berbasis tri hita karana pengembangan...

48
1 LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DESA BINAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN MODEL KEWIRAUSAHAAN MELALUI KERAJINAN BERBAHAN ENTAL BERBASIS CREATIVE-BASED TOURISM DI DESA SAMBIRENTENG, TEJAKULA, BULELENG, BALI Oleh Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum (196112081986032001) Dr. I Ketut Margi, M.Si (196312312002121044) Drs. I Nyoman Sila, M.Hum (196412311989031003) Dra . Lulup Endah Tripalupi, M Pd (195606221981032001) Luh Putu Sri Ariyani, S.S, M.Hum (197704242003122002) JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2016

Upload: hoangnhi

Post on 02-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

1

LAPORAN KEGIATAN

PENGEMBANGAN DESA BINAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

BERBASIS TRI HITA KARANA

PENGEMBANGAN MODEL KEWIRAUSAHAAN MELALUI KERAJINAN

BERBAHAN ENTAL BERBASIS CREATIVE-BASED TOURISM DI DESA

SAMBIRENTENG, TEJAKULA, BULELENG, BALI

Oleh

Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum (196112081986032001)

Dr. I Ketut Margi, M.Si (196312312002121044)

Drs. I Nyoman Sila, M.Hum (196412311989031003)

Dra . Lulup Endah Tripalupi, M Pd (195606221981032001)

Luh Putu Sri Ariyani, S.S, M.Hum (197704242003122002)

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2016

Page 2: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

2

Page 3: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

3

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL KEWIRAUSAHAAN MELALUI KERAJINAN

BERBAHAN ENTAL BERBASIS CREATIVE-BASED TOURISM DI DESA

SAMBIRENTENG, TEJAKULA, BULELENG, BALI

Sendratari, Luh Putu dkk

Pengabdian masyarakat ini merupakan kelanjutan dari pengabdian yang telah di lakukan di

Desa Sambirenteng, Tejakula, Bali pada Tahun 2015 dengan judul program Penguatan

Capacity Bouilding & Pengembangan Ekonomi Kreatif Pohon Ental Berbasis Creative-

Based Tourism di Desa Sambirenteng, Tejakula, Buleleng, Bali. Berdasarkan hasil di tahun

tersebut diperoleh gambaran bahwa penguatan kelembagaan yang ada di desa Sambirenteng

seperti lembaga sekolah (SMK), sekeha teruna teruni, pengelola wisata telah berhasil pada

tingkat adanya pemahaman yang meningkat dalam hal: (1) pengetahuan tentang desa

Sambirenteng yang menyimpan potensi budaya yang telah menyejarah; (2) salah satu potensi

budaya yang berhasil dikembangkan adalah produk kerajinan berbahan pohon ental (daun

dan lidi ental); (3) muncul kesadaran di kalangan pengelola wisata akan pentingnya menjalin

kerjasama yang saling menguntungkan antara pengusaha dan pengrajin. Hanya saja, hasil di

tahun 2015 belum dapat menciptakan Creative-Based Tourism yang memperhitungkan

produk kerajinan setempat sebagai produk unggulan yang memiliki pemasaran yang meluas.

Di samping itu, sekolah kejuruan (SMK) yang memiliki potensi strategis dalam merawat

budaya lokal melalui program pendidikan ternyata belum memasukkan program

kewirausahaan berbasis budaya lokal ke dalam kurikulum. Pada tahun kedua (2016) kegiatan

ini bertujuan (1) meningkatkan jangkauan pemasaran produk berbahan ental melalui

kewirausahaan berbasis jejaring sosial (WEB); (2) meningkatkan minat dan kemampuan

siswa dalam pengembangan kerajinan berbahan ental. Solusi pemecahan masalahnya dengan

cara menggunakan beberapa model yaitu model Problem Based Discussion (PBD); Model

Pendampingan; Model Entrepreneurship Capasity Building (ECB) dan Model Technology

Transfer (TT). Subyek sasarannya adalah guru dan siswa SMK; pengrajin ingke. Luaran

kegiatan berupa Jasa (pemahaman kewirausahaan; pemasaran melalui WEB); Metoda

(pengolahan lidi ental & daun ental); Produk (kerajinan lidi ental dan daun ental) ; Artikel.

Kata Kunci: Wirausaha, Capasity Building, Creative-Based Tourism.

Page 4: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

4

BAB I

ANALISIS SITUASI

1.1 Profil Potensi Desa

1.1.1 Letak Geografis

Desa Sambirenteng terletak di Kecamatan Tejakuka, Buleleng, Bali. Secara

kewilayahan desa Sambirenteng terdiri atas 4 banjar yaitu Banjar Sambirenteng, Banjar

Benben, Banjar Gretek, dan Banjar Silagading. Di samping itu ada pula wilayah

Tukadsema, Tubuh, dan beberapa wilayah yg lebih kecil yang sering disebut olah masyarakat

setempat seperti: Labuan, Tanah Putih, Jabug, Benben, Selatbatu, Selonding. Banjar tersebut

secara geografis terletak di kawasan pesisir dan perbukitan hutan negara. Tata letak semacam

ini membuat potensi wilayah Desa Sambirenteng bercorak agraris dan laut. Sumber daya

alam yang terdapat di desa ini merupakan sumber daya yang bersumber dari potensi laut

(pantai, ikan, terumbu karang) maupun potensi darat (pertanian lahan kering dan peternakan).

Desa Sambirenteng sangat mudah dijangkau karena terletak pada jalur pantai Utara Buleleng

bagian Timur. Luas wilayahnya adalah 940 ha yang diperuntukkan untuk keperluan berikut

ini. Tegal / ladang : 545 Ha; Pemukiman : 21 Ha; Pekarangan : 5 Ha; Kuburan : 2 Ha;

Perkantoran : 0,5 Ha; Lapangan olah raga : 0,8 Ha; Bangunan sekolah : 2,16 Ha;

hutan : 300 Ha; Lain – lain : 53,54 Ha.

Desa Sambirenteng memiliki batas-batas wilayah berikut ini

Sebelah Utara : Laut Bali

Sebelah Selatan : Kec. Kintamani Kab. Bangli

Sebelah Barat : Desa Sambirenteng

Sebelah Timur : Desa Tembok

1.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Sambirenteng berjumlah 5.197 Jiwa yang terdiri atas

perempuan 2.485 jiwa; laki-laki 2.712 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga 1.380 KK. Jumlah

penduduk yang terdapat di desa ini merupakan subyek sasaran yang strategis untuk

diberdayakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Agama yang dianut oleh penduduk

desa adalah agama Hindu (98%); agama Islam 1,3 %; agama lainnya 0,7%. Keanekaragaman

Page 5: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

5

agama yang terdapat di desa ini merupakan daya dukung yang menunjang pembangunan

spiritual.

1.1.3 Sumber daya Alam

Sumberdaya alam yang tersedia di desa Sambirenteng adalah sumberdaya pertanian

lahan kering dan sumber laut. Berdasarkan potensi alamnya berbagai tanaman perkebunan

dapat tumbuh di wilayah ini seperti pisang, jagung, ketela pohon, mangga dan kelapa.

Tanaman lahan kering yang cukup menonjol tumbuh di desa ini adalah pohon ental (Enau).

Secara historis pohon ental telah tumbuh lama di desa ini sehingga masyarakat Desa

Sambirenteng dikenal sebagai sebagai produsen gula ental. Bahkan saat ini telah

dikembangkan produksi kerajinan tangan ingke dari lidi ental. Di samping sumberdaya

perkebunan lahan kering, potensi peternakan juga berkembang di desa ini. Ternak sapi dan

ayam merupakan binatang peliharaan yang paling digemari untuk dipelihara dan

dikembangkan sebagai sumber pemasukan keluarga. Berikut adalah gambar bentangan alam

Desa Sambirenteng yang menampakkan potensi daerah wisata dan pohon kelapa.

Gambar 1.1

Bentangan Alam Desa Sambirenteng dan Potensi Alamnya

1.1.4 Sumber daya Kultural

Desa Sambirenteng secara historis merupakan salah satu desa kuno yang terdapat di

kecamatan Tejakula, di samping desa kuno lainnya seperti Desa Sembiran dan Julah.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat sejarah desa ini berkaitan erat dengan keberadaan Desa

Bali Kuno yang terletak di Kintamani. Kisahnya adalah sebagai berikut. Tersebutlah suatu

kerajaan yang letaknya di pinggir kaldera Gunung Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten

Bangli yang memiliki wilayah kerajaan yang sangat luas, sampai batas batu sungu di bagian

sebelah utara kerajaan itu. Kerajaan tersebut bernama BALI – INGKANG, konon rajanya

adalah keturunan Sri Aji Maya Denawa. Kerajaan Bali-Ingkang pernah diserang musuh, dan

rajanya menyingkir ke suatu tempat di daerah hutan yang lebat yang terletak di sebuah

Page 6: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

6

perbukitan yang ada di sebelah utara kerajaan. Di sana raja menginap ( makolem) untuk

beberapa lama. Dan sekarang daerah hutan/perbukitan tersebut disebut Alas Metahun atau

Alas Makolem. Setelah kerajaan dapat direbut kembali, maka raja kembali untuk

menjalankan kekuasaannya.

Pada saat kerajaan Bali-Ingkang akan diserang oleh prajurit Sri Arya Gajah Para,

maka raja mengirim suatu pasukan atau Kanca yang berjumlah dua ratus orang ( Kanca Satak

) yang mempunyai tugas menjaga keamanan yang ada disebelah utara kerajaan. Pasukan atau

Kanca Satak ini membangun sebuah benteng yang berada di bagian timur laut kerajaan, yang

sekarang bernama Desa Tembok. Dan sebagai pusat komando terletak di suatu hutan yang

sangat lebat yang disebut Kayu Samah dengan menempatkan pasukan sebanyak seratus

orang. Pada saat pimpinan memberikan komando/ perintah kepada anggotanya, Pimpinan

mengatakan Sami-Ranta ( Bahasa Bali Kuno yang berarti Semua Siap). Demikianlah daerah

hutan lebat/ kayu samah tersebut yang merupakan pusat komando yang selalu Sami – Ranta (

semua siap ), maka lama kelamaan sebutan Sami-Ranta, berubah menjadi SAMBIRENTENG

yaitu nama desa sekarang.

