beta karoten 3.pdf

Upload: meriam-gita-maulia-suhaidi

Post on 10-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 beta karoten 3.pdf

    1/9

    Artikel Penelitian

    Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 7, Juli 2008

    Korelasi Kadar -Karoten danhsC-Reactive ProteinSerum Pasien

    Penyakit Jantung Koroner

    Imelda T. Pardede,* Savitri Sayogo,** Lukman H. Makmun***

    *Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Pekanbaru

    **Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

    ***Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

    Abstrak: -karoten merupakan salah satu antioksidan yang penting untuk mencegah terjadinyastres oksidatif. Penyakit jantung koroner (PJK) berhubungan dengan peningkatan stres oksidatif

    dan inflamasi yang ditandai dengan peningkatan kadar C-reactive protein (CRP). Desain

    penelitiancross sectional, bertujuan mengetahui korelasi antara kadar -karoten dengan kadarhigh sensitivity(hs)CRP serum pasien PJK. Penelitian dilakukan di Poliklinik Jantung Divisi

    Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI dan Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN-

    CM dengan subjek penelitian pasien PJK laki-laki berjumlah 52 orang. Median kadar -karoten

    serum 0,30 (0,006,39) mol/L, dengan 50% subjek tergolong rendah. Median kadar hsCRPserum 1,59 (0,1121,60) mg/L, dan 69,2% subjek memiliki kadar hsCRP normal. Didapatkankorelasi negatif derajat sangat lemah dan tidak bermakna (r= 0,006; p=0,966) antara kadar

    kadar -karoten dengan kadar hsCRP serum namun terdapat korelasi positif derajat sedangyang bemakna antara IMT dengan kadar hsCRP (r=0,503; p=0,000). Variabel lain yang diteliti

    tidak memperlihatkan korelasi yang bermakna. Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang

    tidak bermakna antara kadar -karoten dengan kadar hsCRP serum pasien PJK

    Kata kunci: -karoten, hsCRP, PJK

    24 2

  • 7/22/2019 beta karoten 3.pdf

    2/9

    Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 7, Juli 2008

    Correlation Serum Concentration of -Carotene andhsC-Reactive Protein in Coronary Artery Disease Patients

    Imelda T. Pardede,* Savitri Sayogo,* Lukman H. Makmun**

    *Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Pekanbaru

    **Department of Clinical Nutrition, Faculty of Medicine, University of Indonesia, Jakarta

    ***Department of Internal Medicine Department, Faculty of Medicine, University of Indonesia, Jakarta

    Abstract: -carotene is one of the most important antioxidants in preventing oxidative stress.Coronary artery disease (CAD) is associated with increased oxidative stress and inflammation

    marked by increased concentration of C-reactive protein (CRP). This cross sectional study was

    aimed to investigate correlation between serum concentration of -carotene and high sensitivity(hs)CRP in CAD patients. The study was conducted at Cardiology Division of Internal Medicine

    Department and Integrated Cardiovascular Services, Cipto Mangunkusumo General Hospital

    Jakarta on 52 male CAD patients. Median of serum -carotene was 0.30 (0.006.39) mol/L,

    with 50% subjects were categorized into low serum-carotene. Median of serum hsCRP was 1.59(0.1121.60) mg/L, with 69.2% subjects had normal serum hsCRP. There was a very weak,

    negative, insignificant correlation (r= 0.006; p=0.966) between serum -carotene and hsCRPbut there was a moderate positive significant correlation between body mass index (BMI) and

    serum hsCRP (r=0.503; p=0.000). There were no significant correlations between other vari-

    ables observed. These results show there is no significant correlation between serum concentra-

    tion of -carotene and hsCRP in CAD patients.

    Key words:-carotene, hsCRP, CAD

    Pendahuluan

    Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyakit

    pada sistem kardiovaskuler yang terjadi akibat penyempitan

    pembuluh darah, terutama disebabkan oleh proses

    aterosklerosis pada arteri koronaria.1Banyak faktor yang

    berperan pada proses aterosklerosis, terutama stres oksidatif

    dan inflamasi sel endotel.2Peningkatan kadar kolesterol low-

    density lipoprotein (k-LDL) merupakan salah satu faktor

    risiko aterosklerosis karena keadaan tersebut memudahkan

    terjadinya oksidasi LDL pada lapisan subintima sehingga

    menghasilkan reactive oxygen species(ROS). Peningkatanproduksi ROS yang melebihi kapasitas antioksidan sel akan

    menyebabkan stres oksidatif.1Keadaan lain yang juga

    meningkatkan stres oksidatif adalah obesitas, diabetes

    melitus, hipertensi dan merokok.3

    Kerusakan akibat stres oksidatif dapat dicegah oleh

    pertahanan antioksidan. Beta karoten sebagai salah satu

    karotenoid terpenting memiliki aktivitas antioksidan, dapat

    meredam reaktivitas oksigen singlet, menangkap radikal

    bebas dan mencegah peroksidasi lipid.In vitro, -karotenmenghambat inisiasi oksidasi LDL dan mengurangi degradasi

