belajar dari perputaran nasib

3
Hidup itu seperti roda berputar. Kadang di atas kemudian ke bawah. Begitu sebaliknya. Banyak contoh kasus yang bisa kita jadikan ibrah dari adagium tersebut. Diantaranya kejadian yang menimpa Ahmad Dhani, setelah sang putra bungsu terlibat kecelakaan mobil yang mengakibatkan lebih dari 5 orang meninggal dunia, dia harus menanggung pendidikan anak-anak yang ayahnya menjadi korban kecelakaan tersebut bukan hanya sampai lulus strata satu tapi sampai pada tingkat jenjang yang paling tinggi. Jika sebelumnya harta – baca uang – yang dimiliki Ahmad Dhani “hanya” digunakan mencukupi kebutuhan hidupnya saja, maka sekarang sampai beberapa tahun yang akan datang, dia – baca Ahmad Dhani- harus menanggung pendidikan orang lain, belum lagi harus menanggung biaya rumah sakit dan pengobatan korban kecelakaan yang mengalami luka. Bukan itu saja, tentunya masih segar dalam ingatan kita bagaimana seorang professor dari salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia tiba-tiba menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi. Bahkan banyak juga anggota dewan kita yang “terhormat” harus duduk dengan lulai dengan perasaan galau ketika harus duduk di kursi pesakitan dan berbalut baju tahanan karena telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi. Hukum tidak bisa di tawar ketika seseorang ditetapkan sebagai tersangka korupsi, maka sejak saat itulah orang tersebut akan memulai menjadi pesakitan. Padahal sebelumnya hidup serba ada. Bahkan, mungkin terbilang orang terkaya dan memiliki kuasa. Banyak peristiwa yang berserakan di muka bumi, yang kadang sulit untuk dimengerti jalan akhirnya. Orang-orang yang berjabatan tinggi atau berada dalam lingkaran kuasa merasa segalanya serba mudah. Hidup yang semula biasa dan bersahaja berubah total menjadi serba megah dan digdaya. Mau apa pun serba terpenuhi, malah berlimpah ruah. Karena asyik-maksyuk dalam serba kemudahan banyak yang lupa diri, kemudian terlibat korupsi. Ada yang berujung di terali besi, tidak sedikit pula yang bebas tetapi selalu dihujat masyarkat.

Upload: akhmad-rouzi

Post on 22-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

artikel

TRANSCRIPT

Page 1: Belajar Dari Perputaran Nasib

Hidup itu seperti roda berputar. Kadang di atas kemudian ke bawah. Begitu sebaliknya. Banyak contoh

kasus yang bisa kita jadikan ibrah dari adagium tersebut. Diantaranya kejadian yang menimpa Ahmad Dhani,

setelah sang putra bungsu terlibat kecelakaan mobil yang mengakibatkan lebih dari 5 orang meninggal dunia, dia

harus menanggung pendidikan anak-anak yang ayahnya menjadi korban kecelakaan tersebut bukan hanya

sampai lulus strata satu tapi sampai pada tingkat jenjang yang paling tinggi. Jika sebelumnya harta – baca uang –

yang dimiliki Ahmad Dhani “hanya” digunakan mencukupi kebutuhan hidupnya saja, maka sekarang sampai

beberapa tahun yang akan datang, dia – baca Ahmad Dhani- harus menanggung pendidikan orang lain, belum

lagi harus menanggung biaya rumah sakit dan pengobatan korban kecelakaan yang mengalami luka.

Bukan itu saja, tentunya masih segar dalam ingatan kita bagaimana seorang professor dari salah satu

perguruan tinggi ternama di Indonesia tiba-tiba menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi. Bahkan banyak

juga anggota dewan kita yang “terhormat” harus duduk dengan lulai dengan perasaan galau ketika harus duduk di

kursi pesakitan dan berbalut baju tahanan karena telah ditetapkan sebagai tersangka korupsi. Hukum tidak bisa di

tawar ketika seseorang ditetapkan sebagai tersangka korupsi, maka sejak saat itulah orang tersebut akan

memulai menjadi pesakitan. Padahal sebelumnya hidup serba ada. Bahkan, mungkin terbilang orang terkaya dan

memiliki kuasa.

