bila kau memang alien, seharusnya kau bisa menemaniku...

18
Bila kau memang alien, seharusnya kau bisa menemaniku berkelana mengelilingi dunia. Kita dapat menemukan takdir-takdir yang orang lain enggan jelajahi. – Dewi Kharisma Michelia : Surat Panjang Tentang Jarak Kita Yang Jutaan Tahun Cahaya Ada satu sisi yang luput dari perjalanan di masa kecilku di kota Malang dahulu. Karena selalu naik mobil, aku selalu melewatkan satu titik penting di kota apel ini. Padahal jika naik kereta, pasti akan menyempatkan mampir ke daerah ini, lokasi yang tak terlalu jauh dari alun-alun kota. Pertengahan bulan lalu aku kembali ke kota dingin ini, dan mendapat kesempatan untuk menginap di Hotel Tugu Malang, yang terletak di salah satu titik historik kota, tepat berhadapan dengan alun- alun Tugu, yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan penting lainnya, Gedung Balaikota, Gedung DPRD, Gedung Markas Komando Militer, gedung SMA. Dan tepat di poros ujungnya, salah satu titik transportasi, Stasiun Tugu Malang. Hotel Tugu agak sulit ditemukan padahal lokasinya strategis, karena ia tersembunyi di dalam barrier‘ pepohonan hijau di depannya, mengurangi kebisingan kendaraan yang lalu lalang di depannya, dan menciptakan suasana sejuk dan dingin di dalamnya. Pepohonan, pensuplai utama oksigen, melingkupi hampir semua latar depannya.

Upload: dotu

Post on 01-Mar-2018

226 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Bila kau memang alien, seharusnya kau bisa menemaniku berkelana mengelilingi dunia. Kita

dapat menemukan takdir-takdir yang orang lain enggan jelajahi.

– Dewi Kharisma Michelia : Surat Panjang Tentang Jarak Kita Yang Jutaan Tahun Cahaya

Ada satu sisi yang luput dari perjalanan di masa kecilku di kota Malang dahulu. Karena selalu naik

mobil, aku selalu melewatkan satu titik penting di kota apel ini. Padahal jika naik kereta, pasti akan

menyempatkan mampir ke daerah ini, lokasi yang tak terlalu jauh dari alun-alun kota.

Pertengahan bulan lalu aku kembali ke kota dingin ini, dan mendapat kesempatan untuk menginap

di Hotel Tugu Malang, yang terletak di salah satu titik historik kota, tepat berhadapan dengan alun-

alun Tugu, yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan penting lainnya, Gedung Balaikota, Gedung

DPRD, Gedung Markas Komando Militer, gedung SMA. Dan tepat di poros ujungnya, salah satu titik

transportasi, Stasiun Tugu Malang.

Hotel Tugu agak sulit ditemukan padahal lokasinya strategis, karena ia tersembunyi di dalam

‘barrier‘ pepohonan hijau di depannya, mengurangi kebisingan kendaraan yang lalu lalang di

depannya, dan menciptakan suasana sejuk dan dingin di dalamnya. Pepohonan, pensuplai utama

oksigen, melingkupi hampir semua latar depannya.

Nuansa tropis begitu kuat ketika menemukan gerai resepsionis yang berada di luar, tanpa

pengudaraan maupun pencahayaan buatan. Udara mengalir yang sudah terfilter oleh hijau

dedaunan itu ditambah dengan senyum manis pegawai hotel yang mengenakan kebaya putih dan

kain batik. Hangat dan akrab amat melingkupi suasana di sini.

Masuk ke tengah, aku menemui atrium yang besar, dengan dua sitting groups di ujungnya, tempat

menunggu, bertemu dan bertegur sapa. Sebuah meja besar dengan vas bunga diletakkan di tengah,

sentral dari ketiga koridor selanjutnya. Di atasnya, terletak coffee shops tempat menikmati

hidangan sore. Koridor ke kanan dan ke kiri menuju sayap bangunan yang berisi kamar, sementara

koridor yang lurus dengan area reception tadi menuju kolam renang dan dining room serta berbagai

ruang pertemuan. Kolom-kolom besar di keempat sudut atrium menopang atap dari bangunan

sentral ini. Kalau di bangunan-bangunan lain kolom terletak di sudut dan disembunyikan dalam

dinding, tidak demikian di sini. Ada jarak antara kolom dengan dinding sekitar 1.2 m. Aku tidak

tahu kenapa, apa mungkin untuk menciptakan kesan privacy untuk sitting groups di ujung?

Kamarku Superior Deluxe, terletak di ujung kanan sesudah melewati koridor selebar 2 meter.

Seluruh dindingnya berwarna putih kecuali di belakang headboard yang berwarna merah delima

sehingga memberikan kontras yang kuat. Sebuah tempat tidur besar dari kayu jati dengan kasur

empuk dilengkapi bed cover putih memanggil-manggil untuk ditiduri sesudah menyetir berkeliling

Malang tadi. Dua nakas dari kayu di kanan dan kiri untuk meletakkan barang-barang kecilku.

