batuan beku basa dan ultrabasa.doc

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi. Petrografi ini juga merupakan tingkat lanjutan dari mata kuliah sebelumnya yaitu mineral optik. Dalam prakteknya, petrografi mengamati sayatan tipis batuan menggunakan mikroskop polarisasi. Jadi, pada dasarnya praktikum petrografi hampir sama dengan mineral optik, yang membedakan yaitu pada praktikum petrografi, mengamati keseluruhan mineral pada batuan yang nantinya dapat menentukan nama batuan tersebut. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja. Pada praktikum petrografi kali ini, merupakan tahap lanjutan dari praktikum sebelumnya, dimana pada praktikum ini akan lebih spesifik membahas mengenai cara mengetahui nama batuan beku basa dan batuan beku ultrabasa berdasarkan analisis petrografinya.

Upload: ibnu-ansorullah-almansani

Post on 03-Dec-2015

546 views

Category:

Documents


106 download

DESCRIPTION

batuan beku basa dan ultrabasa.doc

TRANSCRIPT

Page 1: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi. Petrografi ini juga

merupakan tingkat lanjutan dari mata kuliah sebelumnya yaitu mineral optik. Dalam

prakteknya, petrografi mengamati sayatan tipis batuan menggunakan mikroskop

polarisasi. Jadi, pada dasarnya praktikum petrografi hampir sama dengan mineral

optik, yang membedakan yaitu pada praktikum petrografi, mengamati keseluruhan

mineral pada batuan yang nantinya dapat menentukan nama batuan tersebut.

Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja.

Pada praktikum petrografi kali ini, merupakan tahap lanjutan dari praktikum

sebelumnya, dimana pada praktikum ini akan lebih spesifik membahas mengenai

cara mengetahui nama batuan beku basa dan batuan beku ultrabasa berdasarkan

analisis petrografinya.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Maksud dilakukan praktikum ini yaitu sebagai salah satu metode atau cara

untuk membantu praktikan dalam menentukan nama batuan beku basa dan ultrabasa

1.2.2 Tujuan

Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu :

1. Praktikan dapat mengetahui cara menentukan nama batuan beku basa dan

ultrabasa berdasarkan analisis petrografi.

Page 2: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

2. Praktikan dapat menentukan presentase mineral pada suatu sayatan tipis

batuan.

3. Praktikan dapat mengetahui tekstur batuan beku.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu

1. Mikroskop polarisasi

2. Lap kasar

3. Lap halus

4. Penggaris

5. Penghapus

6. Pulpen

7. Pensil

8. Kertas A4

9. Buku penuntun praktikum

10. Buku Rocks and Mineral

11. Pensil warna, dan

12. LKP (Lembar Kerja Praktikum)

1.3.2 Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu

1. Sampel sayatan tipis BB 05, BB 15, dan BB 08

Page 3: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

1.4 Prosedur Kerja

Tahapan – tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan praktikum ini yaitu

sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Melengkapi alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum

kemudian menyiapkan alat – alatnya yang akan digunakan dalam praktikum.

2. Tahap Praktikum

Meletakkan sayatan tipis pada meja preparat kemudian menggunakan

nikol sejajar dan nikol silang. Kemudian menentukan mineral – mineral yang

terdapat pada sayatan tipis batuan. Kemudian menentukan presentase mineral

– mineral yang terkandung pada sayatan tipis batuan tersebut.

3. Tahap Pengerjaan Laporan

Membuat laporan setelah kegiatan praktikum selesai. Laporan

pertama diasistensikan di laboratorium petrografi kemudian asistensi

selanjutnya kepada asisten masing – masing kelompok.

Page 4: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bowen Reaction Series

Bowen menentukan bahwa mineral spesifik dari temperatur tertentu hasil

pendinginan magma. Pada temperatur tinggi akan berasosiasi dengan magma mafik

dan intermediet, secara umum kemajuan ini dibagi menjadi dua cabang. Cabang

pertama Continuous menjelaskan mengenai evolusi plagioklas feldspar mulai dari

yang kaya calsium (Ca) dan kaya sodium (Na). 

Cabang berikutnya discontinuous mendeskripsikan formasi atau bentuk

mineral mafik seperti olivine, pyroxene, amphibole dan bitotit mika. Hal aneh yang

ditemukan pada Bowen adalah mengenai bagian discontinuous. Bowen disusun suatu

seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series. 

