bell wnwknsndnkend
DESCRIPTION
ilsknckjdsmnkje kjsdmnxklcnedknclc celkdcnekln ickn elkdkncikledncx cekldmndnc cjsdclkn idkjmdn iikxmxncildsbcTRANSCRIPT
BELL’S PALSY, DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN25/11/2010 MLENGSE 4 KOMENTAR
Bell’s palsy adalah kelemahan saraf perifer akut
dan idiopatik pada nervus facialis yang
mempersarafi semua otot mimik wajah. Nervus
facialis juga mengandung jaras parasimpatis ke
glandula lacrimalis dan salivarius, serta
beberapa jaras sensorik yang mempersarafi
sensasi kecap di dua pertiga anterior lidah.
Bell’s palsy berasal dari nama penemunya, Sir
Charles Bell (1774-1842). Insidensi tahunan
Bell’s palsy adalah 15-30 per 100.000 orang,
mengenai baik pria maupun wanita, tanpa
predileksi sisi wajah mana yang terkena, dan
mengenai hampir semua umur dengan usia
puncak pada 40 tahun. Terjadi lebih sering pada
pasien dengan diabetes dan wanita hamil.
Pasien yang pernah mengalami Bell’s palsy,
risiko berulangnya penyakit adalah 8%.
Gambaran klinis
Pasien dengan Bell’s palsy biasanya
mengeluhkan kelemahan atau paralisis semua
otot wajah di satu sisi. Kerutan wajah dan
lesung pipi menghilang dan sudut mulut jatuh.
Kelopak mata tidak dapat menutup, jika
diusahakan untuk menutup, mata berputar ke
depan (Bell’s phenomenon). Iritasi mata kadang
terjadi karena lakrimasi berkurang, tetapi mata
akan tampak berair karena kendali kelopak
mata tidak ada, sehingga air mata akan terus
mengalir. Makanan dan air liur akan berkumpul
di sisi mulut yang terkena. Pasien terkadang
mengeluhkan rasa kebas, tetapi sensasi facial
tidak terpengaruh.
Pasien dengan Bell’s palsy biasanya
berkembang dari onset gejala hingga
kelemahan maksimal dalam tiga hari hingga
satu minggu. Jika onset dan perkembangan
penyakit berlangsung lebih dari dua minggu,
diagnosis harus dipertimbangkan lagi. Tanpa
diobati, 85% pasien akan membaik secara
parsial dalam tiga minggu.
Etiologi dan diagnosis banding
Bell’s palsy diyakini disebabkan oleh inflamasi
nervus facialis pada ganglion geniculatum, yang
mengakibatkan penekanan dan kemungkinan
iskemia serta demielinisasi. Ganglion ini terletak
di canalis facialis antara segmen labirin dan
timpani, yang kemudian saraf akan berjalan
masuk ke foramen stylomastoideum. Selama
ini, Bell’s palsy dianggap sebagai idiopatik, dan
penyebab inflamasi ini masih tidak diketahui.
Tetapi, penelitian mengarah ke infeksi herpes
simplex virus tipe 1 (HSV-1) sebagai
kemungkinan penyebabnya karena ditemukan
adanya kenaikan titer pada pasien. Penelitian
ini masih belum dapat mengisolasi DNA
virus pada biopsi spesimen, sehingga peran
HSV-1 sebagai penyebab masih dipertanyakan.
Beberapa kondisi dapat menyerupai Bell’s
palsy. Lesi struktur telinga dan kelenjar parotis
(kolesteatoma, tumor kelenjar ludah) dapat
menekan saraf. Guillain-Barre syndrome, Lyme
disease, otitis media, Ramsay Hunt syndrome,
sarkoidosis dan beberapa vaksin influensa juga
dapat menyebabkan kelemahan saraf perifer.
Tetapi, keadaan-keadaan ini biasanya disertai
gambaran lain yang membedakannya dari Bell’s
palsy.
Pasien dengan Lyme disease biasanya memiliki
riwayat infeksi akibat kutu, rash pada kulit dan
nyeri sendi. Kelemahan saraf akibat otitis media
biasanya berlangsung bertahap disertai nyeri
telinga dan demam. Ramsay Hunt syndrome
didahului dengan nyeri dan erupsi vesikuler di
liang telinga dan faring. Polineuropati (Guillain-
Barre syndrome, sarkoidosis) biasanya
mengenai kedua sisi wajah. Tumor wajah
memiliki onset gejala yang lebih lama
(beberapa minggu hingga bulan).
Lesi saraf pusat (multiple sclerosis, stroke,
tumor) juga dapat menyebabkan kelemahan
saraf wajah. Pada gambar 2 dapat dilihat, lesi
supranuklear (saraf pusat) pada saraf facialis
tidak mengenai dahi pada sisi yang terkena.
Penatalaksanaan
Kortikosteroid. Prednison, dimulai dengan
60mg/hari, diturunkan dosisnya (tappering)
dalam 10 hari.
Antivirus. Asiklovir 400mg lima kali sehari
selama 7 hari atau valasiklovir 1 g/hari selama
7 hari. Tetapi, terapi ini tidak berguna jika
diberikan setelah onset penyakit lebih dari 4
hari.
Sumber di sini