batu ginjal
DESCRIPTION
sedikit ttg batu ginjalTRANSCRIPT
BATU GINJAL
A. Anamnesis
Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.
Umumnya gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang
dapat ditemukan pada penderita batu ginjal antara lain : (1)
1. Tidak ada gejala atau tanda
2. Nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral
3. Hematuria makroskopik atau mikroskopik
4. Pielonefritis dan/atau sistitis
5. Pernah mengeluarkan baru kecil ketika kencing
6. Nyeri tekan kostovertebral
7. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan
8. Gangguan faal ginjal.
Anamnesis harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus dikejar
mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat
membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross
hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu
sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri yang sama.
Menurut Smeltzer (2000) menjelaskan beberapa gambaran klinis nefrolitiasis :
1. Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan gejala.
2. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu
yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan
nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai
dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan
tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam.
3. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil
dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama
ketika batu melewati ureter.
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran
kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas
penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air
kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang
akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi
kerusakan ginjal. (Corwin, 2001)
Menurut Purnomo BB (2003), batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala
sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala berupa obstruksi aliran kemih dan
infeksi.
Adanya batu dalam traktius urinarius tergantung pada adanya obstruksi,
infeksi, dan edema. Ketika betu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal. Infeksi dan sistisis yang disertai menggigil, demam, dan disuria dapat
terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan
sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional ginjal. Sedangkan yang
lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan menyebabkan ketidaknyamanan. Batu di
piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus diarea
konstovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai. Batu yang terjebak diureter
menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang menyebar kepaha
dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang
keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang terjebak
dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuria.
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Hematuria
2. Piuria
3. Polakisuria/fregnancy
4. Urgency
5. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada daerah
pinggang.
6. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.
7. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya ke
arah penis atau vulva.
8. Anorexia, muntah dan perut kembung
9. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya batu
leukosit meningkat.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Atur Posisi pasien dengan tidur terlentang
2. Untuk pemeriksaan ginjal abdomen prosedur tambahannya dengan melakukan
palpasi Ginjal Kanan: Posisi di sebelah kanan pasien.
3. Tangan kiri diletakkan di belakang penderita, paralel pada costa ke-12, ujung cari
menyentuh sudut costovertebral (angkat untuk mendorong ginjal ke depan).
4. Tangan kanan diletakkan dengan lembut pada kuadran kanan atas di lateral otot
rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kanan
dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan
(tentukan ukuran, nyeri tekan ga).
5. Pasien diminta membuang nafas dan berhenti napas, lepaskan tangan kanan, dan
rasakan bagaimana ginjal kembali waktu ekspirasi.
6. Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: Pindah di sebelah kiri penderita, Tangan
kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakan.
7. Tangan kiri diletakkan dengan lembut pada kuadran kiri atas di lateral otot rectus,
minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri dalam-
dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (normalnya
jarang teraba).
Perkusi Ginjal (Renal)
Untuk pemeriksaan Perkusi ginjal prosedur tambahannya dengan memperlsilahkan
penderita untuk duduk menghadap ke salah satu sisi, dan pemeriksa berdiri di
belakang penderita.
1. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis
12 dan lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal
kanan).
2. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis
12 dan lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kiri).
3. Penderita diminta untuk memberiksan respons terhadap pemeriksaan bila ada rasa
sakit.
Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi,
berkeringat, dan nausea.
Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat
atau dengan hidronefrosis.
Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan
retensi urin.
Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien
dengan urosepsis.
C. Pencitraan pada Batu Ginjal
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis
apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk
menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu
terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari
penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena
(PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan
defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila
ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul.
Dalam hal ini perludilakukan pielografi retrograd. (1)
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal
ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil (3). Pemeriksaan USG dapat
untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran
kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu selama tindakan
pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu (1).
Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen merupakan pemeriksaan yang pertama dilakukan bila ada
keluhan nyeri abdomen atau nyeri di sekitar area urogenital. Manfaat dari
pemeriksaan ini adalah untuk melihat gambaran secara keseluruhan di rongga
abdomen dan pelvis.
