bijak bulletin - bijak-indonesia.org filepenilaian risiko berbasis ilmu pengetahuan pertama yang...

6
Halaman 1 Halaman 2 Halaman 3 Halaman 4 Halaman 5 Halaman 6 Hiu lanjaman (Carcharhinus falciformis) Indonesia Mendukung Perdagangan Hiu Berkelanjutan Pembelajaran dari Enam Taman Nasional Perkuat Kemitraan Konservasi Manajemen Kolaboratif adalah Kunci Sukses Kawasan Ekosistem Esensial Sebuah Portal Keanekaragaman Hayati Indonesia Indonesia Mendukung Perdagangan Hiu Berkelanjutan Generasi Muda Dukung Hari Trenggiling Sedunia 2019 Melalui Seni Menggalang Generasi Muda Indonesia untuk Mencintai Hutan Tokoh Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia Volume 1I Januari - Maret 2019 Foto: Q Phia Attribution CC by 2.0 Penerbitan buletin ini dimungkinkan dengan dukungan Rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi dari buletin ini adalah tanggung jawab Chemonics International Inc. dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau Pemerintah Amerika Serikat. DI EDISI INI: Hiu itu selalu menarik bagi manusia. Ketertarikan ini lebih pada ketakutan manusia akan serangan hiu, walaupun ancaman yang ditimbulkan oleh manusia terhadap hiu jauh lebih serius. Hal ini menyebabkan beberapa spesies hiu terancam punah. Permintaan internasional terhadap sirip, daging, tulang rawan, dan organ hiu meningkat pesat, akibatnya hiu dianggap sebagai salah satu kelompok spesies yang paling terancam di dunia. Perairan Indonesia adalah rumah bagi 116 spesies hiu dan pari, dan 26 di antaranya memiliki nilai ekonomi tinggi. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Indonesia adalah pengekspor sirip dan daging hiu terbesar ke-3 di dunia. Dari tahun 2000 hingga 2011, setiap tahunnya Indonesia menangkap lebih dari 105.000 ton hiu dan mengekspor lebih dari 1.200 ton sirip hiu. 40% tangkapan hiu tahunan Indonesia berasal dari hiu lanjaman (Carcharhinus falciformis). Dengan tingkat reproduksi yang rendah dan tingkat tangkapan yang tinggi, populasi hiu lanjaman di alam liar berisiko menurun tajam. Melihat penurunan populasi hiu beberapa tahun terakhir dan masuknya beberapa spesies hiu di perairan Indonesia dalam Appendiks II Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Flora dan Fauna Liar yang Terancam Punah (CITES), Pemerintah Indonesia memprioritaskan peningkatan pengelolaan perdagangan hiu. Pada akhir 2018, USAID BIJAK dan Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyelesaikan penilaian risiko berbasis ilmu pengetahuan pertama yang mempertimbangkan kerentanan hiu lanjaman berkaitan dengan pengelolaannya. Penilaian yang BIJAK BULLETIN

Upload: others

Post on 22-Oct-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BIJAK BULLETIN - bijak-indonesia.org filepenilaian risiko berbasis ilmu pengetahuan pertama yang mempertimbangkan kerentanan hiu lanjaman berkaitan dengan pengelolaannya. Penilaian

Halaman 1

Halaman 2

Halaman 3

Halaman 4

Halaman 5

Halaman 6

Hiu lanjaman (Carcharhinus falciformis)

Indonesia Mendukung Perdagangan Hiu Berkelanjutan

Pembelajaran dari Enam Taman Nasional Perkuat Kemitraan Konservasi

Manajemen Kolaboratif adalah Kunci Sukses Kawasan Ekosistem Esensial

Sebuah Portal Keanekaragaman Hayati Indonesia

Indonesia Mendukung Perdagangan Hiu Berkelanjutan

Generasi Muda Dukung Hari Trenggiling Sedunia 2019 Melalui Seni

Menggalang Generasi Muda Indonesia untuk Mencintai Hutan

Tokoh Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia

Volume 1I Januari - Maret 2019

Foto: Q Phia Attribution CC by 2.0

Penerbitan buletin ini dimungkinkan dengan dukungan Rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi dari buletin ini adalah tanggung jawab Chemonics International Inc. dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau Pemerintah Amerika Serikat.

