batan peraturan nomor: 211/ka/xii/2010 tentang … · peraturan pemerintah nomor 6 tahun 2006...
TRANSCRIPT
BATAN
PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR: 211/KA/XII/2010
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN, PELAKSANAAN, PELAPORAN, DAN PENGAWASAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
Menimbang: a. bahwa telah ditetapkan Peraturan Kepala BATAN Nomor 161/KA/XII/2006
tentang Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara BATAN;
b. bahwa Peraturan Kepala BATAN sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak
lagi memenuhi kebutuhan dalam penyusunan, pelaksanaan, pelaporan dan
pengawasan anggaran pendapatan dan belanja negara BATAN, sehingga
perlu ditinjau kembali;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b perlu menetapkan Peraturan Kepala BATAN tentang Pedoman
Penyusunan, Pelaksanaan, Pelaporan, Dan Pengawasan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara Badan Tenaga Nuklir Nasional;
Mengingat: 1.
2.
3.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
BATAN
- 2 -
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian
Rencana dan Laporan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4353);
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4406);
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855);
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4614);
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);
BATAN
- 3 -
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;
Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4212) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5136);
Keputusan Presiden Nomor 16/M Tahun 2007;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman
Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 11 /M-IND/PER/3/2006 tentang
Pedoman Teknis Penggunaan Produksi Dalam Negeri sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 30/M-
IND/PER/6/2006;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun
Standar;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK 06/2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang
Penatausahaan Barang Milik Negara;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008 tentang Tata Cara
Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
BATAN
- 4 -
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja;
Keputusan Kepala BATAN Nomor 360/KA/VII /2001 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir;
Peraturan Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Tenaga Nuklir Nasional;
Peraturan Kepala BATAN Nomor 393-396/KA/XI/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai di Lingkungan BATAN;
Peraturan Kepala BATAN Nomor 093/KA/V/2009 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Manajemen Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan,
Diseminasi, dan Penguatan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Nuklir;
Peraturan Kepala BATAN Nomor 013/KA /I/2010 tentang Rencana Strategis
Badan Tenaga Nuklir Nasional Tahun 2010-2014;
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005
tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-33/PB/2008
tentang Pedoman Penggunaan Akun Pendapatan, Belanja Pegawai, Belanja
Barang, dan Belanja Modal;
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-51/PB/2008
tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga;
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-08/PB/2009
tentang Penambahan dan Perubahan Bagan Akun Standar.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TENTANG PEDOMAN
PENYUSUNAN, PELAKSANAAN, PELAPORAN, DAN PENGAWASAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL.
BAB I
BATAN
- 5 -
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:
1. Kepala adalah Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional selaku Pengguna
Anggaran (PA)/Pengguna Barang (PB).
2. Satuan Kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah bagian dari suatu unit
organisasi di BATAN yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari
suatu program yang diberi wewenang atas penerimaan dan pengeluaran
anggaran, dan pengelolaan barang serta mempunyai kode satuan kerja.
3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA adalah
suatu dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga selaku Pengguna Anggaran dan disahkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana atau beban APBN
serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.
4. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang
selanjutnya disingkat RKA-KL adalah dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu Kementerian
Negara/Lembaga.
5. Petunjuk Operasional Kegiatan yang selanjutnya disingkat POK adalah
dokumen yang disusun oleh Kepala Satker untuk memperoleh persetujuan
Deputi terkait/ Sekretaris Utama dan Pengesahan Sekretaris Utama, yang
berisi petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan dalam DIPA sebagai pengendali
operasional kegiatan.
6. Program adalah penjabaran kebijakan Kementerian Negara/Lembaga dalam
bentuk upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan
sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai
dengan misi Kementerian Negara/Lembaga.
7. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
BATAN
- 6 -
beberapa Satker sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu
program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik
yang berupa personel (SDM), barang modal termasuk peralatan dan
teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya
tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)
dalam bentuk barang/jasa.
8. Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atas keluaran yang
diharapkan dari suatu kegiatan.
9. Target adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atas keluaran yang
diharapkan dari suatu kegiatan.
10. Keluaran (Output) adalah barang/jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan
kebijakan.
11. Hasil (Outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.
12. Subkeluaran (Suboutput) adalah barang/jasa untuk mendukung pencapaian
output kegiatan yang jumlahnya identik dengan jumlah volume output yang
dihasilkan.
13. Komponen Masukan (Komponen Input) adalah tahapan dalam pencapaian
output atau suboutput yang disusun sesuai dengan klasifikasi jenis belanja
dan sumber dana.
14. Subkomponen Masukan (Subkomponen Input) adalah bagian yang diperlukan
dan merupakan tahapan yang dilakukan dalam menyiapkan komponen input.
15. Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang yang selanjutnya
disingkat KPA/KPB selaku Penanggung jawab Kegiatan adalah Kepala Satker
dan Kepala Biro Umum untuk Satker Kantor Pusat BATAN, Ketua untuk
Satker STTN, Inspektur untuk Satker Inspektorat yang memperoleh
kewenangan dan tanggung jawab dari Pengguna Anggaran untuk
menggunakan anggaran yang dikuasakan kepadanya dan menggunakan
barang milik negara yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-
baiknya.
16. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah Pejabat
BATAN
- 7 -
yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sebagai
pemilik pekerjaan yang diberi kewenangan untuk mengambil keputusan
dan/atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas
beban belanja negara dan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
pengadaan barang/jasa.
17. Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan Surat Perintah Membayar
adalah Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bagian Administrasi Umum untuk
Satker Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Kepala Subbagian Tata Usaha untuk
Satker Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir (PSJMN) dan
Inspektorat, Kepala Bagian Keuangan untuk Satker Kantor Pusat BATAN yang
diberi kewenangan untuk menguji tagihan kepada negara dan
menandatangani Surat Perintah Membayar.
18. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang yang selanjutnya disingkat
UAKPA/B adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan akuntansi
dan pelaporan tingkat Satker.
19. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah yang
selanjutnya disingkat UAPPA/B-W adalah unit akuntansi instansi yang
melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuangan maupun barang
seluruh UAKPA/B yang berada di wilayah kerjanya, Pusat Teknologi Nuklir
Bahan dan Radiometri untuk UAPPA/B-W Bandung, dan Pusat Teknologi
Akselerator dan Proses Bahan untuk UAPPA/B-W Yogyakarta.
20. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Eselon I yang
selanjutnya disingkat UAPPA/B-E1 adalah unit akuntansi instansi yang
melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuangan maupun barang
seluruh UAPPA/B-W, yang berada di wilayah kerjanya serta UAKPA/B yang
langsung berada dibawahnya, dalam hal ini dilaksanakan oleh Biro Umum.
21. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang yang selanjutnya disingkat
UAPA/B adalah unit akuntansi instansi pada tingkat Kementerian
Negara/Lembaga (Pengguna Anggaran) yang melakukan kegiatan
penggabungan laporan, baik keuangan maupun barang seluruh UAPPA/B-E1
yang berada dibawahnya, dalam hal ini dilaksanakan oleh Biro Umum.
22. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disingkat ULP adalah unit
BATAN
- 8 -
organisasi pemerintahan yang berfungsi melaksanakan pengadaan
barang/jasa di BATAN, yang bersifat permanen dapat berdiri sendiri atau
melekat pada unit yang sudah ada.
23. Panitia Pengadaan dan Pejabat Pengadaan adalah personel dan panitia yang
memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan barang/jasa, yang diangkat oleh KPA
untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa.
24. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan adalah Panitia yang ditetapkan oleh KPA
yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.
25. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah
dokumen permintaan pembayaran yang diterbitkan oleh PPK dan diajukan
kepada KPA melalui Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan Surat
Perintah Membayar.
26. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah
dokumen/surat perintah yang diterbitkan oleh Pejabat Penguji Tagihan dan
Penandatangan SPM untuk dan atas nama KPA kepada BUN atau kuasanya
berdasarkan SPP untuk melakukan pembayaran sejumlah uang kepada pihak
dan atas beban anggaran yang ditunjuk dalam SPP berkenaan.
27. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah Surat
Perintah yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN) selaku kuasa BUN kepada bank operasional berdasarkan SPM untuk
memindahbukukan sejumlah uang dari Kas Negara ke rekening pihak yang
ditunjuk dalam SPM berkenaan.
28. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah uang muka kerja
dalam jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikan kepada
Bendahara Pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan operasional sehari-
hari satuan kerja yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme pembayaran
langsung.
29. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara yang selanjutnya disingkat LPJ
Bendahara adalah laporan yang dibuat oleh bendahara atas uang yang
dikelolanya sebagai pertanggungjawaban pengelolaan uang.
30. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pemerintah atas
BATAN
- 9 -
pelaksanaan APBN berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan
Catatan atas Laporan Keuangan, serta pernyataan tanggung jawab.
31. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan
pemerintah meliputi aset, hutang, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
32. Catatan atas Laporan Keuangan yang selanjutnya disingkat CaLK adalah
laporan yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci
atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA dan Neraca dalam
rangka pengungkapan yang memadai.
33. Barang Milik Negara yang selanjutnya disingkat BMN adalah semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah.
34. Laporan BMN adalah laporan yang disusun oleh UAPB, UAPPB-E1, dan UAKPB
yang menyajikan posisi BMN pada awal dan akhir periode tertentu setiap
semester dan tahunan serta mutasi yang terjadi selama periode tersebut.
35. Catatan atas Laporan Barang Milik Negara yang selanjutnya disingkat
CaLBMN adalah Laporan yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau
daftar terinci yang disajikan dalam laporan intrakomptabel, laporan
ekstrakomptabel, laporan mutasi barang, dan Neraca BMN.
36. Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap
tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang
ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBN.
37. Laporan Hasil Audit yang selanjutnya disingkat LHA adalah bentuk
penyampaian informasi mengenai hasil audit terhadap pelaksanaan APBN
Satker secara tertulis yang ditujukan pada pihak yang diaudit (auditan) dan
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
38. Laporan Hasil Evaluasi yang selanjutnya disingkat LHE adalah bentuk
penyampaian informasi mengenai hasil evaluasi terhadap LAKIP Unit Kerja
secara tertulis yang ditujukan pada pihak yang dievaluasi (evaluatan) dan
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
39. Laporan Hasil Reviu yang selanjutnya disingkat LHR adalah bentuk
penyampaian informasi mengenai hasil reviu terhadap Laporan Keuangan
Lembaga secara tertulis yang ditujukan kepada Kepala sebelum Laporan
BATAN
- 10 -
Keuangan tersebut disampaikan kepada instansi terkait.
40. Aplication Forecasting System yang selanjutnya disingkat AFS adalah aplikasi
perencanaan kas yang digunakan Satker untuk membuat perencanaan kas
bulanan yang dirinci mingguan dan harian kemudian dikirim ke AFS Level
KPPN untuk dibandingkan dengan rencana penarikan dana pada aplikasi
RKAKL.
41. Anggaran Berbasis Kinerja adalah penyusunan anggaran yang didasarkan
pada perencanaan kinerja.
Pasal 2
Wewenang dan Tanggung Jawab
(1) Kepala berwenang dan bertanggung jawab atas ketepatan penetapan
kebijakan umum dan program utama BATAN sesuai dengan RKP, RPJMN, dan
Renstra BATAN.
(2) Kepala menunjuk dan mengangkat:
a. Penandatangan DIPA;
b. KPA/KPB;
c. Atasan Langsung Bendahara Penerima; dan
d. ULP.
(3) Kepala mendelegasikan kewenangan kepada KPA/KPB untuk menunjuk dan
mengangkat PPK, Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM,
Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, Pejabat Pengadaan, Panitia
Pengadaan, Panitia Penerima Hasil Pekerjaan, dan Petugas Pengelolaan
Administrasi Belanja Pegawai.
(4) Deputi/Sekretaris Utama (Sestama) selaku pembina teknis dan administrasi
dilingkungannya berwenang dan bertanggung jawab atas ketepatan
perumusan kebijakan tentang program prioritas dan penunjang yang memuat
pokok-pokok program dan kegiatan tahunan sebagai acuan penyusunan
rencana kegiatan tahunan unit kerja.
(5) Kepala Unit Kerja Eselon II berwenang dan bertanggung jawab atas:
BATAN
- 11 -
a. ketepatan penjabaran program dan anggaran BATAN kedalam kegiatan
unit kerja;
b. ketepatan penjabaran kegiatan dan anggaran unit kerja kedalam
sejumlah topik suboutput/komponen input;
c. keakuratan pelaksanaan verifikasi dan telaahan terhadap kelayakan
usulan kegiatan , baik aspek teknis ilmiah maupun anggaran;
d. kebenaran pelaksanaan pengendalian dan evaluasi secara berkelanjutan
dan diselenggarakan secara berkala dengan tujuan agar dapat
melakukan deteksi dan koreksi dini terhadap penyimpangan kegiatan
dari rencana yang telah ditetapkan dan disetujui; dan
e. ketepatan penyampaian laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan
anggaran kepada Kepala melalui Biro Perencanaan dan Inspektorat.
(6) Kepala Satker selaku KPA/KPB/Penanggung Jawab Kegiatan berwenang dan
bertanggung jawab atas kelancaran, keberhasilan, dan keselamatan
pelaksanaan kegiatan dengan menerapkan sistem manajemen mutu terpadu
dan mengembangkan budaya keselamatan lingkungan sebagaimana
ditetapkan dalam DIPA, baik dari segi keuangan, fisik maupun fungsi.
(7) Kepala Satker menunjuk dan mengangkat:
a. PPK;
b. Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM;
c. Bendahara Penerimaan;
d. Bendahara Pengeluaran;
e. Staf Pengelola;
f. Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai;
g. Pejabat Pengadaan;
h. Panitia Pengadaan;
i. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan;
j. Pengelola Sistem Akuntansi Instansi (SAI);
k. Pengelola Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
l. Pengelola Kegiatan (koordinator, pelaksana, dan pembantu pelaksana);
dan
m. Komisi Pembina Tenaga Fungsional (KPTF).
BATAN
- 12 -
BAB II
PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN (RKA)
Pasal 3
Kepala menetapkan kebijakan umum dan program BATAN untuk 2 (dua) tahun
mendatang dalam bentuk Rencana Kerja Tahunan (RKT) sesuai dengan Rencana
Kerja Pemerintah (RKP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Pasal 4
(1) Kepala Unit Kerja Eselon II mengajukan usulan kegiatan dan rencana kerja
disertai dengan rencana anggaran untuk 2 (dua) tahun mendatang
berpedoman pada Renstra BATAN dan RKT BATAN dengan menggunakan
aplikasi Sistem Informasi Perencanaan Litbangyasa (SIPL) BATAN.
(2) Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibahas dalam forum rapat koordinasi masing-masing Unit Kerja Eselon I.
(3) Usulan kegiatan dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
serta Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) merupakan bahan
masukan dalam Rapat Kerja Tahunan, untuk ditetapkan sebagai Rancangan
Rencana Kerja BATAN.
(4) Rancangan Rencana Kerja BATAN sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
memuat kebijakan, program, kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja, dan
biaya yang dibutuhkan.
(5) Rancangan Rencana Kerja BATAN akan menjadi pedoman dalam penetapan
pagu indikatif oleh Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Kementerian
Keuangan, dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang
kemudian akan disahkan menjadi pagu sementara oleh DPR RI.
Pasal 5
BATAN
- 13 -
(1) Kepala melalui Kelompok Pakar (Peer Group) menilai semua Usulan Kegiatan
Unit Kerja Eselon II berdasarkan pagu indikatif dengan berpedoman pada
dokumen perencanaan BATAN (Grand Strategy), Renstra BATAN, Renstra
Unit Kerja Eselon II, dan rekomendasi hasil rapat kerja tahunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3).
(2) Usulan kegiatan yang telah mendapat rekomendasi Kelompok Pakar (Peer
Group) dijadikan acuan dalam menyusun RKA Satker.
Pasal 6
(1) Kepala melalui Sestama menetapkan pagu sementara untuk satuan kerja
berdasarkan Pagu Sementara BATAN yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
(2) Satker menyusun RKA berdasarkan pagu sementara, Standar Biaya Umum
(SBU), Standar Biaya Khusus (SBK), Harga Satuan Standar BATAN (HSS
BATAN) yang dilengkapi dengan Rincian Anggaran Biaya (RAB), Kerangka
Acuan Kerja (KAK)/Term of Refence (TOR), dan data dukung lainnya dan
disampaikan ke Biro Perencanaan.
(3) Biro Perencanaan menelaah RKA-KL Satuan Kerja meliputi :
a. meneliti kelayakan kegiatan ditinjau dari analisis manfaat dan biaya (cost
benefit analysis), kesesuaian dengan tugas dan fungsi Unit Kerja dan
konsistensi dengan RKT BATAN;
b. meneliti kesesuaian RKA-KL dengan besaran alokasi Pagu Sementara :
1. meneliti alokasi pagu dana perprogram dan perkegiatan.
2. meneliti alokasi pagu dana berdasar sumber pembiayaan
3. meneliti kesesuaian usulan RKA-KL meliputi :
a) meneliti kesuaian penuangan program dan pemilihan kegiatan;
b) meneliti kesuaian antara sasaran program dan output kegiatan;
c) meneliti pencantuman indikator dan keluaran;
d) meneliti kesesuaian antara komponen input dengan output
kegiatan dan sub output kegiatan; dan
e) meneliti kesesuaian jenis belanja dengan Bagan Akun Standar.
BATAN
- 14 -
c. meneliti kesesuaian prakiraan maju dengan membandingkan antara RKA-
KL yang disusun dengan prakiraan maju yang telah ditetapkan
sebelumnya.
d. meneliti penerapan standar biaya dalam Kertas Kerja RKA-KL meliputi:
1. memeriksa besaran belanja dengan standar biaya yang digunakan
dalam penyusunan RKA-KL termasuk jenis belanjanya;
2. apabila standar biaya yang digunakan tidak terdapat di dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai standar biaya dan Peraturan
Kepala BATAN mengenai Harga Satuan Standar BATAN, penelaahan
yang dilaksanakan meliputi :
a) meneliti substansi usulan kegiatan, kerangka acuan kerja
(KAK)/term of reference (TOR);
b) menilai Rincian Anggaran Biaya (RAB), yaitu menilai perhitungan
harga (costing) dan memeriksa hasil perhitungan aritmatik; dan
c) menilai substansi dan data pendukung lainnya.
(4) Biro Perencanaan menghimpun dan mengkompilasi seluruh RKA-KL hasil
penelaahan dalam suatu Himpunan Konsep RKA-KL BATAN, disampaikan ke
Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan untuk ditelaah.
Pasal 7
(1) Kepala menetapkan pagu definitif satker berdasarkan pagu definitif BATAN
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
(2) Dalam hal besaran pagu definitif tidak mengalami perubahan (sama dengan
pagu sementara), Satker menyampaikan RKA-KL sesuai dengan Pagu
Sementara sebagai dasar penerbitan SAPSK.
(3) Dalam hal besaran Pagu Definitif lebih besar dari Pagu Sementara, Satker
mengalokasikan tambahan pagu pada kegiatan yang sudah ada dan atau
kegiatan baru sehingga pagu anggaran kegiatan bertambah dan volume
keluaran bertambah.
(4) Dalam hal besaran Pagu Definitif lebih kecil dari Pagu Sementara, Satker
mengurangi kegiatan dan/atau anggaran kegiatan tertentu sehingga pagu
BATAN
- 15 -
anggaran menjadi berkurang dan volume keluaran tetap atau berkurang.
(5) Biro Perencanaan menyampaikan RKA-KL beserta data elektronik dan
dokumen pendukung kepada Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal
Anggaran sebagai dasar penelaahan pagu definitif.
(6) Dalam hal masih terdapat sisa alokasi anggaran dari hasil penelaahan, sisa
alokasi anggaran dioptimalkan ke dalam kegiatan yang sama dengan
menambah volume keluaran, kegiatan lain dalam program yang sama
dengan menambah volume keluaran, dan cadangan dalam program yang
sama tetapi diblokir.
Pasal 8
(1) Kepala Satker menyusun Konsep DIPA berdasarkan RKA-KL sesuai dengan
pagu definitif dan Lampiran Peraturan Presiden mengenai Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat atau Satuan Anggaran per Satuan Kerja (SAPSK).
(2) Kepala Satker menyampaikan Konsep DIPA ke Biro Perencanaan untuk
ditelaah dalam rangka menjamin kesesuaian Konsep DIPA dengan Lampiran
Peraturan Presiden mengenai Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
atau Satuan Anggaran per Satuan Kerja (SAPSK), prinsip
pembayaran/pencairan dana, dan standar akuntansi pemerintah, serta Surat
Rincian Alokasi Anggaran (SRAA) khusus untuk Satker Pusat Teknologi
Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB -Yogyakarta), Sekolah Tinggi Teknik
Nuklir (STTN-Yogyakarta), dan Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri
(PTNBR-Bandung).
(3) Sestama atas nama Kepala menyampaikan Konsep DIPA Satuan Kerja Pusat
BATAN kepada Direktur Jenderal Perbendahaaran untuk ditelaah dan
disahkan.
(4) Kepala Satker PTAPB, STTN, dan PTNBR menyampaikan Konsep DIPA
kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran setempat untuk
ditelaah dan disahkan.
