batuan beku basa dan ultrabasa.doc
DESCRIPTION
batuan beku basa dan ultrabasa.docTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi. Petrografi ini juga
merupakan tingkat lanjutan dari mata kuliah sebelumnya yaitu mineral optik. Dalam
prakteknya, petrografi mengamati sayatan tipis batuan menggunakan mikroskop
polarisasi. Jadi, pada dasarnya praktikum petrografi hampir sama dengan mineral
optik, yang membedakan yaitu pada praktikum petrografi, mengamati keseluruhan
mineral pada batuan yang nantinya dapat menentukan nama batuan tersebut.
Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja.
Pada praktikum petrografi kali ini, merupakan tahap lanjutan dari praktikum
sebelumnya, dimana pada praktikum ini akan lebih spesifik membahas mengenai
cara mengetahui nama batuan beku basa dan batuan beku ultrabasa berdasarkan
analisis petrografinya.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dilakukan praktikum ini yaitu sebagai salah satu metode atau cara
untuk membantu praktikan dalam menentukan nama batuan beku basa dan ultrabasa
1.2.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu :
1. Praktikan dapat mengetahui cara menentukan nama batuan beku basa dan
ultrabasa berdasarkan analisis petrografi.
2. Praktikan dapat menentukan presentase mineral pada suatu sayatan tipis
batuan.
3. Praktikan dapat mengetahui tekstur batuan beku.
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
1. Mikroskop polarisasi
2. Lap kasar
3. Lap halus
4. Penggaris
5. Penghapus
6. Pulpen
7. Pensil
8. Kertas A4
9. Buku penuntun praktikum
10. Buku Rocks and Mineral
11. Pensil warna, dan
12. LKP (Lembar Kerja Praktikum)
1.3.2 Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
1. Sampel sayatan tipis BB 05, BB 15, dan BB 08
1.4 Prosedur Kerja
Tahapan – tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan praktikum ini yaitu
sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Melengkapi alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum
kemudian menyiapkan alat – alatnya yang akan digunakan dalam praktikum.
2. Tahap Praktikum
Meletakkan sayatan tipis pada meja preparat kemudian menggunakan
nikol sejajar dan nikol silang. Kemudian menentukan mineral – mineral yang
terdapat pada sayatan tipis batuan. Kemudian menentukan presentase mineral
– mineral yang terkandung pada sayatan tipis batuan tersebut.
3. Tahap Pengerjaan Laporan
Membuat laporan setelah kegiatan praktikum selesai. Laporan
pertama diasistensikan di laboratorium petrografi kemudian asistensi
selanjutnya kepada asisten masing – masing kelompok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bowen Reaction Series
Bowen menentukan bahwa mineral spesifik dari temperatur tertentu hasil
pendinginan magma. Pada temperatur tinggi akan berasosiasi dengan magma mafik
dan intermediet, secara umum kemajuan ini dibagi menjadi dua cabang. Cabang
pertama Continuous menjelaskan mengenai evolusi plagioklas feldspar mulai dari
yang kaya calsium (Ca) dan kaya sodium (Na).
Cabang berikutnya discontinuous mendeskripsikan formasi atau bentuk
mineral mafik seperti olivine, pyroxene, amphibole dan bitotit mika. Hal aneh yang
ditemukan pada Bowen adalah mengenai bagian discontinuous. Bowen disusun suatu
seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.
Bowen’s Reaction Series merupakan urut-urutan pendinginan batuan beku.
Sedangkan batuan beku atau igneous rock itu sendiri adalah batuan yang terbentuk
dari proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava
di permukaan bumi. Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F
Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang
pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500 – 2.500ºC dan
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile
(air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab
mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral
yang lazim dijumpai dalam batuan beku. Pada saat magma mengalami penurunan
suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral – mineral akan terbentuk.
Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran
mineral-mineral silikat (magma), oleh NL.
Temperatur tertentu magma dapat menghasilkan olivine, tetapi jika magma
yang sama mengalami pendinginan lebih lanjut, olivine akan bereaksi dengan magma
yang terbentuk terakhir, dan mengubah mineral selanjutnya pada seri tersebut dalam
hal ini (pyroxene). Pendinginan lebih lanjut dan pyroxene berubah ke amphibole dan
kemudian ke biotit.
