bertutur santun dalam islam

7
BERTUTUR SANTUN DALAM ISLAM (oleh : Drs. H. WINARTO, M.M.) Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Tulungagung Bulan suci Romadhon merupakan bulan diklat bagi kaum muslimin dalam mengembangkan sikap dan budaya positif dalam hidup dan berkehidupan. Selama satu (1) bulan tersebut kaum muslimin dididik dan dilatih untuk bersikap dan berbudaya saba r, bertolerans i, suka menolong , gemar memberi (bersodaqoh) , bertegur sapa sopan , bertutur santun , dll. Singkatnya, kaum muslimin dididik dan dilatih untuk bisa mengendalikan diri dalam banyak hal. Salah satu sikap positif yang perlu mendapatkan perhatian yaitu kebiasaaan Bertutur Santun. Hal ini perlu dimulai pembiasaannya dalam Bulan Suci Romadhon ini, agar nantinya kita bisa memiliki budaya bertutur santun dalam hidup dan berkehidupan. Bangsa Indonesia memiliki warisan budaya yang luar biasa hebat. Di antara warisan itu adalah tata krama (etika/adab) dalam berkomunikasi, seperti : selalu menundukkan kepala dan merundukkan badan apabila berkomunikasi dengan orang yang lebih tua (termasuk kepada pimpinan) , suka menghormat , pandai berterimaksih , dan juga pandai memohon maaf . Ditunjang lagi dengan kebiasaan sikap santun dalam bertutur. Sebagaimana diketahui bahwa pada kebanyakan bahasa daerah di Indonesia dikenal yang namanya Speech Level (Tingkat Kehalusan Berbahasa). Dalam bahasa Jawa misalnya, terdapat istilah bahasa ”Ngoko, Kromo Madyo, dan Kromo Inggil”. Dalam hal ini penggunaan tata krama berbahasanya mengikuti aturan tertentu (disesuaikan dengan umur, status sosial masyarakat, status ekonomi, status

Upload: yuniarkowahyu

Post on 27-Jun-2015

1.814 views

Category:

Spiritual


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bertutur Santun dalam Islam

BERTUTUR SANTUN DALAM ISLAM

(oleh : Drs. H. WINARTO, M.M.)

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa

Kabupaten Tulungagung

Bulan suci Romadhon merupakan bulan diklat bagi kaum muslimin dalam

mengembangkan sikap dan budaya positif dalam hidup dan berkehidupan.

Selama satu (1) bulan tersebut kaum muslimin dididik dan dilatih untuk

bersikap dan berbudaya sabar, bertoleransi, suka menolong, gemar memberi

(bersodaqoh), bertegur sapa sopan, bertutur santun, dll. Singkatnya, kaum

muslimin dididik dan dilatih untuk bisa mengendalikan diri dalam banyak hal.

Salah satu sikap positif yang perlu mendapatkan perhatian yaitu kebiasaaan

Bertutur Santun. Hal ini perlu dimulai pembiasaannya dalam Bulan Suci

Romadhon ini, agar nantinya kita bisa memiliki budaya bertutur santun dalam

hidup dan berkehidupan. Bangsa Indonesia memiliki warisan budaya yang luar

biasa hebat. Di antara warisan itu adalah tata krama (etika/adab) dalam

berkomunikasi, seperti : selalu menundukkan kepala dan merundukkan badan

apabila berkomunikasi dengan orang yang lebih tua (termasuk kepada

pimpinan), suka menghormat, pandai berterimaksih, dan juga pandai

memohon maaf. Ditunjang lagi dengan kebiasaan sikap santun dalam bertutur.

Sebagaimana diketahui bahwa pada kebanyakan bahasa daerah di

Indonesia dikenal yang namanya Speech Level (Tingkat Kehalusan

Berbahasa). Dalam bahasa Jawa misalnya, terdapat istilah bahasa ”Ngoko,

Kromo Madyo, dan Kromo Inggil”. Dalam hal ini penggunaan tata krama

berbahasanya mengikuti aturan tertentu (disesuaikan dengan umur, status

sosial masyarakat, status ekonomi, status kekerabatan, dll). Hal ini

menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia sangat memperhatikan tata krama

(etika/adab) dalam bertutur. Berbicara tentang bertutur santun, kita perlu

mencari referensi Islam yang dapat dijadikan pedoman. Referensi utama dan

pertama yang harus kita pedomani adalah Al Qur’an dan Al Hadist.

