bidang studi teknik sumberdaya air departemen teknik …
TRANSCRIPT
ANALISIS VOLUME ANGKUTAN SEDIMEN PADA
PELABUHAN SUNGAI DUKU KOTA PEKANBARU
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas
Dan Memenuhi Syarat Menempuh Ujian
Sarjana Teknik Sipil
Disusun Oleh :
ALI IDRIS
090404173
BIDANG STUDI TEKNIK SUMBERDAYA AIR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
ABSTRAK
Sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang sangat penting
bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat. Dengan adanya aliran air di dalam
sungai akan mengakibatkan adanya angkutan sedimen, yang berupa sedimen cuci
(wastlood), sedimen laying (suspended load) dan angkutan muatan dasar (bed
load). Sedimentasi tersebut menimbulkan pendangkalan pada badan perairan
seperti sungai, pelabuhan, waduk, bendungan atau pintu air dan daerah sepanjang
sungai, yang dapat menimbulkan banjir. Pada penelitian ini, lokasi yang diteliti oleh
peneliti adalah daerah aliran Sungai Siak tepatnya Pelabuhan Sungai Duku, Kota
Pekanbaru.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung volume angkutan sedimen total
(Qt) di Sungai Siak yang nantinya berpengaruh pada perubahan morfologi
Pelabuhan Sungai Duku yang mencakup elevasi dasar sungai, luas penampang
melintang, kapasitas tampung (volume), dan menentuan tipe kapal keruk yang
paling tepat sesuai dengan lokasi penelitian.
Dalam menghitung besarnya muatan sedimen yang terdapat di Sungai Siak
Kota Pekanbaru digunakan beberapa metode yang berhubungan dengan laju
angkutan sedimen. Di antaranya adalah Metode Yang’s (berdasarkan pada data
sedimen, geometri saluran, dan kecepatan aliran), Metode Engelund and Hansen’s
(berdasarkan pada data pendekatan tegangan geser), dan Metode Shen and Hung
(berdasarkan pada data variable dominan yang mendominasi laju transportasi
sedimen).
Dari hasil perhitungan yang dilakukan, pada tahun 2010 didapat hasil
muatan sedimen dengan menggunakan Metode Yang’s adalah sebesar 1298858,39
ton, dengan menggunakan Metode Shen and Hung adalah sebesar 20005,71 ton,
dan dengan menggunakan Metode Engelund and Hansen adalah sebesar
1638682920 ton. Dari hasil penelitian untuk Pelabuhan Sungai Duku didapat hasil
sedimen yang paling besar berada pada tahun 2014 yaitu 19953153,74 ton (Metode
Engelund and Hansen). Ini disebabkan nilai konsentrasi sedimen (Ct) yang tinggi
pada tahun tersebut. Pelabuhan Sungai Duku merupakan pelabuhan yang terletak
di Sungai Siak yang berjenis tanah lanau. Maka dari itu, dipilihlah kapal keruk jenis
hidraulis berupa Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD). Kapal ini sangat baik
untuk digunakan pada tanah lembek berlumpur hingga tanah lanau. Jenis kapal ini
dapat menampung sedimen hingga 46.000m3 dengan panjang maksimal kapal 223
m.
Kata kunci: sedimen, muatan sedimen, laju sedimen, kapal keruk.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat ALLAH
SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya serta nikmat kesehatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tugas akhir ini
merupakan salah satu persyaratan akademik yang harus dipenuhi untuk diajukan
dalam ujian sarjana pada Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara. Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “ANALISA VOLUME
ANGKUTAN SEDIMEN PADA PELABUHAN SUNGAI DUKU KOTA
PEKANBARU” Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis banyak mendapat
dukungan moril, material, spiritual, dan administrasi. Oleh karena itu sudah
selayaknya penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Jurusan
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Terunajaya, M.Sc, selaku Koordinator Teknik Sumber
Daya Air dan sebagai Pembimbing yang telah berkenan meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu, membimbing serta
menggerakkan penulis hingga selesainya tugas akhir ini.
4. Bapak Ir. Alferido Malik, sebagai staff pengajar dan penguji tugas
akhir saya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
5. Bapak Ivan Indrawan, ST. MT, sebagai staff pengajar dan penguji
tugas akhir saya.
6. Bapak dan ibu staf pengajar yang telah membimbing dan mendidik
selama masa studi di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh pegawai Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Teristimewa untuk kedua orang tua tersayang, Ayah tercinta Alm.
Sarjono dan Ibu tersayang Taing Rifna Hasibuan, Atas kasih sayang
dan kesabaran dalam mendidik, membimbing, membesarkan serta
memberikan dukungan dan doa yang tidak dapat terbalaskan.
7. Untuk Kakak dan Abang tersayang yang telah memberikan
dukungan dan doa dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Untuk Teman-teman dan sahabatku Doli, Idam K, Hari M, Sandi,
Idam W, Donni, Aldi, Irfan, Yono, Arif, Sion, yang telah
memberkan mendukung dan doa dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.
8. Rekan-rekan seperjuangan Sipil’09 (Dewi, Perkasa, Bembeng,
Kirun, Yobet, Odoy, Bes, Alfian, Jo, Vina, Fauzan, Ucok dan
lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu), terima kasih kepada
semuanya yang telah membantu selama ini.
9. Adik-adik stambuk ’12 (Kembat, Puter, Acong, Muis dan yang
lainnya), terima kasih atas segala bantuannya selama ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, dan atas dukungan yang telah diberikan penulis
ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih mempunyai
banyak kekurangan. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik
serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Semoga
tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca dan membutuhkan
informasi di dalamnya.
Medan, Nopember 2016
Hormat saya,
Penulis
Ali Idris
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR NOTASI .................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
1.5 Pembatasan Masalah ..................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5
2.1 Uraian ........................................................................................... 5
2.2 Sedimentasi .................................................................................. 6
2.2.1 Transportasi Sedimen .......................................................... 6
2.3 Sifat-sifat Sedimen ....................................................................... 8
2.3.1 Ukuran dan Bentuk Sedimen .............................................. 8
2.3.2 Massa Jenis .......................................................................... 9
2.4 Sifat-Sifat Cairan ........................................................................... 10
2.4.1 Kekentalan............................................................................ 10
2.4.2 Kerapatan Relatif dalam air ............................................... 10
2.5 Angkutan Sedimen ........................................................................ 11
2.6 Metode Pendekatan Volume Angkutan Sedimen ......................... 13
2.7 Pengerukan (Dragging) ................................................................. 17
2.7.1 Jenis Kapal Keruk ................................................................ 17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 24
3.1 Metodologi Penelitian .................................................................. 24
3.2 Metode Pelaksanaan ...................................................................... 26
3.2.1 Uji Laboratorium .................................................................. 26
3.2.2 Pengumpulan Data ............................................................... 29
3.2.3 Perhitungan Kedalaman Sungai ........................................... 30
3.2.4 Perhitungan Volume Angkutan Sedimen ............................. 31
3.3 Lokasi Studi Penelitian ................................................................. 37
BAB IV PERHITUNGAN MUATAN ANGKUTAN SEDIMEN .......... 39
4.1 Kemiringan Dasar Sungai ............................................................ 39
4.2 Hasil Uji Laboratorium ................................................................. 37
4.3 Perhitungan Kedalaman Sungai ................................................... 41
4.4 Perhitungan Muatan Sedimen ...................................................... 47
4.4.1 Metode Yang’s .................................................................... 47
4.4.2 Metode Shen and Hung ........................................................ 49
4.4.3 Metode Engelund and Hansen ............................................. 51
4.5 Pemilihan Jenis Kapal Keruk ........................................................ 56
4.5.1 Cara Kerja Kapal Keruk Jenis TSHD .................................. 56
4.5.2 Sistim Pembuangan Material ............................................... 57
4.6 Persyaratan Lokasi Pembuangan Sedimen.................................... 58
4.6.1 Lokasi Pembuangan Di Perairan .......................................... 58
4.6.2 Lokasi Pembuangan Di Daratan........................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 60
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
5.2 Saran .............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 62
LAMPIRAN .............................................................................................. 63
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Ukuran Partikel Sedimen Berdasarkan Skala
(Lane et al., 1947) ....................................................................... 8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
Tabel 2.2 Batasan-Batasan Ukuran Butiran Tanah ..................................... 9
Tabel 2.3 Metode Perhitungan dan Karakteristiknya .................................. 16
Tabel 2.4 Jenis-Jenis Kapal Keruk .............................................................. 22
Tabel 4.1 Kemiringan Dasar Sungai Siak Berdasarkan Daerah Aliran
Sungai .......................................................................................... 37
Tabel 4.2 Kedalaman Sungai ........................................................................ 42
Tabel 4.3 Muatan Sedimen Metode Yang’s ................................................... 47
Tabel 4.4 Muatan Sedimen Metode Shen and Hung ....................................... 49
Tabel 4.5 Muatan Sedimen Metode Engelund and Hansen ........................ 51
Tabel 4.6 Jumlah Muatan Sedimen Pertahun Dengan Metode Yang’s ............... 52
Tabel 4.7 Jumlah Muatan Sedimen Pertahun Dengan Metode Shen
and Hung ...................................................................................... 52
Tabel 4.8 Jumlah Muatan Sedimen Pertahun Dengan Metode Engelund
and Hansen .................................................................................. 53
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gaya Yang Bekerja Pada Butiran didasar Sungai ................. 12
Gambar 2.2 Sketsa Pengen dapan Partikel Sedimen ................................. 13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
Gambar 2.3 Kapal Keruk Cakram ............................................................. 18
Gambar 2.4 Kapal Keruk Penggali ............................................................... 18
Gambar 2.5 Kapal Keruk Timba ................................................................ 19
Gambar 2.6 Kapal Keruk Suction Cutter Dredge....................................... 21
Gambar 2.7 Kapal Keruk Trailing Suction Hopper Dredger ..................... 22
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian ......................................................... 25
Gambar 3.2 Pengayakan Sampel Sedimen ................................................. 27
Gambar 3.3 Pengujian Berat Jenis Sedimen ............................................... 28
Gambar 3.4 Pengujian Fall Velocity........................................................... 29
Gambar 3.5 Langkah-langkah Penyelesaian Metode Yang’s ..................... 32
Gambar 3.6 Langkah-langkah Penyelesaian Metode Shen
and Hung ................................................................................. 34
Gambar 3.7 Langkah-langkah Penyelesaian Metode Engelung
and Hansen .............................................................................. 35
Gambar 3.8 Lokasi Penelitian .................................................................... 36
Gambar 4.1 Hubungan ntara x dan Ks/𝛿′ ..................................................... 40
Gambar 4.2 Hubungan antara 𝑉
𝑈∗′′ dan Ψ ................................................... 40
Gambar 4.3 Gambar Penampang Sungai .................................................... 42
Gambar 4.4 Diagram Gabungan Metode Perhitungan Muatan Sedimen ... 53
DAFTAR NOTASI
Q = Debik Aliran (m3/s)
A = Luas penampang (m2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
S = Kemiringan sungai −
D = Kedalaman sungai (m)
W = Lebar dasar sungai (m)
𝛾 = Gamma air (kg/m3)
𝛾𝑠 = Gamma Sedimen (kg/m3)
g = Gravitasi (m/s)
𝜔 = Kecepatan jatuh (m/s)
V = Kecepatan aliran (m/s)
d35 = Diameter sedimen 35% dari material dasar (mm)
d50 = Diameter sedimen 50% dari material dasar (mm)
𝜏0 = Tegangan geser (kg/m2)
Re = Bilangan Reynold (m/s)
𝑈∗ = Kecepatan geser (m/s)
𝑈∗′ = Kecepatan geser akibat gesekan kulit −
Vcr = Kecepatan kritis (m/s)
𝛹′ = Nilai gesekan akibat penyimpangan sedimen −
R’ = Asumsi kedalaman sungai sementara (m)
Gw = Volume berat air (kg/s)
Qs = Muatan sedimen (kg/s)
Ct = Konsentrasi sedimen total −
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
Pelabuhan Sungai Duku merupakan prasarana transportasi untuk keperluan
singgah, menurunkan penumpang atau barang dari kapal serta mengatur
kedatangan maupun keberangkatan penumpang baik itu domestik ataupun
internasional pada jalur lintas Sungai Siak kota Pekanbaru. Pelabuhan ini dikelola
oleh PT.Pelindo I cabang Pekanbaru
Koordinat Pelabuhan Sungai Duku berada pada 0°33'5''N 101°27'41''E ,
Sedangkan letak geografis Sungai Siak antara 100˚ 28 BT -102˚ 12 BT dan 0˚ 20’
LU-1˚16’ LU. Lebar Sungai Siak rata-rata 100 - 125 m dengan kedalaman ±15 m.
Panjang Sungai Siak ±350 km , Sepanjang ±150 km dapat dilayari kapal.
Berdasarkan sensus tahun 2013 oleh BPS Kota Pekanbaru, Jumlah
penduduk yang tinggal di kawasan DAS Sungai Siak mencapai 1.45 juta jiwa.
