basis sosial dakwah

11
Basis Sosial Dakwah ; Tuntutan Perjalanan Marhalah Dakwah Diambil dari buku Tarbiyah Ijtima'iyah, penulis : Hadi Munawar A. Marhalah Amal Aktivitas kader dakwah berjalan melalui beberapa fase dan tahapan amal; dimulai dari aktivitas pembentukan pribadi muslim, pembentukan keluarga muslim, pembimbingan dan pengarahan masyarakat untuk merealisasikan ajaran-ajaran islam, pembebasan tanah air, memperbaiki pemerintahan, mewujudkan kembali persatuan umat islam dan akhirnya sampai pada aktivitas memimpin dunia. Dakwah dimulai dengan pembentukan pribadi muslim. Jalan yang dipakai adalah dengan melaksanakan proses tarbiyah, membina para kader pada sisi fisik, akal dan ruhiyahnyta. Fisik dibina sehingga kader memiliki jasad yang kuat. Akal dibina dengan penambahan ilmu dan pengetahuan sehingga kader memiliki wawasan yang luas. Hatinya dibina dengan menghiasai diri menjadikan kader orang yang bertakwa memiliki akhlak terpuji. Intinya adalah bahwa kader dibina dalam proses tarbiyah agar memiliki kepribadian muslim yang utuh. Adapun indikator capaian pembinaan pribadi kader tercermin dalam seputluih idikator sebagai berikut : 1. Akidah yang bersih 2. Ibadah yang benar 3. Akhlak yang kokoh 4. Mandiri dan mampu membiayai diri sendiri 5. Berwawasan yang luas 6. Kuat Fisik 7. Bersungguh-sungguh dalam mengoreksi diri sendiri 8. Teratur dalam setiap urusannya 9. Menjaga waktunya 10. Bermanfaat bagi orang lain Pembentukan pribadi muslim sangat urgent untuk dilakukan, mengingat bahwa jalan yang Allah bentangkan di hadapan masing- masng pribadi manusia ada dua jalur. Ada jalur takwa dan ada jalur futur. Jalur takwa adalah jalan yang diridhoi Allah dan dan jalur fujur adalah jalan yang tidak diridhai Allah dan

Upload: abinya-faiz

Post on 10-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dakwah

TRANSCRIPT

Page 1: Basis Sosial Dakwah

Basis Sosial Dakwah ; Tuntutan Perjalanan Marhalah Dakwah Diambil dari buku Tarbiyah Ijtima'iyah, penulis : Hadi Munawar

A. Marhalah Amal    Aktivitas kader dakwah berjalan melalui beberapa fase dan tahapan amal; dimulai dari aktivitas pembentukan pribadi muslim, pembentukan keluarga muslim, pembimbingan dan pengarahan masyarakat untuk merealisasikan ajaran-ajaran islam, pembebasan tanah air, memperbaiki pemerintahan, mewujudkan kembali persatuan umat islam dan akhirnya sampai pada aktivitas memimpin dunia.    Dakwah dimulai dengan pembentukan pribadi muslim. Jalan yang dipakai adalah dengan melaksanakan proses tarbiyah, membina para kader pada sisi fisik, akal dan ruhiyahnyta. Fisik dibina sehingga kader memiliki jasad yang kuat. Akal dibina dengan penambahan ilmu dan pengetahuan sehingga kader memiliki wawasan yang luas. Hatinya dibina dengan menghiasai diri menjadikan kader orang yang bertakwa memiliki akhlak terpuji. Intinya adalah bahwa kader dibina dalam proses tarbiyah agar memiliki kepribadian muslim yang utuh. Adapun indikator capaian pembinaan pribadi kader tercermin dalam seputluih idikator sebagai berikut :   1. Akidah yang bersih  2. Ibadah yang benar  3. Akhlak yang kokoh  4. Mandiri dan mampu membiayai diri sendiri  5. Berwawasan yang luas  6. Kuat Fisik  7. Bersungguh-sungguh dalam mengoreksi diri sendiri  8. Teratur dalam setiap urusannya  9. Menjaga waktunya  10. Bermanfaat bagi orang lain