Dari diagram di atas, sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, dan yang
pertama kali terbentuk adalah olivin pada temperatur yang sangat tinggi (1.200ºC)
dengan proporsi besi-magnesium dan silikon adalah 2:1 dan membentuk komposisi
(Fe2Mg)2SiO4. Tetapi jika magma jenuh oleh SiO2, maka piroksen yang terbentuk
pertama kali, dengan perbandingan antara besi-magnesium dengan silikon adalah 1:1
membentuk komposisi (MgFe)SiO3 pada temperatur yang lebih rendah.
Olivin dan piroksen merupakan pasangan Incongruent Melting, di mana
setelah pembentukan, olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk piroksen.
Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral berjalan sesuai dengan
temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah biotit. Karena terjadi
demikian maka reaksi ini disebut dengan reaksi diskontinyu atau reaksi tidak
menerus.
Seri berikutnya yang ada di sebelah kanan mewakili kelompok plagioklas
karena didominasi atau hanya terdapat mineral plagioklas. Pada temperatur yang
sangat tinggi (1.200ºC) yang mengkristal adalah plagioklas-Ca, di mana
komposisinya didominasi oleh kalsium dan sebagian kecil silikon dan aluminium.
Pengkristalan selanjutnya yang berlangsung secara menerus, komposisi Ca akan
semakin berkurang dan kandungan Na (sodium) akan semakin meningkat, sehingga
pengkristalan terakhir adalah plagioklas-Na. Reaksi pada seri ini disebut seri
kontinyu karena berlangsung secara terus menerus. Mineral mafik dan plagioklas
bertemu pada mineral potasium feldspar dan menerus ke mineral yang stabil, yang
tidak mudah terubah menjadi mineral lain pada temperatur sekitar 600ºC.
2.2 Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa
proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plugtonik)
maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat
berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel
ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-
proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi.
Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar
terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
2.3 Batuan Beku Basa
Kenampakan dari batuan ini memperlihatkan warna terang atau keputihan,
kadang merah keabu-abuan atau abu-abu terang. Ukuran butir halus-kasar, bahkan
dapat menunjukkan butiran yang sangat halus mnyerupai kaca seperti obsidian,
akibat pembekuan yang sangat cepat. Selain itu juga dapat ditemukan ukuran yang
sangat kasar seperti pegmatit. Batuan beku asam dapat ditemukan dalam bentuk
Batholith, Laccolith, Lapolith dan intrusi besar lainnya.
Batuan beku asam cenderung membentuk suatu tubuh intrusi yang besar
karena sifat kekentalan magmanya yang tinggi, sehingga tidak bisa melalui celah-
celah yang sempit dalam bentuk dyke atau sill. Ciri khas dari batuan beku asam
adalah kelimpahan dari potash feldspar dibanding jenis plagioklas. Temperatur
pembekuan batuan beku asam sekitar 800o C.
Kondisi ini kebanyakan tidak mampu melarutkan batuan sampingnya,
sehingga tingkat proses asimilasi yang terjadi kecil. Sebaliknya banyak ditemukan
xenolith-xenolith terutama pada tepi tubuh batuan beku luarnya. Yang termasuk
batuan beku asam yaitu : Granit, Aplit, Pegmatit, Riolit, Obsidian, Pumis, Sienit Dan
Trakit.
2.4 Batuan Beku Intermediet
Batuan beku Intermediet berwarna agak lebih gelap dari pada batuan beku
asam yaitu abu-abu hingga abu-abu kehitaman . Mempunyai ukuran butir halus
sampai kasar. Bentuk intrusi dari batuan beku inrtermedit ini kebanyakan termasuk
Laccolith, Lapolith, Dtyke dan Sill. Bentuk-bentuk intrusi ini dikontrol oleh
kekentalan magmanya yang menengah. Sebagian dapat melalui celah-celah yang
agak sempit dalam bentuk dyke atau sill.