Dengan banyaknya pemukiman penduduk, Industri dan penambangan pasir di hulu
sungai pada DAS Siak akan mengakibatkan kerusakan pada Sungai Siak seperti
pencemaran sungai akibat limbah rumah tangga maupun limbah industri,
menurunnya kualitas air baku, abrasi dan sedimentasi.
Dahulu Pelabuhan Sungai Duku dapat disinggahi kapal-kapal besar seperti
tanker dikarenakan kawasan DAS Sungai Siak yang sudah semakin rusak
mengakibatkan terjadinya sedimentasi yang besar sehingga berdampak pada
kedalaman sungai maupun pelabuhan. Jika tidak ada penanganan langsung terhadap
masalah-masalah yang terjadi pada Sungai Siak bisa saja kedepannya kedalaman
sungai semakin lama semakin berkurang. dan pada akhirnya kapal-kapal tidak dapat
lagi berlayar maupun singgah di Pelabuhan Sungai Duku.
Pelabuhan Sungai Duku melayani penumpang dan barang dengan kapal
jenis speedboat yang memerlukan kedalaman minimal 3 meter untuk bisa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
beroperasi dengan baik, dengan tingginya abrasi Sungai Siak yang rata-rata 2,7
meter/tahun ditambah lagi dengan limbah industri dan rumah tangga bukan tidak
mungkin jika Pelabuhan Sungai Duku nantinya tidak dapat beroperasi sebagai
mestinya dikarenakan pendangkalan pada Sungai Siak yang disebabkan oleh
Sedimentasi. Sehingga perlu dilakukan pengerukan (dredging) dengan jangka
waktu tertentu pada dermaga pelabuhan maupun alur pelayaran untuk menjaga
kedalaman optimalnya.
Sejatinya sungai merupakan sumber air yang menampung dan mengalirkan
air serta material bahan yang dibawanya dari bagian hulu. Aliran sungai mengalir
dari daerah tinggi ke daerah yang lebih rendah dan pada akhirnya akan bermuara
ke laut.
Daerah tangkapan sungai adalah dimana sungai mendapat air dan
merupakan daerah tangkapan hujan. Anak-anak sungai yang ada didalam DAS akan
selalu mengikuti aturan yaitu bahwa aliran tersebut akan selalu dihubungkan oleh
suatu jaringan. Arah dimana cabang dan arah sungai mengalir ke sungai yang lebih
besar akan membentuk suatu pola aturan tertentu.pola yang terbentuk tergantung
dengan kondisi topografi, geologi dan iklim yang terdapat di dalam DAS tersebut
dan secara keseluruhan akan membentuk karakteristik sungai.
Dengan adanya aliran air di dalam sungai akan mengakibatkan adanya
angkutan sedimen, yang berupa sedimencuci (wastload), sedimen layang
(suspended load) dan angkutan muatan dasar (bed load). Sedimentasi tersebut
menimbulkan pendangkalan badan perairan seperti sungai, Pelabuhan, waduk,
bendungan atau pintu air dan daerah sepanjang sungai, yang dapat menimbulkan
banjir.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka masalah yang
terjadi pada penelitian ini adalah untuk menghitung banyaknya endapan sedimen
di Sungai Siak yang akan berpengaruh pada perubahan morfologi Pelabuhan
Sungai Duku yang mencakup elevasi dasar sungai, luas penampang melintang,
serta kapasitas tampung (volume).
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Menghitung volume angkutan sedimen total (Qt) yang terjadi pada
Pelabuhan Sungai Duku.
2. Menentukan tipe kapal keruk yang paling tepat sesuai dengan lokasi
penelitian.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Penelilitan ini diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan akan
angkutan sedimen bagi penulis maupun pembaca
2. Hasil penelitian ini akan memperoleh besar volume angkutan sedimen pada
Sungai Siak yang nantinya dapat bermanfaat bagi pemerintahan setempat.
1.5 Batasan Masalah
Untuk mencapai hasil yang diharapkan, maka perlu ditetapkan batasan
masalah pada penelitian ini. Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
1. Kajian berbasis data pengukuran yang ada, terbatas pada titik terpilih ataupun
lokasi yang ditinjau yaitu Pelabuhan Sungai Duku
2. Perhitungan angkutan sedimen didasarkan pada data debit rata-rata bulanan
yang terjadi pada Sungai Siak.
3. Tidak membahas tentang metode pengerukan sedimen.
4. Faktor angin dan curah hujan diabaikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
Secara umum, terjadinya erosi ditentukan oleh factor-faktor iklim (terutama
intensitas hujan), topografi, karakteristik tanah, vegetasi penutup tanah, dan tata
guna lahan.
Dua penyebab utama terjadinya erosi adalah karena sebab alamiah dan erosi
karena aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena proses pembentukan
tanah dan proses erosi yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah
secara alami. Erosi karena factor alamiah umumnya masih memberikan media yang
memadai untuk berlangsungnya pertumbuhan kebanyakan tanaman. Sedangkan
erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh terkelupasnnya lapisan
tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-
kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan
fisik tanah, antara lain, pembuatan jalan didaerah dengan kemiringan lereng besar.
Proses erosi terdiri dari tiga bagian yang berurutan: Pengelupasan
(detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan (sedimentation).
Erosi permukaan (tanah) yang akan dibicarakan adalah yang disebabkan oleh air
hujan, erosi juga dapat terjadi karena tenaga angin dan salju. Dimulai dari jatuhnya
hujan yang menghasilkan energi kinetik yang merupakan permulaan dari proses
erosi. Begitu tanah menjadi partikel halus, lalu menggelinding bersama aliran,
sebagian akan tertinggal di atas tanah sedangkan bagian lainnya masuk ke sungai
terbawa aliran menjadi angkutan sedimen. Bentuk, ukuran dan beratnya partikel
tanah tersebut akan menentukan jumlah besarnya angkutan sedimen.
Dasar sungai biasanya tersusun oleh endapan dari material angkutan
sedimen yang terbawa oleh aliran sungai, material tersebut dapat terangkut kembali
apabila terjadi kenaikan kecepatan aliran cukup tinggi. Sebagai akibat dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
perubahan volume angkutan sedimen adalah terjadinya penggerusan di beberapa
tempat serta terjadinya pengendapan di tempat lain pada dasar sungai sehingga
dengan demikian bentuk dari dasar sungai akan selalu berubah.
2.2 Sedimentasi
Sedimen adalah hasil prose erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit,
atau erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap pada dasar perairan,
sungai, waduk, dan bendungan.
Berdasarkan pada jenis sedimen dan ukuran partikel-partikelnya tanah serta
komposisi mineral dari bahan induk yang menyusunnya, dikenal bermacam jenis
sedimen seperti pasir, tanah liat, dan lain sebagainya. Tergantung dari ukuran
partikelnya, sedimen ditemukan terlarut dalam sungai atau disebut muatan sedimen
(suspenden sediment) dan merayap di dasar sungai atau dikenal sebagai sedimen
merayap (bed load).
2.2.1 Transportasi Sedimen
Hasil pelapukan batuan dibawa oleh suatu media ke tempat lain dimana
kemudian diendapkan. Pada umumnya pembawa hasil pelapukan ini dilakukan oleh
suatu media yang berupa cairan, angin dan es. Sifat-sifat transportasi sedimen
berpengaruh terhadap sedimen itu sendiri yaitu mempengaruhi pembentukan
struktur sedimen yang terbentuk. Hal ini penting untuk diketahui karena sebenarnya
struktur sedimen merupakan suatu catatan (record) tentang proses yang terjadi
sewaktu sedimen tersebut diendapkan. Umumnya proses itu merupakan hasil
langsung dari gerakan media pengangkut. Namun demikian sifat fisik (ragam
ukuran, bentuk dan berat jenis) butiran sedimen itu sendiri mempunyai pengaruh
pada proses mulai dari erosi, transportasi sampai ke pengendapan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Ada 3 (tiga) macam pergerakan angkutan sedimen yaitu:
1. Bed Load Tranport
Partikel kasar yang bergerak di sepanjang dasar sungai secara keseluruhan
disebut dengan bed load. Adanya bed load ditunjukkan oleh gerakan partikel di
dasar sungai yang ukurannya besar, gerakan itu dapat bergeser,
menggelinding atau meloncat-loncat, akan tetapi tidak pernah lepas dari dasar
sungai.
2. Wast Load Tranpost
Wash load adalah angkutan partikel halus yang dapat berupa lempung (silk) dan
debu (dust), yang terbawa oleh aliran sungai. Partikel ini akan terbawa aliran sampai
ke laut, atau dapat juga mengendap pada aliran yang tenang atau pada air yang
tergenang.
3. Suspendead Load Tranport
Suspended load adalah material dasar sungai yang melayang di dalam aliran dan
terutama terdiri dari butir pasir halus yang senantiasa mengambang di atas dasar
sungai, karena selalu didorong oleh turbulensi aliran. Suspended load itu sendiri
umumnya bergantung pada kecepatan jatuh atau lebih dikenal dengan fall velocity.
Pada kenyataan tiap satu satuan waktu pergerakan angkutan sedimen yang
dapat diamati hanyalah Bed Load Transport dan Suspended Load Transport.
2.3 Sifat-sifat Sedimen
Sifat sedimen merupakan hal yang paling penting dalam mempelajari proses
erosi dan sedimentasi. Adapun sifat sedimen yang paling mendasar adalah ukuran
dan bentuk sedimen itu sendiri, setelah itu densitas, kecepatan jatuh, dan lain-lain
2.3.1 Ukuran dan Bentuk Sedimen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
Sedimen diklasifikasikan berdasarkan ukurannya, baik berupa lempung,
lumpur, pasir, kerikil, dan batu. Salah satu klasifikasi terkenal adalah skala Lane et
al., 1947 yang mengklasifikasikan sedimen berdasarkan ukuran (dalam millimeter).
Seperti pada table 2.1.
Table 2.1 Ukuran Partikel Sedimen Berdasarkan Skala (Lane et al., 1947)
Nama Partikel Ukuran (mm)
Batu Batuan sangat besar 2000 − 4000
Batuan besar 1000 − 2000
Batuan sedang 500 − 1000
Batuan kecil 250 − 500
Batu besar 130 − 250
Batu kecil 64 − 130
Kerikil Kerikil sangat kasar 32 − 64
Kerikil kasar 16 − 32
Kerikil sedang 8 − 32
Kerikil halus 4 − 8
Kerikil sangat halus 1 − 2
Pasir Pasir sangat kasar 1 − 2
Pasir kasar 12⁄ − 1
Pasir sedang 14 − 1⁄
Pasir halus 18⁄ − 1
4⁄
Nama Partikel Ukuran (mm)
Lanau Lanau kasar 116⁄ − 1
32⁄
Lanau sangat kasar 164⁄ − 1
32⁄
Lanau halus 1128⁄ − 1
32⁄
Lanau sangat halus 1256⁄ − 1
128⁄
Lempung Lempung kasar 1512⁄ − 1
256⁄
Lempung sedang 11024⁄ − 1
512⁄
Lempung halus 12048⁄ − 1
1024⁄
Lempung sangat halus 14096⁄ − 1
2048⁄
Sumber : Chih Ted Yang, 2003
Tabel 2.2 Batasan-batasan Ukuran Butiran Tanah
Jenis Butiran Ukuran Butiran (mm)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
Kerikil > 2
Pasir 2 − 0.0075
Lanau 0.0075 − 0.002
Lempung < 0.002
Sumber : Mekanika tanah jilid I, 1993
Untuk mengetahui batasan dari ukuran suatu sample sedimen, perlu
dilakukan analisis ukuran, yaitu menggunakan ayakan berupa pan dengan saringan
kawat. Ayakan disusun dalam suatu tumpukan di mana untuk ayakan yang lebih
besar ditaruh pada bagian atas dan ayakan yang lebih halus berada di bawah dari
pada ayakan yang lebih besar.
2.3.2 Massa Jenis ( Density )
Densitas merupakan perbandingan massa terhadap suatu volume zat.
Densitas pada dasarnya merupakan fungsi langsung dari kedalaman sungai, serta
dipengarugi juga oleh salinitas, temperature dan tekanan.
Pada umumnya kebanyakan sedimen yang lebih kecil dari 4 mm memiliki densitas
2.650 kg/m3. Densitas dari lempung (clay) berkisar dari 2.500 sampai 2.700 kg/cm3.
Besarnya 𝜌𝑎 tidak tetap, tergantung pada suhu, tekanan dan larutan. Pada
air tawar memiliki nilai 𝜌𝑎 = 1000 kg/cm3, dan air laut memiliki nilai 𝜌𝑎 = 1030
kg/cm3. Pada perhitungan angkutan sedimen, pengaruh perbedaan kerapatan pada
umumnya di abaikan.
2.4 Sifat-sifat Cairan
Pada angkutan sedimen yang berada di sungai umumnya digerakkan oleh
aliran air yang berada dalam sungai tersebut, sangat penting guna mengetahui sifat-
sifat dari pada alirannya terutama aliran pada saluran terbuka.
2.4.1 Kekentalan (viscocity)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
Kekentalan (viscocity) merupakan sifat zat cair untuk melawan tegangan
geser atas perubahan sudut, terbagi atas 2 jenis :
1. Kekentalan kinematik (v)
Kekentalan kinematik sangat dipengaruhi oleh suhu.