  Pembentukan pribadi muslim sangat urgent untuk dilakukan, mengingat bahwa jalan yang Allah bentangkan di hadapan masing-masng pribadi manusia ada dua jalur. Ada jalur takwa dan ada jalur futur. Jalur takwa adalah jalan yang diridhoi Allah dan dan jalur fujur adalah jalan yang tidak diridhai Allah dan kecenderungannya adalah meperturtkan hawa nafsu yang dikomandani oleh setan.   Dalam pandangan ISlam yang tertuang dalam surah Asy Syamn ayat 7-10 memungkinkan masing-masing individu dapat menempuh dua jalan tersebut. Allah SWT berfirman : "dan jiwa serta penyenmpurnaannya (ciptaannya), Maka Allah SWT mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) Kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa

itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya". Asy Syam : 7 - 10

Tanpa ada proses pembinaan yang berkelanjutan maka bukan  takwa yang diraih. Bisa jadi yang ada adalah Fujur. Untuk menjadi orang yang tangguh tentu saja banyak pembinaan dan latihan - latihan. Adapun latihan dan pembinaannya adalah dalam proses tarbiyah islamiyah yang berkelanjutan.

Page 2: Basis Sosial Dakwah

   Individu yang baik adalah batu bata yang kuat dalam pembangunan masyarakatnya. Dengan kuatnya individu yang ada di tengah masyarakat maka dapat membersihkan unsur-unsur yang dapat merusak yang ada di tengah masyarakat tersebut. Selain itu, individu yang baik juga dapat saling bekerja sama untuk menuju hidup yang lebih sejahtera. Menguatkan dan meningkatkan kualitas individu menjadi lebih baik jalannya tidak lain adalah dengan tarbiyah islamiyah berkelanjutan.    Setelah membentuk pribadi muslim, fase amala berikutnya adalah pembentukan keluarga muslim. Islam mengatur naluri manusia dengan menetapkan pernikahan dan menetapkan bahwa segala hubungan yang dilakukan diluar nikah merupakan bahaya yang mengancam kesejahteraan masyarakat. Allah SWT berfirman : "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sembahyangnya, dan orang - orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri - istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnmya mereka dalam hal ini tiada tercela" (Al Mukminun : 1 - 6)     Islam melarang perbuatan zina dan perbuatan yang merusak lainnya, kemudian memerintahkan para pemuda untuk menikah. Seiring dengan perjalan umur yang semakin matang dan adanya tuntutan untuk membangun sebuah keluarga, pribadi yang telah dibina dalam tarbiyah sehingga menjadi orang - orang yang berkepribadian islami dipertemukan dalam sebuah ikatan keluarga. Dalam keluarga itulah akan ditumbuhkan kasih sayang, menjadi benteng dakwah di tengah masyarakat dan sekaligus merupakan wahana untuk memikul amanat dan tanggungjawab yang besar , membina orang-orang yang ada di bawah tanggungjawabnya. Rasulullah SAW bersabda :

"Wahai sekalian para pemuda! Siapa diantara kamu yang sudah punya kesanggupan menikah maka hendaklah ia menikah, dan barang siapa yang belum sanggup maka hendaklah ia

berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu akan menjadi benteng baginya. (HR. Bukhari dan Muslim)

