batu ginjal

9
Nama : Erny Nury Nainggolan NIM/Tingkat : P07220109012 / IIIA Keperawatan Ruang : OK Kasus : Batu Ginjal LAPORAN PENDAHULUAN A. Pengertian Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya adalah pembentukan ba di dalam ginjal. Batu ginjal adalah bentuk defosit mineral paling umum oksalat fosfat Ca 2+ namun asam urat dan kristal lain juga pembenuk batu. Mesk kulkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, b paling umum ditemukan pada pelvis dan kolik ginjal (Doengoes, 1999). Batu ginjal adalah gangguan yang terjadi dengan gejala penggum ginjal karena terjadi stagnasi urine. Biasanya terjadi pada orang yang minum sehinggaterjadi penggumpalanserta kristalisasi zat-zat yang seharusnya dibuang dari ginjal keluar tubuh (Selamiharja, Nanny, 1998) Batu ginjal adalah terdapatnya batu dalam sistem pelvis dan kalises gi biasanya kalsium, yang dapat pula terjadi dalam jaringan ginjal atau nefrokalsinosis (Ovedoff, David, 2002). Batu ginjal adalah masa keras seperti batu yang terbentuk pad biasanya menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih infeksi (Maupathi, David, 2000). B. Etiologi Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan ga aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik t beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluran kem seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan ya tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang lingkungan di sekitarnya. 1. Faktor intrinsik antara lain : Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tu Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak diban dengan pasien perempuan. 2. Faktor ekstrinsik diantaranya adalah : Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehin sebagai daerah stonebelt. Iklim dan temperatur. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsiu pada air yang dikonsumsi.

Upload: ahmad-maulidi-sofyan

Post on 22-Jul-2015

555 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Nama : NIM/Tingkat : Ruang : Kasus :

Erny Nury Nainggolan P07220109012 / IIIA Keperawatan OK Batu Ginjal

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya adalah pembentukan batu di dalam ginjal. Batu ginjal adalah bentuk defosit mineral paling umum oksalat Ca 2+ dan fosfat Ca 2+ namun asam urat dan kristal lain juga pembenuk batu. Meskipun kulkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kolik ginjal (Doengoes, 1999). Batu ginjal adalah gangguan yang terjadi dengan gejala penggumpalan batu ginjal karena terjadi stagnasi urine. Biasanya terjadi pada orang yang kurang minum sehingga terjadi penggumpalan serta kristalisasi zat-zat yang seharusnya dibuang dari ginjal keluar tubuh (Selamiharja, Nanny, 1998). Batu ginjal adalah terdapatnya batu dalam sistem pelvis dan kalises ginjal, biasanya kalsium, yang dapat pula terjadi dalam jaringan ginjal atau nefrokalsinosis (Ovedoff, David, 2002). Batu ginjal adalah masa keras seperti batu yang terbentuk pada ginjal dan biasanya menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih tau infeksi (Maupathi, David, 2000). B. Etiologi Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaankeadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. 1. Faktor intrinsik antara lain : Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. 2. Faktor ekstrinsik diantaranya adalah : Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt. Iklim dan temperatur. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi.

Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life. C. Patofisiologi Terbentuknya batu biasanya terjadi air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit. Terdapat beberapa teori tentang pembentukan batu pada ginjal, yaitu: 1. Teori inti matrik Terbentuknya batu ginjal, batu seperti pada saluran kemih atau ginjal memerlukan substansi organik sebagai inti pebentukan. Matrik organik berasal dari serum dan protein urine yang memberikan kemungkinan pengendapan kristal sehingga akan menjadi pembentukan inti. 2. Teori saturasi Teori ini berkaitan dengan terjadinya kejenuhan substansi bembentukan batu di ginjal, dalam urine seperti sistin, vantin, asam urat, kalsium oksalat akan mengakibatkan pembentukan batu. 3. Teori presipitasi- kristal Terjadinya perubahan pH urine mempengaruhi substansi dalam urine. Pada urine yang bersifatasam akan mengendap asam urat, garam urat, sistin dan santin. Sedangkan urine yang bersifat basa akan mengendapkan garamgaram fosfat. Pengendapan ini baik urine yang bersifat asam maupun basa akan menjadi inti pembentukan batu. Teori berkurangnya faktor penghambat seperti peptisida fosfat, pirofosfat, sistrat, magnesium akan mempermudah terbentuknya batu pada ginjal. D. Manifestasi Klinis Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada penderita batu ginjal antara lain : 1. Tidak ada gejala atau tanda. 2. Nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral. 3. Hematuria makroskopik atau mikroskopik. 4. Pielonefritis dan/atau sistitis. 5. Pernah mengeluarkan baru kecil ketika kencing. 6. Nyeri tekan kostovertebral. 7. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan. 8. Gangguan faal ginjal. Efek Batu Pada Saluran Kemih : Ukuran dan letak batu biasanya menentukan perubahan patologis yang terjadi pada traktus urinarius : 1. Pada ginjal yang terkena a. Obstruksi b. Infeksi c. Epitel pelvis dan calis ginja menjadi tipis dan rapuh