  Bowen’s Reaction Series merupakan urut-urutan pendinginan batuan beku.

Sedangkan batuan beku atau igneous rock itu sendiri adalah batuan yang terbentuk

Page 5: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

dari proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava

di permukaan bumi. Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F

Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang

pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500 – 2.500ºC dan

bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.

Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile

(air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab

mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral

yang lazim dijumpai dalam batuan beku. Pada saat magma mengalami penurunan

suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral – mineral akan terbentuk.

Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran

mineral-mineral silikat (magma), oleh NL.

Temperatur tertentu magma dapat menghasilkan olivine, tetapi jika magma

yang sama mengalami pendinginan lebih lanjut, olivine akan bereaksi dengan magma

yang terbentuk terakhir, dan mengubah mineral selanjutnya pada seri tersebut dalam

hal ini (pyroxene). Pendinginan lebih lanjut dan pyroxene berubah ke amphibole dan

kemudian ke biotit.

Dari diagram di atas, sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, dan yang

pertama kali terbentuk adalah olivin pada temperatur yang sangat tinggi (1.200ºC)

dengan proporsi besi-magnesium dan silikon adalah 2:1 dan membentuk komposisi

(Fe2Mg)2SiO4. Tetapi jika magma jenuh oleh SiO2, maka piroksen yang terbentuk

pertama kali, dengan perbandingan antara besi-magnesium dengan silikon adalah 1:1

membentuk komposisi (MgFe)SiO3 pada temperatur yang lebih rendah.

Page 6: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

Olivin dan piroksen merupakan pasangan Incongruent Melting, di mana

setelah pembentukan, olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk piroksen.

Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral berjalan sesuai dengan

temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah biotit. Karena terjadi

demikian maka reaksi ini disebut dengan reaksi diskontinyu atau reaksi tidak

menerus.

Seri berikutnya yang ada di sebelah kanan mewakili kelompok plagioklas

karena didominasi atau hanya terdapat mineral plagioklas. Pada temperatur yang

sangat tinggi (1.200ºC) yang mengkristal adalah plagioklas-Ca, di mana

komposisinya didominasi oleh kalsium dan sebagian kecil silikon dan aluminium.

Pengkristalan selanjutnya yang berlangsung secara menerus, komposisi Ca akan

semakin berkurang dan kandungan Na (sodium) akan semakin meningkat, sehingga

pengkristalan terakhir adalah plagioklas-Na. Reaksi pada seri ini disebut seri

kontinyu karena berlangsung secara terus menerus. Mineral mafik dan plagioklas

bertemu pada mineral potasium feldspar dan menerus ke mineral yang stabil, yang

tidak mudah terubah menjadi mineral lain pada temperatur sekitar 600ºC.

2.2 Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis

batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa

proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plugtonik)

maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat

berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel

ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-

Page 7: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi.

Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar

terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

2.3 Batuan Beku Basa

Kenampakan dari batuan ini memperlihatkan warna terang atau keputihan,

kadang merah keabu-abuan atau abu-abu terang. Ukuran butir halus-kasar, bahkan

dapat menunjukkan butiran yang sangat halus mnyerupai kaca seperti obsidian,

akibat pembekuan yang sangat cepat. Selain itu juga dapat ditemukan ukuran yang

sangat kasar seperti pegmatit. Batuan beku asam dapat ditemukan dalam bentuk

Batholith, Laccolith, Lapolith dan intrusi besar lainnya.

Batuan beku asam cenderung membentuk suatu tubuh intrusi yang besar

karena sifat kekentalan magmanya yang tinggi, sehingga tidak bisa melalui celah-

celah yang sempit dalam bentuk dyke atau sill. Ciri khas dari batuan beku asam

adalah kelimpahan dari potash feldspar dibanding jenis plagioklas. Temperatur

pembekuan batuan beku asam sekitar 800o C.

Kondisi ini kebanyakan tidak mampu melarutkan batuan sampingnya,

sehingga tingkat proses asimilasi yang terjadi kecil. Sebaliknya banyak ditemukan

xenolith-xenolith terutama pada tepi tubuh batuan beku luarnya. Yang termasuk

batuan beku asam yaitu : Granit, Aplit, Pegmatit, Riolit, Obsidian, Pumis, Sienit Dan

Trakit.

