bawah laut bawah tanah
DESCRIPTION
korosi pipaTRANSCRIPT
Korosi pada pipa di bawah laut
Pada pipa bawah laut, korosi dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu galvanic
corrosion, pitting, cavitation, stress corrosion cracking, hydrogen embrittlement, corrosion
fatigue, dan lain-lain. Fenomena korosi pada aliran multifasa (gas, minyak, dan air) sangat
kompleks, mencakup sifat kimia fluida, metalurgi material pipa, dan hidrolika aliran multifasa.
Pada proses pemurnian logam, logam menyerap energi ekstra dalam jumlah signifikan. Karena
energi ekstra ini, logam tidak stabil pada lingkungan cair (aqueous).
Unsur – Unsur di air laut
Air laut adalah air murni yang di dalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas. Suatu contoh air
laut sebesar 1000 g berisi kurang lebih 35 g senyawa-senyawa terlarut yang secara kolektif
disebut garam. Dengan kata lain, 96,5% air laut berupa air murni dan 3,5% zat terlarut.
Banyaknya zat yang terlarut disebut salinitas. Zat-zat terlarut meliputi garam-garam anorganik,
senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas terlarut. Fraksi
terbesar dari bahan terlarut terdiri dari garam-garam anorganik yang berwujud ion-ion. Enam ion
anorganik membentuk 99,28% berat dari bahan anorganik padat. Air laut adalah suatu zat pelarut
yang bersifat sangat berdaya guna, yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih
besar dari pada zat cair lainnya.
Proses korosi dan Laju korosi di air laut
Proses korosi dalam air laut berlangsung karena adanya unsur-unsur kimia, oksigen yang larut
dan pengaruh bakteri. Korosi logam pada air laut nrengikuti mekanisme pada elektrokimia
dimana pada logam yang mengalami korosi terdapat tempat-tempat berupa anoda dan katoda.
Plat baja karbon dalam air laut mengalami laju korosi antara 0,1 sampai 0,15 mm pertahun,
namun jika serangannya berupa sumuran, penetrasi yang terjadi jauh lebih dalam1
Korosi yang melibatkan air disebut korosi basah (wet corrosion). Terdapat empat elemen
dasar dalam proses korosi, yaitu :
anoda
katoda
elektrolit
conducting circuit
Gambar di bawah menunjukkan proses korosi.
Gambar skema proses korosi
Ketika logam (misalnya besi) diletakkan dalam fluida, terkait perbedaan potensi di antara
logam yang berbeda, sejumlah permukaan logam lebih mudah terkorosi dibandingkan dengan
yang lainnya. Bagian logam yang mudah terkorosi disebut anoda, terlarut ke dalam fluida.
Reaksi yang terjadi pada korosi besi adalah :
Fe --> Fe+2 + 2e
Atom besi melepas 2 elektron, dan berubah menjadi ion besi. Elektron ini berjalan ke area lain di
permukaan besi, yang disebut katoda, di mana elektron dikonsumsi oleh ion dalam elektrolit.
Jika elektrolitnya adalah air, reaksi yang terjadi adalah :
2 H+ + 2e --> H2(g)
Ion hidrogen menangkap elektron dan berubah menjadi gas hidrogen.
Untuk melengkapi electric circuit, diperlukan larutan untuk menghantarkan arus dari anoda ke
katoda. Larutan itu disebut elektrolit. Air dengan padatan terlarut merupakan elektrolit yang
baik. Dibutuhkan juga jalur (path) untuk menghantarkan arus dari katoda ke anoda. Logam
menyediakan jalur dan menyempurnakan electric circuit. Oleh karena itu, anoda, katoda,
elektrolit, dan konduktor elektron merupakan elemen utama pada korosi logam.
Lingkungan pipa bawah laut merupakan lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya
proses korosi. Logam pada pipa berfungsi sebagai anoda, katoda, dan konduktor yang
menghubungkan keduanya. Air berfungsi sebagai elektrolit yang melengkapi sirkuit elektron.
Pipa terdiri dari logam-logam dengan kecenderungan terkorosi yang berbeda-beda. Bagian yang
kecenderungan terkorosinya lebih tinggi menjadi anoda, sedangkan yang lebih rendah menjadi
katoda.