Kisah cerita yang diwariskan secara turum temurun tersebut merupakan modal

kultural yang dapat dihidupkan untuk membangun spirit warga desa dalam mengembangkan

kesejahteraan warga masyarakat. Spirit prajurit yang selalu siaga menjaga desa tidak akan

pernah lekang sepanjang jaman sehingga bisa dijadikan alat inspirasi dalam membangun

desa.

Sumberdaya kultural yang berdimensi spiritual di wilayah Desa Sambirenteng

tepatnya di Banjar Geretek, ada sebuah pura yaitu Pura Pegonjongan yang letaknya di pinggir

pantai. Pura ini bisa terlihat jelas dari jalan raya Singaraja - Amlapura. Pura ini menjadi pusat

persembahyangan bagi desa-desa tetangga dan jika ada piodalan besar, bisa datang dari

beberapa desa di Bangli seperti Pinggan, Siyakin, Sukawana dll. Keberadaan pura yang

disungsung oleh warga masyarakat lintas wilayah merupakan potensi yang sangat strategis

dalam membangun integrasi masyarakat agar luput dari konflik.

Di samping sebagai desa kuno, modal kultural lainnya yang terdapat di desa

Sambirenteng adalah tersedianya sekolah-sekolah dari jenjang TK, SD, SMP dan SMK.

Sekolah tersebut adalah seperti berikut ini.

TK Sila Yukti

Tk Wisudha Laksmi

Page 7: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

7

SD N 1 Sambirenteng

SD N 2 Sambirenteng

SD N 3 Sambirenteng

SD N 4 Sambirenteng

SMP Negeri 2 Tejakula

SMK Kerta Wisata

Para siswa yang sedang mengeyam pendidikan di sekolah-sekolah tersebut memiliki modal

kultural yang sangat strategis untuk dibina dan dikembangkan sehingga mereka dapat tumbuh

sebagai generasi muda yang memiliki kompetensi sesuai potensi yang tersedia di daerahnya.

Desa Sambirenteng yang telah tumbuh menjadi desa wisata memerlukan daya dukung

sumberdaya manusia yang peka dan terampil dalam mengolah dan mengembangkan berbagai

potensi yang ada di desanya. Oleh karenanya penguatan pengetahuan tentang kearifan lokal

daerahnya, penguasaan keterampilan mengolah sumber daya alam agar dijadikan produk

unggulan di masa depan perlu digalakkan agar kelak dalam membangun desanya, mereka

memiliki ketahanan secara ideologis, politis dan ekonomi. Perhatian terdapat para siswa agar

dari sejak dini menyadari potensi yang terdapat di daerahnya sangatlah penting, karena

tantangan hidup di masa yang akan datang tidak hanya memerlukan kemampuan kognitif

yang berskala nasional dan global, namun hal yang tidak kalah pentingnya adalah mengetahui

hal-hal yang berskala lokal.

Berdasarkan sebaran jumlah sekolah yang terdapat di Desa Sambirenteng, dapatlah

diasumsikan bahwa desa ini memiliki arena pengembangan modal kultural yang memadai

untuk dikembangkan lebih lanjut. Dalam hal ini, para siswa yang kelak menjadi tulang

punggung pembangunan desa berpotensi membangun desa dengan memperhitungkan potensi

kultural yang dimiliki oelh desanya. Sekolah yang memiliki posisi strategi adalah sekolah

SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Sekolah jenis ini bertujuan menyiapkan peserta didik

menjadi tenaga kerja yang siap pakai. Dalam konteks ini, rancangan pendidikan yang

memperhitungkan budaya lokal menjadi sebuah alternatif dalam rangka penyiapan peserta

didik dalam membangun inspirasi sebagai tenaga kerja yang punya kemampuan bukan hanya

menjual jasa, tetapi juga membuat pekerjaan. Berdasarkan temuan tahun pertama (2015),

SMKN 1 Tejakula yang berlokasi di Desa Sambirenteng ternyata belum mengenalkan dan

Page 8: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

8

melatihkan siswanya untuk mengembangkan kerajinan yang berbasis pada pengetahuan

masyarakat setempat.

Modal kultural lainnya yang dimiliki oleh warga masyarakat desa Sambirenteng

adalah berbagai ritual yang dapat menjadi modal integrasi masyarakat. Berbagai ritual yang

dilaksanakan bersama-sama merupakan bentuk kohesi sosial yang bisa menjadi dasar perekat

masyarakat dalam membangun desanya. Tradisi mecakcak yang diakhiri dengan makan

bersama atau megibung merupakan bentuk kearifan lokal yang patut ditanamkan pada

generasi muda agar mereka bisa mengetahui dan memahami arti filosofis dan hakekat

menjalankan tradisi, sehingga tidak terjadi pemahaman yang gugon tuwon. Berikut adalah

gambar aktivitas tradisi mecakcak yang dilakukan oleh warga masyarakat Sambirenteng.

Gambar 1.2

Aktivitas Warga Masyarakat Saat Tradisi Mecakcak

Berbagai aktivitas ritual yang berpedoman pada konsep yadnya merupakan modal dalam

penerapan ketahanan Tri Hita Karana di Desa Sambirenteng. Mereka yang menjadi

pendukung aktivitas ritual bukan hanya datang dari kalangan tua, namun para muda mudi

juga menjadi tulang punggung atas pelaksanaan ritual. Di desa Sambirenteng terdapat 2

kelompok Sekeha Teruna Teruni (STT) yaitu STT Samiranta dan STT Puspa Yohana.

Kelompok STT merupakan subyek sasaran yang sangat strategis untuk dibina pengetahuan

dan keterampilannya tentang cara-cara menjaga ketahanan budaya dan ketahanan ekonomi

desanya. Mereka perlu dibekali dasar filosofis kearifan lokal desanya agar bentukan kultural

yang mereka dapat di tingkat keluarga maupun di tingkat masyarakat dilandasi dengan

pemahaman yang tidak gugon towon.

1.1.5 Produk Unggulan Desa

Page 9: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

9

Sumber daya alam yang telah dikembangkan menjadi industri oleh masyarakat Desa

Sambirenteng yaitu wisata bahari, minyak kelapa, gula ental dan kerajinan ingke.

Berdasarkan atas potensi sumberdaya alam yang tersedia, maka produk unggulan yang telah

ada masih bisa dikembangkan lebih lanjut. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang

telah dilakukan tahun 2015 telah dikembangkan produk yang bahannya bersumber dari pohon

ental yaitu ingke dalam berbagai bentuk, tempat sabun, tempat buah, vas bunga, dulang dan

bunga dari daun ental. Produk ini diharapkan bisa menjadi produk unggulan berikutnya selain

produk berbahan ental yang telah dikenal selama ini. Olahan lidi ental yang selama ini hanya

dijadikan kerajinan ingke (tempat makan) dapat dibuat lebih inovatif sehingga bisa menjadi

sumber pendapatan baru bagi warga masyarakat. Persoalan yang belum teratasi secara

optimal pada tahun 2015 adalah dalam hal pemasaran produk. Para pengrajin sangat berharap

pengetahuan mereka bisa menjadi penopang kehidupan keluarga dalam jangka panjang.

Sebagai desa wisata, desa ini memerlukan pengembangan berupa produk unggulan

yang berbasis pada potensi daerah dan pengetahuan masyarakat. Saat ini di Buleleng telah

ada toko-toko yang menjual berbagai souvenir khas Bali seperti Kresna, Sukawati yang siap

memasarkan berbagai produk lokal khas Bali. berbagai produk yang bersumber dari pohon

ental merupakan produk yang dapat diunggulkan sebagai produk khas Sambirenteng sehingga

bisa menjadi penopang pengembangan wisata. Selain dapat mengandalkan pemasaran melalui

toko soevenir, para pengrajin bisa dilatih untuk merancang pembuatan koperasi yang

berlokasi di desanya. Hal ini penting dilakukan, mengingat respon pembaca atas WEB yang

telah berhasil dibuat pada saat pengabdian masyarakat Tahun 2015 sangat positif, seperti

berikut ini.

“bagus sekali, tolong teruskan bantuan untuk masyarakat desa Sambirenteng, supaya

mereka semakin maju dan makmur” (Putu Sri).

Potensi sumber daya alam yang tersedia di Desa Sambirenteng perlu dikembangkan

lebih jauh, agar percepatan produksi produk unggulan dapat terealisasi secepatnya. Produk

unggulan daerah yang diperkenalkan kepada masyarakat akan menjadi stimulus untuk

menjadikan daerahnya bukan hanya menjadi wisata rekreatif, tetapi sekaligus menjadi wisata

kreatif. Kreatifitas warga dalam menjaga dan mengembangkan daerahnya agar menjadi

daerah tujuan wisata yang diminati menjadi tuntutan multlak dewasa ini agar bisa

berkompetisi dengan daerah tujuan wisata yang telah dikenal oleh tamu mancanegara.

Keunggulan produk yang berbasis pada pengetahuan lokal dapat menjadi trademark yang

akan dapat memberi sensasi yang unik dan spesifik bagi konsumennya. Kekhasan produk

Page 10: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

10

suatu daerah akan memberi dampak ikutan berupa keuntungan ganda baik secara finansial

untuk warganya maupun pencitraan dan kebanggaan warga desa atas keunggulan daerahnya.

