belajar dari manajemen perekonomian china

17
BELAJAR DARI MANAJEMEN PEREKONOMIAN CHINA Oleh: Dodik Ariyanto 1 Selama beberapa tahun terakhir, berkembang wacana mengenai perlunya Indonesia belajar dari China berkenaan dengan pendirian zona-zona ekonomi khusus di wilayah-wilayah Indonesia. Salah satu argumen dari himbauan tersebut adalah bahwa kesuksesan ekonomi yang dicapai oleh China selama kurang lebih 30 tahun terakhir tidak dapat dilepaskan dari pragmatisme kebijakan « Reformasi dan Loncatan Jauh Kedepan » yang digulirkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1978, di mana salah satu manifestasinya adalah pendirian Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones-SEZs) di wilayah-wilayah Shenzhen, Zhuhai, Shantou, dan Xiamen yang pada gilirannya menjadi motor pertumbuhan ekonomi China sekaligus menjadi model bagi zona- zona ekonomi khusus lainnya. Menggaris-bawahi wacana tersebut, dan sesuai dengan momentum pendirian zona-zona ekonomi khusus di 11 (sebelas) wilayah Indonesia, artikel ini disusun dengan maksud untuk memberikan pemahaman yang lebih detail terhadap statement mengenai relevansi perlunya Indonesia belajar dari pengalaman China dalam mengelola perekonomiannya, sekaligus upaya memberi kontribusi terhadap penyusunan konsep kebijakan SEZ di Indonesia. Reformasi, Politik Pintu Terbuka, dan Pertumbuhan Ekonomi 1 Penulis adalah PhD Candidate bidang Ilmu Politik di University of Canterbury Rowo Thole [email protected]

Upload: dodik-ariyanto

Post on 13-Jun-2015

2.741 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Selama beberapa tahun terakhir, berkembang wacana mengenai perlunya Indonesia belajar dari China berkenaan dengan pendirian zona-zona ekonomi khusus di wilayah-wilayah Indonesia. Salah satu argumen dari himbauan tersebut adalah bahwa kesuksesan ekonomi yang dicapai oleh China selama kurang lebih 30 tahun terakhir tidak dapat dilepaskan dari pragmatisme kebijakan « Reformasi dan Loncatan Jauh Kedepan » yang digulirkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1978, di mana salah satu manifestasinya adalah pendirian Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones-SEZs) di wilayah-wilayah Shenzhen, Zhuhai, Shantou, dan Xiamen yang pada gilirannya menjadi motor pertumbuhan ekonomi China sekaligus menjadi model bagi zona-zona ekonomi khusus lainnya. Menggaris-bawahi wacana tersebut, dan sesuai dengan momentum pendirian zona-zona ekonomi khusus di 11 (sebelas) wilayah Indonesia, artikel ini disusun dengan maksud untuk memberikan pemahaman yang lebih detail terhadap statement mengenai relevansi perlunya Indonesia belajar dari pengalaman China dalam mengelola perekonomiannya, sekaligus upaya memberi kontribusi terhadap penyusunan konsep kebijakan SEZ di Indonesia.

TRANSCRIPT

Page 1: Belajar dari Manajemen Perekonomian China

BELAJAR DARI MANAJEMEN PEREKONOMIAN CHINA

Oleh: Dodik Ariyanto1

Selama beberapa tahun terakhir, berkembang wacana mengenai perlunya Indonesia

belajar dari China berkenaan dengan pendirian zona-zona ekonomi khusus di

wilayah-wilayah Indonesia. Salah satu argumen dari himbauan tersebut adalah

bahwa kesuksesan ekonomi yang dicapai oleh China selama kurang lebih 30 tahun

terakhir tidak dapat dilepaskan dari pragmatisme kebijakan « Reformasi dan

Loncatan Jauh Kedepan » yang digulirkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1978, di

mana salah satu manifestasinya adalah pendirian Zona Ekonomi Khusus (Special

Economic Zones-SEZs) di wilayah-wilayah Shenzhen, Zhuhai, Shantou, dan Xiamen

yang pada gilirannya menjadi motor pertumbuhan ekonomi China sekaligus menjadi

model bagi zona-zona ekonomi khusus lainnya. Menggaris-bawahi wacana tersebut,

dan sesuai dengan momentum pendirian zona-zona ekonomi khusus di 11 (sebelas)

wilayah Indonesia, artikel ini disusun dengan maksud untuk memberikan

pemahaman yang lebih detail terhadap statement mengenai relevansi perlunya

Indonesia belajar dari pengalaman China dalam mengelola perekonomiannya,

sekaligus upaya memberi kontribusi terhadap penyusunan konsep kebijakan SEZ di

Indonesia.

Reformasi, Politik Pintu Terbuka, dan Pertumbuhan Ekonomi

Pada akhir tahun 1970-an, pemerintah China memformulasikan strategi modernisasi

yang disusun dalam tiga tahap: Pertama, Gross Domestic Product (GDP) China

harus di-dua-kali-lipatkan pada tahun 1980an sehingga masyarakat China akan

lepas dari kemiskinan; Kedua, kue ekonomi China harus di-empat-kali-lipatkan pada

akhir abad ke-20 sehingga China akan menjelma menjadi masyarakat sejahtera,

dan; Terakhir, membawa China sebagai negara medium-developped yang sejahtera

dan demokratis pada pertengahan abad ke-21. Dengan demikian, sejak tahun 1970-

an, China mulai menapak jalan panjang ke arah modernisasi, di mana manajemen

perekonomiannya diletakkan di atas prinsip-prinsip kapitalisme.

1 Penulis adalah PhD Candidate bidang Ilmu Politik di University of Canterbury

Rowo Thole [email protected]

Page 2: Belajar dari Manajemen Perekonomian China

Selama 30 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi GDP China mencapai rata-rata

9,3%, yang berarti jauh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekonomi rata-rata

yang dicapai dunia dan bahkan Jepang serta negara-negara ekonomi industri baru di

Asia (Taiwan, Korea Selatan, Singapura) selama masa take-off mereka. Sebagai

hasil dari pertumbuhan ekonomi yang super-cepat tersebut, GDP China pada tahun

2009 mencapai 13.651,5 milyar Yuan RMB, pendapatan perkapita mencapai 1200

US$, dan lebih dari 200 juta masyarakat China berhasil lepas dari status miskin.

Namun demikian, ditengah capaian ekonomi yang luar biasa tersebut, China masih

masuk pada kategori negara yang berpendapatan perkapita rendah. Sebagai

gambaran, nilai GDP China hanya sepersepuluh dari Amerika Serikat dan GDP

Perkapitanya hanya senilai 3% dari GDP perkapita negara-negara maju secara

keseluruhan. Di China sendiri, terdapat disparitas yang menyolok antara wilayah

perkotaan dan pedesaan, serta antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya.

Hal tersebut memberi gambaran kepada kita bahwa China sesungguhnya baru

mencapai tahap awal modernisasi, meskipun dengan capaian-capaian yang pantas

membuat iri negara-negara berkembang lainnya.

Grafik Pertumbuhan ekonomi China kurun waktu 1978-2004

2

4

6

8

10

12

14

16

78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

China's economic growth rate

Singkat cerita, kesuksesan pembangunan ekonomi yang dicapai oleh China, tidak

dapat dilepaskan dari kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahnya, yaitu kebijakan

reformasi dan pintu terbuka yang mendorong pertumbuhan ekonomi secara cepat.

2

Page 3: Belajar dari Manajemen Perekonomian China

Reformasi ekonomi telah memberi semacam great impetus terhadap ekonomi China

dan menjadikan perusahaan-perusahaan China menjadi lebih kompetitif. Strategi

“membuka pintu” telah memberi China kesempatan untuk mempelajari teknologi-

teknologi maju serta manajemen modern yang membantu integrasi ekonomi China

secara bertahap kepada perekonomian dunia.

Grafik Perdagangan Internasional China 1978-2004

0

4000

8000

12000

16000

-10

0

10

20

30

40

50

78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04206.6

293.3379.7

431.3 407.4 435.3516.1

703.1 747.8829.0

1027.41102.4

1163.2

1358.3

1655.0

1956.8

2364.5

2814.42902.7

3253.0 3243.6

3611.7

4744.4

4982.1

6070.8

8316.2

11278.0

14273.9

foreign trade, 0.1bil.USD Rate of FT,%

Reformasi Ekonomi China

Sebelum reformasi, China mengadopsi sistem perencanaan ekonomi pra-Uni Soviet,

di mana institusi negara mengontrol secara ketat perekomian nasional melalui cara-

cara tertentu, dari sejak tahap perencanaan, pengadministrasian, hingga

pelaksanaannya. Dengan adanya perkembangan sosial ekonomi, ketidakefektifan

sistem lama tersebut mulai terlihat jelas. Salah satu persoalan yang timbul adalah

kesulitan yang dialami oleh pemerintah pusat dalam menerapkan kontrol ketat yang

secara serius telah menghambat kebijakan pembangunan yang dijalankan oleh

otoritas lokal serta membatasi ruang gerak perusahan-perusahaan swasta. Masalah

serius lainnya adalah kesulitan untuk mengintegrasikan secara smooth antara pelaku

ekonomi dengan birokrat pemerintah yang mengakibatkan macetnya proyek-proyek

3

Page 4: Belajar dari Manajemen Perekonomian China

pembangunan nasional. Kenyataan inilah yang melatarbelakangi diterapkannya

reformasi ekonomi China pada tahun 1978.

Grafik Nilai Ekspor China 2005-2000 (USD milliar-Bn$))

762

593438

326 266 249366

296223 170 141 132

0

200

400

600

800

1000

2005 2004 2003 2002 2001 2000

world

Asia

Grafik Impor China 2005-2000 (USD milliar-Bn$)

660561

413

295244 225

442370

273190

147 141

0

100

200

300

400

500

600

700

800

2005 2004 2003 2002 2001 2000

world

Asia

Reformasi tersebut di susun dalam 4 tahap. Tahap pertama (1978-1984) merupakan

tahap permulaan sekaligus penerapan secara parsial prinsip-prinsip ekonomi pasar

dengan penekanan pada wilayah pedesaan. Tahap kedua (1984-1992) merupakan

eksplorasi penuh sistem ekonomi pasar dengan penekanan di wilayah perkotaan.

4

Page 5: Belajar dari Manajemen Perekonomian China

Pemerintah pusat mendesentralisasikan sebagian besar kewenangannya kepada

pemerintah lokal dan perusahaan-perusahaan swasta. Pada periode ini, harga-harga

pasar secara bertahap disesuaikan menurut hukum penawaran dan permintaan,

meskipun kebijakan tersebut pada saat itu masih terkesan tanpa arah karena sistem

ekonomi pasar yang diterapkan masih bercampur aduk dengan sistem perencanaan

terpusat. Tahap ketiga (sejak 1992) dimulai ketika China secara tegas menyatakan

bahwa target reformasi adalah untuk membangun sistem ekonomi pasar sosialis

yang baru, melalui mana target reformasi market-oriented di segala bidang disusun

secara jelas. Tahap terakhir (2003) dimulai ketika Komisi Sentral Konggres (CPC)

mengeluarkan keputusan “Penyempurnaan Sistem Ekonomi Pasar Sosialis”, di mana

dinyatakan bahwa kesempurnaan sistem tersebut akan dicapai pada tahun 2020.

Secara konsep, kesempurnaan tersebut diletakkan pada lima pilar, yaitu: titik berat

pada wilayah perkotaan dan pedesaan secara bersama-sama; pembangunan

wilayah lokal, pembangunan sosial dan ekonomi, keseimbangan antara

pembangunan manusia dan alam, peningkatan pembangunan internal dan

kerjasama internasional (konsep yang kurang lebih serupa juga terlihat dalam

rencana induk pembangunan nasional Indonesia).

Strategi membuka pintu

Kebijakan membuka diri terhadap dunia internasional telah memainkan peran yang

sangat penting terhadap proses modernisasi China. Modernisasi China memerlukan

input dalam jumlah besar, meliputi modal , teknologi, prasarana dan manajemen

modern yang lebih maju. Cara terbaik untuk menyerap semua itu adalah dengan

membuka diri.

Pada akhir tahun 1970an, Jepang dan beberapa Negara Industri Baru di Asia harus

bersaing serta melakukan berbagai penyesuaian akibat naiknya harga faktor

produksi. Mereka perlu melakukan relokasi industri-industri padat karyanya ke

negara-negara berkembang guna memangkas ongkos produksi. Menyambut

perkembangan tersebut, China menyatakan diri siap menampung relokasi industri-

industri tersebut dan menawarkan insentif guna menarik berbagai investasi asing

langsung (FDI). Semakin banyak investor datang ke China oleh karena faktor

kekayaan sumber alam, upah buruh yang murah, serta potensi pasar yang besar.

5

Page 6: Belajar dari Manajemen Perekonomian China

China dengan cepat menjadi lahan yang subur bagi FDI di Asia, khususnya bagi

industri-industri padat karya.

Hongkong juga memainkan peran tersendiri terhadap kebijakan membuka diri China.

Sebagai pelabuhan bebas terbesar dan pusat finansial internasional di Timur jauh,

Hongkong telah menjadi lorong utama yang menghubungkan China dengan pasar

dunia. Lebih dari sepertiga ekspor China dijalankan oleh perusahaan-perusahaan

Hongkong, dan hampir setenggah FDI dibawa dari dan melalui Hongkong. Investor-

investor yang berasal dai Taiwan, Jepang, AS, negara-negara Eropa mayoritas

memperoleh jalan mereka ke China melalui Hongkong.

Daftar 6 (Enam) Terbesar Aktor Perdagangan Dunia

2005 TOP SIX IN WORLD TRADE

• 1. USA 2637

• 2. GER 1691

• 3. CHI 1422

• 4. JAP 1112

• 5. FRA 955

• 6. UK 879

• Unit: bil.USD

2005 top si x

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

1 2 3 4 5 6order

volu

me

6

Page 7: Belajar dari Manajemen Perekonomian China

Grafik Pertumbuhan 6 (enam) aktor utama perdagangan dunia

500

1000

1500

2000

2500

3000

2003 2004 2005

USAEIGEMANYEICHINAEI

JAPANEIFRANCEEIUKEI

UNIT: BIL.USD

The top six in world trade in recent three years

Grafik Pertumbuhan FDI China 1984-2004

0

200

400

600

800

84 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04

FDI,0.1bil. USD

7

Page 8: Belajar dari Manajemen Perekonomian China

Tiga Tahap Membuka Diri

Mempertimbangkan kondisi spesifik China yang memiliki wilayah sedemikian luas,

perbedaan menyolok dalam hal tingkat perkembangan antar-wilayah, dan kurangnya

pengalaman menyangkut pengelolaan modal internasional, kebijakan membuka diri

hanya akan berhasil apabila ditempuh secara progresif. Secara umum, kebijakan

membuka diri dimulai dari daerah-daerah pesisir, yang kemudian diteruskan ke

daerah-daerah pedalaman. Diperlukan waktu sekitar sepuluh tahun hingga kebijakan

tersebut menjangkau seluruh wilayah China.

Tahap pertama---percobaan di SEZs

Sebagai permulaan pada tahun 1979 China mendirikan 4 SEZs di wilayah tenggara

yang berbatasan dengan Hongkong, Makao, dan Taiwan. Kewenangan administratif

yang lebih besar diberikan terhadap SEZs dan berbagai insentif juga ddiberikan

terhadap investor yang menanamkan investasi di zona-zona tersebut. Kebijakan

khusus duterapkan di SEZs sehingga menjadikan mereka sangat menarik bagi para

investor. Selama 20 tahun pertama, pertumbuhan tahunan GDP SEZs mencapai

20%. Pada tahun 2005, nilai FDI mereka mencapai 1/10 (sepersepuluh) dan total

ekspor mereka mencapa 1/5 (seperlima) dari keseluruhan GDP dan ekspor China,

padahal jumlah penduduk mereka hanya 1% dari penduduk China yang mencapai

1,3 milyar.

Tahap kedua---membuka diri sepenuhnya

Dari SEZs, China memperluas kebijakan membuka diri ke seluruh kota-kota

pelabuhan pada pertengahan 1980an, dan mendirikan 14 Zona Pembangunan

Ekonomi dan Teknologi (Economic and Technology Development Zones-ETDZ), di

mana kebijakan-kebijakan khusus sebagaimana diterapkan terhadap SEZs juga

diberlakukan. Pada awal 1990an, kebijakan terbuka telah menjangkau wilayah-

wilayah pedalaman. ETDZs didirikan di sepanjang Sungai Yangtze dan mayoritas

kota-kota di perbatasan dibuka lebar-lebar untuk kerjasama ekonomi dan

perdagangan dengan negara-negara tetangga. Oleh karena faktor perbedaan

historis dan alasan geografis, terdapat disparitas yang menyolok antara China

bagian timur dan bagian barat serta antara wilayah pantai dengan wilayah inland.

Guna mempersempit kesenjangan tersebut, pemerintah China mulai menerapkan

8

Page 9: Belajar dari Manajemen Perekonomian China

strategy pembangunan yang memprioritaskan wilayah barat sejak sepuluh tahun

terakhir. Investasi dalam jumlah besar telah dialokasikan oleh pemerintah pusat dan

berbagai kebijakan khusus juga diterapkan guna mengembangkan wilayah tersebut.

Tahap ketiga---era WTO

China masuk menjadi anggota WTO tahun 2001 yang berarti bahwa perekonomian

China telah sepenuhnya terintegrasi kepada ekonomi dunia. Di tahun-tahun

kedepan, akan lebih banyak lagi sektor-sektor ekonomi China yang dibuka untuk

investor asing, serta lebih banyak lagi perusahaan-perusahaan China yang Go

International untuk berkompetisi dengan pesaing-pesaing global di pasar

internasional.

Daftar Sumber dan Kumulatif FDI China

SEZs dalam Politik Pintu Terbuka

Dalam proses membuka diri di China, SEZs dan zona-zona serupa lainnya

memainkan peranan yang sangat vital. Mereka didirikan dengan tujuan yang

berbeda, memperoleh jenis kebijakan yang berbeda, dan menghasilkan output yang

berbeda pula.

9

Page 10: Belajar dari Manajemen Perekonomian China

Jenis-jenis Zona Bebas di China

Tipe SEZ ETDZ Zona terkait Zona

perbatasan

EPZs

Jumlah 5 49 15 14 40

Fungsi Utama FDI,

Teknologi,

Ekspor,

Proyek

percontohan,

Kota baru

FDI,

Teknologi,

Ekspor

Export

Processing,

Logistik

Export

Processing,

Border trade

Export

processing

Tahun pendirian 1980 1984 1990 1992 1998

Kebijakan-kebijakan khusus yang diterapkan di SEZs adalah:

Bantuan Finansial

Pemerintah pusat tidak melakukan investasi langsung dalam konstruksi infrastruktur

di hampir semua SEZs, melainkan menerapkan preferensi kebijakan guna

mendorong masing-masing daerah untuk menggalang dana bagi pembangunannya.

Bentuknya adalah: a) Bank-bank pemerintah menyediakan pinjaman jangka panjang

berbunga rendah—discount bunga sebesar 50%; b) Kuota atas revenue dan upeti

“foreign exchange turnover” kepada pemerintah pusat ditiadakan; c) 50% pajak

industri dan komersial dikembalikan ke SEZs dalam bentuk pembangunan

infrastruktur, dan d) Impor barang-barang modal di SEZs dibebaskan dari tarif

apapun.

Insentif investasi

a) 15% pajak pendapatan diturunkan berdasarkan kasus-per kasus (mencapai lebih

50%); b) Bebas remisi dan pajak keuntungan dari perdagangan luar negeri; c)

Pemberian tax refund bagi barang-barang ekspor; d) Pembebasan cukai untuk

barang-barang seperti mesin, peralatan, bahan mentah, bahan bakar, kendaraan

kargo, dan peralatan kantor yang diimpor oleh perusahaan-perusahaan di SEZs.

Penyederhanaan prosedur visa

10

Page 11: Belajar dari Manajemen Perekonomian China

a) Kepada investor asing yang yang sering keluar masuk SEZ diberikan multi-entry

visa; b) penyediaan fasilitas visa sementara di pintu masuk imigrasi; c) wisatawan ke

SEZs diberikan bebas masuk selama 72 jam.

Kekuasaan administratif yang lebih besar

a) Pemerintah SEZs diperkenankan mengeluarkan ijin dagang internasional bagi

perusahaan-perusahaan SEZs; b) Pemerintah SEZs boleh menolak atau menyetujui

proyek investasi asing yang nilainya kurang dari 30 US$ milyar; c) Pemerintah SEZs

dapat memberikan insentif pengurangan pajak pada perusahaan-perusahaan.

Pelajaran mendasar dari Reformasi ekonomi China

Mengakhiri tulisan ini, kita dapat memperoleh paling tidak empat poin penting dari

manajemen perekonomian China yang kiranya layak untuk dijadikan pelajaran, yaitu:

1. Pembangunan ekonomi sebagai tugas utama dan pertama pemerintah

Selama 30 tahun sebelum 1978, terdapat banyak sekali faktor yang menyebabkan

kegagalan perekonomian China, diantaranya yang terutama adalah bahwa

pemerintah tidak memfokuskan perhatiannya pada pembangunan ekonomi. Sejak

tahun 1978 Pemerintah China berketetapan bahwa China harus memajukan

pembangunan ekonomi. Komitmen tersebut ditunjukkan Pemerintah China dengan

secara konsisten menerapkan kebijakan yang difokuskan pada pembangunan

ekonomi, meskipun di tengah situasi politik domestik dan internasional yang tidak

menentu di akhir era 80an.

2 Kebijakan dan tahap-tahap membuka diri dengan memperhitungkan situasi serta

karakter asli Bangsa China

Membuka diri di bidang perekonomian selalu bersifat relatif dan kondisional di tiap-

tiap negara berkembang. Pemerintah manapun harus bersikap hari-hati dalam

mengambil kebijakan semacam itu dengan mempertimbangkan timing, action dan

dampaknya. Disamping itu, kebijakan tersebut haruslah sesuai dengan dinamika

keunggulan komparatif negara yang bersangkutan, daya saing industri lokal, dan

kapasitas kontrol makro-ekonomi, sehingga tidak membahayakan kepentingan

nasional. Krisis ekonomi Asia tahun 1997 yang nyaris tidak menyentuh sama

sekali perekonomian China menjadi pejaran berharga dalam hal ini. Salah satu

11

Page 12: Belajar dari Manajemen Perekonomian China

alasan utama mengapa China tidak terimbas krisis adalah karena pasar finansial

China tidak dibuka bagi investor asing sementara Pemerintah China justru

membuka lebar-lebar sektor-sektor lainnya.

Tujuan dari reformasi China adalah untuk mencari jalan baru sosialisme dengan

mengadopsi karakter China. Dengan kata lain, China ingin belajar sebanyak

mungkin dari pengalaman dan kemajuan negara-negara lain namun tetap

mempperhatikan kondisi unik dan karakter asli bangsa China. Ketika mengadopsi

pengalaman bangsa-bangsa lain tersebut, China memodifikasinya sehingga

sesuai dengan kondisi spesifik bangsanya

3. Melakukan transformasi secara gradual ke arah ekonomi pasar

Reformasi ekonomi yang dimulai sejak tahun 1970an merupakan proses panjang

yang kompleks. Mengingat tak seorangpun dapat menjamin keberhasilan selama

proses reformasi, pilihan terbaik adalah melakukan reformasi secara bertahap.

Berbeda dengan yang terjadi di Indonesia pasca Orde Baru, reformasi di China

dijalankan dengan resiko terkecil pada tahap awal, yaitu dengan diterapkannya

contractual land reform diwilayah pedesaan pada tahun 1978. Para petani yang

selama 30 tahun lebih terkekang kebebasannya dalam mengelola tanah

menyambut dengan antisias reformasi tersebut hingga kebijakan tersebut akhirnya

menuai sukses besar (output pertanian, kesejahteraan petani, dan pasokan

pangan meningkat tajam). Reformasi di bidang-bidang yang lain diterapkan secara

sangat hati-hati dan bertahap, seperti reformasi perburuhan, perbankan, investasi,

finansial, dsb.

4. Menjaga keseimbangan antara reformasi, pembangunan dan stabilitas

Reformasi ekonomi China merupakan revolusi mendasar karena kebijakan

tersebut telah membawa dampak luar biasa bagi kehidupan masyarakatnya. Guna

mensukseskan pekerjaan besar tersebut sangat penting untuk menjaga stabilitas

politik yang menopang struktur kehidupan negara dan masyarakat. Oleh

karenanya, selama 20 tahun terakhir, pemerintah China terlihat sangat hati-hati

dalam menerapkan kebijakan serta melakukan penyesuaian-penyesuaian

reformasi yang ia jalankan. Setiap kebijakan diambil dengan memperhatikan

berbagai dampak sosial yang mungkin timbul, tanpa harus meninggalkan

reformasi itu sendiri.

12