    LDL oleh makrofag.4Hasil beberapa penelitian terdahulu

    memperlihatkan peningkatan risiko PJK pada individu dengan

    kadar -karoten serum yang rendah.5

    Stres oksidatif akan memodulasi ekspresi gen mediator

    inflamasi melalui aktivasi jalur transkripsi nuclear factor

    kappa B(NF-B) yang menginduksi produksi dan sekresimolekul adhesi serta kemokin dari sel endotel. Hal tersebut

    mengaktivasi makrofag untuk mensekresi sitokin-sitokin

    proinflamasi seperti interleukin-1 (IL-1), IL-6 dan tumor ne-

    crosis factor-(TNF-) kemudian menginduksi produksi pro-tein inflamasi dari hati seperti C-reactive protein(CRP).6

    Penelitian Taniguchi et al,7 menunjukkan terjadinya

    peningkatan kadar CRP pada penderita PJK dibandingkan

    orang sehat dan peningkatannya berhubungan dengan

    derajat stenosis arteri koronaria. Faktor lain yang ber-

    hubungan dengan peningkatan kadar CRP di antaranya

    obesitas, kebiasaan merokok, serta jenis kelamin perempuan.

    Asupan -karoten dan kadar -karoten serum berhubunganterbalik dengan kadar CRP serum.2,8,9

    Metode

    Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif

    menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data

    dilakukan Juni hingga Agustus 2007. Populasi penelitian

    adalah pasien PJK laki-laki usia 3565 tahun yang berobat

    jalan di Poliklinik Jantung Divisi Kardiologi FKUI dan

    Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN-CM Jakarta selama bulan

    Kadar -Karoten dan hsC-Reactive ProteinPenyakit Jantung Koroner

    24 3

  • 7/22/2019 beta karoten 3.pdf

    3/9

    Kadar -Karoten dan hsC-Reactive ProteinPenyakit Jantung Koroner

    Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 7, Juli 2008

    Juni 2007 hingga Agustus 2007. Jumlah subjek penelitian

    dihitung dengan menggunakan formula korelasi10:

    Z+ Z2

    n = + 3

    0,5 ln [(1 + r)/(1 r) ]

    dengan r sebagai perkiraan koefisien korelasi untuk korelasi

    kadar -karoten serum dengan kadar CRP serum pada pasien

    PJK diperkirakan sebesar 0,4. Setelah memperhitungkan 10%

    kemungkinan drop out, didapatkan jumlah subjek yang

    dibutuhkan seluruhnya sejumlah 52 orang. Diagnosis PJK

    ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis,

    elektrokardiogram (EKG), treadmill stress testdan atau

    angiografi koroner11 yang dilakukan oleh dokter yang

    merawat. Kriteria eksklusi adalah mengonsumsi suplemen

    antioksidan satu bulan sebelumnya, mengonsumsi obat yang

    dapat mempengaruhi absorpsi lemak, sedang mengalami

    proses infeksi akut atau kronis dan atau sedang mengalami

    sindrom koroner akut. Infeksi baik akut maupun kronis

    diketahui dengan menanyakan riwayat demam, sakit gigi dan

    nyeri sendi serta hasil pemeriksaan LED >50 mm/jam.12

    Data dikumpulkan melalui wawancara dengan kuesioner

    mencakup data demografi berupa usia, tingkat pendidikan

    dan penghasilan, kebiasaan merokok, dan asupan makanan.

    Subjek dikategorikan bukan perokok (bila tidak pernah

    merokok sama sekali), mantan perokok (sudah berhenti

    merokok e6 bulan sebelumnya) dan perokok (masih merokok

    hingga saat ini). Berat-ringannya kebiasaan merokok dinilaiberdasarkan Indeks Brinkman.13

    Asupan energi total, lemak dan serat dinilai dengan

    metode recall2 x 24 jam terakhir. Asupan-karoten selamasatu bulan terakhir menggunakan metode FFQ semi kuantitatif

    dengan menggunakan contoh makanan.14 Analisis data

    menggunakan program Nutrisurvey 2005.