Berdasarkan atas kajian yang dilakukan oleh Tim dari LPPM Universitas Udayana (2011)

tentang Pengembangan Komuditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM di Propinsi, Bali

ditemukan hasil pemetaaan yang menunjukkan produk unggulan yang terdapat di desa

Sambirenteng hanya berupa minyak kelapa dan gula ental. Padahal keberadaan pohon-pohon

yang dimiliki secara turum temurun dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga menghasilkan

produk yang lebih kreatif. Berikut gambar produk ingke yang dibuat oleh pengrajin di Desa

Sambirenteng yang saat ini ada 4 kelompok pengrajin ingke.

Gambar 1.3

Ingke Berbahan Lidi Ental

Kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan oleh Tim Pelaksana pada tahun 2015

telah mampu memotivasi para pengrajin berproduksi kerajinan dalam bentuk bervariasi ingke

dan produk lainnya yang siap di promosikan. Salah satu kendala pokok yang dirasakan oleh

pengrajin adalah dalam masalah pemasaran. Kondisi riil yang ada para pengrajin tidak

memiliki pengetahuan dan akses yang memadai untuk memasarkan produk kerajinannya.

Atas dasar kondisi inilah maka pengabdian masyarakatan yang berorientasi pada pembinaan

masyarakat desa layak diteruskan.

1.2 Motivasi Pelaksana

Para pelaksana kegiatan merupakan orang-orang yang memiliki komitmen yang tinggi

dalam melakukan pemberdayaan kepada masyarakat. Indikator atas komitmen tim pelaksana

tampak dari program-program pengabdian yang pernah dilakukan oleh tim secara

berkelanjutan maupun melalui aktivitas penelitian yang hasil-hasilnya telah didesimini

kepada masyarakat. Program yang sedang dan telah dilaksanakan oleh tim berupa aktivitas

Page 11: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

11

melalui skim P2M Undiksha, MP3EI, Ibikk, Stranas, Fundamental maupun Hibah Bersaing.

Di samping itu, kewajiban para tim untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi

merupakan motivasi yang senantiasa menjadi daya dorong yang kuat bagi anggota tim

pelaksana untuk senantiasa menjaga dan melaksanakan kegiatan P2M secara

berkesinambungan (CV terlampir).

1.3 Prospek Potensi Desa

Berpijak atas gambaran potensi desa pada sub-sub sebelumnya, dapatlah diperkirakan

bahwa Desa Sambirenteng, Tejakula, Buleleng, Bali memiliki prospek untuk dikembangkan

sebagai desa wisata yang bukan hanya sebagai desa rekreatif, tetapi juga desa wisata yang

kreatif. Beberapa prospek yang dapat dikembangkkan adalah berikut ini.

1.3.1 Penguatan pengetahuan pengrajin lidi ental di Desa Sambirenteng dilanjutkan

penguatan pada bidang manajemen pemasaran.

1.3.2 Penguatan kelembagaan sekolah tentang pengolahan kerajinan lidi dan daun

ental untuk membangun jiwa kewirausahaan berbasis pengetahuan lokal.

1.3.3 Pengembangan koperasi sebagai daya dukung pembangunan wisata kreatif

Desa Sambirenteng.

Program pengembangan model kewirausahaan sangatlah diperlukan dalam rangka

pembinaan suatu kawasan agar sumberdaya manusia yang menjadi penggerak ekonimi

masyarakat memiliki ketahanan mental yang kuat dalam menyikapi berbagai tuntutan

maupun perubahan yang bersumber dari pengaruh modernisasi dan globalisasi. Penguatan

kelembagaan koperasi merupakan solusi yang kelak dapat membangun kelembagaan

ekonomi kreatif di desa sehingga masyarakat desa membangun perekonomian beazaskan

kekeluargaan dan gotong royong.

1.4 Permasalahan Potensial

Berpijak atas analisis situasi yang digambarkan dalam sub 1.1; 1.2 dan 1.3 dapat

kiranya dipahami bahwa Desa Sambirenteng memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai

desa yang tidak hanya berpotensi sebagai desa wisata rekreatif, tetapi juga sebagai desa

wisata kreatif. Hanya saja, ada beberapa permasalahan yang perlu dibenahi untuk dijadikan

dasar penguatan dalam pengembangan desa wisata. Permasalahan potensial yang dapat

dipetakan seperti berikut ini.

Page 12: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

12

1.4.1 Di Desa Sambirenteng belum tersedia pusat informasi yang bisa dijadikan

sumber bagi para tamu untuk mendapat penjelasan tentang kearifan-kearifan

lokal yang tumbuh dan berkembang di desa ini, maupun potensi kerajinan

masyarakat desa. Kearifan lokal yang terdapat di Desa Sambirenteng baru

dilaksanakan sebagai aktivitas rutin dan dipahami sebagai pengetahuan yang

gugon tuwon. Belum ada strategi yang pernah dilakukan untuk memperbaiki

pengetahuan masyarakat atas tradisi yang telah diterima secara turun temurun

bukan berdasarkan pemahaman gugon tuwon tetapi atas dasar sastra. Para

tamu lokal dan mancanegara yang datang ke Desa Sambirenteng bukan hanya

bertujuan untuk menikmati keindahan alam pesisir dan pegunungan Desa

Sambirenteng tetapi juga nilai-nilai kultural yang melandasi kehidupan

masyarakatnya. Anggota masyarakat yang berperan sebagai guide perlu

diberikan pengetahuan yang benar tentang kearifan lokal yang tumbuh dan

berkembang di desanya, sehingga para tamu yang berkunjung ke Desa

Sambirenteng bisa mendapatkan informasi yang tepat. Berbagai atraksi

kesenian maupun tradisi lokal yang sarat dengan kearifan lokal perlu dikemas

dalam bentuk sajian yang mampu menarik wisatawan untuk terdorong datang

ke Sambirenteng selain bertujuan untuk rekreasi tetapi juga belajar tentang

keunikan kearifan lokal dari Daerah Tujuan Wisata.

1.4.2 Kelembagaan formal (sekolah) belum dipersiapkan untuk memiliki

pemahaman tentang etnosains yang ada di masyarakatnya untuk mewujudkan

desa wisata yang kreatif. Kelemahan yang tampak para siswa belum

dipersiapkan untuk mengekplorasi potensi sumberdaya alam yang terdapat di

desanya untuk menjadikan desanya bertumbuh ke arah wisata kreatif.

Kurikulum di dunia sekolah masih didominasi dengan muatan yang berskala

nasional. Keterampilan yang berbasis pada pengembangan sumber daya lokal

belum dirasakan sebagai kebutuhan oleh para siswa. Para generasi muda perlu

dipersiapkan keterampilannya untuk mengolah sumberdaya alam yang tersedia

di desanya agar tumbuh menjadi generasi yang mandiri. Oleh karenanya,

pengenalan maupun pelatihan pengolahan potensi alam berbasis pengetahuan

lokal masyarakatnya perlu digalakkan di dunia sekolah khususnya sekolah

kejuruan (SMK).

Page 13: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

13

1.4.3 Penguatan karakter masyarakat sekolah dan kaum generasi muda belum pula

menjadi penopang yang disiapkan untuk menjadikan desa Sambirenteng

sebagai desa wisata. Karakter-karakter yang diperlukan usaha kerja keras,

kejujuran, pantang menyerah, dan cerdas menangkap peluang. Semua karakter

tersebut merupakan dasar kepribadian dalam kewirausahaan yang kelak

menjadi dasar pembangunan wisata yang mempunyai daya saing terhadap

daerah tujuan wisata yang telah berkembang sebelumnya.

1.4.4 Belum dikembangkannya produk unggulan yang lebih variatif membuat

potensi desa yang terkenal dengan pohon enau/entalnya, hanya dikenal sebagai

desa penghasil gula aren dan kerajinan ingke. Padahal, keberadaan pohon ental

bisa diolah lebih variatif sehingga mampu menambah daftar produk unggulan

berbahan dasar lidi ental maupun kuliner/jajanan dari buah ental. Penambahan

produk unggulan ini akan bisa berdampak pada pengembahan usaha ekonomi

kreatif masyarakat dan memperkuat citra desa dari image sepi kreasi menjadi

kaya kreasi .

1.4.5 Kurangnya promosi tentang berbagai sumberdaya yang tersedia di Desa

Sambirenteng membuat prospeknya sebagai desa wisata kreatif masih

“tersembunyi” dibalik gemerlapnya pariwisata di Bali. salah satu aspek yang

tidak dapat diabaikan dalam dunia kepariwisataan adalah persoalan promosi.

Perkembangan iptek dewasa ini perlu dijadikan alat yang ampuh untuk

membuka tabir pesona Desa Sambirenteng dalam berbagi dimensinya.

1.4.6 Belum tersedianya lembaga ekonomi yang membantu pemasaran yang

dihasilkan para pengrajin.

Page 14: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

14

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan

Tujuan kegiatan P2M di Desa Sambirenteng adalah berikut ini.

2.1.1 Meningkatkan kemampuan para pengrajin dalam hal pengembangan

manajemen pemasaran hasil kerajina berbahan lidi ental dan daun ental

2.1.2 Mendorong pengetahuan perkoprasian di kalangan pengrajin maupun para

siswa untuk membangun kelembagaan perekonomian desa berazaskan

gotong royong dan kekeluargaan

2.1.3 Mendorong munculnya jiwa-jiwa wirausaha muda melalui dunia sekolah

yang memiliki kesadaran pentingnya mengeksplorasi potensi sumberdaya

alam yang tersedia di desanya. Pengenalan atas potensi sumberdaya alam di

sekolah SMK yang ada di desa Sambirenteng setidaknya akan bertumbuh

menjadi pionir yang mampu berkarya yang bercorak khas Desa

Sambirenteng. Mereka nantinya diharapkan menjadi penopang ekonomi

kreatif desa wisata Sambirenteng.

2.1.4 Meningkatkan minat para pengrajin ingke untuk mengembangkan produk

unggulan lainnya, agar gairah berkreativitas tetap terjaga dan percepatan desa

wisata kreatif dapat segera terwujud. Desa wisata Sambirenteng perlu

berkompetisi dengan daerah lainnya melalui produk-produk unggulan yang

diciptakan warganya, sehingga kepariwisataan Bali Utara bisa berkibar

sebagaimana layaknya Bali Selatan.

