barang kena pajak dan jasa kena pajak

12
BARANG KENA PAJAK DAN JASA KENA PAJAK A. Barang Kena Pajak 1. Pengertian Barang Menurut pasal 1 angka 2 UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, barang adalah barang berwujud yang menurut sifat dan hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud. Sebagaimana pengertian diatas, barang dapat dibagi dua jenis, yaitu : a. Barang berwujud, dibagi dua, 1) Barang bergerak, yaitu barang yang menurut sifatnya dapat berpindah sendiri atau dapat dipindahkan, contoh : uang kas, mobil, mesin dan lain-lain 2) Barang tidak bergerak, yaitu barang yang pada dasarnya tidak dapat berpindah sendiri dan dipindahkan, contoh : tanah dan bangunan b. Barang tidak berwujud, Barang tidak berwujud adalah barang yang tidak ada wujudnya tetapi mempunyai nilai. contoh : sekuritas, software hak cipta yang dipatenkan, merek dagang yang dipatenkan, dan lainnya. Dipatenkan artinya didaftarkan didaftarkan di Direktorat Paten Kementerian Hukum dan HAM. 2. Pengertian Barang Kena Pajak Semua barang pada prinsipnya merupakan Barang Kena Pajak (dikenakan PPN) kecuali yang ditentukan lain oleh Undang-Undang Nomor PPN itu sendiri. Menurut pasal 1 angka 3,

Upload: karta

Post on 01-Jan-2016

153 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pajak

TRANSCRIPT

Page 1: Barang Kena Pajak Dan Jasa Kena Pajak

BARANG KENA PAJAK DAN JASA KENA PAJAK

A. Barang Kena Pajak

1. Pengertian Barang

Menurut pasal 1 angka 2 UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga

atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, barang adalah barang berwujud yang menurut sifat

dan hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak

berwujud.

Sebagaimana pengertian diatas, barang dapat dibagi dua jenis, yaitu :

a. Barang berwujud, dibagi dua,

1) Barang bergerak, yaitu barang yang menurut sifatnya dapat berpindah sendiri atau dapat

dipindahkan, contoh : uang kas, mobil, mesin dan lain-lain

2) Barang tidak bergerak, yaitu barang yang pada dasarnya tidak dapat berpindah sendiri dan

dipindahkan, contoh : tanah dan bangunan

b. Barang tidak berwujud,

Barang tidak berwujud adalah barang yang tidak ada wujudnya tetapi mempunyai

nilai. contoh : sekuritas, software hak cipta yang dipatenkan, merek dagang yang dipatenkan,

dan lainnya. Dipatenkan artinya didaftarkan didaftarkan di Direktorat Paten Kementerian

Hukum dan HAM.

2. Pengertian Barang Kena Pajak

Semua barang pada prinsipnya merupakan Barang Kena Pajak (dikenakan PPN)

kecuali yang ditentukan lain oleh Undang-Undang Nomor PPN itu sendiri. Menurut pasal 1

angka 3, Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang

ini (UU No. 42 Tahun 2009). Barang Kena Pajak tersebut terdiri dari barang berwujud

(bergerak dan tidak bergerak) dan barang tidak berwujud.

3. Barang yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai

Sebagaimana yang telah diterangkan diatas, pada dasarnya semua barang dikenai

PPN, kecuali barang barang tertentu yang disebutkan dalam UU PPN ini, barang yang tidak

dikenai PPN sebagaimana disebutkan dalan Pasal 4A ayat 2 UU PPN 1984 didasarkan atas

kelompok-kelompok barang sebagai berikut :

a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya.

Diambil langsung dari sumbernya artinya barang tersebut belum diolah atau

belum diproses. Sesuai dengan penjelasan pasal 4A ayat (2) UU PPN 1984 huruf a, yang

Page 2: Barang Kena Pajak Dan Jasa Kena Pajak

dimaksud dengan barang hasil pertambangan dan hasil pengeboran yang diambil langsung

dari sumbernya seperti:

1) Minyak mentah (crude oil)

2) Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung

oleh masyarakat

3) Panas bumi

4) Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata,

bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit,

gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir

dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth),

tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit

5) Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara

Hal ini berarti bahwa sejak 1 Januari 2001, batubara yang sudah melalui proses

pengolahan berupa pemecahan, disliming, konsentrasi, dan penyaringan dari

bahan galian atau sizing, bukan BKP.

6) Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak serta

bijih bauksit.

b. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.

Yang dimaksud dengan kebutuhan pokok dalam hal ini, diatur dalam penjelasan

pasal 4A ayat (2) huruf b yang kemudian diadaptasi oleh pasal 1 jo. Pasal 3 PP No. 144

Tahun 2000. Selanjutnya, penjabaran lebih lanjut mengenai hal ini dilakukandalam

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 653/KMK.03/2001 tanggal 27 Desember 2001 tentang

Barang-barang kebutuhan pokok yang atas impor dan penyerahannya tidak dikenakan pajak

pertambahan nilai, yang berlaku surut sejak 1 Januari 2001. Peraturan pelaksanaannya diatur

dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-68/PJ./2002 tanggal 4 Februari 2002.

Adapun petunjuk pelaksanaannya dituangkan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak

Nomor SE-01/PJ.51/2002 tanggal 4 Februari 2002. Dalam peraturan pelaksaanaan ini dirinci

jenis barang kebutuhan pokok dimaksud yang meliputi:

1) Beras

2) gabah

Yaitu segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah, beras hitam,

atau beras ketan putih, sepanjang berbentuk sebagai berikut:

a) Beras berkulit (padi atau gabah) selain untuk benih

b) Beras dan gabah yang digiling

Page 3: Barang Kena Pajak Dan Jasa Kena Pajak

c) Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh, dikilapkan maupun

tidak

d) Beras pecah

e) Menir (groats) dari beras

3) Jagung

Yaitu segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung kuning

kemerahan atau popcorn (jagung brondong), sepanjang berbentuk sebagai berikut:

a) Jagung yang telah dikupas/jagung tongkol dan biji jagung/jagung pipilan

b) Menir (groats) /beras jagung, sepanjang masih dalam bentuk butiran

4) Sagu

Yang berbentuk:

a) Empulur sagu

b) Tepung, tepung kasar dan bubuk dari sagu

5) Kedelai

Yaitu segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai kuning atau

kedelai hitam, sepanjang berbentuk kacang kedelai pecah atau utuh

6) Garam, baik yang berjodium maupun yang tidak berjodium, baik yang berbentuk

curah maupun briket.

7) Daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses

disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak

dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau

direbus

8) Telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan,

atau dikemas

9) Susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun

dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau

dikemas atau tidak dikemas

10) buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui

proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas

atau tidak dikemas, dan

11) Sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau

disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.

Page 4: Barang Kena Pajak Dan Jasa Kena Pajak

c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan

sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak,

termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering

Pengecualian untuk kelompok ini ditujukan untuk menghindari pajak berganda,

karena sudah merupakan objek pengenaan Pajak Daerah.

Sampai tahun 2009 catering dikenakan PPN, tapi mulai tahun 2010 ke atas

catering tidak dikenakan PPN tetapi dikenakan pajak restoran

d. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

Uang dan surat berharga tidak dikenakan PPN karena antara nilai nominal dengan

nilai fisiknya berbeda. Selain itu, dalam penjelasan bagian umum UU No. 18 Tahun 2000,

menegaskan bahwa untuk lebih memberikan kepastian hukum mengenai barang-barang yang

tidak dikenakan pajak antara lain barang-barang yang merupakan alat tukar. Uang dan emas

batangan dikelompokkan sebagai alat tukar sehingga tidak dikenakan PPN.