   Sudah menjadi kewajiban setiap kader dakwah untuk bijak dalam mengamalkan pembentukan keluarga muslim, baik itu sejak dari memilih calon istri maupun suami, hingga membimbing keluarga agar menghormati ide dan pemikiran serta memelihara tata krama islam dalam keluarganya. Itulah fase kedua amal dakwah.   Kader yang sudah berkeluarga kemudian akan hdup di tengah-tengah masyarakat bersama kebanyakan orang. Bersamaan dengan itulah kemudian dialkukan amal yang berupa seuran amal makruf nahi mungkar, membimbing masyarakat ke arah kemuliaan melalui pembuatan opini umum tentang islam dan mewarnai masyarakat sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Dalam fase ini, yang dilakukan kader adalah mengarahkan masyarakat untuk menjalani perilaku sosial yang baik dan memiliki dasar - dasar kejiwaan yang sesuai dengan ajaran Islam.    Adapun tarbiyah yang dibutuhkan kader adalah tarbiyah ijtimaiyah, yaitu tarbiyah yang fokus pada usaha-usaha peningkatan kemampuan para kader untuk mengubah kepribadian masyarakat dan membekalinya dengan kemamuan bagaimana kader dapat hidup dan berinteraksi dengan kawan, shahabat, serta tetangga; dan bagaimana kader dapat menyatu dengan masyarakat dalam satu kekuatan yang bersinergi sehingga dapat mengubah perjalan hidup ke arah yang lebih baik. Dari keterlibatan bersama itu, kader menjalin jaringan persahabatan dan cinta yang memberi peluang bagi masyarakat untuk melakukan beragam aktivitas.

Page 3: Basis Sosial Dakwah

     Dari mengarahkan masyarakat kepada ISlam, berikutnya adalah membebaskan tanah air dari belenggu - belenggu kekuasaan dominasi asing; baik itu dominasi yang berupa belenggu politik, ekonomi, sosial, pertahanan, budaya dan lain2. Masyarakat yang tertata dengan baik namun kondisi pemerintahan yang ada adalah pemerintahan yang tidak mandiri, akan berdampak luas pada negara secara keseluruhan. Oleh karena itu, upaya berikutnya yang dilakukan dalam dakwah adalah membebaskan tanah air dari belenggu asing, menjadikannya mandiri, dapat menentukan nasib sendiri, dan dapat mengatur diri sendiri tanpa disetir oleh kepentingan-kepentingan asing.    Menapaki fase dakwah ini, kader mulai masuk dalam mihwar muassasi. Kader terlibat dalam kancah perpolitikan nasional, bersama dengan elemen bangsa yang lain mengatur kebijakan yang ada  di negara. Kader memasuki sebuah duia yang penuh dengan cobaan berupa kesenangan maupun kesulitan-kesulitan dengan dinamika yang sangat tinggi dan cepat.      Selajutnya adalah memperbaiki pemerintahan. Langkah ini seiring dan sejalan dengan tahapan sebelumnya. Kesuksesan dalam kehidupan politik yang dilakukan adalah mengatur negara. Kader menjadi seorang negarawan dengan posisi pengambil kebijakan nasional. Di fase ini, kader dituntut untuk konsekuen dengan kewajiban-kewajiban Islam. Setelah berada di Pemerintahan, kontribusi apa yang diberikan untuk melaksanakan syariat, menyampaikan dakwah yang lebih luas, meninggikan akhlak, mengembangkan pengetahuan, mempersiapkan kekuatan, menjaga kesehatan umum, mengembangkan kekayaan negara, serta menjaga keselamatan harta kekayaan negara.    Tahap ke enam adalah mewujudkan kembali kesatuan dunia Islam. Bentuk dari tiap tahap ini adalah membebaskan negeri - negeri muslim yang terjajah, misalnya Palestina dengan melibatkan negeri - negeri yang lain. Kemudian, saling bersepakat untuk mengembalikan kejayaan umat Islam dan mengembalikan kesatuan meraih tujuan.      Tahap terakhir dari fase dakwah ini adalah memimpin dunia; menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia sampati tidak ada lagi fitnah bagi umat Islam dan dunia disinari oleh petunjuk Allah SWT, dimana umat Islam menjadi rujukan Internasional. Begitulah fase-fase dakwah yang akan ditempuh oleh kader.

