biaya mutu dan akuntansi kehilangan dalam proses produksi

Upload: andik-setiawan

Post on 18-Oct-2015

862 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

  • Biaya Mutu Dan Akuntansi Kehilangan Dalam Proses Produksi

    1. Biaya Mutu

    Biaya mutu terdiri dari biaya mencapai mutu, serta biaya yang terjadi

    karena kurangnya mutu.

    a. Jenis Biaya Mutu

    - Biaya pencegahan; biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya

    kegagalan produk. Atau biaya untuk mendesain produk dan sistem

    produksi bermutu tinggi, termasuk biaya untuk menerapkan dan

    memelihara sistem. Mulai dari mendesain mutu ke dalam produk dan

    proses produksi, komponen dan peralatan bermutu tinggi yang harus

    digunakan, serta pelatihan karyawan. Dilakukan berkala atas

    peralatan dan mesin.

    - Biaya penilaian; terjadi untuk mendeteksi kegagalan produk. Terdiri

    dari biaya inspeksi dan pengujian bahan baku, inspeksi produk selama

    dan setelah proses produksi, serta biaya untuk memperoleh informasi

    kepuasan pelanggan atas produk.

    - Biaya kegagalan; terjadi saat produk gagal (internal maupun

    eksternal). Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi selama

    proses produksi, seperti biaya sisa bahan baku, biaya barang cacat,

    biaya pengerjaan kembali, dan terhentinya produksi karena kerusakan

    mesin atau kehabisan bahan baku. Biaya kegagalan eksternal adalah

    biaya yang terjadi setelah produk dijual, meliputi biaya untuk

    memperbaiki dan mengganti produk yang rusak selama garansi, biaya

    untuk menangani keluhan pelanggan, dan biaya hilangnya penjualan

    karena ketidakpuasan pelanggan.

    b. Manajemen Mutu Total (TQM)

    Merupakan pendekatan tingkat perusahaan atas perbaikan mutu yang

    mencari cara untuk memperbaiki mutu di semua proses dan aktivitas.

    TQM telah menjadi filosofi yang mengakar dan suatu cara menjalankan

    bisnis yang berlaku atas semua area fungsional perusahaan dan seluruh

    karyawan.

  • 118

    Karakteristik TQM:

    - Tujuan perusahaan atas semua aktivitas bisnisnya adalah untuk

    melayani pelanggan (pembeli dan orang lingkungan perusahaan).

    Karyawan diharuskan mengidentifikasikan pelanggan, serta

    menentukan kebutuhan dan prioritas pelanggan melalui proses

    interaksi dengan mereka.

    - Manajemen puncak memimpin secara aktif dalam perbaikan mutu.

    Harus dapat memberi arahan dan memotivasi karyawan akan

    pentingnya perbaikan mutu.

    - Semua karyawan terlibat secara aktif dalam perbaikan mutu.

    Karyawan harus aktif mencari cara guna memperbaiki mutu dari

    proses-proses dibawah kendali masing-masing.

    - Perusahaan memiliki sistem untuk mengidentifikasikan masalah mutu,

    mengembangkan solusi, dan menetapkan tujuan perbaikan mutu.

    Umumnya sistem terdiri atas pengaturan kelompok karyawan ke

    dalam tim mutu atau lingkaran mutu yang bertemu secara teratur

    untuk mendiskusikan masalah mutu. Kelompok karyawan ini terdiri

    atas karyawan dari berbagai area fungsional yang berbeda, sekaligus

    karyawan yang menggunakan produk dan yang memproduksi.

    Pertemuan mendiskusikan masalah, urun pendapat untuk

    mengidentifikasi solusi.

    - Perusahaan menghargai karyawannya dan memberikan pelatihan

    terus menerus serta pengakuan atas pencapaian. Manusia merupakan

    aset paling berharga, yang merencanakan, mendesain, dan mengatur.

    Karyawan yang terlatih baik dan memiliki motivasi tinggi merupakan

    hal terpenting dalam perbaikan mutu.

    c. Peningkatan Mutu Secara Berkelanjutan

    Cara terbaik mengurangi biaya mutu total adalah mengurangi kondisi

    kurangnya mutu.