4. Impor dan/atau Penyerahan BKP Tertentu yang Dibebaskan dari PPN

Dalam rangka mendorong perkembangan dunia usaha dan meningkatkan daya

saing maka pemerintah menetapkan jenis-jenis barang kena pajak tertentu yang bersifat

strategis yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, yang bertujuan untuk

menjamin ketersesiaan barang barang tersebut. Pemberian fasilitas ini hanya bersifat

sementara.Pemberian fasilitas pembebasan PPN ini diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/ PMK.03/2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 155/KMK.03/2001 Tentang Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai

Yang Dibebaskan atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2007

a. Impor dan/atau Penyerahan BKP yang Dibebaskan dari pengenaan PPN

1) barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang;

2) makanan ternak, unggas dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, unggas dan ikan;

3) barang hasil pertanian;

Barang hasil pertanian adalah barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang :

a) pertanian, perkebunan, dan kehutanan;

b) peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; atau

c) perikanan baik dari penangkapan atau budidaya,

Yang dipetik langsung, diambil langsung atau disadap langsung dari sumbernya termasuk yang diproses awal dengan tujuan untuk memperpanjang usia simpan

atau mempermudah proses lebih lanjut sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2007.

4) bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan;

b. Penyerahan BKP yang Dibebaskan dari pengenaan PPN

1) air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum; dan

2) listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus) watt.

c. Prosedur Pemberian Fasilitas Pembebasan Pengenaan PPN

1) Pengusaha Kena Pajak yang mengimpor dan/atau menerima penyerahan BKP berupa barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan

terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang, diwajibkan mempunyai Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai (SKB PPN) yang diterbitkan

oleh Direktur Jenderal Pajak.

2) Orang atau badan yang melakukan impor dan/atau menerima penyerahan Barang Kena Pajak :

Page 5: Barang Kena Pajak Dan Jasa Kena Pajak

a) makanan ternak, unggas dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, unggas dan ikan

b) barang hasil pertanian yang dipetik langsung, diambil langsung atau disadap langsung dari sumbernya termasuk yang diproses awal dengan tujuan untuk

memperpanjang usia simpan atau mempermudah proses lebih lanjut

c) bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan

dan/atau menerima penyerahan Barang Kena Pajak :

a) air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum; dan

b) listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus) watt.

tidak diwajibkan mempunyai Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

3) Permohonan untuk memperoleh Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan dokumen impor

dan/atau dokumen pembelian yang bersangkutan.

4) Atas permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai, Direktur Jenderal Pajak memberikan keputusan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja setelah

permohonan diterima lengkap.

5) Atas Impor Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tidak diperlukan Surat Setoran Pajak.

6) Pemberitahuan Impor Barang (PIB) atas impor Barang Kena Pajak dibubuhi cap "PPN DIBEBASKAN SESUAI PP NOMOR 12 TAHUN 2001 SEBAGAIMANA TELAH

BEBERAPA KALI DIUBAH TERAKHIR DENGAN PP NOMOR 7 TAHUN 2007" oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai."

7) Orang atau badan yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai wajib

melaporkan usahanya kepada Direktur Jenderal Pajak untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Kecuali PKP yang semata mata melakukan penyerahan BKP :

a) air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum; dan

b) listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus) watt.

8) Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib menerbitkan Faktur Pajak dan membubuhkan cap "PPN DIBEBASKAN SESUAI PP NOMOR 12

TAHUN 2001 SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH TERAKHIR DENGAN PP NOMOR 7 TAHUN 2007"

B. Jasa Kena Pajak

1. Pengertian Jasa

Menurut pasal 1 angka 5 UU PPN 1984, Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan

berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau

fasilitas atau kemudahan atas hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk

menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari

pemesan

2. Pengertian Jasa Kena Pajak

Sedangkan yang dimaksud dengan Jasa Kena Pajak, sebagaimana disebutkan

dalam pasal 1 angka 6 UU PPN 1984 adalah jasa yang dikenakan pajak menurut Undang-

Undang ini. Jadi sama halnya dengan Barang Kena Pajak, semua jasa pada dasarnya

dikenakan PPN, kecuali yang dikecualikan menurut UU PPN 1984

3. Jasa yang Tidak Dikenakan PPN

Sesuai dengan ketentuan pasal 4A ayat (3) dan penjelasannya ditetapkan jenis jasa

tidak dikenakan PPN adalah :

a. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medis, meliputi:

1) Jasa dokter umum,dokter spesialis, dan dokter gigi

2) Jasa dokter hewan

3) Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi dan fisioterapi

4) Jasa kebidanan dan dukun bayi

5) Jasa paramedis dan perawat

Page 6: Barang Kena Pajak Dan Jasa Kena Pajak

6) Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik, kesehatan, laboratorium kesehatan,

dan Sanatorium

7) Jasa psikolog dan psikiater, dan

8) jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.