2.4 Batuan Beku Intermediet

Page 8: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

Batuan beku Intermediet berwarna agak lebih gelap dari pada batuan beku

asam yaitu abu-abu hingga abu-abu kehitaman . Mempunyai ukuran butir halus

sampai kasar. Bentuk intrusi dari batuan beku inrtermedit ini kebanyakan termasuk

Laccolith, Lapolith, Dtyke dan Sill. Bentuk-bentuk intrusi ini dikontrol oleh

kekentalan magmanya yang menengah. Sebagian dapat melalui celah-celah yang

agak sempit dalam bentuk dyke atau sill.

Komposisi jenis-jenis feldspar sudah mulai adanya perimbangan antara potash

feldspar dan plagioklas. Temperatur pembekuan sekitar 900oC, proses asimilasi

mulai nampak dan dapat ditemukan xenolith-xenolith sifatnya basa pada tepi tubuh

intrusi atau pada batuan beku luarnya.

Berdasarkan perbandingan jenis-jenis feldsparnya, maka batuan beku

Intermediet dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan yaitu :

Batuan dengan komposisi potash feldspar dan plagioklas hampir sama; terdiri

dari granodiorit – andamellit – monzonit dan latit – dasit.

Batuan dengan komposisi plagioklas lebih dominan dari pada potash feldspar ,

terdiri dari : diorit – tonalit dan andesit – dasit.

Batuan beku Intermediet paling banyak memperlihatkan pelapukan spheroidal,

karena banyak mengandung mineral feldspar. Lebih lagi apabila batuan ini telah

mengalami kenaikan tekanan dan temperatur. Mineral-mineral felsdpar yang telah

mengalami pelapukan tersebut dapat menjadi mineral-mineral kaolin. Baik gejala

spheroidal maupun kaolinisasi dapat ditemukan pada batuan beku Intermediet yang

telah megalami pensesaran.

Page 9: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sampel 1

Nomor Peraga : BB 08 Nama : Dian Dwi P Acara : Batuan Beku Basa dan Ultrabasa NIM : D611 13 311Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan BekuTipe Stuktur (Type of Structure) : MassifKlasifikasi (Classification) : IUGS, 1967Mikroskopis (Microscopic) :Tidak berwarna - orange, bentuk mineral euhedral-subhedral, ukuran mineral 0,16 mm – 2,5 mm, warna interferensi berwarna orange, tekstur ofitik dengan mineral terdiri dari piroksin, plagioklas, kuarsa, olivin dan ortoklas.

Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)Komposisi Mineral

Compotition of MineralJumlahAmount

(%)

Keterangan Optik mineralDescription of Optical Mineralogy

Piroksin 28,33

Berwarna transparan, pleokrisme monokroik, intensitas kuat, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 1,6 mm, warna interferensi orange, sudut gelapan 30o, jenis gelapan miring.

Plagioklas 41,67

Berwarna transparan, tidak ada pleokrisme, intensitas kuat, relief tinggi, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 1,24 mm, warna interferensi kecokelatan, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris.

Olivin 18,33

Berwarna cokelat, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,8 mm, warna interferensi kehijauan, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris.

Kuarsa 6,67

Berwarna kuning, tidak ada pleokroisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,3 mm, warna interferensi kecokelatan, sudut gelapan 22,5o, jenis gelapan miring.

Ortoklas 5

Tidak berwarna, tidak mempunyai pleokroisme, intensitas kuat, relief tinggi, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,26 mm, warna interferensi coklat tua, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris

Page 10: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

Berdasarkan pengamatan mineral pada sampel II diketahui bahwa komposisi

mineral yang terdapat pada sampel batuan ini antara lain piroksin, plagioklas, olivin,

ortoklas, dan kuarsa dengan persentase mineral sebagai berikut:

Mineral I (%) II (%) III (%)Rata-Rata

(%)

Piroksin 40 25 20 28,33

Plagioklas 40 40 45 41,67

Olivin 10 20 25 18,33

Kuarsa 5 10 5 6,67

Ortoklas 5 5 5 5

Page 11: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah

Porfiri Gabro (Travis, 1955). Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku, karena

terbentuk melalui proses pembekuan magma yang di awali oleh pergerakan magma

menuju ke permukaan bumi oleh karena adanya tekanan dari dalam bumi. Seiring

dengan perjalanannya, magma mengalami penurunan temperatur yang menyebabkan

pembentukan mineral – mineral penyusun batuan ini. Mineral yang pertama kali

terbentuk yaitu plagioklas dengan suhu sekitar 1100 – 1200o C, menurut Bowen

Reaction Series, kemudian magma mengalami penurunan temperatur sehingga

terbentuk mineral piroksin dengan suhu sekitar 1000o – 1100o C, Hornblende dengan

suhu 800o - 900o C,. Hadirnya massa dasar ( Glass ) dapat diakibatkan oleh proses

pendinginan magma yang cepat.