DI EDISI INI:

Hiu itu selalu menarik bagi manusia. Ketertarikan ini lebih pada ketakutan manusia akan serangan hiu, walaupun ancaman yang ditimbulkan oleh manusia terhadap hiu jauh lebih serius. Hal ini menyebabkan beberapa spesies hiu terancam punah. Permintaan internasional terhadap sirip, daging, tulang rawan, dan organ hiu meningkat pesat, akibatnya hiu dianggap sebagai salah satu kelompok spesies yang paling terancam di dunia.

Perairan Indonesia adalah rumah bagi 116 spesies hiu dan pari, dan 26 di antaranya memiliki nilai ekonomi tinggi. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Indonesia adalah pengekspor sirip dan daging hiu terbesar ke-3 di dunia. Dari tahun 2000 hingga 2011, setiap tahunnya Indonesia menangkap lebih dari 105.000 ton hiu dan mengekspor lebih dari 1.200 ton sirip hiu. 40% tangkapan hiu tahunan Indonesia berasal dari hiu lanjaman (Carcharhinus falciformis). Dengan tingkat reproduksi yang rendah dan tingkat tangkapan yang tinggi, populasi hiu lanjaman di alam liar berisiko menurun tajam.

Melihat penurunan populasi hiu beberapa tahun terakhir dan masuknya beberapa spesies hiu di perairan Indonesia dalam Appendiks II Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Flora dan Fauna Liar yang Terancam Punah (CITES), Pemerintah Indonesia memprioritaskan peningkatan pengelolaan perdagangan hiu. Pada akhir 2018, USAID BIJAK dan Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyelesaikan penilaian risiko berbasis ilmu pengetahuan pertama yang mempertimbangkan kerentanan hiu lanjaman berkaitan dengan pengelolaannya. Penilaian yang

BIJAK BULLETIN

Page 2: BIJAK BULLETIN - bijak-indonesia.org filepenilaian risiko berbasis ilmu pengetahuan pertama yang mempertimbangkan kerentanan hiu lanjaman berkaitan dengan pengelolaannya. Penilaian

.

2

Indra Exploitasia Semiawan (ketiga dari kanan) adalah Direktur KKH, Direktorat Jenderal (Ditjen) Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Foto: Benaya Simeon / WCS Indonesia Programme

Tokoh Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia

Apa tantangan utama upaya konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia? Mengarusutamakan keanekaragaman hayati ke dalam pembangunan nasional. Semua sektor pemerintah harus mengintegrasikan keanekaragaman hayati dalam proses pembangunannya, seperti perlindungan habitat satwa liar melalui pengembangan perencanaan tata ruang berbasis ekosistem.

Apa keberhasilan konservasi keanekaragaman hayati bagi Anda? Jika kita bisa membuat manusia dan satwa liar hidup dalam harmoni. Simbiosis mutualisme: hidup bersama saling menguntungkan. Satwa liar memainkan fungsi ekologis yang signifikan dalam menjaga integritas ekosistem hutan. Manusia, terutama yang tinggal di dekat hutan, dapat memperoleh manfaat berkelanjutan dari jasa ekosistem yang disediakan oleh hutan.

Lalu, apa rencana Anda untuk lima tahun ke depan? Menyeimbangkan pembangunan dengan tetap menyediakan ruang hidup bagi satwa liar. Hanya ada satu Bumi. Kita semua hidup di planet yang sama. Adalah tanggung jawab kita untuk berbagi ruang ini dengan mahluk hidup lain.

Bagaimana Anda memandang kemitraan dengan USAID BIJAK dan bagaimana mereka bisa membantu visi Anda? Kami memiliki hubungan kerja yang baik dengan BIJAK. Kami ingin mengembangkan inovasi menuju Konservasi 4.0 - seperti Revolusi Industri 4.0 - mengadaptasi konsep seperti ekonomi digital, kecerdasan buatan, big data, dan robot. Mungkin BIJAK dapat mendukung kita untuk bergerak lebih dekat menuju pencapaian itu.

dalam negeri,” kata Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Dr. Dirhamsyah. “Kunci untuk mempertahankan populasi hiu yang sehat di alam bebas adalah pengelolaan perdagangan dan pemanfaatan spesies dengan cermat.”

