biji asam terfermentasi utk pakan flushing babi final
TRANSCRIPT
BAGIAN I
FILSAFAT, ILMU DAN FILSAFAT ILMU
Ditinjau dari asal katanya ‘philos + sophos” yang berarti “cinta akan
kebijaksanaan”, maka pada prinsipnya Filsafat berhubungan dengan kebijkasanaan.
Oleh karena itu, mempelajari Filsafat pada dasarnya mengantar orang kepada
pertimbangan dan tindakan-tindakan “bijak dan manusiawi” (actus humnis) dari pada
hanya berbuat sesuatu (actus hominis). Karena hubungan itu maka Filsafat merupakan
sesuatu yang diawali dengan pertanyaan dan berakhir dengan pertanyaan yang bijak
pula. Dalam hal ini, filsafat pertama-tama mengajarkan cara, metoda dan bagaimana
cara orang mempertanyakan segala sesuatu. Kemudian diharapkan akan terbentuk
suatu system berpikir terbuka, sehingga membedakannya baik dengan sifat ilmu yang
menuntut jawaban-jawaban tertentu sesuai dengan obyek yang dipelajari ataupun
dengan ideology atau dogma yang bersifat tertutup atau terbatas. Singkatnya, dapat
dikatakan bahwa Filsafat adalah suatu proses usaha mencari terus menerus akan
kebenaran dimana kebenaran ini tidak bersifat tunggal atau tertentu.
Perkembangan dan Aspek-Aspek Filsafat
Filsafat pertama (first philosophy) dikenal sebagai Metafisika; berasal dari kata
Yunani, meta ta physica, yang berarti berada di belakang benda-benda fisik, yang
bergerak dan berubah-ubah. Metafisika, kemudian dikenal dalam berbagai bentuk
menurut pemahaman:
- Sebagai Pengetahuan tentang sebab dan adanya (ousia), tentang hal-hal abadi
yang tidak bias digerakkan atau teologi.
- Sebagai suatu studi tentang makna, struktur dan prinsip dari segala sesuatu
yang ada sejauh ada. Aristoteles menyatakan bahwa filsafat pertama disebut juga
proto philosophia).
Christian Wolf dalam Kebung (2011), membagi metafisika dalam dua bentuk,
yakni : metafisika umum (ontology) dan metafisika khusus. Metafisika Khusus terdiri
dari Psikologi (tentang hakikat manusia), Kosmologi (tentang hakikat dan asal usul
alam semesta), dan Teologi (hakikat dan eksistentsi Tuhan). Dari sifatnya, Metafisika
bukan merupakan ilmu ketika ilmu itu dipahami sebagai sesuatu yang bersifat pasti
dan final; tetapi dapat dikatakan ilmu jika ilmu dipandang sebagi suatu penelitian yang
berhubungan dengan sikap dan metode tertentu.
Peranan metafisika bagi ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :
Mengajarkan cara berpikir cermat dalam pengembangan ilmu (tanpa titik henti).
Menuntut orisinalitas berpikir yang perlu bagi ilmu, yakni mengajarkan kreatif dan
rasa ingin tahu untuk selalu berusaha menemukan hal-hal baru yang belum
terungkap (discovery) dan bukan hanya pembenaran semata (justification).
1
Memberi bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu, sehingga
pertanyaan yang diajukan memiliki landasan yang kuat.
Membuka peluang bagi perbedaan visi utuk suatu realita bahwa tidak ada
kebenaran absolute selain Tuhan.
Ilmu memiliki dua macam obyek yaitu obyek material dan obyek formal.
Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan. Misalnya manusia
yang menjadi sasaran penyelidikan dari beberapa ilmu, yakni: ilmu pendidikan, ilmu
sosial, dan psikologi. Sementara tubuh manusia menjadi sasaran penyelidikan ilmu
kedokteran,ilmu farmasi, dan ilmu-ilmu lainnya yang berhubungan. Obyek formal
berhubungan dengan pendekatan dan metode yang digunakan dalam melakukan
pemahaman dan penyelidikan terhadap obyek material ilmu. Pendekatan dan metode
tersebut terdiri dari 3 jenis yaitu :1) pendekatan deduktif yang menghasilkan metode-
metode penyelidikan atau penelitian berbasis penalaran deduktif, yakni yang dilakukan
dalam penelitian kuantitatif; 2) pendekatan induktif adalah metode penelitian yang
berbasis penalaran induktif, yakni penelitian kualitatif; dan 3) pendekatan kombinasi
penalaran deduktif dan pendekatan induktif, yang dilakukan dalam action research/kaji
tindak. Hasil kaji tindak kemudian dianalisis secara deduktif dan proses yang dilakukan
dalam tindakan analisis induktif dengan penalaran induktif melalui berbagai
pengamatan yang terkait dengan sasaran penelitian.