Page 12: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

3.2 Sampel 2

Nomor Peraga : BB 15 Nama : Dian Dwi PAcara : Batuan Beku Basa dan Ultrabasa NIM : D611 13 311Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan BekuTipe Stuktur (Type of Structure) : MassifKlasifikasi (Classification) : R.B.Travis, 1955Mikroskopis (Microscopic) :Berwarna kuning kecokelatan, bentuk mineral euhedral-subhedral, ukuran mineral 0,12 mm – 2 mm, warna interferensi berwarna merah kecokelatan, tekstur poikilitik dengan mineral terdiri dari piroksin, plagioklas, olivin dan kuarsa.

Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)Komposisi Mineral

Compotition of MineralJumlahAmount

(%)

Keterangan Optik mineralDescription of Optical Mineralogy

Piroksin 34

Berwarna transparan, pleokrisme monokroik, intensitas kuat, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,8 mm, warna interferensi orange - hijau, sudut gelapan 35o, jenis gelapan miring.

Plagioklas 36.67

Berwarna transparan, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,3 mm, warna interferensi kuning, sudut gelapan 22,5o, jenis gelapan miring. Kebaran kalsbad

Olivin 23.33

Berwarna cokelat, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 4,1 mm, warna interferensi kehijauan, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris.

Kuarsa 6

Berwarna kuning - orange, pleokrisme monokroik, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,5 mm, warna interferensi biru - ungu, sudut gelapan 42,5o, jenis gelapan miring.

Berdasarkan pengamatan mineral pada sampel I diketahui bahwa komposisi

mineral yang terdapat pada sampel batuan ini antara lain piroksin, plagioklas, olivin

dan kuarsa dengan persentase mineral sebagai berikut:

Page 13: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

Mineral I (%) II (%) III (%)Rata-Rata

(%)

Piroksin 25 32 45 34

Plagioklas 40 35 35 36,67

Olivin 30 25 15 23,33

Kuarsa 5 8 5 6

Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah

Porfiri Gabro (Travis, 1955).

Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku, karena terbentuk melalui proses

pembekuan magma yang di awali oleh pergerakan magma menuju ke permukaan

bumi oleh karena adanya tekanan dari dalam bumi. Seiring dengan perjalanannya,

magma mengalami penurunan temperatur yang menyebabkan pembentukan mineral

– mineral penyusun batuan ini. Mineral yang pertama kali terbentuk yaitu plagioklas

dengan suhu sekitar 1100 – 1200o C, menurut Bowen Reaction Series, kemudian

Page 14: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

magma mengalami penurunan temperatur sehingga terbentuk mineral piroksin

dengan suhu sekitar 1000o – 1100o C, Hornblende dengan suhu 800o - 900o C,.

Hadirnya massa dasar ( Glass ) dapat diakibatkan oleh proses pendinginan magma

yang cepat.

3.3 Sampel 3

Nomor Peraga : BB 05 Nama : Sandri Hidayat Acara : Batuan Beku Basa dan Ultrabasa NIM : D611 13 007Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan BekuTipe Stuktur (Type of Structure) : MassifKlasifikasi (Classification) : R.B.Travis, 1955Mikroskopis (Microscopic) :Berwarna kuning kehijauan, bentuk mineral euhedral-subhedral, ukuran mineral 0,16 mm – 1,7 mm, warna interferensi berwarna hijau kecokelatan, tekstur ofitik dengan mineral terdiri dari piroksin, plagioklas, biotit, olivin dan massa dasar.

Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)Komposisi Mineral

Compotition of MineralJumlahAmount

(%)

Keterangan Optik mineralDescription of Optical Mineralogy

Piroksin 25

Berwarna transparan, pleokrisme monokroik, intensitas kuat, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 1,2 mm, warna interferensi orange, sudut gelapan 41,5o, jenis gelapan miring.

Plagioklas 8,33

Berwarna transparan, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,4 mm, warna interferensi putih kecokelatan, sudut gelapan 40o, jenis gelapan miring.