Pada tanggal 15 April, LIPI secara resmi meluncurkan dokumen NDF untuk hiu lanjaman. Untuk mendukung perdagangan spesies berkelanjutan, LIPI mengusulkan gabungan kuota ekspor dan tangkap sebanyak 80.000 individu. Kuota ini akan secara

disebut non-detriment finding (NDF) ini adalah langkah penting untuk memperjelas praktek-praktek pengelolaan dan tingkat perdagangan berkelanjutan, dengan tujuan utama mengurangi atau menghentikan penurunan populasi spesies rentan.

“NDF ini adalah kebijakan dasar yang penting untuk menetapkan tangkapan dan kuota ekspor, dan distribusi hiu

Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) dan USAID BIJAK memiliki kemitraan yang panjang dan produktif, antara lain bekerja sama mengembangkan dan mengimplementasikan SRAK Rangkong Gading, pedoman identifikasi spesies dilindungi, dan dukungan teknis partisipasi Indonesia dalam acara COP CITES. Di buletin ini, tim editorial kami berbicara dengan direktur KKH-KLHK saat ini, Ibu Indra Exploitasia Semiawan untuk berbicara tentang pencapaian, visi, dan harapannya untuk pelestarian satwa liar di Indonesia.

Ceritakan tentang diri Anda. Saya lulus dari Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai dokter hewan dan saya melakukan penelitian tentang badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Saya memiliki ketertarikan yang kuat untuk menjadi dokter untuk satwa liar, yang pada waktu itu bahkan tidak dianggap sebagai profesi. Sebelum memimpin KKH, saya menjabat sebagai Direktur PPH (Pencegahan dan Pengamanan Hutan), Ditjen Gakkum (Penegakan Hukum). Masa jabatan saya di KLHK telah memberi saya kesempatan menjadi tenaga medis konservasi, sebagai bagian dari manajemen konservasi, dan bekerja pada bidang pemanfaatan dan konservasi keanekaragaman hayati.

Apa yang mendorong Anda, apa keinginan terbesar Anda? Keinginan terbesar saya adalah untuk dapat “berkomunikasi” dengan satwa liar, sebagai salah satu penghuni Bumi.

Apa prestasi terbesar Anda di tahun 2018? Saya di Gakkum tahun 2018. Saya membuat sistem untuk memantau kerentanan hutan dan mengembangkan lembaga yang akan melindungi hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

signifikan mengurangi tangkapan resmi tahunan hiu lanjaman di Indonesia saat ini yaitu sekitar 350.000 individu. Keseriusan peran Indonesia dalam konservasi spesies laut dan perdagangan hiu berkelanjutan diwujudkan dengan pengembangan protokol standar untuk melakukan penilaian NDF dan penetapan kuota hiu lanjaman yang akan digunakan untuk meningkatkan pengelolaan spesies terancam lainnya.

Foto: Midaria Saragih untuk USAID

Indra Exploitasia Semiawan (tengah) pada acara Berantas Kejahatan Tumbuhan dan Satwa Liar, Gakkum, KLHK.

Foto: KLHK

Page 3: BIJAK BULLETIN - bijak-indonesia.org filepenilaian risiko berbasis ilmu pengetahuan pertama yang mempertimbangkan kerentanan hiu lanjaman berkaitan dengan pengelolaannya. Penilaian

3

Portal https://balaikliringkehati.menlhk.go.id/ menyediakan platform online bagi para pakar, ilmuwan, dan peneliti dari seluruh Indonesia untuk bertukar informasi tentang flora dan fauna.

Foto: Danumurthi Mahendra for USAID Foto: Paul Hilton / WCS Indonesia Programme

Foto: Willy Ekariyono / Indonesia Wildlife Photography

Indonesia adalah rumah bagi ekosistem unik dengan ribuan spesies flora dan fauna: Tutupan hutan lebat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, murai batu (Copsychus malabaricus), dan trenggiling (Manis javanica).

Indonesia, negara dengan lebih dari 17.000 pulau, memiliki keanekaragaman hayati spesies darat dan laut tertinggi di dunia. Negara kepulauan ini adalah rumah bagi ekosistem unik dengan ribuan spesies flora dan fauna, banyak di antaranya merupakan spesies endemik (hanya ditemukan di Indonesia).