Pasal 9
(1) Kepala Satker membuat POK berdasarkan DIPA dan SAPSK, disampaikan
BATAN
- 16 -
kepada Deputi terkait/Sestama untuk memperoleh persetujuan dengan
membubuhkan paraf pada angka 11 sebagaimana tersebut dalam format
lampiran I.
(2) Bila diperlukan, Deputi/Sestama dapat minta pertimbangan ke Biro
Perencanaan sebelum menyetujui POK.
(3) POK yang telah memperoleh persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) disampaikan kepada Sestama untuk memperoleh
pengesahan.
BAB III
PENGELOLAAN ANGGARAN DAN KEGIATAN
Pasal 10
(1) Pelaksana Anggaran terdiri atas:
a. KPA/Penanggung Jawab Kegiatan;
b. PPK;
c. Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM;
d. Bendahara Penerimaan;
e. Bendahara Pengeluaran;
f. Staf Pengelola; dan
g. Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai.
(2) KPA/Penanggung Jawab Kegiatan tidak boleh merangkap sebagai PPK
dengan Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM secara
bersamaan, Bendahara Penerimaan, dan Bendahara Pengeluaran.
(3) PPK tidak boleh merangkap sebagai Pejabat Penguji Tagihan dan
Penandatangan SPM, Bendahara Penerimaan, dan Bendahara Pengeluaran.
(4) Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM tidak boleh merangkap
sebagai Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, dan Petugas
Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai.
Pasal 11
KPA/Penanggung Jawab Kegiatan mempunyai tugas:
a. membuka rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan
BATAN
- 17 -
Satker;
b. melaksanakan rencana kerja yang telah ditetapkan dalam DIPA;
c. membuat keputusan dan/atau mengambil tindakan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan substansi tugas dan fungsi;
d. menandatangani Surat Pernyataan bahwa UP tidak untuk membiayai
pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan LS;
e. menandatangani rincian rencana penggunaan dana TUP;
f. menandatangani Surat Pernyataan bahwa:
1. dana TUP akan digunakan untuk keperluan mendesak dan akan habis
digunakan dalam waktu satu bulan sejak tanggal penerbitan SP2D;
2. sisa dana TUP disetor ke Rekening Kas Negara; dan
3. dana TUP tidak digunakan untuk membiayai pengeluaran yang menurut
ketentuan harus dengan LS;
g. menandatangani persetujuan pembayaran honor/vakasi dan lembur;
h. melakukan pemeriksaan Kas Bendahara sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) bulan;
i. melakukan rekonsiliasi internal antara pembukuan Bendahara dan laporan
keuangan UAKPA sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan
sebelum dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN. Hasil pemeriksaan kas dan
rekonsiliasi internal harus dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Kas
dan Rekonsiliasi sesuai dengan format pada Lampiran II dan Lampiran III;
dan
j. menyampaikan laporan keuangan meliputi realisasi anggaran, neraca, dan
CaLK.
Pasal 12
PPK mempunyai tugas:
a. menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa yang meliputi
BATAN
- 18 -
spesifikasi teknis Barang/Jasa, harga Perkiraaan Sendiri (HPS), dan Rancangan
kontrak;
b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
c. menandatangani Kontrak ;
d. melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa;
e. mengendalikan pelaksanaan Kontrak;
f. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada KPA;
g. menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada KPA dengan
Berita Acara Penyerahan;
h. melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan
hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada KPA setiap triwulan;
i. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa;
j. dalam hal diperlukan, PPK dapat:
1. mengusulkan kepada KPA:
a) perubahan paket pekerjaan; dan/atau
b) perubahan jadwal kegiatan pengadaan;
2. menetapkan tim pendukung;
3. menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer)
untuk membantu pelaksanaan tugas Panitia/Pejabat Pengadaan; dan
4. menetapkan besaran Uang Muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia
Barang/Jasa.
k. menandatangani:
1. Ringkasan Kontrak untuk kegiatan yang dananya berasal dari APBN murni,
Penerimaan Non Pajak (PNP) maupun berasal dari Pinjaman Hibah Luar
Negeri (PHLN);
2. Pakta Integritas sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa dimulai;
3. Surat Permintaan Pembayaran (SPP);
4. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran;
5. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB); dan
6. Persetujuan Pembayaran pada kuitansi LS.
BATAN
- 19 -
Pasal 13
Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM mempunyai tugas:
a. menandatangani penerimaan SPP;
b. menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih;
c. meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan
sehubungan dengan perikatan/perjanjian Pengadaan Barang/Jasa;
d. meneliti tersedianya dana yang dibutuhkan;
e. menolak permintaan pembayaran atas bukti penagih yang tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkan;
f. memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan hasil kerja yang
dicapai dengan indikator keluaran;
g. memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan dengan indikator
keluaran yang tercantum dalam DIPA dan/atau spesifikasi teknis yang sudah
ditetapkan dalam kontrak;
h. membebankan pengeluaran sesuai dengan program, kegiatan, output,
komponen, dan akun yang bersangkutan;
i. menerbitkan dan menandatangani:
1. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP);
2. Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS);
3. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan (SPM-GUP); dan
4. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TUP).
j. menandatangani Surat Setoran Pajak (SSP).
Pasal 14
(1) Bendahara Penerimaan mempunyai tugas:
a. membukukan seluruh penerimaaan PNBP, baik yang disetor langsung
oleh wajib setor ke Kas Negara maupun yang dipungut;
b. mencetak Buku Kas Umum dan Buku Pembantu sekurang-kurangnya satu
kali dalam satu bulan;
c. menatausahakan hasil cetakan Buku Kas Umum dan Buku Pembantu
Bulanan yang telah ditandatangani Bendahara Penerimaan dan diketahui
BATAN
- 20 -
KPA;
d. menyusun laporan pertanggungjawaban secara bulanan atas uang yang
dikelola berdasarkan Buku Kas Umum, Buku Pembantu, dan Buku
Pengawasan Anggaran yang telah diperiksa dan direkonsiliasi oleh KPA;
e. menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara bulanan paling lama
10 (sepuluh) hari kerja bulan berikutnya disertai rekening koran dari
bank untuk bulan berkenaan ke KPPN, Kepala, dan Badan Pemeriksa
Keuangan.
(2) Dalam hal Satker tidak mempunyai Bendahara Penerimaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penandatanganan SSBP dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran.
Pasal 15
(1) Bendahara Pengeluaran mempunyai tugas:
a. melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelola setelah:
1. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
KPA;
2. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam
perintah pembayaran; dan
3. menguji ketersediaan dana pada program, kegiatan, output,
komponen, dan akun dalam DIPA yang ditunjuk dalam SPM.
b. menolak perintah bayar dari KPA apabila persyaratan sebagaimana
dimaksud pada huruf a tidak terpenuhi;
c. membebankan pengeluaran sesuai dengan akun yang bersangkutan;
d. memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh),
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM) dan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) serta menyetorkan ke Rekening Kas Negara;
e. menjaga agar kas memiliki persediaan uang tunai paling banyak
Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), untuk melakukan pembayaran
sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan;
f. menjaga ketepatan waktu pengajuan:
BATAN
- 21 -
1. Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP);
2. Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan (SPM-GUP);
3. Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS); dan
4. Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TUP).
g. mengamankan kas dari ketekoran, pencurian, dan/atau kesalahan
pembayaran serta kesalahan lain yang mengakibatkan kerugian negara;
h. membukukan penerimaan selain jenis penerimaan PNBP, baik yang
diperoleh melalui potongan pembayaran atau yang disetor langsung oleh
wajib setor ke Kas Negara;
i. mencetak Buku Kas Umum dan Buku Pembantu sekurang-kurangnya 1
(satu) kali dalam satu bulan;
j. menatausahakan hasil cetakan Buku Kas Umum dan Buku Pembantu
Bulanan yang telah ditandatangani Bendahara Pengeluaran dan diketahui
KPA;
k. menyusun laporan pertanggungjawaban secara bulanan atas uang yang
dikelola berdasarkan Buku Kas Umum, Buku Pembantu, dan Buku
Pengawasan Anggaran yang telah diperiksa dan direkonsiliasi oleh KPA;
l. menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara bulanan paling lama
10 (sepuluh) hari kerja bulan berikutnya disertai rekening koran dari
bank untuk bulan berkenaan ke KPPN, Kepala, dan Badan Pemeriksa
Keuangan;
m. mengupayakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk Satker yang
belum memiliki NPWP;
n. menyampaikan fotokopi SPM (yang telah terbit SP2Dnya) dan SP2D
untuk pengadaan barang inventaris kepada Petugas SAK dan Petugas
SIMAK-BMN;
o. menandatangani persetujuan pembayaran pada kuitansi yang dananya
berasal dari UP; dan
p. menandatangani SSBP dalam hal Satker tidak mempunyai Bendahara
Penerimaan.
(2) Menjaga UP yang cukup, pemegang uang muka kerja harus segera
mempertanggungjawabkan penggunaan uang muka kerja paling lama dalam
BATAN
- 22 -
waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah uang muka kerja diterima.
Pasal 16
Staf Pengelola mempunyai tugas:
a. menyiapkan Laporan bulanan, triwulan, semester, dan tahunan serta laporan-
laporan lain yang diminta oleh Kepala dan/atau instansi lain yang berwenang;
b. memproses dokumen sumber (SPM yang telah terbit SP2Dnya) untuk
menghasilkan laporan keuangan yang terdiri atas laporan realisasi anggaran
dan neraca, sesuai dengan SAI;
c. memproses penggabungan ADK UAKPB dan nilai barang persediaan ke dalam
SAI UAKPA/Satker;
d. membantu melakukan verifikasi atas laporan keuangan;
e. menatausahakan dokumen proses pengadaan barang/jasa; dan
f. mencatat mutasi dan penerimaan/penyerahan barang inventaris dan barang
persediaan pada Buku Bantu BMN sesuai dengan SIMAK BMN.
Pasal 17
Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai mempunyai tugas:
a. mencatat data kepegawaian secara elektronik dan/atau manual yang
berhubungan dengan belanja pegawai secara tertib, teratur, dan
berkesinambungan;
b. menatausahakan semua tembusan surat keputusan kepegawaian dan semua
dokumen pendukung lainnya dalam dosir setiap pegawai pada Satuan Kerja
yang bersangkutan secara tertib dan teratur;
c. memproses pembuatan Daftar Gaji, Uang Duka Wafat/Tewas (UDW/T),
Terusan Penghasilan Gaji, Uang Muka Gaji, Uang Lembur, Uang Makan,
Honorarium, Vakasi, dan pembuatan Daftar permintaan Pembayaran Belanja
Pegawai Lainnya;
d. memproses pembuatan SKPP;
e. memproses perubahan data yang tercantum pada Surat Keterangan Untuk
BATAN
- 23 -
Mendapatkan Tunjangan Keluarga setiap awal tahun anggaran atau setiap
terjadi perubahan susunan keluarga;
f. menyampaikan Daftar Permintaan Belanja Pegawai beserta ADK Belanja
Pegawai dan dokumen pendukung kepada PPK;
g. mencetak Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan melalui Aplikasi
GPP Satker setiap awal tahun dan/atau apabila diperlukan untuk disatukan
dengan Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan yang diterima dari
KPPN;
h. melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan penggunaan anggaran
belanja pegawai.
Pasal 18
Pengelola kegiatan terdiri atas:
a. Koordinator Pelaksana Kegiatan/Peneliti Utama;
b. Pelaksana Kegiatan/Peneliti; dan
c. Pembantu Pelaksana Kegiatan/Pembantu Peneliti.
Pasal 19
Koordinator Pelaksana Kegiatan/Peneliti Utama, mempunyai tugas:
a. menyusun rencana kegiatan;
b. memantau pelaksanaan kegiatan;
c. mengoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
RKA-KL dan DIPA;
d. mengevaluasi pelaksanaan kegiatan; dan
e. menyusun laporan kegiatan.
Pasal 20
Pelaksana Kegiatan/Peneliti, mempunyai tugas:
a. menyusun rencana kegiatan/penelitian;
b. melaksanakan kegiatan sesuai dengan RKA-KL dan DIPA; dan
BATAN
- 24 -
c. menyusun laporan kegiatan/laporan teknis.
Pasal 21
Pembantu Pelaksana Kegiatan/Pembantu Peneliti mempunyai tugas:
a. menyiapkan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan RKA-KL dan DIPA; dan
b. menyiapkan dan menyusun laporan kegiatan/laporan teknis.
Pasal 22
Format pengajuan SPP sesuai dengan lampiran IV dan kelengkapan
persyaratannya diatur sebagai berikut:
a. SPP-UP (Uang Persediaan)
Surat Pernyataan dari KPA menyatakan bahwa UP tersebut tidak untuk
membiayai pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan LS.
b. SPP-TUP (Tambahan Uang Persediaan)
1. rincian rencana penggunaan dana TUP dari KPA;
2. Surat Pernyataan dari KPA bahwa:
a) Dana Tambahan UP akan digunakan untuk keperluan mendesak dan
akan habis digunakan dalam waktu satu bulan terhitung sejak
tanggal diterbitkan SP2D;
b) apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan ke Rekening Kas
Negara;
c) tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayarkan
secara langsung.
3. Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir.
c. SPP-GUP (Penggantian Uang Persediaan)
1. Kuitansi/tanda bukti pembayaran (format kuitansi UP sesuai dengan
format pada lampiran V);
2. Surat Pernyataan Tanggung jawab Belanja (SPTB) sesuai dengan format
pada lampiran VI;
3. Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah dilegalisir oleh Pejabat Penguji dan
Penandatangan SPM.
BATAN
- 25 -
d. SPP Untuk Pengadaan Tanah
Pembayaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan
melalui mekanisme pembayaran langsung (LS). Apabila tidak mungkin
dilaksanakan melalui mekanisme LS, dapat melalui UP/TUP. Pengaturan
mekanisme pembayaran adalah sebagai berikut:
1. SPP-LS (Pembayaran Langsung)
a) Persetujuan Panitia Pengadaan Tanah untuk tanah yang luasnya
lebih dari 1 (satu) hektar di kabupaten/ kota;
b) fotokopi bukti kepemilikan tanah;
c) kuitansi;
d) SPPT PBB tahun transaksi;
e) Surat persetujuan harga;
f) Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa
dan tidak sedang dalam agunan;
g) Pelepasan/ penyerahan hak atas tanah/ akta jual beli dihadapan
PPAT;
h) SSP PPh final atas pelepasan hak; dan
i) Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan).
2. SPP-UP/TUP
a) pengadaan tanah yang luasnya kurang dari 1 (satu) hektar
dilengkapi persyaratan daftar nominatif pemilik tanah yang
ditandatangani oleh KPA;
b) pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar dilakukan
dengan bantuan panitia pengadaan tanah di kabupaten/kota
setempat dan dilengkapi dengan daftar nominatif pemilik tanah dan
besaran harga tanah yang ditandatangani oleh KPA dan diketahui
oleh Panitia Pengadaan Tanah (PPT);
c) Pengadaan tanah yang pembayarannya dilaksanakan melalui
UP/TUP harus terlebih dahulu mendapat izin dispensasi dari Kantor
Pusat Ditjen PBN/Kanwil Ditjen PBN sedangkan besaran uangnya
harus mendapat dispensasi UP/TUP sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BATAN
- 26 -
e. SPP-LS untuk pembayaran gaji, lembur, dan honorarium/vakasi
1. pembayaran Gaji Induk/Gaji Susulan/Kekurangan Gaji/Terusan
Penghasilan Gaji/Uang Muka Gaji/ UDW/T, dilengkapi dengan Daftar Gaji
untuk jenis pembayaran gaji masing-masing dan fotokopi dokumen
pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh Kepala
Satker/Pejabat yang berwenang;
2. pembayaran UDW/T dibebankan pada akun UDW/T, tanpa
memperhatikan pagu dana yang tersedia pada akun berkenaan;
3. pembayaran Lembur dilengkapi dengan daftar pembayaran perhitungan
lembur yang ditandatangani oleh KPA dan Bendahara Pengeluaran, surat
perintah kerja lembur, daftar hadir kerja, daftar hadir lembur, dan SSP
PPh Pasal 21;
4. pembayaran honorarium/vakasi dilengkapi dengan surat keputusan
tentang pemberian honorarium/vakasi, daftar pembayaran perhitungan
honorarium/vakasi yang ditandatangani oleh KPA dan Bendahara
Pengeluaran, dan SSP PPh Pasal 21.
f. SPP-LS non belanja pegawai
1. pembayaran pengadaan barang dan jasa:
a) Kontrak/SPK yang mencantumkan nomor rekening Penyedia
Barang/Jasa;
b) Surat Pernyataan KPA mengenai penetapan Penyedia Barang/Jasa;
c) Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan/ Berita Acara Kemajuan
Pekerjaan;
d) Berita Acara Pembayaran;
e) Kuitansi yang disetujui oleh KPA; (sesuai dengan format pada
lampiran VII);
f) Faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangani Wajib Pajak;
g) Jaminan Bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank
atau lembaga keuangan non bank;
h) Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak yang dananya
sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman/hibah luar
negeri;
BATAN
- 27 -
i) Ringkasan Kontrak yang dibuat sesuai dengan format pada lampiran
VIII untuk Rupiah Murni dan lampiran IX untuk PHLN; dan
j) Berita Acara pada huruf c) dan huruf d) di atas dibuat sekurang-
kurangnya dalam rangkap 5 (lima) dan disampaikan kepada:
a) asli dan 1 (satu) tembusan untuk penerbit SPM;
b) masing-masing 1 (satu) tembusan untuk para pihak yang
membuat kontrak;
c) 1 (satu) tembusan untuk pejabat pelaksana pemeriksaan
pekerjaan.
2. pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa (Listrik, Telepon, dan Air):
a) Bukti tagihan Langganan daya dan jasa;
b) Nomor Rekening Pihak Ketiga (PT PLN, PT Telkom, PDAM, dan lain-
lain);
Dalam hal pembayaran Langganan Daya dan Jasa belum dapat dilakukan
secara langsung, Satker dapat melakukan pembayaran dengan UP.
Tunggakan langganan daya dan jasa tahun anggaran sebelumnya dapat
dibayarkan oleh satker setelah mendapat dispensasi/persetujuan terlebih
dahulu dari Kanwil Ditjen PBN sepanjang dana tersedia dalam DIPA
berkenaan.
3. pembayaran Belanja Perjalanan Dinas harus dilengkapi dengan daftar
nominatif pejabat yang akan melakukan perjalanan dinas, yang berisi
antara lain: informasi mengenai data pejabat (nama, pangkat/golongan),
tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang
diperlukan untuk masing-masing pejabat. Daftar nominatif harus
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang memerintahkan perjalanan
dinas, dan disahkan oleh pejabat yang berwenang di KPPN. Pembayaran
dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran satker kepada para pejabat yang
akan melakukan perjalanan dinas.
g. SPP untuk PNBP
1. UP/TUP untuk PNBP diajukan terpisah dari UP/TUP lainnya;
2. UP dapat diberikan kepada satker pengguna sebesar 20% (dua puluh
perseratus) dari pagu dana PNBP pada DIPA maksimal sebesar
BATAN
- 28 -
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), dengan melampirkan Daftar
Realisasi Pendapatan dan Penggunaan Dana DIPA (PNBP) tahun
anggaran sebelumnya (sesuai dengan format pada lampiran X). Apabila
UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan riil satu
bulan dengan memperhatikan maksimal pencairan (MP);
3. Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai dengan
formula sebagai berikut:
MP = (PPP x JS) – JPS;
MP = maksimal pencairan dana;
PPP = proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan;
JS = jumlah setoran;
JPS = jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir
yang diterbitkan;
4. Dalam pengajuan SPM-TUP/GUP/LS PNBP ke KPPN, satker pengguna
harus melampirkan Daftar Perhitungan Jumlah MP (sesuai dengan format
pada lampiran XI);
5. Pencairan dana harus melampirkan bukti setoran (SSBP) yang telah
dikonfirmasi oleh KPPN;
6. Besaran PPP untuk masing-masing satker pengguna diatur berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Keuangan yang berlaku;
7. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh
melampaui pagu PNBP satker dalam DIPA;
8. Pertanggungjawaban penggunaan dana UP/TUP PNBP oleh KPA,
dilakukan dengan mengajukan SPM ke KPPN setempat cukup dengan
melampirkan SPTB;
9. Sisa dana PNBP dari satker pengguna di luar angka 8, yang disetorkan ke
Rekening Kas Negara pada akhir tahun anggaran merupakan bagian
realisasi penerimaan PNBP tahun anggaran berikutnya dan dapat
dipergunakan untuk membiayai kegiatan setelah diterima DIPA;
10. Sisa UP/TUP dana PNBP sampai akhir tahun anggaran yang tidak
disetorkan ke Rekening Kas Negara, akan diperhitungkan pada saat
pengajuan pencairan dana UP tahun anggaran berikutnya;
BATAN
- 29 -
11. Untuk keseragaman dalam pembukuan sistem akuntansi, penyetoran
PNBP agar menggunakan formulir SSBP sesuai dengan format pada
lampiran XII.