2. Kekentalan dinamika (𝜂)
Kekentalan dinamika dipengaruhi partikel sedimen.
Untuk larutan yang dicairkan (𝑐 < 0.1) - Einstein (1906).
2.4.2 Kerapatan relatif dalam air
Kerapatan relatif dalam air adalah perbandingan selisih kerapatan suatu
zat/sedimen dan air terhadap kerapatan air.
∆ = 𝜌𝑠−𝜌𝑎
𝜌𝑎 ……………………………………………………………...…..( 2.1 )
Dimana:
Δ = Kerapatan relatif sedimen
𝜌𝑠 = Kerapatan sedimen
𝜌𝑎 = Kerapatan air
2.5 Angkutan Sedimen
Angkutan sedimen di sungai atau saluran terbuka merupakan suatu proses
alami yang terjadi secara berkelanjutan. Sungai disamping berfungsi sebagai media
untuk mengalirkan air, juga berfungsi untuk mengangkut material sebagai angkutan
sedimen. Pengertian umum angkutan sedimen adalah sebagai pergerakan
butiranbutiran material dasar saluran yang merupakan hasil erosi yang disebabkan
oleh gaya dan kecepatan aliran sungai.
Di dalam perhitungan sifat-sifat sedimen yang dipakai adalah: ukuran,
kerapatan atau kepadatan, kecepatan jatuh dan porositas. Laju angkutan sedimen,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
perubahan dasar dan tebing saluran, perubahan morfologi sungai dapat diterangkan
jika sifat sedimennya diketahui.
Beberapa faktor yang mempengaruhi angkutan sedimen adalah :
1. Ukuran Partikel Sedimen
Pengukuran ukuran butiran tergantung pada jenis bongkahan, untuk
berangkal pengukuran dilakukan secara langsung, untuk kerikil dan pasir dilakukan
dengan analisa saringan sedangkan untuk lanau dan lempung dilakukan dengan
analisa sedimen.
2. Berat Spesifikasi Partikel
Berat spesifik adalah berat sedimen per satuan volume dari bahan angkutan
sedimen dirumuskan sebagai berikut :
Dari hasil penelitian, berat spesifik rata-rata sedimen yang ditentukan hampir sama
atau mendekati berat spesifik pasir kwarsa yaitu 2,56 gram/𝑐𝑚3
3. Tegangan geser kritis
Tegangan geser kritis merupakan parameter penting dalam angkutan
sedimen. Pergerakan sedimen dipengaruhi oleh tegangan geser, kecepatan kritis dan
gayaangkat. Partikel sedimen akan terangkat apabila tegangan geser dasar lebih
besar dari tegangan geser kritis erosi dan tegangan geser kritis erosi melebihi
tegangan geser kritis deposisi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tegangan geser kritis sangat
bergantung pada riwayat proses pengendapan dan konsolidasi. Untuk itu beberapa
penelitian tegangan geser kritis sedimen kohesif biasanya dilakukan dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
menghubungkan antara tegangan geser dan massa jenis sedimen pada berbagai
variasi ketinggian sampel.
Sedimen bergerak tergantung dari besarnya gaya seret dan gaya angkat dan
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1. Gaya yang bekerja pada butiran di dasar sungai.
Partikel sedimen akan mulai bergerak pada kondisi kecepatan geser kritis
terlampaui, karena gaya dorong lebih besar dari gaya gesek.
Diagram Shields secara empiris menunjukkan bagaimana pendimensian
tegangan geser kritis yang diperlukan untuk inisiasi pergerakan yang merupakan
fungsi dari bentuk khusus partikel bilangan Reynolds, Rep atau bilangan Reynold
yang terkait dengan partikel tersebut. (Chi Ted Yang, 2003)
4. Kecepatan Jatuh (Fall Velocity)
Karakteristik dari sedimen adalah kecepatan jatuhnya atau fall velocity (𝜔),
yang mana adalah kecepatan maksimum yang dicapai oleh suatu partikel akibat
gaya gravitasi. Ukuran pasir yang tersuspensi dalam suatu sungai akan tergantung
kepada nilai fall velocity-nya. Untuk suatu ukuran butiran sedimen yang besar, akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
jatuh dengan cepat dan akan lebih sedikit mendapat tahanan dari air dibandingkan
dengan butiran sedimen yang lebih halus.
Gambar 2.2. Sketsa pengendapan partikel sedimen.
2.6 Metode Pendekatan Volume Angkutan Sedimen
Metode-metode yang dipakai dalam perhitungan Pendekatan Volume
angkutan sedimen adalah persamaan Yang’s, Engelund and Hansen, dan Shen and
Hung.
1. Yang’s
Yang’s mengusulkan formula transport sedimen berdasarkan konsep unit
aliran listrik, yang dapat dimanfaatkan untuk prediksi materi keseluruhan tempat
konsentrasi diangkut dalam flumes tempat pasir dan sungai. Yang’s mendasarkan
rumusnya pada konsep bahwa jumlah angkutan sedimen berbanding langsung
dengan jumlah energi aliran. Energy per satuan berat air dapat dinyatakan dengan
hasil kali kemiringan dasar dan kecepatan aliran. Energy per satuan besar air
tersebut oleh Yang’s disebut sebagai unit stream power dan dianggap sebagai
parameter penting dalam menentukan jumlah angkutan sedimen.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Data-data yang dipergunakan dalam pembuatan persamaan Yang’s adalah:
Data sedimen
Geometri saluran
Kecepatan aliran
Analisa perhitunga :
log 𝐶𝑡 = 5.435 − 0.286 𝑙𝑜𝑔𝜔𝑑50
ʋ− 0.4557 log
𝑈𝑥
𝜔+
(1.799 − 0.409𝑙𝑜𝑔𝜔𝑑50
ʋ− 0.314 𝑙𝑜𝑔
𝑈𝑥
𝜔) 𝑙𝑜𝑔 (
𝑉𝑆
𝜔−
𝑉𝑐𝑟𝑆
𝜔) ……………...……(2.2)
𝐺𝑊 = 𝛾 ∗ 𝑊 ∗ 𝐷 ∗ 𝑉 ..........................................................................................(2.3)
𝑄𝑆 = 𝐶𝑡 ∗ 𝐺𝑤 ....................................................................................................(2.4)
Dimana :
Ct = Konsentrasi sedimen total
d50 = Diameter sedimen 50% dari material dasar (mm)
𝜔 = Kecepatan jatuh (m/s)
V = Kecepatan aliran (m/s)
Vcr = Kecepatan kritis (m/s)
S = Kemiringan sungai
U* = Kecepatan geser (m/s)
W = Lebar sungai (m)
D = Kedalaman sungai (m)
Qs = Muatan sedimen (kg/s)
𝛾 = Gamma air
2. Engelund and Hansen’s
Engelund and Hansen didasarkan pada pendekatan tegangan geser.
Persamaan Engelund and Hansen dapat ditulis sebagai berikut :
𝑞𝑠 = 0.05𝛾𝑠𝑉2 [𝑑50
𝑔(𝛾𝑠𝛾
−1)]
12⁄
[𝜏0
(𝛾𝑠−𝛾)𝑑50]
32⁄
..........................................................(2.5)
𝑄𝑠 = 𝑊 ∗ 𝑞𝑠 ......................................................................................................(2.6)
𝜏0 = 𝛾 ∗ 𝐷 ∗ 𝑆....................................................................................................(2.7)
Dimana:
𝜏0 = tegangan geser (kg/m2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
3. Shen and Hung
Shen and Hung mengasumsikan bahwa transportasi sedimen adalah begitu
kompleks sehingga tidak menggunakan bilangan Reynolds, bilangan Froude,
kombinasi ini dapat ditemukan untuk menjelaskan transportasi sedimen dengan
semua kondisi. Shen and Hungs mencoba untuk menemukan variabel yang
dominan yang mendominasi laju transportasi sedimen, mereka merekomendasikan
kemunduran persamaan berdasarkan 587 set data laboratorium. Persamaan Shen
and Hungs dapat ditulis sebagai berikut :
𝑙𝑜𝑔𝐶𝑡 = −107404.459 + 324214.747 ∗ 𝑌 − 326309.589 ∗ Y2
+1095503.87 ∗ 𝑌3……………………………...………..………..(2.8)
𝐺𝑊 = 𝛾 ∗ 𝑊 ∗ 𝐷𝑉………………………………..…………………….....(2.9)
𝑄𝑆 = 𝐶𝑡 ∗ 𝐺𝑤…………………………..…………………………….…(2.10)
Dimana : 𝑌 = [𝑽 𝑺𝟎.𝟓𝟕
𝝎𝟎.𝟑𝟐 ]𝟎.𝟎𝟎𝟕𝟓
Ct = konsentrasi sedimen total
V = kecepatan aliran (m/s)
𝜔 = kecepatan jatuh (m/s)
S = kemiringan sungai
W = lebar dasar sungai (m)
D = kedalaman sungai (m)
Qs = muatan sedimen (kg/s)
Adapun metode pendekatan volume angkutan sedimen yang digunakan
nantinya pada lokasi studi penelitian merupakan metode pendekatan yang memiliki
nilai persentase perbedaan paling kecil dengan perhitungan volume angkutan
sedimen (Qt).
Tabel 2.3. Metode Perhitungan dan Karakteristiknya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
2.7 Pengerukan (dragging)
Pengerukan adalah pemindahan tanah, batuan atau debris dari bawah air dan
diangkat melalui air ke atas, biasanya perairan dangkal seperti danau, sungai, muara
ataupun laut dangkal.
Untuk melakukan pengerukan biasanya digunakan kapal keruk yang memiliki alat-
alat khusus sesuai dengan lokasi yang akan dikeruk, seperti:
Kondisi dasar perairan (berbatu, pasir, dll).
Lokasi yang akan dikeruk (sungai, danau, laut dangkal, dll).
Peraturan atau hal-hal yang diminta oleh pemerintah lokal ataupun oleh
pihak yang memintaa dilakukan pengerukan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
2.7.1 Jenis Kapal Keruk
Kapal keruk sering juga disebut dredge merupakan kapal yang memiliki
peralatan khusus untuk melakukan pengerukan. Kapal ini dibuat untuk memenuhi
kebutuhan, baik dari suatu pelabuhan, alur pelayaran, ataupun industri lepas pantai.
Dilihat dari segi teknis pengerukan maka dikenal dua jenis kapal keruk, yaitu:
1. Kapal keruk mekanis (mechanical dredgers)
Kapal keruk jenis ini dapat dikatakan sederhana, yaitu mempunyai analogi
dengan peralatan gali di darat. Dari jenis ini dikenal beberapa tipe dasar, yaitu:
a. Kapal keruk cakram (grapple/clamshell dredger)
Terdiri dari satu tongkang (barge) dimana padanya ditempatkan peralatan
cakram (clamshell). Jenis ini biasanya digunakan untuk pengerukan tanah lembek
atau pada bagian-bagian kolam pelabuhan dalam, dimuka dermaga atau tambatan.
Gambar 2.3. Kapal Keruk Cakram
Sumber : Soedjono kramadibrata, 1985
b. Kapal keruk penggali (dipper dredger)
Merupakan suatu analaogi dari alat gali tanah di darat yang dikenal sebagai
“shovel dozer”. Alat ini mempunyai tenaga pengungkit dan desak yang besar,
sehingga baik digunakan dalam pengerukan tanah keras dan tanah padat maupun
tanah berpasir.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
Gambar 2.4. Kapal keruk Penggali
Sumber : Soedjono kramadibrata, 1985
c. Kapal keruk timba (bucket dredger)
Merupakan jenis kapal keruk dengan rantai ban yang bergerak tak berujung
pangkal dimana padanya dilekati timba-timba pengeruk (bucket). Gerakan rantai
ban dengan timbanya merupakan gerakan berputar mengelilingi suatu rangka
struktur utama atau biasa disebut ladder .
Ladder ini dapat digerakkan naik turun disesuaikan dengan kedalaman
keruk yang diinginkan dengan menggunkan tali baja yang dililitkan pada suatu
sistem tabung pada mesin derek. Karna gerakan rantai ban timba terus menerus
maka timba pengeruk yang posisinya pada bagian bawah akan mengeruk tanah dan
terangkat ke atas permukaan dengan membawa tanah galian kemudian timba akan
terbalik dikarenakan gerakan terus menerus tadi, sehingga hasil tanah galian
tersebut akan tertumpah sendirinya kedalam corong penyalur yang nantinya di
salurkan pada bak lumpur yang beroperasi di samping kapal keruk, seterusnya bak
lumpur tersebut di tarik oleh kapal tunda ketempal lokasi pembuangan.