d. Iskemia parenkim e. Metaplasia 2. Pada ginjal yang berlawanan a. Compensatory hypertrophy b. Dapat menjadi bilateral E. Komplikasi Beberapa komplikasi dari nekrolitiasis (Selamiharja, Nanny, 1998). 1. Retensi urine 2. Hidroureter 3. Hidronefrosis 4. Abses ginjal 5. Pleonefrosis 6. Urosepsis 7. Gagal ginjal F. Penatalaksanaan a. Terapi medis dan simtomatik Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik. b. Litotripsi Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut. c. Tindakan bedah Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat gelombang kejut, atau bila cara non-bedah tidak berhasil. G. Pencegahan Cara penanggulangan batu ginjal dan kemih bervariasi. Yang utama dicari kasusnya, letak dan ukuran batunya. Kemudian baru ditentukan diatasi dengan cara yang mana yang paling tepat atau kombinasi berbagai cara. Kalau letak batu sulit dijangkau atau terlalu besar, jalan satu-satunya dengan pembedahan. Kalau ginjal yang ditumbuhi batu mulai rusak, harus diangkat, agar ginjal yang masih sehat tidak ikut rusak. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya batu ginjal (Selamiharja, Nanny, 1998) yaitu: 1. Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang baru. 2. Dianjurkan untuk banyak minum air putih (8-10 gelas per hari). 3. Diet rendah kalsium seperti ikan salam, sarden, keju, sayur kol. Makin tinggi kalsium, kian tinggi pula eskresinya yang menambah pembentukan kristalisasi garam-garam kapur.

4.

Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentuk batu kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalsium sitrat. 5. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu asupan makanan tersebut dikurangi. 6. Pengobatan penyakit yang dapat menimbulkan batu ginjal seperti hyperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. 7. Dianjurkan mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, jeroan karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih. 8. Untuk mengurangi pembentukan asam urat biasa diberikan allopurinol. 9. Kurangi minuman bersoda dan es teh karena mengandung asam osfalat yang akan meningkatkan pembentukan batu dalam ginjal. 10. Mulailah berolahraga dan kurangi berat badan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian 1. Anamnesis Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri yang sama. 2. Pemeriksaan Fisik a. Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat, dan nausea. b. Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau dengan hidronefrosis. c. Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan retensi urin. d. Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan urosepsis 3. Pemeriksaan penunjang a. Radiologi Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni. Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan

menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan pielografi retrograde. b. Ultrasonografi (USG) Dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu. c. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan penyebab batu. Menurut Nasution , Yusum (2001, 299) pemeriksaan yang diperlukan adalah : 1. Pemeriksaan urin Guna mengetahui komponen-komponen yang ada di dalamnya. 2. Pemeriksaan darah lengkap Dibutuhkan untuk mengetahui kadar darah terutama kandungan ureum dan kreatinin darah yang berperan dalam menunjukan adanya gangguan pada ginjal atau tidak. 3. Pemeriksaan BNO- IVP Untuk mengetahui komponen-komponen didalamnya ginjal dan kandung kemih. 4. Pemeriksaan radiologi (USG, CT-Scan, MRI) Dengan pemeriksaan radiologi ini, dapat teridentifikasi batu-batu yang kecil yang sulit ditemukan dengan cara konvensional. B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksiureteral. 2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral. 3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah. 4. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi informasi. C. Intervensi 1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksiureteral. Mandiri : a. Catat lokasi lamanya intensitas (skala 0-10) dan penyebaran. Perhatikan tanda non-verbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih, menggelepar. R/ membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus. b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri.

