwati di
pondok pesantren ini pintar-pintar dan selalu menghargai
siapapun itu. Dari beberapa santriwati yang mengikuti bimbingan
agama tersebut, ada saja yang mengantuk, dan peneliti melihat
ada santriwati yang membantu dan membangunkan temannya
agar tidak tidur karena sedang ada bimbingan agama dari
pimpinan pondok. Dari situ pun sudah terlihat dan peneliti bisa
menilai bahwa santriwati sangat peduli terhadap teman
sesamanya, maupun juga adik tingkatnya.
Setelah bimbingan agama selesai, peneliti pun mengobrol
sebentar dengan Pak Kyai dan meminta izin untuk mengikuti
kegiatan santriwati untuk seharian ini, dan Pak Kyai pun
mengizinkan dan mempersilahkan kepada peneliti. Lalu setelah
berbincang-bincang dengan Pak Kyai, peneliti pun ke kamar
untuk menyimpan mukena, dan lanjut mengikuti kegiatan
santriwati lagi, yaitu muhadatsah, muhadatsah disini merupakan
suatu percakapan antara sesame santriwati dengan menggunakan
bahasa Arab dan bahasa Inggris, adapun apabila tidak melakukan
percakapan, yaitu menulis mufradat atau percakapan yang
diperintahkan untuk dihafal oleh santriwati, setelah hafal
disetorkan kepada pengurusnya. Setelah melakukan muhadatsah,
mereka pun langsung melaksanakan kegiatan senam pagi
(olahraga) lalu, setelah olahraga santriwati sudah terbiasa
membersihkan lingkungan pondok pesantren, tanpa diperintah
kembali, karena memang sudah dijadwalkan di kelompokan.
Peneliti melihat para santriwati bersih-bersih dengan semangat
dan saling bantu sesama temannya. Solidaritas mereka dan
kebersamaan mereka yang membuat peneliti tersentuh. Ada yang
membersihkan masjid, gedung penginapan tamu, kamar mandi,
halaman, asramanya masing-masing, hingga ruang-ruang ustadz
dan ustadzahnya pun santriwati yang membersihkan. Mereka
terbiasa dengan kegiatan gotong royong seperti ini, hingga
akhirnya lingkungan Pondok Pesantren Darunnajah 3 Serang pun
bersih dan nyaman.
Setelah peneliti keliling dan mengikuti kegiatan santriwati,
terdapat pula santriwati yang masih membersihkan depan
asramanya akan tetapi temannya yang disekelilingnya ada yang
sedang sarapan, tidak membantu temannya yang masih bersih-
bersih, hanya sebagian saja tidak banyak. Karakter santriwati
berbeda-beda akan tetapi dengan rata-rata karakter santriwati di
Pondok Pesantren Darunnajah 3 ini baik, sopan santun, ramah,
dan tingkat solidaritasnya tinggi. Setalh bersih-bersih selesai,
akhirnya peneliti duduk di depan kamar penginapan, dan pada
pertemuan ini, santriwati sudah merasa sangat akrab sekali
dengan peneliti. Mereka mulai berani menceritakan masa-masa
dirumah mereka, mereka juga mulai berani mengajak peneliti
bercanda. Bahkan beberapa dari mereka juga mulai curhat baik
mengenai kondisi mereka di pesantren maupun kondisi keluarga
mereka. Ketika mengobrol dengan santriwati, ada salah satu
santriwati yang membawakan peneliti sarapan, di situ pula
peneliti bisa menilai mereka peduli terhadap siapapun, sekali pun
itu bukan orang yang dikenal.
LAMPIRAN-LAMPIRAN