    Pendekatan terbaik untuk perbaikan mutu adalah berkonsentrasi

    pada pencegahan, yaitu mencari penyebab pemborosan dan inefisiensi,

    lalu mengembangkan rencana sistematis untuk menghilangkan penyebab

    itu. Pendekatan mutu didasarkan pada keyakinan bahwa dengan

  • 119

    meningkatkan biaya pencegahan, akan lebih sedikit produk rusak yang

    dihasilkan dan biaya mutu total dan menurun. Pendekatan ini mulai pada

    desain produk sampai ke seluruh proses produksi. Produk harus

    memenuhi kebutuhan fungsional pelanggan, dan dapat diandalkan serta

    tahan lama. Produk harus didesain agar mudah diproduksi secara efisien.

    Selain pencegahan, juga diperlukan penilaian (inspeksi) untuk

    mencari produk cacat melalui pendekatan yang dinamis. Seperti

    menggunakan pengendalian proses secara statistik untuk memonitor

    mutu produk dan mengurangi variabilitasnya.

    Perbaikan mutu harus merupakan proses terus menerus dari

    sedikit perbaikan di sana sini. Perbaikan mutu berkelanjutan atau terus

    menerus perlu usaha konstan setiap orang dalam perusahaan. Mutu

    meningkat sejalan waktu, proses perbaikan yang berkelanjutan tidak

    pernah berakhir dan tidak pernah menjadi semakin mudah.

    Inti konsep perbaikan mutu berkelanjutan adalah gagasan bahwa

    kondisi ideal bukanlah sesuatu absolut yang dapat diketahui, tapi kondisi

    itu berubah akibat usaha terus menerus dari individu yang bekerja sama

    memperbaiki produk.

    Ada lima aktivitas pokok dalam perbaikan berkesinambungan:

    - Komunikasi. Berguna memberi informasi sebelum, selama, dan

    sesudah perbaikan. Komunikasi antara anggota tim, maupun antar

    tim dalam perusahaan.

    - Memperbaiki kesalahan yang nyata. Perlu penelitian untuk identifikasi

    permasalahan dan mengatasinya. Penting sekali menerapkan PDCA

    (Plan, Do, Check, Action) yang dikenal sebagai Siklus Deming.

    - Memandang ke hulu. Mencari sebab masalah menggunakan alat yang

    dapat memisahkan penyebab dan gejala, yaitu diagram sebab akibat.

    - Dokumentasi masalah dan kemajuan. Agar memudahkan pemecahan

    masalah yang sama di masa datang.

    - Memantau perubahan. Untuk memastikan telah dilakukan perbaikan

    secara tuntas.

  • 120

    Berikut dapat dilihat langkah-langkah strukturisasi perbaikan kualitas:

    - Membentuk Dewan Kualitas.

    - Bertanggung jawab atas perbaikan berkesinambungan dengan tugas

    mengadakan koordinasi dan melembagakan perbaikan kualitas

    tahunan.

    - Menyusun pernyataan tanggungjawab dewan kualitas, yang meliputi

    merumuskan kebijakan, patok duga, proses pembentukan tim,

    sumber daya, implementasi proyek, dsb.

    - Membangun infrastruktur yang diperlukan guna mendukung usaha

    perbaikan yang dilakukan.

    Elemen dasar dari proses perbaikan dan pengendalian terdiri dari

    beberapa tahap:

    - Penetapan standar untuk pengendalian dan perbaikan.

    - Standar digunakan manajer untuk mengkomunikasikan visi dan

    menetapkan tujuan yang realistis berdasarkan umpan balik.

    - Pengukuran.

    - Studi.

    - Tindakan.

    d. Mengukur Dan Melaporkan Biaya Mutu

    Biaya kegagaln dapat ditelusuri dan dilaporkan untuk setiap pusat biaya.