2.2 Manfaat

Kegiatan P2M ini diharapkan akan memberi manfaat kepada pihak-pihak berikut ini.

2.2.1 Masyarakat

Program pengabdian masyarakat yang bertumpu pada pemberdayaan masyarakat

diharapkan akan membuka kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ketahanan

kultural yang dimiliki oleh desanya. Di samping itu, diharapkan pula agar masyarakat

mengambil manfaat dengan cara ikut serta berpartisipasi dalam latihan keterampilan,

sehingga terjadi peningkatan kemampuan dalam mengelola sumberdaya alam yang tersedia di

desanya.

Page 15: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

15

2.2.2 Pemerintah

Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan di Desa Sambirenteng

diharapkan dapat meringankan tugas pemerintah daerah yang berperan melakukan

pemberdayaan terhadap warga masyarakat sehingga nantinya terdapat peningkatan

kesejahteraannya. Kegiatan ini diharapkan akan dijadikan inspirasi bagi pemerintah daerah

untuk pengembangan potensi wilayah di masa-masa yang akan datang.

Page 16: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

16

BAB III

TARGET LUARAN

Target Luaran dari kegiatan P2M di Desa Sambirenteng, Tejakula, Buleleng adalah

berupa.

3.1 Jasa

Luaran yang berupa jasa dalam kegiatan ini berwujud : (1) Pengetahuan dan

pemahaman tentang Kearifan lokal dalam bidang etnosains/pengetahuan tradisional untuk

para pengarajin dan para guru serta siswa di SMK; (2) Pengetahuan tentang perhitungan

keuangan laba rugi secara sederhana; (3) Pengetahuan dan keterampilan tentang pengolahan

lidi ental dan daun ental.

3.2 Metode

Metode yang akan diperkenalkan kepada subyek sasaran adalah (1) metode

pengolahan lidi ental; (2) metoda pengolahan daun ental. Metode pengolahan berbahan baku

dari pohon ental yang terdapat di Desa Sambirenteng akan memberikan pengetahuan baru

dalam mengeksplorasi sumberdaya alam agar tercipta produk unggulan baru yang memiliki

prospek pasar bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa Sambirenteng khususnya dan

Buleleng pada umumnya. Metode yang diperkenalkan diupayakan mudah dipahami oleh

subyek sasaran dan berbahan baku lokal.

3.3 Produk

Produk yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah barang kerajinan dari lidi ental

berupa vas bunga, dulang, ingke berbagai jenis, tempat sabun, dll. Produk lainnya adalah

olahan daun ental yang dijadikan hiasan yang menarik. Produk yang berbahan dasar dari

komponen pohon ental akan dapat menambah pengetahuan masyarakat dan pendapatan

masyarakat. Di samping itu, pengembangan produk unggulan ini diharapkan akan

menstimulus warga masyarakat agar senantiasa merawat dan membudidayakan pohon ental

agar kelestariannya sebagai tanaman penyelamat ekonomi masyarakat tetap terjaga.

3.4 Artikel

Hasil kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan di Desa Sambirenteng,

Tejakula, Buleleng, Bali akan dipublikasikan melalui jurnal yang terakreditasi. Publikasi

Page 17: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

17

dimaksudkan untuk menyebarluaskan hasil pengabdian sehingga dapat menjadi inspirasi bagi

pembacanya untuk mengembangkan program inovatif di daerah lainnya.

Page 18: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

18

BAB IV

METODE DAN RENCANA KEGIATAN

4.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Kegiatan pengabdian masyarakat disusun berdasarkan berbagai alternatif pemecahan

masalah yang disusun seperti dalam Tabel 4.1 berikut ini.

No Permasalahan Akar Masalah Alternatif Pemecahan

1 Pengembagan Desa wisata kreatif

tidak hanya ditunjang dengan

adanya fasilitas sarana hotel,

transfortasi dan aktraksi namun

lebih jauh dari itu memerlukan

kesiapan kemampuan

sumberdaya manusia dalam

memahami cara pengolahan

potensi desa sebagai modal

kultural yang dimiliki Desa

Sambirenteng

Belum tersedianya

sumberdaya

manusia yang

andal dalam

mengelola potensi

desa yang dapat

dikembangkan

sebagai modal

kultural dan modal

ekonomi sebagai

penunjang desa

wisata kreatif.

1) Penyuluhan

dan diskusi

tentang

manajemen

pemasaran

2) Elaborasi

pemikiran para

guru dan siswa

dalam menata

potensi desa

untuk dasar

pengembangan

wisata berbasis

budaya lokal

2 Anak-anak yang sedang

mengeyam pendidikan di

berbagai jenjang merupakan

generasi muda belum

dipersiapkan untuk mengenal

dan menekuni pengetahuan lokal

yang berbasis pada potensi

desanya. Hal ini penting

diperhitungkan agar keterampilan

yang dimiliki bisa menjadi

penopang yang memperkuat

wujud desa wisata.

Rancangan

pelatihan

keterampilan

membuat berbagai

kerajinan

berbahan lidi ental

dan daun ental.

1) Pelatihan

pembuatan

kerajinan

berbahan lidi

ental dan daun

ental di

kalangan siswa

SMK

2) Elaborasi

pemikiran para

guru dan

kepala sekolah

untuk

membangun

jiwa

kewirausahaan

di lingkungan

sekolah

3 Belum terciptanya jiwa wirausaha

yang memadai di kalangan anak-

anak sekolah kejuruan untuk

dipersiapkan menjadi wirausaha

muda yang peduli dengan potensi

alam yang tersedia di desanya.

Generasi muda

yang sedang

duduk di sekolah

kejuruan perlu

dibina dalam hal

kewirausahaan

1) Pedampingan

dalam

pengelolaan

keuangan

sederhana

2) Penambahan

Page 19: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

19

yang berbasis

pengetahuan

budaya

masyarakat

setempat

koleksi buku-

buku berkaitan

dengan

kerajinan dan

kewirausahaan

untuk dasar

pengembangan

desa wisata

kreatif

4.2 Realisasi Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah akan diawali dengan melakukan sosialisasi terlebih dahulu

kepada aparat desa, pengrajin dan sekolah SMK tentang program yang akan direalisasi.

Tujuan dari kegiatan sosialisasi adalah untuk menyepakati waktu dan tempat dilaksanakan

pelaksanaan program. Secara umum kegiatan program berupa penyuluhan dan pelatihan yang

bertujuan untuk mengeksplorasi, mengelaborasi pemikiran masyarakat untuk mempersiapkan

Desa Sambirenteng sebagai desa wisata kreatif. Persiapan desa wisata memerlukan produk

unggulan yang mampu menjadi pilar pengembangan desa wisata. Berikut ini dalam Tabel 4.2

akan dijabarkan Program PENGEMBANGAN MODEL KEWIRAUSAHAAN MELALUI

KERAJINAN BERBAHAN ENTAL BERBASIS CREATIVE-BASED TOURISM DI DESA

SAMBIRENTENG, TEJAKULA, BULELENG, BALI berikut ini.

Tabel 4.2 Kegiatan Pengembangan Model Kewirausahaan Melalui Kerajinan Berbahan Ental

No Tujuan Bentuk Kegiatan Produk Petugas

1 Meningkatkan

pemahaman

pengrajin, para guru

dan siswa tentang

etnosains sebagai

dasar penopang yang

kuat dalam

mengembangan desa

wisata yang kreatif

Pemaparan dan

diskusi mengenai

hakikat etnosains

berbasis Tri Hita

Karana

Pengetahuan

tentang

Etnosains

berbasis Tri

Hita Karana

Penguatan

lembaga

Sekolah dan

masyarakat

pengrajin

sebagai

penopang desa

wisata

Dr Luh Putu

Sendratari,

M.Hum

2 Meningkatkan

pengetahuan dan

keterampilan para

guru dan murid

dalam bidang

Pemaparan, diskusi

dan pelatihan

penyusunan

manajemen

keuangan

Rancangan

manajemen

keuangan

Dra . Lulup

Endah

Tripalupi, M Pd

Page 20: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

20

kewirausahaan dan

lembaga ekonomi

pedesaan

sederhana

4 Meningkatkan

keterampilan para

pengrajin dan para

siswa tentang tata

cara mengekplorasi

sumberdaya alam yg

terdapat di desa

untuk menciptakan

ketahanan produk

unggulan

Pemaparan, diskusi

dan praktek

pengolahan bahan

dasar lidi ental

Kerajinan

berbahan lidi

ental dan daun

ental seperti

vas bunga,

tempat sabun,

ingke berbagai

jenis, dulang,

hiasan dari

daun ental

Drs. I Nyoman

Sila, M,Hum

5 Pengembangan

model pemasaran

berbasis IT untuk

penunjang wisata

kreatif Desa

Sambirenteng

Pengembangan

Web

Web Desa

wisata kreatif

Dr. I Ketut

Margi, M.Si

Luh Putu Sri

Ariyani, SS,

M.Hum

4.3 Metode yang Digunakan

Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat Desa

Sambirenteng adalah berikut ini.

4.3.1 Penyuluhan dan diskusi tentang etnosains berbasis Tri Hita Karana untuk

mempersiapkan para siswa dan pengrajin di Desa Sambirenteng dalam

mengembangkan desanya menjadi desa wisata yang kreatif.

4.3.2 Pelatihan manajemen pemasaran untuk mempersiapkan peserta didik dan pengrajin

dalam pengelolaan hasil kerajinan yang berkelanjutan sehingga nantinya bisa menjadi

penopang desa wisata.

4.3.3 Pelatihan pengolahan lidi ental dan daun ental untuk penyiapan kemampuan siswa dan

pengrajin agar mampu mengekplor pengetahuan dan pengolahan potensi alam desanya

sehingga nantinya berhasil mengembangkan desanya menjadi desa wisata dapat terjaga

secara berkesinambungan.