Setiap pemeriksaan traktus urinarius sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto
polos abdomen. Pada foto ini dapat menunjukkan bayangan, besar, bentuk dan posisi
kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu radioopak dan
perkapuran dalam ginjal. Harus diperhatikan batas muskulus psoas kanan dan
kiri. Serta Batu radioopak di daerah ureter dan buli- buli.
Interpretasi terhadap kalsifikasi pada saluran ginjal harus dilakukan
dengan hati-hati karena flebolit pada kelenjar mesenterika dan vena pelvis yang
berada di atasnya sering disalah artikan sebagai batu ureter. Film yang diambil
saat inspirasi dan ekspirasi akan mengubah posisi ginjal dan sering kali dapat
mengkonfirmasi bahwa daerah yang mengalami kalsifikasi pada abdomen
tersebut adalah batu.
BOF normal
Foto Polos Abdomen:
- Distribusi gas di usus Normal
- Kontur Hepar dan lien tidak membesar
- Kontur ren D/S Normal
- Psoas Shadow simetris
- Tulang baik
- Tidak tampak adanya bayangan batu radioopak sepanjang tractus
urinarius
Pielografi Intravena (PIV)
Pemeriksaan piolegrafi intravena dilakukan dengan menyuntikkan bahan
kontras secara intravena dan dilakukan pengambilan gambar radiologis secara serial
yang disesuaikan dengan saat zat kontras mengisi ginjal, berlanjut ke ureter, dan ke
kandung kemih. Indikasi pemeriksaan PIV adalah untuk mendeteksi lokasi obstruksi
misalnya pada batu ginjal, konfirmasi penyakit ginjal polikistik, atau adanya kelainan
anatomis yang tidak terdeteksi oleh teknik pemeriksaan lain. Pemeriksaam PIV
memerlukan persiapan yaitu :
a. 2 hari sebelum foto PIV penderita hanya makan bubur kecap
b. Minum air putih yang banyak
c. Jam 24.00 WIB minum obat pencahar/laksans untuk membersihkan
kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal.
d. Selanjutnya puasa sampai dilakukan foto
e. Dilarang banyak bicara untuk mengurangi udara (gas) dalam lambung
dan usus.
Untuk bayi dan anak diberikan minum yang mengandung karbonat, tujuannya
untuk mengembangkan lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga
bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas. Sebelum pasien
disuntikkan urofin 60% harus dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan. Jika pasien
alergi terhadap kontras maka pemeriksaan pielografi intravena dibatalkan.
Dosis urografin 60 mg % untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu
diberikan dosis rangkap yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat film
bucky anteroposterior abdomen. Foto berikutnya diulangi pada 15 menit, 30 menit
dan 1 jam. Sebaiknya segera setelah pasien disuntik kontras, kedua ureter dibendung,
baru dibuat foto 7 menit. Kemudian bendunag dibuka, langsung dibuat foto di mana
diharapkan kedua ureter terisi. Dilanjutkan dengan foto 1 dan 2 jam, malahan foto 6,
12 dan 24 jam.
Menurut Meschan, digunakan film bucky antero-posterior abdomen
setelah penyuntikan, ulangi pemotretan film antero-porterior abdomen dengan jarak
waktu setelah disuntik kontras intravena, masing-masing 4 menit, 8 menit, 25 menit,
foto terlambat jika konsentrasi dan eksresi sangat kurang pada 1-8 jam. Foto
terakhir biasanya film berdiri. Pada pasien hipertensi, film harus dibuat setelah
penyuntikan 30 detik sampai 1 menit, dan tiap-tiap menit setelah itu, untuk 5 menit
pertama.
Beberapa ahli menyatakan bahwa PIV masih merupakan pencitraan yang
terbaik untuk memberikan gambaran secara vertikal mengenai struktur anatomi dari
saluran kemih. Akan tetapi kurang disukai karena adanya risiko alergi terhadap zat
kontras.
Syarat-syarat seseorang boleh melakukan IVP yakni,
· Tidak memiliki riwayat alergi
· Fungsi ginjalnya baik. Cara untuk mengetahuinya yakni dengan
mengukur kadar BUN atau kreatininnya (<2). Karena kontras itu bersifat nefrotoksik
dan dikeluarkan lewat ginjal, jadi apabila ginjal rusak atau tidak berfungsi, akan
sangat berbahaya bagi pasien.