Olivin 50

Berwarna cokelat, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 1,4 mm, warna interferensi kehijauan, sudut gelapan 43,5o, jenis gelapan simetris.

Biotit 3,33

Berwarna kuning kecokelatan, pleokrisme monokroik, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,6 mm, warna interferensi hijau kecokelatan, sudut gelapan 50o, jenis gelapan miring.

Massa Dasar 13,34Transparan pada nikol sejajar dan putih keabu-abuan pada nikol silang.

Page 15: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

Berdasarkan pengamatan mineral pada sampel II diketahui bahwa komposisi

mineral yang terdapat pada sampel batuan ini antara lain piroksin, plagioklas, olivin

dan biotit dengan persentase mineral sebagai berikut:

Mineral I (%) II (%) III (%) Rata-Rata (%)

Olivin 60 40 50 50

Piroksin 20 30 25 25

Biotit 3 2 5 3,33

Plagioklas 7 8 10 8,33

Massa Dasar 10 20 10 13,34

Page 16: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah

Porfiri Peridotit (Travis, 1955).

Batuan ini adalah batuan beku yaitu batuan yang terbentuk dari hasil

pembekuan atau kristalisasi magma. Batuan ini termasuk batuan beku dalam/intrusif

ultrabasa yang terbentuk di bawah permukaan bumi yaitu pada bagian kerak

samudera dan berasal dari magma yang bersifat ultrabasa sampai basa.

Peridotit biasanya dalam bentuk tubuh batuan beku dike atau sill, yang

pendinginannya secara umum sangat lambat sehingga memungkinkan tumbuhnya

kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya namun ketika sudah mendekati

permukaan secara perlahan suhu magma pun berkurang sehingga pendinginan terjadi

relatif lebih cepat dari sebelumnya dan membentuk kristal-kristal yang kecil dan

bentuknya tidak lagi sempurna dan batuan ini berstruktur pejal atau masif disebabkan

karena tidak mengalami gaya endogen yang mengakibatkan adanya retakan.

Berdasakan pada tekstur batuan ini, maka dapat diketahui bahwa proses

pembentukan batuan ini berlangsung lama.

Batuan ini biasa berasosiasi dengan Dunite, Harzburgite, Lherzolite dan Pyroxenite.

Batuan ini merupakan batuan induk pembawa Nikel. Menurut Vinogradov batuan

ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut

terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi

terhadap atom Fe dan Mg. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit

akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan mengubah batuan peridotit menjadi

batuan serpentinit atau batuan serpentinit peridotit

Page 17: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan prakktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan pengamatan sayatan tipis batuan, dapat diketahui sampel BB. 15

dan BB. 08 merupakan batuan porfiri gabro dan sampel BB. 05 merupakan

batuan porfiri peridotit. Penentuan nama batuan beku ini menggunakan

klasifikasi travis, 1955.

2. Persentase mineral pada sampel BB 15 yaitu piroksin 34%, plagioklas

36,67%, olivin 23,33 %, dan kuarsa 6%, Persentase mineral pada sampel BB

08 yaitu piroksin 28,33 %, plagioklas, 41,67%, Olivin 18,33%, kuarsa 6,67%

dan ortoklas 5%, dan Persentase mineral pada BB 05 yaitu piroksin 25%,

olivine 50%, biotit 3,33%, plagioklas 8,33, dan massa dasar 13,34%

3. Tekstur yang ditemukan pada sampel sayatan tipis kali ini yaitu tekstur ofitik,

dan tekstur poikilitik

4.2 Saran

4.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Peralatan yang kurang memadai sebaiknya diganti dan yang masih bisa

digunakan sebaiknya dijaga dan dipelihara dengan baik

4.2.1 Saran Untuk Asisten

Semoga asisten dapat lebih sabar dalam menghadapi praktikan

Page 18: batuan beku basa dan ultrabasa.doc

DAFTAR PUSTAKA

Geografi.2012. Bowen Reaction

Series.http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2012 /02/bowens-reaction-

series.html Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 pada pukul 04.20 Wita

Graha, Doddy S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Penerbit Nova.

Jusri.2012. Batuan Beku. http://jus-jusri.blogspot.co.id/2012/07/batuan-beku-batuan

beku-merupakan-batuan.html Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 pada

pukul 04.30 Wita

Rizqi.2013. Batuan Beku. http://rizqigeos.blogspot.co.id/2013/04/batuan-beku_3785

html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 pada pukul 04.00 Wita