Pasal 23
Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM menerbitkan SPM dengan
mekanisme sebagai berikut:
a. Petugas Penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi daftar
SIMAK kelengkapan berkas SPP, mencatat dalam buku pengawasan
penerimaan SPP dan membuat/menandatangani tanda terima SPP
berkenaan. Selanjutnya petugas penerima SPP menyampaikan SPP dimaksud
kepada pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM;
b. Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM melakukan pengujian atas
SPP, sebagai berikut:
1. memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh
keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu anggaran;
3. memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan hasil kerja
yang dicapai dengan indikator keluaran;
4. memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain:
a) pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/
perusahaan, alamat, nomor rekening dan nama bank);
b) nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan/atau kelayakannya
dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai dengan spesifikasi teknis
yang tercantum dalam kontrak); dan
c) jadwal waktu pembayaran.
5. memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan sesuai dengan
indikator keluaran yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan/atau
spesifikasi teknis yang sudah ditetapkan dalam kontrak.
c. Setelah dilakukan pengujian terhadap SPP-UP/SPP-TUP/SPP-GUP/SPP-LS,
BATAN
- 30 -
Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM menerbitkan SPM-UP/SPM-
TUP/SPM-GUP/SPM-LS dalam rangkap 3 (tiga):
1. Lembar kesatu dan kedua disampaikan kepada KPPN; dan
2. Lembar ketiga sebagai pertinggal pada satker yang bersangkutan.
Pasal 24
Mekanisme Pengajuan UP dan TUP sebagai berikut:
a. Pejabat Penguji Tagihan dan Penandatangan SPM atas nama KPA
menerbitkan SPM-UP berdasarkan DIPA atas permintaan Bendahara
Pengeluaran;
b. berdasarkan SPM-UP, KPPN menerbitkan SP2D untuk rekening Bendahara
Pengeluaran yang ditunjuk dalam SPM-UP;
c. penggunaan UP menjadi tanggung jawab Bendahara Pengeluaran;
d. Bendahara Pengeluaran melakukan pengisian kembali UP setelah UP
dimaksud digunakan (revolving) sepanjang masih tersedia dana dalam DIPA;
e. sisa UP yang masih ada pada bendahara pada akhir tahun anggaran harus
disetor kembali ke Rekening Kas Negara paling lama tanggal 31 Desember
tahun anggaran berkenaan. Setoran sisa UP dimaksud, oleh KPPN dibukukan
sebagai pengembalian UP sesuai dengan akun yang ditetapkan;
f. UP dapat diberikan dalam batas-batas sebagai berikut:
1. UP dapat diberikan untuk pengeluaran Belanja Barang pada klasifikasi
belanja 5211, 5212, 5221, 5231, 5241, dan 5811.
2. diluar ketentuan pada angka 1, dapat diberikan pengecualian untuk DIPA
Pusat oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan sedang untuk DIPA Pusat
yang kegiatannya berlokasi di daerah dan DIPA yang ditetapkan oleh
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan pengecualian diberikan oleh Kepala
Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat.
3. UP dapat diberikan paling banyak:
a) 1/12 (satu per duabelas) pagu DIPA menurut klasifikasi belanja yang
diizinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp.50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) untuk pagu sampai dengan Rp.900.000.000,00
BATAN
- 31 -
(sembilan ratus juta rupiah);
b) 1/18 (satu per delapanbelas) pagu DIPA menurut klasifikasi belanja
yang diizinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp.100.000.000,00
(seratus juta rupiah) untuk pagu di atas Rp.900.000.000,00
(sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.2.400.000.000,00
(dua miliar empat ratus juta rupiah);
c) 1/24 (satu per duapuluh empat) pagu DIPA menurut klasifikasi
belanja yang diizinkan untuk diberikan UP, maksimal
Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu di atas
Rp.2.400.000.000,00 (dua miliar empat ratus juta rupiah);
4. perubahan besaran UP di luar ketentuan pada angka 3 ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Perbendaharaan;
5. pengisian kembali UP sebagaimana dimaksud pada angka 3 dapat
diberikan apabila dana UP telah dipergunakan paling sedikit 75% (tujuh
puluh lima perseratus) dari dana UP yang diterima;
6. dalam hal penggunaan UP belum mencapai 75 % tujuh puluh lima
perseratus), sedang satker memerlukan pendanaan melebihi sisa dana
UP yang tersedia, satker dapat mengajukan TUP;
7. pemberian TUP diatur sebagai berikut :
a) Permintaan TUP sampai dengan jumlah Rp.200.000.000,00
(duaratus juta rupiah) untuk klasifikasi belanja yang diizinkan
diberikan UP dapat diberikan oleh KPPN dalam wilayah pembayaran
KPPN bersangkutan.
b) permintaan TUP di atas Rp.200.000.000,00- (duaratus juta rupiah)
untuk klasifikasi belanja yang diizinkan diberikan UP harus mendapat
dispensasi dari Kepala Kanwil Ditjen. Perbendaharaan.
g. syarat untuk mengajukan TUP:
1. untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda;
2. digunakan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan.
3. apabila tidak habis digunakan dalam satu bulan sisa dana yang ada pada
bendahara, harus disetor ke Rekening Kas Negara;
4. apabila ketentuan pada angka 3 tidak dipenuhi satker tidak dapat
BATAN
- 32 -
diberikan TUP lagi sepanjang sisa tahun anggaran berkenaan;
5. pengecualian terhadap angka 4 diputuskan oleh Kepala Kanwil Ditjen
Perbendaharaan atas usul Kepala KPPN.
h. dalam mengajukan permintaan TUP bendahara wajib menyampaikan:
1. Rincian Rencana Penggunaan Dana untuk kebutuhan mendesak dan riil
serta rincian sisa dana akun yang dimintakan TUP;
2. Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir;
3. Surat Pernyataan bahwa kegiatan yang dibiayai tersebut tidak dapat
dilaksanakan/dibayar melalui penerbitan SPM-LS.
i. SPM UP/Tambahan UP diterbitkan dengan menggunakan kode kegiatan untuk
rupiah murni 0000.0000.825111, pinjaman luar negeri 9999.9999.825112,
dan PNBP 0000.0000.825113;
j. penggantian UP, diajukan ke KPPN dengan SPM-GUP, dilampiri SPTB, dan
fotokopi SSP yang dilegalisasi oleh Pejabat Penguji Tagihan dan
Penandatangan SPM untuk transaksi yang menurut ketentuan harus dipungut
PPN dan PPh;
k. pembayaran yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran kepada satu
Penyedia Barang/Jasa tidak boleh melebihi Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) kecuali untuk pembayaran honorarium;
l. pengembalian pengeluaran anggaran yang telah terbit SP2Dnya pada tahun
anggaran berjalan disetorkan ke Kas Negara dengan menggunakan Surat
Setoran Pengembalian Belanja (SSPB).
Pasal 25
(1) Kewenangan pengesahan revisi DIPA dapat ditetapkan oleh DJPB dan/atau
Kepala Kanwil DJPB meliputi:
a. kesalahan administrasi;
b. perubahan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);
c. alokasi anggaran antar output atau penambahan/pengurangan output
BATAN
- 33 -
dalam satu kegiatan/program/jenis belanja;
d. volume keluaran pada output dengan memperhatikan kesesuaian
sasaran kegiatan dan/atau sasaran program tanpa mengubah alokasi
dana pada kegiatan/program/jenis belanja;
e. realokasi anggaran antar akun dalam satu kegiatan/program/jenis
belanja dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi:
1. gaji dan berbagai tunjangan yang melekat pada gaji;
2. belanja untuk langganan listrik, telepon, gas, dan air;
3. pembayaran untuk berbagai tunggakan;
4. alokasi untuk dana pendamping PHLN; dan
5. belanja barang untuk pengadaan bahan makanan;
f. pencairan dana yang dibubuhi tanda bintang; dan
g. realokasi anggaran antar Satker yang tidak mengubah pagu
kegiatan/program/jenis belanja dalam satu DIPA pada provinsi yang
sama.
(2) Kewenangan revisi DIPA yang diputuskan pengesahannya setelah terlebih
dahulu mendapat persetujuan prinsip dari DJA melalui DJPB, menyangkut
perubahan:
a. Pagu masing-masing program;
b. Pagu masing-masing kegiatan;
c. Pagu masing-masing jenis belanja;
d. Pagu masing-masing unit organisasi;dan
e. Kegiatan dan Program.
Pasal 26
(1) Perubahan POK dapat dilakukan oleh Kepala Satker dan disampaikan kepada
Deputi terkait/Sestama untuk memperoleh persetujuan dengan
membubuhkan paraf pada angka 11 sebagaimana tersebut dalam format
Lampiran I.
(2) Bila diperlukan, Deputi/Sestama dapat minta pertimbangan ke Biro
BATAN
- 34 -
Perencanaan sebelum menyetujui usulan perubahan POK.
(3) Perubahan POK yang telah memperoleh persetujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan kepada Sestama untuk memperoleh
pengesahan.
BAB IV
PENGADAAN BARANG/JASA
Pasal 27
(1) Pengelola Pengadaan Barang/Jasa untuk pengadaan melalui Penyedia
Barang/Jasa terdiri atas:
a. KPA;
b. PPK;
c. ULP/Panitia Pengadaan;
d. Pejabat Pengadaan; dan
e. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.
(2) PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa.
Pasal 28
(1) KPA memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. menetapkan Rencana Umum Pengadaan;
b. mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di
website BATAN;
c. menetapkan PPK;
d. menetapkan Pejabat Pengadaan;
e. menetapkan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan;
f. menetapkan:
1. pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan
Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai di atas Rp.100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah); atau
BATAN
- 35 -
2. pemenang pada Seleksi atau penyedia pada Penunjukan Langsung
untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai di atas Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
g. mengawasi pelaksanaan anggaran;
h. menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
i. menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan Panitia
Pengadaan/Pejabat Pengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat;
dan
j. mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen
Pengadaan Barang/Jasa.
(2) Selain tugas dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam
hal diperlukan, KPA dapat:
a. menetapkan tim teknis; dan/atau
b. menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan pengadaan melalui
Sayembara/Kontes.
Pasal 29
(1) PPK memiliki tugas dan kewenangan sebagaimana dalam Pasal 12 :
(2) Untuk ditetapkan sebagai PPK harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki integritas;
b. memiliki disiplin tinggi;
c. memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk
melaksanakan tugas;
d. mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan
dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN;
e. menandatangani Pakta Integritas;
f. tidak menjabat sebagai pengelola keuangan; dan
g. memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa.
(3) Persyaratan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c adalah:
a. berpendidikan paling kurang Sarjana Strata Satu (S1) dengan bidang
BATAN
- 36 -
keahlian yang sedapat mungkin sesuai dengan tuntutan pekerjaan;
b. memiliki pengalaman paling sedikit 2 (dua) tahun terlibat secara aktif
dalam kegiatan yang berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa; dan
c. memiliki kemampuan kerja secara berkelompok dalam pelaksanakan
setiap tugas/pekerjaan.
Pasal 30
ULP/Panitia Pengadaan
(1) ULP wajib dibentuk BATAN paling lama pada Tahun Anggaran 2014.
(2) Dalam hal ULP belum terbentuk, KPA menetapkan Panitia Pengadaan untuk
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
(3) Panitia Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memiliki
persyaratan keanggotaan, tugas, dan kewenangan sebagaimana
persyaratan keanggotaan, tugas, dan kewenangan Kelompok Kerja ULP.
(4) Pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilakukan oleh Panitia Pengadaan.
(5) Keanggotaan Panitia Pengadaan wajib ditetapkan untuk:
a. Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya dengan nilai di atas
Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
b. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai di atas Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).
(6) Anggota Panitia Pengadaan berjumlah gasal beranggotakan paling sedikit 3
(tiga) orang dan dapat ditambah sesuai dengan kompleksitas pekerjaan.
(7) Panitia Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat dibantu oleh
tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis (aanwijzer).
(8) Paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai
paling tinggi Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dapat dilaksanakan oleh
Panitia Pengadaan atau 1 (satu) orang Pejabat Pengadaan.
(9) Paket Pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi
Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dapat dilaksanakan oleh Panitia
Pengadaan atau 1 (satu) orang Pejabat Pengadaan.
(10) Pengadaan Langsung dilaksanakan oleh 1 (satu) orang Pejabat Pengadaan.
BATAN
- 37 -
(11) Anggota Panitia Pengadaan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. memiliki integritas, disiplin, dan tanggung jawab dalam melaksanakan
tugas;
b. memahami pekerjaan yang akan diadakan;
c. memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas Panitia
Pengadaan yang bersangkutan;
d. memahami isi dokumen, metode, dan prosedur pengadaan;
e. tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Pejabat yang menetapkan
sebagai anggota Panitia Pengadaan;
f. memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan
kompetensi yang dipersyaratkan; dan
g. menandatangani Pakta Integritas.
(12) Tugas dan kewenangan Panitia Pengadaan meliputi:
a. menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
b. menetapkan Dokumen Pengadaan;
c. menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran;
d. mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di website BATAN
dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan
ke Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) untuk diumumkan
dalam Portal Pengadaan Nasional;
e. menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau
pascakualifikasi;
f. melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan harga terhadap penawaran
yang masuk;
g. menjawab sanggahan;
h. menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk:
1. Pelelangan atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi
Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau
2. Seleksi atau Penunjukan Langsung untuk paket PengadaanJasa
Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp.10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah);
BATAN
- 38 -
3. menyerahkan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa
kepada PPK;
4. menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
(13) Selain tugas dan kewenangan Panitia Pengadaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (12), dalam hal diperlukan Panitia Pengadaan dapat mengusulkan
kepada PPK:
a. perubahan HPS; dan/atau
b. perubahan spesifikasi teknis pekerjaan.
(14) Anggota Panitia Pengadaan berasal dari pegawai negeri, baik dari instansi
sendiri maupun instansi lain.
(15) Dikecualikan dari ketentuan pada ayat (14), anggota Panitia Pengadaan pada
instansi lain Pengguna APBN/APBD selain K/L/D/I atau Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola, dapat berasal dari bukan pegawai negeri.
(16) Dalam hal Pengadaan Barang/Jasa bersifat khusus dan/atau memerlukan
keahlian khusus, Panitia Pengadaan dapat menggunakan tenaga ahli yang
berasal dari pegawai negeri atau swasta.
(17) Anggota Panitia Pengadaan dilarang duduk sebagai:
a. PPK;
b. Pengelola keuangan; dan
c. APIP, terkecuali menjadi Pejabat Pengadaan/anggota Panitia Pengadaan
untuk Pengadaan Barang/Jasa yang dibutuhkan instansinya.
Pasal 31
Pejabat Pengadaan
(1) Pejabat Pengadaan mempunyai tugas dan wewenang:
a. menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
b. menetapkan Dokumen Pengadaan
c. menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau
pascakualifikasi;
d. menandatangani Pakta Integritas sebelum pelaksanaan pengadaan
dimulai;
BATAN
- 39 -
e. melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan harga terhadap penawaran
yang masuk;
f. menetapkan Penyedia Barang/Jasa;
g. menyerahkan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada
KPA;
h. membuat laporan mengenai proses dan hasil pengadaan kepada Kepala;
dan
i. memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan
Barang/Jasa kepada KPA.
(2) Selain tugas dan kewewenangan Pejabat Pengadaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dalam hal diperlukan Pejabat Pengadaan dapat mengusulkan
kepada PPK:
a. perubahan HPS; dan/atau
b. perubahan spesifikasi teknis pekerjaan.
(3) Dalam hal Pengadaan Barang/Jasa bersifat khusus dan/atau memerlukan
keahlian khusus, Pejabat Pengadaan dapat menggunakan tenaga ahli yang
berasal dari pegawai negeri atau swasta.
(4) Pejabat Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf d
merupakan personel yang menduduki jabatan Kepala Subbagian
Perlengkapan/Pengadaan Sarana atau personel lain yang ditunjuk, memenuhi
syarat, mempunyai kemampuan, dan mempunyai Sertifikat Keahlian
Pengadaan Barang/Jasa.
(5) Pejabat Pengadaan dapat ditunjuk untuk menetapkan Penyedia Barang/Jasa
untuk :
a. Penunjukan Langsung atau Pengadaan Langsung untuk paket
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan/atau
b. Penunjukan Langsung atau Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan
Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah);
(6) Dalam hal Pejabat Pengadaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4)
berhalangan, penunjukan pelaksana harian (plh) jabatan struktural tersebut
BATAN
- 40 -
harus disertai dengan penunjukan sebagai pejabat pengadaan.
Pasal 32
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
(1) KPA menetapkan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.
(2) Anggota Panitia Penerima Hasil Pekerjaan berasal dari pegawai negeri, baik
dari instansi sendiri maupun instansi lain.
(3) Dikecualikan dari ketentuan pada ayat (2), anggota Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan pada Institusi lain Pengguna APBN/APBD atau Kelompok
Masyarakat Pelaksana Swakelola dapat berasal dari bukan pegawai negeri.
(4) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. memiliki integritas, disiplin, dan tanggung jawab dalam melaksanakan
tugas;
b. memahami isi Kontrak;
c. memiliki kualifikasi teknis;
d. menandatangani Pakta Integritas; dan
e. tidak menjabat sebagai pengelola keuangan.
(5) Panitia Penerima Hasil Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
mempunyai tugas dan kewenangan untuk:
a. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;
b. menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui
pemeriksaan/pengujian; dan
c. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.
(6) Dalam hal pemeriksaan barang/jasa memerlukan keahlian teknis khusus,
dapat dibentuk tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan.
(7) Tim/tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan oleh KPA.
(8) Dalam hal pengadaan Jasa Konsultansi, pemeriksaan pekerjaan sebagaimana
BATAN
- 41 -
dimaksud pada ayat (5) huruf a, dilakukan setelah berkoordinasi dengan
Pengguna Jasa Konsultansi yang bersangkutan.
Pasal 33
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan melalui:
a. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
b. Swakelola; atau
c. Impor.
Pasal 34
(1) Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
menjalankan kegiatan/usaha;
b. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis, dan manajerial
untuk menyediakan barang/jasa;
c. memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia
Barang/Jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik
dilingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman
subkontrak;
d. ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi
Penyedia Barang/Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;
e. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang
diperlukan dalam Pengadaan Barang/ Jasa;
f. dalam hal Penyedia Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia
Barang/Jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/kemitraan
yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili
kemitraan tersebut;
g. memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha
Mikro, Usaha Kecil dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang
pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil;
BATAN
- 42 -
h. memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali untuk
Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi;
i. khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, harus
memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai berikut:
SKP = KP – P
KP = nilai Kemampuan Paket, dengan ketentuan:
1. untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan
sebanyak 5 (lima) paket pekerjaan; dan
2. untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan
sebanyak 6 (enam) atau 1,2 (satu koma dua) N.
P = jumlah paket yang sedang dikerjakan.
N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani
pada saat bersamaan selama kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir.
j. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya
tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas
nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang
dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani Penyedia
Barang/Jasa;
k. sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (SPT
Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23
(bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha
Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan.
l. secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada
Kontrak;
m. tidak masuk dalam Daftar Hitam;
n. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa
pengiriman; dan
o. menandatangani Pakta Integritas.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
huruf h, dan huruf i dikecualikan bagi Penyedia Barang/Jasa orang
BATAN
- 43 -
perorangan.
(3) Pegawai BATAN dilarang menjadi Penyedia Barang/Jasa, kecuali yang
bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan negara.
(4) Penyedia Barang/Jasa yang keikutsertaannya menimbulkan pertentangan
kepentingan dilarang menjadi Penyedia Barang/Jasa.
Pasal 35
Pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan melalui Penyedia Barang/Jasa :
a. Penyedia Barang/Jasa Lainnya:
1. Pelelangan yang terdiri atas Pelelangan Umum dan Pelelangan
Sederhana;
2. Penunjukan Langsung;
3. Pengadaan Langsung; atau
4. Kontes/Sayembara.
b. Penyedia Pekerjaan Konstruksi:
1. Pelelangan Umum;
2. Pelelangan Terbatas;
3. Pemilihan Langsung;
4. Penunjukan Langsung; atau
5. Pengadaan Langsung.
c. Penyedia Jasa Konsultasi
1. Seleksi yang terdiri atas Seleksi Umum dan Seleksi Sederhana;
2. Penunjukan Langsung;
3. Pengadaan Langsung; atau
4. Sayembara.
d. Kontes/Sayembara dilakukan khusus untuk pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Lainnya yang merupakan hasil industri kreatif, inovatif dan metode
pelaksanaan tertentu, budaya dalam negeri, proses dan hasil dari gagasan,
dan tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
e. Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya pada
prinsipnya dilakukan melalui metode Pelelangan Umum dengan pasca
BATAN
- 44 -
kualifikasi dan Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi pada prinsipnya
dilakukan melalui Metode Seleksi Umum.
f. Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dilakukan melalui negosiasi teknis dan
biaya sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan harga pasar dan secara
teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 36
(1) Swakelola merupakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaan
direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh Satker sebagai
penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok
masyarakat.
(2) Pekerjaan yang dapat dilakukan dengan Swakelola meliputi:
a. pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau
memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia serta sesuai
dengan tugas Satker;
b. pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
langsung masyarakat setempat;
c. pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaan
tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa;
d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan
terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/
Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar;
e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau
penyuluhan;
f. pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang
bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang
belum dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa;
g. pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah,
pengujian di laboratorium, dan pengembangan sistem tertentu;
h. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi Satker yang bersangkutan;
i. pekerjaan industri kreatif, inovatif, dan budaya dalam negeri;
BATAN
- 45 -
j. penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan/atau
k. pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista, dan
industri almatsus dalam negeri.
