batu ginjal

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli- buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih. Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan

Upload: rafil-hanafi

Post on 18-Jan-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

y

TRANSCRIPT

Page 1: Batu Ginjal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal

sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada

kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang

saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan

uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran

kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah

karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia

prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.

Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan

di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara

maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan

ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-

hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk

menderita batu saluran kemih.

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan

gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi

dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).

Page 2: Batu Ginjal

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di dalam ginjal dan

mengandung komponen kristal serta matrik organic ( Sudoyo, 2001; 134 ).

Batu ginjal ( renal kalkuli ) adalah pembentukan batu di traktus

urinarius ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat,

kalsium fosfat dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika

terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sifat yang sangat normal

mencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju

pembentukan batu mencangkup pH urin dan status cairan ( Smeltzer,

2001; 1460 ).

2. Etiologi

Meskipun penyebab pasti tidak diketahui, factor predissposisi

terjadinya batu ginjal meliputi:

a. Dehidrasi

b. Infeksi

c. Perubahan pH urin (batu kalsium karbonat terbentuk pada pH yang

tinggi; batu asam urat terbentuk pada pH yang rendah)

d. Obstruksi pada aliran urine yang menimbulkan stasis di dalam traktus

urinarius

e. Imobilisasi yang menyebabkan kalsium terlapas ke dalam darah dan

tersaring oleh ginjal

f. Factor metabolic

g. Factor makanan

h. Penyakit renal

i. Penyakit gout

Page 3: Batu Ginjal

3. Patofisiologi

Batu ginjal terbentuk ketika terjadi pengendapan substansi yang

dalam keadaan normal larut di dalam urine, seperti kalsium oksalat dan

kalsium fosfat. Dehidrasi dapat menimbulkan batu karena peningkatan

konsentrasi substansi yang membentuk batu di dalam urine.

Pembentukan batu terjadi di sekeliling suatu mukleus atau nidus

pada lingkungan yang sesuai. Kristal terbentuk dengan adanya substansi

yang membentuk batu (kalsium oksalat, kalsium karbonat, magnesium,

ammonium, fosfat atau asam urat) dan kemudian terperangkap dalam

traktus urinarius. Di tempat ini, Kristal tersebut menarik Kristal lain dan

membentuk batu. Urine yang sangat pekat dengan substansi ini akan

memudahkan pembentukan Kristal dan mengakibatkan pertumbuhan batu.

Batu ginjal dapat terjadi pada papilla renal, tubulus renal, kalises,

piala ginjal, ureter atau dalam kandung kemih. Batu yang berukuran kecil

kurang dari 5 mm biasanya akan keluar sendiri kedalam urin. Imobilisasi

yang lama dapat menimbulkan demineralisasi tulang, hiperkalsiuria, dan

pembentukan kalkulus. Penyakit gout mengakibatkan produksi asam urat

yang tinggi, hiperurikosuria, dan batu asam urat. Diet tinggi purin akan

menaikan kadar asam urat dalam tubuh. Jaringan parut yang terinfeksi

merupakan tempat ideal bagi pembenntukan batu.

Di samping itu, kalkulus yang terinfeksi dapat terbentuk apabila

bakteri membentuk nucleus dalam pembentukan batu. Statis urine

memudahkan penimbunan unsur-unsur pembentukan batu yang kemudian

saling melekat dan mendorong terjadinya infeksi yang menambah

obstruksi. Batu dapat masuk ke dalam ureter atau tetap tinggal di dalam

piala ginjal. Dalam piala ginjal, batu tersebut merusak atau

menghancurkan parenkim renal dan dapat menimbulkan nekrosis karena

penekanan.

Di dalam ureter, pembentukan batu menyebabkan obstruksi dalam

bentuk hidonefrosis dan cenderung timbul kembali. Nyeri yang

membandel dan perdarahan serius juga dapat terjadi karena batu ginjal dan

Page 4: Batu Ginjal

kerusakan yang ditimbulkan. Batu yang besar dan kasar akan menymbat

lubang sambungan uteropelvik dan meningkatkan frekuensi serta kekuatan

kontraksi peristaltic sehingga terjadi hematuria akibat trauma. Biasanya

pasien batu ginjal melaporkan rasa nyeri yang menjalar dari sudut

kostovertebral kebagian pinggang dan kemudian ke daerah suprapubik

serta genetalia eksterna (kolik renal yang klasik). Pasien degan batu ginjal

di dalam piala ginjal dan kalises dapat melaporkan nyeri konstan yang

tumpul (rasa pegal). Ia juga dapat melaporkan nyeri punggung jika batu

tersebut menyebabkan sumbatan dalam ginjal dan nyeri abdomen yang

hebat bila batu tersebut berjalan ke bawah di sepanjang ureter.

4. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala batu ginjal yang mungkin meliputi:

a. Nyeri hebat akibat obstruksi

b. Nausea dan vomitus

c. Demam dan menggigil karena infeksi

d. Hematuria kalau batu tersebut menimbulkan abrasi ureter

e. Distensi abdomen

f. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal yang

tinggal satu-satunya dimiliki oleh pasien

5. Komplikasi

a. Kerusakan atau destruksi parenkim renal

b. Nekrosis tekanan

c. Obstrusi oleh batu

d. Hidronefrosis

e. Perdarahan

f. Rasa nyeri

g. Infeksi

Page 5: Batu Ginjal

6. Diagnosis

Hasil pemeriksaan berikut ini dapat digunakan untuk menegakkan

diagnosis batu ginjal :

a. Foto rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian besar batu ginjal

b. Urografi ekskretori untuk membantu memastikan diagnosis dan

menentukan ukuran serta lokasi batu

c. Pemeriksaan USG ginjal untuk mendeteksi perubahan obstruksi,

seperti hidronefrosis unilateral atau bilateral dan melihat batu

radiolusen yang tidak tampak pada foto BNO.

d. Kultur urine yang memperlihatkan piuria, yaitu tanda infeksi saluran

kemih

e. Koleksi urine 24 jam untuk menentukan tingkat ekskresi kalsium

oksalat, fosfor, dan asam dalam urine.

f. Analisis batu untuk mengetahui kandungan mineralnya.

g. Pemeriksaan serial kadar kalsium dan fosfor

h. Pemeriksaan kadar protein darah untuk menentukan kadar kalsium

bebas yang tidak terikat dengan protein.

7. Penanganan

Penanganan dapat berupa :

a. Penambahan asupan cairan hingga lebih dari 3 L per hari untuk

meningkatkan hidrasi.

b. Preparat antimikroba untuk mengatasi infeksi yang jenisnya dipilih

menurut hasil kultur mikroorganisme

c. Obat-obat analgetik seperti meperidin (Demerol) atau morfin untuk

meredakan rasa nyeri.

d. Obat-obat golongan diuretik untuk mencegah statis urine dan

pembentukan batu.

e. Methenamin untuk menekan pembentukan batu jika terdapat infeksi

f. Diet rendah kalsium untuk mencegah rekurensi

Page 6: Batu Ginjal

g. Pemberian asam askorbat dosis kecil setiap hari untuk mengasamkan

urine

h. Sistoskop dengan manipulasi kalkulus untuk mengeluarkan batu ginjal

yang tidak bisa keluar sendiri karena ukurannya terlalu besar.

i. Litotripsi ultrasonik perkutaneus dan ESWL (extracorporeal shock

wave lithotripsy) atau terapi laser untuk memecahkan batu menjadi

fragmen kecil-kecil agar dapat keluar sendiri atau dikeluarkan dengan

melakukan pengisapan.

j. Operasi pengangkatan batu sistin atau batu besar atau pemasangan alat

pengalih aliran urine di sekitar kalkulus untuk menghilangkan

obstruksi.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Primary Survey

1) Airway

Pastikan kepatenan jalan napas dan kebersihannya segera. Partikel-

partikel benda asing seperti darah, muntahan, permen karet, gigi

palsu atau tulang. Obstruksi juga dapat disebabkan oleh lidah atau

edema karena trauma jaringan.

Jika ada kecurigaan fraktur serfikal jangan melakukan hiperetensi

leher sampai spinal dipastikan tidak ada kerusakan.

Gunakan chin life dan jawsthrust secara manual untuk membuka

jalan napas.

2) Breathing

Kaji irama, kedalaman dan keteraturan pernapasan dan observasi

untuk ekspansi bilarteral dada.

Auskultasi bunyi napas dan catat adanya krekles, wising, atau tidak

adanya bunyi napas. Jika pernapasan tidak adekuat atau tidak ada

dukung pernapasan pasien dengan suatu alat oksigenasi yang

sesuai.