    Asupan energi dihitung sebagai persentase terhadap

    kebutuhan energi total (KET) yang ditentukan dengan for-

    mula Harris-Benedict.15Asupan lemak dihitung sebagai

    persentase terhadap asupan energi total.16Asupan -karotentermasuk adekuat bila bernilai 1224 mg per hari.17Asupan

    serat dikatakan adekuat bila sesuai dengan rekomendasiNCEP/ATP III, 2030 gram per hari.18

    Pengukuran antropometri meliputi berat badan dan

    tinggi badan sesuai metode standard, kemudian digunakan

    untuk menentukan indeks massa tubuh (IMT). Klasifikasi

    status nutrisi yang digunakan adalah klasifikasi berdasarkan

    IMT untuk populasi Asia Pasifik.14Pemeriksaan laboratorium

    meliputi pemeriksaan kadar -karoten serum denganmenggunakan metode high performance liquid chromato-

    graphy(HPLC) dengan nilai normal berkisar antara 0,30,6

    mol/L.4 Kadar CRP serum dinilai dengan metodeImmunochemiluminescent high-sensitivity CRP assay,

    dengan nilai hsCRP>3 mg/L dikategorikan meningkat.6

    Spesimen darah diambil dari vena kubiti sebanyak 5 mL.

    }{

    Analisis univariat dilakukan dengan uji normalitas

    KolmogorovSmirnov. Data yang berdistribusi normal

    dinyatakan sebagai nilai rata-rata dan simpang baku, bila

    distribusi tidak normal dinyatakan sebagai nilai median danrentang minimummaksimum. Korelasi antara dua variabel

    dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Spearmans Rank

    dengan batas kemaknaan p

  • 7/22/2019 beta karoten 3.pdf

    4/9

    Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 7, Juli 2008

    Kadar -Karoten dan hsC-Reactive ProteinPenyakit Jantung Koroner

    Tabel 3 memperlihatkan sebaran asupan energi, lemak

    dan -karoten subjek. Klasifikasi energi berdasarkanpersentase asupan energi terhadap kebutuhan energi per

    hari, dengan klasifikasi asupan lemak berdasarkan persentaseasupan lemak terhadap asupan energi per hari. Tampak bahwa

    sebagian besar subjek memiliki asupan lemak lebih, dan

    sebagian besar tergolong asupan -karoten rendah.

    Tabel 3. Sebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Asupan

    Nutrien (n=52)

    Klasifikasi asupan nutrien Frekuensi %

    Energi (1560,96 466,08 kkal)*Kurang 26 50

    Adekuat 23 44,2

    Lebih 3 5,8

    Lemak (50,82 18,47 gram)*Kurang 4 7,7Adekuat 11 21,2

    Lebih 37 71,1-karoten (2,75 (0,135) mg)**

    Rendah 49 94,2Adekuat 2 3,9

    Tinggi 1 1,9

    *Nilai rerata; **Nilai median

    Distribusi kadar -karoten dan hsCRP serum subjektergambar pada Tabel 4 dan tampak 50% subjek memiliki kadar

    kadar -karoten yang tergolong rendah dan sebagian besar

    subjek memiliki kadar hsCRP yang normal.

    Tabel 4. Sebaran Kadar -karoten dan hsCRP Serum SubjekPenelititan (n=52)

    Kadar Frekuensi %

    -karoten serum(0,30 (0.006,39) mol/L)**

    Rendah 26 50Normal 7 13,5

    Tinggi 19 36,5

    hsCRP serum (1,59 (0,1121,60) mg/L)**

    Normal 36 69,2

    Tinggi 16 30,8

    **Nilai median

    Gambar 1 memperlihatkan grafik korelasi antara asupan

    -karoten dengan kadar -karoten serum (a) dan antaraasupan lemak dengan kadar -karoten serum (b). Kedua grafikmemperlihatkan hubungan yang tidak bermakna antara

    asupan-karoten dan asupan lemak dengan kadar -karotenserum. Korelasi tetap lemah dan tidak bermakna setelah nilai-

    nilai outlierdikeluarkan, yaitu r=0,040; p=0,802 antara asupan

    lemak dengan kadar -karoten serum dan r=0,089; p=0,575antara asupan -karoten dengan kadar -karoten serum.

    Gambar 1. Korelasi Antara Asupan -karoten dengan Kadar

    -karoten Serum (a) dan Korelasi Antara AsupanLemak dengan Kadar -karoten Serum (b)

    Gambar 2a memperlihatkan korelasi antara IMT dengan

    kadar -karoten serum sangat lemah dan tidak bermakna, dantetap tidak bermakna (r=0,121; p=0,459) setelah nilai-nilai

    outlier disingkirkan. Korelasi antara IMT dengan kadar

    hsCRP serum (gambar 2b) didapatkan korelasi positif derajat

    sedang (r=0,503) yang sangat bermakna (p=0.000).