(3) Prosedur Swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, penyerahan, pelaporan, dan pertanggungjawaban pekerjaan.
(4) Pengadaan melalui Swakelola dapat dilakukan oleh:
a. Satker Penanggung Jawab Anggaran;
b. Instansi Pemerintah lain Pelaksana Swakelola; dan/atau
c. Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.
(5) KPA menetapkan jenis pekerjaan serta pihak yang akan melaksanakan
Pengadaan Barang/Jasa secara Swakelola.
Pasal 37
(1) Pengadaan Swakelola oleh Satker Penanggung Jawab Anggaran:
a. direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri oleh Satker Penanggung
Jawab Anggaran; dan
b. mempergunakan pegawai sendiri, pegawai instansi lain dan/atau dapat
menggunakan tenaga ahli.
(2) Jumlah tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tidak boleh
melebihi 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah keseluruhan pegawai
Satker yang terlibat dalam kegiatan Swakelola yang bersangkutan.
(3) Pengadaan Swakelola yang dilakukan oleh Instansi Pemerintah lain Pelaksana
Swakelola dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. direncanakan dan diawasi oleh Satker Penanggung Jawab Anggaran; dan
b. pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh Instansi Pemerintah yang bukan
Penanggung Jawab Anggaran.
(4) Pengadaan melalui Swakelola oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola;
b. sasaran ditentukan oleh Satker Penanggung Jawab Anggaran; dan
BATAN
- 46 -
c. pekerjaan utama dilarang untuk dialihkan kepada pihak lain (subkontrak).
Pasal 38
Pengadaan barang/jasa melalui impor sebagaimana dimaksud pada pasal 33
huruf c dapat dilaksanakan dengan:
a. dana APBN murni dapat dilakukan dengan LC/transfer; dan
b. bantuan luar negeri berupa bantuan teknik/hibah.
Pasal 39
(1) Pengadaan dengan dana APBN murni sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
huruf a dapat dilaksanakan apabila:
a. Barang tersebut belum dapat diproduksi di dalam negeri; b. spesifikasi teknis barang yang diproduksi di dalam negeri belum
memenuhi persyaratan; dan/atau
c. volume produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan.
d. Penyedia Barang/Jasa yang melaksanakan pengadaan barang/jasa yang
diimpor langsung, semaksimal mungkin menggunakan jasa pelayanan
yang ada di dalam negeri.
e. barang yang membutuhkan pelayanan purna jual harus mempunyai agen
resmi pemegang merek yang ditunjuk dan berkantor di Indonesia;
f. pengadaan dengan pembukaan LC/transfer dilaksanakan setelah
mendapat izin dari Kementerian Keuangan dan harus dilakukan melalui
Bank pemerintah dalam hal ini dilaksanakan oleh Biro Umum;
g. barang/bahan yang diimpor atas nama BATAN sepanjang digunakan
untuk keperluan keilmuan dapat diberikan pembebasan Bea Masuk dan
Pajak Impor.
(2) Bantuan luar negeri berupa bantuan teknik/hibah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 huruf b dilaksanakan melalui:
a. counterpart project yang dalam pelaksanaan harus berkoordinasi dan
menyampaikan rencana kegiatan/penerimaan barang/bahan kepada Unit
Kerja Eselon II yang bersangkutan;
BATAN
- 47 -
b. counterpart project melalui Unit Kerja Eselon II yang bersangkutan
menyampaikan rencana penerimaan barang/bahan kepada Biro Umum,
sebagai bahan untuk pengurusan pengeluaran barang/bahan dari
pelabuhan;
c. counterpart project setelah menerima barang segera melaporkan
mengenai kesesuaian kondisi dan spesifikasi barang kepada pemberi
bantuan dengan tembusan kepada Kepala Biro Perencanaan dan Kepala
Unit Kerja Eselon II yang bersangkutan; dan
d. barang yang diterima oleh counterpart project sebagaimana dimaksud
pada huruf c harus diserahkan kepada KPB yang bersangkutan dengan
berita acara serah terima.
(3) Kepala Unit Kerja Eselon II setelah menerima barang bantuan teknik/hibah
wajib menyampaikan laporan ke Biro Kerja Sama, Hukum, dan Hubungan
Masyarakat dengan tembusan ke Biro Umum tentang realisasi bantuan yang
telah diterima.
Pasal 40
Setiap Satker yang melaksanakan pengadaan barang impor, baik dengan
pembukaan LC maupun melalui bantuan teknik dan bantuan luar negeri lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, harus sudah menyiapkan dana untuk
biaya pengurusan barang (inclaring cost).
Pasal 41
Setiap Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai dengan dana dalam negeri atau
dilakukan dengan pola kerja sama antara pemerintah dengan badan usaha, wajib
memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
BATAN
- 48 -
Pasal 42
e-Anouncement
(1) KPA mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa di masing-
masing Satker secara terbuka kepada masyarakat luas setelah rencana
kerja dan anggaran Satker disetujui oleh DPR.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling kurang berisi:
a. nama dan alamat Pengguna Anggaran;
b. paket pekerjaan yang akan dilaksanakan;
c. lokasi pekerjaan; dan
d. perkiraan besaran biaya.
(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan dalam
website BATAN masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk
masyarakat serta Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE.
(4) Satker dapat mengumumkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
yang Kontraknya akan dilaksanakan pada tahun anggaran berikutnya/yang
akan datang.
(5) Penayangan pengumuman Pengadaan Barang/Jasa di surat kabar nasional
dan/atau provinsi, tetap dilakukan oleh Panitia Pengadaan di surat kabar
nasional dan/atau provinsi yang telah ditetapkan, sampai dengan
berakhirnya perjanjian/Kontrak penayangan pengumuman Pengadaan
Barang/Jasa.
(6) Portal Pengadaan Nasional dibangun dan dikelola oleh Lembaga Kebijakan
Penyediaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
(7) Satker wajib menayangkan rencana pengadaan dan pengumuman
pengadaan di website BATAN dan Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE.
(8) Pengelola Website BATAN wajib menyediakan akses kepada LKPP untuk
memperoleh informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7).
Pasal 43
e-Procurement
(1) Satker wajib melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik untuk
sebagian/seluruh paket pekerjaan pada Tahun Anggaran 2012.
BATAN
- 49 -
(2) Satker mulai menggunakan e-Procurement dalam Pengadaan Barang/Jasa
disesuaikan dengan kebutuhan, sejak Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ditetapkan.
BAB V
PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA
Pasal 44
KPB bertanggung jawab dalam hal :
a. ketepatan penggunaan BMN yang berada dalam penguasaannya untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Satker yang dipimpin;
b. ketepatan pengamanan BMN yang berada dalam penguasaannya; dan
c. kebenaran pelaksanaan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan
BMN yang berada dalam penguasaannya.
Pasal 45
(1) BMN merupakan objek penatausahaan, yaitu semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lain yang sah.
(2) KPB wajib menyelenggarakan penatausahaan BMN meliputi pembukuan,
inventarisasi, dan pelaporan.
(3) KPB harus melakukan pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam Daftar
Barang Kuasa Pengguna (DBKP) menurut penggolongan dan kodefikasi
barang.
(4) KPB harus menyimpan dokumen kepemilikan barang milik Negara selain
tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya.
(5) Kepala selaku Pengguna Barang memberi tugas kepada Kepala Biro Umum
untuk:
a. menginventarisasi BMN 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun;
b. menyampaikan laporan hasil inventarisasi kepada Pengelola Barang
paling lama 3 (tiga) bulan setelah selesainya inventarisasi; dan
c. menginventarisasi BMN berupa barang persediaan dan konstruksi dalam
pengerjaan (KDP) setiap tahun.
BATAN
- 50 -
(6) KPB harus menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semester (LBKPS)
dan Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) untuk disampaikan
kepada Pengguna Barang.
Pasal 46
(1) Penggunaan BMN berupa tanah dan/atau bangunan harus ditetapkan status
penggunaannya oleh Pengelola Barang.
(2) Penggunaan BMN selain tanah dan/atau bangunan harus ditetapkan status
penggunaannya oleh Pengelola Barang yaitu:
a. barang yang mempunyai bukti kepemilikan seperti sepeda motor, mobil,
kapal, dan pesawat terbang;
b. barang-barang yang dengan nilai perolehan di atas Rp.25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah) per unit/satuan.
(3) Penggunaan BMN selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan
sampai dengan Rp.25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) per
unit/satuan ditetapkan status penggunaannya oleh Pengguna Barang.
(4) KPB mengajukan usulan Penetapan Status Penggunaan BMN sebagai berikut:
a. tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan per paket usulan
sebesar:
1. Rp. 0,00 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang (KPKNL);
2. di atas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) ke
Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN).
b. selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan per paket usulan
sebesar:
1. Rp. 0,00 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah) ke KPKNL;
2. di atas Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) ke Kanwil DJKN.
BATAN
- 51 -
Pasal 47
(1) Pemanfaatan BMN dalam bentuk Sewa :
a. BMN yang dalam kondisi belum atau tidak digunakan oleh Pengguna
Barang;
b. jangka waktu Sewa BMN paling lama 5 (lima) tahun sejak ditandatangani
perjanjian dan dapat diperpanjang; dan
c. pembayaran uang Sewa dilakukan secara sekaligus paling lama pada saat
penandatanganan kontrak.
(2) KPB mengajukan usulan pemanfaatan BMN dalam bentuk Sewa sebagai
berikut:
a. tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan per paket usulan
sebesar:
1. Rp. 0,00 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) ke KPKNL;
2. di atas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai
dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) ke Kanwil DJKN.
b. selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan per paket usulan
sebesar:
1. Rp. 0,00 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) ke KPKNL;
2. di atas Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) ke Kanwil DJKN.
(3) Pemanfaatan BMN dalam bentuk Pinjam Pakai:
a. harus dalam kondisi belum/tidak digunakan oleh Pengguna Barang untuk
penyelenggraan tugas dan fungsi Pemerintahan;
b. jangka waktu peminjaman BMN paling lama 2 (dua) tahun sejak
ditandatangani perjanjian Pinjam Pakai dan dapat diperpanjang;
c. pemeliharaan dan segala biaya yang timbul selama masa pelaksanaan
Pinjam Pakai menjadi tanggung jawab peminjam;
d. setelah masa Pinjam Pakai berakhir, peminjam harus mengembalikan BMN
BATAN
- 52 -
yang dipinjam dalam kondisi sebagaimana yang dituangkan dalam
perjanjian.
(4) KPB mengajukan usulan pemanfaatan BMN dalam bentuk Pinjam Pakai
sebagai berikut:
a. tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan per paket usulan
sebesar:
1. Rp. 0,00 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) ke KPKNL;
2. di atas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai
dengan Rp. 500.000.000,00 (lima raus juta rupiah) ke Kanwil DJKN.
b. selain tanah dan/atau bangunan nilai perolehan per paket usulan sebesar:
1. Rp. 0,00 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) ke KPKNL;
2. di atas Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) ke Kanwil DJKN.
(5) Pemanfaatan dalam bentuk Kerjasama
a. tidak mengubah status BMN yang menjadi objek Kerjasama Pemanfaatan;
b. jangka waktu Kerjasama Pemanfaatan paling lama 30 (tiga puluh) tahun
sejak ditandatangani perjanjian dan dapat diperpanjang;
c. penentuan besaran kontribusi tetap atas BMN selain tanah dan/atau
bangunan ditetapkan oleh Pengguna Barang dengan persetujuan
Pengelola BMN;
d. pembayaran kontribusi tetap dilakukan pada saat ditandatangani
perjanjian Kerjasama Pemanfaatan, dan kontribusi tahun berikutnya harus
dilakukan paling lama tanggal 31 Maret setiap tahun sampai berakhirnya
perjanjian Kerjasama Pemanfaatan dengan penyetoran ke rekening Kas
Umum Negara.
(6) KPB mengajukan usulan pemanfaatan BMN dalam bentuk Kerjasama sebagai
berikut:
a. tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan per paket usulan
sebesar:
1. Rp. 0,00 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
BATAN
- 53 -
lima puluh juta rupiah) ke KPKNL;
2. di atas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai
dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) ke DJKN.
b. selain tanah dan/atau bangunan nilai perolehan per paket usulan sebesar:
1. Rp. 0,00 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) ke KPKNL;
2. di atas Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) ke Kanwil DJKN.
Pasal 48
(1) Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna (DBP) dan/atau Daftar
Barang Kuasa Pengguna (DBKP) dilakukan dalam hal BMN dimaksud sudah
tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna
Barang (KPB) karena salah satu hal sebagai berikut :
a. Penyerahan BMN kepada Pengelola Barang;
b. Pengalihan status penggunaan BMN selain tanah dan/atau bangunan
kepada Pengguna Barang lain;
c. Pemindahtanganan BMN selain tanah dan/atau bangunan kepada pihak
lain;
d. Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan Hukum tetap dan
sudah tidak ada upaya hukum lainnya, atau menjalankan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
e. Pemusnahan; dan/atau
f. Sebab-sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi
penyebab penghapusan antara lain: hilang, kecurian, terbakar, susut,
menguap, mencair, terkena bencana alam, kadaluarsa, dan mati/cacad
berat/tidak produktif untuk tanaman/hewan/ternak, serta terkena
dampak terjadinya force majeure.
(2) Pengguna Barang menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan setelah
mendapat persetujuan dari Pengelola Barang.
(3) Pengguna Barang memproses penghapusan BMN yang ditindaklanjuti dengan
BATAN
- 54 -
Pemindahtanganan melalui KPKNL.
(4) Penghapusbukuan BMN dari daftar barang KPB melalui SIMAK BMN setelah
adanya:
a. Risalah Lelang untuk penghapusan BMN yang ditindaklanjuti dengan
pemindahtanganan.
b. Berita Acara Serah Terima Barang untuk penghapusan BMN yang tidak
ditindaklajuti dengan pemindahtanganan:
c. Berita Acara Pemusnahan untuk penghapusan BMN yang selain huruf a
dan huruf b.
(5) Pengguna Barang wajib menyampaikan laporan pelaksanaan Penghapusan
BMN kepada Pengelola Barang paling lama 1 (satu) bulan setelah proses
Penghapusan.
(6) Penghapusan BMN yang ditindaklanjuti Pemindahtanganan, KPB mengajukan
usulan sebagai berikut:
a. tanah dan/atau bangunan nilai perolehan per paket usulan sebesar:
1. Rp. 0,00 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) ke KPKNL;
2. di atas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai
dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) ke Kanwil DJKN.
b. selain tanah dan/atau bangunan nilai perolehan per paket usulan sebesar:
1. Rp. 0,00 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah) ke KPKNL;
2. di atas Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) ke Kanwil DJKN.
(7) Penghapusan BMN yang tidak ditindaklanjuti dengan Pemindahtanganan, KPB
mengajukan usulan sebagai berikut:
a. tanah dan/atau bangunan nilai perolehan per paket usulan sebesar:
1. Rp. 0,00 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) ke KPKNL;
2. di atas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai
dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) ke Kanwil DJKN.
b. selain tanah dan/atau bangunan nilai perolehan per paket usulan sebesar:
BATAN
- 55 -
1. Rp. 0,00 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah) ke KPKNL
2. di atas Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) ke Kanwil DJKN.
BAB VI
LAPORAN KEUANGAN, BARANG MILIK NEGARA, DAN KEGIATAN
Pasal 49
(1) Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN, setiap entitas
akuntansi (UAKPA, UAPPA-W, UAPPA-E1, dan UAPA) wajib
menyelenggarakan SAI dan menyusun laporan keuangan setiap bulan,
triwulan, semester, dan tahunan.
(2) Laporan Keuangan disusun dan disampaikan oleh UAKPA kepada UAPPA-W
Bandung untuk satuan kerja PTNBR, kepada UAPPA-W Yogyakarta untuk
satuan kerja STTN dan PTAPB, dan kepada Sestama (melalui Biro Umum)
untuk seluruh UAKPA setelah dilakukan Rekonsiliasi dengan KPPN sebagai
bahan konsolidasi dan bahan pengawasan atas penyelenggaraan SAI.
(3) Laporan Keuangan UAPPA-W disusun, direkonsiliasi dengan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan disampaikan kepada UAPPA-E1
sebagai bahan konsolidasi.
(4) Laporan Keuangan UAPPA-E1 disusun, direkonsiliasi dengan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan,
dan disampaikan kepada UAPA sebagai bahan konsolidasi.
(5) Laporan Keuangan UAPA disusun, direkonsiliasi dengan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan c.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, direviu
oleh inspektorat, dan disampaikan kepada Menteri Keuangan serta Badan
Pemeriksa Keuangan.
(6) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan ayat
(5) disampaikan tepat waktu sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER-51/PB/2008 tentang Pedoman Penyusunan
BATAN
- 56 -
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.
(7) Dalam rangka penyelenggaraan SAI wajib dibentuk dan ditunjuk suatu unit
akuntansi keuangan sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Keuangan dalam
PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan Laporan Keuangan
diatur dengan Prosedur SAI yang diterbitkan oleh Sestama.
Pasal 50
(1) UAKPB wajib membuat Laporan BMN per semester berdasarkan dokumen
sumber yang diterima dari Bendahara Pengeluaran berupa fotokopi SPM
(yang telah diterbitkan SP2D nya), SP2D, dokumen pengadaan barang yang
diterima dari unit pengadaan dan/atau dokumen sumber lainnya.
(2) UAKPB menyampaikan data transaksi BMN ke Unit Akuntansi Keuangan
(UAK) paling lama tanggal 5 (lima) bulan berikutnya untuk penyusunan
neraca tingkat UAKPA.
(3) UAKPB membuat dan menyampaikan laporan barang persediaan ke UAKPA
paling lama 5 (lima) hari setelah berakhirnya semester untuk penyusunan
neraca tingkat UAKPA.
(4) UAKPB wajib membuat dan menyampaikan laporan BMN setiap semester dan
laporan BMN tahunan beserta ADK ke Biro Umum selaku pelaksana UAPPB-
E1, paling lama 10 (sepuluh) hari setelah berakhirnya semester dan tahun
anggaran.
(5) Biro Umum selaku pelaksana UAPPB-E1 wajib membuat dan menyampaikan
laporan BMN per semester dan tahunan ke DJKN.
(6) Sestama sebagai UAPPB-E1 harus melakukan pemutakhiran data BMN setiap
akhir tahun anggaran dengan DJKN.
(7) Setiap Satker harus melakukan Rekonsiliasi Internal antara UAKPB dengan
UAKPA setiap bulan sebelum tanggal penyampaian laporan keuangan ke
KPPN.
(8) Setiap Satker harus melakukan Rekonsiliasi antara UAKPB dan UAKPA setiap
BATAN
- 57 -
Semester sebelum tanggal penyampaian Laporan Barang Kuasa Pengguna ke
KPKNL.
(9) Kepala PTNBR selaku UAPPB-W Bandung dan Kepala PTAPB selaku UAPPB-W
Yogyakarta harus melakukan Rekonsiliasi antara UAPPB-W dan UAPPA-W
setiap Semester sebelum tanggal penyampaian Laporan Barang Pengguna
Wilayah ke Kanwil DJKN.
(10) Biro Umum selaku pelaksana UAPPB-E1 harus melaksanakan Rekonsiliasi
antara UAPPB-EI dan UAPPA-E1 setiap Semester sebelum tanggal
penyampaian Laporan Barang Penguna Eselon I ke DJKN.
(11) Biro Umum selaku pelaksana UAPB harus melakukan Rekonsiliasi antara
UAPB dan UAPA setiap Semester sebelum tanggal penyampaian Laporan
Pengguna ke DJKN.
Pasal 51
(1) Laporan pemantauan, pengendalian, dan evaluasi kegiatan dilaksanakan
dalam rangka Anggaran Berbasis Kinerja dan Akuntabilitas.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Kepala Unit
Kerja Eselon II, dengan pengaturan sebagai berikut :
a. Laporan Realisasi Anggaran Bulanan dengan menggunakan program
aplikasi SIPL ke Biro Perencanaan paling lama setiap akhir bulan;
b. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Unit Kerja triwulan ke Biro Perencanaan
dengan tembusan Deputi terkait/ Sestama, paling lama 10 (sepuluh) hari
setelah triwulan bersangkutan berakhir, menggunakan format
sebagaimana tersebut dalam lampiran XIII dilengkapi dengan lampiran
XIII.a s.d. XIII.k;
c. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Unit Kerja tahunan ke Biro Perencanaan
dengan tembusan kepada Deputi terkait/ Sestama, paling lama 30 (tiga
puluh) hari setelah tahun bersangkutan berakhir, menggunakan format
sebagaimana tersebut dalam lampiran XV dilengkapi dengan lampiran
XIII.a s.d. XIII.k lampiran XIV dan XIV.a s.d. XIV.c disertai dengan berkas
elektronik;
BATAN
- 58 -
d. Kumpulan Laporan Teknis Litbangyasa (sebagai contoh format yang
terdapat pada lampiran I Peraturan Kepala BATAN Nomor
177/KA/XII/2008 tentang Panduan Penelitian dan Pengembangan Untuk
Pembinaan Jabatan Fungsional Peneliti Badan Tenaga Nuklir Nasional) ke
Biro Perencanaan pada setiap akhir tahun, paling lama 30 (tiga puluh)
hari setelah tahun bersangkutan berakhir;
e. Laporan pelaksanaan kegiatan triwulan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, secara berjenjang kepada
Deputi terkait/Sestama dan ke Biro Perencanaan, paling lama 5 (lima)
hari kerja setelah triwulan bersangkutan berakhir menggunakan program
aplikasi yang dikeluarkan oleh BAPPENAS;
f. Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) secara berjenjang
kepada Deputi terkait/Sestama dengan tembusan ke Biro Perencanaan,
paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah tahun bersangkutan berakhir,
menggunakan format sebagaimana tersebut dalam lampiran XV;
g. Laporan Kinerja (LKj) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
secara berjenjang kepada Deputi terkait/Sestama dan ke Biro
Perencanaan, paling lama 10 (sepuluh) hari setelah tahun bersangkutan
berakhir, menggunakan format sebagaimana tersebut dalam lampiran
XVI.