Terlepas dari anugerah yang luar biasa ini, dampak dari aktivitas manusia memberikan tekanan yang besar kepada keanekaragaman hayati Indonesia. Kerusakan yang disebabkan oleh perburuan, perdagangan ilegal, perusakan, serta degradasi dan fragmentasi habitat mengancam kepunahan banyak spesies.

Di tahun 2004, Indonesia bergabung dengan komunitas global pelestari keanekaragaman hayati dengan menandatangani Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD). CBD adalah perjanjian internasional yang berupaya melestarikan keanekaragaman hayati di semua tingkatan kehidupan di bumi: genetik, spesies, dan ekosistem. Salah satu mandatnya adalah keharusan di setiap negara-negara anggota mengembangkan sistem informasi keanekaragaman hayati tingkat nasional - atau Clearing-House Mechanism (CHM).

Selain untuk memenuhi persyaratan konvensi internasional, CHM adalah alat yang berperan penting untuk memusatkan data konservasi, yang memungkinkan lembaga pemerintah, para ahli, dan masyarakat umum mengakses informasi tentang satwa liar, tumbuhan, ekosistem, dan ancaman terhadap keanekaragaman hayati. CHM juga mempersingkat pelaporan indikator keanekaragaman hayati lintas-kementerian; dan berfungsi sebagai alat utama pemerintah untuk melacak kemajuan menuju pencapaian target Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Nasional.

Sejak 2016, USAID BIJAK telah mendukung sejumlah kegiatan demi mengembangkan kolaborasi dan koordinasi untuk membangun platform online terintegrasi CHM agar KLHK (Direktorat PIKA, KKH, BPEE, dan KK) dan pemangku kepentingan dapat bertukar informasi.

Sebagai langkah pertama, BIJAK melakukan penilaian terhadap portal CHM buatan negara-negara lain yang dapat dijadikan contoh untuk Indonesia dan mengkaji pedoman untuk

pengembangan CHM dari Sekretariat Konvensi Keanekaragaman Hayati. BIJAK kemudian memfasilitasi lokakarya untuk memetakan sumber data yang akan dijadikan konten platform ini, dan mengadakan pertemuan koordinasi untuk mengumpulkan masukan tentang sistem, meningkatkan komitmen kelembagaan untuk berbagi data, dan menentukan bagaimana CHM akan diisi dan terus diperbarui.

BIJAK juga menyediakan bantuan teknis pengelolaan sistem informasi dan melibatkan penulis konten agar situs web CHM Indonesia memenuhi standar pedoman CBD. Terakhir, BIJAK membantu pembentukan kelompok kerja CHM nasional untuk anggota-anggota CHM Indonesia agar sistem selalu terawat, termutakhirkan, dan berfungsi dengan baik.

Pada Juli 2018, CHM Indonesia secara resmi telah diluncurkan. Selanjutnya pada November 2018, CHM Indonesia memenangkan penghargaan emas pada Konferensi Para Pihak Keanekaragaman Hayati (COP14) 2018, yang diadakan di Sharm El Sheikh, Mesir. Setelah CHM dimasukkan ke dalam RPJMN Indonesia, dana pemeliharaannya akan terjamin untuk lima tahun ke depan.

Sebuah Portal Keanekaragaman Hayati Indonesia

Page 4: BIJAK BULLETIN - bijak-indonesia.org filepenilaian risiko berbasis ilmu pengetahuan pertama yang mempertimbangkan kerentanan hiu lanjaman berkaitan dengan pengelolaannya. Penilaian

4

Peta KEE Teluk Pangpang menunjukkan perbedaan zonasi hutan bakau, area tambak, dan area Perum Perhutani.

Foto: Bernard Dupont CC BY-SA 2.0

Dua pasang bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), salah satu spesies terancam yang tinggal di teluk ini.

