berbagai pendekatan dalam ilmu politik

8
NAMA : SUKMIKA MARDALENA NIM : 1101111494 JURUSAN : HUBUNGAN INTERNASIONAL MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU POLITIK BERBAGAI PENDEKATAN DALAM ILMU POLITIK Ilmu politik mengalami perkembangan yang pesat dengan munculnya berbagai pendekatan (approaches). Pendekatan Legal (yuridis) dan institusional telah disusul dengan Pendekatan Neo-Marxis. Selanjutnya muncul dan berkembang pendekatan-pendekatan lainnya seperti Pilihan Rasional(Rational Choice) Teori Ketergantungan(Dependency Theory) dan Institusionalisme Baru (New Institutionalism). Sekalipun dalam tahun-tahun belakangan ini berkembang beberapa pendekatan lain, tulisan ini hanya membatasi diri pada pendekatan- pendekatan diatas. A. Pendekatan Legal/Institusional Pendekatan ini sering dinamakan pendekatan tradisional, mulai berkembang pada abad ke-19 pada masa sebelum perang dunia II. Pada pendekatan ini Negara menjadi focus utama, terutama konstitusional dan yurisidisnya. Bahasan pendekatan ini menyangkut sifat dari undang-undang dasar, masalah kedaulatan, kedudukan dan kekuasaan formal serta yuridis dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen, badan eksekutif, dan badan yudikatif. Dari ini pendekatan tradisional mencakup unsure illegal maupun unsur institusional. Pendekatan ini lebih sering bersifat normatif dengan mengasumsikan norma-norma demokrasi baratserta

Upload: sukmika-m-chaniago

Post on 14-Feb-2015

121 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Free ^^

TRANSCRIPT

Page 1: Berbagai Pendekatan dalam Ilmu Politik

NAMA : SUKMIKA MARDALENA

NIM : 1101111494

JURUSAN : HUBUNGAN INTERNASIONAL

MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU POLITIK

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM ILMU POLITIK

Ilmu politik mengalami perkembangan yang pesat dengan munculnya berbagai pendekatan (approaches). Pendekatan Legal (yuridis) dan institusional telah disusul dengan Pendekatan Neo-Marxis. Selanjutnya muncul dan berkembang pendekatan-pendekatan lainnya seperti Pilihan Rasional(Rational Choice) Teori Ketergantungan(Dependency Theory) dan Institusionalisme Baru (New Institutionalism). Sekalipun dalam tahun-tahun belakangan ini berkembang beberapa pendekatan lain, tulisan ini hanya membatasi diri pada pendekatan-pendekatan diatas.

A. Pendekatan Legal/Institusional

Pendekatan ini sering dinamakan pendekatan tradisional, mulai berkembang pada abad ke-19 pada masa sebelum perang dunia II. Pada pendekatan ini Negara menjadi focus utama, terutama konstitusional dan yurisidisnya. Bahasan pendekatan ini menyangkut sifat dari undang-undang dasar, masalah kedaulatan, kedudukan dan kekuasaan formal serta yuridis dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen, badan eksekutif, dan badan yudikatif. Dari ini pendekatan tradisional mencakup unsure illegal maupun unsur institusional.

Pendekatan ini lebih sering bersifat normatif dengan mengasumsikan norma-norma demokrasi baratserta Negara lebih di tafsirkan sebagai suatu badan dari norma-norma konstitusional yang formal.

Pada pertengahan 1930-an para sarjana di Amerika Serikat mulai mengemukakan suatu pandangan yang lebih melihat politik sebagai proses, dan negara sarana perebutan kekuasaan antara berbagai kelompok. Serta bagi mereka politik adalah kekuasaan, terutama kekuasaan yang menentukan kebijakan publik.

Akan tetapi penelitian mengenai kekuasaan dalam praktiknya sangat sukar untuk dilaksanakan dan kurang dapat berkembang pada masa itu.

Page 2: Berbagai Pendekatan dalam Ilmu Politik

Pendobrakan terhadap pendekatan tradisional terjadi dengan timbulnya Pendekatan Perilaku.

B.Pendekatan Perilaku

Salah satu pemikiran pokok dari pelopor-pelopor pendekatan perilaku adalah bahwa tidak ada gunanya membahas lembaga-lembaga formal karena bahasan itu tidak banyak memberi informasi mengenai proses politik yang sebenarnya. Sebaliknya, lebih bermanfaat bagi peneliti untuk mempelajari manusia itu sendiri serta perilaku politiknya, sebagai gejala yang benar-benar dapat diamati.1