Di hadapan, satu kursi untuk istirahat dan televisi. Di sudutnya, satu meja tulis untuk bekerja atau

sekadar menulis notes, dan satu meja makan untuk bersantap beserta sekeranjang buah-buahan

tertata manis di atasnya. Kamar mandinya dilengkapi dengan kaca besar di atas meja lavatory yang

cantik. Yang unik, bathub-nya bukan terbuat dari keramik, melainkan dari logam dengan tekstur

kasar, sehingga tidak takut licin di dalamnya.

Salah satu kamar terbaik di sini adalah Apsara Suite, yang berukuran 200 m2. Begitu masuk, ada foyer

yang bisa digunakan sebagai tempat spa pribadi dengan privasi tinggi. Di dalamnya terdapat

daybed dengan rangka kayu yang menghadap televisi, meja makan dari marmer bersalut taplak

dengan kain etnik, dan bathub terbuka di tengah taman. Suasana romantis begitu terasa di sini

ditemani oleh permainan cahaya lampu. Masuk ke kamar tidurnya yang sangat luas, ditutup oleh

kelambu pelangi menyembunyikan aktivitas di baliknya. Kamar tidur ini juga dilengkapi oleh kamar

mandi dan lemari-lemari pakaian yang berukir. Kombinasi nuansa Persia dan India sepertinya kuat

sekali di sini.

Keluar dari Apsara suite dan melintasi lorong sebelahnya, aku mendapatkan fasilitas welcome

massage di Apsara Spa, yang berada di lantai paling atas sehingga ruangannya sangat privat.

Terdapat dua ruang spa beserta bathub unik dengan dekorasi India dengan terapis yang bisa

menyamankan sesudah perjalanan jauh.

Selain itu, di antara atrium lobby dan restoran terdapat kolam renang untuk bersantai. Lampu-

lampu temaram cantik di sekelilingnya memberi kesan romantis untutuk bercakap-cakap di tepian.

Namun kalau malam hari kolam ini tidak dipergunakan.

Hotel Tugu memiliki dining room yang unik, karena ada beberapa pilihan ruangan khas di

dalamnya. Restorannya yang bernama Melati Restaurant yang terletak di tepi kolam renang

menyajikan masakan khas Indonesia dengan citarasa asli yang dipertahankan, maupun masakan ala

western untuk memenuhi selera lidah tamu-tamunya yang kebanyakan berasal dari mancanegara.

Ruang makan yang unik di sini adalah Soekarno’s Room, satu ruangan yang agak dalam dengan set

kursi yang didekorasi dengan gambar Garuda Pancasila dan foto proklamator Indonesia, Ir.

Soekarno dan Ibu Fatmawati. Sementara sisi lainnya difungsikan sebagai tempat meletakkan snack

kecil dan minuman, dengan jam dinding kuno dan hiasan dinding berupa kusen jendela yang

berasal dari rumah kuno. Dengan warna temaram mengelilingi ruangan, suasananya intim dan

magis.

Di sebelah Soekarno’s Room adalah Babah Room yang kuat sekali dengan nuansa merah Pecinan.

Ruang makan ini didominasi oleh ukiran-ukiran khas Cina, patung-patung kayu yang menemani,

juga dinding panjang dengan backdrop kayu dan lukisan. Aku duduk di sini untuk menikmati

makan malam yang kupesan, Tugu Steak, Chicken Gordon Blue dan Salad. Percakapan beberapa

orang di sini terlihat begitu hangat, karena warna ruang yang diciptakan terkesan remang, kecuali

pada lampu-lampu yang menyinari atas meja.

The Sugar Baron Room yang bisa diintip dari tempatku duduk di Babah Room adalah ruangan

dengan pesona yang kuat sekali. Mataku langsung tertumbuk pada lukisan Putri Gula Oei Hui Lan di

sudut yang langsung kukenali karena sudah sering kulihat di beberapa buku. Mata putri yang sendu

dan rambutnya yang panjang dalam guratan hitam putih itu memberi kesan seram. Tetapi

keindahan ruangannya mereduksi kesan itu. Satu meja panjang dengan kursi-kursi ukir yang

mengelilinginya dilengkapi dengan aneka perlengkapan makan dari kristal. Di sisi-sisi dinding,

lemari-lemari antik dengan berbagai peninggalan di dalamnya memperkuat pesonanya. Lantai kayu

yang antik membuat orang tidak bisa berjalan buru-buru di atasnya karena akan berisik.

Ruangan ini dibangun sebagai penghargaan terhadap pengusaha gula terbesar di Asia Tenggara,

Oei Tiong Ham, yang merupakan salah satu dari orang terkaya di Asia pada awal abad 20. Perabot-

perabot langka di sini berasal dari masa antara Dinasti Han dan Dinasti Ching di Cina. Ruangan ini

sekarang disewakan untuk exclusive lunch, dinner, atau private conference yang bisa menampung

hingga 40 orang. Kecuali kamu punya indera keenam yang cukup kuat, seharusnya ruangan ini

tidak membuat merinding. Tapi tatapan sang putri memang agak membuat gentar.

