belajar dari manajemen perekonomian china
DESCRIPTION
Selama beberapa tahun terakhir, berkembang wacana mengenai perlunya Indonesia belajar dari China berkenaan dengan pendirian zona-zona ekonomi khusus di wilayah-wilayah Indonesia. Salah satu argumen dari himbauan tersebut adalah bahwa kesuksesan ekonomi yang dicapai oleh China selama kurang lebih 30 tahun terakhir tidak dapat dilepaskan dari pragmatisme kebijakan « Reformasi dan Loncatan Jauh Kedepan » yang digulirkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1978, di mana salah satu manifestasinya adalah pendirian Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones-SEZs) di wilayah-wilayah Shenzhen, Zhuhai, Shantou, dan Xiamen yang pada gilirannya menjadi motor pertumbuhan ekonomi China sekaligus menjadi model bagi zona-zona ekonomi khusus lainnya. Menggaris-bawahi wacana tersebut, dan sesuai dengan momentum pendirian zona-zona ekonomi khusus di 11 (sebelas) wilayah Indonesia, artikel ini disusun dengan maksud untuk memberikan pemahaman yang lebih detail terhadap statement mengenai relevansi perlunya Indonesia belajar dari pengalaman China dalam mengelola perekonomiannya, sekaligus upaya memberi kontribusi terhadap penyusunan konsep kebijakan SEZ di Indonesia.TRANSCRIPT
BELAJAR DARI MANAJEMEN PEREKONOMIAN CHINA
Oleh: Dodik Ariyanto1
Selama beberapa tahun terakhir, berkembang wacana mengenai perlunya Indonesia
belajar dari China berkenaan dengan pendirian zona-zona ekonomi khusus di
wilayah-wilayah Indonesia. Salah satu argumen dari himbauan tersebut adalah
bahwa kesuksesan ekonomi yang dicapai oleh China selama kurang lebih 30 tahun
terakhir tidak dapat dilepaskan dari pragmatisme kebijakan « Reformasi dan
Loncatan Jauh Kedepan » yang digulirkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1978, di
mana salah satu manifestasinya adalah pendirian Zona Ekonomi Khusus (Special
Economic Zones-SEZs) di wilayah-wilayah Shenzhen, Zhuhai, Shantou, dan Xiamen
yang pada gilirannya menjadi motor pertumbuhan ekonomi China sekaligus menjadi
model bagi zona-zona ekonomi khusus lainnya. Menggaris-bawahi wacana tersebut,
dan sesuai dengan momentum pendirian zona-zona ekonomi khusus di 11 (sebelas)
wilayah Indonesia, artikel ini disusun dengan maksud untuk memberikan
pemahaman yang lebih detail terhadap statement mengenai relevansi perlunya
Indonesia belajar dari pengalaman China dalam mengelola perekonomiannya,
sekaligus upaya memberi kontribusi terhadap penyusunan konsep kebijakan SEZ di
Indonesia.
Reformasi, Politik Pintu Terbuka, dan Pertumbuhan Ekonomi
Pada akhir tahun 1970-an, pemerintah China memformulasikan strategi modernisasi
yang disusun dalam tiga tahap: Pertama, Gross Domestic Product (GDP) China
harus di-dua-kali-lipatkan pada tahun 1980an sehingga masyarakat China akan
lepas dari kemiskinan; Kedua, kue ekonomi China harus di-empat-kali-lipatkan pada
akhir abad ke-20 sehingga China akan menjelma menjadi masyarakat sejahtera,
dan; Terakhir, membawa China sebagai negara medium-developped yang sejahtera
dan demokratis pada pertengahan abad ke-21. Dengan demikian, sejak tahun 1970-
an, China mulai menapak jalan panjang ke arah modernisasi, di mana manajemen
perekonomiannya diletakkan di atas prinsip-prinsip kapitalisme.