Surat Al Ahzab ayat 70 – 71,

Page 2: Bertutur Santun dalam Islam

Yang artinya ” Wahai orang - orang yang beriman, bertaqwalah kepada

Allah dan bekatalah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah akan

memperbaiki bagimu amalan - amalanmu dan akan mengampuni bagimu atas

dosa-dosamu. Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya

sesungguhnya dia telah memperoleh kemenangan yang besar.” Firman Allah

tersebut masih diperjelas dengan Hadist Rasulullah yang artinya “ Barang

siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaknya berkata dengan

baik atau kalau tidak bisa demikian, lebih baik diam.”

“Perkataan yang benar” dalam Al Ahzab tersebut bukan saja

mengandung kebenaran dan kualitas dari segi substansinya ( isi ), tetapi

mencakup pengertian kebenaran isi, kualitas isi dan juga harus disampaikan

dengan baik, santun, tidak menyinggung perasaan, tidak menyakitkan hati,

tidak menghina, tidak memaki-maki orang, tidak menjelek - jelekkan sesama,

tidak provokatif (memanas-manasi), tidak congkak, dll. Malah sebaliknya,

perkataan yang benar (baik) adalah yang mengandung pengertian

menyejukkan hati, bersifat menghibur, segar dan menyenangkan hati,

bersifat memberikan motivasi, bersifat menyemangati (memberikan support),

bersifat memberikan harapan, dsb.

Sementara itu, K.H. Prof. Dr. Zawawi Imron (dahulu Kolumnis Jawa Pos)

dari Sumenep - Madura, dalam tauziahnya pada Peringatan Nuzulul Qur’an

Tahun 2010 di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso Tahun 2010

memberikan uraian dan contoh yang sangat manis. Allah, Al Khaliq, Sang

Pencipta yang maha segalanya, dalam berkomunikasi dengan umat-Nya (yang

bernama manusia) sangat memperhatikan aspek kesantunan dan keindahan.

Ayat-ayat yang berisi petunjuk, perintah, larangan, pemberitahuan, bahkan

peringatan dan ancaman sekali pun, disampaikan dengan santun dan sangat

indah. Pilihan katanya (diksi), persamaan bunyi (rima), dan kalimat -

kalimatnya luar biasa bagus sehingga orang yang membacanya akan

tersentuh jiwanya.

Page 3: Bertutur Santun dalam Islam

Sebagai contoh, kita bisa membaca dan memahami surat Al Qori’ah ayat

1 – 11 berikut ini.

Surat tersebut di atas berisi tentang pemberitahuan mengenai Hari

Kiamat. Simak kalimatnya, pilihan katanya (diksi), persamaan bunyinya (rima),

dan pada akhirnya maknanya ;

1. Hari Kiamat

2. Apakah hari Kiamat itu ?

3. Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu ?

4. Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan.

5. Dan gunung-gunung seperti bulu-bulu yang berhamburan.

6. Adapun orang yang berat timbangannya (kebaikannya),

7. Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang)

8. Dan adapun orang yang ringan timbangannya (kebaikannya),

9. Maka tempat kembalinya adalah Neraka Hawiyah.

10. Dan tahukah kamu apakah Neraka Hawiyah itu ?

Page 4: Bertutur Santun dalam Islam

11. (yaitu) api yang sangat panas.

Pilihan kata, kalimat, dan rimanya sangat cocok dengan maknanya.

Siapa yang tidak tergetar hatinya ketika membaca dan mendalami maknanya?

Pada contoh lain, dalam acara “Indahnya Shodaqoh” di sebuah stasiun TV

Swasta Indonesia yang diasuh oleh Ustadz Yusuf Mansyur, kita memperoleh

pelajaran yang banyak. Pada suatu pagi, Ustadz Yusuf Mansyur kedatangan

tamu yaitu Datuk Doktor Hasan dari Selangor – Malaysia. Melalui tauziah di TV

tersebut, Ustadz Yusuf Mansyur meminta agar Datuk Doktor Hasan berkenan

memberikan saran demi kemajuan Pondok Pesantren di Indonesia. Ternyata

respons Datuk Doktor Hasan begitu mengejutkan, “ Saya tidak pantas untuk

bersaran pada Ustadz. Saya malah harus belajar banyak kepada Ustadz.”