Pada beberapa jenis, kadang-kadang mempunyai bak penampung sendiri
sehingga bisa disebut hopper dredger. Jenis kapal ini sangat efesien mengeruk pada
tanah berpasir.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
Gambar 2.5. Kapal Keruk Timba
Sumber : Soedjono kramadibrata, 1985
2. Kapal Keruk Hidraulis (hydrolic or suction dredgers)
Pngerukan dasar laut dengan jenis peralatan ini makin popular, karena
sangat efektif. Yang dimaksud dengan hidraulis di sini adalah tanah yang dikeruk
bercampur dengan air, yan kemudian campuran tersebut dihisap oleh pompa
melalui pipa penghisap (suction pipe) untuk selanjutnya melalui pipa pembuang
(discharge pipe) dialirkan ke daerah pembuangan/penimbunan. Jenis pompa yang
digunakan adalah pompa sentrifugal yang fungsinya hanyalah mengubah bentuk
energi bukan sebagai pembuat energi.
Pada beberapa jenis kapal, tanah hasil kerukan tersebut dapat pula di
tamping oleh kapal it sendiri (hopper suction dredger), untuk pada saatnya dibuang
di tempat yang dikehendaki.
Ada beberapa jenis kapal keruk hidraulis, dintaranya:
a. Kapal keruk Dustpan dredge
Memiliki ujung penghisap terdiri dari beberapa corong penghisap yang
disatukan dan membentuk kepala penghisap (suction head) yang menyerupai alat
penghisap debu (vacuum cleaner).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
Guna memperlancar pekerjaan penghisapan lumpur tanah, maka pada kepala
penghisap dapat dipasang alat multiple jets yaitu penyemprot air bertekanan rendah
yang berguna untuk melepaskan kaitan tanah dari dasarnya sehingga mudah dihisap
oleh pompanya.
b. Kapal Keruk Suction dredge
Fungsi dan cara kerjanya sama dengan dustpan dredge, hanya bentuk
kepala penghisapnya lebih sederhana. Pada beberapa hal kepala penghisap dapat
diberi jets-air. Kedua jenis kapal ini sangat baik untuk digunakan pada tanah lembek
berlumpur.
c. Kapal keruk Suction cutter dredge
Merupakan jenis kapal keruk hisap yang pada ujung ladder bagian bawah
ditempatkan pisau pemotong (rofating cutter)tanah keras. Pisau pemotong (konus)
ini bergerak berputar sehingga memotong dan menghancurkan tanah untuk
selanjutnya bersama cairan dihisap pompa. Jadi pisau pemotong berfungsi untuk
melepaskan dasar tanah dengan kaitannya.
Gambar 2.6. Kapal Keruk Suction cutter dredge
Sumber : Soedjono kramadibrata, 1985
d. Kapal keruk Hopper suction cutter dredge
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
Jenis ini merupakan yang paling popular saat ini, dimana hasil kerukannya
ditampung pada lambung kapal yang kemudian dibuang pada tempat yang
dikehendaki.
Pipa penghisapnya sering disebut sebagai suction tail, kadang-kadang
terdapat 2 buah ditempatkan pada kiri dan kanan lambung kapal. Karena dapat
berlayar sendiri, maka cara operasinya lebih efesien.
e. kapal keruk Traling suction hopper dredger (TSHD)
Traling suction hopper dredger bekerja dengan menyeret pipa penghisap di
dasar perairan, dan mengalirkan material yang terhisap kedalam satu atau beberapa
penampung (hopper) di dalam kapal. Ketika penampung sudah penuh TSHD akan
berlayar ke lokasi pembuangan dan membuang material tersebut melalui pintu yang
ada dibawah kapal atau bisa juga dengan memompa material tersebut keluar kapal.
/
Gambar 2.7. Kapal Keruk Traling suction hopper dredger
Sumber : http://www.rukindo.co.id
2.4. Tabel Jenis-Jenis Kapal Keruk
No. Jenis Kapal Tipe Kapal Keterangan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
1
Mekanis
(mechanical
dredger)
a. Kapal Keruk Cakram
(gappel/clamsell dredger)
b. Kapal Keruk Penggali
(dipper dredger)
c. Kapal Keruk Timba
(bucket dredger)
Kapal tongkang yang
ditempatkan peralatan
cakram, biasanya untuk
penggalian kolam
pelabuhan, dermaga dan
tambatan.
Kapal tongkang yang
ditempatkan peralatan
seperti excavator di darat.
Kapal dengan rantai ban
dilekati timba-timba
pengeruk yang bergerak
terus menerus.
2 Hidraulis
(hydrolic or
suction
dredgers)
a. Kapal Keruk dustpan
dredger
b. Kapal Keruk suction
dredger
c. Kapal Keruk suction
cutter dredger
Memiliki beberapa corong
penghisap yang di tambah
dengan multiple jets, cara
kerja mirip dengan vacuum
cleaner
Corong penghisap yang
lebih sederhana ditambah
dengan jets air.
Memiliki Pisau pemotong
yang bergerak memutar
berada pada ujung pipa
penghisap
No. Jenis Kapal Tipe Kapal Keterangan
d. Kapal Keruk hopper
suction cutter dredger
e. Kapal Keruk Traling
suction hopper dredger
Terdapat 2 buah pipa
penghisap pada kiri dan
kanan lambung kapal serta
dapat menampung hasil
kerukan.
Memiliki pipa penghisap
dan beberapa bak
penampung material.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Ruang lingkup pekerjaan yang dilakukan, meliputi:
Mengerjakan survei kelapangan untuk mengambil data-data primer yang
dibutuhkan.
Melakukan analisis laboratorium untuk mendapatkan nilai diameter butiran
sedimen, berat jenis sedimen dan kecepatan jatuh.
Perhitungan kedalaman sungai.
Perhitungan angkutan sedimen yang terjadi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Mulai
Perumusan Masalah
Tujuan
Mengetahuai Volume
Angkutan Sedimen Total
Pengambilan Data
Primer Sekunde
r
Perhitungan muatan sedimen total yang di hasilkan.
Menentukan Jenis kapal keruk yang sesuai dengan lokasi penelitian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Sampel Sedimen Kondisi Eksisting
Lapangan berupa :
Debit Aliran sungai
Penampang Sungai
Kemiringan Dasar
Uji Laboratorium
Karakteristik
Butiran
Berat Jenis
sedimen
Kecepatan Jatuh
Sedimen
Perhitungan
Kedalaman sungai
Perhitungan Volume
Angkutan Sedimen Total
Kesimpulan dan Saran
3.1 Diagram Alir Penelitian
3.2. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan yang akan dikerjakan yaitu mengambil secara langsung sampel
sedimen dilapangan yaitu badload sediment, pengambilan dilakukan pada 3 titik
lokasi dengan jarak masing-masing titik pengambilan 100 m, lokasi pengambilan
disepanjang sungai Siak dengan aliran lurus/dekat dengan pos duga air. Sampel
sedimen yang diambil dimasukkan kedalam botol berukuran ±1500ml dan
selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian grain size
analysis , spesifik gravity dan fall velocity .
3.2.1 Uji Laboratorium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
1.Grain Size Analysis ( Analisa Saringan)
Pengujian laboratorium ini bertujuan untuk mendapatkan ukuran butiran
sedimen yang nantinya berguna dalam perhitungan volume angkutan sedimen yang
terjadi.
Prosedur pelaksanaan sebagai berikut:
1. Sedimen dibiarkan mengering di udara terbuka lalu dibiarkan sampai
keadaan rapuh, setiap gumpalan butiran dipecahkan hingga rata.
2. Setelah sampel mengering, hancurkan gumpalan-gumpalan pasir tersebut
dengan menggunakan kedua tangan sampai menjadi butiran asli,
usahakan agar tidak sampai menghancurkan butiran asli.
3. Setiap contoh sampel ditimbang beratnya ± 200 gram
4. Contoh sampel tersebut langsung disaring dengan menggunakan saringan
ukuran no. 10, no. 20, no. 30, no. 40, no. 60, no. 80, no.100, no. 200, dan
pan.
Ayakan disusun dalam suatu tumpukan di mana untuk ayakan yang lebih
besar pada bagian atas dan ayakan yang lebih kecil berada dibawahnya.
Sampel diletakkan pada ayakan yang paling atas dan ayakan digetarkan
sehingga pasir jatuh sejauh mungkin menembus tumpukan ayakan.
5. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan mesin pengayak, setiap
sampel dibiarkan selama ± 10 menit agar penyaringan berlangsung secara
sempurna
6. Tanah yang tertahan di masing-masing saringan ditimbang dan dicatat
beratnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
Gambar 3.2 Pengayakan Sample Sedimen
2.Spesivik Gravity (Berat Jenis Tanah)
Pengujian laboratorium ini bertujuan untuk mendapatkan nilai berat jenis
sedimen tersebut yang nantinya berguna dalam perhitunga volume angkutan
sedimen yang terjadi.
Adapun Prosedur pelaksanaan sebagai berikut:
1. Siapkan sample tanah yang lolos saringan no.40 dari hasil test shieve
analysis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
2. Cuci piknometer dengan air suling, Kemudian keringkan selanjutnya
timbang.
3. Masukkan benda uji ke dalam piknometer sampai terisi 1/3 volume
piknometer,kemudian timbang
4. Tambahkan air suling kedalam piknometer yanag berisi benda uji sehingga
piknometer berisi 2/3 volume piknometer.
5. Panaskan piknometer yang berisi rendaman benda uji dengan hati-hati
selama 10 menit atau lebih sehingga udara dalambenda uji keluar
seluruhnya.
6. Rendamlah piknometer dalam bak perendam sampai temperaturnya
tetap.setelah temperaturnya tetap tambahkan air suling sampai leher
piknometer. Keringkan bagian luar piknometer lalu timbang
Gambar 3.3 Pengujian Berat Jenis
3.Fall Velocity (Kecepatan Jatuh)
Pengujian laboratorium ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kecepatan
jatuh sedimen tersebut yang nantinya digunakan dalam menghitung angkutan
volume sedimennya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
Adapun prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Isilah tabung dengan zat cair yang bersih.
2. Sediakan 3 butiran tanah dari 3 sampel sedimen yang ada.
3. Jatuhkan sampel I dari atas tabung sampai mancapai dasar tabung.
4. Hitung dan catatlah waktu yang ditempuh sampel tersebut mulai dari tanda
start sampai ke tanda 20 cm dengan menggunakan stopwatch.
5. Kosongkan tabung dan isi kembali.
6. Ulangi percoban di atas untuk sampel II-III
Gambar 3.4 Pengujian Fall Velocity
3.2.2 Pengumpulan Data
Data-data yang diperoleh meliputi:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
a. Kondisi eksisting lapangan
Data yang diperoleh adalah data kedalaman sungai, lebar sungai, debit sungai
dan kemiringan dasar sungai yang diperoleh dari BWS Sumatera III Kota
Pekanbaru
b. Eksperimen Laboratorium
Sedimen yang diambil dari lapangan kemudian di uji lab. Hasil dari tes
laboratorium berupa analisis ayakan, berat jenis sedimen, serta kecepatan jatuhnya.
c. Studi Pustaka
Dari literature yang berhubungan dengan tugas akhir ini data yang diperoleh
berupa nilai dari gravitasi bumi, berat jenis air.
3.2.3 Perhitungan Kedalaman Sungai
Perhitungan kedalaman sungai menggunakan pendekatan Einstein.
Langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut:
1. Asumsikan harga R’
2. Untuk menentukan harga V digunakan Gambar 3.9 buku sediment Transfort,
Chih Ted Yang halaman 71.
𝑉 = 5.75 U’ ∗ log (12.27 𝑅′
𝑘𝑠 𝑥 )……………………………..…..…………(3.1)
3. Hitung Ψ dan hubungan V/U′ ∗ dengan menggunakan gambar 3.4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
𝛹′ = 𝛾𝑠− 𝛾
𝛾∗
𝑑35
𝑆 𝑅′…………………………………………………………...(3.2)
4.Hitunglah
𝑈∗′′ = ( 𝑉
U′′∗ )−1 𝑉……………………………..………………..……..……..(3.3)
R’’= (𝑈∗′′)
𝑔𝑠
2
…………………………….………...………………...………..(3.4)
5. Hitung R = R’ + R’’
6.Hitung Q = V∗A, jika Q hasi hitungan sama dengan harga Q awal maka
perhitungan sudah benar, jika belum terus di coba sampai sama.
3.2.4 Perhitungan Volume Angkutan Sedimen
Perhitungan Angkutan Sedimen dapat di cari dengan menggunakan metode
sebagai berikut:
1. Metode Yang’s
2. Metode Shen and Hung
3. Metode Englund and Hansen
1. Metode Yang’s
Dalam metode Yang’s diperlukan data-data sebagai berikut:
Ukuran diameter sedimen (d50)
Kemiringan dasar sungai (S)
Kedalaman sungai (D)
Lebar dasar sungai (W)
Debit sungai (Q)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Massa jenis sedimen (𝛾𝑠)
Massa jenis air (𝛾)
Gravitasi (g)
Kecepatan jatuh (𝜔)
Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan sebagai berikut:
1. Menghitung luas penampang (A)
2. Menghitung kecepatan rata-rata (V)
3. Menghitung keliling basah (P)
P = W+2√5. 𝐷…………………………………..………………….……….....(3.5)
4. Menghitung jari-jari hidrolik (R)
R = 𝐴
𝑃………………………………….…………………………......………....(3.6)
5. Menghitung kecepatan geser (U∗)
U∗=(𝑔. 𝑅. 𝑆)0.5…….…………………………………………...……………...(3.7)
6. Menghitung nilai Reynold (Re)
Re = 𝑈∗𝑑50
𝑉………………………………………….…………………..…..….(3.8)
7. Menghitung harga parameter kecepatan kritis (Vcr)
Vcr = 2,5
log 𝑅𝑒−0,06 +0,66…………………………………….……………....….(3.9)
8. Menghitung konsentrasi sedimen total (Ct)
log Ct =5,435- 0,286 log𝜔 𝑑50
𝑣 - 0,457 log
𝑈∗
𝜔 +
(1,799 – 0,409 log 𝜔 𝑑50
𝑣 - 0,314 log
𝑈∗
𝜔 ) log(
𝑉𝑠
𝜔∗
𝑉𝑐𝑟 𝑆
𝜔 )…………..….......(3.10)
9. Menghitung volume berat air (Gw)
10. Menghitung muatan sedimen (Qs)
Untuk lebih jelasnnya dapat dilihat dalam Gambar 3.5.