    Tapi manajemen puncak sebaiknya tidak berusaha menggunakan

    informasi biaya terinci ini guna membebankan tanggungjawab kegagalan

    itu. Biaya kegagalan dapat disebabkan oleh bagian bermutu rendah dari

    pemasok, mesin yang usang, desain produk yang buruk, atau faktor lain

    di luar kendali manajer pusat biaya. Meskipiun demikian, laporan terinci

    memberi cara untuk mengidentifikasi masalah mutu yang harus

    diperhatikan oleh tim mutu (karyawan area). Jika biaya yang terlibat

    cukup signifikan, manajemen puncak sebaiknya berpastisipasi dalam tim.

  • 121

    2. Akuntansi Untuk Kerugian Dalam Proses Produksi Dalam Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan

    a. Akuntansi Untuk Bahan Baku Sisa (Scrap)

    Bahan baku sisa terdiri dari:

    - Serbuk atau sisa yang tertinggal setelah bahan baku diproses.

    - Bahan baku cacat tidak dapat digunakan maupun diretur ke pemasok.

    - Bagian rusak akibat kecerobohan karyawan atau kegagalan mesin.

    Meskipun kadang tidak mudah menentukan atau membebankan

    biaya bahan baku sisa, tapi catatan jumlah bahan baku sisa sebaiknya

    disimpan. Jumlah bahan baku sisa sebaiknya ditelusuri sepanjang waktu

    dan dianalisis untuk menentukan apakah terjadi karena penggunaan ba-

    han baku yang tidak efisien, dan bagaimana menghilangkannya.

    Jumlah yang diperoleh dari penjualan bahan baku sisa yang tidak

    signifikan dapat dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara:

    - Jumlah yang diakumulasikan di Penjualan Bahan Baku Sisa ditutup ke

    ikhtisar laba rugi dan ditampilkan di Laporan Laba Rugi sebagai Pen-

    jualan Bahan Baku Sisa atau Pendapatan Lain-lain. Jurnalnya:

    Kas/piutang Rp. XXX

    Penjualan bahan baku sisa/perbaikan Rp. XXX

    - Jumlah yang diakumulasikan dapat dikreditkan ke Harga Pokok

    Penjualan sehingga mengurangi total biaya yang dibebankan ke

    Pendapatan Penjualan untuk perioda itu. Sehingga meningkatkan laba

    perioda itu. Jurnalnya:

    Kas/piutang Rp. XXX

    Harga pokok Penjualan Rp. XXX

    - Jumlah yang diakumulasikan dapat dikreditkan ke Pengendali

    Overhead Pabrik sehingga mengurangi biaya overhead pabrik untuk

    perioda itu. Jurnalnya:

    Kas/piutang Rp. XXX

    Pengendalian overhead pabrik Rp. XXX

    - Jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke pesanan individual,

    jumlah realisasi penjualan bahan baku sisa dapat diperlakukan

    sebagai pengurang biaya bahan baku yang dibebankan ke pesanan

    itu. Jurnalnya:

  • 122

    Kas/piutang Rp. XXX

    Barang Dalam Proses Rp. XXX

    Jika nilai bahan baku sisa teridentifikasi signifikan, maka:

    Persediaan Bahan Baku Sisa Rp. XXX

    Barang Dalam Proses Rp. XXX

    Jadi bahan baku sisa dicatat sebagai persediaan sampai menunggu dijual.

    Jika bahan baku sisa merupakan hasil bahan baku cacat atau bagian

    yang rusak, maka harus dianggap biaya kegagalan internal yang

    seharusnya dapat dikurangi atau dihilangkan. Sebaiknya dilaporkan

    secara periodik ke manajemen agar dapat diambil tindakan yang

    diperlukan untuk perbaikan mutu.

    Jika bahan baku bermutu rendah dideteksi sebelum dikeluarkan ke

    produksi, sebaiknya dikembalikan ke pemasok. Atau untuk menjaga

    mutu bahan baku sebaiknya dilakukan kerjasama dengan pemasok,

    sehingga dapat menghilangkan biaya inspeksi bahan baku sebelum

    masuk ke proses produksi. Dengan sendirinya mengurangi biaya

    menjaga mutu.

    b. Akuntansi Untuk Biaya Barang Cacat (Spoiled Goods)

    Barang cacat adalah unit selesai atau separuh selesai namun cacat dalam

    hal tertentu. Barang cacat tidak dapat diperbaiki (teknis maupun ekono-

    mis).

