bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · web viewpada zaman dahulu, luas...

46
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH i

Upload: hoangmien

Post on 28-Mar-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

KABUPATEN JEPARATAHUN 2017

i

Page 2: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARABADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN,

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAHJL. PATTIMURA NO. 4 JEPARA 59416TELP./FAX. (0291) 592478

Web : bappeda-jeparakab.net Email : [email protected]

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN,PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN JEPARA

NOMOR : 050/066TAHUN 2017

TENTANG

DATABASE CAGAR BUDAYA DI KABUPATEN JEPARA

KEPALA BAPPEDA KABUPATEN JEPARA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi pemanfaatan cagar

budaya di Kabupaten Jepara, perlu disusun database

cagar budaya di Kabupaten Jepara;

b. bahwa untuk maksud tersebut huruf a, perlu

ditetapkan dengan Keputusan Kepala Bappeda

Kabupaten Jepara.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam

Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4301);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik

ii

Page 3: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Indonesia Nomor 4421);

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang

Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5587), sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan

Benda Cagar Budaya di Museum (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 3599);

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66

Tahun 2015 tentang Museum (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 195,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5733);

8. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 42

Tahun 2009 dan Nomor 40 Tahun 2009 tentang

Pedoman Pelestarian Kebudayaan;

9. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

Nomor PM.40/UM.001/MKP/2009 tentang Pedoman

Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Situs;

iii

Page 4: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

10. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 3

Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang

menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah

Kabupaten Jepara (Lembaran Daerah Kabupaten

Jepara Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Jepara Nomor 2);

11. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 18

Tahun 2012 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah

Kabupaten Jepara Tahun 2012 Nomor 18,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jepara

Nomor 15);

12. Peraturan Bupati Jepara Nomor 29 Tahun 2007

tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Jepara (Berita

Daerah Kabupaten Jepara Tahun 2007 Nomor 55).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : Menetapkan Database Cagar Budaya Di Kabupaten

Jepara sebagaimana tercantum dalam Lampiran

Keputusan ini.

KEDUA : Database sebagaimana dimaksud dalam Diktum

KESATU Keputusan merupakan suatu database sebagai

acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan daerah

terkait pembangunan cagar budaya di Kabupaten Jepara.

KETIGA : Database dimaksud disusun dalam rangka melakukan

identifikasi, inventarisasi dan memberikan deskripsi

sejarah dari masing-masing cagar budaya yang tersebar

iv

Page 5: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

di seluruh wilayah se Kecamatan Jepara.

KEEMPAT : Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara adalah :

I. Pendopo Kabupaten Jepara

II. Museum RA. Kartini

III. Logi Gunung (Benteng VOC)

IV. Masjid Agung Jepara (Masjid Baitul Makmur)

V. Klenteng Hok Tok Teng

VI. Gong Senen (Pradonggo Birowo)

KELIMA : Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara beserta

Lampirannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari Keputusan ini.

Ditetapkan di : JeparaPada tanggal : 2ember2014

KEPALA BAPPEDAKABUPATEN JEPARA

EDY SUJATMIKO, S.Sos, MM, MHPembina Utama Muda

NIP. 19690717 198803 1 001

v

Page 6: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan segala

rahmat, taufiq dan hidayah_Nya, sehingga penyusunan DATABASE CAGAR

BUDAYA DI KABUPATEN JEPARA” dapat diselesaikan dengan baik. Database

ini disusun dalam rangka implementasi dari Laboratorium Kepemimpinan,

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan XCV Tahun 2017,

yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah

Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Jepara.

Sesuai dengan sebagaimana yang tercantum dalam milestone Rencana

Proyek Perubahan, bahwa untuk tahap jangka pendek ini lingkup lokasi dan

kewilayahan dalam penyusunan dibatasi pada identifikasi, inventarisasi dan

penulisan deskripsi sejarah (historis) dari masing-masing cagar budaya yang

tersebar di seluruh wilayah se Kecamatan Jepara. Adapun untuk jangka

menengah akan ditambahkan menjadi 6 kecamatan. Sedangkan untuk jangka

panjangnya, akan disusun database cagar budaya se Kabupaten Jepara.

Penyusunan Rancangan Proyek Perubahan ini tidak lain merupakan hasil

sinergi dari berbagai pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut, kami ucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya.

Semoga tulisan kecil ini dapat bermanfaat serta Allah SWT menjadikannya

sebagai suatu amal ibadah yang mulia. Teriring doa jazakumullah khoiron katsir.

Amiin.

Jepara, Juli 2017

KEPALA BAPPEDAKABUPATEN JEPARA

EDY SUJATMIKO, S.Sos, MM, MHPembina Utama Muda

NIP. 19690717 198803 1 001

vi

Page 7: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

SURAT KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA ii

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR viii

DATABASE CAGAR BUDAYA DI KABUPATEN JEPARA 1

I. PENDOPO KABUPATEN JEPARA 1

II. MUSEUM RA. KARTINI 3

III. LOJI GUNUNG (BENTENG VOC) 10

IV. MASJID AGUNG JEPARA (MASJID BAITUL MAKMUR) 14

V. KLENTENG HOK TOK TENG 19

VI. GONG SENEN (PRADONGGO BIROWO) 22

LAMPIRAN

vii

Page 8: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pendopo Kabupaten Jepara 1

Gambar 2 Ruangan Di Pendopo 2

Gambar 3 Museum RA. Kartini 4

Gambar 4 Ruang 1 Museum RA. Kartini 5

Gambar 5 Ruang Pengobatan RMP. Sosrokartono 6

Gambar 6 Koleksi Benda Kuno 7

Gambar 7 Kerangka Ikan “Joko Tuo” 8

Gambar 8 Koleksi Ruang Kerajinan 9

Gambar 9 Makam Loji Gunung 10

Gambar 10 Fort Jepara 11

Gambar 11 Makam Kapten Tuck 12

Gambar 12 Sketsa Masjid Agung Jepara Tahun 1600 M 14

Gambar 13 Masjid Agung Jepara Sekitar Tahun 1950-an dan 1970-an 15

Gambar 14 Masjid Agung Jepara Tahun 1991 16

Gambar 15 Kaligrafi Di Serambi Masjid Agung 17

Gambar 16 Kaligrafi Di Ruang Induk Masjid Agung 18

Gambar 17 Pecinan Sekitar Tahun 1900-an 20

Gambar 18 Klenteng Hok Tok Teng 20

Gambar 19 Identitas Klenteng Hok Tok Teng 21

Gambar 20 Gong Senen 22

Gambar 21 Gamelan Di Pendopo Kabupaten Jepara 24

viii

Page 9: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

DATABASE CAGAR BUDAYADI KABUPATEN JEPARA

I. PENDOPO KABUPATEN JEPARA1

Pendopo Kabupaten Jepara terletak di pusat kota Kabupaten Jepara,

dengan struktur layaknya tata kota di berbagai daerah di Pulau Jawa, yaitu

berdekatan dengan Alun-Alun Jepara dan Masjid Agung Jepara. Bangunan

Pendopo Kabupaten Jepara dibangun kurang lebih pada tahun 1750, yaitu pada

era pemerintahan Adipati Citro Sumo III. Beliau merupakan pimpinan

pemerintahan ke 23 yang menjabat selama kurun waktu 22 tahun (1730-1760).

Adapun ayah RA. Kartini merupakan Bupati Ke 31 yang menjabat selama kurun

waktu 24 tahun (1881-1905).

Gambar 1Pendopo Kabupaten Jepara

Pendopo Kabupaten Jepara terbagi menjadi beberapa ruangan. Sebagai

contoh, Ruang Peringgitan, Ruang ini dulu dipergunakan untuk menerima atau

1 Sumber : Diskominfo Kabupaten Jepara, 2017

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 1

Page 10: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

menjamu tamu secara terbatas. Adapun sampai dengan saat ini pun, tempat

tersebut masih dipergunakan untuk ruangan makan prasmanan dan menerima

tamu terbatas.

Ruangan Rono Kaputren (ukiran tembus) atau berlubang dan blok ukir

sesuai dengan namanya Rono Keputren. Disebelah kiri ruangan tersebut, dulu

adalah ruangan kerja untuk Bapak Sekretaris Daerah (Sekda) dan sebelah kanan

adalah ruangan kerja Bapak Bupati Jepara.

Gambar 2 Ruangan Di Pendopo

Masuk ke ruangan keluarga, dimana ruangan ini dulu dipergunakan untuk

berkumpulnya keluarga RA. Kartini. Sekarang, tempat ini dipergunakan untuk

menerima tamu terbatas. Kemudian kita terus masuk ke ruangan tidur RA Kartini

“waktu kecil” (sebelum menginjak dewasa atau masih dengan ayah, Garwo Padmi

dan saudara-saudaranya). Ruangan ini yang sekarang untuk ruangan tengah,

dimana dahulu terdapat 4 (empat) kamar yang dibatasi dengan penyekat atau

batas dinding. Untuk tegelnya yang asli pada tahun 1980 ditumpangi tegel putih. 

Kemudian kita masuki Ruang Pingit, yang berukuran 3 x 4 m, dimana

pengertian dipingit tidak diruangan ini terus, diperbolehkan untuk keluar tapi

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 2

Page 11: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

dengan batasan depan ada rono dan belakang ada tembok yang tinggi. Adapun

pengertian “dipingit” adalah menunggu lamaran dari pria yang tidak dikenalnya.

Di depan Ruang Pingit ini dulu untuk Ruang Makan Keluarga RA. Kartini.

Kemudian, Ruang Belakang (serambi belakang pendopo). Ruangan ini masih asli

keadaannya pintu dan jendelanya masih asli peninggalan zaman dahulu, dimana

ruangan ini dulu RA. Kartini biasa mewujudkan salah satu perjuangannya, yaitu

mendirikan sekolah wanita. Di serambi belakang pendopo terlihat bangunan

memanjang, dimana ruang tersebut adalah Ruang Dapur Umum, yang pada masa

RA. Kartini dipergunakan untuk memberi pelajaran ketrampilan (memasak). Di

ruangan tersebut, terdapat 2 pohon bunga kantil kegemaran RA. Kartini.

Bangunan di sebelah Pendopo Kabupaten Jepara yang sekarang ini

dimanfaatkan untuk ruang kerja Sekretariat Dharma Wanita yang dahulu

merupakan pesanggrahan ibu kandung RA. Kartini (MA. Ngasirah), Adapun

bangunan yang sekarang ini dipergunakan untuk tempat Sekretariat Pembinaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK), dimana pada masa RA. Kartini merupakan

ruangan untuk membina pengrajin ukir.

Kemudian, terlihat tembok tinggi dengan dua pintu (regol) yang dahulu

merupakan tempat jaga para Punggowo (Prajurit Penjaga), dimana tempat

tersebut adalah batas belakang pada saat RA Kartini dipingit. Adapaun kondisi

sekarang ini, guna menjaga keamanan pintu tersebut ditutup dengan rapat.

II. MUSEUM RA. KARTINI2

Museum RA. Kartini terletak di pusat kota atau tepatnya di sebelah barat

daya Alun-Alun Jepara. Museum RA. Kartini termasuk jenis museum umum dan

sekaligus sebagai objek wisata sejarah yang dikelola oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jepara. Museum ini dibuka setiap hari dan

sering dikunjungi para wisatawan, baik wisatawan asing maupun domestik.

Museum RA. Kartini didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 pada masa

pemerintahan Bupati Soewarno Djoyomardowo, SH. Adapun untuk peresmiannya,

2 Sumber : Pengelola Museum RA. Kartini Jepara, 2017

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 3

Page 12: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

dilakukan pada tanggal 21 April 1977 oleh Bupati KDH Tingkat II Jepara,

Soedikto, SH.

Tujuan dari didirikan museum ini adalah untuk mengabadikan jasa-jasa

perjuangan RA. Kartini dengan cara mendokumentasikan, memamerkan dan

menvisualisasikan benda-benda bersajarah peninggalan milik RA. Kartini berikut

keluarganya, serta benda budaya warisan budaya lainnya yang banyak ditemukan

di wilayah Kabupaten Jepara.

Gambar 3Museum RA. Kartini

Gedung museum di bangun di atas areal seluas 5.210 m² dengan luas

bangunan 890 m² dan terdiri dari tiga buah gedung. Bila dilihat dari sisi atas, maka

gedung tersebut terbentuk huruf K, T, N yang merupakan singkatan dari KARTINI.

Gedung N, sekarang ini digunakan sebagai kantor pengelola Museum RA. Kartini,

Disparbud Kabupaten Jepara.

Jumlah koleksi yang ditampilkan di museum tersebut sebanyak 297 barang

yang terdiri dari beberapa jenis, seperti : foto, lukisan, perkakas, barang pecah

belah dan lain sebagainya yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat

berharga (tabel inventaris barang terdapat dalam Lampiran). Adapun penyajian

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 4

Page 13: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

ruang koleksi dibagi menjadi tiga ruangan, dengan uraian sebagaimana

dibawah ini.

A. Ruangan 1 (Ruang RA. Kartini)

Ruangan ini berisi koleksi peninggalan RA. Kartini yang berupa benda-

benda dan foto-foto miliknya semasa hidupnya, antara lain: 1 set meja kursi

tamu yang masih asli tersebut dari kayu jati dengan ukuran khas motif Jawa

kuno, lukisan wajah beliau saat melangsungkan pernikahannya dengan

Bupati Rembang (Raden Mas Adipati Djoyodiningrat pada tanggal

12 November 1903), foto contoh tulisan dalam bahasa Belanda yang

ditujukan kepada sahabatnya di Negara Holland, foto putra satu-satunya

Raden Mas Singgih yang waktu kecilnya bernama Susalit (Jawa : susah

wiwit alit atau dalam Bahasa Indonesia : susah sejak kecil), foto

ayahandanya (RMAA. Sosroningrat) yang pernah menjabat sebagai Bupati

Jepara yang waktu itu pemerintahannya berada di Pendopo Kabupaten

Jepara, foto ibu kandungnya (MA. Ngasirah) yang berasal dari desa Teluk

Awur Jepara, meja belajar, piring dan mangkok, hasil keterampilan tangan

muridnya berupa renda, alat untuk membatik berupa canting milik

RA. Kartini, silsilah RA. Kartini, serambi belakang Pendopo Kabupaten

Jepara, bhotekan (sebuah tempat untuk menyimpan jamu sebagai persiapan

pada saat RA. Kartini akan dilahirkan), mesin jahit milik muridnya yang

sampai sekarang masih dapat dioperasikan.