Kegiatan penyuluhan, diskusi, pedampingan maupun praktek pengolahan lidi ental dan daun

ental akan menguatkan pemahaman warga masyarakat akan pentingnya menambah

keterampilan dalam mengembangkan desanya menjadi desa wisata kreatif.

4.4 Indikator Keberhasilan

Page 21: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

21

Kegiatan ini akan menghasilkan luaran produk berupa kerajinan lidi ental dan daun

ental. Selanjutnya, program kegiatan diharapkan akan menghasilkan luaran produk lainnya

berupa model pemasaran dengan berbasis IT-on line (WEB). Indikator keberhasilan luaran ini

adalah kualitas produk yang dihasilkan mencakup tampilan, kehalusan, kerapian, ketahanan

mininal tergolong baik dengan rerata skor 3,40 berdasarkan skala likert.(1-5). Terbentuknya

pasar yang memasarkan produk pengrajin.

Evaluasi kegiatan dilakukan terhadap proses dan produk yang dihasilkan dalam

kegiatan ini. Evaluasi proses dilakukan lewat observasi atas partisipasi subyek ssaran selama

kegiatan berlangsung dan pencatatan dilakukan atas berbagai persoalan yang mengemuka

selama kegiatan berlangsung maupun kerjasama yang dijalin selama kegiatan berlangsung.

Evaluasi produk dilakukan berdasarkan kualitas barang kerajinan yang dihasilkan serta

kualitas tampilan WEB yang mampu memikat calon konsumen.

Page 22: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

22

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penyuluhan Tentang Etnosains

Pelaksanaan penyuluhan etnosains dilaksanakan di SMKN 1 Tejakula yang diikuti

oleh 30 orang siswa dan 3 orang guru pendamping. Kegiatan ini berlangsung dari pkl 09.00

sampai pkl 11.00 WITA. Nara sumbernya adalah (1) Dr I Ketut Margi, M.Si dan (2) Dr. Luh

Putu Sendratari, M.Hum. Sesi pertama dilakukan dalam bentuk pemaparan materi oleh kedua

nara sumber. Lingkup materi meliputi arti penting pemahaman etnosains, kearifan lokal,

tantangan pengetahuan tradisional di tengah tantangan global, jenis-jenis pengetahuan

tradisional

Gambar : 4.1 Kegiatan Penyuluhan tt Etnosains

Sumber : Dokumentasi Sendratari, 201

Tujuan pokok dari penyuluhan ini adalah untuk membuka wawasan peserta tentang latar

belakang pentingnya menaruh perhatian terhadap pengetahuan tradisional/etnosains di tengah

era global. Di samping itu, bertujuan untuk memberikan landasan akademik kepada peserta

dalam membangun jiwa kewirausahaan di bidang pengolahan lidi dan daun ental. Diharapkan

melalui pemahaman tentang pengetahuan tradisional akan terbentuk sikap terhadap potensi

lokal yang dimiliki daerahnya. Dijadikannya para guru dan siswa SMKN 1 Tejakula sebagai

Page 23: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

23

subjek sasaran dalam pelatihan kerajinan ental berpijak pada landasan pemikiran dan kondisi

real berikut ini.

1. Sekolah Menengah Kejuruan memiliki orientasi pokok membekali para siswa untuk

memiliki keterampilan di bidang kewirausahaan. Implikasinya adalah pemberian

pengetahuan praktis untuk bekal terjun di dunia kerja. Atas dasar inilah pentingnya

bekal pengetahuan yang berbasis potensi lokal digali dan diperkenalkan kepada guru

dan siswa sehingga mampu nantinya melahirkan inspirasi untuk membuka peluang

usaha sesuai dengan minat dan potensi yang tersedia di daerah asalnya.

2. SMKN 1 Tejakula memiliki komitmen untuk membekali para siswanya dalam

berbagai keterampilan sehingga pihak sekolah sangat terbuka dalam merespon

berbagai gagasan. Hal ini terungkap dalam wawancara dengan Kepala Sekolah dan

Guru Pembina. Dalam wawancara awal Kepala Sekolah memberikan keterangan

bahwa pihaknya sangat menyambut baik setiap program kerjasama yang bertujuan

memberikan bekal keterampilan kepada siswa karena hal ini sesuai dengan visi misi

sekolah

3. Lokasi sekolah yang terletak di wilayah Desa Sambirenteng yang menyimpan potensi

alam dapat menjadi sumber inspirasi bagi siswa untuk dikembangkan dalam aktivitas

kewirausahaan. Dalam kaitan ini, potensi suatu wilayah dapat menjadi sumber belajar

bagi guru maupun siswa, sehingga dapat menyusun pilihan-pilihan yang kelak dapat

direalisasikan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Penyuluhan tentang etnosains diikuti oleh 20 orang siswa dan tiga orang guru. Adapun

susunan acaranya adalah : (1) Pengantar oleh Guru Pembimbing; (2) Penyajian Materi oleh

Dr. I Ketut Margi, M.Si dan Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum; (3) Diskusi. Kegiatan ini

berjalan lancar. Para siswa dan guru tampak antusias mengikuti acara diskusi sampai acara

selesai. Ada dua pertanyaan yang muncul dari siswa berikut ini.

1. Made Anggawati : “Mengapa anak-anak muda sekarang tidak peduli dengan

pengetahuan tradisional, tetapi lebih condong memperhatikan pengetahuan yang

datangnya dari Barat”?

2. Kadek Virga Dinata: “Bagaimana cara memajukan pengetahuan tradisional” ?

Tanggapan yang diberikan oleh nara sumber atas pertanyaan tersebut di atas meliputi (a)

pengertian pengetahuan tradisional; (b) gambaran tentang karakteristik pengetahuan

tradisional dibandingkan dengan karakteristik pengetahuan Barat.

Page 24: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

24

Istilah traditional knowledge dalam sebuah kamus hukum nasional adalah engetahuan

tradisional yang dimiliki oleh masyarakat daerah atau tradisi yang sifatnya turun temurun,

yang meliputi bidang seni, tumbuhan, arsitektur, dan lain sebagainya. Dan traditional

knowledge adalah istilah umum yang mencakup ekspresi kreatif, informasi, dan how know

yang secara khusus mempunyai ciri - ciri sendiri dan dapat mengidentifikasi unit sosial.

dalam banyak cara, bentuk knowledge tidak seperti dalam bahasa Inggris sehari - hari.

Bentuk khusus dari pengetahuan/knowledge merujuk kepada lingkungan pengetahuan

tradisional (traditional environment knowledge). Pengetahuan atau karya tersebut dipakai

oleh suatu generasi dan diteruskan oleh generasi berikutnya dan berkembang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat wilayah tertentu. Pengetahuan tradisional mencakup metode budidaya

dan pengolahan tanaman (pertanian), pengobatan, obat-obatan, resep makanan dan minuman,

kesenian dan lain sebagainya.

Pada prinsipnya, pengetahuan tradisional masih dikurung oleh berbagai steriotyp yang

membuatnya kalah ketika disandingkan dengan pengetahuan Barat. Beberapa steriotyp yang

tidak menguntungkan pengetahuan tradisional adalah : lambat, kuno, susah dimengerti,

sedangkan pengetahuan modern mendapat label : cepat, mewah, menyenangkan,

mempermudah hidup, hasilnya langsung dapat dilihat dan dinikmati. Setidaknya, dua kutub

yang bertolak belakang tersebut membuat popularitas antara pengetahuan tradisional dengan

pengetahuan modern menjadi berbeda dalam penerimaannya di masyarakat, terutama di

kalangan generasi muda. Dalam beberapa aspek kedua perbandingan tersebut ada benarnya,

namun bukan berarti antara keduanya harus dinilai bahwa yang satu nilainya lebih rendah

dibandingkan yang lainnya. Persoalan yang lebih sering terjadi adalah penilaian yang

timpang terhadap pengetahuan tradisional yang seringkali diberikan nilai yang lebih rendah

dilihat dari aspek kekunoan. Contoh yang paling ekstrim adalah saat ketika negara ini dijajah.

Di masa lalu, terutama pada zaman penjajahan yang dilakukan oleh bangsa - bangsa Barat

terhadap bangsa Timur, dikembangkan suatu anggapan bahwa kebudayaan dari

negara/bangsa terjajah memiliki nilai yang jauh lebih rendah daripada kebudayaan bangsa

penjajah. Bahkan, kebudayaan negara/bangsa yang terjajah seringkali dianggap kebudayaan

primitif/biadab (Billa, 2005: 5). Ini berarti secara mentah - mentah menyatakan bahwa

kebudayaan mereka tidak memiliki nilai yang berarti bagi kehidupan manusia. Stigma

tersebut kemudian melekat pula pada Pengetahuan Tradisional (PT) dan Ekspresi

Folklor/Ekspresi Budaya Tradisional (EBT), yang secara umum dapat diartikan sebagai :

pengetahuan yang dimiliki oleh suatu masyarakat sebagai sarana untuk menyelesaikan

Page 25: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

25

masalah/kesulitan sesuai dengan nilai - nilai budaya mereka yang mengedepankan

harmonisasi hubungan antara manusia, alam (dan Penciptanya), yang diwariskan secara turun

- temurun dari mulut ke mulut (pada umumnya) atau melalui contoh tindakan. Padahal

pengetahuan tradisional sebenarnya mengandung sisi keuntungan dari berbagai dimensi. Dari

segi sosial, jelas dengan perlindungan terhadap pengetahuan tradisional, maka pelestarian

nilai - nilai sosial juga akan terjaga dan terpelihara. Karena dengan ini, pemerintah tidak lagi

bisa acuh tak acuh dengan pengetahuan tradisional yang dimiliki masyarakat. Dari segi

ekonomi, nyata bahwa dengan dilakukannya perlindungan hukum terhadap pengetahuan

tradisional, maka nilai- nilai ekonomi yang akan dihasilkan dari pengetahuan tradisional akan

memiliki nilai tambah dalam hal ini devisa negara dapat ditingkatkan. Hal ini menjadi logis

mengingat selama ini eksploitasi pengetahuan tradisional hanya sebatas pemanfaatan secara

konvensional, tetapi belum dikembangkan menjadi sesuatu yang sangat bernilai. Berdasarkan

pada nilai strategis ini, seharusnya pemerintah Indonesia tidak lamban dalam menyikapi

persoalan ini. Bagaimanapun jika dicermati perangkat perundang - undangan yang mengatur

masalah pengetahuan tradisional, khususnya dalam rezim HKI kurang diperhatikan, baik

dalam tataran normatif maupun law inforcement. Oleh karena itulah persoalan generasi muda

kurang tertarik pada pengetahuan tradisional karena ada persoalan dalam pengatahuan itu

sendiri yang lebih diartikan tidak sesuai dengan selera anak muda dan juga ada persoalan di

luar pengatahuan tradisional yaitu persoalan goodwill pengambil kebijakan/pemerintah dalam

mengembangkan pengetahuan tradisional.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memajukan pengetahuan masyarakat.