BAB VII
PENGAWASAN PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN
Pasal 52
Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan dan anggaran dilakukan secara:
a. eksternal oleh:
1. Badan Pemeriksa Keuangan RI;
2. Badan Pengawasan Keuangan Pembangunan.
b. internal oleh:
1. Kepala BATAN;
BATAN
- 59 -
2. Deputi terkait/Sestama;
3. Kepala Satker;
4. Inspektorat.
Pasal 53
(1) Kepala melakukan pengendalian dan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan
dan anggaran.
(2) Deputi/Sestama melakukan pengendalian dan pengawasan atas pelaksanaan
kegiatan unit kerja Eselon II dilingkungannya.
(3) Kepala Satker melakukan pengawasan anggaran melalui pemeriksaan kas
bendahara sekurang - kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
(4) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibuat dalam Berita Acara
Pemeriksaan Kas.
(5) Pengendalian kegiatan dilaksanakan oleh pejabat struktural dan pejabat
fungsional berwenang pada setiap unit organisasi secara berkala sesuai
dengan ukuran, kompleksitas dan sifat, tugas, dan fungsi.
(6) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (5), meliputi:
a. reviu atas Kinerja Unit Kerja;
b. pembinaan sumber daya manusia;
c. pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
d. pengendalian fisik aset;
e. penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
f. pemisahan fungsi;
g. otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
h. pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
i. pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
j. akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan
k. dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi
dan kejadian penting.
(7) Pemisahan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf f mencakup
seluruh aspek utama transaksi atau kejadian, tidak dikendalikan oleh 1 (satu)
BATAN
- 60 -
orang.
Pasal 54
(1) Pengawasan oleh Inspektorat terhadap Satker dilaksanakan berdasarkan
surat tugas dari Kepala.
(2) Satker sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan semua
dokumen yang diperlukan.
(3) Pengawasan dilaksanakan sesuai dengan norma dan standar pemeriksaan
yang telah ditentukan.
Pasal 55
(1) Ruang lingkup pengawasan meliputi pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre-
Audit), pengawasan pada saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan
setelah pelaksanaan (Post Audit).
(2) Pengawasan sebelum pelaksanaan (Pre-Audit) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mencakup:
a. perencanaan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi;
b. perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia; dan
c. perencanaan yang berkaitan dengan pengadaan barang/jasa.
(3) Pengawasan pada saat pelaksanaan (Current Audit) dan pengawasan setelah
pelaksanaan (Post Audit) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
a. pelaksanaan tugas dan fungsi;
b. aspek sumber daya manusia;
c. aspek keuangan meliputi pengelolaan dan penatausahaan keuangan
negara penerimaan dan pengeluaran;
d. aspek sarana dan prasarana meliputi pengelolaan dan penatausahaan
BMN;
e. proses pengadaan Barang/Jasa; dan
f. aspek metode kerja.
BATAN
- 61 -
Pasal 56
Inspektorat melakukan evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) unit kerja.
Pasal 57
Atas perintah Kepala, Inspektorat menindaklanjuti pengaduan masyarakat yang
berkaitan dengan masalah atau penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan dan
anggaran.
Pasal 58
(1) Inspektorat menyampaikan LHA, LHR dan LHE kepada Kepala.
(2) Kepala menyampaikan LHA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
Kepala Satker selaku auditan dengan tembusan kepada Deputi terkait/
Sestama, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
(3) Kepala menyampaikan LHE sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
Kepala Satker selaku evaluatan dengan tembusan kepada Deputi
terkait/Sestama, BPKP, dan Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi.
Pasal 59
(1) Satker wajib melakukan tindak lanjut atas temuan hasil pemeriksaan sesuai
dengan rekomendasi dalam LHA, disampaikan kepada Kepala dengan
tembusan kepada Inspektorat.
(2) Dalam melakukan tindaklanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Deputi
terkait/Sestama melakukan pembinaan dan pemantauan atas temuan hasil
pemeriksaan sesuai dengan rekomendasi dalam LHA.
Pasal 60
Reviu atas Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja Tahunan BATAN dilaksanakan
BATAN
- 62 -
oleh Inspektorat, sebelum laporan tersebut disampaikan oleh Kepala kepada
Menteri Keuangan dengan tembusan ke BPK.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 61
Penyusunan dan pelaksanaan APBN di BATAN selain mengikuti peraturan ini wajib
mengikuti peraturan:
a. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010.
b. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
c. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
332/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara.
d. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi.
e. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
349/KPTS/M/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kontrak Jasa
Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan).
Pasal 62
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Kepala BATAN Nomor
161/KA/XII/2006 tentang Pedoman Penyusunan dan Pelaksanan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara BATAN dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 63
BATAN
- 63 -
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Kepala BATAN ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2010
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Januari 2011
MENTERI HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA,
-ttd-
PATRIALIS AKBAR
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 21
Salinan sesuai dengan aslinya,
Kepala Biro Kerja Sama, Hukum,
dan Hubungan Masyarakat,
Ferhat Aziz
BATAN
LAMPIRAN I PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN TA 2011
Satuan Kerja : (xxxxxx) xxxxxxxxxxxxxx (1)
No Kode Uraian
Perhitungan TA 2010 SD/ CP
KP/KD/DK/TP
Cara Pengadaan/Pelaksanaan
Kebutuhan Dana Perkiraan
dana yang tidak
dapat ditarik
Total Volume Harga
Satuan Jumlah Biaya Kontraktual Non
Kontraktual JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A xxxx.xx.xx xxxxxxxxxxxxxxxx (2) 999.999 xxxxxx 9.999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999
1 xxxx xxxxxxxxxxxxxxxx (3) 999.999 xxxxxx 9.999.999.999 xx 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 (xx.xx) xxxxxxxxx (4)
xxxxxxxxxxxxxxxx (5)
a xxxx xxxxxxxxxxxxxxxx (6) 999.999 xxxxxx 9.999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 xxxx.xx.xxx xxxxxxxxxxxxxxxx (7) 999.999 xxxxxx 9.999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 xxx xxxxxxxxxxxxxxxx (8) 999.999 xxxxxx 9.999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 xx xxxxxxxxxxxxxxxx (9) 999.999 xxxxxx 9.999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999
xxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxx (10) 999.999 xxxxxx 9.999.999.999 xx 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 (KPPN.xxx-xxxxxxxx) (11)
Rincian Belanja 999.999 xxxxxx 9.999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999
(12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
9.999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999 999.999.999
JUMLAH LESELURUHAN (A+B)
Pejabat Eselon I Kementerian Negara/Lembaga,
xxxxxxxxxxxxxxxxx (22)
NIP xxxxxxxxxxxxxxx (23)
Kuasa Pengguna Anggaran,
Xxxxxxxxxxxxxxxxx (24)
NIP xxxxxxxxxxxxxxx (25)
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
CARA PENGISIAN PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK)
Halaman ini berisi informasi mengenai rincian kegiatan/belanja pada setiap Satuan Kerja. Pada Aplikasi POK TA 2011 pengisian data dilakukan mengikuti prinsip single entry, baik secara otomatis maupun manual karena sudah terintegrasi dengan aplikasi RKAKL-DIPA. Data yang diperoleh secara otomatis adalah data yang sudah tersedia melalui aplikasi RKAL-DIPA, data tersebut adalah:
(1) Diisi dengan kode satker diikuti dengan uraian satker
(2) Diisi dengan kode Kementerian Negara/Lembaga, Unit Organisasi dan Program diikuti dengan uraian program
(3) Diisi dengan kode uraian kegiatan
(4) Diisi dengan kode dan uraian lokasi kabupaten/kota
(5) Diisi dengan uraian Indikator Kinerja Kegiatan
(6) Diisi dengan kode kegiatan, outpot diikuti dengan uraian output
(7) Diisi dengan kode kegiatan, output dan sub output diikuti dengan uraian Suboutput
(8) Diisi dengan kode dan uraian komponen input
(9) Diisi dengan kode dan uraian Sub Komponen Input
(10) Diisi dengan kode dan uraian Akun
(11) Diisi dengan kode dan nama KPPN
(12) Diisi dengan volume setiap rincian belanja
(13) Diisi dengan harga satuan setiap rincian belanja
(14) Diisi dengan jumlah biaya dengan rumus = (harga satuan x volume)
(15) Diisi dengan Sumber Dana/Cara Penarikan (RM; RMP; PHLN; PNBP/PP; PLRK; LC)
(16) Diisi dengan kode kewengan (KP, KD, DK, TP atau UB)
(20) Diisi dengan jumlah perkiraan dana yang tidak dapat ditarik
(21) Diisi dengan total kebutuhan dana untuk bulan januari sampai dengan Desember yang dirinci berdasarkan program, kegiatan, output, sub output, komponen input, sub komponen input, akun, dan rincian belanja
(22) Diisi dengan nama Pejabat Eselon I Satker bersangkutan (optional sesuai dengan kebijakan masing-masing K/L)
(23) Diisi dengan NIP Pejabat Eselon I Satker yang bersangkutan (optional sesuai dengan kebijakan masing-masing K/L)
(24) Diisi dengan Nama Pejabat KPA
(25) Diisi dengan NIP Pejabat KPA
Beberapa jenis data belum tersedia pada aplikasi RKAKL-DIPA sehingga harus dientry secara manual yaitu sebagai berikut:
(17) Diisi dengan besaran alokasi pagu untuk pengadaan/pelaksanaan yang dilakukan secara Kontraktual
(18) Diisi dengan besaran alokasi pagu untuk pengadaan/pelaksanaa yang dilakukan secara Non Kontraktual
(19) Diisi dengan jumalh kebutuhan dana yang diperlukan sesuai bulan yang bersangkutan yang dirinci berdasarkan program, kegiatan, output, sub output, komponen input, sub komponen input, akun dan rincian belanja
BATAN
LAMPIRAN II PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS DAN REKONSILIASI
Pada hari ini ……………………. tanggal …...... bulan ………. tahun ………, kami selaku Kuasa Pengguna Anggaran telah
melakukan pemeriksaan kas dengan posisi saldo Buku Kas Umum sebesar Rp………. Dan Nomor Bukti terakhir Nomor ……………
Adapun hasil pemeriksaan kas sebagai berikut: I. Hasil Pemeriksaan Pembukuan Bendahara
A. Saldo Kas Bendahara:
1. Saldo BP Kas (Tunai dan Bank) Rp.………………..
B. Saldo Kas tersebut pada huruf A terdiri dari: 1. Saldo BP RP ……………….. 2. Saldo BP Rp.……………….. 3. Saldo BP Lain-lain Rp.……………….. (+)
4. Jumlah (B.1 + B.2 + B.3) Rp.…………………..
C. Selisih Pembukuan (A.1 – B.4) Rp. ……………………..
II. Hasil Pemeriksaan Kas A. Kas yang dikuasai Bandahara
1. Uang tunai di Brankas Bendahara Rp ……………………. 2. Uang di Rekening Bendahara Rp.……………………. (+)
3. Jumlah Kas Rp……………………..
III. Hasil Rekonsiliasi Internal (Bendahara dengan UAKPA)
A Pembukuan menurut Bendahara 1. Penerimaan yang telah disetorkan Rp……………….. 2. Penerimaan yang belum disetorkan Rp……………….. (+)
3. Jumlah (A.1 + A.2) Rp……………………..
B. Pembukuan menurut UAKPA Rp……………………..
C. Selisih Pembukuan Bendahara dengan UAKPA (A.1 –B) Rp……………………..
IV Penjelasan atas Selisih
A. Slisih Kas (II.B) ……………………………………………………………………………………………………… B. Selisih Pembukuan ……………………………………………………………………………………………………… Yang diperiksa Bendahara Pengeluaran, Nama …………………. NIP ………………......
Yang memeriksa Kuasa Pengguna Anggaran, Nama ……………….. NIP …………………..
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
LAMPIRAN III PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
BERITA ACARA PEMERIKSAAN KAS DAN REKONSILIASI
Pada hari ini ……………………. tanggal …...... bulan ………. tahun ………, kami selaku Kuasa Pengguna Anggaran telah
melakukan pemeriksaan kas dengan posisi saldo Buku Kas Umum sebesar Rp………. Dan Nomor Bukti terakhir Nomor ……………
Adapun hasil pemeriksaan kas sebagai berikut: I. Hasil Pemeriksaan Pembukuan Bendahara
A. Saldo Kas Bendahara:
1. Saldo BP Kas (Tunai dan Bank) Rp.……………….. 2. Saldo BP BPP Rp…………………
3. Saldo BP UM Perjadin Rp………………… (+)
4. Jumlah (A.1 + A.2 +A.3) Rp…………………..
B. Saldo Kas tersebut pada huruf A terdiri dari: 1. Saldo BP UP RP ……………….. 2. Saldo BP LS-Bendahara Rp.………………..
3. Saldo BP Pajak Rp………………… 4. Saldo BP Lain-lain Rp.……………….. (+)
5. Jumlah (B.1 + B.2 + B.3 + B.4) Rp.…………………..
C. Selisih Pembukuan (A.4 – B.5) Rp. ……………………..
II. Hasil Pemeriksaan Kas A. Kas yang dikuasai Bandahara
1. Uang tunai di Brankas Bendahara Rp …………………….
2. Uang di Rekening Bendahara Rp.……………………. (+)
3. Jumlah Kas (A.1 + A.2) Rp……………………..
B Selisih kas (I.A.1 – II.A.3) Rp………………………
III. Hasil Rekonsiliasi Internal (Bendahara dengan UAKPA)
A Pembukuan UP menurut Bendahara 1. Saldo UP Rp………………..
2. Kuitansi UP yang belum di SP2D kan Rp……………….. (+)
3. Jumlah UP dan Kuitansi UP (A.1 + A.2) Rp……………………..
B. Pembukuan UP menurut UAKPA Rp……………………..
C. Selisih UP Pembukuan Bendahara dengan UAKPA (A3 – B) Rp……………………..
IV Penjelasan atas Selisih
A. Slisih Kas (II.B) ………………………………………………………………………………………………………
B. Selisih Pembukuan UP (III.C) ……………………………………………………………………………………………………… Yang diperiksa Bendahara Pengeluaran, Nama ………………….
NIP ………………......
Yang memeriksa Kuasa Pengguna Anggaran, Nama ………………..
NIP …………………..
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
LAMPIRAN IV PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN Tanggal: (1) Nomor: (2)
Sifat Pembayaran (3)
Jenis Pembayaran (4)
1. Departemen/Lembaga : (5) 2. Unit Organisasi : (6) 3. Satker/SKS : (7) 4. Lokasi : (8) 5. Tempat : (9)
6. Alamat : (10) 7. Kegiatan : (11) 8. Kode Kegiatan : (12) 9. Kode Fungsi, Sub Fungsi, Program : (13) 10. Kewenangan Pelaksanaan : (14)
Kepada Yth. Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar Satker ……………………… (15) ……………….. Di ………………… (16) ………………… Berdasarkan DIPA (17) ………… Nomor : (18) …….... tanggal ….. (19)…. Bersama ini kami ajukan
permintaan pembayaran sebagai berikut: 1. Jumlah pembayaran yang dimintakan : denga angka : (20)
dengan huruf : (21) 2. Untuk keperluan : (22) 3. Jenis belanja : (23) 4. Atas Nama : (24) 5. Alamat : (25)
6. Mempunyai rekening : (26) Nomor rekening : (27)
7. Nomor dan tanggal SPK/kontrak : (28) 8. Nilai SPK/Kontrak : Rp. (29)
9. Dengan Penjelasan
No Urut
I. Keg. Sub Keg. Dan Akun Bersangkutan
II. Semua Kode Kegiatan Dalam DIPA/ (30)……
Pagu Dalam Dipa/
(31)….. (Rp)
SPP/SPM sd. Yang Lalu
(Rp)
SPP ini
(Rp)
Jumlah sd. SPP Ini
(Rp)
Sisa Dana
(Rp)
1 2 3 4 5 6= 4+5 7
I. Kegiatan, Sub Kegiatan, Akun
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
Jumlah I (38) (39) (40) (41) (42)
II. Semua Kegiatan (43)
(44)
(45)
(46)
(47
(48)
Jumlah II (49) (50) (51) (52) (53)
Uang Persediaan
LAMPIRAN Dokumen Surat Bukti STS….(56)…..Lembar Pendukung: … (54) Pengeluaran (55) …..Lembar
Diterima oleh penguji SPP/penerbit SPM ………., tanggal seperti diatas
Satker …………(57) Pejabat Pembuat Komitmen Pada tanggal (58) Satker …….. (59)………….
NIP NIP
BATAN
DAFTAR RINCIAN PERMINTAAN PEMBAYARAN
1. Kementerian/Lembaga : ( )
2. Unit Organisasi : ( )
3. Lokasi : ( )
4. Kantor/Satuan Kerja : ( )
5.Alamat : ( )
Jenis SPP
1. GUP
2. GUP Nihil
6. DIPA Nomor :
Tanggal :
7. Kode Kegiatan :
Pagu Sub Kegiatan
Rp.
8. Kode Sub Kegiatan :
9. Tahun Anggaran :
10. Bulan :
No
Urut
Bukti Pengeluaran Jumlah Kotor
Yang dibayarkan
(Rp)
Tanggal
Nomor Bukti
Pembukuan
Nama Penerima dan
Keperluan
NPWP AKUN
Jumlah Lampiran :
Lembar
Jumlah SPP ini (Rp)
SPM/SPP sebelum SPP ini di atas beban sub
kegiatan ini
Jumlah sd. SPP ini atas beban sub kegiatan ini
……….., …………………………
a.n. Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Pembuat Komitmen
Nama
NIP/NRP
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi tanggal Penerbitan SPP
(2) Diisi nomor Penerbitan SPP
(3) Dipilih salah satu:1 = UP, 2 = TUP, 3 = GUP, 4 = LS, 5 = GU Nihil, 6 = GU
Pengganti RK (untuk GU Nihil Rekening Khusus satker, satu SPP diterbitkan 2 SPM
yaitu: SPM Nihil dan SPM Pengganti)
(4) Dipilih salah satu:1 = Pengeluaran Anggaran (PA), 2 = Pengembalian Uang Mata
Anggaran (PUMA), 3 = PFK, 4 = Peng. Transito, 5 = Perh. RK, 6 = Pembetulan
Pembukuan
(5) Diisi nama dan kode Kementerian/lembaga yang bersangkutan
(6) Diisi nama dan kode Unit Eselon I Kementerian/ lembaga yang bersangkutan
(7) Diisi nama dan kode satker yang bersangkutan
(8) Diisi nama dan kode Provinsi satker yang bersangkutan
(9) Diisi nama dan kode kota/ kabupaten satker yang bersangkutan
(10) Diisi alamat satker yang bersangkutan
(11) Diisi nama kegiatan yang bersangkutan
(12) Diisi kode kegiatan yang bersangkutan
(13) Diisi kode fungsi, sub fungsi dan program yang bersangkutan
(14) Diisi kode: (KD) untuk Kantor Daerah, (KP) Kantor Pusat, (DK) Dekonsentrasi, (PB)
Pembantuan, (DS) Desentralisasi .
(15) Diisi nama satker yang bersangkutan
(16) Diisi nama kota/ kabupaten satker yang bersangkutan
(17) Diisi jenis dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/ DIPP/ SKPA/ SKO atau
dokumen yang disamakan)
(18) Diisi nomor dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/ DIPP/ SKPA/ SKO atau
dokumen yang disamakan)
(19) Diisi tanggal penerbitan dokumen anggaran
(20) Diisi jumlah dana yang diminta dengan angka
(21) Diisi jumlah dana yang diminta dengan huruf
(22) Diisi keperluan pembayaran
(23) Diisi jenis belanja bersangkutan (belanja pegawai/ belanja barang/ belanja modal/
dst)
(24) Diisi nama pihak penerima pembayaran
(25) Diisi alamat pihak penerima pembayaran
(26) Diisi nama Bank tempat rekening pihak penerima pembayaran
(27) Diisi nomor rekening pihak penerima pembayaran
(28) Diisi nomor dan tanggal SPK/ kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga
(LS)
(29) Diisi nilai SPK/ kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga (LS)
(30) Diisi sama dengan nomor 17
(31) Diisi sama dengan nomor 17
BATAN
(32) Diisi kode kegiatan, sub kegiatan dan AKUN yang bersangkutan
(33) Diisi angka pagu masing-masing AKUN dalam satu kegiatan
(34) Diisi akumulasi nilai SPP/ SPM yang telah diajukan
(35) diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini
(36) Diisi penjumlahan nilai kolom 4 dan kolom 5
(37) Diisi hasil pengurangan nilai kolom 3 dengan kolom 6
(38) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 3
(39) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 4
(40) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 5
(41) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 6
(42) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 7
(43) Diisi kode semua kegiatan dalam DIPA/ DIPP/ SKPA/ SKO atau
dokumen yang disamakan.