Menghitung luas penampang (A)
Menghitung kecepatan rata-rata (V)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
Gambar 3.5 Langkah-langkah Penyelesaian Metode Yang’s
2. Metode Shen and Hung
Dalam metode Shen and Hung diperlukan data-data sebagai berikut:
Ukuran diameter sedimen (d50)
Kemiringan dasar sungai (S)
Lebar dasar sungai (W)
Kedalaman Sungai (Q)
Debit Sungai (D)
Massa jenis sedimen (𝛾𝑠)
Menghitung keliling basah (P)
Menghitung kecepatan geser (U∗)
Menghitung nilai Reynold (Re)
Menghitung kecepatan kritis (Vcr)
Menghitung konsentrasi sedimen total (Ct)
Menghitung volume berat air (Gw)
Menghitung muatan sedimen (Qs)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Massa jenis air (𝛾)
Gravitasi (g)
Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:
1. Menghitung luas penampang (A)
A = W.D + 2.D2…………...…………………………...………………....(3.11)
Dengan asumsi penampang lokasi sungai trapesium
2. Menghitung kecepatan rata-rata (V)
V = 𝑄
𝐴 …………………………………..……………………..……...........(3.12)
3. Menghitung konsentrasi sedimen total (Ct)
Log Ct = -107404,459 + 324214,747. y – 32630,589. y2
+ 10955,872. y2………………………………………………..(3.13)
Dimana:
Y = [𝑉𝑠0,57
𝑤0,32] 0,0075 ………………………………………….....………...(3.14)
4. Menghitung volume berat air (Gw)
Gw = 𝛾 ∗ 𝜔 ∗ 𝐷 ∗ 𝑉………………………………………….....………...(3.15)
5. Menghitung muatan sedimen (Qs)
Qs = Ct * Gw………………………………………………………….…(3.16)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.6.
Menghitung Luas Penampang (A)
Menghitung Kecepatan Rata-rata (V)
Menghitung Konsentrasi Sedimen (Qs)
Menghitung Volume Air (Gw)
Menghitung Muatan Sedimen Total (Qs)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
Gambar 3.6 Langkah-langkah Penyeesaian Metode Shen and Hung
3. Metode Engelund and Hansen’s
Dalam metode Engelund and Hansen diperlukan data-data sebagai berikut:
Ukuran diameter sedimen (d50)
Kemiringan dasar saluran (S)
Kedalaman sungai (D)
Lebar dasar saluran (W)
Debit sungai (Q)
Massa jenis sedimen (𝛾𝑠)
Massa jenis air (𝛾)
Langkah-langkah perhitungan yang akan dkerjakan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung luas penampang (A)
2. Menghitung kecepatan rata-rata (V)
3. Menghitung harga qs
qs = 0,05 𝛾𝑠𝑉2 [𝑑50
𝑔(𝛾𝑠
𝛾)]1 2⁄ [
𝜏0
(𝛾𝑠−𝛾)]3/2………………...…..………….…(3.17)
dimana nilai tegangan gesernya adalah sebagai berikut :
𝜏0= 𝛾∗𝐷∗𝑆 …………………………………………..……………..……...(3.18)
4. Menghitung muatan sedimen (Qs)
Qs = W * qs ……………………………………………………...…….....(3.19)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.7 :
Menghitung Luas Penampang (A))
Menghitung Kecepatan Rata-rata (V)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
Gambar 3.7 Langkah Penyelesaian Metode Engelund and Hansen
3.3 Lokasi Studi Penelitian
Tugas akhir ini menganalisis Volume angkutan sedimen pada Pelabuhan
Sungai Duku tepatnya di Sungai Siak Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Koordinat
Pelabuhan Sungai Duku berada pada 0°33'5''N 101°27'41''E , Sedangkan letak
geografis Sungai Siak antara 100˚ 28 BT -102˚ 12 BT dan 0˚ 20’ LU-1˚16’ LU.
Lebar Sungai Siak rata-rata 100 - 125 m dengan kedalaman ±15 m. Panjang Sungai
Siak ±350 km , Sepanjang ±150 km dapat dilayari kapal.
Sungai Siak berhulu di perbukitan kubu beringin,bukit suligi dan bukit
pandan di Kabupaten Rokan Hulu, Hilirnya bermuara di Selat Malaka yang berada
di Kabupaten Siak.
Menghitung Tegangan Geser (𝜏)
Menghitung Harga qs
Menghitung Muatan Sedimen Total (Qs)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
Gambar 3.8 Lokasi Penelitian
Secara Administrasi wilayah DAS Siak berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kab. Rokan Hulu, Kab. Siak dan Kab. Bengkalis
Sebelah Timur : Kab. Siak dan selat Malaka
Sebelah Selatan : Kab. Kampar dan Kab. Siak
Sebelah Barat : Kab. Rokan Hulu
Berdasarkan hasil analisa sistem Informasi Geografis maka DAS Siak
terbagi atas 4 (empat) Sub DAS yaitu sebagai berikut:
NO Sub DAS Luas (Ha)
1 Tapung Kiri 228.24,87
2 Tapung Kanan 256.055,15
3 Mandau 292.600,71
4 Siak Hilir 364.580,71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
Total Sub DAS 1.142.479,35
Sumber : BWS Sumatera III
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Ruang lingkup pekerjaan yang dilakukan, meliputi:
Mengerjakan survei kelapangan untuk mengambil data-data primer yang
dibutuhkan.
Melakukan analisis laboratorium untuk mendapatkan nilai diameter butiran
sedimen, berat jenis sedimen dan kecepatan jatuh.
Perhitungan kedalaman sungai.
Perhitungan angkutan sedimen yang terjadi.
Perhitungan muatan sedimen total yang di hasilkan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
Mulai
Perumusan Masalah
Tujuan
Mengetahuai Volume
Angkutan Sedimen Total
Pengambilan Data
Primer Sekunde
r
Menentukan Jenis kapal keruk yang sesuai dengan lokasi penelitian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
Sampel Sedimen Kondisi Eksisting
Lapangan berupa :
Debit Aliran sungai
Penampang Sungai
Kemiringan Dasar
Uji Laboratorium
Karakteristik
Butiran
Berat Jenis
sedimen
Kecepatan Jatuh
Sedimen
Perhitungan
Kedalaman sungai
Perhitungan Volume
Angkutan Sedimen Total
Kesimpulan dan Saran
3.1 Diagram Alir Penelitian
3.2. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan yang akan dikerjakan yaitu mengambil secara langsung sampel
sedimen dilapangan yaitu badload sediment, pengambilan dilakukan pada 3 titik
lokasi dengan jarak masing-masing titik pengambilan 100 m, lokasi pengambilan
disepanjang sungai Siak dengan aliran lurus/dekat dengan pos duga air. Sampel
sedimen yang diambil dimasukkan kedalam botol berukuran ±1500ml dan
selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian grain size
analysis , spesifik gravity dan fall velocity .
3.2.1 Uji Laboratorium
1.Grain Size Analysis ( Analisa Saringan)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
Pengujian laboratorium ini bertujuan untuk mendapatkan ukuran butiran
sedimen yang nantinya berguna dalam perhitungan volume angkutan sedimen yang
terjadi.
Prosedur pelaksanaan sebagai berikut:
1. Sedimen dibiarkan mengering di udara terbuka lalu dibiarkan sampai
keadaan rapuh, setiap gumpalan butiran dipecahkan hingga rata.
2. Setelah sampel mengering, hancurkan gumpalan-gumpalan pasir tersebut
dengan menggunakan kedua tangan sampai menjadi butiran asli,
usahakan agar tidak sampai menghancurkan butiran asli.
3. Setiap contoh sampel ditimbang beratnya ± 200 gram
4. Contoh sampel tersebut langsung disaring dengan menggunakan saringan
ukuran no. 10, no. 20, no. 30, no. 40, no. 60, no. 80, no.100, no. 200, dan
pan.
Ayakan disusun dalam suatu tumpukan di mana untuk ayakan yang lebih
besar pada bagian atas dan ayakan yang lebih kecil berada dibawahnya.
Sampel diletakkan pada ayakan yang paling atas dan ayakan digetarkan
sehingga pasir jatuh sejauh mungkin menembus tumpukan ayakan.
5. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan mesin pengayak, setiap
sampel dibiarkan selama ± 10 menit agar penyaringan berlangsung secara
sempurna
6. Tanah yang tertahan di masing-masing saringan ditimbang dan dicatat
beratnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
Gambar 3.2 Pengayakan Sample Sedimen
2.Spesivik Gravity (Berat Jenis Tanah)
Pengujian laboratorium ini bertujuan untuk mendapatkan nilai berat jenis
sedimen tersebut yang nantinya berguna dalam perhitunga volume angkutan
sedimen yang terjadi.
Adapun Prosedur pelaksanaan sebagai berikut:
1. Siapkan sample tanah yang lolos saringan no.40 dari hasil test shieve
analysis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
2. Cuci piknometer dengan air suling, Kemudian keringkan selanjutnya
timbang.
3. Masukkan benda uji ke dalam piknometer sampai terisi 1/3 volume
piknometer,kemudian timbang
4. Tambahkan air suling kedalam piknometer yanag berisi benda uji sehingga
piknometer berisi 2/3 volume piknometer.
5. Panaskan piknometer yang berisi rendaman benda uji dengan hati-hati
selama 10 menit atau lebih sehingga udara dalambenda uji keluar
seluruhnya.
6. Rendamlah piknometer dalam bak perendam sampai temperaturnya
tetap.setelah temperaturnya tetap tambahkan air suling sampai leher
piknometer. Keringkan bagian luar piknometer lalu timbang
Gambar 3.3 Pengujian Berat Jenis
3.Fall Velocity (Kecepatan Jatuh)
Pengujian laboratorium ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kecepatan
jatuh sedimen tersebut yang nantinya digunakan dalam menghitung angkutan
volume sedimennya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
Adapun prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Isilah tabung dengan zat cair yang bersih.
2. Sediakan 3 butiran tanah dari 3 sampel sedimen yang ada.
3. Jatuhkan sampel I dari atas tabung sampai mancapai dasar tabung.
4. Hitung dan catatlah waktu yang ditempuh sampel tersebut mulai dari tanda
start sampai ke tanda 20 cm dengan menggunakan stopwatch.
5. Kosongkan tabung dan isi kembali.
6. Ulangi percoban di atas untuk sampel II-III
Gambar 3.4 Pengujian Fall Velocity
3.2.2 Pengumpulan Data
Data-data yang diperoleh meliputi:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
a. Kondisi eksisting lapangan
Data yang diperoleh adalah data kedalaman sungai, lebar sungai, debit sungai
dan kemiringan dasar sungai yang diperoleh dari BWS Sumatera III Kota
Pekanbaru
b. Eksperimen Laboratorium
Sedimen yang diambil dari lapangan kemudian di uji lab. Hasil dari tes
laboratorium berupa analisis ayakan, berat jenis sedimen, serta kecepatan jatuhnya.
c. Studi Pustaka
Dari literature yang berhubungan dengan tugas akhir ini data yang diperoleh
berupa nilai dari gravitasi bumi, berat jenis air.
3.2.3 Perhitungan Kedalaman Sungai
Perhitungan kedalaman sungai menggunakan pendekatan Einstein.
Langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut:
1. Asumsikan harga R’
2. Untuk menentukan harga V digunakan Gambar 3.9 buku sediment Transfort,
Chih Ted Yang halaman 71.
𝑉 = 5.75 U’ ∗ log (12.27 𝑅′
𝑘𝑠 𝑥 )……………………………..…..…………(3.1)
3. Hitung Ψ dan hubungan V/U′ ∗ dengan menggunakan gambar 3.4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
𝛹′ = 𝛾𝑠− 𝛾
𝛾∗
𝑑35
𝑆 𝑅′…………………………………………………………...(3.2)
4.Hitunglah
𝑈∗′′ = ( 𝑉
U′′∗ )−1 𝑉……………………………..………………..……..……..(3.3)
R’’= (𝑈∗′′)
𝑔𝑠
2
…………………………….………...………………...………..(3.4)
5. Hitung R = R’ + R’’
6.Hitung Q = V∗A, jika Q hasi hitungan sama dengan harga Q awal maka
perhitungan sudah benar, jika belum terus di coba sampai sama.