Pertama, memberikan edukasi kepada generasi muda secara berkesinambungan dalam

berbagai jenjang pendidikan. Edukasi ini dimasudkan untuk menjaga kesinambungan budaya

antara generasi pendahulu dangan generasi muda. Keterputusan budaya bisa berakibat

tercerabutnya generasi muda dengan alar budayanya. Bentuk edukasi yang dapat dipilih

haruslah memperhitungkan variasinya. Pelatihan, lomba, iklan budaya, workshop. Ke dua,

memastikan perlindungan hukum terhadap karya tradisional. Perlindungan hukum ini

sangatlah urgen di tengah-tengah adanya berbagai kasus yang mengklaim bahwa beberapa

karya anak bangsa telah di klaim oleh negara. Jika ini dibiarkan jelas akan mempengaruhi

cara pandang generasi muda dan tidak akan lada lagi sisa kebanggaan yang dimiliki.

Genarasi muda harus menyadari bahwa pengetahuan lokal memiliki kearifan yang

dapat dijadikan pegangan dalam menata kehidupan sosial budaya. Menurut Ridwan (2010:2)

Page 26: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

26

kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia

dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu,

objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Selanjutnya dikatakan bahwa wisdom

dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam

bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang

terjadi.

Setelah mendengarkan paparan nara sumber siswa akhirnya dapat memahami

persoalan yang ada tentang pengetahuan tradisional. Selanjutnya, siswa diminta melakukan

evaluasi terhadap kegiatan penyuluhan dengan materi tentang etnosain. Siswa yang ikut serta

dalam penyuluhan ini disebarkan angket setelah usai kegiatan. Peserta yang mengisi angket

berjumlah 20 orang. Hasilnya adalah berikut ini.

Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Kegiatan Penyuluhan tentang Materi Etnosains

No Pernyataan Katagori

Setuju (%) Sangat setuju (%)

1 Pembicara menguasai

materi

60 40

2 Memberi kesempatan

berdiskusi

20 80

3 Materi yang diberikan

sesuai dengan karakter

sekolah

40 60

4 Sesuai dengan kebutuhan

siswa

75 25

5 Sesuai dengan tuntutan

jaman

80 20

Sumber: Primer, Juli 2016

Berpijak dari data Tabel 4.1 kegiatan penyuluhan tentang etnosains masuk dalam katagori

berterima. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan para guru, materi tentang

pengetahuan tradisional tergolong baru diperkenalkan melalui kegiatan P2M ini, sehingga

mereka disadarkan akan potensi pengetahuan yang sebenarnya tidak asing bagi mereka dalam

lingkungannya atau sebenarnya sangat dekat dengan kesehariannya.

5.2 Pelatihan Manajemen Keuangan & Pemasaran

Di samping kegiatan penyuluhan tentang etnosains, para siswa dan guru diberikan

pula pelatihan manajemen keuangan dan pemasaran. Adapun tujuan pokok diberikan materi

ini adalah.

Page 27: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

27

1. Memberikan pengetahuan dasar tentang prinsip dasar keuangan sebagai bagian dari

aktivitas kewirausahaan

2. Memberikan keterampilan dasar tentang cara mengatur pemasukan dan pengeluaran

secara sederhana

Peserta yang ikut serta dalam pelatihan ini berjumlah 25 orang siswa. Metode yang

digunakan dalam pelatihan adalah metode ceramah dan praktek. Tahapan Kegiatannya adalah

berikut ini.

1. Siswa diberikan pengarahan terlebih dahulu oleh tim pelatih (Dra . Lulup Endah

Tripalupi, M Pd dan Luh Putu Sri Ariyani, S.S, M.Hum). Berikut dokumentasi saat

awal kegiatan.

Gambar 4.2 Spanduk Kegiatan

Sumber: Dokumentasi, Aryani, Juni, 2016

Gambar 4.2 Nara Sumber Memberikan Pengantar Kegiatan

Sumber: Dokumentasi, Aryani, Juni, 2016

Page 28: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

28

2. Setelah pengarahan, selanjutnya peserta diberikan wawasan tentang konsep dasar

kewirausahaan dan keuangan. Berikut dokumentasinya.

Gambar 4.4 Pemberian Materi Kewirausahaan

Sumber: Dokumentasi, Aryani, Juni, 2016

3. Tahap berikutnya adalah aktivitas praktek. Pada kegiatan praktek, para siswa bekerja

secara berkelompok. Masing-masing kelompok yang terdiri atas 5 orang anggota

diberikan sejumlah bahan dan alat (kertas,kawat, gunting, lem dsb). Bahan-bahan

tersebut harus mereka olah menjadi berbagai karya sesuai dengan kreativitasnya.

Setelah mereka menghasilkan karya, tugas mereka selanjutnya adalah menyusun

estimasi biaya yang dikeluarkan dari karya tersebut dan melakukan estimasi pula

terhadap harga yang akan ditetapkan ketika karya tersebut akan dilempar ke pasaran.

Berikut adalah dokumentasi kegiatan.

Gambar 4.5 Siswa sedang Menunggu Distribusi Bahan Praktek

Sumber: Dokumentasi, Aryani, Juni, 2016

Page 29: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

29

Gambar 4.6 Peserta Mulai Mereka-reka Apa yang akan dibuat

Dari Bahan yang tersedia

Sumber: Dokumentasi, Aryani, Juni, 2016

Gambar 4.7 Peserta Mulai Mengerjakan Bahan untuk Menghasilkan Karya

Sumber: Dokumentasi, Aryani, Juni, 2016

4. Setelah masing – masing kelompok menghasilkan karya, selanjutnya secara bergiliran

mereka mempresentasikan hasil karya mereka dan melaporkan estimasi pengeluaran

dan harga jual dari masing-masing karya yang telah mereka hasilkan. Berikut

dokumentasinya.

Page 30: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

30

Gambar 4.8 Salah Satu Perwakilan Kelompok Sedang Presentasi

Sumber: Dokumentasi, Aryani, Juni, 2016

5. Penentuan Kejuaraan. Tahap akhir dari kegiatan adalah penentuan kejuaraan. Dalam

Tahap ini, Tim Pelatih melakukan seleksi berdasarkan evaluasi proses dan evaluasi

hasil. Penilaian dilakukan di tingkat kelompok pada saat proses pengerjaan karya,

kualitas presentasi dan kualitas karya serta ketepatan dalam menghitung estimasi

pengeluaran dan harga jual. Juara yang ditetapkan adalah Juara I, II dan III. Acara ini

merupakan acara yang di tunggu-tunggu oleh peserta pelatihan. Hadiah yang

disediakan oleh tim pelaksana sebenarnya bukan hanya dimaksudkan untuk

menciptakan suasana yang meriah saja, tetapi lebih jauh dari itu untuk memberikan

reward maupun reinforcement positif atas prestasi kerja yang telah dihasilkan.

6. Tahap Evaluasi Kegiatan. Menjelang kegiatan ditutup, tim P2M melakukan

pengedaran angket kepada siswa untuk mengetahu tingkat keberteriamaan kegiatan

yang telah dilakukan. Hasilnya adalah berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Kegiatan Pelatihan Kewirausahaan

No Pernyataan Katagori

Setuju (%) Sangat setuju (%)

1 Pelatih menguasai materi

pelatihan

20 80

2 Memberi kesempatan

bertanya

60 40

3 Materi yang diberikan

menarik dan sesuai

dengan karakter sekolah

40 60

4 Metode pelatihan

menarik dan membuat

siswa antusias berlatih

25 75

5 Menjadi mengerti arti

kewirausahaan

20 80

Page 31: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

31

6 Bisa melakukan cara

perhitungan pengeluaran

dan harga jual

30 70

Sumber: Primer, Juli 2016

Hasil yang diperoleh dari kegiatan pelatihan kewirausahaan tergolong positif. Hal ini terlihat

dari beberapa aspek. Pertama, peserta tampak sangat antusias selama kegiatan berlangsung.

Mereka mengikutinya secara tekun dan melaksanakan setiap petunjuk yang diberikan oleh

tim pelatih selama kegiatan berlangsung. Jumlah peserta yang terlibat dalam kegiatan ini dari

awal sampai akhir kegiatan tidak berkurang. Kedua, hasil angket menunjukkan bahwa peserta

merasa mendapatkan manfaat dari pelatihan yang mereka ikuti. Di samping pertanyaan yang

sifatnya tertutup, peserta diberi kesempatan pula untuk menyampaikan pandangannya secara

terbuka dalam pengisian angket. Para peserta umumnya memohon agar di masa mendatang

sekolah mereka diberikan pelatihan yang serupa dan yang lebih kreatif agar sekolah mereka

semakin dikenal melalui karya-karya siswanya.