Indikasi dilakukannya pemeriksaan IVP yakni untuk melihat anatomi dan
fungsi dari traktus urinarius yang terdiri dari ginjal, ureter, dan bladder, yang meliputi
· Kelainan kongenital
· Radang atau infeksi
· Massa atau tumor
· Trauma
Pada pielografi normal akan diperoleh gambaran bentuk ginjal seperti kacang.
Kutub ( pool ) atas ginjal kiri setinggi Th.11, bagian bawah, batas bawah setinggi
korpus vertebra L3. Ginjal kanan letaknya kira-kira 2 cm lebih rendah daripada yang
kiri. Pada pernafasan, kedua ginjal bergerak dan pergerakan ini dapat dilihat dengan
fluoroskopi. Arah sumbu ke bawah dan lateral sejajar dengan muskuli psoas kanan
dan kiri. Dengan adanya lemak perirenal, ginjal mendapat lebih jelas terlihat. Hal ini
terutama dapat dilihat pada orang gemuk. Pelvis renalis kemudian dilanjutkan dengan
kalik mayor, biasanya Dari kalik mayor dilanjutkan dengan kalik minor.
Jumlahnya bervariasi antara 6-14. Kedua ureter berjalan lurus dari pelvis renis ke
daerah pertengahan sakrum dan berputar ke belakang lateral dalam suatu arkus,
turunke bawah dan masuk ke dalam dan depan untuk memasuki trigonum buli- buli.
Tiga tempat penyempitan ureter yang normal, yaitu pada
sambungan pelvis dan ureter dengan buli-buli, dan ada persilangan pembuluh
darah iliaka.
ivp menit ke 5
Pada menit ke-5, organ yang dinilai yaitu perginjalan, yang meliputi
nefrogram dan sistem pyelocalices (SPC). Nefrogram yaitu bayangan dari ginjal
kanan dan kiri yang terisi kontras. Warnanya semiopaque, jadi putihnya sedang-
sedang saja.
Pada menit ke-5, contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu penyakit-penyakit
yang ada di ren, misalnya pyelonefritis, nefrolitiasis, hidronefrosis, massa/tumor
renal, dll.
Menit ke 15
Penilaian ureter:
1) Jumlah ureter.
Terkadang, ureter bisa hanya nampak 1 aja, itu mungkin di sebabkan
kontraksi ureter saat pengambilan foto, jadi tidak nampak ketika difoto.
2) Posisi ureter
3) Kaliber ureter.
Maksudnya diameternya, normal < 0.5 cm
4) Ada tidaknya batu, baik lusen maupun opaque.
Kemudian nyatakan bentuk, jumlah, ukuran, dan letak batu.
Contoh penyakit pada menit ke 15 diantaranya: hidroureter, ureterolithiasis,
ureteritis.
Menit ke 45 : Menilai buli-buli
· Apakah dinding buli reguler? adakah additional shadow (divertikel)
ataupun filling defect (masa tumor) dan indentasi prostat.
gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya sistitis kronis.
Contoh penyakit pada menit ke 45 yaitu cystitis, pembesaran prostat, massa
vesikolithiasis
POST MIKSI
Kita harus menilai apakah setelah pasien berkemih kontras di buli minimal?
Seandainya terdapat sisa yang banyak kita dapat mengasumsikan apakah terdapat
sumbatan di distal buli ataupun otot kandung kencing yang lemah.Normalnya yaitu
sisa 1/3 dari buli-buli penuh
Urografi Retrograde
Indikasi urografi retrograde adalah untuk melihat anatomi traktus urinarius
bagian atas dan lesi-lesinya. Hal ini dikerjakan apabila pielografi intravena tidak
berhasil menyajikan anatomi dan lesi-lesi traktus urinarius bagian atas. Keistimewaan
urografi retrigrad berguna melihat fistel.