Padahal, Datuk Doktor Hasan ini pernah hidup di Amerika saja tujuh setengah

tahun lamanya dan telah menghasilkan 41 (empat puluh satu) buku. Lalu

komentar Ustadz Yusuf Mansyur, “ Betapa tawadu’nya Datuk ini, dimintai

saran, tetapi malah mau belajar banyak.”

Peristiwa di atas mencerminkan betapa santunnya baik Datuk Doktor

Hasan maupun Ustadz Yusuf Mansyur. Ketika Allah, Al Khaliq saja telah

memberikan koridor komunikasi santun (Al Ahzab 70-71), Rasulullah pun telah

memberikan sabdanya, K.H. Prof. Dr. Zawawi Imron telah menyatakan bahwa

Allah begitu santun dan indahnya dalam berkomunikasi dengan manusia dan

Ustadz Yusuf Mansyur serta Datuk Doktor Hasan saja begitu tawadu’nya dalam

bertutur sapa, sebenarnya kita harus malu apabila kita tidak santun (bahkan

arogan) dalam bertutur.

Dalam bertutur secara Islami sebenarnya berlaku suatu kaidah “ Al

Adabu Fauqol Ilmu”. Artinya : Adab atau sopan santun nilainya lebih tinggi

dari pada ilmu. Maksudnya adalah sepandai atau sepintar apa pun seseorang,

jika dalam bertutur tidak memperhatikan sopan santun, maka orang tersebut

tidak akan mendapatkan tempat di hati masyarakat dan apalagi di hadapan

Allah Azza Wajalla.

Lebih jauh kalau kita mau membaca Surat Al – Hujurat, kita akan

memperolah wawasan yang begitu luas tentang perlunya bertutur santun.

Surat Al-Hujurat ayat 2 yang berbunyi :

Page 5: Bertutur Santun dalam Islam

Artinya : ” Wahai orang - orang yang beriman! Janganlah kamu

meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata

kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu

terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan

kamu tidak menyadarinya. ” Dari ayat tersebut kita dapat memperolah

pelajaran betapa pentingnya mengatur irama tutur kata kita. Ditambah lagi

dengan Al – Hujurat ayat 11, yang berbunyi :

Yang artinya : ” Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu

kaum mengolok-olok kaum yang lain. (karena) boleh jadi mereka (yang

diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan

jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain,

(karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari

perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu

sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.

Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah

beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang

yang zalim.” Pelajaran yang dapat kita petik dari ayat tersebut adalah nilai

introspeksi diri dan pentingnya ”Khusnudhon”. Sering terjadi orang yang

kita sangka lebih buruk dari pada kita, ternyata lebih baik dari pada kita.

Itulah sebabnya kita perlu dan harus belajar mengembangkan budaya

Khusnudhon atau Positive Thinking terhadap siapa pun.

Page 6: Bertutur Santun dalam Islam

Saat ini kita berada dalam suasana Bulan Suci Romadhon, bulan yang

penuh dengan hikmah dan maghfiroh. Beruntunglah jika kita bisa

melakukan introspeksi dan mohon ampunan kapada Allah, Al Khaliq untuk

menuju budaya bertutur santun dalam Islam.Dari uraian di atas, dapatlah

diambil beberapa catatan, bahwa :

1. Allah SWT dan Rasulullah telah memberikan koridor komunikasi

santun

2. Dalam bertutur, bukan hanya substansi isi yang harus benar dan

berkualitas, tetapi juga harus memiliki etika / kesantunan sehingga

bisa menciptakan suasana yang indah dan menyejukkan.3. Banyak

contoh yang jika kita mau, dapat dijadikan pelajaran bagi kita dalam

mengembangkan budaya bertutur santun

4. Bulan Suci Romadhon merupakan kesempatan / peluang bagi kita

untuk belajar atau mendiklat diri dalam membangun budaya

yang lebih baik menuju insan yang Muttaqin sesuai dengan

kehendak-Nya.

Satu minggu sudah puasa Romadhon kita lewati. Marilah kita merenung

dan melakukan introspeksi tentang budaya tutur kita. Kita tidak perlu

berkecil hati, karena masih ada harapan untuk memperbaiki diri, berevolusi

menuju insan yang lebih terpuji. Insya Allah.