Ciri-Ciri Pendekatan Tingkah Laku:1. Pendekatan ini cenderung bersifat interdisipliner, maksudnya tidak saja mempelajari dampak faktor pribadi tetapi juga dampak dari faktor sosial, ekonomi, dan budaya.2. Merupakan suatu orientasi kuat untuk lebih mengilmiahkan ilmu politik. Orientasi ini mencakup beberapa konsep pokok (David Easton dan Albert Somit), antara lain: a. Perilaku politik menampilakan keteraturan (regularities). b. Generalisasi-generalisasi ini pada dasarnya harus dapat dibuktikan keabsahan atau kebenarannya (verification). c. Teknik-teknik penelitian yang cermat harus digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data. d. Pengukuran dan kuantifikasi (antara lain melalui statistik dan matematika ) harus digunakan untuk mencapai kecermatan dalam penelitian. e. Harus ada usaha untuk membedakan secara jelas antara norma (ideal atau standard yang harus menjadi pedoman untuk tingkah laku) dan fakta (sesuatu yang dapat dibuktikan berdasarkan pengamatan atau pengalaman). f. Penelitian harus bersifat sistematis dan berkaitan dengan pembinaan teori. g. Ilmu politiik harus bersifat murni (pure science) dalam arti bahwa usaha untuk memahami dan menjelaskan perilaku politik harus mendahului usaha untuk menerapkan pengetahuan itu bagi penyelesaian masalah-masalah social. h. Dalam penelitian politik diperlukan sikap terbuka serta integrasi dengan konsep-konsep dan teori-teori ilmu lainnya.3. Pandangan bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem sosial dan negara sebagai suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial. Dalam suatu sistem, bagian-bagian saling berinteraksi serta saling bergantungan dan semua bagian bekerjasama untuk menunjang terselengaranya sistem tersebut.4. Sumbangan pendekatan perilaku pada usaha untuk memajukan Ilmu Perbandingan Politik

1 Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Page 3: Berbagai Pendekatan dalam Ilmu Politik

Kritik terhadap Pendekatan Perilaku:1. Pendekatan perilaku telah membawa efek yang kurang menguntungkan, yakni mendorongpara ahli menekuni masalah-masalah yang kurang penting seperti pemilihan umum (voting studies) dan riset berdasarkan survey.(1960-an)2. Penganut pendekatan perilaku kurang memberi perhatian pada masyarakat perubahan (change) dalam masyarakat.3. Pendekatan perilaku terlalu steril, karena menolak untuk memasukkan nilai-nilai dan norma dalam penelitian.(Eric Voegelin, Leo Strauss, dan John Hallowel)4. Pendekatan perilaku juga tidak memiliki relevansi dengan realitas politik dan buta terhadap masalah-masalah sosial.

C.Pendekatan Neo-Marxis

Kebanyakan kalangan Neo-Marxis adalah cendikiawan yang enggan menggabungkan diri dalam organisasi besar seperti partai politik atau terjun aktif dalam kegiatan politk praktis. Mereka terinspirasi dari tulisan-tulisan Marx, terutama yang dikarang pada masa mudanya. Cikal bakal orientasi ini adalah tulisan tulisan sarjana Hongaria,Geog Lukacs (1885-1971), terutama dalam karyanya yang berjudul History and Class Consciousness.

Teori ini menekankan pada aspek komunisme tanpa kekerasan dan juga tidak mendukung kapitalisme. Neo Marxis membuat beberapa Negara sadar akan pentingnya persamaan tanpa kekerasan, akan tetapi komunisme sulit dijalankan di beberapa Negara karena komunisme identik dengan kekerasan dan kekejaman walaupun pada intinya adalah untuk menyamakan persamaan warga negaranya di suatu Negara sehingga tidak ada yang ditindas dan menindas terlebih lagi dalam bidang ekonomi.

Salah satu kelemahan pada golongan ini adalah bahwa mereka mempelajari Marx dalam keadaan unia yang banyak berubah. Marx meninggal pada tahun 1883, pemikirannyalah yang yang ditafsirkan menjadi Marxisme.

D. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)

Pembangunan yang dilakukan negara-negara yang kurang maju hampir selalu berkaitan erat dengan kepentingan pihak Barat. Pertama, Negara bekas jajahan dapat meneydiakan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Investasi negara-negara maju diuntungkan karena negara kurang maju dapat memeberlakukan gaji atau upah yangkecil bagi tenaga kerjanya, sewa tanah yang rendah dan bahan baku yang murah. Kedua, Negara kurang maju dapat menjadi pasar unutk hasil produksi negara maju, sedangkan produksi untuk ekspor sering ditentukan oleh negara maju.

Page 4: Berbagai Pendekatan dalam Ilmu Politik

Teori ini memposisikan hubungan antar negara besar dan kecil. Pendekatan ini mengedepankan ketergantungan antara Negara besar dan Negara kecil yang saling keterkaitan sehingga satu sama lain saling bergantung, jadi Negara besar bergantung pada Negara kecil baik dalam hal politik, ekonomi dan dalam hubungan internasional dan sebaliknya sehingga satu sama lain mempunyai posisi yang sama.

E .Pendekatan Pilihan Nasional ( Rational Choice )

Pendekatan ini muncul dan berkembang setelah pertentangan anatara pendekatan-pendekatan sebelumnya. Dan juga bebas dari peperangan besar yang selama ini terjadi. Dalam ilmu politik dikenal nama pendekatan Pilihan Rasional.