Tepat di sebelah Sugar Baron Room, adalah ruangan Bangsal Merah Boepati, yang bisa menampung

pertemuan untuk 20 orang, bernuansa Jawa dengan beberapa furnitur berukir di sini. Ruangan ini

memiliki atrium terbuka ke taman luar, sehingga suasananya lebih santai.

Keesokan paginya, aku berkeliling ke berbagai ruangan cantik dengan nuansa beberapa tempat di

dunia. The Silk Road, salah satu ballroom dengan nuansa Persia, menjadi salah satu ruangan

unggulan yang sering disewa untuk mengadakan acara. Setelah memasuki foyer remang dengan

pencahayaan tersembunyi, aku masuk ke satu koridor yang memang mengingatkan pada istana di

padang pasir di Timur Tengah sana. Lukisan-lukisan khas Timur tengah menemani hingga satu sofa

panjang di ujung. Barulah masuk pada ruangan utama yang bisa menampung 200-300 orang.

Di area The Silk Road ini terdapat meja pajang untuk menyajikan hidangan, beberapa meja sudut

dengan ukiran-ukiran dan cermin, juga bar yang menyajikan minuman bagi para tamu. Di tengah,

terdapat stage untuk menarik perhatian. Rasanya memang tempat ini cocok untuk mengadakan

acara pernikahan kecil dengan tamu-tamu yang dikenal baik. Aku membayangkan di malam

sebelumnya ketika ruangan ini dipakai untuk pesta ulang tahun pernikahan, pasti ramai oleh senda

gurau reuni kawan-kawan yang saling dekat.

Melintasi satu taman kecil dengan koridor berkanopi kaca, aku menuju ruangan dengan gaya

Mongol. Interior gelap dan berat mendominasi, diperkuat dengan lukisan Jengis Khan di salah satu

sisi. Sepertinya tempat ini cocok sebagai tempat bernegosiasi antar pimpinan yang tidak seramai di

area Persia tadi. Warna merah sebagai aksen ditampilkan di sana sini. Seluruh lantainya

menggunakan marmer putih dan langit-langit hitam. Dengan pencahayaan dari sisi kanan dan kiri,

memang agak berkesan misterius.

Perjalanan kami teruskan ke Sahara. Tentu bukan gurun pasir itu, tapi satu area yang untuk menuju

ke sana melalui satu koridor panjang yang dramatis. Warna ungu lembut di dinding-dindingnya,

permainan lampu pada langit-langit, dan motif tegel di lantainya membuat paerasaan menyusuri

satu misteri di ujung sana. Lorong sepanjang 30 meter yang dinamakan Endless Love Avenue ini

sukses mendramatisasi perasaan, apalagi di ujungnya, lukisan dari Belgia, seolah menyambut

kemenangan cinta.

Apabila dipergunakan, Sahara yang divisualisasikan seperti tenda-tenda di gurun, bisa menampung

hingga 500 orang termasuk area terasnya. Atap dari bahan GRC (Glass Reinforcement Concrete)

yang dicor dengan rangka sehingga bisa membentuk lengkung-lengkung untuk kesan yang

diinginkan.

Aku juga ditunjukkan satu ruangan pertemuan lagi yang masih dibangun kelak akan dijadikan salah

satu restoran juga. Keunikan tempat baru ini dibuat dengan gaya Kamboja. Begitu masuk langsung

mengingatkan pada Angkor Wat dengan material batu candi yang mendominasi dinding dan lantai.

Apalagi cahaya masuk lewat celah-celah di ujung yang nampak urat-urat batang pohon di luar yang

sengaja terekspos. Pasti keunikan ini akan menarik perhatian pengunjungnya nanti.

Di ujung yang lain, Tugu Hotel juga dilengkapi oleh Ban Lam Wine Shop and Bar, untuk bersantai

sambil menikmati anggur. Furnitur di sini bergaya vintage Eropa, bahkan ada kursi cukur antik yang

dipasang sebagai tempat duduk tamu. Di luar pintu masuknya terdapat gerai anggur borol yang

didisplay cantik, termasuk satu mesin hitung antik. Karena berada di ujung, suasana di dalamnya

remang-remang.

Di sisi luar, terdapat teras menuju Roti Tugu Bakery, yang berhadapan langsung dengan Jalan Ijen di

samping hotel Tugu. Jadi jalan ini juga merupakan satu akses untuk ke Restoran atau Barnya tanpa

melalui pintu utama hotel.

Pengalaman menginap di hotel Tugu tidak hanya sekadar beristirahat, tapi serasa dibawa berkeliling

negeri-negeri Asia yang kuat dengan budayanya, dari satu jalur Persia, India, Cina, Mongol, hingga

berakulturasi dengan budaya Melayu dan Jawa tempat tinggalku sekarang di Indonesia.

Street address Jalan Tugu 3 MALANG – EAST JAVA – INDONESIA

Postal Address PO BOX 53 MALANG – EAST JAVA – INDONESIA

Telephone (62-341) 363 891

Facsimile (62-341) 362 747

E-mail [email protected]

Reservation [email protected]

Website http://www.tuguhotels.com