R/ memberikan kesempatan terhadap pemberian analgesik sesuai waktu membantu dalam meningkatkan kemampuan koping klien dan dapat menurunkan ansietas) dan waspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/ terjadi komplikasi. Penghentian tiba-tiba nyeri biasanya menunjukkan lewatnya batu. c. Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung dan lingkungan istirahat. R/ Meningkatkan relaksasi, menurungkan tegangan otot dan meningkatkan koping. d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik. R/ mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot. e. Dorong atau bantu ambulasi sering sesuai indikasi dan tingkatan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari dalam toleransi jantung. R/ hidrasi kuat melewatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine dan mencegah pembentukan batu selanjutnya. f. Perhatikan keluhan peningkatan/ menetapnya nyeri abdomen. R/ obstrukasi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine ke dalam area perirenal. Ini membutuhkan kedaruratan bedah akut. Kolaborasi : a. Berikan obat sesuai indikasi : Narktik, contohnya meperidin (demoral), morfin. R/ biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik uretra dan meningkatkan relaksasi otot/ mental. Antispasmodik, contoh flavoksat (Uripas), Oksibutin (Ditropan) R/menurunkan refleks spasme dapat menurunkan kolik dan nyeri. Korikosteroid R/ mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk membantu gerakan batu. b. Berikan kompres hangat pada punggung. R/ menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan refleksi spasme. c. Pertahankan patensi kateter bila digunakan. R/ mengubah stasis/ retensi urine, menurunkan resiko peningkatan tegangan dan infeksi. 2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral. Mandiri : a. Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine. R/ memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi,contoh infekasi dan perdarahan. Perdarahan dapat mengidentifiaksikan peningkatan obstruksi atau iritasi ureter. b. Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi. R/ kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila kalkulus mendekati pertemuan urektrovesikal. c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan. R/ peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.

d. Periksa semua urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa. R/ penemuan batu menmungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi. e. Selidiki keluhan kandung kemih penuh; palpasi untuk distensi suprapublik. Perhatikan penurunan keluaran urine, adanya edema periorbital/tergantung. R/ retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ ginjal) dan potensial resiko terjadinya infekasi, gagal ginjal. f. Observasi perubahan status mental, prilaku atau tingkat kesadaran. R/ akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP. Kolaborasi : a. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, kreatinin. R/ peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal. b. Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas. R/ menentukan adanya ISK, yang menyebabkan gejala komplikasi. c. Berikan obat sesuai indikasi : contoh : Asetazolamid (Diamox), alupurional (Ziloprim). R/ meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurunkan pembentukan batu Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), klortalidon (Higroton). R/ mencegah stasis urine dan menurunkan pembentukan batu kalsium bila tidak berhubungan dengan proses penyakit dasar seperti hipertiroidisme atau abnormalitas vitamin D. Amonium klorida : kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika). R/ menurunkan pembentukan batu fosfat. Agen Antigout, contoh alupurinol (Ziloprim). R/ menurunkan produksi asam urat/ potensial pembentukan batu. Antibiotik. R/ adanya ISK/ alkalin urine potensial pembentuk batu. Natrium bikarbonat. R/ mengganti kehilangan yang tidak dapat retensi selama pembuangan bikarbonat atau alkalinisasi urine dapat menurunkan / mencegah pembentukan beberapa kalkuli. Asam askorbat. R/ mengasamkan urine untuk mencegah berulangnya pembentukan alkalin. d. Perhatikan patensi kateter tak menetap (uretral, ureteral ataunefrostomi) bila menggunakan. R/ membantu aliran urine/ mencegah retensi dan komplikasi. e. Irigasi dengan asam atau larutan alkalin sesuai indikasi. R/ mengubah pH urine dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu selanjutnya. f. Siapkan klien/ bantu untuk prosedur endoskopi contoh : Prosedur basketR/ kalkulus pada ureter distal dan tengah mungkin digerakkan oleh sistoskop endoskopi dengan penangkapan batu ginjal dalam kantung kateter.