Banyak peristiwa yang berserakan di muka bumi, yang kadang sulit untuk dimengerti jalan akhirnya. Orang-

orang yang berjabatan tinggi atau berada dalam lingkaran kuasa merasa segalanya serba mudah. Hidup yang

semula biasa dan bersahaja berubah total menjadi serba megah dan digdaya. Mau apa pun serba terpenuhi,

malah berlimpah ruah. Karena asyik-maksyuk dalam serba kemudahan banyak yang lupa diri, kemudian terlibat

korupsi. Ada yang berujung di terali besi, tidak sedikit pula yang bebas tetapi selalu dihujat masyarkat.

Padahal kalau mau hidup normal, barangkali sudah lebih dari cukup dan berkah. Baik kecil, sedang

maupun berlebih manakal disyukuri dan diikhtiarkan secara halal, maka hasilnya jauh lebih memberi makna dan

manfaat. Sebaliknya, sekali tergoda ingin melipatgandakan harta dengan cara yang abnormal maka mudharat

yang akan direngkuh. Seperti yang telah Allah firmankan dalam al-Qurán surat ibrahim ayat 7 : "Sesungguhnya

jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),

Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."

Manusia memang berencana, tetapi di ujung sana terbentang takdir atau nasib yang digariskan Allah

secara niscaya. Karena hidup manusia itu memang hanya berikhtiar. Selebihnya menjadi urusan Allah karena kita

tidak tahu persis apa yang akan terjadi esok. Allah telah mengingatkan kita dalam al-Qurán: “Sesungguhnya Allah,

hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan

mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang

akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Luqman: 34).

Siapa yang tahu pasti tentang apa yang terjadi hari esok? Meski ayat tersebut membicarakan tentang Hari

Kiamat dan kematian, tetapi ada makna tersirat dalam ayat tersebut yaitu ada batas pengetahuan dan ikhtiar

manusia. Manusia yang beriman harus mengetahui keterbatasan dirinya dan berlindung pada kekuasaan Allah.

Jangan merasa dirinya digdaya. Di lain ayat Allah telah berfirman: “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia

menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. Maka Maha suci (Allah) yang di

tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan”. (Yasiin: 82-83).

Semampang Allah masih memberikan kita kesempatan, maka manfaatkanlah hidup ini dengan sebaik-

baiknya yang tentunya disertai dengan kewaspadaan yang tinggi. Karena waktu sering berlalu begitu saja tanpa

makna yang hakiki dan penuh arti. Boleh jadi kita terkecoh dengan waktu. Ikhtiar harus terus dilakukan dengan

optimal dalam meraih tujuan, tetapi harus tahu titik batasnya. Apa yang ingin diraih pun tidak semata-mata bersifat

Page 2: Belajar Dari Perputaran Nasib

duniawi, namun juga ukhrawi – baca akhirat -. Seoptimal apapun usaha, sertailah dengan doa dan tawwakal agar

selalu berkah dan tumakninah. Ketika ada peluang yang secara lahiriah mengutungkan perhitungkanlah dengan

bijak dan seksama, siapa tahu di ujungnya ada masalah. Sebab, kita tidak tahu pasti apa yang terjadi di kemudian

hari. Perputaran nasib manusia memiliki jalannya sendiri sesuai iradah dan qadrah Allah.

Hidup ini sungguh berjalan begitu cepat. Detik, menit, jam, minggu, bulan dan tahun tidak terasa lewat

dalam lintasan hidup ini laksana kendaraan supercepat. Hidup ke depan seakan masih panjang. Padahal kita

tidak tahu persis sampai batas usia berapa Allah memberi anugerah hidup. Siapapun tak pernah ada yang tahu,

kecuali segenggam asa dan doa agar dipanjangkan usia dan banyak amal shalih.

Wallahu a’lam bish-shawab.