3.2.4 Perhitungan Volume Angkutan Sedimen
Perhitungan Angkutan Sedimen dapat di cari dengan menggunakan metode
sebagai berikut:
4. Metode Yang’s
5. Metode Shen and Hung
6. Metode Englund and Hansen
1. Metode Yang’s
Dalam metode Yang’s diperlukan data-data sebagai berikut:
Ukuran diameter sedimen (d50)
Kemiringan dasar sungai (S)
Kedalaman sungai (D)
Lebar dasar sungai (W)
Debit sungai (Q)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
Massa jenis sedimen (𝛾𝑠)
Massa jenis air (𝛾)
Gravitasi (g)
Kecepatan jatuh (𝜔)
Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan sebagai berikut:
1. Menghitung luas penampang (A)
2. Menghitung kecepatan rata-rata (V)
3. Menghitung keliling basah (P)
P = W+2√5. 𝐷…………………………………..………………….……….....(3.5)
4. Menghitung jari-jari hidrolik (R)
R = 𝐴
𝑃………………………………….…………………………......………....(3.6)
5. Menghitung kecepatan geser (U∗)
U∗=(𝑔. 𝑅. 𝑆)0.5…….…………………………………………...……………...(3.7)
6. Menghitung nilai Reynold (Re)
Re = 𝑈∗𝑑50
𝑉………………………………………….…………………..…..….(3.8)
7. Menghitung harga parameter kecepatan kritis (Vcr)
Vcr = 2,5
log 𝑅𝑒−0,06 +0,66…………………………………….……………....….(3.9)
8. Menghitung konsentrasi sedimen total (Ct)
log Ct =5,435- 0,286 log𝜔 𝑑50
𝑣 - 0,457 log
𝑈∗
𝜔 +
(1,799 – 0,409 log 𝜔 𝑑50
𝑣 - 0,314 log
𝑈∗
𝜔 ) log(
𝑉𝑠
𝜔∗
𝑉𝑐𝑟 𝑆
𝜔 )…………..….......(3.10)
9. Menghitung volume berat air (Gw)
10. Menghitung muatan sedimen (Qs)
Untuk lebih jelasnnya dapat dilihat dalam Gambar 3.5.
Menghitung luas penampang (A)
Menghitung kecepatan rata-rata (V)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
Gambar 3.5 Langkah-langkah Penyelesaian Metode Yang’s
2. Metode Shen and Hung
Dalam metode Shen and Hung diperlukan data-data sebagai berikut:
Ukuran diameter sedimen (d50)
Kemiringan dasar sungai (S)
Lebar dasar sungai (W)
Kedalaman Sungai (Q)
Debit Sungai (D)
Massa jenis sedimen (𝛾𝑠)
Menghitung keliling basah (P)
Menghitung kecepatan geser (U∗)
Menghitung nilai Reynold (Re)
Menghitung kecepatan kritis (Vcr)
Menghitung konsentrasi sedimen total (Ct)
Menghitung volume berat air (Gw)
Menghitung muatan sedimen (Qs)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
Massa jenis air (𝛾)
Gravitasi (g)
Langkah-langkah perhitungan yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:
1. Menghitung luas penampang (A)
A = W.D + 2.D2…………...…………………………...………………....(3.11)
Dengan asumsi penampang lokasi sungai trapesium
2. Menghitung kecepatan rata-rata (V)
V = 𝑄
𝐴 …………………………………..……………………..……...........(3.12)
3. Menghitung konsentrasi sedimen total (Ct)
Log Ct = -107404,459 + 324214,747. y – 32630,589. y2
+ 10955,872. y2………………………………………………..(3.13)
Dimana:
Y = [𝑉𝑠0,57
𝑤0,32] 0,0075 ………………………………………….....………...(3.14)
4. Menghitung volume berat air (Gw)
Gw = 𝛾 ∗ 𝜔 ∗ 𝐷 ∗ 𝑉………………………………………….....………...(3.15)
5. Menghitung muatan sedimen (Qs)
Qs = Ct * Gw………………………………………………………….…(3.16)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.6.
Menghitung Luas Penampang (A)
Menghitung Kecepatan Rata-rata (V)
Menghitung Konsentrasi Sedimen (Qs)
Menghitung Volume Air (Gw)
Menghitung Muatan Sedimen Total (Qs)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
Gambar 3.6 Langkah-langkah Penyeesaian Metode Shen and Hung
3. Metode Engelund and Hansen’s
Dalam metode Engelund and Hansen diperlukan data-data sebagai berikut:
Ukuran diameter sedimen (d50)
Kemiringan dasar saluran (S)
Kedalaman sungai (D)
Lebar dasar saluran (W)
Debit sungai (Q)
Massa jenis sedimen (𝛾𝑠)
Massa jenis air (𝛾)
Langkah-langkah perhitungan yang akan dkerjakan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung luas penampang (A)
2. Menghitung kecepatan rata-rata (V)
3. Menghitung harga qs
qs = 0,05 𝛾𝑠𝑉2 [𝑑50
𝑔(𝛾𝑠
𝛾)]1 2⁄ [
𝜏0
(𝛾𝑠−𝛾)]3/2………………...…..………….…(3.17)
dimana nilai tegangan gesernya adalah sebagai berikut :
𝜏0= 𝛾∗𝐷∗𝑆 …………………………………………..……………..……...(3.18)
4. Menghitung muatan sedimen (Qs)
Qs = W * qs ……………………………………………………...…….....(3.19)
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 3.7 :
Menghitung Luas Penampang (A))
Menghitung Kecepatan Rata-rata (V)
Menghitung Tegangan Geser (𝜏)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Gambar 3.7 Langkah Penyelesaian Metode Engelund and Hansen
3.3 Lokasi Studi Penelitian
Tugas akhir ini menganalisis Volume angkutan sedimen pada Pelabuhan
Sungai Duku tepatnya di Sungai Siak Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Koordinat
Pelabuhan Sungai Duku berada pada 0°33'5''N 101°27'41''E , Sedangkan letak
geografis Sungai Siak antara 100˚ 28 BT -102˚ 12 BT dan 0˚ 20’ LU-1˚16’ LU.
Lebar Sungai Siak rata-rata 100 - 125 m dengan kedalaman ±15 m. Panjang Sungai
Siak ±350 km , Sepanjang ±150 km dapat dilayari kapal.
Sungai Siak berhulu di perbukitan kubu beringin,bukit suligi dan bukit
pandan di Kabupaten Rokan Hulu, Hilirnya bermuara di Selat Malaka yang berada
di Kabupaten Siak.
Gambar 3.8 Lokasi Penelitian
Menghitung Harga qs
Menghitung Muatan Sedimen Total (Qs)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
Secara Administrasi wilayah DAS Siak berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kab. Rokan Hulu, Kab. Siak dan Kab. Bengkalis
Sebelah Timur : Kab. Siak dan selat Malaka
Sebelah Selatan : Kab. Kampar dan Kab. Siak
Sebelah Barat : Kab. Rokan Hulu
Berdasarkan hasil analisa sistem Informasi Geografis dan Check Lapangan
maka DAS Siak terbagi atas 4 (empat) Sub DAS yaitu sebagai berikut:
NO Sub DAS Luas (Ha)
1 Tapung Kiri 228.24,87
2 Tapung Kanan 256.055,15
3 Mandau 292.600,71
4 Siak Hilir 364.580,71
Total Sub DAS 1.142.479,35
Sumber : BWS Sumatera III
BAB IV
PERHITUNGAN MUATAN ANGKUTAN SEDIMEN
4.1. Kemiringan Dasar Sungai
Berdasarkan Data Utama Sungai Induk di Provinsi Riau yang dikeluarkan
oleh BWS Sumatera III Kota Pekanbaru, Pelabuhan Sungai Duku berada pada
Middle Stream (Tengah) dari panjang daerah aliran Sungai Siak yang memiliki
kemiringan dasar sungai 0,00025
Tabel 4.1 Kemiringan Dasar Sungai Siak Berdasarkan Daerah Aliran Sungai
Daerah Jarak/Panjang Daerah Aliran Kemiringan Dasar
Sungai
Up Stream
(Hulu) 65 KM 0.002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
Sumber : BWS Sumatera III
4.2. Hasil Uji Laboratorium
1. Grain Size Analysis (Ukuran Butiran Tanah)
Dari hasil uji laboratorium ini di dapat bahwa sedimen tersebut berjenis lanau
dikarenakan nilai diameter sedimennya berkisar 0.0075-0.002 mm.
D10 = 0.005 mm
D30 = 0.063 mm
D35 = 0.072 mm
D50 = 0.131 mm
D65 = 0.193 mm
2. Spesivik Gravity (Berat Jenis)
Dari hasil uji laboratorium di laboratorium mekanika tanah Universitas Sumatera
Utara di dapatkan hasil berat jenis sedimen sebesar 2.6655 gr/cm3.
3. Fall Velocity (Kecepatan Jatuh)
Sampel I
Percobaan 1 2 3
Tinggi ( m ) 0.2 0.2 0.2
Waktu ( s ) 1.1 1.3 1
Kecepatan ( m/s ) 0.181 0.153 0.2
Kecepat rata-rata = 0.181+0.153+0.2
3 = 0.178 m/s
Middle Stream
(Tengah)
80KM 0.00025
Down Stream
(Hilir) 200KM 0.00003
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
Sampel II
Percobaan 1 2 3
Tinggi ( m ) 0.2 0.2 0.2
Waktu ( s ) 1 0.8 1
Kecepatan ( m/s ) 0.2 0.25 0.2
Kecepatan rata-rata = 0.2+0.25+0.2
3 = 0.216 m/s
Sampel III
Percobaan 1 2 3
Tinggi ( m ) 0.2 0.2 0.2
Waktu (s ) 0.6 0.5 0.5
Kecepatan (m/s ) 0.333 0.4 0.4
Kecepatan rata-rata = 0.333+0.4+0.4
3 = 0.377 m/s
Maka, Kecepatan jatuh (𝜔) = 0.178+0.216+0.377
3 = 0.257 m/s
4.3. Perhitungan Kedalaman Sungai
Untuk menghitung kedalaman sungai dalam hal ini digunakan metode
Einstein, dimana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil uji laboratorium diketahui data-data sebagai berikut :
Berat Jenis Sedimen ( 𝛾𝑠 ) = 2665 kg/𝑚3
Viskositas Kinematik = 0.000016
D35 = 0.072 mm
D65 = 0.193 mm
2. Diketahui debit rerata pada bulan januari tahun 2010 (Q) = 584.57 m3/detik dan
diasumsikan R’ = 3.839 m.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
3. Menghitung (𝑈’∗)
𝑈’∗ = ( g.R.𝘚 )1/2
= (9.81 * 3.839 * 0.00025)1/2
= 0.0970 m/s
4. Menghitung ( 𝛿 )
𝛿 = 11.6𝜈
U’∗
= 11.6∗0.0000016
0.0970
= 0.0001913
Maka :
𝑘𝑠
𝛿=
𝑑65
𝛿
= 0.000193
0.0001913
= 1.011
5. Menentukan nilai x
Dari gambar 3.9 Buku Sediment Transport Chih ted yang halaman 71 didapat
nilai x = 1.618
Gambar 4.1 : Hubungan antara x dan Ks/𝛿
6. Menghitung ( 𝑉 )
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
V = 5.75 U’ ∗ log (12.27 𝑅′
𝑘𝑠 𝑥 )
= 5.75 (0.0970) log(12.27 3.839
1.011 1.6 18)
= 1.047 𝑚/s
7. Menghitung ( 𝛹 ′)
𝛹 ′ = 𝛾𝑠 − 𝛾
𝛾∗
𝑑35
𝑆 𝑅′
=2665 − 999.14
999.14∗
0.000072
0.00025 ∗ 3.839
= 0.125
8. Menentukan 𝑉
U’∗
Dari gambar 3.10 Buku Sediment Tranport Chih ted yang halaman 72 didapat
nilai 𝑉
U’∗= 100
Gambar 4.2 : Hubungan antara 𝑉
𝑈∗′′ dan Ψ
9. Menghitung 𝑈∗′′
𝑈∗′′ = (
𝑉
U′′ ∗ )−1 𝑉
= ( 100 )−1 ∗ 1.047
= 0.01047 𝑚/𝑠
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
10. Menghitung R′′
R′′ =(𝑈∗′′)2
𝑔 𝑆
=(0.01047)2
9.81 ∗ 0.00025
= 0.0447 𝑚
11. Menghitung R
𝑅 = 𝑅′ + 𝑅′′
= 3.839 + 0.0447
= 3.884 𝑚
12. Dicoba nilai kedalaman D = 4.185 m, maka :
Luas penampang ( A ) = 125 D + D2
= 150 ( 4.185) + ( 4.185 )2
= 558.113 m2
Keliling Basah ( P ) = 2√2 ∗ 𝐷 + 150