Stents ureteral. R/ kateter diposisikan diatas batu untuk meningkatkan dilatasi uretra/lewatnya batu. Irigasi kontinu atau intermiten dapat dilakukan untuk membilas ureter da mempertahankan pH urine. Pielolitotomi terbuka atau perkutaneus, nefrolitotomi, ureterolitotomi. R/ pembedahan mungkin perlu untuk membuang batu yang terlalu besar untuk melewati ureter. Litotripsi ultrasonik perkuteneus. R/ tindakan gelombang syok invasif untuk batu pelvis/ kaliks ginjalatau ureter atas. Litotripsi gelombang syok ekstrakorporeal. R/ prosedur non-invasif dimana batu ginjal dihancurkan dengan gelombang dari luar tubuh. 3. Resiko tinggi terhadap kekuranganm volume cairan berhubungan dengan mual/muntah. Mandiri : a. Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan. R/ membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membantu dalam evaluasi adanya kerusakan ginjal. b. Catat insiden muntah, diare. Perhatikan karakteristik dan frekuensi muntah dan diare, juga kejadian yang menyertai atau mencetuskan. R/ Mual/muntah secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung. Pencatatan dapat membantu mengesampingkan kejadian abdominal lain yang menyebabkan nyeri atau menunjukkan kalkulus. c. Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 liter/hari dalam toleransi jantung. R/ Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis juga tindakan mencuci yang dapat membilas batu keluar. Dehidrai dan ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi sekunder terhadap kehilangan cairan berlebih (muntah dan diare). d. Awasi tanda vital. Evaluasi nadi, pengisian kapilar, turgor kulit dan membran mukosa. R/ indikator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi. e. Timbang berat badan tiap hari. R/ peningkatan berat badan yang cepat mungkin berhubungan dengan retensi. Kolaborasi : a. Awasi Hb/Ht, elektrolit. R/ mengkaji hidrasi dan keefektifan/ kebutuhan intervensi. b. Berikan cairan IV. R/ mempertahankan volume sirkulasi meningkatkan fungsi ginjal. c. Berikan diet tepat, cairan jernih, makan lembut sesuai toleransi. R/ makanan mudah cerna menurunkan aktivitas GI/ iritasi dan membantu mempertahankan caiatan dan keseimbangan nutrisi. d. Berikan obat sesuai indikasi: antiemetik, contoh proklorperazin(Compaxin). R/ menurunkan mual/muntah.

4. Kurangnya pemngetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/mengingat, salah interpretasi informasi. Mandiri : a. Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa dating. R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat piihan berdasarkan informasi. b. Tekankan pentingnya peningkatan pemasukan cairan, contoh 3-4L/hari. Dorong klien untuk melaporkan mulut kering, diuresis berlebihan/ berkeringat dan untuk meningkatkan pemasukan cairan baik bila haus atau tidak. R/ pembilasan sistem ginjal menurunkan kesempatan stasis ginjal dan pembentukan batu. Peningkatan kehilangan cairan/dehidrasi memerlukan pemasukan tambahan dalam kebutuhan sehari-hari. c. Diet rendah purin, contohya membatasi daging berlemak, tumbuhan polong, gandum dan alkohol. R/ menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat. d. Diet rendah kalsium, contohnya membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau. R/ menurunkan pembentukan batu kalsium. e. Diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli karbonat aluminium 30-40 ml,30 menit per jam. R/ mencegah kalkulus fosfat dengan membentuk presipitat yang tidak larut dalam traktus GI, mengurangi beban nefron ginjal. Juga efektif melawan bentuk kalkulus kalsium lain. f. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik contohnya hematuria, oliguria. R/ dengan peningkatan kemungkinan berulangnya batu, intervensi segera dapat mencegah komplikasi serius.

DAFTAR PUSTAKA

http://bangunderis.blogspot.com/2008/11/laporan-pendahuluan.html Purnomo, BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Sjamsuhidrajat R, W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : EGC Webmaster. Batu Saluran Kemih. Diunduh dari : http://www.medicastore.com. Last update : Januari 2008. Webmaster. Renal Calculus. Diunduh dari : http://www.icm.tn.gov.in. Last update : November 2007.