Komposisi jenis-jenis feldspar sudah mulai adanya perimbangan antara potash
feldspar dan plagioklas. Temperatur pembekuan sekitar 900oC, proses asimilasi
mulai nampak dan dapat ditemukan xenolith-xenolith sifatnya basa pada tepi tubuh
intrusi atau pada batuan beku luarnya.
Berdasarkan perbandingan jenis-jenis feldsparnya, maka batuan beku
Intermediet dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan yaitu :
Batuan dengan komposisi potash feldspar dan plagioklas hampir sama; terdiri
dari granodiorit – andamellit – monzonit dan latit – dasit.
Batuan dengan komposisi plagioklas lebih dominan dari pada potash feldspar ,
terdiri dari : diorit – tonalit dan andesit – dasit.
Batuan beku Intermediet paling banyak memperlihatkan pelapukan spheroidal,
karena banyak mengandung mineral feldspar. Lebih lagi apabila batuan ini telah
mengalami kenaikan tekanan dan temperatur. Mineral-mineral felsdpar yang telah
mengalami pelapukan tersebut dapat menjadi mineral-mineral kaolin. Baik gejala
spheroidal maupun kaolinisasi dapat ditemukan pada batuan beku Intermediet yang
telah megalami pensesaran.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sampel 1
Nomor Peraga : BB 08 Nama : Dian Dwi P Acara : Batuan Beku Basa dan Ultrabasa NIM : D611 13 311Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan BekuTipe Stuktur (Type of Structure) : MassifKlasifikasi (Classification) : IUGS, 1967Mikroskopis (Microscopic) :Tidak berwarna - orange, bentuk mineral euhedral-subhedral, ukuran mineral 0,16 mm – 2,5 mm, warna interferensi berwarna orange, tekstur ofitik dengan mineral terdiri dari piroksin, plagioklas, kuarsa, olivin dan ortoklas.
Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)Komposisi Mineral
Compotition of MineralJumlahAmount
(%)
Keterangan Optik mineralDescription of Optical Mineralogy
Piroksin 28,33
Berwarna transparan, pleokrisme monokroik, intensitas kuat, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 1,6 mm, warna interferensi orange, sudut gelapan 30o, jenis gelapan miring.
Plagioklas 41,67
Berwarna transparan, tidak ada pleokrisme, intensitas kuat, relief tinggi, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 1,24 mm, warna interferensi kecokelatan, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris.
Olivin 18,33
Berwarna cokelat, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,8 mm, warna interferensi kehijauan, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris.
Kuarsa 6,67
Berwarna kuning, tidak ada pleokroisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,3 mm, warna interferensi kecokelatan, sudut gelapan 22,5o, jenis gelapan miring.
Ortoklas 5
Tidak berwarna, tidak mempunyai pleokroisme, intensitas kuat, relief tinggi, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,26 mm, warna interferensi coklat tua, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris
Berdasarkan pengamatan mineral pada sampel II diketahui bahwa komposisi
mineral yang terdapat pada sampel batuan ini antara lain piroksin, plagioklas, olivin,
ortoklas, dan kuarsa dengan persentase mineral sebagai berikut:
Mineral I (%) II (%) III (%)Rata-Rata
(%)
Piroksin 40 25 20 28,33
Plagioklas 40 40 45 41,67
Olivin 10 20 25 18,33
Kuarsa 5 10 5 6,67
Ortoklas 5 5 5 5
Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah
Porfiri Gabro (Travis, 1955). Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku, karena
terbentuk melalui proses pembekuan magma yang di awali oleh pergerakan magma
menuju ke permukaan bumi oleh karena adanya tekanan dari dalam bumi. Seiring
dengan perjalanannya, magma mengalami penurunan temperatur yang menyebabkan
pembentukan mineral – mineral penyusun batuan ini. Mineral yang pertama kali
terbentuk yaitu plagioklas dengan suhu sekitar 1100 – 1200o C, menurut Bowen
Reaction Series, kemudian magma mengalami penurunan temperatur sehingga
terbentuk mineral piroksin dengan suhu sekitar 1000o – 1100o C, Hornblende dengan
suhu 800o - 900o C,. Hadirnya massa dasar ( Glass ) dapat diakibatkan oleh proses
pendinginan magma yang cepat.