Inti dari politik menurut mereka adalah individu sebagai actor terpenting dalam dunia politik. Sebagai mahkluk rasional mereka selalu memiliki tujuan tersendiri. Pelaku rasional ini terutama politisi, birokrat, pemilih, dan actor ekonomi, pada dasrnya egois dan segalanya tindakannya berdasarkan kecenderungan ini.Dasar dari pendekatan ini adalah :1. Tindakan manusia adalah instrument agar perilaku manusia dapat dijelaskan sebagai usaha untuk mencapai suatu tujuan yang sedikit banyak jarak jauh.2. Para actor merumuskan perilakunya melalui perhitungan rasional mengenai aksi mana yang akan memaksimalkan keuntungannya.3. Proses social berkala besar termasuk hal-hal seperti ratings, institusi dan praktik-praktik merupakan hasil dari kalkulasiseperti itu.Pendekatan ini sanagat berjasa untuk mendorong usaha kuantifikasi dalam ilmu politik dan mengembangkan sifat empiris yang adapat dibuktikan kebenarannya. Ia merupakan suatu studi empiric, ketimbang abstrak dan spekulatif.2

F. Pendekatan Institusional Baru ( New Institutionalism )

Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan-pendekatan yang lain. Ia lebih merupakan suatu visi yang meliputi beberapa pendekatan lain, bahkan beberapa bidang ilmu pengetahuan lain seperti sosiologi dan ekonomi. Institusional baru mempunyai banyak aspek dan variasi.

Disebut Institusionalisme baru karena menyimpang dari Institusioanalisme yang lama. Selain itu Institusionalisme baru melihat institusi Negara sebagi hal yang dapat diperbaiki kearah tujuan tertentu. Pendekatan ini sebenarnya dipicu oleh pendekatan behavioralis yang melihat politik dari kebijakan public sebagai hasil dari perilaku dari kelompok besar atau massa, dan pemerintahan sebagai institusi yang hanya mencerminkan kegiatan massa itu. Bentuk dan sifat dari institusi tergantung dari aktornya.Ada semacam consensus bahwa inti dari institusi politik adalah rules or the game 2 James S.Coleman,”Rational Chioce Theory”, dalam Edgar F Borogotta, ed., Encyclopedia of Sociology, Vol. lll (New York: Macmillan Publishing Company, 1992), hlm 1621

Page 5: Berbagai Pendekatan dalam Ilmu Politik

(Aturan main). Institusi tidak hanya merupakan refleksi dari kekuatan social. Institusi seperti pemerintahan, parlemen, parpol, dan birokrasi. Dapat dikatakan suatu institusi adalah organisasi yang tertata melalui pola prilaku yang diatur oleh peraturan.

Inti dari institusionalisme baru yang dirumuskan Robert E. Goodin sbb: 1. Actor dan kelompok melaksanakan proyeknya dalam suatu konteks yang

dibatasi secara kolektif. 2. Pembatasan-pembatasan itu terdiri dari institusi-institusi. 3. Sekalipun demikian, pembatasan-pembatasan ini dalam banyak hal juga

memberi keuntungan bagi individu atau kelompok dalam mengejar proyek mereka masing-masing.

4. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang membatasi kegiatan individu dan kelompok, juga mempengaruhi pembentukan preferensi dan motivasi dari actor dan kelompok.

5. Pembatasan ini mempunyai akar historis sebagai peninggalan dari tindakan dan pilhan masa lalu.

6. Mewujudkan, memlihara, dan member peluang serta kekuatan yang berbeda kepada individu dan kelompok masing-masing.

Perbedaan institusionalisme baru dan lama terletak pada nalisis ekonomi, kebijakan fiscal dan moneter, pasar dan globalisasi di mana institusionalisme tertuju ke sana, ketimbang masalah konstitusi yuridis.

KESIMPULAN

Pada dasarnya pekembangan berbagai pendekatan terhadap gejala-gejala politik merupakan hasil terskumulasinya pengetahuan para sarjana, mereka sering melakukan perdebatan intelektual, mempertajam alat analisis masing-masing dan meneliti kembali rangka, metode, dan tujuan dari ilmu politik. Hasil dialog ini sangat mendorong perkembangan ilmu politik, baik dibidang pembinaan teori, maupun dibidang penelitian perbandingan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang.

Dewasa ini telah terbentuk suatu kesadaran bahwa setiap pendekatan hanya menyingkap sebagian saja dari tabir kehidupan politik dan bahwa tidak ada satupun pendekatan yang secara mandiri dapat menjelaskan semua gejala politik. Kesadaran ini membuat parasarjana politik lebih toleran terhadap pandangan sarjana lain. Masing-masing paradigma tak lagi bersaing, tetapi saling melengkapi dan saling meminjam konsep dan alat analisis. Telah tumbuh suatu visi pluralis mengenai metode dan pendekatan, dan hal ini telah meningkatkan kredibilitas ilmu politik.

Page 6: Berbagai Pendekatan dalam Ilmu Politik

Referensi

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

http://www.pengantarilmupolitik.blogspot.com/

(diakses tanggal 1 November 2011 : 10.00 WIB)

http://roudhzmee.wordpress.com/2009/01/01/pendekatan-pendekatan-dalam-ilmu-politik/

(diakses tanggal 1 November 2011 : 10.00 WIB)