    Barang cacat yang disebabkan pelanggan; misal pelanggan mengubah

    spesifikasi setelah produksi dimulai atau keharusan memproduksi dalam

    toleransi sangat ketat.

    - Biaya untuk ini tidak boleh dianggap biaya mutu, tapi pelanggan ha-

    rus membayarnya.

    - Biaya yang tidak dapat tertutup dari penjualan barang cacat sebai-

    knya dibebankan ke biaya pesanan. Jadi nilai sisa barang cacat dike-

    luarkan dari biaya pesanan, tapi sisa biaya yang tidak tertutup oleh

    nilai sisa tersebut tetap tinggal sebagai biaya pesanan.

    Contoh:

    Asumsikan Plastico Co. memproduksi 1.000 kursi plastic dengan desain

    khusus untuk Restoran Sabai berdasarkan pesanan no. 875. Setelah 100

    kursi diproduksi, pelanggan mengubah spesifikasi desain. 100 kursi tidak

  • 123

    dapat digunakan pelanggan dan tidak dapat diperbaiki. Tapi Plastico Co.

    dapat menjual 100 kursi sebagai barang bekas dengan harga $10 per

    unit atau total $1.000. Tambahan 100 kursi diproduksi untuk memenuhi

    pesanan, sehingga totalnya 1.100 kursi. Total biaya yang dibebankan ke

    pesanan no. 875 adalah:

    Bahan baku Tenaga kerja Overhead pabrik Total biaya pesanan

    22.000 5.500

    11.000 38.500

    Jurnalnya:

    Persediaan barang cacat Harga pokok penjualan

    Barang dalam proses

    1.000

    37.500

    38.500

    Plastico biasanya menjual hasil produksinya dengan harga 150% dari

    biaya. Jadi Restoran Sabai ditagih $56.250 ($37.500 x 150%). Jurnalnya:

    Piutang/kas Penjualan

    56.250

    56.250

    Saat barang cacat dijual, jurnalnya:

    Piutang/kas Persediaan barang cacat

    1.000

    1.000

    Barang cacat yang disebabkan oleh kegagalan internal; misal karena ke-

    cerobohan karyawan atau usangnya mesin.

    - Biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya dibe-

    bankan ke Pengendali Overhead Pabrik dan dilaporkan secara periodik

    kepada manajemen.

    - Jika biayanya cukup besar sehingga mendistorsi biaya produksi yang

    dilaporkan, maka sebaiknya dilaporkan terpisah sebagai kerugian di

    Laporan Laba Rugi.

    - Semua biaya produksi yang dikeluarkan untuk barang cacat sebaiknya

    ditentukan dan dikeluarkan dari kartu biaya pesanan dan akun Barang

    Dalam Proses di buku besar.

    - Jika barang cacat memiliki nilai sisa, maka barang cacat tersebut ha-

    rus disimpan sebagai persediaan sebesar nilai sisanya, dan selisihnya-

    yang tidak tertutup oleh nilai sisa-sebaiknya dibebankan ke Pengen-

    dalian Overhead Pabrik. Buku pembantu overhead pabrik untuk biaya

  • 124

    yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya disimpan

    untuk laporan periodik ke manajemen.

    - Bila barang cacat dapat diprediksi tapi tidak dapat dihilangkan, tarif

    overhead yang telah ditentukan sebelumnya harus disesuaikan den-

    gan memasukkan biaya barang cacat ke dalam overhead total. Sebe-

    lum tarif yang ditentukan sebelumnya dihitung, biaya yang tidak ter-

    tutup dari penjualan barang cacat sebaiknya diestimasi dan dimasuk-

    kan dalam total anggaran overhead pabrik untuk perioda itu.