(44) Diisi pagu semua kegiatan dalam dokumen anggaran (DIPA/ DIPP/ SKPA/
SKO atau dokumen yang disamakan)
(45) Diisi kumulatif jumlah semua kegiatan sampai dengan SPP ini
(46) Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini
(47) Diisi jumlah kumulatif seluruh kegiatan
(48) Diisi sisa dana seluruh kegiatan
(49) Diisi jumlah nomor urut II pada kolom 3
(50) Diisi jumlah nomor urut II pada kolom 4
(51) Diisi jumlah nomor urut II pada kolom 5
(52) Diisi jumlah nomor urut II pada kolom 6
(53) Diisi jumlah nomor urut II pada kolom 7
(54) Diisi jumlah lampiran dokumen pendukung yang diperlukan
(55) Diisi jumlah surat bukti pengeluaran yang diperlukan
(56) Diisi jumlah lampiran surat tanda setoran (SSP/ SSBP)
(57) Diisi nama satker penguji SPP/penerbit SPM
(58) Diisi tanggal penerimaan SPP
(59) Diisi nama satkerpenguji SPP/ penerbit SPM
BATAN
LAMPIRAN V PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
KUITANSI UP
TA: (1) Nomor Bukti: (2) AKUN: (3)
KUITANSI/ BUKTI PEMBAYARAN Sudah terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran/Pembuat Komitmen Satker……(4)……………….. Jumlah uang : Rp. ……(5)………….. Terbilang : ………………(6).………………………………………….. ……………………………………………………………… Untuk pembayaran : …......(7)……………….
Tempat/ Tgl. (8) Jabatan Penerima Uang T. Tangan dan stempel
(9)
(Nama Jelas) Setuju
dan lunas dibayar Tgl. … Bendahara Pengeluaran T. Tangan (10) (Nama Jelas)
Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/ diselesaikan dengan lengkap dan baik Pejabat yang bertanggungjawab T. Tangan
(11) (Nama Jelas)
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI UANG PERSEDIAAN (UP)
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi tahun anggaran berkenaan
(2) Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan
(3) Diisi AKUN yang dibebani transaksi pembayaran
(4) Diisi nama satker yang bersangkutan
(5) Diisi jumlah uang dengan angka
(6) Diisi jumlah uang dengan huruf
(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/ jasa dan spesifikasi
teknisnya
(8) Diisi tempat tanggal penerima uang
(9) Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada) dan materai
sesuai ketentuan
(10) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP bendahara pengeluaran dan tanggal lunas
dibayar
(11) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP pejabat yang ditunjuk dan bertanggungjawab
dalam penerimaan barang/jasa
BATAN
LAMPIRAN VI PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB BELANJA Nomor : …………………………..
1. Nama Satuan Kerja : 2. Kode Satuan Kerja : 3. Tanggal/No.DIPA : 4. Sub Kegiatan : 5. Klasifikasi Belanja : _________________________________________________________________________________________
Yang bertandatangan-tangan di bawah ini Kuasa Pengguna Anggaran Satuan Kerja……………………… menyatakan bahwa saya bertanggung jawab penuh atas segala pengeluaran yang telah dibayar lunas oleh Bendahara Pengeluaran kepada
yang berhak menerima dengan perincian sebagai berikut:
NO AKUN Penerima Uraian Bukti
Jumlah Tanggal Nomor
Jumlah Rp.
Bukti-bukti belanja tersebut di atas disimpan sesuai ketentuan yang berlaku pada Satuan Kerja.......................... untuk
kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawasan fungsional. Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
…………, ……….. Kuasa Pengguna Anggaran/Pembuat Komitmen,
NAMA * SPTB dibuat berdasarkan klasifikasi belanja (4 digit) NIP/NRP
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
LAMPIRAN VII PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
KUITANSI LS
TA: (1) Nomor Bukti: (2) AKUN: (3)
KUITANSI/ BUKTI PEMBAYARAN Sudah terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran satker/satker sementara ……(4)……………….. Jumlah uang : Rp. ……(5)………….. Terbilang : ………………(6).………………………………………….. ……………………………………………………………… Untuk pembayaran : ........…(7)……………….
Tempat/ Tgl. (8) Jabatan Penerima Uang T. Tangan
(9)
(Nama Jelas)
Setuju dibayar: a.n. Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pembuat Komitmen T.Tangan dan Stempel
(10) (Nama Jelas)
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI LANGSUNG (LS)
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi tahun anggaran berkenaan
(2) Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan
(3) Diisi AKUN yang dibebani transaksi pembayaran
(4) Diisi nama satker yang bersangkutan
(5) Diisi jumlah uang dengan angka
(6) Diisi jumlah uang dengan huruf
(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi lingkup pekerjaan yang diperjanjikan,
tanggal, nomor kontrak/SPK, berita acara yang diperlukan/dipersyaratkan
(8) Diisi tempat tanggal penerima uang
(9) Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada) dan materai
sesuai ketentuan
(10) Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP KPA/PPK serta stempel dinas
BATAN
LAMPIRAN VIII PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
RINGKASAN KONTRAK
Untuk Kegiatan yang dananya berasal dari Rupiah Murni
1. Nomor dan tanggal DIPA : (1)
2. Kode Kegiatan/Sub Kegiatan/AKUN : (2)
3. Nomor dan Tanggal SPK/Kontrak : (3)
4. Nama Kontraktor/Perusahaan : (4)
5. Alamat Kontraktor : (5)
6. Nilai SPK/Kontrak : (6)
7. Uraian dan volume Pekerjaan : (7)
8. Cara Pembayaran : (8)
9. Jangka Waktu Pelaksanaan : (9)
10. Tanggal Penyelesaian Pekerjaan : (10)
11. Jangka Waktu Pemeliharaan : (11)
12. Ketentuan Sanksi : (12)
Catatan: Apabila terjadi Adendum kontrak, data kontrak agar disesuaikan dengan perubahannya.
Tempat, tanggal……. (13)……….. a.n. Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pembuat Komitmen (Tanda Tangan) (14) (Nama Jelas)
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
PETUNJUK PENGISIAN RESUME KONTRAK (RM)
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi tanggal dan nomor DIPA
(2) Diisi kode kegiatan (4 digit), kode sub kegiatan (4 digit), dan kode AKUN (6 digit)
sesuai DIPA pada isian (1)
(3) Diisi nomor dan tanggal SPK/ Kontrak berkenaan
(4) Diisi nama penyedia barang/jasa dan nama perusahaan sesuai SPK/ kontrak
(5) Diisi alamat perusahaan penyedia barang/jasa yang bersangkutan
(6) Diisi nilai SPK/ Kontrak yang diperjanjikan
(7) Diisi uraian pekerjaan dan volume pekerjaan sesuai SPK/ Kontrak
(8) Diisi cara/ tahap pembayaran kepada penyedia barang/jasa (termin, monthly
certificate dll)
(9) Diisi jumlah hari penyelesaian pekerjaan
(10) Diisi tanggal penyelesaian pekerjaan
(11) Diisi jumlah hari masa pemeliharan
(12) Diisi prosentase pinalti denda keterlambatan minimal dana maksimal
(13) Diisi tanggal pembuatan Resume Kontrak
(14) Diisi tanda tangan dan nama jelas pejabat pembuat komitmen
BATAN
LAMPIRAN IX PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
RINGKASAN KONTRAK
Untuk Kegiatan yang dananya berasal dari PHLN
1. Nomor dan tanggal DIPA : (1) 2. Kode Kegiatan/Sub Kegiatan/AKUN : (2) 3. Nomor Loan dan Nomor Register : (3) 4. Kategori : (4) 5. Nomor dan Tanggal Kontrak : (5) 6. Nomor dan Tanggal Adendum : (6) 7. Nama Kontraktor/Perusahaan : (7) 8. Alamat Kontraktor : (8) 9. Prosentase Loan : (9) 10. Nilai Kontrak : (10)
11. Porsi Pembayaran Loan : (11)
12. Porsi Pembayaran GOI : (12)
13. Uraian dan volume Pekerjaan : (13)
14. Sistem Pembayaran : (14)
15. Cara Pembayaran : (15)
16. Jangka Waktu Pelaksanaan : (16)
17. Tanggal Penyelesaian Pekerjaan : (17)
18. Jangka Waktu Pemeliharaan : (18)
19. Ketentuan Sanksi : (19)
Catatan: Apabila terjadi Adendum kontrak, data kontrak agar disesuaikan dengan perubahannya.
Tempat, tanggal……. (20)……….. a.n. Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pembuat Komitmen (Tanda Tangan) (21) (Nama Jelas)
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
PETUNJUK PENGISIAN RESUME KONTRAK (PHLN)
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi tanggal dan nomor DIPA
(2) Diisi kode kegiatan (4 digit), kode sub kegiatan (4 digit), dan kode AKUN (6 digit)
sesuai DIPA pada isian (1)
(3) Diisi nomor loan dan nomor register loan yang terbebani kontrak
(4) Diisi nomor kategori dan uraiannya
(5) Diisi nomor dan tanggal Kontrak
(6) Diisi nomor Adendum kontrak (hanya diisi bila ada edendum kontrak)
(7) Diisi nama penyedia barang/jasa dan nama perusahaan sesuai kontrak
(8) Diisi alamat perusahaan penyedia barang/jasa yang bersangkutan
(9) Diisi Prosentase antara nilai loan dan GOI
(10) Diisi nilai Kontrak yang diperjanjikan
(11) Diisi porsi pembiayaan loan
(12) Diisi porsi pembiayaan GOI
(13) Diisi uraian pekerjaan dan volume pekerjaan sesuai kontrak
(14) Dipilih salah satu: Rekening Khusus, Pembayaran langsung, Letter of Credit (LC)
(15) Diisi tahapan pembayaran (term of payment) misal: monthly certificate, dll
(16) Diisi jumlah hari penyelesaian pekerjaan
(17) Diisi tanggal penyelesaian pekerjaan
(18) Diisi jumlah hari masa pemeliharan pekerjaan
(19) Diisi prosentase nilai denda yang dikenakan apabila terjadi wanprestasi
(20) Diisi tanggal pembuatan Resume Kontrak
(21) Diisi tanda tangan dan nama jelas pejabat pembuat komitmen
BATAN
LAMPIRAN X PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
DAFTAR REALISASI PENDAPATAN
DAN PENGGUNAAN DANA DIPA TAHUN……
1. Nama kantor/Satker : ………………………………………………….. 2. Kode Kegiatan : …………………………………………………. 3. Kode Kantor : ………………………………………………….. 4. Tanggal dan nomor DIPA : ………………………………………………….. 5. Perhitungan realisasi Pendapatan dan penggunaan dana DIPA
a. Jumlah Setoran PNBP dari 1 Januari 20.. s.d 31 Desember 20.. SSBP lembar 4 ……. Lembar …………………………….. Rp. .................................
b. Jumlah dana yang dapat digunakan ( ……..% x 5.a) Rp .................................. c. Realisasi Pencairan dana 1 Januari 20.. s.d 31 Desember 20..
1) SPM-UP 20% pagu Rp. …………………………… 2) Jml SPM-TUP (isi) Rp. ………………………….. 3) Jml SPM-GU (isi) Rp. ………………………….. 4) Jml SPM-LS Rp. ………………………….. 5) Jumlah ………………………………………………….………………….. Rp. ……………………………… (-)
d. Sisa Dana (5b – 5c.5)………………………………………………………….. Rp. ……………………………..
6. Sisa UP + TUP yang belum digunakan pada tgl. 31 Desember
a. SPM-UP 20% pagu Rp. ………………..……. b. Jml SPM-TUP (isi) Rp. ………………………. (+)
c. Jumlah UP + TUP ……………………………………………………………. Rp. ………….……………….… d. Jml SPM-GU Nihil …………………………………………………………… Rp. …………………………….. (-)
e. Sisa UP + TUP yang belum digunakan ………………..……………. Rp. ……………………………. f. Jumlah UP + TUP disetor ke rekening Kas Negara ……………… Rp. ……………………………. *)
*) Bukti setoran sisa UP + TUP terlampir
…………..., ………………20… Kepala Kantor ………………. Nama …………………………... NIP …………………………….…
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
LAMPIRAN XI PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
DAFTAR PERHITUNGAN JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP)
SATKER PENGGUNA PNBP
1. Nama kantor/Satker : ………………………………………………….. 2. Nomor dan Tanggal DIPA : …………………………………………………. 3. Target Pendapatan : ………………………………………………….. 4. Pagu Pengeluaran : ………………………………………………….. 5. Perhitungan maksimal Pencairan Dana
a. Jumlah Setoran PNBP 1) Jumlah setoran s.d. SSBP yang lalu...................................... Rp. ................................. 2) Jumlah setoran tambahan SSBP ini .................................... Rp. ................................*) (+) 3) Jumlah setoran s.d. SSBP ini .............................................. Rp. ................................
b. Jumlah dana yang dapat digunakan ( ……..% x 5.a.3) Rp .................................. c. Realisasi Pencairan dana s.d. SPM yang lalu
1) SPM-UP 20% pagu Rp. …………………………… 2) Jml SPM-TUP (isi) Rp. ………………………….. 3) Jml SPM-GU Rp. ………………………….. 4) Jml SPM-LS Rp. ………………………….. 5) Jumlah ………………………………………………….………………….. Rp. ……………………………… (-)
d. Jumlah MAksimal Pencairan Dana (5b – 5c.5)……………………… Rp. …………………………….. e. Jumlah SPM ini ……………………………………………………………….. Rp. ……………………………..
*) Foto copy SSBP lbr 4 terlampir
…………..., ………………20… Kepala Kantor ………………. Nama …………………………... NIP …………………………….…
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
LAMPIRAN XII PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN KPPN
…...(1)…..
Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)
Nomor :………… …… (2) Tanggal : …………… (3)
Lembar untuk Wajib Setor/Wajib
Bayar/Bendahara Penerima Sebagai Bukti Setoran
KE REENING KAS NEGARA NOMOR : …………………………… 4)
A. 1. Kementerian/Lembaga :
2. Unit Organisasi Eselon I : (6)…………………………………………………………………………………..
3. Kegiatan : (7*)
4. Satuan Kerja : (8)………………………………………………………………
5. Lokasi : (9)……………………………………………………………………….
B. 1. Nama/Jabatan Wajib : (10)………………………………………………………………………………………………..
Setor/Wajib Bayar ……………………………………………………………………………………………..… 2. Alamat : (11)……………………………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………………….….. C. MAP dan Uraian Penerimaan : (12) …………………………………………………………….
D. Jumlah Setoran : Rp (13)…………………………………………………………………………………………… Dengan Huruf : (14) ……………………………………………………………………………………………… E. Surat Penagihan (SPN) atau : Tanggal : (15)…………………….. No (16)……………………………… Surat Pemindahan Penagihan Piutang Negara (SP3N) KPPN (17)
PERHATIAN Bacalah dahulu Petunjuk pengisian formulir SSBP pada halaman belakang lembar ini
Keperluan: (18)
(19)……… tanggal…………………… (20)……………………………………… NIP……………………………………….
Diterima oleh: PT BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO Tanggal (21)……………………………… Cap Tanda Tangan (22)……………………. Nama Terang …………………………...
* Diisi apabila satker sebagai pengguna anggaran dari PNBP
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP)
NOMOR URAIAN ISIAN
CATATAN : - Diisi dengan huruf Capital atau diketik
- Satu formulir SSBP hanya berlaku untuk satu Mata Anggaran Penerimaan (MAP)
(1) Diisi dengan Kode KPPN (3) tiga digit dan uraian KPPN Penerima Setoran
(2) Diisi dengan nomor SSBP dengan metode penomoran Kode Satker Nomor (XXXXXXXXXX)
(3) Diisi dengan Tanggal SSBP dibuat
(4) Diisi Kode Rekening Kas Negara (KPPN bersangkutan ……diisi petugas Bank)
(5) Diisi Kode diikuti dengan uraian Kementerian/Lembaga sesuai dengan yang tercantum pada pagu anggaran.
(6) Diisi dengan Kode Unit Organisasi Eselon I dan Uraian
(7) *Diisi (4) digit kode kegiatan apabila penyetoran untuk satker
pengguna PNBP
(8) Diisi dengan Kode Satker (6) enam digit dan uraian Satker
(9)
Diisi Kode Kabupaten/Kota (2) digit
Diisi Kode Lokasi Propinsi (2) digit
(10) Diisi dengan Nama/Jabatan Wajib setor/Wajib Bayar
(11) Diisi dengan Alamat jelas Wajib setor/Wajib Bayar
(12) Diisi dengan Kode Mata Anggaran Penerimaan (6) digit disertai dengan Uraian
Penerimaan sesuai dengan format
(13) Diisi dengan Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan
(14) Diisi dengan Jumlah Rupiah yang dibayarkan dengan huruf
(15) Diisi dengan SPN dan SP3N kalau ada surat penetapannya
(16) Diisi dengan SPN dan SP3N
(17) Diisi Kode (3) tiga digit dan Nama KPPN penerbit SPN atau penerima SP3N
(18) Diisi keperluan pembayaran
(19) Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal dibuatnya SSBP
(20) Diisi sesuai nama Wajib Setor, NIP, dan stempel Satker
(21) Diisi dengan tanggal diterimanya setoran tersebut oleh Bank Persepsi atau Kantor
Pos dan Giro
(22) Diisi dengan nama dan tanda tangan Penerima di Bank Persepsi atau Kantor Pos
dan Giro serta cap
BATAN
LAMPIRAN XIII PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL JAKARTA
FORMAT LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN TRIWULAN UNIT KERJA
Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Laporan Ringkas/Eksekutif Summary BAB I PENDAHULUAN
1.1. Dasar Hukum
1.2. Tugas Pokok dan Fungsi 1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja 1.4. Sumber Daya Manusia 1.5. Sarana dan Prasarana
BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1. Visi dan Misi
2.2. Tujuan dan Sasaran 2.3. Program dan Kegiatan
BAB III RENCANA KERJA TAHUN 20xx 3.1. Kegiatan dan Anggaran Unit Kerja
a. Sub Kegiatan 1 a.1. Sub Sub Kegiatan 1 a.2. Sub Sub Kegiatan 2, dst b. Sub Kegiatan 2 b.1. Sub Sub Kegiatan 1
b.2. Sub Sub Kegiatan 2, dst c. dst.