INZET PETAKAB. BANYUWANGIKETERANGAN:

TN ALAS PURWO

KABUPATEN BANYUWANGI

WRINGIN PUTIH

KEDUNG GEBANG

KEDUNGSARI

TJ. SEMBULUNGAN

TELUK CALUK

TELUK PANGPANG

Peta

: Bal

ai B

esar

KSD

A Ja

wa T

imur

Foto: Buku Informasi dan Potensi Mangrove, Balai Taman Nasional Alas PurwoHutan bakau di KEE Teluk Pangpang

Selain kawasan konservasi yang dilindungi, Indonesia memiliki jutaan hektar ekosistem yang rentan secara ekologis, sosio-ekonomi, dan budaya penting untuk konservasi keanekaragaman hayati. Dari karst dan hutan bakau, hingga lahan gambut dan koridor satwa liar, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkomitmen untuk melindungi bentang alam bernilai konservasi tinggi ini.

USAID BIJAK bersama Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE), Direktorat Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial (BPEE), Forest Watch Indonesia (FWI), dan High Carbon Stock Approach (HCSA), terlibat dalam upaya multi-pihak untuk merumuskan peraturan baru yang akan melindungi ekosistem penting tersebut dengan menetapkannya sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE).

BIJAK memimpin sebuah tim untuk berbagi data guna mengembangkan peta indikatif nasional KEE, memberikan pelatihan kepada staf KLHK tentang manajemen sistem informasi geografis (GIS) yang canggih, dan memperkuat peraturan yang ada dengan menambahkan manajemen dan pemantauan KEE.

Manajemen Kolaboratif adalah Kunci Sukses Kawasan Ekosistem Esensial

Menurut Direktur Jenderal KSDAE Pak Wiratno, melindungi KEE adalah prioritas utama bagi institusi yang dipimpinnya. “Setelah disahkan, peraturan dan peta KEE akan memberikan dasar hukum bagi pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mengelola jutaan hektar lahan hutan utuh yang sangat penting bagi kesehatan ekosistem dan keanekaragaman spesies.”

BIJAK dan FWI telah mendokumentasikan praktik pengelolaan KEE di Indonesia. Kunci dari keberhasilan ini adalah pengelolaan multi-pihak, di mana para mitra secara bersama-sama bernegosiasi, menyetujui, dan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, manfaat dan tanggung jawab atas pengelolaan sumber daya alam.

Salah satu contohnya adalah KEE Teluk Pangpang seluas 2.926 hektar di Jawa Timur, meliputi 711 hektar lahan basah yang menampung lebih dari 30 spesies satwa dan 11 spesies tumbuhan bakau. Daerah ini merupakan zona penyangga untuk Taman Nasional Alas Purwo. Area ini menyediakan makanan, tempat perlindungan dan pembibitan untuk ikan, burung dan kehidupan laut lainnya; menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat setempat; dan memberikan peluang bagi berkembangnya ekowisata.

Sebelum tahun 2008, daerah yang dulunya hutan bakau ini terdegradasi oleh kegiatan konsesi dan pembalakan ilegal. Agar ekosistem terjaga, masyarakat setempat, organisasi masyarakat sipil (CSO), dan pemerintah menyadari bahwa perlu tindakan bersama untuk mengelola kawasan tersebut. Pada tahun 2015, kerjasama ini diresmikan ketika pengelola KEE Teluk Pangpang dibentuk.

Kunci keberhasilan dari kerjasama ini terletak pada pembagian tanggung jawab dan manfaat KEE. Setiap pemangku kepentingan bertanggung jawab atas kegiatan yang sesuai dengan keahliannya - pemerintah memberikan bantuan teknis pengelolaan mangrove, silvikultur, dan pengembangan ekowisata; kelompok masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan zonasi dan patroli, dan juga penyediaan tenaga kerja untuk menanam bibit bakau untuk restorasi. Mereka semua sepakat rencana pengelolaan KEE dan praktik yang berkelanjutan akan menjaga ekosistem unik ini tetap lestari dan memungkinkan mereka terus-menerus mendapatkan manfaat dari kawasan ini.

Page 5: BIJAK BULLETIN - bijak-indonesia.org filepenilaian risiko berbasis ilmu pengetahuan pertama yang mempertimbangkan kerentanan hiu lanjaman berkaitan dengan pengelolaannya. Penilaian

5

.

5

LATIN memfasilitasi diskusi kelompok terarah tentang kemitraan konservasi di Majalengka, sebuah kota yang dekat dengan Taman Nasional Gunung Ciremai.