Dari uraian tersebut dapat dimengerti bahwa Filsafat menjadi akar dari segala
pengetahuan manusia, baik pengetahuan ilmiah maupun pengetahuan non ilmiah.
Pengetahuan-pengetahuan tersebut selalu dikritisi baik oleh diri sendiri maupun orang
lain. Kritisan-kritisan tersebut adalah tentang “apa” (aspek ontology), ‘bagaimana
atau metode apa’ yang digunakan untuk menemukan (aspek epistemology) dan
apa manfaat atau kegunaan pengetahuan itu dan makluk lainnya serta lingkungan
dimana dia hidup (aspek aksiologi (Rahmat dkk, 2011).
1. Aspek Ontologi
Menurut istilahnya, Ontologi adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah
ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Istilah Ontologi berasal dari bahasa
Yunani yang artinya ilmu “tentang yang ada”. Beberapa landasan yang diperlukan
dalam Ontologi adalah : Landasan pernyataan (Metafisika) dan asumsi-asumsi dalam
memecahkan suatu masalah.
2. Aspek Epistemologi
Aspek epistimologi membahas tentang “bagaimana cara manusia mencari
pengetahuan dan seperti apa pengetahuan” tersebut. Dalam aspek
epistemologi digunakan beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme, premis mayor, dan
premis minor.
Analogi, analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang
menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain.
2
Silogisme, silogisme adalah penarikan kesimpulan konklusi secara deduktif tidak
langsung, yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus.
Premis Mayor, premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan,
kebenaran, dan kepastian.
Premis Minor, premis minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir
dan dalil-dalilnya.
3. Aspek Aksiologi
Aspek aksiologi merupakan aspek yang membahas tentang “untuk apa ilmu itu
digunakan”. Dalam aspek aksiologi dibutuhkan Moral conduct, estetic expresion, dan
sosioprolitical. Artinya bahwa seorang ilmuan harus mengetahui apa “temuannya”,
melakukan “sosialisasi” tentang temuannya, sehingga “tidak disalahgunakan” dan
semuanya harus dilakukan dengan prinsip ‘moral’.
Filsafat Ilmu
Mohar dalam Aceng Rahmat dkk (2011) mengemukakan bahwa Filsafat Ilmu
adalah suatu usaha akal manusia yang teratur dan taat asas menuju penemuan
keterangan tentang pengetahuan yang benar.
Sasaran filsafat ilmu adalah penataan dan pengetahuan tentang dasar asas-asas
yang dapat menerangkan terjadinya ilmu pengetahuan. diawali dengan menjelaskan
unsur-unsur yang terlibat dalam penelitian ilmiah, yakni : prosedur-prosedur
pengamatan, pola-pola argumentasi, metode penyajian dan perhitungan, dan asumsi-
asumsi metafisika. Langkah berikutnya adalah: mengevaluasi dasar-dasar validitasnya
berdasarkan sudut pandang logika formal, dan metodologi.
Menurut objek telaahnya Filsafat ilmu dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu
filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Objek telaahan ilmu-ilmu alam
adalah alam dan caranya dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah. Sementara; objek
telaahan ilmu-ilmu sosial adalah manusia sebagai pencipta, penemu, dan pemilik serta
pelaku pengetahuan itu sendiri.
Landasan Filsafat Ilmu
Sumantri (1998) menguraikan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara
filsafat yang bertujuan untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai hakikat ilmu
menurut aspek-aspek Filsafat, yang meliputi :
1. Menurut Aspek Ontologis.
Fokus pertanyaan menurut aspek Ontologi meliputi: Obyek apa yang ditelaah?
Bagaimana wujud dan hakikat dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara
obyek ilmu dan daya tangkap manusia, seperti berpikir, merasa, dan mengindra
yang digunakan menghasilkan ilmu? Obyek penelaahan ilmu mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pancaindra manusia. Berdasarkan batasan
tersebut maka ilmu mempelajari obyek-obyek empiris, berupa berbagai jenis
3
ternak, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan dan manusia. Dari pertanyaan aspek
ontologis tersebut lahirlah klasifikasi ilmu pengetahuan dan bidang-bidangnya.