    Gambar 3a memperlihatkan korelasi negatif derajat

    sedang tidak bermakna antara indeks Brinkman dengan kadar

    -karoten serum dan korelasi negatif derajat sangat lemahtidak bermakna antara indeks Brinkman dengan kadar hsCRP

    serum pada subjek perokok (gambar 3b).

    r=0,171

    p=0,226

    0.0 10.0 20.0 30.0

    0.0000

    2.0000

    4.0000

    6.0000

    r=0,075

    p=0,598

    20.0 40.0 60.0 80.0

    Asupan lemak (gram)

    0.0000

    2.0000

    4.0000

    6.0000

    24 5

    Kadar -karoten serum (mol/L)

  • 7/22/2019 beta karoten 3.pdf

    5/9

    Kadar -Karoten dan hsC-Reactive ProteinPenyakit Jantung Koroner

    Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 7, Juli 2008

    20.00 25.00 30.00 35.00 40.00

    IMT (kg/m2)

    0.000

    5.000

    10.000

    15.000

    20.000

    KadarhsCRPserum(mg/L)

    r=0,503

    p=0,000

    Gambar 2. Korelasi Antara IMT dengan Kadar -karoten Se-rum (a) dan Korelasi Antara IMT dengan Kadar

    hsCRP Serum (b)

    Gambar 4. Korelasi Antara Kadar -karoten dengan KadarhsCRP serum

    Gambar 4 menggambarkan korelasi negatif derajat sangat

    lemah (r= 0,006) yang tidak bermakna (p=0,966) antara kadar

    -karoten serum dengan kadar hsCRP serum. Setelah nilai-nilai outlierdikeluarkan, tetap didapat korelasi yang tidak

    bermakna (r= 0,222; p=0,158).

    Pembahasan

    Keterbatasan PenelitianPada penelitian ini asupan -karoten satu bulan terakhir

    dinilai dengan metode FFQ semikuantitatif yang sangat

    tergantung pada daya ingat subjek. Periode waktu yang

    panjang dapat berpengaruh terhadap dalam terjadinya un-

    derestimated atau overestimated asupan nutrien dan flat

    slope syndrome.19 Pemeriksaan kadar -karoten yang

    24 6

    r=0,033

    p=0,815

    20.00 25.00 30.00 35.00 40.00

    IMT (kg/m2)

    0.0000

    2.0000

    4.0000

    6.0000

    r= -0,234

    p=0,442

    500 1000 1500

    Indeks Brinkm an

    0.0000

    0.5000

    1.0000

    1.5000

    r= -0,022

    p=0,943

    500 1000 1500

    Indeks Brinkm an

    0.000

    5.000

    10.000

    15.000

    20.000

    r= -0,006

    p=0,966

    0.0000 2.0000 4.0000 6.0000

    0.000

    5.000

    10.000

    15.000

    20.000

    Gambar 3. Korelasi Antara Indeks Brinkman dengan Kadar-karoten serum (a) dan Korelasi Antara IndeksBrinkman dengan Kadar hsCRP serum (b)

    Kadar -karoten serum (mol/L)

  • 7/22/2019 beta karoten 3.pdf

    6/9

    Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 7, Juli 2008

    Kadar -Karoten dan hsC-Reactive ProteinPenyakit Jantung Koroner

    dilakukan adalah kadar -karoten serum, sedangkan sebagainutrien larut lemak penilaian kadar -karoten pada jaringanlemak merupakan penanda asupan -karoten jangka panjangyang paling baik.20 Subjek yang diambil adalah semua pasien

    yang didiagnosis PJK tanpa memperhatikan berat-ringannya

    derajat penyakit, sehingga hasil penelitian ini hanya dapat

    memberikan gambaran pada pasien PJK secara umum.

    Karakteristik Subjek Penelitian

    Karakteristik demografi subjek tampak pada tabel 1.

    Berdasarkan status gizi, 48,1% termasuk kategori obes I (IMT

    2529,9 kg/m2) (Tabel 2). Menurut NCEP/ATP III, kelebihan

    BB merupakan salah satu faktor risiko PJK yang disebut life-

    habit risk factors.20Obesitas meningkatkan risiko PJK melalui

    dua mekanisme utama; resistensi insulin yang akan

    meningkatkan ekpresi mediator-mediator inflamasi dan secaralangsung berhubungan dengan respon inflamasi melalui

    produksi adipositokin.2

    Selain BB lebih, merokok merupakan salah satu faktor

    risiko utama aterosklerosis dan termasuk faktor yang

    diperhitungkan dalam skor Framingham.18Asap rokok

    mengandung berbagai oksidan dan prooksidan yang dapat

    menghasilkan radikal bebas dan menurunkan kadar

    antioksidan jaringan sehingga memudahkan peroksidasi lipid.