5.3 Pelatihan Pengolahan Lidi dan Daun Ental

Setelah melewati dua kegiatan yang dilakukan di dalam kelas, berikutnya adalah

kegiatan pelatihan pokok yaitu pengolahan lidi dan daun ental. Pelatihan ini dilakukan setiap

minggu (diambil pada hari Minggu) selama dua bulan di Rumah Pengrajin di Desa

Sambirenteng. Pelatihan ini diiikuti oleh 12 orang siswa (dua orang pria; sepuluh orang

wanita); 3 orang guru (1 orang pria dan 2 orang wanita); 5 orang pendamping (tim pelaksana)

dan 2 orang pelatih. Berikut dokumentasi kegiatan. Disamping tim ini, ada pula kesertaan dua

orang mahasiswa jurusan pendidikan sosiologi yang ikut serta. Pelibatan ini dimaksudkan

untuk memberi pengalaman tentang kondisi dan situasi belajar dalam aktivitas P2M.

Gambar 4.9 Tim Pelaksana dan Peserta Pelatihan

Sumber: Dokumentasi, Margi, Juli, 2016

Page 32: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

32

Pelatihan I

Materi Ajar : Pembuatan Kerajinan Berbahan Lidi Ental

Pada saat pelajaran pertama ini, peserta dilatih membuat ingke dalam bentuk yang kecil.

Pembuatan ingke memiliki tahapan berikut ini.

Tahap 1

1) Lidi yang berusia sedang (jika muda akan cepat berubah warna) ental direndam

terlebih dahulu dalam air dingin selama kurang lebih 5-10 menit

2) Lidi yang telah direndam dibersihkan (dirot, diserut) sehingga menghasilkan lidi yang

siap diulat

3) Lidi yang telah diserut diangin-anginkan selama kurang lebih lima menit

4) Selanjutnya nguseh

5) Ngulat

6) Sebelum mengulat lidi harus dipastikan terlebih dahulu ukuran ingke yang akan

dibuat. Jika akan membuat ingke ukuran kecil diperlukan lidi sejumlah 56 batang; jika

hendak membuat yang besar (bokor) diperlukan lidi sejumlah 14 x 7 = 98 batang.

7) Setelah ingke berhasil dibuat maka perlu diangin-anginkan dan selanjutnya divernis

8) Cara perawatannya adalah setelah dipakai dicuci dengan memakai sabun cair, dijemur

agar benar-benar kering, selanjutnya penyimpanannya dibungkus dengan plastik.

Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan peserta pelatihan mengikuti tahap-tahapan

pembuatan ingke.

Gambar 4.10: Peserta sedang Ngerot Lidi Ental

Sumber: Dokumentasi, Margi, Juli 2016

Page 33: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

33

Gambar 4.11: Peserta Sedang Belajar Nguseh bersama Pelatih & Pendamping

Sumber: Dokumentasi, Margi, Juli 2016

Gambar 4.12 Peserta Mulai Berlatih Mengulat Ingke

Sumber: Dokumentasi, Margi, Juli 2016

Page 34: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

34

Gambar 4.13 Ingke yang Telah Berhasil dibuat Oleh Peserta dan Siap Dihaluskan

Sumber: Dokumentasi, Margi, Juli 2016

Pelatihan pembuatan ingke berlangsung selama 4 minggu berturut-turut. Penentuan hari

latihan dilakukan melalui kesepakatan antara peserta, pelatih dan pendamping. Agar tidak

mengganggu jam belajar siswa di sekolah maka disepakati latihan dilakukan setiap hari

minggu. Selama pelatihan berlangsung, ada beberapa catatan menarik untuk dilaporkan

berikut ini.

1. Pelatihan ini diikuti oleh peserta pria maupun wanita. Padahal kerajinan ini lazimnya

dinilai sebagai pekerjaan yang bercorak feminin, karena sesuai dengan pensifatan

feminin yaitu dalam pengerjaannya menuntut kesabaran, ketekunan, produk yang

dibuat berhubungan dengan dunia ke wanitaan, dsb. Namun, dalam kegiatan ini justru

antusias siswa pria dan wanita tidak berbeda dalam mengikuti proses pelatihan.

2. Selama proses pembuatan ingke peserta merasakan ada keseruan yang terjadi dari

berbagai tahapan yang harus dilewati. Misalnya, saat materi nguseh semua peserta

mengaku menghadapi tantangan yang sulit karena membuat kerangka merupakan

pelajaran yang benar-benar menuntut ketelitian dan kesabaran. Dalam hal ini dapat

direkam ekspresi yang datar, gelisah dan penasaran. Pada umumnya peserta yang

semangat tetapi beberapa kali gagal membuat kerangka kelihatan menunjukkan

ekspresi gregetan. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya semua peserta bisa

membuat kerangka untuk bahan ingke. Dapat direkam pula ada peserta yang cepat

dapat menyerap dan berhasil dalam waktu singkat membuat rangka, ada yang sedang,

tetapi ada pula yang lambat. Kesabaran para pelatih, akhirnya dapat memupus

kekhawatiran peserta. Dalam kaitan ini, pedamping sekaligus pelaksana kegiatan ikut

serta bergairah berlatih membuat ingke untuk memompa semangat peserta. Selama

kegiatan berlangsung, suasana seringkali pecah karena antara pendamping, pelatih

Page 35: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

35

dan peserta sering membuat juk, guyonan yang disertai ledekan ketika melihat ada

yang belum berhasil mengikuti percepatan peserta lainnya.

3. Antusias peserta selama pelatihan tampak dari ketekunannya selama bekerja. Salah

satu tolak ukurnya adalah seringkali terjadi keasyikan bekerja, sampai melewati saat

jam makan siang/waktu istirahat.

4. Terungkap pula bahwa bagian yang paling menyenangkan dalam pembuatan ingke

adalah ketika sosoknya sudah kelihatan dan yang menyenangkan adalah saat mepet

yaitu merapatkan ulatan agar bentuknya menjadi rapi dan nyata.

Pelatihan II

Pada tahap kedua diisi dengan materi : Membuat Keranjang dari Daun Ental

Materi ini diikuti oleh peserta yang sama pada saat pembuatan lidi ental. Waktu dan tempat

pelaksanaan dilakukan tidak berbeda dengan saat pelatihan pembuatan ingke. Proses

pembuatan keranjang mengikuti tahap berikut ini.

1. Daun ental yang dipilih adalah daun yang berumur muda dan berwarna putih

2. Jika keranjang yang diinginkan berwarna maka daun ental harus dicelup terlebih

dahulu selama kurang lebih 5 menit, selanjutnya dijemur agar benar-benar kering.

Warna pencelup yang dipakai adalah pewarna kayu

3. Sebelum diulat menjadi keranjang, daun yang sudah diwarnai diiris terlebih dahulu.

Irisannya harus dibuat dengan ukuran yang sama. Agar mendapat ukuran yang sama

dibuatlah cetakan pemotong dari daun ental yang disisipi pisau catter

4. Setelah irisan terkumpul barulah mulai mengulat sesuai bentuk dan warna yang

diinginkan

Berikut gambar beberapa aktivitas peserta saat membuat keranjang berbahan daun ental.

Gambar 4.14 Daun Ental yang Telah Diwarnai

Sumber: Dokumentasi, Margi, Agustus, 2016

Page 36: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

36

Gambar 4.15 Peserta sedang Mengiris Daun Ental

Sumber: Dokumentasi, Margi, Agustus, 2016

Gambar 4.16 Peserta mulai Berlatih Mengulat Daun Ental

Sumber: Dokumentasi, Margi, Agustus, 2016

Gambar 4.17 Keranjang Dari Daun Ental

Sumber: Dokumentasi, Margi, Agustus, 2016

Pada saat berlangsungnya pelatihan tahap dua dengan materi mengulat daun ental, peserta

tampak tetap semangat mengikuti pelatihan yang dilaksanakan berlangsung selama bulan

Agustus. Ukuran keranjang yang dibuat dalam ukuran kecil, sedang dan besar. Di samping

dari segi ukuran, ada berbagai warna yang dipadukan, tetapi ada juga peserta yang memilih

Page 37: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

37

satu warna saja. Masing-masing peserta menghasilkan minimal 1 keranjang dalam ukuran

kecil, sedang atau besar.

Setelah selesai pelatihan pada materi yang kedua, para peserta diminta untuk mengisi

angket yang telah disiapkan oleh Tim Pelaksana. Hasil angket adalah berikut ini.

Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Kegiatan Pelatihan

No Pernyataan Katagori

Baik (%) Sangat Baik (%)

1 Isi pelatihan 20 80

2 Nara sumber/pelatih 25 75

3 Kejelasan tujuan

pelatihan

40 60

4 Kejelasan agenda

pelatihan

25 75

5 Fasilitas pelatihan 20 80

6 Target yang dihasilkan 15 85

Sumber: Primer, Agustus 2016

Angka yang muncul dalam Tabel 4.3 merepresentasikan tingkat keberhasilan dari kegiatan

pelatihan. Hal ini sangat mungkin terjadi karena sebelum latihan dimulai dalam pemilihan

peserta pelatihan dilakukan tahap seleksi calon peserta yang dilakukan oleh guru pembina.

Hal ini bertujuan agar diperoleh siswa yang memang memiliki tekad dan kesungguhan untuk

berlatih. Setelah diperoleh nama peserta yang definitif, mereka dikumpulkan terlebih dahulu

untuk diberikan pengarahan tentang apa tujuan dilakukan pelatihan, bagaimana tata cara

selama mengikuti pelatihan dan mendengarkan secara langsung komitmen peserta. Tindakan

ini dilakukan agar mereka mempunyai pemahaman yang tepat dari pelaksanaan pelatihan

sampai target yang akan dihasilkan. Di samping diperoleh persentase tentang penilaian

kegiatan pelatihan, diperoleh pula pandangan secara terbuka melalui melalui pertanyaan

tentang hal positif yang ditemui selama proses pelatihan. Jawabannya adalah berikut ini.