Page 7: Batu Ginjal

3) Circulation

Tentukan status sirkulasi dengan mengkaji nadi, dan catat irama

dan ritmennya dan mengkaji warna kulit

Jika nadi karotis tidak teraba, lakukan kompresi dada tertutup

Kaji tekanan darah

Jika pasien hipotensi, segera pasang jalur intravena dengan jarum

besar (16-18). Mulai penggantian volume perprotokol. Cairan

kristaloid seimbang (0,9% salin normal atau ringer’s lactate)

biasanya digunakan.

Kaji adanya bukti perdarahan dan control perdarahan dengan

penekanan langsung.

b. Secondary Survey

1) Disabilty : mengukur status neurologis, status mental klien.

2) EKG/exposure

3) Fluid and Farentheit

4) Get vital sign : cek tanda- tanda vital ( tekanan darah, nadi,

pernapasan, suhu)

5) Histori

a) Keluhan utama: nyeri

b) Riwayat kesehatan sekarang: nyeri dirasakan pada daerah

costovertebral dan menjalar sampai ke pinggang. Disertai

dengan mual dan muntah dan dapat terjadi penurunan berat

badan. Hematuria juga dapat terjadi.

c) Riwayat Penyakit Dahulu /Riwayat penyakit kronis : kaji

adanya riwayat penyakit dahulu seperti penyakit ginjal, infeksi

saluran kemih, gout.

d) Nutrisi metabolic: Diet tinggi purin akan menaikan kadar asam

urat dalam tubuh.

e) Aktivitas: Imobilisasi yang lama dapat menimbulkan

demineralisasi tulang, hiperkalsiuria, dan pembentukan

kalkulus

Page 8: Batu Ginjal

6) Head to toe

a) Kepala : kaji bentuk , kesimetrisan , keadaan rambut, kondisi

kulit kepala, massa dan nyeri tekan. Biasanya tidak ada

gangguan.

b) Mata: kaji penglihatan, gerakan mata,lapang pandang,

pemeriksaan fisik mata. Biasanya dalam keadaan normal.

c) Hidung : kaji bentuk,sekat hidung, kepatenan, saluran nafas,

nyeri tekan. Biasanya tidak ada gangguan.

d) Mulut: kaji warna bibir mencegah adanya sianosis, caries gigi,

lidah. biasanya normal.

e) Leher: kaji adanya pembengkakan kelenjar getah bening,

pembesaran kelenjar tiroid, distensi vena leher. Biasanya tidak

ada gangguan.

f) Dada: posisi dan pergerakan normal, bentuk simetris umunya

tidak ada gangguan.

g) Perut: kaji bentuk, kesimetrisan, adanya masa. Dapat terjadi

distensi abdomen pada kasus ini.

h) Kelamin: kaji adanya nyeri tekan, hematoma, integritas kulit di

kelamin. Umumnya normal.

i) Lengan atas: umumnya normal

j) Lengan bawah: umumnya normal

k) Anus: umumnya normal.

l) Kulit: intrgritas kulit sekitar tubuh umunya baik , kulit pucat

biasanya terjadi pada kasus ini.

m) Psikososial: pasien biasnya mengalami kecemasan.

Page 9: Batu Ginjal

Penyimpangan KDM

Page 10: Batu Ginjal

2. Keperawatan

a. Nyeri Akut b.d. agens cedera ( biologi, fisik, dan psikologis)

b. Kekurangan volume cairan b.d. pengeluaran/kehilangan cairan aktif

c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake

yang tidak adekuat

d. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan obstruksi anatomic,

dan penyebab multiple.

3. Rencana Keperawatan

a. Nyeri Akut b/d agen cedera ( biologi, fisik, dan psikologis)

Tujuan : nyeri klien dapat dikontrol, berkurang.

Kriteria hasil :

1) Klien mampu mengenali serangan nyeri

2) Klien dapat menggunakan teknik pencegahan nyeri, khususnya

teknik non farmakologis

3) Klien melaporkan perubahan gejala nyeri secara periodic kepada

tenaga kesehatan

4) Klien tidak menunjukkan gejala terhadap nyeri (keluhan,

menangis, gerakan lokalisir, Ekpresi wajah, gangguan istirahat

tidur, agitasi, iritabilitas meningkat, diaphoresis, penurunan

konsentrasi, kehilangan nafsu makan, nausea)

5) Tanda – tanda vital dalam rentang normal

6) Klien menunjukkan perubahan dampak dari nyeri

Intervensi:

