berorganisasi dan kaitannya dengan loyalitas

4
Berorganisasi dan Kaitannya dengan Loyalitas Bagi Mahasiswa “ Kuliah? Ikut organisasi? “ Ya, mungkin ini kata- kata yang paling sering berputar di otak kala seorang mahasiswa masih ragu dalam kaitannya antara kuliah dan organisasi. Tentu ada berbagai macam hal yang harus dipertimbangkan jika ia lebih memilih untuk tetap ikut berorganisasi atau hanya ingin menjadi sebatas mahasiswa biasa yang hanya terpaku pada jadwal kuliah saja tanpa adanya kegiatan lain. Memang beberapa mahasiswa terkadang memandang organisasi hanyalah sekelompok mahasiswa yang kumpul- kumpul untuk mengisi waktu. Bahkan tidak sedikit yang malah memandang organisasi sebagai hal negatif yang dapat menyebabkan mahasiswa gagal kuliah. Pandangan ini muncul karena mereka melihat banyak aktivis kampus (mahasiswa yang aktif berorganisasi) seringkali gagal dalam studi. Yah, ini dapat kita lihat dari ‘mahasiswa abadi’ yang seringkali banyak beredar di seputar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) daripada di ruang kuliah atau pustaka. Namun, kita tidak bisa menutup mata bahwa tidak sedikit mahasiswa yang hanya kuliah saja (tanpa organisasi), juga gagal dalam perkuliahan. Jadi mana yang lebih baik? Tentu, yang paling baik sukses keduanya, Sukses Studi dan Sukses Organisasi. Namun apakah organisasi sebegitu penting? Paradigma baru yang dikembangkan yaitu usaha mendidik tidak hanya diberikan oleh dosen di bangku kuliah tetapi juga dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa di dalam organisasi. Tujuannya adalah keseimbangan yang akan tercipta antara teori dan praktek di lapangan. Perlu kita ingat bahwa lapangan tidak selalu berarti dunia kerja, tetapi juga masyarakat tempat mahasiswa akan terjun nantinya. Bahkan tidak jarang mahasiswa yang diterima bekerja setelah kuliah justru karena pengalaman organisasinya. Organisasi adalah suatu wadah yang terdiri dari kumpulan pemikiran orang – orang yang memiliki kesamaan visi dan misi yang mendasari suatu organisasi. Orang-orang yang berkumpul dalam organisasi tersebut memiliki satu visi yang telah ditarget untuk dicapai bersama anggota organisasi. Secara lebih sederhana organisasi merupakan sekumpulan orang yang berlatar belakang pendidikan ataupun umum yang memiliki dasar yang jelas untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang merupakan organisasi dari mahasiswa yang sama-sama ingin mengembangkan bakat dan keterampilan tertentu ataupun Senat Mahasiswa yang merupakan organisasi mahasiswa intra universitas yang hanya berada di tingkat fakultas yang bisa menampung aspirasi para mahasiswa dan sebagainya.

Upload: dias-nuzulia-afriani

Post on 30-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dsa

TRANSCRIPT

Page 1: Berorganisasi Dan Kaitannya Dengan Loyalitas

Berorganisasi dan Kaitannya dengan Loyalitas Bagi Mahasiswa

“ Kuliah? Ikut organisasi? “ Ya, mungkin ini kata- kata yang paling sering berputar di otak kala seorang mahasiswa masih ragu dalam kaitannya antara kuliah dan organisasi. Tentu ada berbagai macam hal yang harus dipertimbangkan jika ia lebih memilih untuk tetap ikut berorganisasi atau hanya ingin menjadi sebatas mahasiswa biasa yang hanya terpaku pada jadwal kuliah saja tanpa adanya kegiatan lain. Memang beberapa mahasiswa terkadang memandang organisasi hanyalah sekelompok mahasiswa yang kumpul-kumpul untuk mengisi waktu. Bahkan tidak sedikit yang malah memandang organisasi sebagai hal negatif yang dapat menyebabkan mahasiswa gagal kuliah.