3.2 Sampel 2
Nomor Peraga : BB 15 Nama : Dian Dwi PAcara : Batuan Beku Basa dan Ultrabasa NIM : D611 13 311Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan BekuTipe Stuktur (Type of Structure) : MassifKlasifikasi (Classification) : R.B.Travis, 1955Mikroskopis (Microscopic) :Berwarna kuning kecokelatan, bentuk mineral euhedral-subhedral, ukuran mineral 0,12 mm – 2 mm, warna interferensi berwarna merah kecokelatan, tekstur poikilitik dengan mineral terdiri dari piroksin, plagioklas, olivin dan kuarsa.
Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)Komposisi Mineral
Compotition of MineralJumlahAmount
(%)
Keterangan Optik mineralDescription of Optical Mineralogy
Piroksin 34
Berwarna transparan, pleokrisme monokroik, intensitas kuat, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,8 mm, warna interferensi orange - hijau, sudut gelapan 35o, jenis gelapan miring.
Plagioklas 36.67
Berwarna transparan, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,3 mm, warna interferensi kuning, sudut gelapan 22,5o, jenis gelapan miring. Kebaran kalsbad
Olivin 23.33
Berwarna cokelat, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 4,1 mm, warna interferensi kehijauan, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris.
Kuarsa 6
Berwarna kuning - orange, pleokrisme monokroik, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,5 mm, warna interferensi biru - ungu, sudut gelapan 42,5o, jenis gelapan miring.
Berdasarkan pengamatan mineral pada sampel I diketahui bahwa komposisi
mineral yang terdapat pada sampel batuan ini antara lain piroksin, plagioklas, olivin
dan kuarsa dengan persentase mineral sebagai berikut:
Mineral I (%) II (%) III (%)Rata-Rata
(%)
Piroksin 25 32 45 34
Plagioklas 40 35 35 36,67
Olivin 30 25 15 23,33
Kuarsa 5 8 5 6
Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah
Porfiri Gabro (Travis, 1955).
Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku, karena terbentuk melalui proses
pembekuan magma yang di awali oleh pergerakan magma menuju ke permukaan
bumi oleh karena adanya tekanan dari dalam bumi. Seiring dengan perjalanannya,
magma mengalami penurunan temperatur yang menyebabkan pembentukan mineral
– mineral penyusun batuan ini. Mineral yang pertama kali terbentuk yaitu plagioklas
dengan suhu sekitar 1100 – 1200o C, menurut Bowen Reaction Series, kemudian
magma mengalami penurunan temperatur sehingga terbentuk mineral piroksin
dengan suhu sekitar 1000o – 1100o C, Hornblende dengan suhu 800o - 900o C,.
Hadirnya massa dasar ( Glass ) dapat diakibatkan oleh proses pendinginan magma
yang cepat.
3.3 Sampel 3
Nomor Peraga : BB 05 Nama : Sandri Hidayat Acara : Batuan Beku Basa dan Ultrabasa NIM : D611 13 007Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan BekuTipe Stuktur (Type of Structure) : MassifKlasifikasi (Classification) : R.B.Travis, 1955Mikroskopis (Microscopic) :Berwarna kuning kehijauan, bentuk mineral euhedral-subhedral, ukuran mineral 0,16 mm – 1,7 mm, warna interferensi berwarna hijau kecokelatan, tekstur ofitik dengan mineral terdiri dari piroksin, plagioklas, biotit, olivin dan massa dasar.
Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)Komposisi Mineral
Compotition of MineralJumlahAmount
(%)
Keterangan Optik mineralDescription of Optical Mineralogy
Piroksin 25
Berwarna transparan, pleokrisme monokroik, intensitas kuat, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 1,2 mm, warna interferensi orange, sudut gelapan 41,5o, jenis gelapan miring.
Plagioklas 8,33
Berwarna transparan, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,4 mm, warna interferensi putih kecokelatan, sudut gelapan 40o, jenis gelapan miring.
Olivin 50
Berwarna cokelat, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 1,4 mm, warna interferensi kehijauan, sudut gelapan 43,5o, jenis gelapan simetris.