1. “Bisa menggali ilmu baru atau kreativitas siswa dalam pelatihan”

2. “Mendapatkan ilmu tambahan sehingga bisa dikembangkan untuk berusaha”

3. “Saya mampu berorganisasi dan bekerjasama dengan baik”

4. “Saya mendapatkan pelajaran yang baik dan mampu berkreasi saat membuat keben”

5. “Saya dilatih menjadi pribadi yang sabar”

6. “Dengan berlatih mengulat saya tahu cara mengisi waktu untuk kerja yang

bermanfaat”

Page 38: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

38

7. “Mengajarkan saya untuk ulet dalam membuat usaha”

8. “Saya belajar tentang kearifan lokal”

9. “Saya berlatih tentang kebersamaan”

Pengakuan peserta dapat dihubungkan dengan semangat mereka berlatih tampak ada

kesesuaian antara pandangan tersebut dengan keseriusannya mengikuti pelatihan. Mereka

secara tekun mengikuti arahan pelatihnya. Keceriaan mereka satu sama lain, solidaritas,

loyalitas kelompok tampak sangat kental selama kegiatan berlangsung.

mereka yang bisa menyerap pelajaran yang diberikan oleh pelatih, akan membantu temannya

yang belum mengerti petunjuk yang diberikan pelatihnya.

Page 39: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

39

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Pelaksanaan kegiatan P2M yang telah berlangsung di SMKN 1 Tejakula dan di rumah

Ibu Nyoman Widiasih (Pengrajin Ingke) dapat ditarik kesimpulan berikut ini.

1. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Tejakula yang dijadikan lokasi kegiatan sesuai

dengan visi dan misi kegiatan pengabdian yang melihat pembangunan desa secara

lintas sektoral dan komprehensif. Artinya, tingkat keberhasilan pembangunan desa

harus dilihat dari partisipasi semua pihak, termasuk masyarakat sekolah. Hal ini juga

bersambut dengan visi misi sekolah yang mendudukkan masyarakat sebagai sumber

belajar bagi masyarakat sekolah untuk tindakan pemberdayaan. Dalam konteks ini

dipastikan sebagai sekolah kejuruan sangat berkepentingan dengan berbagai potensi

yang tersedia di lingkungan alam, sosial dan budaya masyarakat setempat.

2. Para siswa dan guru di SMKN 1 Tejakula yang ikut serta dalam kegiatan penyuluhan

etnosains telah memiliki pengetahuan tentang pengertian pengetahuan tradisional, arti

penting serta tantangannya di tengah-tengah pengetahuan modern

3. Peserta pelatihan kewirausahaan telah memiliki pengetahuan dasar tentang tata cara

menyusun perhitungan harga beli dan harga jual dari produksi yang dihasilkan

melalui kegiatan pelatihan.

4. Peserta pelatihan telah berhasil memiliki teknik pembuatan ingke dan keranjang dari

daun ental melalui proses belajar yang diberikan oleh tim pelatih.

Page 40: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

40

LAMPIRAN

PETA LOKASI KEGIATAN

Sumber : http://mapcarta.com/26457482. Diakses tgl 21 September 2014

MATERI I

Page 41: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

41

MATERI II

Page 42: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

42

Kerja Kelompok:

1. Anggota kelompok masing-masing 5 orang.

2. Tiap kelompok membuat suatu produk sesuai dengan sumber daya yang telah diterima

(boleh membuat 2 macam produk)

3. Hitung biaya produksi untuk masing-masing produk kemudian tentukan harga jualnya.

4. Hasil produk jadi ditaruh di atas meja etalase dengan memberi nama dan harga jual

produknya.

5. Tiap kelompok menunjuk satu orang yang bertugas sebagai tenaga pemasaran untuk

mempromosikan hasil produksinya.

6. Kemudian masing-masing kelompok dipersilahkan untuk membeli jenis produk yang

disukai (tidak boleh memilih produknya sendiri)

Page 43: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

43

Ketentuan Pemenang,

1. Produk kelompok yang disukai oleh banyak orang.

2. Memiliki keuntungan yang paling banyak

Harga Bahan Baku.

Nama Bahan Baku Satuan Harga (Rp)

Batang pohon Batang 4.000

Balon cacing Lembar 1.250

Balon bulat Lembar 1.000

Benang wool Tiap jenis warna 250

Pita kain Tiap jenis warna 1.500

Pita raffia Tiap jenis Warna 1.500

Benang 1,00

Kertas jagung Tiap jenis warna 650

Kertas origami kecil Tiap lembar 200

Kertas origami besar Tiap lembar 300

Kain flanel Per lembar 650

Pipet Per biji 100

Jarum pentul Per biji 500

Jarum jahit Per biji 500

Lidi Per biji 25

Gunting Per biji 3.350

Sewa lem 50

Sewa Benang 10

WEB

MERAIH MIMPI MELALUI DAUN ENTAL, KREATIVITAS PEREMPUAN

PENGRAJIN ENTAL DI DESA SAMBIRENTENG, BULELENG

KAMIS, 08 OKTOBER 2015

DARI MMEL KE MALL

MERAIH MIMPI MELALUI DAUN ENTAL, KREATIVITAS PEREMPUAN PENGRAJIN ENTAL DI DESA

SAMBIRENTENG, BULELENG BALI

CONTACT PERSON: Nyoman Widiasih, 085238503934

Desa Sambirenteng, Tejakula, Bali merupakan Desa yang memiliki potensi kepariwisataan yang belum

dikembangkan secara optimal. Berpijak dari grand desain pemerintah agar sektor kepariwisataan yang dimiliki

suatu daerah dapat dikembangkan dari wisata rekreatif menuju wisata kreatif (creative based tourism). Desa

ini secara historis dikenal sebagai desa kuno yang letaknya berdekatan dengan Desa kuno (Desa Bali Mula)

yang telah dikenal sebelumnya seperti Desa Sembiran, Pacung.

Page 44: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

44

Sumberdaya alam yang tersedia di desa Sambirenteng adalah sumberdaya pertanian lahan kering dan sumber

laut. Berdasarkan potensi alamnya berbagai tanaman perkebunan dapat tumbuh di wilayah ini seperti pisang,

jagung, ketela pohon, mangga dan kelapa. Tanaman lahan kering yang cukup menonjol tumbuh di desa ini

adalah pohon ental (Enau) dengan luas kira-kira 46,15 ha. Secara historis pohon ental telah tumbuh lama di

desa ini sehingga masyarakat Desa Sambirenteng dikenal sebagai sebagai produsen gula ental. Bahkan saat ini

telah dikembangkan produksi kerajinan tangan ingke dari lidi ental.

Bentangan alam Desa Sambirenteng

Bentangan alam Desa Sambirenteng

Secara historis pembuatan kerajinan lidi ental maupun daun ental bukan merupakan hal yang baru dalam

masyarakat. Setidaknya, anggota masyarakat yang telah berumur 70tahun pada saat kegiatan ini dilakukan

mengakui bahwa keberadaan hutan rontal di Desa Sambirenteng memang telah ada dari sejak dulu. Istilahnya

hutan lontar dikenal dengan sebutan mmel, sehingga sekitar tahun 70an masyarakat Desa Sambirenteng masih

terkonsentrasi aktivitasnya di mmel, sehingga waktu itu dikenal istilah ke mmel. Digambarkan oleh para orang

tua bahwa pagi-pagi masyarakat telah siap-siap pergi ke mmel dengan membawa berbagai peralatan yang

diperlukan. Masyarakat pada waktu itu mendirikan pondok-pondok di bawah pohon ental. Berbagai aktivitas di

Page 45: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

45

lakukan di mmel, yaitu berkebun singkong dan sayuran lainnya, memelihara babi, memasak, mengayam dan

aktivitas domestik lainnya. Aktivitas lain yang tidak kalah pentingnya pada waktu itu adalah menyadap air nira

untuk dijadikan gula. Para laki-laki betugas memanjat pohon ental (nira), sedangkan para ibu memasaknya

menjadi gula. Aktivitas membuat gula pada waktu itu tergolong tinggi, demikian pula dalam pembuatan

jejahitan dari daun lontar telah dikenal pula oleh kaum perempuan pada waktu itu. Ingke buatan

Sambirenteng sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat di Buleleng pada umumnya.

Apa yang terjadi sekarang ?, romantisme ke Mmel hanya tinggal kenangan bagi sebagian besar warga

masyarakat. Dulu, masyarakat lebih mengenal mmel sebagai pusat aktivitas, sekarang masyarakat lebih dekat

dengan atribut dunia modern dan global yang identik dengan dunia mal.

Walaupun potret masyarakat telah berubah, namun ada sekelompok ibu-ibu yang masih menaruh harapan

besar dari keberadaan hutan ental yang telah lama ditinggalkan oleh warganya. Melalui kegiatan P2M yang

dilakukan oleh Tim (Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum; Prof.Dr.Nengah Bawa Atmadja, MA; Dr. I Ketut Margi,

M.Si; Drs. I Nyoman Sila, M.Hum; Luh Putu Sri Ariyani, S.S, M.Hum) sederetan mimpi indah yang dimiliki oleh

para pengrajin di bawah komando Ibu Nyoman Widiasih kembali dibangkitkan. Hasilnya adalah karya-karya

cantik melalui sentuhan hati yang tulus untuk menjadikan desanya diperhitungkan di masa yang akan datang.

Merupakan keniscayaan tradisi dari Mmel ke Mal menjadi realitas, ketika kehidupan berubah, karya mereka

pun diperhitungkan di dunia Mal yang tempatnya setara dengan produk modern dan global. LIHATLAH UPAYA

KERJA KERAS MEREKA BERKARYA

Page 47: BERBASIS TRI HITA KARANA PENGEMBANGAN …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1961120819860320… · JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL ... agama Islam 1,3

47

Berikut hasil karya mereka.

Diposkan oleh Ental Sambirenteng di 02.33 1 komentar:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Posting Lama Beranda

Langganan: Entri (Atom)

MENGENAI SAYA