1 Penulis adalah PhD Candidate bidang Ilmu Politik di University of Canterbury
Rowo Thole [email protected]
Selama 30 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi GDP China mencapai rata-rata
9,3%, yang berarti jauh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekonomi rata-rata
yang dicapai dunia dan bahkan Jepang serta negara-negara ekonomi industri baru di
Asia (Taiwan, Korea Selatan, Singapura) selama masa take-off mereka. Sebagai
hasil dari pertumbuhan ekonomi yang super-cepat tersebut, GDP China pada tahun
2009 mencapai 13.651,5 milyar Yuan RMB, pendapatan perkapita mencapai 1200
US$, dan lebih dari 200 juta masyarakat China berhasil lepas dari status miskin.
Namun demikian, ditengah capaian ekonomi yang luar biasa tersebut, China masih
masuk pada kategori negara yang berpendapatan perkapita rendah. Sebagai
gambaran, nilai GDP China hanya sepersepuluh dari Amerika Serikat dan GDP
Perkapitanya hanya senilai 3% dari GDP perkapita negara-negara maju secara
keseluruhan. Di China sendiri, terdapat disparitas yang menyolok antara wilayah
perkotaan dan pedesaan, serta antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya.
Hal tersebut memberi gambaran kepada kita bahwa China sesungguhnya baru
mencapai tahap awal modernisasi, meskipun dengan capaian-capaian yang pantas
membuat iri negara-negara berkembang lainnya.
Grafik Pertumbuhan ekonomi China kurun waktu 1978-2004
2
4
6
8
10
12
14
16
78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04
China's economic growth rate
Singkat cerita, kesuksesan pembangunan ekonomi yang dicapai oleh China, tidak
dapat dilepaskan dari kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahnya, yaitu kebijakan
reformasi dan pintu terbuka yang mendorong pertumbuhan ekonomi secara cepat.
2
Reformasi ekonomi telah memberi semacam great impetus terhadap ekonomi China
dan menjadikan perusahaan-perusahaan China menjadi lebih kompetitif. Strategi
“membuka pintu” telah memberi China kesempatan untuk mempelajari teknologi-
teknologi maju serta manajemen modern yang membantu integrasi ekonomi China
secara bertahap kepada perekonomian dunia.
Grafik Perdagangan Internasional China 1978-2004
0
4000
8000
12000
16000
-10
0
10
20
30
40
50
78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04206.6
293.3379.7
431.3 407.4 435.3516.1
703.1 747.8829.0
1027.41102.4
1163.2
1358.3
1655.0
1956.8
2364.5
2814.42902.7
3253.0 3243.6
3611.7
4744.4
4982.1
6070.8
8316.2
11278.0
14273.9
foreign trade, 0.1bil.USD Rate of FT,%
Reformasi Ekonomi China
Sebelum reformasi, China mengadopsi sistem perencanaan ekonomi pra-Uni Soviet,
di mana institusi negara mengontrol secara ketat perekomian nasional melalui cara-
cara tertentu, dari sejak tahap perencanaan, pengadministrasian, hingga
pelaksanaannya. Dengan adanya perkembangan sosial ekonomi, ketidakefektifan
sistem lama tersebut mulai terlihat jelas. Salah satu persoalan yang timbul adalah
kesulitan yang dialami oleh pemerintah pusat dalam menerapkan kontrol ketat yang
secara serius telah menghambat kebijakan pembangunan yang dijalankan oleh
otoritas lokal serta membatasi ruang gerak perusahan-perusahaan swasta. Masalah
serius lainnya adalah kesulitan untuk mengintegrasikan secara smooth antara pelaku
ekonomi dengan birokrat pemerintah yang mengakibatkan macetnya proyek-proyek
3
pembangunan nasional. Kenyataan inilah yang melatarbelakangi diterapkannya
reformasi ekonomi China pada tahun 1978.