    Oksidasi molekul LDL akan menyebabkan pembentukan sel

    busa oleh makrofag yang merupakan mekanisme kunci

    aterosklerosis.21

    Dari 52 subjek 84,6% merupakan individu yang telah

    terpapar rokok (terdiri dari perokok dan mantan perokok)(Tabel 2). Pada subjek perokok dan mantan perokok,

    didapatkan frekuensi kadar CRP yang meningkat lebih banyak

    (31,8%) daripada kelompok subjek bukan perokok (25%).

    Keadaan ini sesuai dengan penelitian Miller et al22bahwa

    prevalensi kadar CRP lebih tinggi pada kelompok individu

    yang pernah terpapar rokok.8,22Pada pasien PJK, kadar CRP

    yang meningkat berhubungan dengan peningkatan risiko

    terjadinya kejadian PJK selanjutnya seperti infark miokard

    dan kematian mendadak.23

    Asupan Energi, Lemak dan -karoten

    Rerata persentase asupan energi terhadap kebutuhan

    energi total 82,2626,00%, dan 50% subjek memiliki asupan

    energi kurang dari kebutuhan (Tabel 3). Hal ini tidak tercermin

    pada IMT subjek yang sebagian besar (67,4%) termasuk

    kategori BB lebih. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan oleh

    beberapa hal. Salah satunya adalah estimasi berlebih

    kebutuhan energi basal yang dihitung dengan menggunakan

    persamaan Harris-Benedict.15Kemungkinan lain terjadinya

    underreportingdanflat slope syndromepada saat wawancara

    asupan makanan.19

    Rerata persentase asupan lemak terhadap asupan energi

    total sebesar 29,36 7,22% dan sebagian besar subjek (71,1%)

    mempunyai asupan lemak yang tergolong lebih (Tabel 3).16

    Mandel et al24mendapatkan rerata persentase asupan lemak

    terhadap asupan energi total pada pasien PJK sebesar

    241,2%. Secara teori, asupan lemak akan meningkatkan

    absorpsi -karoten. Pada penelitian ini secara keseluruhansubjek mengolah makanan dengan menggunakan minyak

    kelapa sawit. Pengolahan makanan dengan menggunakan

    minyak kelapa sawit lebih baik, karena merupakan golongan

    minyak dengan asam lemak rantai panjang. Asam lemak

    tersebut berperan dalam pembentukan kilomikron yang

    merupakan alat pengangkut -karoten dari enterosit menujusirkulasi.25

    Mandel et al24mendapatkan rerata asupan -karoten 42subjek penderita PJK 0,40,078 mg/1000 kkal/hari.24Pada

    penelitian ini asupan-karoten/1000 kkal/hari subjek memilikimedian 1,69 (0,1325,99) mg. Saat ini belum terdapat nilai

    anjuran asupan-karoten untuk kesehatan, namun penelitian

    Mosca et alseperti yang dikutip dalam buku panduan olehInstitute of Medicine,17menunjukkan asupan -karoten 1224 mg per hari dapat mengurangi kerentanan LDL terhadap

    oksidasi pada penderita PJK.17Berdasarkan nilai tersebut,

    94,2% subjek mempunyai asupan -karoten yang rendah(Tabel 3).

    Asupan -karoten subjek yang rendah dapat dipe-ngaruhi oleh pemilihan dan pengolahan bahan makanan

    sumber -karoten. Bahan makanan sumber -karoten yangdikonsumsi subjek sebagian besar merupakan buah-buahan

    segar dan sayuran. Buah yang sering dikonsumsi seperti

    apel, anggur, pisang, melon dan nanas bukanlah sumber -

    karoten yang baik.26

    Buah-buahan yang mengandung cukupbanyak -karoten seperti mangga, pepaya, sukun, labu, danubi jalar jarang dikonsumsi, kecuali jeruk. Sayuran yang

    sering dikonsumsi di antaranya bayam, kangkung, wortel,

    tomat, sawi serta daun singkong merupakan bahan makanan

    -karoten yang baik hanya saja sayuran yang dikonsumsilebih sering diolah dengan cara direbus atau lalapan.