Biotit 3,33
Berwarna kuning kecokelatan, pleokrisme monokroik, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,6 mm, warna interferensi hijau kecokelatan, sudut gelapan 50o, jenis gelapan miring.
Massa Dasar 13,34Transparan pada nikol sejajar dan putih keabu-abuan pada nikol silang.
Berdasarkan pengamatan mineral pada sampel II diketahui bahwa komposisi
mineral yang terdapat pada sampel batuan ini antara lain piroksin, plagioklas, olivin
dan biotit dengan persentase mineral sebagai berikut:
Mineral I (%) II (%) III (%) Rata-Rata (%)
Olivin 60 40 50 50
Piroksin 20 30 25 25
Biotit 3 2 5 3,33
Plagioklas 7 8 10 8,33
Massa Dasar 10 20 10 13,34
Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah
Porfiri Peridotit (Travis, 1955).
Batuan ini adalah batuan beku yaitu batuan yang terbentuk dari hasil
pembekuan atau kristalisasi magma. Batuan ini termasuk batuan beku dalam/intrusif
ultrabasa yang terbentuk di bawah permukaan bumi yaitu pada bagian kerak
samudera dan berasal dari magma yang bersifat ultrabasa sampai basa.
Peridotit biasanya dalam bentuk tubuh batuan beku dike atau sill, yang
pendinginannya secara umum sangat lambat sehingga memungkinkan tumbuhnya
kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya namun ketika sudah mendekati
permukaan secara perlahan suhu magma pun berkurang sehingga pendinginan terjadi
relatif lebih cepat dari sebelumnya dan membentuk kristal-kristal yang kecil dan
bentuknya tidak lagi sempurna dan batuan ini berstruktur pejal atau masif disebabkan
karena tidak mengalami gaya endogen yang mengakibatkan adanya retakan.
Berdasakan pada tekstur batuan ini, maka dapat diketahui bahwa proses
pembentukan batuan ini berlangsung lama.
Batuan ini biasa berasosiasi dengan Dunite, Harzburgite, Lherzolite dan Pyroxenite.
Batuan ini merupakan batuan induk pembawa Nikel. Menurut Vinogradov batuan
ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut
terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi
terhadap atom Fe dan Mg. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit
akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan mengubah batuan peridotit menjadi
batuan serpentinit atau batuan serpentinit peridotit
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan prakktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan pengamatan sayatan tipis batuan, dapat diketahui sampel BB. 15
dan BB. 08 merupakan batuan porfiri gabro dan sampel BB. 05 merupakan
batuan porfiri peridotit. Penentuan nama batuan beku ini menggunakan
klasifikasi travis, 1955.
2. Persentase mineral pada sampel BB 15 yaitu piroksin 34%, plagioklas
36,67%, olivin 23,33 %, dan kuarsa 6%, Persentase mineral pada sampel BB
08 yaitu piroksin 28,33 %, plagioklas, 41,67%, Olivin 18,33%, kuarsa 6,67%
dan ortoklas 5%, dan Persentase mineral pada BB 05 yaitu piroksin 25%,
olivine 50%, biotit 3,33%, plagioklas 8,33, dan massa dasar 13,34%
3. Tekstur yang ditemukan pada sampel sayatan tipis kali ini yaitu tekstur ofitik,
dan tekstur poikilitik
4.2 Saran
4.2.1 Saran Untuk Laboratorium
Peralatan yang kurang memadai sebaiknya diganti dan yang masih bisa
digunakan sebaiknya dijaga dan dipelihara dengan baik
4.2.1 Saran Untuk Asisten
Semoga asisten dapat lebih sabar dalam menghadapi praktikan
DAFTAR PUSTAKA
Geografi.2012. Bowen Reaction
Series.http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2012 /02/bowens-reaction-
series.html Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 pada pukul 04.20 Wita
Graha, Doddy S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Penerbit Nova.
Jusri.2012. Batuan Beku. http://jus-jusri.blogspot.co.id/2012/07/batuan-beku-batuan
beku-merupakan-batuan.html Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 pada
pukul 04.30 Wita
Rizqi.2013. Batuan Beku. http://rizqigeos.blogspot.co.id/2013/04/batuan-beku_3785
html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 pada pukul 04.00 Wita