B. Basis Sosial Dakwah Sebuah Tuntutan

     Berkenaan dengan rangkaian fase aktivitas amal (marhalah amal) tersebut, Hasan Al Banna mengatakan :Alangkah berat dan besar tanggung jawab dalam tugas ini. Banyak orang memandangnya sebagai khayalan, namun bagi seorang muslim menjadi suatu kenyataan yang hakiki. Kita sekali-kali tidak akan berputus asa, kita menaruh harapan besar kepada Allah.

   Para kader dakwah optimis bahwa langkah - langkah tersebut riil dan dapat dilkaukan seiring dengan keikhlasan, kesungguhan, ketekunan dan jihad serta ketabahan untuk merealisasikannya. Tugas - tugas tersebut memang berat, namun tugas yang berat akan terasa ringan manakala dilakukan secara bersama-sama. artinya, kader perlu membentuk basis sosial dakwahnya (qaidah ijtima'iyah).

   Kader tidak akan mampy melaksanakan amanah besar tersebut tanpa dukungan mayarakat Islam secara keseluruhan yang dapat dijadikan basis kekuatannya. Tanpa landasan masyarakat ini, sebesar apapun tenaga dan dana yang dikelaurkan tidak akan sebanding dengan hasilnya.

Page 4: Basis Sosial Dakwah

   Dakwah yang terisolir dari mayarakat maka semua potensi dan kekuatannya akan habis dan akan menjadi pemborosan yang luar biasa, baik dana, tenaga maupun waktu. Semua ini akan berbeda jika dakwah dapat membangung potensi masyarakat untuk mendukung kesuksesan dakwah.

    Kekuatan dakwah memang berada pada kader, karena merekalah basis operasional. Akan tetapi, untuk mengoptimalkan basis operasional dakwah tersebut, kader membutuhkan landasan, yaitu masyarakat. Tanpa landasan masyarakat maka kader dan dakwahnya hanya akan menjadi orang- orang yang eksklusif. Ada, tapi pengaruhnya tidak begitu nyata di tengah masyarakat.     Perluasan basis sosial dakwah telah diisyarakatkan dalam al quran. Islam bukan din bagi orang-orang tertenu atau kaum tertentu, melainkan untuk seluruh manusia. Sifat Islam adalah din yang universal. Allah pun menggambarkan umat Islam menjadi umat terbaik yang dikeluarkan untuk seluruh manusia dengan firmanNya :Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah...(Ali Imran : 110)

   Jelas dalam ayat ini umat Islam adalah umat terbaik yang ukhrijat linnas (dikeluarkan untuk manusia). Dengan demikian, dakwah tidak mungkin hanya berhenti pada proses dakwah pembentukan pribadi muslima saja yang memiliki komitemen tinggi dan kemapuan amal jamai yang bagus. Komitmen yang tinggi dan kepiawaian beramala jamai dalam sekup internal perlu diperluas jangkauannya untuk melaksanakan riayah jamahiriyah (pengelolaan kemasyarakatan) bahkan menjadi rijalu ad daulah (negarawan) dalam rangka membangun basis sosial dakwah.

   Manusia adalah selalu berkembang sesuai dengan tabiatnya, dan tabiat manusia adalah sebagai makhluk sosial. Maksudnya, ia tidak bisa hidup secara sendirian, tetapi ia harus bertaawun (bekerja sama) dengan orang lain, agar hidupnya bisa tegak, keinginannya terwujud, dan keberadaannya tetap terpelihara. Seorang penyair mengatakan :      Manusia terhadap manusia lainnya, baik dari desa atau kota, antara sebagian dengan sebagian yang lainnya, walaupuan mereka tidak merasa, mereka itu saling melayani.