Urografi retrograd memerlukan prosedur sistoskopi. Kateter dimasukkan oleh
ahli urologi. Kerjasama antara ahli urologi dan radiologi diperlukan karena waktu
memasukkan kotras, posisi pasien dapat dipantau(dimonitor) dengan fluoroskopi atau
televisi. Udara dalam kateter dikeluarkan, kemudian 25 % bahas kontras yang
mengandung iodium disuntikkan dengan dosis 5-10 ml dibawah pengawasan
fluoroskopi. Harus dicegah pengisian yang berlebihan karena risiko ekstravasasi ke
dalam sinusrenalis atau intravasasi ke dalam kumpulan saluran-saluran (collecting
duct). Ekstravasasi kontras dapat menutupi bagian-bagian yang halus dekat
papilla. Rutin dibuat proyeksi frontal dan oblik. Kemudian kateter diangkat pada
akhir pemeriksaan, lalu dibuat foto polos abdomen. Jika ada obstruksi dibuat lagi foto
15 menit kemudian.
Komplikasi dapat berupa sepsis, perforasi ureter, ekstravasasi bahankontras,
reaksi bahan kontras, hematuri dan anuri berhubung dengan edema pada sambungan
ureter dan vesika.
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostik ( pencitraan
diagnostik) untuk pemeriksaan alat alat dalam tubuh manusia, diman kita dapat
mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta hubungan dengan jaringan
sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat non-invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada
penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai
nilai diagnostik yang tinggi. Tidak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini
sama sekali tidak akan memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir ini,
diagnostik ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG
mempunyai peranan penting untuk meentukan kelainan berbagai organ tubuh.
Ultrasonografi (USG) merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat
dilakukan secara bed-side dan relatif tidak mahal. Pada ginjal pemeriksaan ini cukup
efektif dan akurat dalam mendeteksi adanya abses renal, pyohidronefrosis, atau
adanya batu saluran kemih. Selain itu USG juga cukup baik dalam menilai parenkim
ginjal, ketebalan korteks ginjal, serta mendeteksi hidronefrosis.
Sonogram ginjal normal :
Ukuran ginjal normal dewasa : Ginjal kanan : 8 – 14 cm (rata-rata 10,74 cm) ,
Ginjal kiri : 7 –12 cm (rata-rata 11.10 cm), Diameter antero-posterior 4 cm dan
diameter melintang rata-rata 5 cm. Ukuran panjang ginjal normal secara USG lebih
kecil bila dibandingkan dengan yang terlihat secara radiografi.
Ginjal normal memperlihatkan sonodensitas kortek yang lebih rendah
(hipoekoik) dibandingkan dengan sonodensitas hati,limpa dan sinus renalis.
Tebal kortek kira-kira 1/3 – 1/2 sinus renalis dengan batas rata atau
bergelombang pada ginjal yang lobulated. Sedangkan sinus renalis yang terletak
ditengah ginjal memberikan sonodensitas yang tinggi (hiperekoik) disebabkan
karena komposisinya yang terdiri atas lemak dan jaringan parenkim ginjal.
Didalam sinus renalis terdapat garis-garis anekoik, yaitu irisan kalises yang bila
diikuti akan bergabung pada daerah anekoik besar, yaitu pelvis renals.
usg ginjal normal
Computed tomography Scan (CT-Scan).
Pemeriksaan CT scan pada kasus infeksi saluran kemih bermanfaat untuk
mendeteksi adanya pielonefritis akut. Dengan CT scan kontras, pielonefritis akut
akan tampak sebagai daerah yang underperfusion. Adapun keunggulan CT
adalah memberikan resolusi anatomi yang lebih baik, sehingga membantu untuk
kasus sulit. CT scan juga bermanfaat pada kasus abses renal atau pionefrosis.
Kekurangan dari CT adalah efek radiasi pada tubuh. Diperkirakan pada orang
dewasa pemeriksaan CT abdomen tunggal memberikan efek radiasi setara
dengan 500 kali pemeriksaan foto polos toraks.
normal
Magnetic Resonance Imaging (MRI) .
normal
Pemeriksaan MRI manfaat utamanya pada ginjal adalah untuk mendeteksi
adanya massa ginjal. Keuntungan dari pemeriksaan MRI adalah memberikan
gambaran multiplanar, secara jelas memberikan gambaran antara jaringan normal
dengan jaringan yang patologis serta tidak ada efek radiasi