berawal dari hobi. kewirausahaan

5
Berawal dari Hobi, Sukses di Bisnis Fotografi Berawal dari hobi, Alvin Fauzie sukses menekuni bisnis fotografi di usia yang masih muda. Merintis usaha dengan modal keahlian dan kamera pocket, tahun 2009 Alvin mendirikan studio foto kecil-kecilan di daerah Condong Catur, Depok, Sleman, Jogjakarta. Dalam waktu singkat bisnisnya terus berkembang. Terbukti, studio fotonya yang bernama Alvin Photography kini mampu meraup omzet sebesar Rp 100 juta hingga Rp 150 juta per bulan. Lantaran kinerja bisnisnya kinclong, pada 2011 ia mengikuti lomba wirausaha tingkat mahasiswa yang digelar Bank Mandiri. Alvin sendiri tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta. Dalam lomba itu ia meraih gelar juara dua dengan hadiah sebesar Rp 20 juta “Waktu itu saya berkompetisi dengan 3.000 mahasiswa lebih,” ujar pria 24 tahun ini. Menjaga kualitas layanan dan memperkaya jenis layanan menjadi kunci sukses Alvin di bisnis fotografi. Alvin Photography menyediakan hampir semua layanan fotografi, seperti foto wisuda, foto pribadi, foto pre wedding, termasuk foto tunangan dan pernikahan. Tarifnya beragam tergantung dari paket yang diambil si pelanggan. Paling murah Rp 150.000 berupa jasa foto di studio. Nantinya pelanggan mendapat lima buah foto ukuran 4R dengan lima frame dan soft copy foto. Sementara tarif termahal dibanderol seharga Rp 12 juta untuk layanan foto pre wedding. Pelanggan akan mendapat pemotretan di tiga lokasi outdoor dan satu lokasi indoor. Hasil pemotretan diberikan dalam ukuran foto kanvas ukuran 60 x 90 centimeter (cm) sebanyak dua buah dan 50 foto yang telah melewati proses editing serta softcopy dari foto-foto tersebut. Dalam sebulan ia menerima minimal 12 pelanggan foto pre wedding. "Di luar ada 70 pelanggan lain yang memanfaatkan jasa- jasa foto lainnya," ujarnya. Rata-rata pelanggannya berasal dari Jogjakarta, Jakarta dan Solo. Untuk menunjang bisnisnya, Alvin telah melengkapi studio fotonya dengan peralatan serba lengkap. Bahkan, macam-macam properti pendukung pemotretan juga

Upload: arga

Post on 25-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Berawal Dari Hobi. KeWiraUsahaan

Berawal dari Hobi, Sukses di Bisnis Fotografi

Berawal dari hobi, Alvin Fauzie sukses menekuni bisnis fotografi di usia yang masih muda. Merintis usaha dengan modal keahlian dan kamera pocket, tahun 2009 Alvin mendirikan studio foto kecil-kecilan di daerah Condong Catur, Depok, Sleman, Jogjakarta. Dalam waktu singkat  bisnisnya terus berkembang. Terbukti, studio fotonya yang bernama Alvin Photography kini mampu meraup omzet sebesar Rp 100 juta hingga Rp 150 juta per bulan. Lantaran kinerja bisnisnya kinclong, pada 2011 ia mengikuti lomba wirausaha tingkat mahasiswa yang digelar Bank Mandiri. Alvin sendiri tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta. Dalam lomba itu ia meraih gelar juara dua dengan hadiah sebesar Rp 20 juta “Waktu itu saya berkompetisi dengan 3.000 mahasiswa lebih,” ujar pria 24 tahun ini. Menjaga kualitas layanan dan memperkaya jenis layanan menjadi kunci sukses Alvin di bisnis fotografi. Alvin Photography menyediakan hampir semua layanan fotografi, seperti foto wisuda, foto pribadi, foto pre wedding, termasuk foto tunangan dan pernikahan. Tarifnya beragam tergantung dari paket yang diambil si pelanggan. Paling murah Rp 150.000 berupa jasa foto di studio. Nantinya pelanggan mendapat lima buah foto ukuran 4R dengan lima frame dan soft copy foto. Sementara tarif termahal dibanderol seharga Rp 12 juta untuk layanan foto pre wedding. Pelanggan akan mendapat pemotretan di tiga lokasi outdoor dan satu lokasi indoor. Hasil pemotretan diberikan dalam ukuran foto kanvas ukuran 60 x 90 centimeter (cm) sebanyak dua buah dan 50 foto yang telah melewati proses editing serta softcopy dari foto-foto tersebut. Dalam sebulan ia menerima minimal 12 pelanggan foto pre wedding. "Di luar ada 70 pelanggan lain yang memanfaatkan jasa-jasa foto lainnya," ujarnya. Rata-rata pelanggannya berasal dari Jogjakarta, Jakarta dan Solo. Untuk menunjang bisnisnya, Alvin telah melengkapi studio fotonya dengan peralatan serba lengkap. Bahkan, macam-macam properti pendukung pemotretan juga disediakannya, seperti baju, jas, pakaian pengantin wanita dan sofa. Dengan didukung peralatan lengkap, beberapa kali ia juga pernah melayani proyek pemotretan dari korporasi, seperti Bank Mandiri, Kalbe Farma, Bank Pembangunan Daerah Yogayakarta dan beberapa universitas. Ia mengaku, banyak konsumennya puas dengan hasil pemotretannya. Tak sekedar memotret, ia juga membahas konsep foto kepada kliennya demi menghasilkan foto terbaik. “Setiap konsumen harus diarahkan. Mereka maunya gimana, sesuai tidak dengan teknis fotografi,” ujarnya.