Seorang petani dari Desa Curahnongko memanen tanaman semusim di dalam zona rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri.

Pembelajaran dari Enam Taman Nasional Perkuat Kemitraan Konservasi

Kemitraan konservasi akan menguntungkan komunitas lokal seperti yang ada di Desa Saga, Taman Nasional Kelimutu.

Foto: LATIN

Foto: Syafrizaldi Jpang untuk LATIN

Kemitraan konservasi adalah pendekatan inovatif pengelolaan kawasan yang lindungi, dimana sebagai imbalan atas pengakuan formal hak masyarakat untuk menggunakan area di dalam kawasan yang dilindungi, masyarakat sepakat untuk mengelola dan menjaga kawasan secara berkelanjutan dari ancaman luar.

Kemitraan konservasi, yang lebih sering difasilitasi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) seperti pengelola taman nasional, menyatukan kelompok masyarakat, masyarakat adat, pemerintah desa, pemerintah daerah, LSM, akademisi, dan sektor swasta. Meskipun kemitraan ini telah berkembang secara informal selama beberapa tahun di beberapa taman nasional di Indonesia, Peraturan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (Perdirjen KSDAE) No.6/ 2018 yang baru memberikan dasar hukum untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi di tingkat tapak.

Untuk mendukung penerapan Perdirjen ini, USAID BIJAK telah bermitra dengan Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN) dalam mendokumentasikan pembelajaran, praktik-praktik terbaik, dan umpan balik dari penerapan kemitraan konservasi di Indonesia. Pada awal 2019, staf BIJAK dan LATIN melakukan perjalanan ke enam taman nasional di Indonesia di mana mereka belajar tentang manfaat dan tantangan kemitraan konservasi langsung dari para pemangku kepentingan yang menerapkannya.

Misalnya, di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah, setelah masyarakat setempat menyadari bahwa kemitraan konservasi dapat menciptakan mata pencaharian, mereka bersedia bekerja sama dengan taman nasional sebagai pemandu dan pengangkut barang, serta penyedia layanan penginapan dan transportasi kapal. Di Taman Nasional Kelimutu di Nusa Tenggara Timur, kemitraan konservasi telah menghasilkan hubungan saling menguntungkan untuk konflik yang sudah berlangsung lama antara pengelola taman nasional dan petani kopi kecil.

Namun, pengelola Taman Nasional Gunung Ciremai di Jawa Barat masih mempertimbangkan antara potensi mengembangkan sumber mata air, sumber air panas, dan air terjun untuk menghasilkan pendapatan, dengan kebutuhan pengelolaan taman nasional untuk mencapai tujuan konservasi.

“Kami berharap bahwa dengan mendokumentasikan pembelajaran ini, pengelola taman nasional memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap kemitraan konservasi,” kata Arif Aliadi, Kordinator Program LATIN. “Sehingga, mereka dapat memberikan dukungan penuh dalam mengimplementasikan Perdirjen tersebut untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan pengelolaan kawasan konservasi.”

Foto: LATIN

Page 6: BIJAK BULLETIN - bijak-indonesia.org filepenilaian risiko berbasis ilmu pengetahuan pertama yang mempertimbangkan kerentanan hiu lanjaman berkaitan dengan pengelolaannya. Penilaian

BERITA SEKILAS

Redaktur Utama: Symantha HolbenTim Produksi: Danumurthi Mahendra, Fahmi Ramadhan

Kontributor: BBKSDA Jatim, Benaya Simeon, Bernard Dupont, BTN Alas Purwo, KLHK, Humas UNAS, Midaria Saragih, Paul Hilton, Syafrizaldi Jpang, Q Phia, Willy Ekariyono

Generasi Muda Dukung Hari Trenggiling Sedunia 2019 Melalui Seni

Pelajar dan pengunjung menuliskan harapan mereka untuk bertindak menyelamatkan hutan di ‘pohon harapan’ di pameran foto alam UNAS dan BIJAK.