    Pendekatan ini meningkatkan tarif yang ditentukan sebelmnya untuk

    perioda itu, yang pada akhirnya meningkatkan biaya overhead yang

    dibebankan ke setiap produk.

    Contoh:

    dari contoh Plastico, asumsikan 100 unit kursi cacat adalah kesalahan

    cetak plasti. Biaya produksi tiap kursi $35 ($38.500 total biaya

    pesanan dibagi 1.100 total unit kursi). Maka total biaya barang cacat

    adalah $3.500. karena kursi rusak dapat dijual $1.000 ($10 per unit x

    100 unit), biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat

    adalah $2.500 [($35 per unit - $10 nilai sisa) x 100 kursi]. Biaya kursi

    bagus yang dikirim ke Sabai adalah $35.000 ($35 per unit x 1.000

    unit), dan harga jual $52.500 ($35.000 biaya pesanan x 150%).

    Karena barang cacat karena kegagalan internal, pendapatan pen-

    jualan dan laba lebih kecil dibanding barang cacat karena permintaan

    pelanggan.

    Jurnalnya:

    Persediaan barang cacat Pengendalian overhead pabrik Harga pokok penjualan

    Barang dalam proses

    1.000 2.500

    35.000

    38.500

    Piutang/kas Penjualan

    52.500

    52.500

  • 125

    c. Akuntansi Untuk Biaya Pengerjaan Kembali

    Pengerjaan kembali adalah proses untuk membetulkan barang cacat.

    Pengerjaan kembali yang disebabkan pelanggan;

    Biaya pengerjaan kembali dibebankan ke pesanan dan pelanggan harus

    membayarnya. Idealnya ditutup oleh peningkatan harga jual.

    Contoh:

    PT Jaya Perkasa memproduksi 200 trailer dengan desain khusus ber-

    dasarkan Pesanan 705 untuk memenuhi permintaan desain PT Murni

    Abadi. Biaya yang dibebankan ke pesanan 705 adalah:

    Bahan baku Tenaga kerja (Rp10.000 per jam x 2.000 jam) Overhead dibebankan (Rp.40.000 per jam tenaga kerja langsung) Total biaya yang dibebankan ke pesanan 705

    Rp. 100.000.000 20.000.000 80.000.000

    200.000.000

    Sebelum trailer dikirimkan, pelanggan memutuskan trailer itu butuh per

    suspensi yang lebih berat daripada yang telah dispesifikasikan dalam

    pesanannya, karena beberapa penyewa diperkirakan akan menggunakan

    trailer untuk menarik beban berat di sepanjang daratan kasar. Maka,

    biaya pengerjaan kembali ditambahkan:

    Bahan baku (Rp.40.000 per pasang per suspensi x 200 trailer Tenaga kerja (1/2 per trailer 200 trailer x Rp10.000 per jam) Overhead dibebankan (Rp.40.000 per jam x 100 jam) Total biaya pengerjaan kembali yang dibebankan ke pesanan 705

    Rp. 8.000.000 1.000.000 4.000.000

    13.000.000

    Jurnal untuk mencatat biaya pengerjaan kembali pesanan 705 adalah:

    Barang dalam proses Bahan baku Beban gaji Overhead pabrik dibebankan

    13.000.000 8.000.000 1.000.000 4.000.000

    Total biaya pesanan 705 sekarang Rp. 213.000.000. asumsikan PT Jaya

    Perkasa menagihkan harga jual pesanan dengan markup 50% atas biaya,

    maka pesanan 705 akan dijual senilai 150% (Rp.317.500.000). saat

    pesanan 705 dikirimkan ke pelanggan, jurnal berikutL

    Harga pokok penjualan Barang dalam proses

    213.000.000 213.000.000

    Piutang

    Penjualan 319.500.000

    319.500.000

  • 126

    Pengerjaan kembali yang disebabkan oleh kegagalan internal;

    - Biaya pengerjaan kembali sebaiknya dibebankan ke Pengendalian

    Overhead Pabrik dan dilaporkan secara periodik kepada manajemen.