    Tidak mungkin seseorang hidup sendiri tanpa ada kaitan dengan hidup orang lain, walaupun pekerjaan yang kecil sekalipun. sebagai misal adalah orang yang minum. Proses minum kelihatannya sepele, namun sekian ribu orang telah terlibat dalam proses tersebut. Minum membutuhkan gula, gula dipross di pabrik gula dengan sekian banyak karyawannya. Gula dapat diproduksi kalau ada petani, berapa banyak petani yang akan terlibat. Memanen tebu melibatkan sekian banyak tenaga pemanen, belum lagi traktor untuk panen butuh bensin. Untuk membuat bensin melibatkan berapa ribu orang lagi. Belum untuk sampai ke pengecer dan sampai ke petani tebu dan traktornya. Ini baru gulanya. Belum tehnya, arinya, gelasnya, sendoknya, kopinya, dan lain - lainnya. Sekecil aktivitas apap pun yang dilakukan seseorang tidak lepas dari campur tangan orang lain. Begitulah fitrah manusia, tidak dapat lepas dari bersinggungan dengan orang lain.      Demikian juga kader dakwah. Seorang kader dakwah dan sistem yang dibangunnya tidak mungkin lepas dari masyarakat. Islam menempatkan manusia itu tidak saja dalam dimensi

Page 5: Basis Sosial Dakwah

individu, akan tetapi juga dalam dimensi sosial sebagai anggota sebuah masyarakat.        Para kader perlu berperan di masyarakat untuk membentuk lingkungan yang baik dan menghilankan unsur-unsur kejahiliyahan yang ada. Paling tidak dapat membuat opini positif tentang Islam dan dakwah, tersosialisasikannya syiar-syiar Islam, dan pada suatu saat dapat menumbuhkan harakiyah di masyarakat yang mendorong realisasi amar makruf nahi mungkar menjadi masyarakat yang simpati, mencintai dan mendukung serta membela dakwah. Paling tidak dapat menumbuhkan rasa toleran pada dakwah, tidak memusuhi dakwah.

   Perlu dipahami bahwa lezatnya iman pada diri seorang kader dakwah adalah apabila pribadinya menjelma menjadi sosok sosial yang sangat menawan. Kader dan dakwah nya hadir membawa 'atha 'ijtima'i (Kontribusi sosial) dan keharmonisan sosial, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw :"Bertaqwalah kamu dimana pun kamu berada. Ikuti keburukan itu dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapuskannya dan berinteraksilah pada manusia dengan akhlak yang hasan (baik).

HR. Tirmidzi

Berikut ini ada beberapa hadist yang lain : Inti akal setelah keimanan pada Allah adalah menjalin cinta dengan sesama manusia. HR. Al Baihaqi.

Orang mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka, lebih baik daripada orang mukmin yang tidak begalum dengan manusia dan tidak bersabar atas ganggunan mereka. HR. Tirmidzi, Ibnu Majah.

Seorang mukmin itu akrab dan mudah diakrabi, dan tidak ada kebaikan orang yang tidak akrab dan mudah diakrabi, dan sebaik-baik orang ialah yang paling bermanfaat bagi orang lain. HR. Thabrani.

Manusia seperti seratus unta, hampir kami tidak mendapatkan dari kalangan mereka yang mampu memikul beban/rahilah (rahilah adalah unta kuat yang memimpin kawanan unta, dia ada di depan dan diikuti yang lain). HR. Bukhari.

   Kehdupan seorang muslimn dapat dianalogikan dengan seekor lebah. Lebah senantiasa hidup bermasyarakat dan bergerombol dengan yang lain. Mereka bergerombol namun tidak membuat kerusakan. Ketika hingga di dahan-dahan pepohonan atau tangkai-tangkai bunga, lebah selalu mengkonsumsi makanan terbaik, yaitu sari bunga. Produk yang dihasilkannya pun barang yang paling bermanfaat, yaitu madu. Untuk itu, makhluk hidup yang berada disekitarnya merasa aman dan nyaman dengan keberadaannya.

    Sesungguhnya, Islam telah memerhatikan masyarakat dan individu, bahwa masing-masing dari keduanya saling mememngaruhi. Masyarakat tak lain adalah sekumpulan individu yang terikat dengan ikatan tertentu, sehingga kebaikan individu juga berarti kebaikkan masyarakat. Keberadaan individu dalam masyarakat bagaikan batu bata dalam sebuah bangunan, dan sebuah bangunan tidak akan baik apabila batu batanya rapuh.