    Bioavailabilitas -karoten sayuran akan lebih tinggi bilabahan makanan tersebut dikonsumsi setelah diolah dengan

    cara pemanasan ringan.25

    Asupan -karoten yang rendah berhubungan denganpeningkatan risiko PJK, selain itu diet rendah-karoten jugameningkatkan kerentanan terhadap oksidasi.2Stres oksidatif

    yang meningkat dapat mencetuskan terjadinya respon

    inflamasi yang dapat diukur dengan peningkatan kadar CRP.

    Kadar CRP yang meningkat pada penderita PJK dapat

    memberikan prognosis yang kurang baik.7

    Kadar -karoten dan hsCRP Serum

    Kadar-karoten di dalam darah sensitif terhadap asupanbahan makanan sumber, namun kadar -karoten di dalam se-rum juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia, jenis

    kelamin, indeks massa tubuh, dan kebiasaan merokok.20,27

    Limapuluh persen subjek memiliki kadar -karoten yangrendah (

  • 7/22/2019 beta karoten 3.pdf

    7/9

    Kadar -Karoten dan hsC-Reactive ProteinPenyakit Jantung Koroner

    Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 7, Juli 2008

    pada pasien PJK, salah satunya Klipstein-Grobusch et al5

    yang mendapatkan rerata kadar -karoten serum padakelompok pasien PJK 0,290 0,152 mol/L.

    C-reactive proteinmerupakan protein fase akut yangkadarnya meningkat pada inflamasi. Proses inflamasi

    berperan penting dalam patogenesis dan progresivitas

    aterosklerosis. Berbagai hasil penelitian menyatakan

    peningkatan kadar hsCRP pada pasien PJK berhubungan

    dengan peningkatan risiko terjadinya kejadian PJK

    berikutnya.6,7Pada penelitian ini 30,8% subjek memiliki kadar

    hsCRP tinggi (>3 mg/L).6,7Burke et al23menghubungkan

    kadar hsCRP dengan plak pada arteri koronaria dan

    mendapatkan frekuensi peningkatan kadar CRP pada

    penderita plak stabil sebesar 35,2% dan kadar hsCRP

    berkorelasi positif dengan jumlah ateroma berkapsul tipis

    pada percabangan arteri.

    Ateroma berinti lemak yang berdinding tipis sangat

    rawan ruptur dan dapat menyebabkan infark miokard.

    Keadaan tersebut diperkirakan berhubungan dengan

    aktivitas proinflamasi CRP yaitu meningkatkan ekspresi

    molekul adhesi sel endotel, aktivasi komplemen serta induksi

    kemotaksis leukosit dan produksi faktor jaringan monosit.

    Akibatnya terjadi peningkatan produksi sitokin proinflamasi

    oleh monosit seperti IL-1, IL-6 dan TNF yang akan menekan

    produksi kolagen sel otot polos dan mengaktivasi meta-

    loproteinase sehingga terjadi penipisan kapsul plak.6,23Hasil

    yang didapat menunjukkan 30,8% subjek berisiko mengalami

    infark miokard.

    Bila dikelompokkan berdasarkan kadar-karoten serum,tampak subjek dengan kadar hsCRP tinggi lebih banyak

    terdapat pada kelompok subjek dengan kadar -karotenrendah (34,61%), dibandingkan dengan kelompok -karotennormal dan tinggi (Tabel 5). Temuan ini menyokong hubungan

    terbalik antara kadar -karoten dengan kadar hsCRP serumyang ditemukan Erlinger et al.9

    Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kadar hsCRP Serum Berdasar-

    kan Kadar -karoten Serum

    Kadar Kadar hsCRP

    -karoten Normal (%) Tinggi (%) Jumlah

    Rendah 17 (65,39) 9 (34,61) 26

    Normal 5 (71,43) 2 (28,57) 7Tinggi 14 (73,68) 5 (26,32) 9

    Korelasi Asupan -karoten dan Asupan Lemak denganKadar -karoten Serum

    Tangney et alseperti yang dikutip dari Wallstrm et

    al27mengatakan tidak ada hubungan langsung antara asupan

    -karoten dengan kadarnya di dalam serum atau plasma,karena pada masing-masing individu terdapat perbedaan

    absorpsi, metabolisme dan distribusi -karoten ke jaringan.

    Selain asupan, kadar -karoten serum juga dipengaruhi oleh

    kebiasaan merokok dan asupan lemak. Penelitian Mandel et

    al pada penderita PJK mendapatkan tidak adanya korelasi

    antara asupan -karoten dengan kadar -karoten plasma

    (r=0,16; p=0,3).24

    Pada penelitian ini juga tidak didapatkankorelasi yang bermakna antara asupan -karoten dengankadar -karoten serum.