2. Menurut Aspek Epistemologis
Pertanyaan menurut aspek Epistemologi meliputi : Bagaimana merangkai
pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur, tersebut menjadi ilmu?
Bagaimana prosedur dan mekanismenya? Hal-hal apa sajakah yang harus
diperhatikan agar didapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut
kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Cara atau teknik dan sarana apa yang
membantu dalam mendapat pengetahuan berupa ilmu? Karena itu, maka
Epistemology disebut juga teori pengetahuan yang membahas secara mendalam
segenap proses yang terlibat dalam usaha manusia dalam mencari dan
memperoleh pengetahuan. Sementara, Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapat melalui proses tertentu yang dikenal dengan nama metode keilmuan yang
ditetapkan melalui metode penelitian ilmiah yang menghasilkan temuan yang
disebut ilmu atau science dan pengetahuan atau knowledge. Penerapan Metode
keilmuan dapat dilakukan melalui: penalaran deduktif (dalam penelitian
quantitatif); penalaran induktif (dalam penelitian qualitatif) dan penggabungan
kedua jenis penalaran (mixed method) tersebut (dalam perpaduan penelitian
quantitatif dan qualitatif).
3. Menurut Aspek Aksiologis
Bentuk pertanyaan menurut aspek Aksiologi, meliputi: Untuk apa pengetahuan
yang berupa ilmu digunakan? Bagaimana hubungan antara penggunaan ilmu dan
kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek dan metode yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana korelasi antara teknik procedural
yang merupakan operasional metode ilmiah dengan norma-norma moral?
Tujuan Filsafat ilmu
1. Memperdalam unsur-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh dapat
dipahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan dan perkembangan serta kemajuan ilmu di
berbagai bidang sehingga dapat diperoleh gambaran proses penemuan ilmu
sejak zaman Yunani kuno sampai pada zaman post modern.
3. Mempertegas bahwa antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
4
BAGIAN II
TINJAUAN FILSAFAT TENTANG:
PEMANFAATAN BIJI ASAM TERFERMENTASI PROBIOTIKUNTUK OPTIMALISASI POTENSI REPRODUKSI BABI BETINA DI NTT
PENDAHULUAN
1. Landasan Ontologi: Pemanfaatan biji asam sebagai pakan
Salah Satu kebijakan Nasional tahun 2009 tentang pengembangan ternak non
ruminansia adalah pemanfaatan potensi pakan lokal. Tujuan utamanya adalah untuk
mengurangi ketergantungan peternak pada pakan import sehingga menekan biaya
pakan. Sampai saat ini sekitar 60% komponen pakan non ruminansia (ayam dan babi)
harus diimport, sedangkan pada dasarnya banyak sumber daya pakan lokal yang
potensil yang belum dikaji secara ilmiah sehingga kemanfaatannya belum terjamin.
Biji asam merupakan salah satu pakan potensil yang banyak tersedia tetapi
belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan babi di NTT. Towaha (2011)
melaporkan kandungan nutrisi biji asam adalah: air (13%); PK (20%), Lemak (5.5%),
abu (2.4%) dan BETN (59%). Ketersediaan biji asam dianggap cukup karena pohon
asam tersebar di hampir 80% pulau di NTT dengan potensi produksi biji asam di NTT
sebesar 3000ton/tahun, ini termasuk limbah produksi Fabrik Asam Kawak di Kabupaten
Timor Tengah Selatatan (TTS) sebanyak 2000-3000ton biji asam/tahun setara dengan
2700ton tepung biji asam/tahun. Kenyataan ini menggambarkan bahwa biji asam
berpotensi sebagai bahan penyusun ransum ataupun pakan suplemen protein. Akan
tetapi, potensi biji asam belum dimanfaatkan secara optimal, karena dua kendala
utama, yakni: pengolahan yang tergolong sulit karena keras dan terindikasi
mengandung antinutrisi berupa tannin dan golongan polisakarida tak tercerna. Oleh
karena itu, biji asam perlu diolah dan diberikan perlakuan terlebih dahulu sebelum
diberikan agar efektif dan efisien dimanfaatkan oleh ternak. Dengan demikian yang
menjadi masalah dalam pemanfaatan biji asam sebagai pakan adalah “Bagaimana
cara mengolah dan mengeliminasi antinutrisi dalam biji asam sehingga
potensi nutrisinya dapat dimanfaatkan secara optimal”.