Kecuali jasa fitness centre, alasannya karena jasa fitness centre diadakan untuk

menjadikan orang sehat menjadi lebih sehat, sedangkan jasa-jasa kesehatan yang tidak

dikenakan PPN seperi jasa dokter diadakan untuk menjadikan orang yang tidak sehat atau

akan tidak sehat menjdi sehat.

b. Jasa di bidang pelayanan sosial, meliputi:

1) Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo

2) Jasa pemadam kebakaran

3) Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan

4) Jasa lembaga rehabilitasi

5) Jasa penyedia rumah duka atau jasa pemakaman termasuk krematorium

6) Jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial

c. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko, meliputi jasa pengiriman surat

dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain pengganti

perangko tempel.

d. Jasa keuangan meliputi:

1) jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka,

sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan

dengan itu;

2) jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada

pihak lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun

dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;

3) jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:

a) sewa guna usaha dengan hak opsi;

b) anjak piutang;

c) usaha kartu kredit; dan/atau

d) pembiayaan konsumen;

4) jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan

fidusia; dan

5) jasa penjaminan

Page 7: Barang Kena Pajak Dan Jasa Kena Pajak

e. Jasa Asuransi, yaitu jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian, asuransi

jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang

polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai

kerugian asuransi, dan konsultan asuransi.

f. Jasa di bidang keagamaan, meliputi:

1) Jasa pelayanan rumah ibadah

2) Jasa pemberian khotbah atau dakwah

3) Jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan, dan

4) Jasa lainnya di bidang keagamaan

g. Jasa di bidang pendidikan,meliputi:

1) Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan

pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan

kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan

profesional

2) Jasa penyelengaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus-kursus

h. Jasa di bidang kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan oleh

pekerja seni nyang telah dikenakan Pajak Tontonan

i. Jasa di bidang penyiaran meliputi jasa penyiaran radio dan televisi baik yang

dilakukan oleh instansi Pemerintah maupn swasta yang bukan bersifat iklan dan

tidak dibiayai oleh sponsor yang bersetujuan komersial

j. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri

Persewaan angkutan umum dikenakan PPN, karena pada persewaan angkutan

umum penguasaan ada pada pihak yang menyewa, sedangkan pada jasa angkutan umum

penguasaan ada pada penyedia jasa.

k. Jasa di bidang tenaga kerja, meliputi:

1) Jasa tenaga kerja

2) Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak

bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut

3) Jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja

Tenaga kerja menengah kebawah seperti buruh, pembantu rumah tangga dan

lainnya tidak dikenakan PPN. Tetapi tenaga kerja menengah ke atas, seperti manager

dikenakan PPN

l. Jasa di bidang perhotelan, meliputi:

Page 8: Barang Kena Pajak Dan Jasa Kena Pajak

1) Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel

losmen, hostel serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu

yang menginap

2) Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan hotel, rumah

penginapan, motel, losmen dan hotel

Sampai tahun 2009, ruangan dalam hotel yang tidak bersifat hotel, seperti took

souvenir, kafe dan lainnya dikenakan PPN, tetapi tahun 2010 keatas ruangan dalam hotel

yang tidak bersifat hotel tidak dikenakan PPN, tetapi dikenakan pajak daerah. Pajak daerah

atas hotel termasuk juga usaha kos-kosan 10 kamar atau lebih.

m. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan

secara umum, meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah

seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pemberian Izin Usaha

Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak,pembuatan Kartu Tanda

Penduduk

n. Jasa penyediaan tempat parkir, yaitu jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan

oleh pemilik tempat parkir dan/atau pengusaha kepada pengguna tempat parkir

dengan dipungut bayaran.

o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam, yaitu jasa telepon umum

dengan menggunakan uang logam atau koin, yang diselenggarakan oleh

a. pemerintah maupun swasta.

b. Jasa penerimaan uang dengan wesel pos

c. Jasa boga atau katering