    Demikian juga halnya seseorang tidak akan menjadi baik kecuali berada dalam lingkungan

Page 6: Basis Sosial Dakwah

masyarakat yang kondusif bagi perkembangan kepribadiannya, dimana para anggotanya berinteraksi secara benar serta berprilaku positif. Masyarakat merupakan lahan yang di dalamnya tumbuh benih-benih individu. Mereka tumbuh dan berkembang dalam ekosistemnya, memanfaatkan langit, udara dan mataharinya. Dan tidaklah hijrah Rasulullah saw ke Madinah keculai dalam rangka usaha untuk membangun masyrakat yang mandiri, yang terpancang di dalamnya akidah Islam, nilai-nilai, syiar-syiar dan aturan-aturannya. Sekali lagi, tuntutan dari dakwah adalah adanya pembentukan basis sosial dakwah.

   Tabiyah mencetak kader untuk menjadi pemimpin umat. Pemimpin yang berpengaruh dan mampu memengaruhi pada lingkungan sekitarnya. Mengajak mereka kepada cahaya Islam. Dapat mendayagunakan potensi untuk melakukan irsyadul mujtama'. Tarbyah mencetak kader pemipin yang memiliki jiwa taghyir. Jiwa sebagai agen perubah. Mengubah masyarakat dari jahiliyah menjadi masyarakat musliam yang baik dan diridhai Allah. Tarbiyah mencetak kader pemimpin yang berinteraksi dengan masyarakatnya. Baik itu saat masyarakat dalam suka maupun duka yang dialaminya. Dialah yang mengarahkan umat pada kebaika-kebaikan. Perhatiannya pada masyarakat tidak lepas bagaimana umat ini meraih kejayaannya.

     Untuk itulah kader sebagai pemimpin masyarakat akan serius memberdayakan masyrakat dan merekayasa perubahan besar yang dapat mengibaskan debu-debu kehinaan. Dari kisah para rasul dapat diketahui bahwa diutusnya mereka berkenaan dengan kondisi masyarakatnya. Mereka diutus dengan tujuan untuk memperbaiki dan menyelesaikan problematika masyarakat pada masanya itu. Islam memang datang untuk hadir di tengah-tengah masyarakat.

      Nabi Nuh diutus oleh Allah SWT kepada kaumnya untuk mmeperbaiki kondisi akhlak dan akidah masyarakat nya yang menyimpang dengan penyembahan terhadap berhala. Nabi luth ditutus untuk memperbaiki masyarakatnya yang tenggelam dalam pebruatan keji yang belum pernah ada sebelumnya, homoseksual. Nabi Syuaib ditutus untuk mendidik masyarakatnya agar bersikap jujur dalam hal takaran dan timbangan. Rasulullah saw diutus untuk memperbaiki kndisi masuyarakat dunia waktu itu yang berada pada puncak kejahiliyahan dan kemerosotan akan sendi-sendi akhlak dan nilai-nilainya.

       Para nabi adalah pemimpin bagi masyarakatnya. Pemimpin yang menunjukkan jalan hidayah. Pemimpin yang mengeluarkan masyrakat dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.

     Pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa semestinya para kader menjadi pemimpin bagi masyarakatnya, sebagaimana para nabi memimpin dan menunjukkan jalan pada masyarakat.

     Untuk menjadi pemimpin umat tentu saja tidak muncul dengan tiba - tiba. Ada tahapan dan peran serta kontribusi kader di tengah masyarakat sebelum akhrinya kader diakui oleh masyarakat sebagai tokoh. Kader  perlu melaksanakan tabiyah ijtima'iyah. Melakukan proses penyadaran dan pembinaan keislaman masyarakat secara umum dan massal, melalui berbagai elemen struktur organisasi gerakan dakwah, lembaga-lembaga yang secara langsung atau tidak langsung dikelola organisasi gerakan dakwah. Tujuannya adalah menyediakan basis dukungan sosial bagi dakwah, dan menjadi bahan baku awal bagi aktivitas tarbiyah nukbawiyah. Dengan proses inilah kader akan menjadi rujukan di tengah masyarakatnya dan menjadi mercusuar bagi

Page 7: Basis Sosial Dakwah

masyarakat.