Pandangan ini muncul karena mereka melihat banyak aktivis kampus (mahasiswa yang aktif berorganisasi) seringkali gagal dalam studi. Yah, ini dapat kita lihat dari ‘mahasiswa abadi’ yang seringkali banyak beredar di seputar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) daripada di ruang kuliah atau pustaka. Namun, kita tidak bisa menutup mata bahwa tidak sedikit mahasiswa yang hanya kuliah saja (tanpa organisasi), juga gagal dalam perkuliahan. Jadi mana yang lebih baik? Tentu, yang paling baik sukses keduanya, Sukses Studi dan Sukses Organisasi. Namun apakah organisasi sebegitu penting?

Paradigma baru yang dikembangkan yaitu usaha mendidik tidak hanya diberikan oleh dosen di bangku kuliah tetapi juga dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa di dalam organisasi. Tujuannya adalah keseimbangan yang akan tercipta antara teori dan praktek di lapangan. Perlu kita ingat bahwa lapangan tidak selalu berarti dunia kerja, tetapi juga masyarakat tempat mahasiswa akan terjun nantinya. Bahkan tidak jarang mahasiswa yang diterima bekerja setelah kuliah justru karena pengalaman organisasinya.

Organisasi adalah suatu wadah yang terdiri dari kumpulan pemikiran orang – orang yang memiliki kesamaan visi dan misi yang mendasari suatu organisasi. Orang-orang yang berkumpul dalam organisasi tersebut memiliki satu visi yang telah ditarget untuk dicapai bersama anggota organisasi. Secara lebih sederhana organisasi merupakan sekumpulan orang yang berlatar belakang pendidikan ataupun umum yang memiliki  dasar yang jelas untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang merupakan organisasi dari mahasiswa yang sama-sama ingin mengembangkan bakat dan keterampilan tertentu ataupun Senat Mahasiswa yang merupakan organisasi mahasiswa intra universitas yang hanya berada di tingkat fakultas yang bisa menampung aspirasi para mahasiswa dan sebagainya.

Terus, kalau hanya ingin mengembangkan bakat, keterampilan, harusnya masih bisa diperoleh dari kursus atau kuliah? Ya, tapi dapatkah kita melatih: jiwa kepemimpinan (leadership), berkomunikasi secara efektif dan efisien, bernegosiasi dan berargumentasi dengan baik, berbagi (sharing), dan bagaimana berurusan dengan birokrat atau masyarakat umum, serta mengembang jiwa kewirausahaan (interpreneurship), sementara tidak semua jurusan menawarkan mata kuliah tersebut?

Oleh karena itu diperoleh bahwa antara akademik dan organisasi itu memiliki hubungan erat. Semacam simbiosis mutualisme yaitu hubungan saling menguntungkan. Kenapa begitu? Pendidikan merupakan asas dan pondasi untuk dapat bisa berperan aktif dalam sebuah organisasi.

Dalam pandangan islam pun berorganisasi diperlukan dalam memimpin meraih kemenangan, bukan mengantarkan kita pada kekalahan (gagal dalam kuliah). Karena organisasi mengajarkan kita hidup berencana (planning) dan berstrategi untuk mencapai tujuan bersama, jadi tidak bergerak sendiri-sendiri. Untuk itu kita harus belajar bagaimana cara berkiprah dalam suatu organisasi. Karena mahasiswa yang berorganisasi memiliki nilai lebih dibandingkan yang tidak. Jika kita bandingkan aktivis kampus dengan non aktivis yang hanya kuliah saja sangat jelas memiliki indek prestasi (IP) yang baik. Namun ia lemah dari segi pengalaman. Sebab mahasiswa tersebut jika berhadapan dengan persoalan yang rumit, mereka sangat teoritis dalam menyelesaikan persoalan karena kurangnya pengalaman lapangan yang terkadang lebih praktis, bahkan kurang mampu menyelesaikan konflik yang sudah merupakan menu harian sebagai mahasiswa atau manusia yang hidup. Sementara aktivis kampus cenderung lebih bersikap kritis, pantang menyerah, kreatif dan argumentatif dibanding mahasiswa non aktivis yang biasanya bersikap pasif kecuali dalam perkuliahan.

Page 2: Berorganisasi Dan Kaitannya Dengan Loyalitas

Perbedaan lain, aktivis kampus dalam menangani persoalan jauh lebih cepat dalam mengkaji hubungan sebab-akibat dan dampak dibanding mahasiswa non aktivis. Dari pengalaman mereka terbiasa untuk merancang segala sesuatu dengan baik, walaupun terkadang ada yang luput dari perencanaan. Tapi ini akan menjadi pengalaman dan guru yang sangat berarti nantinya.