3.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 3.3. Program Insentif 3.4. Bantuan Luar Negeri
3.5. Keterkaitan Kegiatan Unit Kerja dengan Program BATAN BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN SERTA HASIL YANG DICAPAI
4.1. Kegiatan dan Anggaran Unit Kerja a. Sub Kegiatan 1
a.1. Sub Sub Kegiatan 1 a.2. Sub Sub Kegiatan 2, dst b. Sub Kegiatan 2 b.1. Sub Sub Kegiatan 1 b.2. Sub Sub Kegiatan 2, dst
c. dst. 4.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
4.3. Program Insentif 4.4. Bantuan Luar Negeri 4.5. Kendala dan Tindak lanjut yang diperlukan
BAB V KEGIATAN PENDUKUNG DAN HASIL YANG DICAPAI
5.1 Penyelenggaraan Seminar / Semiloka / Lokakarya / Workshop / Presentasi Ilmiah / Diklat / Kunjungan / Kegiatan sejenisnya 5.2 Penerbitan Jurnal/Majalah
5.3 Kerja Sama dengan Instansi Lain 5.4 Lain-lain
BAB VI PENUTUP Lampiran-lampiran : 1. SDM 2. Rekapitulasi Pendidikan dan Pelatihan
3. Fasilitas 4. Realisasi Anggaran 5. Rekapitulasi Bantuan Luar Negeri 6. Keikutsertaan Pegawai dalam Seminar / Semiloka / Lokakarya / Workshop / Presentasi / Ilmiah / Diklat / Kunjungan / Kegiatan sejenisnya 7. Kerjasama dalam negeri dan luar negeri
8. Publikasi Ilmiah Dalam Negeri dan Luar Negeri 9. Pegawai yang memperoleh penghargaan
10. Paten 11. Rekapitulasi Peserta Program Pendidikan Formal Dalam Negeri dan Luar negeri (Khusus Pusdiklat)
12. Rekapitulasi Pelaksanaan Kegiatan
BATAN
KETERANGAN : BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan hal-hal umum tentang Satuan kerja serta uraian singkat mandat apa yang dibebankan kepada Satuan kerja yaitu berupa gambaran umum tusi, struktur organisasi (bisa ditampilkan dalam bentuk diagram), sumber daya manusia (SDM) di Satuan kerja, serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Satuan kerja. BAB II RENCANA STRATEJIK
Pada bab ini disajikan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran sesuai Renstra Unit Kerja, serta diuraikan mengenai kegiatan Unit Kerja, dan kaitannya dengan capaian visi dan misi Unit Kerja untuk mendukung Renstra BATAN. Dijelaskan pula mengenai keterkaitan Kegiatan Unit Kerja dalam mendukung Program BATAN. BAB III RENCANA KERJA TAHUN 20XX Cukup jelas. BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN SERTA HASIL YANG DICAPAI
Pada bab ini disajikan Laporan akuntabilitas keuangan dengan cara menyajikan alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan kegiatan pada triwulan yang berjalan, serta uraian perkembangan kemajuan pelaksanaan kegiatan unit kerja yang sedang berjalan. Laporan triwulanan dari para penanggung jawab Sub Sub Kegiatan disajikan sebagai lampiran dengan menggunakan aplikasi SIPL. BAB V KEGIATAN PENDUKUNG DAN HASIL YANG DICAPAI
Pada bab ini disajikan tentang kegiatan yang sifatnya mendukung/menunjang keberhasilan Satuan kerja seperti Penyelenggaraan Seminar/Semiloka/Lokakarya/Workshop/Presentasi/Ilmiah/Diklat/Kunjungan/ Kegiatan sejenisnya, Penerbitan Jurnal/Majalah/Publikasi ilmiah dan Kerjasama dengan instansi lain. BAB VI PENUTUP
Mengemukakan tinjauan secara umum tentang keberhasilan dan kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Unit Kerja serta strategi pemecahan masalah yang akan dilaksanakan pada triwulan berikutnya. LAMPIRAN-LAMPIRAN Terdiri atas: tabel, gambar, dan aspek pendukung, contoh seperti :
1. SDM (format VII.a) 2. Rekapitulasi Pendidikan dan Pelatihan (format VII.b) 3. Fasilitas (format VII.c) 4. Realisasi Anggaran Triwulan bersangkutan (Cetakan dari aplikasi SIPL) 5. Rekapitulasi Bantuan Luar Negeri (format VII.d) 6. Keikutsertaan Pegawai Dalam Seminar / Semiloka / Lokakarya / Workshop / Presentasi / Ilmiah /
Diklat / Kunjungan / Kegiatan sejenisnya (format VII.e) 7. Kerjasama Dalam dan Luar Negeri (format VII.f) 8. Publikasi Ilmiah Dalam dan Luar Negeri (format VII.g) 9. Pegawai yang memperoleh penghargaan (format VII.h) 10. Paten (format VII.i) 11. Rekapitulasi Peserta Program Pendidikan Formal Dalam Negeri dan Luar Negeri ( Khusus Pusdiklat )
(format VII.j) 12. Rekapitulasi Pelaksanaan kegiatan unit kerja (format VII.k) 13. Laporan Pelaksanaan kegiatan penelitian/non penelitian (Cetakan dari aplikasi SIPL Format l1-l2)
BATAN
LAMPIRAN XIII.a PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
Formulir Keadaan SDM
PEGAWAI (Nama Unit kerja) MENURUT JABATAN, GOLONGAN, PENDIDIKAN DAN JABATAN FUNGSIONAL
Periode Tahun. ……
No. Uraian
Kepala
Pusat/
Biro
Bagian/
Bidang
………
Bagian/
Bidang
………
Bagian/
Bidang
………
Bagian/
Bidang
………
Jumlah
Total Ket.
I. Menurut Jabatan
A. Struktura
l
Eselon II
Eselon
III
Eselon IV
B. Fungsion
al
C. Staf
Jumlah
II. Menurut Golongan
Golongan IV
Golongan III
Golongan II
Golongan I
Jumlah
III. Menurut Pendidikan
S3
S2
S1
Sarmud/D3
D II
SLTA
SLTP
SD
Jumlah
IV. Jabatan Fungsional
a.
b.
Jumlah
BATAN
LAMPIRAN XIII.b PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
Rekapitulasi Pendidikan dan Pelatihan
No. Nama Tempat / Bidang Pendidikan Waktu Pendidikan Biaya /
Sponsor
BATAN
LAMPIRAN XIII.c PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
Formulir Fasilitas
FASILITAS (Nama Unit kerja)
NO. FASILITAS JUMLAH KONDISI
STATUS KETERANGAN B RR RB
LABORATORIUM :
1.
2.
3.
dst.
ALAT-ALAT :
1.
2.
3.
dst.
Keterangan :
� Kolom Kondisi diisi B = Baik, RR = Rusak Ringan, RB = Rusak Berat
� Kolom status diisi dengan terakreditasi atau belum terakreditasi, jika terakreditasi sebutkan No.
Akreditasinya.
BATAN
LAMPIRAN XIII.d PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
BANTUAN LUAR NEGERI
No. Dalam Rangka/
Program Bantuan
Jenis Bantuan
Jumlah
($, Rp.) Keterangan Tenaga
Ahli Peralatan
Scientific Visit/
Fellowship/
Workshop/Seminar
I Internasional (IAEA)
1.
2.
3.
II Regional
1.
2.
3.
III Bilateral
1.
2.
3.
BATAN
LAMPIRAN XIII.e PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
KEIKUTSERTAAN PEGAWAI DALAM KEGIATAN SEMINAR/SEMILOKA/LOKAKARYA/WORKSHOP/
PRESENTASI ILMIAH/DIKLAT/KUNJUNGAN
NO. NAMA KEGIATAN TEMPAT & WAKTU
PENYELENGGARAAN PENYELENGGARA NAMA PESERTA
1 2 3 4 5
BATAN
LAMPIRAN XIII.f PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
Formulir Kerjasama Dalam Negeri Dan Luar Negeri
KERJASAMA DALAM NEGERI
NO. MITRA KERJA SAMA BIDANG* HASIL STATUS** KET.***
Keterangan :
(*) Diisi dengan bidang dan uraian kerja sama
(**) Diisi dengan : Lanjutan / Baru
(***) Diisi dengan jenis kerjasama (MoU/Kontral/dll) serta jangka waktu.
KERJASAMA LUAR NEGERI
NO. MITRA KERJA
SAMA/NEGARA BIDANG* HASIL STATUS** KET.***
Keterangan :
(*) Diisi dengan bidang dan uraian kerja sama
(**) Diisi dengan : Lanjutan / Baru
(***) Diisi dengan jenis kerjasama (MoU/Kontral/dll) serta jangka waktu.
BATAN
LAMPIRAN XIII.g PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
PUBLIKASI ILMIAH DALAM NEGERI
No. Judul Makalah Penulis Media Publikasi
(Nama/Tempat/Tahun)
PUBLIKASI ILMIAH LUAR NEGERI
No. Judul Makalah Penulis Media Publikasi
(Nama/Tempat/Tahun)
BATAN
LAMPIRAN XIII.h PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
PEGAWAI YANG MEMPEROLEH PENGHARGAAN
No Nama Jabatan
Struktural/Fungsional Jasa
Tanda Penghargaan
yang diterima
BATAN
LAMPIRAN XIII.i PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
PATEN
No. Judul, Inventor Jenis Paten Status* No. Paten/Masa
Berlaku
Keterangan :
(*) Dalam proses pengusulan/Telah mendapat paten
BATAN
LAMPIRAN XIII.j PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
(KHUSUS UNTUK PUSDIKLAT)
REKAPITULASI PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN FORMAL DALAM NEGERI
TAHUN 20XX
NO Program
Pendidikan Perguruan
Tinggi
Peserta
Sponsor Jurusan
Status (jumlah Peserta)
Jumlah Nama/Unit
Kerja Aktif Lulus Gagal
1. D-3/D-4 1. 1.
2.
2. 1.
2.
2. S-1 1. 1.
2.
2. 1.
2.
3. S-2 1. 1.
2.
2. 1.
2.
4. S-3 1. 1.
2.
2. 1.
2.
BATAN
REKAPITULASI PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN FORMAL LUAR NEGERI
TAHUN 20XX
NO Program
Pendidikan Negara
Perguruan Tinggi
Peserta Sponsor Jurusan
Status (jumlah Peserta)
Jumlah Nama/Unit
Kerja Aktif Lulus Gagal
1. S-1 1. 1.
2.
2. 1.
2.
2. S-2 1. 1.
2.
2. 1.
2.
3. S-3 1. 1.
2.
2. 1.
2.
4. Post
Doctoral
1. 1.
2.
2. 1.
2.
BATAN
LAMPIRAN XIII.k PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (NAMA SATUAN KERJA)
REKAPITULASI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN Triwulan X, Tahun 20XX
No. Nama
Program/Kegiatan/Sub Kegiatan
Sasaran Tahunan
Indikator Keluaran (IK) Tahunan Rencana Tingkat Capaian Triwulan
(Target)
Realisasi Triwulan
Capaian Triwulan Uraian Satuan
Rencana Tingkat Capaian Tahunan
(Target) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Program APBN Kegiatan Sasaran Unit
Kerja IK Unit Kerja Target Unit Kerja Target Unit Kerja Realisasi Unit
Kerja Capaian Kegiatan Unit Kerja
Sub Kegiatan Output Indikator Output Target Target Realisasi Capaian Sub Kegiatan Output Indikator Output Target Target Realisasi Capaian
Menyetujui Kepala Pusat
N a m a NIP
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
LAMPIRAN XIV PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (NAMA SATUAN KERJA)
FORMAT LAPORAN TAHUNAN
CONTOH FORMAT LAPORAN KEGIATAN TAHUNAN UNIT KERJA
Daftar Isi Kata Pengantar
Daftar Isi
Laporan Ringkas/Eksekutif Summary
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Dasar Hukum 1.2. Tugas Pokok dan Fungsi 1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja 1.4. Sumber Daya Manusia 1.5. Sarana dan Prasarana
BAB II RENCANA STRATEJIK
2.1. Visi dan Misi 2.2. Tujuan dan Sasaran 2.3. Program dan Kegiatan
BAB III RENCANA KERJA TAHUN 20xx
3.1. Kegiatan dan Anggaran Unit Kerja a. Sub Kegiatan 1 a.1. Sub Sub Kegiatan 1 a.2. Sub Sub Kegiatan 2, dst
b. Sub Kegiatan 2 b.1. Sub Sub Kegiatan 1 b.2. Sub Sub Kegiatan 2, dst
c. dst. 3.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 3.3. Program Insentif
3.4. Bantuan Luar Negeri 3.5. Keterkaitan Kegiatan Unit Kerja dengan Program BATAN
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN SERTA HASIL YANG DICAPAI
4.1. Kegiatan dan Anggaran Unit Kerja
a. Sub Kegiatan 1 a.1. Sub Sub Kegiatan 1 a.2. Sub Sub Kegiatan 2, dst b. Sub Kegiatan 2 b.1. Sub Sub Kegiatan 1 b.2. Sub Sub Kegiatan 2, dst c. dst.
4.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 4.3. Program Insentif 4.4. Bantuan Luar Negeri 4.5. Kendala dan Tindak lanjut yang diperlukan
BAB V KEGIATAN PENDUKUNG DAN HASIL YANG DICAPAI 5.1. Penyelenggaraan Seminar / Semiloka / Lokakarya / Workshop / Presentasi Ilmiah / Diklat / Kunjungan / Kegiatan sejenisnya 5.2. Penerbitan Jurnal/Majalah 5.3. Kerja Sama dengan Instansi Lain 5.4. Lain-lain
BAB VI PENUTUP Lampiran-lampiran : 1. SDM 2. Rekapitulasi Pendidikan dan Pelatihan 3. Fasilitas 4. Realisasi Anggaran 5. Rekapitulasi Bantuan Luar Negeri
6. Keikutsertaan Pegawai dalam Seminar / Semiloka / Lokakarya / Workshop / Presentasi / Ilmiah / Diklat / Kunjungan / Kegiatan sejenisnya 7. Kerjasama dalam negeri dan luar negeri 8. Publikasi Ilmiah Dalam Negeri dan Luar Negeri
9. Pegawai yang memperoleh penghargaan 10. Paten 11. Rekapitulasi Peserta Program Pendidikan Formal Dalam Negeri dan Luar negeri (Khusus Pusdiklat) 12. Rekapitulasi Pelaksanaan Kegiatan
BATAN
KETERANGAN : LAPORAN RINGKAS / EKSEKUTIF SUMMARY
Pada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana kerja serta sejauh mana unit kerja mencapai tujuan dan sasaran tersebut, serta kendala–kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya. Disebutkan pula langkah–langkah apa yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan hal-hal umum tentang Satuan kerja serta uraian singkat mandat apa yang
dibebankan kepada Satuan kerja yaitu berupa gambaran umum tusi, struktur organisasi (bisa ditampilkan dalam bentuk diagram), sumber daya manusia (SDM) di Satuan kerja, serta sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Satuan kerja.
BAB II RENCANA STRATEJIK Pada bab ini disajikan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran sesuai Renstra Unit Kerja, serta diuraikan
mengenai kegiatan Unit Kerja, dan kaitannya dengan capaian visi dan misi Unit Kerja untuk mendukung Renstra BATAN. Dijelaskan pula mengenai keterkaitan Kegiatan Unit Kerja dalam mendukung Program BATAN.
BAB III RENCANA KERJA TAHUN 20XX Cukup jelas.
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN DAN ANGGARAN SERTA HASIL YANG DICAPAI Pada bab ini disajikan Laporan akuntabilitas keuangan dengan cara menyajikan alokasi dan realisasi
anggaran bagi pelaksanaan kegiatan pada triwulan yang berjalan, serta uraian perkembangan kemajuan pelaksanaan kegiatan unit kerja yang sedang berjalan. Laporan triwulanan dari para penanggung jawab Sub Sub Kegiatan disajikan sebagai lampiran dengan menggunakan aplikasi SIPL.
BAB V KEGIATAN PENDUKUNG DAN HASIL YANG DICAPAI Pada bab ini disajikan tentang kegiatan yang sifatnya mendukung/menunjang keberhasilan Satuan
kerja seperti Penyelenggaraan Seminar/Semiloka/Lokakarya/Workshop/Presentasi/Ilmiah/Diklat/Kunjungan/ Kegiatan sejenisnya, Penerbitan Jurnal/Majalah/Publikasi ilmiah dan Kerjasama dengan instansi lain. BAB VI PENUTUP
Mengemukakan tinjauan secara umum tentang keberhasilan dan kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Unit Kerja serta strategi pemecahan masalah yang akan dilaksanakan pada triwulan berikutnya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Terdiri atas: tabel, gambar, dan aspek pendukung, contoh seperti : 1. SDM (format VII.a) 2. Rekapitulasi Pendidikan dan Pelatihan (format VII.b) 3. Fasilitas (format VII.c) 4. Realisasi Anggaran Tahun bersangkutan (Cetakan dari aplikasi SIPL) 5. Rekapitulasi Bantuan Luar Negeri (format VII.d) 6. Keikutsertaan Pegawai Dalam Seminar/Semiloka/Lokakarya/Workshop/Presentasi/Ilmiah/Diklat/
Kunjungan/Kegiatan sejenisnya (format VII.e) 7. Kerjasama Dalam dan Luar Negeri (format VII.f) 8. Publikasi Ilmiah Dalam dan Luar Negeri (format VII.g) 9. Pegawai yang memperoleh penghargaan (format VII.h) 10. Paten (format VII.i) 11. Rekapitulasi Peserta Program Pendidikan Formal Dalam Negeri dan Luar Negeri (Khusus Pusdiklat)
(format VII.j) 12. Rekapitulasi Pelaksanaan kegiatan unit kerja tahun bersangkutan (format VIII.a) 13. Laporan Pelaksanaan sub sub kegiatan tahun bersangkutan (Cetakan dari aplikasi SIPL Lampiran
VIII.b - VIIc)
BATAN
LAMPIRAN XIV.a PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
FORMULIR REKAPITULASI PELAKSANAAN/KEGIATAN
REKAPITULASI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN Tahun 20XX
No. Nama
Program/Kegiatan/Sub Kegiatan
Sasaran Tahunan
Indikator Keluaran (IK) Tahunan
Realisasi Tahunan Capaian Tahun Uraian Satuan
Rencana Tingkat Capaian Tahunan
(Target)
1 2 3 4 5 6 7 8
Program APBN Kegiatan Sasaran Unit
Kerja IK Unit Kerja Target Unit Kerja Realisasi Unit Kerja Capaian Kegiatan Unit
Kerja Sub Kegiatan Output Indikator Output Target Realisasi Capaian Sub Kegiatan Output Indikator Output Target Realisasi Capaian
Menyetujui
Kepala Pusat
N a m a NIP
BATAN
LAMPIRAN XIV.b PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
Laporan Tahunan dengan Foto per Sub Kegiatan BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL ……………………………………………………………… (NAMA SATUAN KERJA)
LAPORAN SUB KEGIATAN*) UNIT KERJA Tahun 20xx
1. Judul Sub Kegiatan : ………………………………………………………………
2. Kegiatan Unit Kerja : ………………………………………………………
3. Program : ………………………………………………………………
4. Fokus Bidang* : P/E/K & O/SDAL/TIK/Material Maju/ lainnya : ........
5. Output Akhir Sub Kegiatan (multy years) : ……………………………………
6. Output Sub Kegiatan Tahun Ini : ………………………………………………………………
7. Jenis Sub Kegiatan : Penelitian (Dasar/Terapan/Peningkatan kapasitas iptek sistem produksi/ percepatan difusi dan pemanfaatan iptek)
/Non Penelitian
8. Jangka Waktu Sub Kegiatan : …………… Tahun
9. Status Sub Kegiatan :
a. Baru / Lanjutan *)
b. Status Tahun Sub Kegiatan : Th. ke ………
10. Penanggungjawab Sub Kegiatan: ………………………………………………………………
11. Personalia : 1. ………………
2. ……………… dst.
12. Struktural
a. Bidang : ………………………………………………………………
b. Sub Bidang / Kelompok*) : ………………………………………………………………
13. Sumber dana :
a. Rupiah Murni / APBN :
Rencana, Rp ………………………………… / ………………………………… (%)
Realisasi, Rp ………………………………… / ………………………………… (%)
b. Bantuan Luar Negeri / kontrak kerja sama Rp …………………………
14. Hasil Sub Kegiatan yang dicapai tahun-tahun sebelumnya : ……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
15. Hasil pelaksanaan Sub Kegiatan : ……………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………
BATAN
16. Rekapitulasi hasil pelaksanaan Sub Kegiatan :
Triwulan Sasaran Triwulan Hasil Triwulan
Capaian Triwulan
Uraian % Uraian % %
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
17. Foto Hasil Sub Kegiatan
18. Kendala dan Tindak Lanjut yang Diperlukan Kendala : Tindak Lanjut yang Diperlukan :
Jakarta,
Mengetahui Kepala Bidang ............... N a m a NIP
Penanggungjawab Kegiatan / Sub kegiatan N a m a NIP
Memeriksa Ketua KPTF N a m a NIP
Menyetujui Kepala Pusat N a m a NIP
*) Coret yang tidak perlu
Foto 1
Foto 2
Foto 3
BATAN
LAMPIRAN XIV.c PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
Laporan Tahunan dengan Foto per Sub sub Kegiatan
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
………………………………………………………………
(NAMA SATUAN KERJA)
LAPORAN SUB SUB KEGIATAN*) UNIT KERJA Tahun 20xx
1. Judul Sub sub Kegiatan : ………………………………………………………………
2. Judul Sub Kegiatan : ………………………………………………………………
3. Kegiatan Unit Kerja : ………………………………………………………
4. Program : ………………………………………………………………
5. Fokus Bidang* : P/E/K & O/SDAL/TIK/Material Maju/ lainnya : ........
6. Output Akhir Sub sub Kegiatan (multy years) : ……………………………………
7. Output Tahun Ini : ………………………………………………………………
8. Indikator Kinerja Keluaran Tahun Ini : ………………………………………………………………
9. Jenis sub sub kegiatan : Penelitian (Dasar/Terapan/Peningkatan kapasitas iptek sistem produksi/ percepatan difusi dan pemanfaatan iptek) / Non Penelitian
10. Jangka Waktu sub sub Kegiatan : …………… Tahun
11. Status Sub sub Kegiatan :
c. Baru / Lanjutan *)
d. Status Tahun Sub sub Kegiatan : Th. ke ………
e. Selesai / belum selesai *), …………% dari ………..%
12. Penanggungjawab / Koordinator : ………………………………………………………………
13. Personalia : 1. ………………
2. ……………… dst.
14. Struktural
a. Bidang : ………………………………………………………………
b. Sub Bidang / Kelompok*) : …………………………………………………
15. Bidang Kompetensi : ………………………………………………………………
16. Sumber dana :
a. Rupiah Murni / APBN :
Rencana, Rp ………………………………… / ………………………………… (%)
Realisasi, Rp ………………………………… / ………………………………… (%)
b. Bantuan Luar Negeri / kontrak kerja sama Rp …………………………
17. Hasil Sub sub Kegiatan yang dicapai tahun-tahun sebelumnya :
………………………………………………………………………………………………………………………
18. Hasil pelaksanaan Sub sub Kegiatan : …………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
BATAN
19. Rekapitulasi hasil pelaksanaan Sub sub Kegiatan :
Triwulan
Sasaran Triwulan Hasil Triwulan Capaian Triwulan
Uraian % Uraian % %
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
20. Foto Hasil Sub sub Kegiatan
21. Kendala dan Tindak Lanjut yang Diperlukan Kendala : Tindak Lanjut yang Diperlukan :
Jakarta, Mengetahui Kepala Kelompok / Es. IV ...........
N a m a NIP
Penanggungjawab Kegiatan / Sub kegiatan
N a m a NIP
Mengetahui Kepala Bidang ..............