2. Landasan Epistimologi : Bagaimana mengolah dan mengeliminasi antinutrisi dalam biji asam
Ditinjau dari kandungan nutrisi yang kaya akan karbohidrat (BETN 58-59%) dan
karakteristik biji asam yang keras (Pugalenthi et al., 2004; Towaha, 2011), maka cara
yang cocok untuk mengolah biji asam adalah cara mekanik dan dilanjutkan dengan
fermentasi. Cara mekanik meliputi: sangrai dilanjutkan dengan perendaman dalam air
untuk melepaskan kulit kemudian digiling menjadi tepung. Sementara, fermentasi
adalah dengan mencampurkan tepung biji asam dengan probiotik dalam perbandingan
tertentu kemudian difermentasi selama waktu tertentu.
Probiotik adalah istilah yang dikenakan pada mikroorganisme hidup yang
digunakan untuk meningkatkan nilai manfaat pakan, memperbaiki keseimbangan
5
mikroflora dalam saluran pencernaan host. Food and Agriculture Organization of the
United Nations (FAO) and the World Health Organization (WHO) pada 2002 dalam Hori
(2010), menetapkan definisi Probiotik sebagai : “mikroorganisme hidup yang apabila
diberikan dalam jumlah yang cukup memperbaiki kesehatan host” dan merupakan
jenis bakteri atau jamur bersahabat dan berlawanan dengan antibiotik. Manfaatnya
adalah mengurai jenis nutrisi (terutama jenis karbohidrat) tak tercerna sehingga
memperkaya nutrisi pakan dan memperbaiki keseimbangan mikroflora saluran
pencernaan host. Probiotik digunakan sebagai bahan fermentasi atau diberikan sebagai
suplemen makanan (antara lain oleh Kunaepah, 2009). Probiotik berada dalam
berbagai jenis dan nama komersilnya di pasaran (Hyronimus et al., 2000); ( Mahmood,
et al.,2005).
Hori (2010) menggolongkan Saccharomyces cerevisiae sebagai salah satu jenis
probiotik. Saccharomyces cerevisiae dikenal sebagai ragi kering (dreid yeast) adalah
bakteri sel tunggal yang merupakan sumber protein mudah tercerna dan energi serta
vitamin B compleks, telah digunakan dalam fermentasi pakan dan suplementasi.
Saccharomyces cerevisiae mengandung enzim α-galaktosidase yang mampu
mengurai senyawa oligosakarida (jenis polisakarida) menjadi di dan mono sakarida
yang sederhana sehingga dapat dicerna enzim dalam saluran pencernaan (Pugalenthi
et al., 2004). Karena kemampuan tersebut, Saccharomyces cerevisiae sangat baik
dalam proses fermentasi biji asam.
Fermentasi biji asam menggunakan Saccharomyces cerevisiae dan penanganan
hasil fermentasinya dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1). Biji asam
mula-mula disangrai pada suhu 80-1000C selama 30 menit, kemudian dilanjutkan
dengan perendaman dalam air selama 12 jam untuk melepaskan kulit biji (seedcoat);
2). Daging biji asam selanjutnya dijemur hingga mencapai kondisi lembab kemudian
digiling menjadi tepung; 3). Tepung biji asam difermentasikan selama 24-48 jam
menggunakan Saccharomyces cerevisiae dengan perbandingan: 2mg Saccharomyces
cerevisiae : 100g biji asam; 4). Tepung biji asam hasil fermentasi selanjutnya diangkat
dari wadah fermentasi dan diangin-anginkan (dijemur bukan dibahwa sinar matahari)
untuk menghilangkan hawa panas dan aroma asam yang terbentuk selama proses
fermentasi sehingga kelihatan seperti tepung segar. 5). Tepung segar hasil jemuran
siap digunakan atau disimpan sebagai pakan tunggal atau campuran.
3. Landasan Aksiologi: Tujuan pengolahan dan pemanfaatan biji asam hasil fermentasi.
Tujuan utama dari pengolahan biji asam adalah untuk mengoptimal potensi
nutrisi biji asam sehingga dapat dijadikan sebagai pakan ternak non ruminansia
khususnya ternak babi.