    Korelasi antara asupan lemak dengan kadar -karotenserum pada penelitian ini juga tidak bermakna (gambar 1b).

    Keadaan tersebut tidak sesuai dengan teori bahwa konsumsi

    lemak bersamaan dengan bahan makanan sumber -karotendapat meningkatkan absorpsinya,17 karena hasil analisis

    asupan lemak menggambarkan asupan lemak subjek yang

    cukup tinggi. Hal tersebut diperkirakan disebabkan oleh

    asupan bahan makanan sumber -karoten yang rendah (

  • 7/22/2019 beta karoten 3.pdf

    8/9

    Kadar -Karoten dan hsC-Reactive ProteinPenyakit Jantung Koroner

    Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 7, Juli 2008

    dapatkan peningkatan kadar CRP pada perokok (P=0,023).

    Pada penelitian ini terdapat korelasi yang tidak bermakna

    antara indeks Brinkman dengan kadar -karoten serum

    (gambar 3a) dan antara indeks Brinkman dengan kadar hsCRPserum pada subjek perokok (gambar 3b). Hal ini dapat

    disebabkan jumlah subjek perokok aktif yang sedikit (n=13).

    Korelasi Antara Kadar -karoten dengan Kadar hsCRPSerum

    Survey kesehatan oleh badan statistik kesehatan di

    Amerika (National Center for Health Statistics of the Cen-

    ters for Disease Control and Prevention) pada 14 470

    responden mendapatkan hubungan terbalik antara kadar -karoten dengan kadar CRP plasma.9Hubungan antara kadar

    -karoten dengan kadar CRP pada penderita PJK dijelaskandengan teori stres oksidatif yang berperan pada patogenesis

    aterosklerosis. Mosca et al, seperti yang dikutip dalam

    panduan Institute of Medicine, menyatakan bahwa -karotenberefek mening-katkan ketahanan molekul LDL terhadap

    oksidasi dengan cara memperpanjang fase lag, yaitu interval

    waktu yang dihitung sejak paparan ion Cu2+ hingga

    dimulainya fase propagasi pada oksidasi LDL.

    Korelasi yang tidak bermakna pada penelitian ini dapat

    disebabkan oleh banyak faktor. Stres oksidatif pada penderita

    PJK tidak hanya dipengaruhi oleh status -karoten, namunjuga oleh status antioksidan eksogen lain seperti vitamin C

    dan vitamin E, serta status antioksidan endogen. Beberapa

    penelitian memperlihatkan dalam sistem keseimbangan

    antioksidan, -karoten bekerja sama dengan vitamin C danE.25,27Selain itu banyak faktor yang juga memengaruhi proses

    inflamasi. Fredrikson et al2serta de Maat dan Kluft8menun-

    jukkan, selain oleh usia, jenis kelamin, IMT, dan kebiasaan

    merokok, CRP juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, stres,

    kadar lemak darah, tekanan darah sistolik, serta asupan

    nutrien lain seperti serat.2,8

    Kesimpulan

    Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kadar -karoten serum dengan kadar hsCRP serum. Terdapat korelasi

    positif yang bermakna antara IMT dengan kadar hsCRP se-

    rum, sedangkan variabel lain tidak memperlihatkan korelasiyang bermakna. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

    desain uji klinis untuk mengetahui peran -karoten pada

    inflamasi.

    Daftar Pustaka

    1. Libby P. The pathogenesis of atherosclerosis. In: Kasper DL,Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL and Jameson JL,

    editors. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16 th ed. New

    York: McGraw-Hill; 2005. p.142530.

    2. Fredrikson GN, Hedblad B, Nilsson JA, Alm R, Berglund G, Nilsson

    J. Association between diet, lifestyle, metabolic cardiovascularrisk factor, and plasma C-reactive protein levels. Metabolism.

    2004;53 (11):143642.

    3. Keaney JF, Larson MG, Vasan RS, Wilson PWF, Lipinska I, Corey

    D, et al. Obesity and systemic oxidative stress: Clinical correlates

    of oxidative stress in The Framingham Study. Arterioscler Thromb

    Vasc Biol. 2003;23:43440.

    4. Sies H Stahl W. Vitamin E and C, -carotene, and other caro-

    tenoids as antioxidants. Am J Clin Nutr. 1995; 62 (suppl.):1315S21S.

    5. Klipstein-Grobusch K, Launer LJ, Geleijnse JM, Boeing H,

    Hofman A, Witteman JCM. Serum carotenoids and atherosclero-sis: The Rotterdam Study. Atherosclerosis. 2000;148:4956.

    6. Patel VB, Robbins MA, and Topol EJ. C-reactive protein: a

    golden marker for inflammation and coronary artery disease.