N a m a NIP
Memeriksa Ketua KPTF
N a m a NIP
Menyetujui
Kepala Pusat
N a m a NIP
*) Coret yang tidak perlu
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
Foto 1
Foto 2
Foto 3
BATAN
LAMPIRAN XV PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
FORMAT LAKIP
KETERANGAN :
IKHTISAR EKSEKUTIF
Pada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana stratejik serta sejauh mana
unit kerja mencapai tujuan dan sasaran utama tersebut, serta kendala – kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya.
Disebutkan pula langkah – langkah apa yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipatif
untuk menanggulangi kendala yang mungkin akan terjadi pada tahun mendatang.
FORMAT LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
Daftar Isi
Daftar Isi
IKHTISAR EKSEKUTIF
BAB I PENDAHULUAN
BAB II RENCANA STRATEGIK
2.1. Rencana Stratejik
2.2. Rencana Kinerja
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Uraian Hasil Pengukuran Kinerja
3.2. Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas Kinerja
3.2.1. Keberhasilan / Kegagalan
3.2.2. Hambatan / Kendala
3.2.3. Permasalahan Yang Dihadapi
3.2.4. Langkah – Langkah Antisipatif
2.3. Lain-lain
BAB IV PENUTUP
Lampiran-lampiran :
1. Rencana Stratejik (RS)
2. Penetapan Kinerja (PK)
3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
4. Pengukuran Kondisi Kegiatan (PKK)
5. Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS)
BATAN
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini dijelaskan hal – hal umum tentang unit kerja serta uraian singkat mandat apa yang dibebankan
pada unit kerja (gambaran umum tupoksi).
BAB II RENCANA STRATEJIK
Pada bab ini disajikan gambaran singkat mengenai : Rencana Stratejik dan Rencana Kinerja. Pada awal bab ini
disajikan gambaran secara singkat sasaran yang ingin diraih unit kerja pada tahun yang bersangkutan serta bagaimana
kaitannya dengan capaian visi dan misi unit kerja.
Rencana Stratejik
Uraian singkat tentang rencana stratejik unit kerja, mulai dari visi, misi tujuan, sasaran serta kebijakan dan
program unit kerja.
Rencana Kinerja
Disajikan rencana kinerja pada tahun yang bersangkutan, terutama menyangkut kegu\iatan – kegiatan dalam
rangka mencapai sasaran sesuai dengan program pada tahun tersebut, dan indikator keberhasilan pencapaiannya.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Pada bagian ini disajikan uraian hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk
didalamnya menguraikan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan / kendala, dan permasalahan yang
dihadapi serta langkah – langkah antisipatif yang akan diambil.
Selain itu dilaporkan pula akuntabilitas keuangan dengan cara menyajikan alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan
tupoksi atau tugas – tugas lainnya, termasuk analisis tentang capaian indikator kinerja efisiensi.
BAB IV PENUTUP
Mengemukakan tinjauan secara umum tentang keberhasilan dan kegagalan, permasalahan dan kendala utama
yang berkaitan dengan kinerja unit kerja yang bersangkutan serta strateji pemecahan masalah yang akan dilaksanakan di
tahun mendatang.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1. Rencana Stratejik (RS)
2. Penetapan Kinerja (PK)
3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT
4. Pengukuran Kondisi Kegiatan (PKK)
5. Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS)
BATAN
LAMPIRAN XV.a PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
Format Rencana Stratejik
Formulir RS
RENCANA STRATEJIK
TAHUN 20XX S/D 20XX
Instansi : Badan Tenaga Nuklir Nasional Unit Kerja : Visi :
Misi :
Tujuan Sasaran Cara Mencapai Tujuan dan
Sasaran Keterangan
Uraian Indikator Kebijakan Program
1 2 3 4 5 6
Cara Pengisian :
Tahun : Ditulis dengan tahun Rencana Stratejik.
Misal : 2004 – 2009.
Instansi : Ditulis dengan nama instansi
Misal : Lembaga Administrasi Negara
Unit Kerja : Ditulis unit kerja yang bersangkutan
Visi : Ditulis dengan Visi Unit Kerja
Misal :
Institusi berkualitas internasional dalam kajian kebijakan, pembangunan sistem administrasi
negara, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur negara dalam mewujudkan
kepemerintahan yang baik.
Misi : Ditulis dengan Misi Unit Kerja
Misal :
Memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan aparatur negara melalui pengembangan
penelitian, pelayanan informasi, kajian kebijakan, konsultasi serta pendidikan dan penelitian,
dalam bidang ilmu pengetahuan dan sistem administrasi negara yang dilakukan secara
interdisipliner sesuai posisi, tantangan nasional dan internasional, peran dan tanggung jawab
aparatur dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.
Kolom 1 : Ditulis uraian tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka merealisasikan misi. Tujuan
mengindikasikan sasaran, serta kebijakan dan program yang akan dilaksanakan.
Kolom 2 : Ditulis uraian sasaran dalam rangka operasionalisasi tujuan yang telah ditetapkan.
BATAN
Kolom 3 : Ditulis indikator sasaran yang telah ditetapkan / diidentifikasi untuk diwujudkan. Indikator ini
dapat berupa keluaran (outputs) atau hasil (outcomes). Setiap sasaran dapat memiliki lebih
dari satu indikator sasaran.
Kolom 4 : Ditulis uraian mengenai kebijakan dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan yang
ditetapkan unit kerja.
Kolom 5 : Ditulis nama program yang akan dilaksanakan oleh unit kerja sesuai dengan kebijakan yang
melingkupinya. Program dimaksud ditetapkan sesuai dengan sasaran yang akan dicapai.
Kolom 6 : Ditulis mengenai berbagai keterangan yang berkaitan dengan rencana stratejik , seperti :
keterkaitan antara visi, misi, tujuan, sasaran serta kebijakan dan program; dan sebutkan
sektor atau instansi lain atau pihak lain yang terkait.
BATAN
LAMPIRAN XV.b PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
Format Rencana Kinerja Tahunan
Formulir RKT
RENCANA KINERJA TAHUNAN
TAHUN 20XX
Instansi : Badan Tenaga Nuklir Nasional
Unit Kerja : .......................
SASARAN
PROGRAM
KEGIATAN
KET
Uraian Indikator
Rencana Tingkat Capaian (Target)
Uraian Indikator Kinerja
Satuan
Rencana Tingkat Capaian (Target)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Cara Pengisian :
Tahun : Ditulis tahun rencana kinerja.
Instansi : Ditulis nama instansi yang bersangkutan
Lihat kembali nama instansi sebagaimana dalam formulir rencana stratejik
Unit Kerja : Ditulis unit yang bersangkutan.
Kolom 1 : Ditulis uraian sasaran yang telah ditetapkan dan direncanakan untuk tahun yang bersangkutan.
Sasaran dimaksud sebagaimana telah ditetapkan pada dokumen Rencana Stratejik Unit Kerja.
Lihat kembali uraian sasaran sebagaimana dituliskan pada kolom 2 formulir rencana stratejik
Kolom 2 : Ditulis indikator sasaran yang mengindikasikan tercapainya sasaran. Indikator ini adalah
sebagaimana telah dirumuskan pada dokumen Rencana Stratejik. Setiap sasaran dapat memiliki
lebih dari satu indikator sasaran.
Lihat kembali uraian indikator sasaran sebagaimana ditulis pada kolom 3 formulir rencana
stratejik
Kolom 3 : Ditulis rencana tingkat capaian (target) masing – masing indikator sasaran sebagaimana tertulis
pada kolom 2. Rencana tingkat capaian (target) harus ditetapkan secara realistis sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh instansi pemerintah.
Kolom 4 : Ditulis nama program yang akan dilaksanakan dalam tahun bersangkutan. Program dimaksud
ditetapkan sesuai dengan sasaran yang akan dicapai pada tahun bersangkutan. Program
dimaksud adalah sebagaimana ditetapkan dalam dokumen Rencana Stratejik Unit Kerja.
Lihat kembali uraian program pada kolom 5 formulir rencana stratejik
BATAN
Kolom 5 : Ditulis nama kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun bersangkutan sesuai dengan program
sebagaimana ditulis pada kolom 4.
Kolom 6 : Ditulis uraian indikator kinerja kegiatan berdasarkan kelompok masukan, keluaran, hasil,
manfaat, dan dampak.
Manfaat dan dampak kemungkinan sulit diukur pada tahun pertama (dalam jangka pendek).
Misal :
• Diklat TOT Widyaiswara
Masukan : Dana, Sumber Daya Manusia (SDM)
Keluaran : Jumlah lulusan TOT Widyaiswara
Hasil : Tingkat pengetahuan Widyaiswara
Manfaat : Ketersediaan Widyaiswara dengan kompetensi memadai
Dampak : Peningkatan kualitas pembinaan diklat aparatur
• Pengembangan SIDA
Masukan : Dana, SDM
Keluaran : Sistem Informasi Diklat Aparatur yang telah dikembangkan
Hasil : Ketersediaan informasi yang aktual dan handal dalam mendukung
pengambilan keputusan menyangkut Diklat Aparatur
Manfaat : Meningkatnya kualitas keputusan/kebijakan dibidang diklat aparatur
Dampak : Peningkatan kualitas pembinaan diklat aparatur
Kolom 7 : Ditulis satuan dari setiap indikator kinerja kegiatan.
Misal : Rupiah, orang, persentase, set.
Kolom 8 : Ditulis rencana tingkat capaian (target) dari masing – masing indikator kinerja kegiatan (kolom
6) pada tahun yang bersangkutan.
Misal :
• Diklat TOT Widyaiswara
Masukan :
Dana : Rp. 375 juta
SDM : 150 Widyaiswara, 5 penyelenggara dan 40 pengajar
Keluaran : 150 orang
Hasil : 80% (target hasil diklat TOT misalnya didasarkan pada scoring system)
• Pengembangan SIDA
Masukan :
Dana : 950 juta
SDM : 2 analis, 4 programer, 4 operator
Keluaran : 1 set
Hasil : 20%
Kolom 9 : Ditulis hal – hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan sasaran, kebijakan, program, dan
kegiatan.
BATAN
LAMPIRAN XV.c PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
Format Pengukuran Kinerja Kegiatan
Formulir PKK
PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN Tahun 20XX
Instansi : Badan Tenaga Nuklir Nasional
Unit Kerja : .......................
PROGRAM
KEGIATAN % Pencapaian Rencana Tingkat Capaian (Target)
KET Uraian
Indikator Kineja
Satuan
Rencana Tingkat Capaian (Target)
Realisasi
1 2 3 4 5 6 7 8
Cara Pengisian :
Tahun : Ditulis dengan tahun pengukuran kinerja.
Instansi : Ditulis nama instansi yang bersangkutan.
Unit Kerja : Ditulis nama unit kerja yang bersangkutan.
Kolom 1 : Ditulis nama program yang akan dilaksanakan dalam tahun bersangkutan. Program dimaksud
ditetapkan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan dan sasaran yang akan dicapai pada
tahun bersangkutan. Program dimaksud sebagaimana ditulis dalam kolom 4 formulir Rencana
Kinerja Tahunan dan yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Stratejik Unit Kerja.
Kolom 2 : Ditulis nama kegiatan dalam lingkup program sebagaimana ditulis pada kolom 1 yang akan
dilaksanakan pada tahun bersangkutan. Nama kegiatan yang ditulis pada kolom ini harus
sesuai dengan kegiatan yang ditulis pada kolom 5 formulir Rencana Kinerja Tahunan (RKT).
Kolom 3 : Ditulis indikator kinerja kegiatan berdasarkan kelompok masukan, keluaran dan hasil, maupun
indikator manfaat dan dampak. Jika instansi pemerintah yang menyusun rencana kinerja ini
belum dapat menetapkan rencana untuk indikator kinerja manfaat dan dampak, maka kedua
indikator ini cukup diidentifikasi saja. Dengan adanya identifikasi ini memungkinkan instansi
pemerintah melihat keterkaitannya dengan sasaran.
Lihat kembali uraian indikator kinerja sebagaimana dituliskan pada kolom 6 formulir rencana
kinerja
Kolom 4 : Ditulis satuan dari setiap indikator kinerja kegiatan.
Lihat kembali satuan indikator kinerja sebagaimana dituliskan pada kolom 7 formulir rencana
kinerja
Kolom 5 : Ditulis rencana tingkat capaian (target) untuk setiap indikator kinerja yang ditetapkan, baik
BATAN
rencana kuantitatif maupun kualitatif, sebagaimana ditulis dalam kolom 8 Formulir Rencana
Kinerja Tahunan.
Lihat kembali uraian rencana tingkat capaian(target) sebagaimana dituliskan pada kolom 8
formulir rencana kinerja tahunan
Kolom 6 : Ditulis realisasi dari masing – masing indikator kinerja.
Misal :
• Diklat TOT Widyaiswara
Masukan :
Dana : Rp. 375 juta
SDM : 150 Widyaiswara, 5 penyelenggara dan 40 pengajar
Keluaran : 150 orang
Hasil : 75%
• Pengembangan SIDA
Masukan :
Dana : 950 juta
SDM : 2 analis, 4 programer, 4 operator
Keluaran : 1 set
Hasil : 20%
Kolom 7 : Ditulis persentase pencapaian rencana tingkat capaian (target) dari masing – masing indikator
kinerja kegiatan sebagaimana ditetapkan melalui realisasi yang berhasil dicapai pada indikator
dimaksud.
Penghitungan persentase pencapaian rencana tingkat capaian (kolom 7) perlu memperhatikan
karakteristik komponen realisasi. Dalam kondisi :
(1).Semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik, maka
digunakan rumus :
(2).Semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian kinerja, maka
digunakan rumus :
Persentase Rencana **) – (Realisasi *) – Rencana*))
Pencapaian rencana = x 100 %
tingkat capaian Rencana *)
*) Kolom 6
**) Kolom 5, Rencana Tingkat Capaian
Misal :
Pada kegiatan ini dapat dinilai bahwa semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian
kinerja yang semakin baik, maka digunakan rumus (1) sebagaimana tertulis diatas.
• Diklat TOT Widyaiswara
Masukan :
Dana : (350 juta / 375 juta) x 100% = 93,3 %.
SDM : (150 peserta / 150 peserta) x 100% = 100%.
Persentase Realisasi *)
pencapaian rencana = x 100 %
tingkat capaian Rencana *)
BATAN
(5 penyelenggara / 5 penyelenggara) x 100% = 100%
(40 pengajar / 40 pengajar) x 100% = 100%
Keluaran : (150 peserta / 150 peserta) x 100% = 100%.
Hasil : (75% / 80%) x 100% = 93,75%
• Pengembangan SIDA
Masukan :
Dana : (950 juta / 950 juta) x 100% = 100 %.
SDM : (4 programer / 4 programer) x 100% = 100%
(2 analis / 2 analis) x 100% = 100%
(4 operator / 4 operator) x 100% = 100%
Keluaran : (1 set / 1 set) x 100% = 100%.
Kolom 8 : Ditulis berbagai hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan realisasi dan pencapaian target.
Misal :
Pada kegiatan ini dapat dinilai bahwa semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian
kinerja yang semakin baik, maka digunakan rumus (1) sebagaimana tertulis diatas.
BATAN
LAMPIRAN XV.d PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
Format Pengukuran Pencapaian Sasaran
Formulir PPS
Pengukuran Pencapaian Sasaran Tahun 20XX
Instansi : Badan Tenaga Nuklir Nasional Unit Kerja : ………………..
SASARAN INDIKATOR SASARAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN (TARGET)
REALISASI
PRESENTASE PENCAPAIAN
RENCANA TINGKAT CAPAIAN
KETERANGAN
1 2 3 4 5 6
Cara Pengisian : Tahun : Ditulis tahun pengukuran pencapaian sasaran Instansi : Ditulis nama instansi yang bersangkutan. Unit kerja : Ditulis nama iunit kerja yang bersangkutan. Kolom 1 : Ditulis uraian sasaran yang telah ditetapkan dan direncanakan untuk tahun yang
bersangkutan. Sasaran dimaksud sebagaimana telah ditulis pada Rencana Kinerja Tahunan. Lihat kembali uraian sasaran sebagaimana dituliskan pada kolom 2 formulir rencana stratejik Kolom 2 : Ditulis indikator sasaran untuk tahun yang bersangkutan. Indikator ini, sebagaimana telah
dirumuskan pada Rencana Kinerja Tahunan. Lihat kembali uraian indikator sasaran sebagaimana ditulis pada kolom 3 formulir rencana
stratejik Kolom 3 : Ditulis rencana tingkat capaian (target) masing – masing indikator sasaran sebagaimana
tertulis pada kolom 2. Rencana tingkat capaian (target) ini sesuai dengan rencana tingkat capaian (target) yang telah ditetapkan dalam Rencana Kinerja Tahunan.
Lihat kembali uraian rencana tingkat capaian (target) masing masing indikator sasaran sebagaimana tertulis pada kolom 3 formulir rencana kinerja tahunan
Kolom 4 : Ditulis realisasi dari masing – masing rencana tingkat capaian (target) setiap indikator sasaran sebagaimana tertulis pada kolom 3.
Kolom 5 : Ditulis dengan persentase pencapaian rencana tingkat capaian, yang dihitung dengan rumus : (1). Semakin tinggi realisasi menggambarkan pencapaian rencanan tingkat capaian yang semakin baik, maka digunakan Rumus :
Persentase Realisasi *) Pencapaian rencana = x 100 % tingkat capaian Rencana *)
BATAN
(2). Semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian rencana tingkat capaian, maka digunakan Rumus :
Persentase Rencana **) – ( Realisasi *) – Rencana *) ) Pencapaian rencana = x 100 % tingkat capaian Rencana *)
*) Kolom 3,
**) Kolom 4, rencana tingkat capaian Misal : Pada sasaran ini dapat dinilai bahwa semakin tinggi realisasi pencapaian sasaran
menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik, maka digunakan rumus (1) sebagai mana tertulis diatas.
• Peningkatan Kualitas Widyaiswara : ( 23% / 25%) x 100% = 92% • Pengembangan Sistem informasi Penyelenggaraan Diklat Aparatur (20% / 20%) x
100% = 100% Kolom 6 : Ditulis berbagai hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan sasaran, indikator pencapaian
sasaran, rencana tingkat capaian serta realisasinya.
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO
BATAN
LAMPIRAN XVI PERATURAN
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
NOMOR : 211/KA/XII/2010
TANGGAL : 31 Desember 2010
Format Laporan Kinerja Satuan Kerja
LAPORAN KINERJA SATUAN KERJA
TAHUN ANGGARAN 20XX
Kementrian Negara / Lembaga : xx Unit Organisasi : xx.xx Satuan Kerja : xx.xx.xxxxxx Fungsi : xx Sub Fungsi : xx.xx Program : xxxx Lokasi : xx.xx Hasil Program :
Kode
Kegiatan
Belanja Keluaran Ket. Anggaran Realisasi Rencana Realisasi Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8
xxxxx Kegiatan 1a Indikator Kinerja 1 Indikator Kinerja 2 Indikator Kinerja 3
Keterangan :
1. Header
- Kementerian Negara / Lembaga : Diisi dengan nama dan kode kementerian negara / lembaga.
- Unit Organisasi : Diisi dengan nama dan kode unit organisasi
- Satuan Kerja : Diisi dengan nama dan kode satuan kerja
- Fungsi : Diisi dengan nama dan kode fungsi
- Sub Fungsi : Diisi dengan nama dan kode sub fungsi
- Program : Diisi dengan nama dan kode program
- Hasil Program : Diisi dengan hasil program, yaitu uraian tentang hasil (outcome) yang menjadi sasaran program
- Lokasi : Diisi dengan nama dan kode lokasi (termasuk kode provinsi dan kabupaten / kota)
2. Kolom 1 : Diisi dengan kode kegiatan dimaksud. 3. Kolom 2 : Diisi dengan nama kegiatan dan indikator kinerjanya.
a. Kegiatan adalah sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya baik yang berupa personil (sumberdaya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumberdaya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang / jasa. Contoh Nama Kegiatan :
- Pembangunan Jalan
- Pembinaan Akuntansi Keuangan Negara
BATAN
b. Indikator Kinerja adalah sesuatu yang akan dihasilkan dari suatu kegiatan berupa barang atau jasa.
Contoh Indikator Kinerja :
- Panjang Jalan
- Frekuensi Pembinaan 4. Kolom 3 : Diisi dengan jumlah anggaran pengeluaran / belanja yang dialokasikan untuk masing –
masing kegiatan. 5. Kolom 4 : Diisi dengan jumlah realisasi pengeluaran / belanja dari masing – masing kegiatan. 6. Kolom 5 : Diisi dengan jumlah atau kuantitas keluaran yang direncanakan (sasaran keluaran) oleh
Satuan Kerja untuk masing – masing indikator kinerja. 7. Kolom 6 : Diisi dengan jumlah atau kuantitas keluaran yang telah dicapai oleh Satuan Kerja untuk
masing – masing indikator kinerja. 8. Kolom 7 : Diisi dengan satuan keluaran yang akan digunakan untuk menilai atau mengukur barang
atau jasa yang dihasilkan. Contoh Satuan Keluaran :
- Orang (yang dilayani)
- Km (jalan yang dibangun)
- Buah (Surat ijin yang diterbitkan) 9. Kolom 8 : Diisi dengan keterangan yang diperlukan.
KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,
-ttd-
HUDI HASTOWO