Gunakan Kamera PocketMerintis usaha dengan modal keahlian dan kamera pocket, Alvin sukses menekuni bisnis fotografi beromzet ratusan juta rupiah per bulan. Ia sendiri tak menyangka bisnis yang berawal dari hobi fotografi ini bisa sukses seperti sekarang. “Dari kecil saya memang sudah suka seni rupa. Hobi gambar, buat mural. Ketika SMA saya suka fotografi,” ungkap pria 24 tahun ini.Langkahnya di bisnis fotografi dimulai tahun 2009. Ketika itu ia diajak seorang temannya menggarap sebuah proyek video. “Itu proyek kecil-kecilan dan untuk pertama kalinya saya dibayar di bidang ini,” tambahnya. Sukses di proyek pertama, ia pun makin tertarik menekuni dunia video dan fotografi. Bersama dua orang temannya, ia kemudian mendirikan jasa fotografi kecil-kecilan. "Itu sekitar tahun 2010-an," ujar Alvin.

Karena masih skala kecil, peralatan fotografinya pun seadanya. Hanya memakai kamera saku

Page 2: Berawal Dari Hobi. KeWiraUsahaan

digital miliknya sendiri. Namun karena kualitas gambar yang dihasilkannya bagus, banyak pelanggan puas dan terus memakai jasanya. Saat itu, dalam sebulan, tak kurang dari 50 pelanggan memakai jasanya. Dari situ ia kemudian mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk mengembangkan usahanya.Setelah modalnya makin kuat, ia kemudian mendirikan studio foto di Sleman, Jogjakarta lengkap dengan segala peralatan pendukung. “Tahun 2011 saya bangun studio. Saya membeli lampu studio, kamera, background dan properti pendukung foto,” ungkap Alvin.Sejak studio studio fotonya berdiri, pelanggannya terus bertambah. Selain dari pelanggan pribadi, ia juga mulai menerima order dari perusahaan atau instansi. Kini dalam sebulan, ia bisa mendapat order 12 pesanan foto pre wedding dan 80 lebih pesanan untuk produk lain, seperti foto pernikahan, foto wisuda dan foto studio. Ia mengaku, pelanggannya terus bertambah lantaran gencar memasarkan usaha lewat internet, terutama media soal seperti facebook dan twitter. "Selain itu, ya dari mulut ke mulut," ujarnya.Alvin mengaku, pemasaran via internet cukup efektif. Selain murah, calon pelanggan juga bisa melihat reputasi Alvin Photography dengan melihat portofolio secara online. Selain dari sisi marketing, Alvin juga sangat memperhatikan kualitas layanan demi memuaskan konsumennya. Baginya, kepuasan pelanggan turut menentukan sukses tidaknya sebuah bisnis. Dari segi produk foto yang dihasilkan, misalnya, ia selalu berusaha membuat karya yang otentik dan bagus secara teknis. Dari segi pengemasan juga diperhatikan. "Misalnya membuat album pernikahan yang custom, jadi berbeda dari orang lain. Meski pembuatan albumnya itu kami limpahkan lagi ke orang lain,” tambah Alvin.Menurut Alvin, pelanggan yang puas selalu akan kembali menggunakan jasanya. Dengan begitu, ia pun bisa eksis di tengah ketatnya persaingan bisnis foto. Ia bilang masyarakat lokal Jogjakarta cenderung kreatif dalam bisnis yang terkait bidang kesenian. Sadar akan kondisi itu, Alvin pun terus berusaha melakukan inovasi.