1) Kaji nyeri (lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas, dan factor presipitasi dari nyeri)

2) Kaji pengetahuan klien tentang nyeri serta pengalaman sebelumnya

3) Kaji dampak dari nyeri (gangguan tidur, penurunan nafsu makan,

gangguan aktifitas, penurunan konsentrasi, dan lainnya)

4) Jelaskan pada klien penyebab nyeri

Page 11: Batu Ginjal

5) Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti masase

ringan/kompres hangat pada punggung, lingkungan yang tenang)

6) Ajari klien penggunaan teknik non farmakologis untuk mengurangi

nyeri

7) Batu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi aktif) sesuai indikasi

disertai asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas

toleransi jantung.

8) Monitoring kepuasan pasien atas pelaksanaan manajemen nyeri

9) Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi: Analgetik,

antispasmodic, Kortikosteroid

b. Kekurangan volume cairan b.d. pengeluaran/kehilangan cairan aktif

Tujuan: volume cairan adekuat

Kriteria Hasil:

1) Intake dan output seimbang

2) Tanda vital stabil (TD 120/80 mmHg. Nadi 60-100, RR16-20, suhu

36.5°-37°C)

3) Membran mukosa lembab

4) Turgor kulit baik.

Intervensi:

1) Catat insiden muntah, diare, perhatikan karakteristik, dan

frekuensi.

2) Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 lt / hari sesuai toleransi jantung.

3) Awasi tanda vital, evaluasi nadi, turgor kulit dan membran

mukosa.

4) Timbang berat badan tiap hari

5) Kolaborasi:

a) Awasi Hb,Ht,elektrolit.

b) Berikan cairan IV

c) Berikan diet tepat,cairan jernih,makanan lembut s/d toleransi

d) Berikan obat s/d indikasi antiemetik,(misal compazin)

Page 12: Batu Ginjal

c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d intake yang

tidak adekuat

Tujuan: masukan nutrisi adekuat

Kriteria Hasil: BB stabil, nilai lab untuk nutirsi normal

Intervensi:

1) Kaji kebutuhan nutrisi klien

2) Observasi tanda-tanda kekurangan nutrisi

3) Pantau berat badan secara periodik

4) Berikan makanan sedikit tapi sering.

5) Berikan makanan yang lembut, mudah dicerna seperti kentang,

nasi, dsb.

6) Beri nutrisi parenteral bila perlu

7) Berikan obat anti emetik

8) Pantau nilai lab untuk nutrisi

d. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan obstruksi anatomic,

dan penyebab multiple.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam

klien dapat melakukan eliminasi urine.

Kriteria Hasil:

1) Klien mampu mengontrol berkemih, mengatur pola berkemih, dan

toilet training dengan teratur.

2) Klien mampu mengosongkan bladder dengan baik (mengeluarkan

urine > 100-200 cc)

3) Tidak adanya infeksi traktus urinarius

4) Menunjukkan patensi eliminasi (bau, jumlah, warna, kepekatan)

5) Intake cairan adekuat

6) Tidak adanya komponen gangguan dalam urine (endapan, darah)

7) Tidak ada sensasi gangguan dalam urine (nyeri, rasa terbakar,

hesistansi, frekuensi, urgensi, retensi, nokturia, inkontinensia)

Page 13: Batu Ginjal

Intervensi:

1) Kaji kemampuan klien untuk mengosongkan kandung kemih

2) Kaji pasien untuk terjadinya potensi inkontinensia

3) Buat jadwal BAK secara periodic dan anjurkan klien untuk miksi

sesuai jadwal yang ditentukan

4) Hindari klien berada dalam toilet lebih dari 5 menit untuk

mencegah terjadinya urgensi berulang

5) Ajari dan pantau klien mengenai pelaksanaan bladder training

6) Monitoring eliminasi urine ( frekuensi, konsitensi, bau, volume,

warna)

7) Monitoring tanda dan gejala retensi urine

8) Bantu klien untuk eliminasi urine dengan memasang kateter

9) Anjurkan kllien untuk minum air putih yang cukup sesuai diet

10) Instruksikan klien untuk mengosongkan bladder secara periodic

Page 14: Batu Ginjal

Daftar Pustaka

Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Kedua, Medikal

Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2000

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Buku saku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 –

NANDA International

Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis

Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil

NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG

Carpenito, Linda Juall (1995) Rencana Asuhan & Dokumentasi

Keperawatan ( terjemahan,) PT EGC, Jakarta.