= 2.828 (4.185) + 125
= 143.706 𝑚
Check nilai R :
𝑅 = 𝐴
𝑃
= 558.113 𝑚²
143.706 𝑚
= 3.884 𝑚………………………………………………………..…...(OK)
Maka nilai Q = A*V
= 558.113* 1.047
= 584.57 m3/detik …………………………………..……(OK)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
Jadi nilai D yang diperoleh adalah 4.185 m
Lebar Sungai = 150 m
Kedalaman
4.185 m
Lebar Dasar sungai = 125 m
4.3: Gambar Penampang Sungai Setelah dihitung Kedalamannya
Tabel 4.2 Kedalaman sungai
Tahun Bulan
Debit rata rata
per bulan
(m³/s)
Kedalaman
( m )
2010
Januari 584,57 4,185
Februari 504,07 3,822
Maret 617,71 4,330
April 468,68 3,656
Mei 222,29 2,324
Juni 231,13 2,379
Juli 240,54 2,437
Agustus 254,18 2,520
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
September 667,58 4,542
Oktober 817,00 5,144
November 921,48 5,539
Desember 912,58 5,507
Tahun Bulan
Debit rata
rata per bulan
(m³/s)
Kedalaman
( m )
2011
Januari 556,76 4,061
Februari 556,12 4,058
Maret 504,48 3,824
April 580,14 4,165
Mei 301,92 2,798
Juni 278,10 2,661
Juli 287,90 2,718
Agustus 297,73 2,774
September 713,25 4,731
Oktober 911,65 5,503
November 944,76 5,625
Desember 908,77 5,492
Tahun Bulan
Debit rata
rata per bulan
(m³/s)
Kedalaman
( m )
2012
Januari 553,86 4,048
Februari 543,72 4,003
Maret 407,57 3,358
April 464,26 3,635
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
Mei 345,54 3,037
Juni 323,73 2,919
Juli 339,40 3,004
Agustus 356,55 3,095
September 735,54 4,822
Oktober 876,32 5,371
November 954,37 5,660
Desember 916,66 5,522
Tahun Bulan
Debit rata
rata per bulan
(m³/s)
Kedalaman
( m )
2013
Januari 514,89 3,872
Februari 498,17 3,795
Maret 501,78 3,812
April 519,64 3,894
Mei 445,67 3,546
Juni 383,16 3,234
Juli 388,29 3,260
Agustus 385,33 3,245
September 754,55 4,898
Oktober 798,69 5,073
November 983,69 5,767
Desember 918,88 5,530
Tahun Bulan
Debit rata
rata per bulan
(m³/s)
Kedalaman
( m )
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
2014
Januari 535,66 3,967
Februari 539,48 3,984
Maret 520,02 3,896
April 507,97 3,840
Mei 492,33 3,768
Juni 489,37 3,754
Juli 481,98 3,719
Agustus 489,05 3,753
September 754,08 4,896
Oktober 806,86 5,105
November 973,46 5,730
Desember 975,05 5,735
Sumber : Hasil Analisis Pehitungan
4.4 Perhitungan Muatan Sedimen
4.4.1 Metode Yang’s
Diketahui data sebagai berikut :
Ukuran diameter sedimen (𝑑50 ) = 0.131 mm
Kemiringan sungai (𝑆) = 0.00025
Lebar dasar sungai (𝑊) = 125 m
Berat jenis sedimen (𝛾𝑠) = 2665.5 kg/m3
Berat jenis air (𝛾) = 999.14 kg/m3
Gravitasi (𝑔) = 9.81 m2/s
Kecepatan jatuh (𝜔) = 0.257 m/s
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
72
Perhitungan untuk 1 hari dalam bulan januari pada tahun 2010 dengan debit rata-
rata bulanan adalah Q = 584.57 m3/s
Langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
1. Hitunglah luas penampang (A)
A = B *D + 2 𝐷2
= 125 * 4.185 + 2 ∗ 4.1852
= 558.113 𝑚2
2. 𝑉 =𝑄
𝐴
= 584.57/558.113
= 1.047 m/s
3. Hituglah kecepatan geser
𝑈 ∗ = (𝑔. 𝑅. 𝑆)0.5
= (9.81 ∗ 4.185 ∗ 0.00025)0.5
= 0.10 m/s
4. Hitunglah nilai bilangan Reynold
Re = U*d50
v
Re = 0.10*0.000131
0.000016
= 8.03 𝑚/𝑠
5. Hitunglah harga parameter kecepatan kritis
Vcr = 2.5
log Re − 0.06+ 0.66
= 2.5
Log (8.03) − 0.06+ 0.66
= 3.02 𝑚/𝑠
6. Konsentrasi sedimen total
𝐿𝑜𝑔 𝐶𝑡 = 5.435 − 0.286 𝑙𝑜𝑔𝜔 𝑑50
𝑣− 0.457 𝑙𝑜𝑔
∪∗
𝜔+
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
(1.799 − 0.409 𝑙𝑜𝑔 (𝜔 𝑑50
𝑣) − 0.314 𝑙𝑜𝑔 (
∪∗
𝜔)) log (
𝑉𝑠
𝜔−
𝑉𝑐𝑟 𝑠
𝜔)
𝐿𝑜𝑔 𝐶𝑡 = 5.435 − 0.286 𝑙𝑜𝑔 (0.257 ∗ 0.000131
0.0000016) − 0.457 𝑙𝑜𝑔 (
0.10
0.257) +
(1.799 − 0.409 𝑙𝑜𝑔 (0.257 ∗ 0.000131
0.0000016) − 0.314 𝑙𝑜𝑔 (
0.10
0.257) )
Log (1.047 ∗ 0.00025
0.257−
3.02 ∗ 0.00025
0.257)
𝐿𝑜𝑔 𝐶𝑡 = 1.91
𝐶𝑡 = 81.42
7. Hitung 𝐺𝑤
𝐺𝑤 = 𝛾 ∗ 𝜔 ∗ 𝐷 ∗ 𝑉
𝐺𝑤 = 999.14 ∗ 125 ∗ 4.185 ∗ 1.047
= 547414.88 𝑘𝑔/𝑠
8. Muatan sedimen
𝑄𝑠 = 𝐶𝑡 ∗ 𝐺𝑤
𝑄𝑠 = (81.42
1000000) ∗ 547414.88
= 3850.92 𝑡𝑜𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖
Maka, muatan sedimen untuk bulan januari adalah = 3850.92 ton/hari x 31 hari
= 119378.52 ton/bulan
Dengan cara yang sama, jumlah muatan sedimen untuk bulan Februari-Desember
pada tahun 2010 dapat dilihat pada table 4.3
Table 4.3 Muatan Sedimen Metode Yang’s
Bulan Qs (ton)
Januari 119378.52
Februari 92715.25
Maret 126300.81
April 92277.50
Mei 45799.04
Juni 46004.90
Juli 49393.56
Agustus 52089.38
September 132362.33
Oktober 168533.62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
November 184883.74
Desember 189119.72
Total 1298858.39
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan
Jadi, jumlah sedimen pada tahun 2010 adalah :
𝑄𝑠 = 1298858.39 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑄𝑠 =1298858.39 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
2665 𝑘𝑔/𝑚3 = 487285.08 𝑚³/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
4.4.2 Metode Shen And Hung
Diketahui data sebagai berikut:
Ukuran diameter sedimen (𝑑50) = 0.1031 mm
Kemiringan Sungai (𝑆) = 0.00025
Lebar dasar sungai (𝑊) = 125 m
Berat jenis sedimen (𝛾𝑠) = 2665.5 kg/m3
Berat jenis air (𝛾) = 999.14 kg/m3
Gravitasi (𝑔) = 9.81 m2/s
Kecepatan jatuh (𝜔) = 0.257 m/s
Perhitungan untuk 1 hari dalam bulan januari 2010 dengan debit rata-rata bulanan
adalah Q =584.57 m3/s
Langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut :
1. Hitung luas penampang (A)
A = B *D + 2 𝐷2
= 125* 4.185 + 2 ∗ 4.1852
= 558.113 𝑚2
2. 𝑉 =𝑄
𝐴
= 584.57/558.113
= 1.047 m/s
3. Hitunglah konsentrasi sedimen total
𝐿𝑜𝑔 𝐶𝑡 =−107404.459 + 324214.747 ∗ 𝑦 − 32630.589 ∗ 𝑦2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
+109503,872 ∗ 𝑦3
Dimana :
𝑌 = [𝑉𝑠0.57
𝑤0.32]0.0075
= [1.047 ∗ 0.000250.57
0.2570.32]0.0075
= 0.9687
Maka :
𝐿𝑜𝑔 𝐶𝑡 = −107404.459 + 324214.747 ∗ 𝑦 − 32630.589 ∗ 𝑦2
+109503,872 ∗ 𝑦3
𝐿𝑜𝑔 𝐶𝑡 = −107404.459 + 324214.747 ∗ 0.9687 − 32630.589 ∗ (0.9687)2 +
109503,872 ∗ (0.9687)3
log 𝐶𝑡 = 0.0018
𝐶𝑡 = 1.0042
4. Hitung volume berat air
𝐺𝑤 = 𝛾 ∗ 𝜔 ∗ 𝐷 ∗ 𝑉
𝐺𝑤 = 999.14 ∗ 125 ∗ 4.185 ∗ 1.047
= 547414.88 𝑘𝑔/𝑠
5. Muatan sedimen
𝑄𝑠 = 𝐶𝑡 ∗ 𝐺𝑤
𝑄𝑠 = (1.0042
1000000) ∗ 547414.88
= 47.50 𝑡𝑜𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖
Maka, muatan sedimen untuk bulan januari : Qs = 47.50 ton x 31 hari
= 1472.43 ton/bulan
Dngan cara yang sama, jumlah muatan sedimen untuk bulan Februari-Desember
pada tahun 2010 dapat dilihat pada table 4.4
Table 4.4 Muatan Sedimen Metode Shen and Hung
Bulan Qs (ton)
Januari 1472.43
Februari 891.47
Maret 1702.53
April 781.89
Mei 92.05
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
Juni 100.39
Juli 117.17
Agustus 138.50
September 2017.72
Oktober 3497.97
November 4576.92
Desember 4616.67
Total 20005.71
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan
Jadi, jumlah sedimen pada tahun 2010 adalah :
𝑄𝑠 = 200005 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑄𝑠 =200005 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
2665 𝑘𝑔/𝑚3 = 7505.42 𝑚³/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
4.4.3 Motode Engelund and Hansen’s
Diketahui data sebagai berikut :
Ukuran diameter sedimen (𝑑50) = 0.1035 mm
Kemiringan Sungai (𝑆) = 0.00025
Lebar dasar sungai (𝑊) = 125 m
Berat jenis sedimen (𝛾𝑠) = 2665.5 kg/m3
Berat jenis air (𝛾) = 999.14 kg/m3
Gravitasi (𝑔) = 9.81 m2/s
Kecepatan jatuh (𝜔) = 0.257 m/s
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77
Perhitungan untuk 1 hari dalam bulan januari 2010 dengan debit rata-rata bulanan
adalah Q = 584.57 m3/s
Langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut :
1. Hitung luas penampang (A)
A = B *D + 2 𝐷2
= 125 * 4.185 + 2 ∗ 4.1852
= 588.113 𝑚2
2. 𝑉 =𝑄
𝐴
= 584.57/5558.113
= 1.047 m/s
3. Hitung 𝑞𝑠
𝜏0 = 𝛾 ∗ 𝐷 ∗ 𝑠
𝜏0 = 999.14 ∗ 4.185 ∗ 0.00025
𝜏0 = 1.05 𝑘𝑔/𝑚2
𝑞𝑠 = 0.05 𝛾𝑠 ∗ 𝑉2[𝑑50
𝑔 (𝛾𝑠𝛾 1)
]1
2⁄ [𝜏𝜊
(𝛾𝑠 − 𝛾)𝑑50)]
32⁄
𝑞𝑠 = 0.005 ∗ 2665.5 ∗ (07415)2 [0.000131
9.81(2655.5999.14 − 1)
]
12⁄
[1.05
(2655.5 − 999.14)0.000131]
32⁄
qs= 4.31 (kg/s)/m
4. Hitung muatan sedimen
𝑄𝑠 = 𝑊 ∗ 𝑞𝑠
𝑄𝑠 = 125 ∗ 4.31
= 46580.46 𝑡𝑜𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖
Maka, muatan sedimen untuk bulan Januari : 𝑄𝑠 = 46580.46 × 31 hari
= 1443994.38 𝑡𝑜𝑛/𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Dengan cara yang sama,jumlah muatan sedimen untuk bulan Februari-Desember
pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.5
Table 4.5 Muatan Sedimen Metode Engelund and Hansen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78
Bulan Qs (ton)
Januari 1443994.38
Februari 1025815.41
Maret 1578305.57
April 976370.31
Mei 296503.97
Juni 306060.84
Juli 337832.21
Agustus 370061.28
September 1730751.06
Oktober 2472391.34
November 2899024.61
Desember 2949718.22
Total 16386829.20
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan
Jadi, jumlah sedimen pada tahun 2010 adalah :
𝑄𝑠 = 16386829.20 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑄𝑠 =16386829.20 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
2665 𝑘𝑔/𝑚3 = 6147750.59 𝑚³/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Dengan metode dan langkah-langkah yang sama seperti di atas, dihitung
muatan sedimen untuk tahun berikutnya yang ditampilkan dalam Tabel 4.6, Tabel
4.7, dan Tabel 4.8.