    Dalam ungkapan lain, dapat dikatakan bahwa untuk mencapai cita - cita dan mewujudkan impiannya, kader dakwah perlu membangun basis sosial dakwah. Basis sosial dakwah itulah yang akan menjadi landasan bagi dakwah kader, yaitu masyarakat yang ada di seitarnya dan mendukung aktivitasnya, bahkan yang membela dakwahnya.

Manfaat Basis Sosial Dakwah Tabiyah Ijtima'iyah, Bab. 1 Basis Sosial Dakwah; Tuntutan Perjalanan Marhalah DakwahPenulis : Hadi Munawar

    Banyak manfaat yang dapat diraih apabila kader memiliki basis sosial dakwah. Baik itu manfaat yang dirasakan oleh kader secara personal maupun secara jamai. Bahkan, bagi masyarakat sendiri meraskan menafaatan yang luar biasa manakala basis sosial dakwah terbangun. Di antara manfaat itu adalah sebagai berikut :

1. Pengokohan basis sosial dakwah akan mengokohkan eksistensi dan daya tarik dakwah. Pada dasarnya, dakwah islamiyah yang dilakukan oleh kader di mana pun berhadap secara langsung atau tidak langsung dengan seruan yang merusak, yang mengajak manusia kepada kedzaliman. Masing-masing akan berusaha menampakkan eksistensinya. Kader yang mendukung kebatilan juga berjuang. Ada orang yang mengajak kepada yang makruf dan ada orang yang mengajak kepada kemungkaran.Dengan adanya basis sosial dakwah, para kader hadir dengan pesona yang luar biasa memikat masyarakt untuk mengikutinya. Tampilan para kader dan berbagai wajihah didalamnya akan tampil lebih kokoh, menarik, berwibawa dan diperhitungkan.   Pelajaran yang dapat diambil dari sirah Rasulullah SAW adalah ketika beliau memerintahkan kaum muslimain untuk pergi ke Habasyah. Rasulullah menyaksikan musibah yang dialami para sahabatnya, pukulan yang menakutkan, dan kaum muslimin yang tidak berdaya melawan kekejaman. Maka Rasulullah saw memerintahkan sahabat yang lemah untuk pergi meninggalkan Mekkah, menyelamatkan agama, menjaga eksistensi jamaah kaum Muslim. Salah satu tujuan yang beliau rekomendasikan adalah hijrah ke Habasyah. Kaum Muslimin diminta untuk mencari dan membangun lingkungan yang memungkinkan dakwah dapat berkembang dengan baik dan aman di sana.    Waktu itu, sekelompok kaum muslimin berangkat ke Habasyah. Mereka berangkat karena Allah SWT dengan membawa agamanya menghidnari fitnah. Inilah hijrah pertama dalam sejarah Islam. Peristiwa ini terjadi pada tahun kelima setelah kenabian.    Di Habasyah mereka tinggal dengan amana, baik secara fisik dan ideologis dari gangguna orang musytrik yang tidak henti-hentinya memfitnah agama mereka. Dengan adanya perintah hijrah ke Habsyah ini hanya sedikit saja yang masih berada di Mekkah bersama Rasulullah saw.    Habasyah memang bukan basis umat Islam waktu itu. Akan tetapi, umat Islam lebih nyaman dan tidak mendapat gangguan sebagaimana yang dialami di Mekkah. Dari peristiwa ini dapat dipahami bahwa kader membtuhkan sebuah lingkungan yang memungkinkan meraka untuk berdakwah dengan aman, dan mereka dapat kokoh eksistensinya. Para kader dakwah butuh basis sosial dakwah yang akan menopang eksistensi dakwahnya.

Page 8: Basis Sosial Dakwah