Sebagai kegiatan yang telah berlangsung dari generasi ke generasi oleh
sebagian besar masyarakat di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), maka beternak babi
telah dianggap sebagai bagian tradisi masyarakat di wilayah ini (Ly et al.,2010). Hal ini
6
karena ternak babi merupakan sarat dalam adat di beberapa daerah dan dianggap
pelengkap suatu pesta rakyat di wilayah ini. Walaupun demikian kegiatan budidaya
tersebut lebih banyak dijalankan tanpa pengetahuan yang memadai tanpa
memperhaikan produktivitas ternak babi.
Sejak tahun 2008 peran ternak babi bagi masyarakat semakin besar dengan
variatifnya hasil industri pengolahan daging babi, yakni: Se’i, sate, bakso dan tulang
rusuk babi di Kota Kupang. Munculnya industri tersebut telah semakin meningkatkan
animo masyarakat untuk beternak babi terutama babi peranakan karena cepat
bertumbuh. Hal ini menyebabkan permintaan akan ternak babi meningkat baik untuk
bibit maupun untuk kebutuhan industri, tetapi dipihak lain ketersediaan babi terbatas.
Salah satu faktor penyebab adalah daya reproduksi babi betina rendah, sebagai akibat
rendah/kurangnya perhatian peternak terhadap kebutuhan nutrisi babi betina
menjelang kawin. Indikator yang terlihat adalah rendahnya litter size (jumlah anak) per
kelahiran. Johns et al (2009) melaporkan bahwa liter size ternak babi di NTT berada
pada kisaran : yakni: 1 – 4 ekor untuk skala rumah tangga dan 6 – 10 ekor untuk skala
usaha atau jumlah anak tidak mencapai potensi, yakni seperti jumlah susu yang
dimiliki induk. Mencermati kendala tersebut maka salah satu permasalahan yang urgen
diselesaikan adalah “perbaikan quantitas dan qualitas pakan induk”.
Flushing adalah program pemberian pakan tambahan pada babi betina
menjelang (10 – 14 sebelum) dan 7 hari setelah dikawinkan (Hougse, 1959). Dalam
program flushing penambahan jumlah unit biasanya digunakan pakan yang sama,
sedangkan dalam penambahan kualitas biasanya menggunakan sumber protein atau
energi. Tujuan utama flushing adalah meningkatkan jumlah produksi folikel dan
meningkatkan ovulasi sehingga mengoptimal/meningkatkan liter size induk babi.
Menurut anjuran Hougse (1959) bahwa flushing sangat bermanfaat dan effisien
dilakukan pada induk babi dengan kondisi badan kurus. Dengan demikian, strategi
flushing diharapkan dapat digunakan untuk optimalisasi potensi babi betina di NTT
yang memiliki penampilan kurus pada umumnya.
Dari sudut ekonomi, dampak program flushing adalah meningkatnya biaya
produksi sebagai akibat dari jumlah unit pakan bertambah dan tingginya harga pakan
sumber protein atau energi yang digunakan. Oleh karena itu, penggunaan pakan lokal
yang mudah dan murah tapi berkualitas baik seperti biji asam merupakan tindakan
alternatif yang potensil dilakukan.
Perumusan Masalah:
Dari uraian tersebut maka permasalahan dalam studi ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimana mengoptimalkan pemanfaatan biji asam untuk optimalisasi
potensi reproduksi babi betina di NTT”.
Tujuan:
7
Tujuan studi ini adalah untuk mengoptimal manfaat biji asam untuk optimalisasi potensi
reproduksi babi betina di NTT, yang dibagi dalam 2 tahap penelitian, yakni:
1. Penelitian 1: Pengolahan dan fermentasi biji asam selama 24, 48 jam: untuk
mendapatkan hasil fermentasi yang terbaik untuk pakan flushing
2. Penelitian 2: Flushing dilakukan pada babi betina dara (calon induk) dan
induk yang pernah melahirkan 1-2 kali, selama 10, 12, 14 hari sebelum dan
7 sesudah dikawinkan. Tujuannya untuk mendapatkan liter size tertinggi.