USAID BIJAK dan Universitas Nasional (UNAS) bermitra dalam penyelenggaraan sebuah perayaan selama tiga minggu untuk menginspirasi dan memotivasi pemuda-pemudi Indonesia sebagai generasi pemimpin konservasi hutan masa depan. Eksploitasi dan pemanfaatan berlebihan telah banyak menguras sumber daya hutan yang tak ternilai ini. Pada tahun 2017, hutan tropis sedunia kehilangan 15,8 juta hektar tutupan pohon, dimana 1,3 juta hektar di antaranya berasal dari Indonesia.

Puncak dari perayaan yang diselenggarakan di kampus UNAS ini adalah Hari Hutan Internasional 2019, yang jatuh pada tanggal 23 Maret. Perayaan ini dimeriahkan oleh kampanye dan tantangan media sosial #DemiHutanIndonesia, dan sebuah pameran foto alam dan presentasi ala-TED oleh influencer lingkungan hidup.

Acara dimeriahkan oleh wakil dari Gerakan Pramuka, Hutan itu Indonesia, klub pemuda lingkungan hidup, pejuang konservasi dari Papua, sektor swasta, seniman, dan pemain film seperti Ramon Y. Tungka, Sandrayati Fay, dan Davina Veronica.

Mereka berbicara tentang hubungan ketergantungan antara manusia dan alam, kebutuhan untuk memerangi deforestasi dan hilangnya spesies, peran dan tanggung jawab setiap orang Indonesia ketika berkunjung ke taman nasional, perjuangan untuk pemanfaatan hutan yang berkelanjutan, dan dukungan kemitraan konservasi.

Setiap pembicara menutup dengan seruan ke lebih dari 200 pelajar yang antusias agar masing-masing mengambil tindakan untuk turut mencintai dan melindungi sumber daya hutan Indonesia yang berharga ini.

USAID Bangun Indonesia untuk Jaga Alam demi Keberlanjutan (BIJAK)AIA Central, Level 41, Jl. Jend. Sudirman Kav 48-A, Karet Semanggi, Jakarta Selatan 12930DKI Jakarta – Indonesia. Phone: +62 21 2253 5830 @BIJAKonservasi

USAID BIJAK meluncurkan kampanye media sosial selama dua minggu untuk meramaikan diskusi online di kalangan generasi muda Indonesia tentang perdagangan satwa liar yang dapat mengancam populasi satwa dan habitat hutan. Kampanye memperingati Hari Trenggiling Sedunia pada tanggal 16 Februari, menyelenggarakan “Tantangan Menggambar Trenggiling” sebagai kegiatan utama yang mengangkat isu tingginya kejahatan terhadap satwa liar di Indonesia.

Kejahatan terhadap satwa liar adalah masalah dunia yang mendorong bisnis bernilai miliaran dolar. Di Indonesia, sebuah studi baru oleh TRAFFIC menemukan bahwa setiap tahunnya hampir 10.000 trenggiling hilang karena diperdagangkan secara ilegal untuk pasar konsumen di Cina dan Vietnam.

Kampanye media sosial dan tantangan menggambar trenggiling yang diinisiasi BIJAK ini mendapat tanggapan yang luar biasa dari pelajar SMA dan perguruan tinggi dari seluruh Indonesia. Lebih dari 135 pelajar mengirimkan karya seni gambar trenggiling yang asli dan indah, mengunggahnya di akun Facebook, Twitter, dan Instagram mereka, disertai dengan seruan aksi penanganan kejahatan terhadap satwa liar dilakukan lebih serius.

“Saya harap kontribusi saya dapat mengedukasi generasi milenial tentang pentingnya perlindungan satwa,” kata @ nurrahmaputri88, seorang pelajar oseanografi dari Universitas Riau, yang juga merupakan salah satu pemenang tantangan ini.

Sepuluh pemenang terpilih menerima hadiah dari BIJAK, WCS Indonesia, USAID LESTARI, dan U.S. Forest Service.

Menggalang Generasi Muda Indonesia untuk Mencintai Hutan

Tim Editorial BIJAK Buletin

Foto: Humas UNAS

Foto: Fahmi Ramadhan untuk USAID

@nurrahmaputri88 dari Riau, @radewanti dan @Rafik_

Wicaksono dari Yogyakarta adalah pemenang tantangan

menggambar trenggiling.

Musisi Sandrayati Fay membawakan lagu orisinal (Suara Dunia) tentang perlunya melindungi alam.