Dirikan KursusKesuksesan Alvin merintis dan mengembangkan usaha Alvin Photography bukan tanpa tantangan. Sebagai seorang yang masih menimba ilmu di bangku kuliah, waktunya banyak tersita untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Inilah yang kadang menjadi hambatan baginya dalam menjalankan usaha. Awalnya, ia mengaku sangat sulit membagi waktu antara urusan kuliah dengan berbisnis. Maka, kadang kala ada jadwal kuliah yang terbengkalai. Untungnya, seiring perjalanan waktu, ia mampu merekrut krayawan. Kini ia dibantu enam karyawan.Namun ia tetapi harus mengatur strategi agar tidak keteteran. "Misalnya, spot pemotretan outdoor untuk preweeding saya batasi hanya di sekitar wilayah Jogjakarta," ungkap pria yang masih kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia di Jogjakarta ini.Selain tantangan internal, Alvin mengaku menghadapi tantangan dari luar. Menurutnya, perang harga antar sesama seniman fotografi di Jogjakarta sangat sengit. Namun, ia tidak terlalu memusingkan situasi persaingan itu. Pasalnya, sejak awal ia menekankan, bahwa bisnis yang di jalankannya lebih didasarkan pada hobinya di dunia fotografi. Jadi, setiap proyek pemotretan yang masuk, ia kerjakan dengan senang hati. "Profit bukan tujuan utama saya, yang jelas ada kepuasan saat bisa melayani klien dengan hasil yang bagus," tutur Alvin.

Page 3: Berawal Dari Hobi. KeWiraUsahaan

Karena itu, ia tidak pasang target muluk-muluk untuk pengembangan Alvin Photography. Namun, tetap saja ia berniat memaksimalkan fungsi studio foto yang baru didirikan tiga tahun silam di Sleman, Jogjakarta. Selain menerima order pemotretan, Alvin juga mengajar di studio foto miliknya. Ketika studio foto itu berdiri, ia memang sudah membuka kursus fotografi untuk khalayak umum. Dengan menyelenggarakan kursus itu, selain bisa menambah penghasilan usaha, ia juga bisa berbagi keahlian dan ide kepada orang-orang yang juga menyukai dunia fotografi. Namun, karena kesibukannya mengelola Alvin Photography sekaligus kuliah, ia hanyamembuka kelas jika kuota peserta mencukupi, yaitu minimal lima orang. Supaya tidak terlalu penuh, Alvin juga membatasi maksimal 10 peserta untuk setiap satu kurikulum. Sekadar gambaran, ada tiga kurikulum yang ditawarkan Alvin, yaitu kelas basic pengenalan fotografi, kelas intermediate pemotretan landscape, dan kelas intermediate pemotretan portrait. Setiap satu kurikulim terdiri dari lima kali pertemuan dalam sebulan. Peserta kursus kelas basic harus membayar Rp 800.000, sementara untuk kelas intermediate dipungut Rp 1 juta. Jika ada yang ingin belajar secara privat, Alvin juga bersedia memberikan pelajaran privat. Untuk kelas ini ia mematok maksimal dua murid. Tarifnya Rp 2,5 juta per satu kurikulum. Selama tiga tahun terakhir, sudah ada sekitar 50 alumni kursus fotografi dari Alvin Photography. Ia berharap, kursus itu dapat menelurkan para fotografer handal secara teknis maupun konsep. "Tak masalah kalau nanti mereka justru menjadi kompetitor usaha saya. Rezeki kan sudah ada yang atur," ucap Alvin optimistis. kontan