Grafik Nilai Ekspor China 2005-2000 (USD milliar-Bn$))
762
593438
326 266 249366
296223 170 141 132
0
200
400
600
800
1000
2005 2004 2003 2002 2001 2000
world
Asia
Grafik Impor China 2005-2000 (USD milliar-Bn$)
660561
413
295244 225
442370
273190
147 141
0
100
200
300
400
500
600
700
800
2005 2004 2003 2002 2001 2000
world
Asia
Reformasi tersebut di susun dalam 4 tahap. Tahap pertama (1978-1984) merupakan
tahap permulaan sekaligus penerapan secara parsial prinsip-prinsip ekonomi pasar
dengan penekanan pada wilayah pedesaan. Tahap kedua (1984-1992) merupakan
eksplorasi penuh sistem ekonomi pasar dengan penekanan di wilayah perkotaan.
4
Pemerintah pusat mendesentralisasikan sebagian besar kewenangannya kepada
pemerintah lokal dan perusahaan-perusahaan swasta. Pada periode ini, harga-harga
pasar secara bertahap disesuaikan menurut hukum penawaran dan permintaan,
meskipun kebijakan tersebut pada saat itu masih terkesan tanpa arah karena sistem
ekonomi pasar yang diterapkan masih bercampur aduk dengan sistem perencanaan
terpusat. Tahap ketiga (sejak 1992) dimulai ketika China secara tegas menyatakan
bahwa target reformasi adalah untuk membangun sistem ekonomi pasar sosialis
yang baru, melalui mana target reformasi market-oriented di segala bidang disusun
secara jelas. Tahap terakhir (2003) dimulai ketika Komisi Sentral Konggres (CPC)
mengeluarkan keputusan “Penyempurnaan Sistem Ekonomi Pasar Sosialis”, di mana
dinyatakan bahwa kesempurnaan sistem tersebut akan dicapai pada tahun 2020.
Secara konsep, kesempurnaan tersebut diletakkan pada lima pilar, yaitu: titik berat
pada wilayah perkotaan dan pedesaan secara bersama-sama; pembangunan
wilayah lokal, pembangunan sosial dan ekonomi, keseimbangan antara
pembangunan manusia dan alam, peningkatan pembangunan internal dan
kerjasama internasional (konsep yang kurang lebih serupa juga terlihat dalam
rencana induk pembangunan nasional Indonesia).
Strategi membuka pintu
Kebijakan membuka diri terhadap dunia internasional telah memainkan peran yang
sangat penting terhadap proses modernisasi China. Modernisasi China memerlukan
input dalam jumlah besar, meliputi modal , teknologi, prasarana dan manajemen
modern yang lebih maju. Cara terbaik untuk menyerap semua itu adalah dengan
membuka diri.
Pada akhir tahun 1970an, Jepang dan beberapa Negara Industri Baru di Asia harus
bersaing serta melakukan berbagai penyesuaian akibat naiknya harga faktor
produksi. Mereka perlu melakukan relokasi industri-industri padat karyanya ke
negara-negara berkembang guna memangkas ongkos produksi. Menyambut
perkembangan tersebut, China menyatakan diri siap menampung relokasi industri-
industri tersebut dan menawarkan insentif guna menarik berbagai investasi asing
langsung (FDI). Semakin banyak investor datang ke China oleh karena faktor
kekayaan sumber alam, upah buruh yang murah, serta potensi pasar yang besar.
5
China dengan cepat menjadi lahan yang subur bagi FDI di Asia, khususnya bagi
industri-industri padat karya.
Hongkong juga memainkan peran tersendiri terhadap kebijakan membuka diri China.
Sebagai pelabuhan bebas terbesar dan pusat finansial internasional di Timur jauh,
Hongkong telah menjadi lorong utama yang menghubungkan China dengan pasar
dunia. Lebih dari sepertiga ekspor China dijalankan oleh perusahaan-perusahaan
Hongkong, dan hampir setenggah FDI dibawa dari dan melalui Hongkong. Investor-
investor yang berasal dai Taiwan, Jepang, AS, negara-negara Eropa mayoritas
memperoleh jalan mereka ke China melalui Hongkong.
Daftar 6 (Enam) Terbesar Aktor Perdagangan Dunia
2005 TOP SIX IN WORLD TRADE
• 1. USA 2637
• 2. GER 1691
• 3. CHI 1422
• 4. JAP 1112
• 5. FRA 955
• 6. UK 879
• Unit: bil.USD
2005 top si x
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
1 2 3 4 5 6order
volu
me
6
Grafik Pertumbuhan 6 (enam) aktor utama perdagangan dunia
500
1000
1500
2000
2500
3000
2003 2004 2005
USAEIGEMANYEICHINAEI
JAPANEIFRANCEEIUKEI
UNIT: BIL.USD
The top six in world trade in recent three years
Grafik Pertumbuhan FDI China 1984-2004
0
200
400
600
800
84 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04
FDI,0.1bil. USD
7
Tiga Tahap Membuka Diri
Mempertimbangkan kondisi spesifik China yang memiliki wilayah sedemikian luas,
perbedaan menyolok dalam hal tingkat perkembangan antar-wilayah, dan kurangnya
pengalaman menyangkut pengelolaan modal internasional, kebijakan membuka diri
hanya akan berhasil apabila ditempuh secara progresif. Secara umum, kebijakan
membuka diri dimulai dari daerah-daerah pesisir, yang kemudian diteruskan ke
daerah-daerah pedalaman. Diperlukan waktu sekitar sepuluh tahun hingga kebijakan
tersebut menjangkau seluruh wilayah China.
Tahap pertama---percobaan di SEZs
Sebagai permulaan pada tahun 1979 China mendirikan 4 SEZs di wilayah tenggara
yang berbatasan dengan Hongkong, Makao, dan Taiwan. Kewenangan administratif
yang lebih besar diberikan terhadap SEZs dan berbagai insentif juga ddiberikan
terhadap investor yang menanamkan investasi di zona-zona tersebut. Kebijakan
khusus duterapkan di SEZs sehingga menjadikan mereka sangat menarik bagi para
investor. Selama 20 tahun pertama, pertumbuhan tahunan GDP SEZs mencapai
20%. Pada tahun 2005, nilai FDI mereka mencapai 1/10 (sepersepuluh) dan total
ekspor mereka mencapa 1/5 (seperlima) dari keseluruhan GDP dan ekspor China,
padahal jumlah penduduk mereka hanya 1% dari penduduk China yang mencapai
1,3 milyar.
Tahap kedua---membuka diri sepenuhnya
Dari SEZs, China memperluas kebijakan membuka diri ke seluruh kota-kota
pelabuhan pada pertengahan 1980an, dan mendirikan 14 Zona Pembangunan
Ekonomi dan Teknologi (Economic and Technology Development Zones-ETDZ), di
mana kebijakan-kebijakan khusus sebagaimana diterapkan terhadap SEZs juga
diberlakukan. Pada awal 1990an, kebijakan terbuka telah menjangkau wilayah-
wilayah pedalaman. ETDZs didirikan di sepanjang Sungai Yangtze dan mayoritas
kota-kota di perbatasan dibuka lebar-lebar untuk kerjasama ekonomi dan
perdagangan dengan negara-negara tetangga. Oleh karena faktor perbedaan
historis dan alasan geografis, terdapat disparitas yang menyolok antara China
bagian timur dan bagian barat serta antara wilayah pantai dengan wilayah inland.
Guna mempersempit kesenjangan tersebut, pemerintah China mulai menerapkan
8
strategy pembangunan yang memprioritaskan wilayah barat sejak sepuluh tahun
terakhir. Investasi dalam jumlah besar telah dialokasikan oleh pemerintah pusat dan
berbagai kebijakan khusus juga diterapkan guna mengembangkan wilayah tersebut.
Tahap ketiga---era WTO
China masuk menjadi anggota WTO tahun 2001 yang berarti bahwa perekonomian
China telah sepenuhnya terintegrasi kepada ekonomi dunia. Di tahun-tahun
kedepan, akan lebih banyak lagi sektor-sektor ekonomi China yang dibuka untuk
investor asing, serta lebih banyak lagi perusahaan-perusahaan China yang Go
International untuk berkompetisi dengan pesaing-pesaing global di pasar
internasional.
Daftar Sumber dan Kumulatif FDI China
SEZs dalam Politik Pintu Terbuka
Dalam proses membuka diri di China, SEZs dan zona-zona serupa lainnya
memainkan peranan yang sangat vital. Mereka didirikan dengan tujuan yang
berbeda, memperoleh jenis kebijakan yang berbeda, dan menghasilkan output yang
berbeda pula.
9
Jenis-jenis Zona Bebas di China
Tipe SEZ ETDZ Zona terkait Zona
perbatasan
EPZs
Jumlah 5 49 15 14 40
Fungsi Utama FDI,
Teknologi,
Ekspor,
Proyek
percontohan,
Kota baru
FDI,
Teknologi,
Ekspor
Export
Processing,
Logistik
Export
Processing,
Border trade
Export
processing
Tahun pendirian 1980 1984 1990 1992 1998
Kebijakan-kebijakan khusus yang diterapkan di SEZs adalah:
Bantuan Finansial
Pemerintah pusat tidak melakukan investasi langsung dalam konstruksi infrastruktur
di hampir semua SEZs, melainkan menerapkan preferensi kebijakan guna
mendorong masing-masing daerah untuk menggalang dana bagi pembangunannya.
Bentuknya adalah: a) Bank-bank pemerintah menyediakan pinjaman jangka panjang
berbunga rendah—discount bunga sebesar 50%; b) Kuota atas revenue dan upeti
“foreign exchange turnover” kepada pemerintah pusat ditiadakan; c) 50% pajak
industri dan komersial dikembalikan ke SEZs dalam bentuk pembangunan
infrastruktur, dan d) Impor barang-barang modal di SEZs dibebaskan dari tarif
apapun.
Insentif investasi
a) 15% pajak pendapatan diturunkan berdasarkan kasus-per kasus (mencapai lebih
50%); b) Bebas remisi dan pajak keuntungan dari perdagangan luar negeri; c)
Pemberian tax refund bagi barang-barang ekspor; d) Pembebasan cukai untuk
barang-barang seperti mesin, peralatan, bahan mentah, bahan bakar, kendaraan
kargo, dan peralatan kantor yang diimpor oleh perusahaan-perusahaan di SEZs.
Penyederhanaan prosedur visa
10
a) Kepada investor asing yang yang sering keluar masuk SEZ diberikan multi-entry
visa; b) penyediaan fasilitas visa sementara di pintu masuk imigrasi; c) wisatawan ke
SEZs diberikan bebas masuk selama 72 jam.
Kekuasaan administratif yang lebih besar
a) Pemerintah SEZs diperkenankan mengeluarkan ijin dagang internasional bagi
perusahaan-perusahaan SEZs; b) Pemerintah SEZs boleh menolak atau menyetujui
proyek investasi asing yang nilainya kurang dari 30 US$ milyar; c) Pemerintah SEZs
dapat memberikan insentif pengurangan pajak pada perusahaan-perusahaan.
Pelajaran mendasar dari Reformasi ekonomi China
Mengakhiri tulisan ini, kita dapat memperoleh paling tidak empat poin penting dari
manajemen perekonomian China yang kiranya layak untuk dijadikan pelajaran, yaitu:
1. Pembangunan ekonomi sebagai tugas utama dan pertama pemerintah
Selama 30 tahun sebelum 1978, terdapat banyak sekali faktor yang menyebabkan
kegagalan perekonomian China, diantaranya yang terutama adalah bahwa
pemerintah tidak memfokuskan perhatiannya pada pembangunan ekonomi. Sejak
tahun 1978 Pemerintah China berketetapan bahwa China harus memajukan
pembangunan ekonomi. Komitmen tersebut ditunjukkan Pemerintah China dengan
secara konsisten menerapkan kebijakan yang difokuskan pada pembangunan
ekonomi, meskipun di tengah situasi politik domestik dan internasional yang tidak
menentu di akhir era 80an.
2 Kebijakan dan tahap-tahap membuka diri dengan memperhitungkan situasi serta
karakter asli Bangsa China
Membuka diri di bidang perekonomian selalu bersifat relatif dan kondisional di tiap-
tiap negara berkembang. Pemerintah manapun harus bersikap hari-hati dalam
mengambil kebijakan semacam itu dengan mempertimbangkan timing, action dan
dampaknya. Disamping itu, kebijakan tersebut haruslah sesuai dengan dinamika
keunggulan komparatif negara yang bersangkutan, daya saing industri lokal, dan
kapasitas kontrol makro-ekonomi, sehingga tidak membahayakan kepentingan
nasional. Krisis ekonomi Asia tahun 1997 yang nyaris tidak menyentuh sama
sekali perekonomian China menjadi pejaran berharga dalam hal ini. Salah satu
11
alasan utama mengapa China tidak terimbas krisis adalah karena pasar finansial
China tidak dibuka bagi investor asing sementara Pemerintah China justru
membuka lebar-lebar sektor-sektor lainnya.
Tujuan dari reformasi China adalah untuk mencari jalan baru sosialisme dengan
mengadopsi karakter China. Dengan kata lain, China ingin belajar sebanyak
mungkin dari pengalaman dan kemajuan negara-negara lain namun tetap
mempperhatikan kondisi unik dan karakter asli bangsa China. Ketika mengadopsi
pengalaman bangsa-bangsa lain tersebut, China memodifikasinya sehingga
sesuai dengan kondisi spesifik bangsanya
3. Melakukan transformasi secara gradual ke arah ekonomi pasar
Reformasi ekonomi yang dimulai sejak tahun 1970an merupakan proses panjang
yang kompleks. Mengingat tak seorangpun dapat menjamin keberhasilan selama
proses reformasi, pilihan terbaik adalah melakukan reformasi secara bertahap.
Berbeda dengan yang terjadi di Indonesia pasca Orde Baru, reformasi di China
dijalankan dengan resiko terkecil pada tahap awal, yaitu dengan diterapkannya
contractual land reform diwilayah pedesaan pada tahun 1978. Para petani yang
selama 30 tahun lebih terkekang kebebasannya dalam mengelola tanah
menyambut dengan antisias reformasi tersebut hingga kebijakan tersebut akhirnya
menuai sukses besar (output pertanian, kesejahteraan petani, dan pasokan
pangan meningkat tajam). Reformasi di bidang-bidang yang lain diterapkan secara
sangat hati-hati dan bertahap, seperti reformasi perburuhan, perbankan, investasi,
finansial, dsb.
4. Menjaga keseimbangan antara reformasi, pembangunan dan stabilitas
Reformasi ekonomi China merupakan revolusi mendasar karena kebijakan
tersebut telah membawa dampak luar biasa bagi kehidupan masyarakatnya. Guna
mensukseskan pekerjaan besar tersebut sangat penting untuk menjaga stabilitas
politik yang menopang struktur kehidupan negara dan masyarakat. Oleh
karenanya, selama 20 tahun terakhir, pemerintah China terlihat sangat hati-hati
dalam menerapkan kebijakan serta melakukan penyesuaian-penyesuaian
reformasi yang ia jalankan. Setiap kebijakan diambil dengan memperhatikan
berbagai dampak sosial yang mungkin timbul, tanpa harus meninggalkan
reformasi itu sendiri.
12