Jumlah gas yang terlarut dalam air mempengaruhi korosi. Air yang tidak mengandung
gas-terlarut tidak menyebabkan masalah korosi. Sebaliknya, jika gas seperti oksigen, karbon
dioksida, dan hidrogen sulfida terlarut dalam air, air menjadi sangat korosif. Reaksi korosi yang
melibatkan ketiga gas tersebut disajikan sebagai berikut :
Karbon dioksida
Anoda : Fe --> Fe+2 + 2e
Katoda : CO2 + H2O --> H+ + HCO3- à 2H+ + CO3
-2
Reaksi keseluruhan : Fe+2 + CO3-2 --> FeCO3
Oksigen
Anoda : Fe --> Fe+2 + 2e
Katoda : O2 + 2 H2O --> 4 OH-
Reaksi keseluruhan : 4Fe+2 + 2 H2O + 3 O2 --> 4 Fe(OH)3 --> Fe2O3 + 3 H2O
Hidrogen sulfida
Anoda : Fe --> Fe+2 + 2e
Katoda : H2S + H2O --> H+ + HS- + H2O --> 2 H+ + S-2 + OH-
Reaksi keseluruhan : Fe+2 + S-2 --> FeS
Dari pembahasan di atas, jelas bahwa terdapat beberapa parameter yang dapat mengontrol reaksi
korosi, yaitu reaksi di katoda dan anoda, laju elektron dari anoda ke katoda, dan konduktivitas
elektrolit. Jika reaksi di anoda dan katoda dapat direduksi, misalnya dengan penggunaan
corrosion inhibitor untuk memperlambat perpindahan ion dalam elektrolit, laju korosi dapat
diperlmbat. Jika gas terlarut (oksigen, karbon dioksida, atau hidrogen sulfida) disisihkan, laju
korosi dapat dikurangi. Konduktivitas elektrolit dapat direduksi dengan penambahan bahan
kimia untk meningkatkan pH elektrolit.
Pengendalian korosi
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengendalikan korosi khususnya pada
struktur pipa bawah laut yaitu:
1. Pemilihan Material Pipa
Saat ini, telah ditemukan berbagai bahan logam yang bisa dimanfaatkan untuk segala bentuk
kegiatan industri di dunia ini. Namun, sayangnya dari sekian banyak logam yang telah
ditemukan itu, bisa dikatakan bahwa tak banyak dari logam-logam yang telah ditemukan tersebut
yang tahan terhadap jenis-jenis korosi. Salah satu upaya pencegahan korosi untuk efisiensi
operasi dan pemeliharaan adalah dengan menggunakan logam-logam yang tahan terhadap
beberapa jenis korosi tertentu yang secara potensial dikandung oleh suatu jenis proses
produksi/pengolahan.
2. Coating
Pada stuktur pipa bawah laut, lapisan pelindung (coating) merupakan penghalang pertama dalam
menahan korosi. Pelapisan pelindung pada pipa bawah laut ini dimaksudkan untuk melindungi
dan melapisi pipa dari lingkungannya agar secara fisik dapat efektif memisahkan baja dari
lingkungannya yang berpotensi menimbulkan korosi. Pelapisan (coating) ini dapat berupa
pelapisan dengan logam lain yang sifatnya lebih anodik.
3. Pemakaian Inhibitor
Inhibitor korosi merupakan zat organik dan anorganik yang bila ditambahkan ke dalam
lingkungan yang korosif akan menghambat atau menurunkan laju korosi. Inhibitor korosi
digunakan untuk melindungi pipa dari serangan korosi akibat aliran fluida. Umumnya inhibitor
korosi ini berasal dari senyawa-senyawa organik dan anorganik yang mengandung gugus-gugus
yang memiliki pasangan elektron bebas, seperti nitrit, kromat, fosfat. Pemakaian inhibitor pada
pipa bawah laut biasanya digunakan untuk menangani permasalahan korosi internal pada pipa.
Korosi internal yang diakibatkan oleh aliran fluida yang memiliki fasa jamak yang terdiri dari air
dan kontaminannya seperti O2, H2S, CO2 akan menyebabkan terjadinya korosi pada internal
pipa. untuk menghambat laju korosi pada internal pipa terjadi dengan cepat, diperlukan
pengendalian terhadap korosi tersebut salah satunya dengan pemakaian inhibitor melalui
teknologi pigging.