    - Barang cacat sebaiknya dibetulkan jika biaya pengerjaan kembali le-

    bih kecil dari peningkatan dalam nilai realisasi bersih yang akan diha-

    silkan. Jika tidak sebaiknya dijual begitu saja. Tapi bagi perusahaan

    yang sangat menjaga mutu dan citra produk memutuskan memper-

    baiki barang cacat atau memusnahkannya.

    Seperti contoh PT. Jaya Perkasa, asumsikan pengerjaan kembali karena

    kesalahan karyawan dalam merakit per trailer, fakta dan data lain sama

    dengan contoh sebelumnya. Jurnal untuk mencatat pengerjaan kembali:

    Pengendalian overhead pabrik Bahan baku Beban gaji Overhead pabrik dibebankan

    13.000.000 8.000.000 1.000.000 4.000.000

    Karena biaya pengerjaan kembali dibebankan ke overhead pabrik, total

    biaya pesanan 705 tetap Rp.200.000.000, dan nilai jual adalah sebesar

    Rp. 300.000.000. saat pesanan dikirim ke pelanggan dibuat jurnal sbb:

    Harga pokok penjualan Barang dalam proses

    200.000.000 200.000.000

    Piutang Penjualan

    300.000.000 300.000.000

    Sampai batas tertentu dimana pengerjaan kembali karena kegagalan in-

    ternal dapat diprediksi tapi tidak dapat dihilangkan, tarif overhead yang

    ditentukan sebelumnya sebaiknya dinaikkan untuk memasukkan biaya

    pengerjaan kembali.

    3. Akuntansi Untuk Kerugian Dalam Proses Produksi Dalam Sis-tem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses

    - Kerugian produksi pada sistem biaya berdasarkan proses memasuk-

    kan biaya bahan baku sisa, biaya barang cacat, dan biaya pengerjaan

    kembali.

    - Penjualan bahan baku sisa, pendapatan lain-lain, harga pokok pen-

    jualan, pengendali overhead pabrik, atau barang dalam proses, sebai-

    knya dikreditkan untuk pendapatan yang diperoleh dari penjualan ba-

    han baku sisa.

  • 127

    - Biaya pengerjaan kembali dibebankan ke pengendali overhead pabrik

    dan bukan ke barang dalam proses, karena pengerjaan kembali di sis-

    tem perhitungan biaya berdasarkan proses biasanya karena kega-

    galan internal dan bukan karena permintaan pelanggan.

    - Perlakuan akuntansi barang cacat pada process costing berbeda den-

    gan job order costing.

    a. Kecacatan Akibat Kegagalan Internal

    Sebaiknya biaya diukur dan dibebankan ke overhead pabrik, seperti pada

    perhitungan job order costing. Dalam perhitungan biaya process costing,

    biaya ditentukan berdasarkan biaya ekuivalen. Sehingga, jumlah unit

    ekuivalen terdiri dari unit yang ditransfer keluar, unit di persediaan akhir

    dan unit barang cacat.

    - Jika barang cacat dideteksi lewat inspeksi di titik proses tertentu atau

    jika barang cacat karena kejadian penting dalam proses, maka unit

    ekuivalen tiap elemen biaya adalah bagian elemen biaya yang selesai

    sebelum inspeksi atau kejadian itu terjadi.

    - Jika barang cacat dapat terjadi di berbagai titik yang berbeda pada

    proses produksi, supervisor departemen atau seseorang yang terlatih

    dalam pengendalian mutu harus menentukan tingkat penyelesaian

    barang cacat itu.

    Contoh:

    Kedaung Co. memproduksi gelas kopi keramik dalam Departemen Pem-

    bentukan Departemen Pelapisan. Perusahaan menggunakan perhitungan

    biaya berdasarkan proses berdasarkan asumsi aliran baiay rata-rata

    tertimbang. Overhead pabrik dialokasikan berdasarkan tenaga kerja.