HIPOTHESIS:
Berdasarkan Permasalahan, solusi dan tujuan yang dicapai dalam studi ini maka
rumusan Hipotesis yang dapat dibangun adalah:
“Fermentasi dengan probiotik adalah cara mengoptimalkan pemanfaatan biji asam untuk optimalisasi potensi reproduksi babi betina di NTT”
METODE PELAKSANAAN
Metode yang tepat digunakan dalam studi ini adalah metode percobaan.
Rancangan Acak Lengkap digunakan untuk fermentasi dan Rancangan Acak Kelompok
untuk Flushing. Parameter yang dipelajari akan meliputi: jumlah anak perkelahiran,
bobot lahir anak, jumlah anak yang mati, berat sapih anak, performans induk
(pertambahan berat badan, kasus aborsi). Analisis data akan menggunakan Anova dan
Uji Duncan. Objek Penelitian akan meliputi: bij asam, probiotik, ternak babi betina, yang
terdiri dari : babi dara dan induk yang pernah 1-2 kali melahirkan.
Lingkupan dan tahapan kegiatan akan meliputi:
1). Pengolahan biji asam, dilanjutkan dengan fermentasi oleh Saccharomyces
cerevisiae selama 24, 48 jam untuk memperoleh pakan flushing yang berkualitas,
aman dimakan dan murah. pengolahan dilakukan secara mekanik, yakni sangrai
dilanjutkan perendaman untuk melepaskan kulit biji; penggilingan daging biji dan
dilanjutkan dengan fermentasi. Indikator yang diteliti meliptui: kandungan nutrisi
dan anti nutrisi sebelum dan sesudah fermentasi.
2). Program flushing: pemberian pakan pada calon induk (babi dara) dan induk yang
pernah melahirkan 1-2 kali selama 10, 12, 14 hari sebelum 7 hari setelah
dikawinkan. Indikator akan meliputi: jumlah folikel, jumlah kasus aborsi
(kesehatan induk), jumlah anak lahir hidup dan mati, berat badan lahir per ekor
anak.
8
DAFTAR PUSTAKA
Chiba,L.I., 2010., Pig Nutrition and Feeding. In Animal Nutrition Handbook Section 11.
Hougse C.N., 1959. Rations for Pregnant Sows. NDSU. Libraries. NDAC. Extension Service Fargo. North Dakota Agricultural College.
Hori ., 2010. Probiotics. In Handbook of Prebiotics and Probiotics Ingredients. Edited by Cho S.S and E.T. Fiwocchiaro. CRC Press. Taylor and Frnacis Gorup. 2010.pg 194.
Hyronimus B., C. Lemarrec, A. Hadj Sassi, and A. Deschamps. 2000. Acid and bile
tolerance of spore-forming latic acid bacteria. International Journal of Food
Microbiology 61 (2000) 193 – 197
Johns, C., I. Patrick, M. Geong and J. Ly., 2009. Smallholder commercial pig production in NTT - opportunities for better market integration. SADI-ACIAR Research Report
Kebung, Konrad, 2011. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Prestasi Pustaka Publisher Jakarta.
Kunaepah, U., 2009. Pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi glukosa Terhadap aktivitas antibakteri, polifenol totalDan mutu kimia kefir susu kacang merah. Media Gizi Pangan, Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni 2009
Ly, J., U. Ginting, M. and RDH Likadja., 2010. Pig Production In NTT Regions. Full Paper presented in Aciar and Udayana University Pig Production in Eastern Indonesia Workshop Udayana University, Denpasar 26th – 27th July 2010
Lipiński. K., G. Chrostowski, P. Matusevičius and H. Skórko-Sajko., 2012. The effect of diets supplemented with Saccharomyces cerevisiae Boulardii probiotic yeast on the reproductive performance of Pregnant and lactating sows. VETERINARIJA IR ZOOTECHNIKA (Vet Med Zoot). T. 59 (81). 2012
Mahmood, T., M.S. Anjum, I. Husain and R. Perveen., 2005. Effect of Probiotic and growth promoters on chemical composition of broilers carcass. International Journal of Agriculture & Biology. 1560-8530/2005/07-6-1036-1037.
Rahmat. A.; C. Semiawan; D. Nomida; I. Aryanto; K. Djoyosuroto; M. Djamaris; Nadiroh; N. Putra dan S. Akhadiah. Filsafat Ilmu Lanjutan. Editor S. Akhadiah dan W. Dewi Listyasari. Kencana Prenada Media Group Jakarta.
Suriasumantri. Y., 1996. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar. Jakarta: Sinar Kasih.
9