4. Cathodic Protection
Cathodic protection merupakan suatu metode perlidungan terhadap suatu logam dari serangan
korosi. Jika terjadi korosi, perlindungan katodik dapat digunakan untuk menghentikan proses
korosi tersebut. Meskipun demikian, perlindungan katodik hanya dapat mengentikan proses
korosi tetapi tidak dapat mengembalikan material yang telah terkorosi sebelumnya. Pada
dasarnya korosi merupakan proses elektrokimia dimana reaksi elektrokimia terjadi lewat
pertukaran elektron. Sistem anti korosi pada perlindungan katodik menghalangi terjadinya reaksi
korosi yang muncul dengan cara mencegah terjadinya pertukaran elektron.
Pipa di bawah tanah
Salah satu penggunaan logam sebagai bahan dasar adalah pembuatan saluran dari pipa.
Dalam aplikasi pada umumnya, saluran pipa dapat dipasang di bawah tanah atau sekitar
permukaan tanah, maka kemungkinan untuk terjadinya kerusakan adalah sangat besar sehingga
perlu diketahui beberapa hal yang berpengaruh terhadap pipa, terutama lingkungan dimana pipa
tersebut terpasang . Karena apabila kerusakan akibat korosi ini dibiarkan berlarut - larut maka
akan terjadi kerusakan dan kebocoran yang akan menyebabkan turunnya efesiensi suplay air
yang melewati pipa tersebut.
Proses korosi dalam tanah
Meskipun tanah sebagai lingkungan yang korosif namun merupakan pula lingkungan
yang lebih kompleks dari lingkungan lainnya. Sehubungan dengan itu maka sangat
memungkinkan buat kita membuat beberapa hal umum yang berhubungan dengan korosi tanah .
Korosi dalam tanah adalah suatu variabel yang dapat bervariasi dari yang cepat sampai yang
dapat diabaikan, ini dapat dilihat oleh kenyataan yang terjadi pada pipa–pipa yang terpasang
dalam tanah.
Korosi dalam tanah adalah proses elektrolisa dan mekanismenya adalah elektrokimia,
tetapi kondisi dalam tanah dapat bervariasi dari permukaan sampai terbenam seluruhnya.
Kondisi–kondisi yang mempengaruhi antara lain kepadatan tanah serta uap air di dalam tanah
dengan kondisi kering, uap air sebagian besar disimpan dalam pori - pori tanah. Dalam hal ini
kelembaban tanah adalah penting, sehingga tanah kering dan berpasir secara umum akan kurang
korosif dari pada tanah liat dan basah.
Kenyataan korosi pada tanah akan tergantung dari interaksi antara curah hujan, iklim dan
reaksi – reaksi dalam tanah. Tanah itu heterogen sehingga variasi dalam komposisi tanah atau
teksturnya dapat terjadi dalam lingkungan yang berbeda untuk permukaan logam yang sama. Hal
ini akan menambah potensi elektris metal antara permukaan bagian dalam tanah .sehingga akan
mengakibatkan terbentuknya daerah katodik atau daerah anodik utama serta lintasan yang dilalui
logam tanah.
Perbedaan konsentrasi Oksigen atau perbedaan keasaman/konsentrasi garam dapat
membantu dalam mempercepat kenaikan sel–sel korosi. Jarak pisah antara daerah katodik
dengan daerah anodik dapat berkisar dari yang sangat kecil sampai yang bermil–mil ( korosi
lintasan panjang
Penyebaran dan sirkulasi Oksigen
Kulit tanah dapat terdiri dari air dan udara atmosfir ,dengan demikia lokasi tanah
berhubungan langsung terhadap seluruh persen permukaan tanah dan terhadap kondisi air.
Permukaan tanah yang baik dalam hubunganya dengan tanah liat lebih menutup partikel dan
mempunyai sedikit kapasitas kulit tanah untuk difusi gas dari pada jenis tanah yang terbuka
seperti pasir.
Kadar oksigen pada tekana atmosfir tanah adalah hal yang penting dalam korosi .pada umunya
gas yang diasumsikan bahwa pada lapisan paling atas adalah sama dengan kondisi pada lapisan
bawah kecuali untuk kadar CO2 yang tinggi dari data menunjukkan bahwa kadar O2 (Oksigen)
penting bagi teknik korosi
Unsur dalam tanah
Unsur – unsur yang terpenting dalam kimia tanah pada dasarnya terbagi atas dua
bagian ,yaitu unsur makro dan unsur mikro . Unsur–unsur makro adalah antara lain
Nitrogen ,Fosfor ( P ) , Kalium (K), Kalsium (Ca) ,Magnesium (Mg), Belerang (S ). Sedangkan
unsur–unsur mikro antara lain adalah Besi (Fe), Mangan (Mn) ,Tembaga (Cu) ,Seng (Zn) ,
Borium ( B ) ,Molibdenum ( Mo ) dan Chlor ( Cl ).