    Clev Clin J Med. 2001; 68 (6):52134.7. Taniguchi H, Momiyama Y, Ohmori R, Yonemura A, Yamashita

    T, Tamai S, et al. Association of plasma C-reactive protein levels

    with the presence and extent of coronary stenosis in patients

    with stable coronary artery disease. Atherosclerosis. 2005;

    178:17177.8. De Maat MPM Kluft C. Determinants of C-reactive protein

    concentration in blood. Ital. Heart J. 2001;2 (3):18995.

    9. Erlinger TP, Guallar E, Miller ER, Stolzenberg-Solomon R, and

    Appel LJ. Relationship between systemic markers of inflamma-tion and serum -carotene levels. Arch Intern Med.2001;161:19038.

    10 . Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto

    SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S. dan IsmaelS, editors. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-2.

    Jakarta: CV Sagung Seto; 2002.p.25987.

    11 . Libby P. Prevention and treatment of atherosclerosis. In: Kasper

    DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL and JamesonJL, editors. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed.

    New York: McGraw-Hill; 2005.p.14303.

    12 . Andresdottir MB, Sigfusson N, Sigvaldason H, Gudnason V. Eryth-

    rocyte sedimentation rate, an independent predictor of coronary

    heart disease in men and women. Am J Epidemiol. 2003;158:84451 .

    13 . Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Faktor risiko dalamPPOK: Pedoman diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.

    Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001.14. Gibson RS. Principles of Nutritional Assessment. 2nd ed. New

    York: Oxford University Press; 2005.

    15 . Gropper SS, Smith JL, Groff JL, editors. Advanced nutrition and

    human metabolism. 4th ed. California: Thomson Wadsworth; 2005.16. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). Konsensus

    pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia.

    Jakarta: Perkeni; 2006.

    17 . Institute of Medicine: Dietary Reference Intakes for Vitamin C,

    Vitamin E, Selenium and Carotenoids. Washington DC: NationalAcademy Press; 2000.

    18. National Cholesterol Education Program (NCEP)/Adult Inter-

    vention Panel III (ATP III). Expert panel on detection, evalua-

    tion and intervention of high blood cholesterol in adults. 2001.Diunduh dari http://www.nhlbi.nih.gov/guidlines/cholesterol/atp-

    3xsum.pdf. (diakses tanggal 1 Mei 2006).

    19 . Buzzard M. 24-hour dietary recall and food record methods. In:

    Willet W, editor. Nutritional Epidemiology. 2nd ed. New York:Oxford University Press; 1998.p.5073.

    20 . El-Sohemy A, Baylin A, Kabagambe E, Ascherio A, Spiegelman

    D, Campos H. Individual carotenoid concentrations in adipose

    tissue and plasma as biomarkers of dietary intake. Am J Clin Nutr.2002;76:1729.

    21. Valkonen M, Kuusi T. Passive smoking induces atherogenic

    changes in low-density lipoprotein. Circulation. 1998;97:2012

    16 .

    22 . Miller M, Zhan M, Havas S. High attributable risk of elevated C-reactive protein level to conventional coronary heart disease

    risk factors: The third national health and nutrition examination

    survey. Arch Intern Med. 2005;165:20638.

    24 9

  • 7/22/2019 beta karoten 3.pdf

    9/9

    Kadar -Karoten dan hsC-Reactive ProteinPenyakit Jantung Koroner

    Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 7, Juli 2008

    23 . Burke AP, Tracy RP, Kolodgie F, Malcom GT, Zieske A, Kutys R,

    et al. Elevated C-reactive protein values and atherosclerosis in

    sudden coronary death: Association with different pathologies.

    Circulation. 2002;105:2019-23.

    24. Mandel CH, Mosca L, Maimon E, Sievers J, Tsai A, Rock CL.Dietary intake and plasma concentrations of vitamin E, vitamin

    C, and beta carotene in patients with coronary artery disease. J

    Am Diet Assoc. 1997;97(6):6557.25 . Yeum K, Russell RM. Carotenoid bioavailability and bioconver-

    sion. Ann Rev Nutr. 2002;22:483504.

    26. Setiawan B, Sulaeman A, Giraud DW, Driskell JA. Carotenoid

    content of selected Indonesian fruit. J Food Comp Anal. 2001;

    14:16976.

    27. Wallstrm P, Wirflt E, Lahmann PH, Gullberg B, Janzon L,

    Berglund G. Serum concentration of -carotene and -tocopherolare associated with diet, smoking, and general and central

    adipocity. Am J Clin Nutr 2001;73:77785.

    HQ

    25 0