    Dalam Departemen Pembentukan, beberapa gelas pecah selama proses

    pembakaran dan ketidaksempurnaan tanah liat. Terdiri dari 100% selesai

    untuk bahan baku dan 80% selesai untuk biaya konversi. Gelas pecah

    tidak memiliki nilai sisa.

    Dalam Departemen Pelapisan terjadi beberapa cacat di lapisan keramik

    seperti gelembung, retakan, dan distorsi desain. Gelas bagus ditransfer

    ke Persediaan Barang Jadi. Sedang yang cacat di transfer ke Persediaan

    Barang Cacat yang terpisah.

  • 128

    Gelas bagus dijual Rp.2500 per unit dan gelas rusak dijual Rp.500 per

    unit.

    Barang cacat dari Departemen Pelapisan dibukukan sebagai persediaan

    sesuai nilai jualnya. Untuk memfasilitasi pengendalian biaya mutu, nilai

    barang cacat di tiap departemen dalam rupiah ditetapkan tiap perioda,

    dan biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat dibebankan ke

    Pengendali Overhead Pabrik. Tarif overhead yang ditentukan sebelumnya

    sudah termasuk estimasi barang cacat, dan laporan produksi ke mana-

    jemen menampilkan perbandingan biaya barang cacat aktual dengan

    biaya barang cacat yang diperkirakan perioda itu.

    Berikut data produksi sulan November:

    Pembentukan Pelapisan Jumlah unit barang dalam proses, persediaan awal Jumlah unit dimulai di departemen pembentukan Jumlah unit ditransfer ke departemen pelapisan Jumlah unit diterima dari departemen pembentukan Jumlah unit ditransfer ke persediaan barang jadi Jumlah unit barang dalam proses, persediaan akhir Jumlah unit cacat selama perioda berjalan

    4.000 21.000 19.000

    3.600 2.400

    3.000

    19.000 15.000

    4.000 3.000

    Supervisor melaporkan persediaan akhir barang dalam proses selesai

    100% untuk bahan baku di kedua departemen, 30% selesai untuk biaya

    konversi Departemen Pembentukan dan 25% di Departemen Pelapisan.

    Biaya bulan November sbb:

    Pembentukan Pelapisan Barang dalam proses, persediaan awal

    Biaya departemen sebelumnya Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Overhead pabrik

    Biaya yang ditambahkan ke proses selama perioda berjalan Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Overhead pabrik

    615.000 366.400 549.600

    3.885.000 2.273.600 3.410.400

    1.396.000

    196.000 310.000 310.000

    1.520.000 3.718.000 3.718.000

    Unit ekuivalen tiap elemen biaya Depertemen Pembentukan:

    Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Unit ekuivalen ditransfer keluar Unit ekuivalen di persediaan akhir Unit ekuivalen barang cacat Total unit ekuivalen

    19.000 3.600 2.400

    25.000

    19.000 1.080 1.920

    22.000

    19.000 1.080 1.920

    22.000

  • 129

    Rerata per unit ekuivalen di departemen pembentukan ditentukan sbb: Laporan biaya produksi dengan biaya rata-rata tertimbang Departemen Pemben-

    tukan diilustrasikan di gambar 11.1 Asumsikan perusahaan memiliki akun barang dalam proses yang

    terpisah tiap departemen produksi, jurnal untuk mencatat transfer biaya

    departemen pembentukan:

    Barang dalam proses-departemen pelapisan Pengendali overhead pabrik

    Barang dalam proses-departemen pembentukan

    9.120.000 1.008.000

    10.128.000

    Rerata biaya per unit ekuivalen di departemen pelapisan ditentukan sbb:

    Laporan biaya produksi dengan biaya rata-rata tertimbang untuk departemen

    pelapisan diilustrasikan di gambar 11.2. Jurnal untuk mentransfer biaya Departemen Pelapisan sbb:

    Persediaan barang jadi Persediaan barang cacat Pengendali overhead pabrik

    Barang dalam proses-departemen pelapisan

    14.700.000 1.500.000 1.440.000

    17.640.000

    Jurnal gabungan ini membebankan biaya unit bagus ke persediaan

    barang jadi dan nilai jual cacat ke akun persediaan yang terpisah. Si-

    sanya, biaya barang cacat yang tidak tertutup oleh penjualan barang ca-

    cat dibebankan ke overhead. Saat barang cacat dijual, jurnalnya sbb:

    Kas/piutansg Persediaan barang cacat

    15.000.000

    15.000.000

    Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Biaya di persediaan awal Biaya ditambahkan selama perioda berjalan Total biaya yang harus dipertangunggjawabkan Dibagi dengan unit ekuivalen Biaya per unit ekuivalen

    615.000 3.885.000 4.500.000

    25.000 180

    366.400 2.273.600 2.640.000

    22.000 120

    549.600 3.410.400 3.960.000

    22.000 180

    Biaya dept. sebelumnya

    Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead

    Unit ekuivalen ditransfer keluar Unit ekuivalen di persediaan akhir Unit ekuivalen barang cacat Total unit ekuivalen

    15.000 4.000 3.000

    22.000

    15.000 4.000 3.000

    22.000

    15.000 1.000 3.000

    19.000

    15.000 1.000 3.000

    19.000

    Biaya dept. sebelumnya

    Bahan Baku

    Tenaga Kerja

    Overhead

    Biaya di persediaan awal Biaya ditambahkan selama perioda berjalan Total biaya yang harus dipertangunggjawabkan Dibagi dengan unit ekuivalen Biaya per unit ekuivalen

    1.396.000 9.120.000

    10.516.000 22.000.000

    478

    196.000 1.520.000 1.716.000

    22.000 78

    310.000 3.718.000 4.028.000

    19.000 212

    310.000 3.718.000 4.028.000

    19.000 212

  • 130

    b. Penyusutan Normal Dalam Produksi

    Dalam beberapa proses produksi, unit-unit fisik hilang melalui penguapan

    atau proses alami lainnya yang tidak termasuk kegagalan internal.

    Contoh:

    Sweet-stuff Co. memproduksi sirup wafel di Departemen Pemasakan.

    Lalu ditransfer ke Departemen Pembotolan. Bahan ditambahkan di awal

    proses Departemen Pemasakan, dicampur, lalu dimasak dalam tong-tong

    besar. Selama memasak, sebagian bahan baku menguap.

    Data produksi Departemen Pemasakan bulan Oktober sbb:

    Jumlah gallon di barang dalam proses, persediaan awal Jumlah gallon dimulai di departemen pemasakan Jumlah gallon ditransfer ke departemen pembotolan Jumlah gallon barang dalam proses, persediaan akhir Jumlah gallon hilang dalam proses sebelum perioda berjalan

    4.000 26.000 20.000

    5.000 5.000

    Supervisor departemen melaporkan persediaan barang dalam proses se-

    penuhnya selesai untuk bahan baku dan 25% untuk biaya koversi. Data

    biaya November sbb:

    Barang dalam proses, persediaan awal Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Overhead pabrik

    Biaya yang ditambahkan ke proses selama perioda berjalan Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Overhead pabrik

    5.450.000

    535.000 1.070.000

    32.550.000 7.540.000

    15.080.000

    Unit ekuivalen tiap elemen biaya di Departemen Pemasakan:

    Rerata biaya per unit ekuivalen di departemen pemasakan ditentukan sbb:

    Jurnal:

    Barang dalam proses Departemen pembotolan Barang dalam proses Departemen Pemasakan

    53.200.000 53.200.000

    Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Unit ekuivalen ditransfer keluar Unit ekuivalen di persediaan akhir Total unit ekuivalen

    20.000 5.000

    25.000

    20.000 1.250

    21.250

    20.000 1.250

    21.250

    Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Biaya di persediaan awal Biaya ditambahkan selama perioda berjalan Total biaya yang harus dipertangunggjawabkan Dibagi dengan unit ekuivalen Biaya per unit ekuivalen

    5.450.000 32.550.000 38.000.000

    25.000 1.520

    535.000 7.540.000 8.075.000

    21.250 380

    1.070.000 15.080.000 16.150.000

    21.250 760

  • 131