Ada dua macam sumber unsur dalam tanah yaitu pertama: Unsur yang terjerap dalam
permukaan koloid dan kedua garam yang terdapat dalam larutan tanah . Dalam kedua hal itu
unsur terdapat dalam bentuk ion seperti K + ,Ca +2 ,Cl- dan SO4-2. ion yang bermuatan positif
diserap oleh koloid ,sedangkan ion negatif dan sebagian kecil dari kation berada dalam larutan
tanah.
Pipa Baja Karbon
pipa jenis galvanis iron pipe ( GIP ) merupakan baja karbon menengah dan berstruktur
mikro ferit, baja ini dalam lingkungan asam tidak tahan dan mudah retak ( keropos). Penerapan
baja dalam lingkungan asam ketahanan korosinya sangat buruk Fontana ( 1986), hanya bisa
diterapkan bila permintaan ekonomi menghendaki demikian, tetapi penggantian menjadi sering.
Bahan yang sesuai dengan lingkungan asam adalah paduan yang diperkaya dengan silikon ( 14%
atau lebih ) dengan harga yang lebih mahal dibanding dengan baja. Hasil pemeriksaan struktur
mikro pipa di laboratorium ,maka komposisi kimia untuk baja galvanis yang berkelas light 0,06 –
0,18 % Carbon, 0,27 – 0,63 % Mangan, 0,048% Posfor dan 0,058 % Belerang
Proses Korosi merupakan kebalikan dari proses metalurgi, dan produk korosi pada baja antara
lain[12]:
2Fe + 2H2O + O2 ~> 2Fe(OH)2
2Fe(OH)2 + H2O + O2 ~> 2Fe(OH)3
Jenis Korosi
Kebanyakan pipa pada jalur pipa underground menggunakan materialyang terbuat dari baja
karbon berdasarkan spesifikasi American PetrouleumInstitute API 5L dimana komposisinya
terdiri dari karbon, magnesium, mangan,fosfor, sulfur dan besi. Paduan yang ditambahkan ini
terkadang tidak cukup kuatmenahan korosi yang terjadi sehingga pipa tersebut akan mengalami
berbagai
korosi dilingkungan tanah, seperti general corrosion, pitting corrosion, dan stresscorrosion
cracking (SCC).[ASM 13: Corrosion]
Stress Corrosion Cracking (SCC)
Stress corrosion cracking (SCC) didefinisikan sebagai retak pada materialakibat kombinasi
antara korosi dan kekuatan tarik yang rendah pada materialakibat tegangan sisa pada saat proses
fabrikasi. Ada dua jenis SCC eksternal padajalur pipa underground, yaitu; SCC pada pH tinggi
(SCC klasik), dan juga near-netral–pH SCC ( SCC pada pH rendah ). Karakteristik kedua jenis
SCC tersebutmerupakan perkembangan dari kumpulan retak permukaan pada pipa yangmenyatu
membentuk cacat yang panjang. Pada beberapa kasus, pertumbuhan danpenggabungan retak
pada SCC ini bisa menyebabkan kebocoran pada jalur pipa.SCC pada pH tinggi biasanya
berbentuk intergranular, dimana retak merambat diantara dua butir pada logam. Sedangkan untuk
SCC pada pH rendah, retakbiasanya merambat memotong batas butir.SCC
biasanya terjadinya melalui 4 tahapan proses. Pada taha pertama,kondisi yang menyebabkan
inisiasi retak SCC terjadi pada permukaan pipa.Rusaknya lapisan coating serta adanya elektrolit
pada permukaan pipa,merupakan kondisi yang memicu terjadinya inisiasi retak. Pada tahap dua,
retakmulai berinisiasi, tumbuh, dan merambat. Pada tahap tiga, retak tersebut mulaimenyatu.
Dan akhirnya pada tahap empat, terjadi penyatuan retak dalam skala besar dan terjadilah
kegagalan pada pipa. Untuk terjadinya proses SCC, ada tiga kondisi yang harus dipenuhi,yaitu:
lingkungan yang berpotensi untuk terjadinya SCC pada permukaan pipa,material pipa yang
rentan mengalami SCC, dan nilai tegangan tarik (tensile stress)yang memungkinan terjadinya
SCC.