Jadi kalau kita sudah mengetahui peran penting pendidikan dalam organisasi, apakah kegiatan berorganisasi juga bermanfaat terhadap perkembangan akademik? Bukankah pemahaman terhadap sebuah teori akan lebih baik setelah dipraktekkan? Jadi kita akan lebih mantap dalam memahami dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah kita peroleh. Kita akan mendapatkan banyak pengalaman bagaimana cara bersosialisasi dan bermasyarakat yang baik. Tentu saja pelajaran itu hanya dapat kita peroleh jika kita berorganisasi. Seperti itulah keuntungan diantara keduanya yaitu saling mengisi dan melengkapi.

Lalu apa kaitannya dengan loyalitas? Sebagai anggota suatu organsisasi rasa memiliki sudah seharusnya dimiliki oleh anggota suatu organisasi sebagai perwujudan loyalitas terhadap organisasi tersebut. Dari loyalitas tersebut lahirlah tindakan-tindakan pengabdian yang professional dan ide-ide kreatif pun akan keluar. Itulah yang perlu diperhatikan suatu organisasi. Loyalitas tak hanya membutuhkan pengakuan, deklarasi atau perjanjian diatas hitam putih, tapi loyalitas membutuhkan tindakan nyata. Ketika kita tak loyal terhadap sesuatu bisa jadi kita menjadikan sesuatu itu dalam prioritas nomor sekian yang berdampak minimnya perhatian kita terhadap sesuatu itu. Loyalitas terhadap organisasi memiliki makna kesediaan seseorang untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun.

Apa yang menyebabkan seseorang bisa sangat loyal terhadap sesuatu? Loyalitas, bisa berarti kesetiaan yang biasanya akan berdampak pada sebuah kata yaitu prioritas. Seharusnya loyalitas yang murni dilandasi oleh objektifitas. Objektif memilih mana yang seharusnya menjadi prioritas dan mana yang mendapat perhatian lebih. Bila subjektifitas telah meraja, sepertinya hakikat loyalitas akan menjadi rancu karena pada dasarnya ketika kita memutuskan untuk loyal terhadap sesuatu, permainan rasa tidak lagi menjadi dominan.

Tentu, sebuah loyalitas akan tercipta ketika kita sudah merasa cinta dan muncul tanggung jawab yang begitu besar di saat kita sadar bahwa kita sedang mengemban tugas yang sudah wajib kita jalankan dan harus siap mengesampingkan masalah atau urusan pribadi kita sendiri. Paradigma atau cara pandang atau kerangka berpikir, ketiga kata itu mewakili hal yang harus diubah dalam memandang loyalitas. Jika saja loyalitas itu terjadi dengan sendirinya dan oleh karena kecintaan terhadap pekerjaan yang diemban, maka tentunya tidak menjadi masalah, namun jika loyalitas hanya ditunjukkan melalui kerja over dan keterpaksaan maka di hal seperti itulah yang perlu dihindari dan perubahan harus terjadi.

Bahkan, satu prinsip utama yang diajarkan dalam aqidah islamiyah adalah memberikan wala’ (loyalitas). Al Wala’ atau walayah adalah buah dari mahabbah (kecintaan). Ketika seseorang mencintai sesuatu, ia wajib memberikan wala’ kepada yang dicintainya. Demikian juga halnya manakala seorang hamba mencintai Allah, maka dia harus memberikan wala’nya itu kepada Allah. Cinta yang tidak menghasilkan wala’ tidaklah dapat disebut sebagai cinta yang sebenarnya.

Maka makna loyalitas juga begitu penting dalam menjalankan suatu organisasi apalagi bagi seorang mahasiswa yang sudah memutuskan untuk terjun dalam sebuah organisasi. Karena jika seseorang tersebut sudah memiliki jiwa loyalitas yang tinggi, baik dalam organisasi maupun dalam kehidupannya sebagai mahasiswa biasa, maka akan tercipta suatu keseimbangan.

Dias Nuzulia Afriani / 1102009080