Tabel 4.6 Jumlah Muatan Sedimen (ton) per Tahun Dengan Metode Yang’s
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 119.378,52 113.588,11 112.983,74 104.887,89 109.196,73
Februari 92.715,25 102.475,21 103.719,41 91.613,93 99.346,45
Maret 126.300,81 102.733,70 82.858,68 102.175,57 105.950,89
April 92.277,50 114.634,37 91.398,59 102.456,80 100.118,32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
Mei 45.799,04 61.567,33 70.306,54 90.633,06 100.224,12
Juni 46.004,90 54.994,43 63.800,69 75.391,14 96.400,13
Juli 49.393,56 58.774,79 69.071,80 78.944,47 98.090,19
Agustus 52.089,38 60.731,92 72.524,37 78.344,10 99.547,47
September 132.362,33 141.699,83 146.275,76 150.187,57 150.090,91
Oktober 168.533,62 188.918,33 181.286,68 164.612,98 166.361,56
November 184.883,74 189.768,45 191.788,10 197.960,71 195.805,39
Desember 189.119,72 188.295,23 190.002,74 190.483,32 202.678,30
Total 1.298.858,39 1.378.181,70 1.376.017,11 1.427.691,53 1.523.810,45
Sumber : Hasil Analisa Perhitungan
Tabel 4.7. Jumlah Muatan Sedimen (ton) per Tahun Dengan Metode Shen and
Hung
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 1.472,43 1.293,30 1.275,18 1.045,94 1.164,84
Februari 891,47 1.164,52 1.134,72 863,16 1.072,60
Maret 1.702,53 989,16 547,35 974,74 1.074,63
April 781,89 1.396,55 761,67 1.037,87 975,50
Mei 92,05 230,84 341,84 702,73 925,25
Juni 100,39 175,31 273,88 444,84 880,70
Juli 117,17 200,70 324,59 477,39 872,77
Agustus 138,50 221,56 374,14 467,11 908,43
September 2.017,72 2.394,14 2.591,06 2.765,87 2.761,51
Oktober 3.497,97 4.604,92 4.172,28 3.302,92 3.389,22
November 4.576,92 4.869,22 4.992,79 5.380,05 5.243,23
Desember 4.616,67 4.568,78 4.668,18 4.696,33 5.439,86
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
Total 20.005,71 22.108,99 21.457,69 22.158,94 24.708,56
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan
Tabel 4.8. Jumlah Muatan Sedimen (ton) per tahun Dengan Metode Engelund and
Hansen
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Januari 1.443.994,38 1.334.598,59 1.323.348,44 1.175.591,36 1.253.543,01
Februari 1.025.815,41 1.203.198,39 1.201.426,61 1.006.370,18 1.145.362,00
Maret 1.578.305,57 1.137.222,70 803.405,22 1.127.348,21 1.194.675,22
April 976.370,31 1.380.358,14 961.422,93 1.154.762,48 1.112.938,76
Mei 296.503,97 491.314,62 613.171,33 929.490,92 1.093.042,40
Juni 306.060,84 415.340,31 533.191,11 702.844,64 1.047.461,45
Juli 337.832,21 454.358,27 595.404,27 742.249,68 1.055.918,59
Agustus 370.061,28 480.154,71 645.522,59 733.015,09 1.081.226,12
September 1.730.751,06 1.924.886,25 2.022.302,32 2.106.731,65 2.104.633,57
Oktober 2.472.391,34 2.944.928,09 2.765.144,92 2.384.387,81 2.423.518,84
November 2.899.024,61 3.016.446,29 3.065.396,10 3.216.425,33 3.163.447,89
Desember 2.949.718,22 2.930.123,86 2.970.745,60 2.982.208,15 3.277.384,88
Total 16.386.829,20 17.712.930,22 17.500.481,45 18.261.425,49 19.953.152,74
Sumber : Hasil Analisis Perhitungan
Gambar 4.2 :Grafik Gabungan Beberapa Metode Perhitungan Muatan Sedimen
Dari grafik dapat dilihat bahwa muatan sedimen terbesar terjadi pada tahun
2014 ,dengan menggunakan metode Engelund and Hansen 19953153,74 ton,
- 1.000.000,00 2.000.000,00 3.000.000,00 4.000.000,00 5.000.000,00 6.000.000,00 7.000.000,00 8.000.000,00 9.000.000,00
10.000.000,00 11.000.000,00 12.000.000,00 13.000.000,00 14.000.000,00 15.000.000,00 16.000.000,00 17.000.000,00 18.000.000,00 19.000.000,00 20.000.000,00 21.000.000,00
2010 2011 2012 2013 2014
Metode Shen and Hung
Metode Yang's
Metode Engelund and Hansen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
sedangkan muatan sedimen terkecil pada tahun 2010 dengan metode Shen and
Hung sebesar 20005.71 ton.
Grafik diatas juga menunjukan bahwa setiap metode yang digunakan
mengalami kenaikan dan penurunan nilai muatan sedimen, hal ini menunjukan laju
angkutan sedimen tidak konstan.
4.5 Pemilihan Jenis kapal Keruk
Pemilihan jenis kapal keruk dilakukan berdasarkan kondisi dasar perairan
dan lokasi yang akan dikeruk. Berdasarkan hasil yang diperoleh, Pelabuhan Sungai
Duku merupakan sungai bertanah lanau maka dari itu dipilihlah kapal keruk jenis
hidraulis berupa Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
Gambar 4.3: Bagian Kapal Keruk Jenis TSHD
4.5.1 Cara Kerja Kapal Keruk Jenis TSHD
Kapal ini sangat baik digunakan pada tanah lembek berlumpur hingga tanah
lanau, kapal keruk jenis TSHD ini bekerja dengan menyeret pipa penghisap di dasar
perairan, dan mengalirkan material yang terhisap kedalam satu atau beberapa
penampung (hopper), pada bagian draghead terdapat water jet yang berfungsi
untuk menghancurkan material tersebut sebelum di alirkan ke penampungan.
Gambar 4.4 : Pengisian Material Kedalam Penampungan.
4.5.2 Sistim Pembuangan Material
Pembuangan material tergantung dari kegunaan material yang dikeruk
tersebut dan kondisi sekitar proyek. Ada 4 cara membuang material, yaitu :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83
1. Bottom Door
Material yang akan dibuang ditempat yang cukup dalam sehingga dapat
menggunakan Bottom door. Material lumpur endapan dibuang di laut dalam dari
pekerjaan maintenance dan capital dredging, jika pasir dibuang ditempat
penampungan sementara untuk digunakan sebagai material timbunan. Biasanya
untuk Land reclamation.
2. Agitasi
Material dibuang melalui pipa discharge di sisi kapal, biasanya TSHD
mengeruk lumpur di daerah dengan kedalaman perairan terbatas. Agitasi pada
pekerjaan maintenance dan capital dredging.
Kapal ini dapat menampung sedimen hingga 46.000 m3 dengan panjang
maksimal kapal 223 m.
4.6 Persyaratan Lokasi Pembuangan Sedimen
4.6.1 Lokasi pembuangan di perairan
Pembuangan material keruk lokasinya di perairan,idealnya dibuang pada
jarak 12 mil dari daratan dengan kedalaman lebih dari 20 m atau lokasi lainnya
setelah mendapat rekomendasi atau izin dari otoritas pelabuhan yang berwenang.
Lokasi pembuangan material hasil pengerukan di perairan harus memenuhi
persyaratan dan tidak diperbolehkan di area :
Alur kenavigasian-pelayaran.
Kawasan perairan yang merupakan bagian dari hutan lindung.
Kawasan perairan yang merupakan bagian dari suaka alam.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
84
Kawasan taman nasional laut.
Sempadan pantai.
Kawasan terumbu karang.
Kawasan perairan mangrove.
Kawasan perikanan dan budidaya.
Daerah lain di perairan yang sensitif terhadap pencemaran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perencanaan lokasi pembuangan material hasil keruk di perairan harus dilakukan
melalui suatu kajian yang paling sedikit memuat penjelasan tentang :
1. Lokasi rencana buangan material keruk harus memenuhi ketentuan dan tidak
bertentangan dengan area yang terlah dijabarkan.
2. Kedalaman lebih dari 20 meter.
3. Jarak dari garis pantai lebih dari 12 mil
4 Studi lingkungan yang dilakukan memenuhi dan tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup yang berlaku.
5. Lokasi rencana buangan material di perairan tidak boleh mencemari lingkugan
perairan dan mengganggu ekosistem perairan.
Pemilihan lokasi pembuangan material keruk di laut haruslah melibatkan
pertimbangan yang bersifat lingkungan dan juga ekonomi mupun operasional
kelayakan.
4.6.2 Lokasi Pembuangan di Daratan
Tempat pembuangan material keruk di darat harus mendapat persetujuan
PEMDA (Pemerintah Daerah) setempat yang berkaitan dengan penguasaan lahan
yang sesuai RUTR (Rencana Umum Tata Ruangan).
Lokasi pembuangan material hasil pengerukan di darat harus memenuhi
persyaratan dan tidak diperbolehkan di area:
Kawasan hutan lindung.
Kawasan suaka alam.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
Kawasan taman nasional.
Taman wisata alam.
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Kawasan pemukiman.
Daerah lain yang sensitif terhadap pencemaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Lokasi pembuangan material keruk yang berada di daratan tidak boleh
menyebabkan terjadinya pencemaran kualitas tanah maupun kualitas air tanah
setelah material hasil keruk di buang di lokasi yang direncanakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian
“Analisis Volume Angkutan Sedimen Pada Pelabuhan Sungai Duku” adalah:
1. Dari hasil perhitungan yang dilakukan pada tahun 2010 didapat besarnya
muatan sedimen dengan menggunakan Metode Yang’s adalah sebesar
1298858.39 ton, dengan menggunakan Metode Shen and Hung adalah
sebesar 20005,71 ton, dan dengan menggunakan Metode Engelund and
Hansen adalah sebesar 1638682920 ton.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86
2. Dari hasil penelitian untuk Pelabuhan Sungai Duku didapat hasil sedimen
yang paling besar berada pada tahun 2014 yaitu 19953153,74 ton (Metode
Engelund and Hansen). Ini disebabkan karena nilai konsentrasi sedimen
(Ct) yang tinggi pada tahun tersebut.
3. Dari hasil analisa dapat disimpulkan bawa metode yang digunakan untuk
perhitungan muatan sedimen adalah Metode Engelund and Hansen, karena
dalam metode ini digunakan parameter qs, dimana dipengaruhi oleh lebar
sungai dan factor tegangan geser, karena pergerakan sedimen sangat
dipegaruhi oleh tegangan geser, kecepatan kritis dan gaya angkat.
4. Pelabuhan Sungai Duku merupakan pelabuhan yang terletak di Sungai Siak
yang berjenis tanah lanau. Maka dari itu, dipilihlah kapal keruk jenis
hidraulis berupa Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD). Kapal ini
sangat baik untuk digunakan pada tanah lembek berlumpur hingga tanah
lanau. Jenis kapal ini dapat menampung sedimen hingga 46.000 m3 dengan
panjang maksimal kapal 233 m.
5. Pembuangan material keruk lokasinya di perairan,idealnya dibuang pada
jarak 12 mil dari daratan dengan kedalaman lebih dari 20 m atau lokasi
lainnya setelah mendapat rekomendasi atau izin dari otoritas pelabuhan
yang berwenang dan melibatkan pertimbangan yang bersifat lingkugan.
5.2 Saran
1. Penelitian ini hanya menggunakan 3 metode perhitungan angkutan
sedimen, untuk penelitian lebih lanjut disarankan menambah metode
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87
lainnya sehingga lebih banyak variasi perbandingan hasil yang
diperhitungkan.
2. Untuk mencegah lebih banyak sedimen yang terjadi, sebaiknya dinas
terkait melakukan pengawasan serta pemeliharaan lingkungan di lokasi
sungai yang diamati, sehingga muatan sedimen yang terjadi pada sungai
dapat diminimalisir dengan baik.
3. Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu data sungai yaitu Sungai
Siak. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah data
sungai lain serta data pelabuhan agar variasi data lebih banyak dan akan
didapat hasil perhitungan yang lebih baik dan pemilihan jenis kapal
dapat ditentukan dengan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 1995, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajha
Mada. University Press.Yogyakarta.
Yang, Chi Ted. 2003, Sediment Transport. Krieger Publishing Company. Florida.
Kramadibrata, Soedjono. 1985, Perencanaan Pelabuhan. Ganeca Exact. Bandung.
Kodoatie, Robert J. 2002, Banjir. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
M. Das, Braja. 1988, Mekanika Tanah Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Soemarto, C. D. 1995, Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta.
Multazam. Muhammad, Studi Muatan sedimen di Muara Sungai Krueng Aceh.
Jurnal Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011, Pengerukan dan
Reklamasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
Kementerian PU, Rancangan rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai
siak. Pekanbaru.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA