bekerja untuk allah

3
Bekerja untuk Allah Seorang manusia terlahir di dunia ini dengan rahmad serta karunia dari Allah. Kita (manusia) merupakan makhluk yang lemah, tidak memiliki apapun selain Allah. Semua yang kita miliki adalah titipan dari Allah, nyawa, nafas, nurani semua milik Allah. Betapa sombong diri kita jika kita sama sekali buta akan semua pemberian-Nya. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Ar-Rahman) mungkin kalimat yang seharusnya selalu terngiang dalam jiwa. Kita seharusnya lebih beriman dari hari ke hari, bukankah Rasul selalu mengingatkan agar di hari esok kita bisa lebih baik supaya termasuk orang yang beruntung? Mungkin salah satu caranya adalah dengan mengasihi sesama. Mereka yang selalu giat berdoa dan berusaha, mereka yang bertawakal kepada Allah, mereka yang selalu sabar akan cobaan dari Allah, mereka yang terus bekerja mengais rezeki demi keluarga serta Allah dengan segala kekurangannya. Apa kita sudah melakukan yang terbaik seperti mereka? Dengan segala keterbatasan mereka. Mungkin kita harus melihat salah satu contoh makhluk Allah yang hebat ini . . . Nama beliau bu Supiyati. Umurnya sudah 70 tahun, terlihat jelas dari guratan lelah di wajahnya, serta banyaknya keriput di seluruh kulitnya. Tapi jangan salah, kekuatannya mungkin masih sama dengan ibu-ibu usia 40 tahunan, beliau masih sanggup berdagang keliling dengan menyunggi barang dagangannya. Barang dagangannyapun banyak dan beragam seperti nangka yang sudah masak,

Upload: leonard-velasquez

Post on 18-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Bismillah

TRANSCRIPT

Bekerja untuk Allah

Seorang manusia terlahir di dunia ini dengan rahmad serta karunia dari Allah. Kita (manusia) merupakan makhluk yang lemah, tidak memiliki apapun selain Allah. Semua yang kita miliki adalah titipan dari Allah, nyawa, nafas, nurani semua milik Allah. Betapa sombong diri kita jika kita sama sekali buta akan semua pemberian-Nya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman) mungkin kalimat yang seharusnya selalu terngiang dalam jiwa.Kita seharusnya lebih beriman dari hari ke hari, bukankah Rasul selalu mengingatkan agar di hari esok kita bisa lebih baik supaya termasuk orang yang beruntung? Mungkin salah satu caranya adalah dengan mengasihi sesama. Mereka yang selalu giat berdoa dan berusaha, mereka yang bertawakal kepada Allah, mereka yang selalu sabar akan cobaan dari Allah, mereka yang terus bekerja mengais rezeki demi keluarga serta Allah dengan segala kekurangannya. Apa kita sudah melakukan yang terbaik seperti mereka? Dengan segala keterbatasan mereka.Mungkin kita harus melihat salah satu contoh makhluk Allah yang hebat ini . . . Nama beliau bu Supiyati. Umurnya sudah 70 tahun, terlihat jelas dari guratan lelah di wajahnya, serta banyaknya keriput di seluruh kulitnya. Tapi jangan salah, kekuatannya mungkin masih sama dengan ibu-ibu usia 40 tahunan, beliau masih sanggup berdagang keliling dengan menyunggi barang dagangannya. Barang dagangannyapun banyak dan beragam seperti nangka yang sudah masak, pisang rebus, liwet, mendoan, nagasari, kacang, krupuk dan lainnya. Sudah tentu berat jika barang-barang tersebut disunggi dengan berjalan kemana-mana, tapi beliau tak pernah mengeluh.Beliau bertempat tinggal di daerah patrang, dulu sewaktu masih agak muda beliau berjalan dari rumah, saat ini sudah mengaku tidak kuat jika harus berjalan sejauh itu, mengingat umurnya juga sudah senja. Becak menjadi pilihannya untuk menuju ke kampus guna berjualan. Beliau berjualan di kampus FKG UJ di depan RSGM Klinik BM, awalnya bu Supiyati berjualan di sana jika kampus sudah sepi maka mulailah beliau berkeliling.Saat di tanya dimana anaknya? Beliau menjawab dengan nada yang agak bergetar mungkin menahan rindu seraya berkata Saya sudah punya 3 anak, semua sudah besar, sekarang kerja di Bali. Jauh. Anak-anak bu Supiyati bekerja berjualan ikan-ikan di Bali nan jauh di sana. Sudah beberapa kali putra-putranya mengajak kesana, namun bu Supiyati menolak karena takut untuk menyeberangi laut takut mati ujar beliau.Sempat ditanya, kenapa masih berjualan? Kan dapat kiriman? Beliau menjawab dengan seyum Malu kalo tidak kerja, cucunya banyak. Beliau memiliki 5 cucu yang hidup bersamanya, 4 perempuan dan 1 lelaki. Ada yang tidak bersekolah, TK, SD, SMP, dan SMA. Lengkap semuanya, karena takut tidak mencukupi untuk keperluan sekolah maka bu Supiyati memilih bekerja. Dan lagi ternyata beliau memiliki tujuan lain, berharap dengan bekerja sisa uang dapat ditabung dan digunakan untuk berangkat haji. Dengan segala kekurangan, bu Supiyati masih mengingat Allah, rindu pada Allah. Akankah jika dalam keadaan yang sama kita masih mengingat Allah? Apakah kita juga akan selalu bersaha dengan keras untuk Allah? Apakah kita akan memiliki semangat yang lebih membara dari bu Supiyati?