Gambar 4Ruang 1 Museum RA. Kartini

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 5

Page 14: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Diruang ini pula akan kita menjumpai benda-benda peninggalan

maupun foto-foto dari kakak kandungnya (RMP. Sosrokartono). Tokoh yang

turut berjuang dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia sekaligus sebagai

motivator dan pendorong bagi cita-cita RA. Kartini yang menguasai 26 jenis

bahasa dan pandai dalam bidang pengobatan dengan menggunakan “air

putih” sebagai media perantaraan.

Gambar 5Ruang Pengobatan RMP. Sosrokartono

Beliau terkenal dengan “Joko Pring” dan “Mandor Klungsu” dan orang-

orang sering memanggil beliau dengan julukan “Ndoro Sosro”. Selain itu,

beliau terkenal lewat ilmunya “Catur Murti”, yaitu perpaduan antara ucapan,

perasaan, pikoran dan perbuatan. Menurut ajaran ilmu tersebut bilamana

orang menguasai dan mampu memadukan keempat unsur tersebut, niscaya

orang itu akan menjadi seorang “manusia sejati” (Jawa : mumpuni).

Terdapat pula beberapa benda peninggalan dan foto-foto yang ada di

ruang ini, antara lain : kursi-kursi untuk antri para pasien yang kondisinya

masih asli, tempat pengobatan sekaligus tempat pembaringan terakhir pada

saat beliau wafat, foto gambar Gunung Lawu dan Merapi yang di ambil tidak

melalui pesawat terbang maupun satelit, namun dari suatu tempat tertentu

dengan kekuatan “ilmu” yang beliau miliki, ruang semedi, meja marmer asli,

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 6

Page 15: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

gambar huruf alif yang terpasang pada bingkai sebagai tanda mengetahui

berhasil dan tidaknya dalam mengobati pasien, dan benda-benda lain yang

memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat tinggi.

B. Ruangan 2 (Ruang Jepara Kuno)

Kolekasi benda-benda bersejarah yang ditampilkan di ruangan ini

meliputi benda-benda purbakala periode abad VII, yaitu peninggalan Ratu

Shima maupun benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang

sangat berharga dan ditemukan di daerah (wilayah) Kabupaten Jepara.

Menurut cerita rakyat (folk) tentang Ratu Shima adalah seorang

penguasa Kerajaan Kalingga dengan lokasi kerajaan di sekitar daerah

Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara yang mana beliau sangat terkenal

akan keadilannya sehingga dijadikan tema sebagai salah satu pahlawan dari

Jepara (berupa patung di Bundaran Ngabul, Kecamatan Tahunan), selain

Ratu Kalinyamat dan RA. Kartini.

Gambar 6Koleksi Benda Kuno

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 7

Page 16: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Adapun benda-benda kuno bernilai sejarah yang ditampilkan di ruang

tersebut, antara lain : toto-foto beberapa kerajaan (replika) yang terbuat dari

emas dan platina, patung Arca Trimurti dan Siwa Mahaguru, Yoni dan

Lingga, kepingan mata uang gobeng yang terbuat dari logam, potongan

ornamen batu berukir yang sekarang ini masih bisa dilihat pada dinding

Masjid Mantingan Jepara (Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara),

seperangkat gamelan kuno, bak mandi dan guci untuk menyimpan air yang

terbuat dari tanah liat, beberapa barang keramik yang ditemukan di sekitar

perairan Kepulauan Karimunjawa.

Di ruang ini pula dapat kita lihat kerangka ikan raksasa “Joko Tuo” yang

panjangnya mencapai 16 m dan lebar 2 m dengan barat ± 6 ton. Ikan

tersebut ditemukan tahun 1989 di Kepulauan Karimunjawa dalam keadaan

mati, namun masih terdapat sisa dagingnya.

Gambar 7Kerangka Ikan “Joko Tuo”

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 8

Page 17: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Menurut pakar sejarah (arkeologis), yang menyatakan bahwa ikan ini

sebangsa ikan gajah, karena pada bagian kepalanya terdapat semacam

gading seperti yang dimiliki hewan gajah, dimana memiliki bahasa latin dan

spesies khusus untuk jenis ikan tersebut. Namun kebanyakan para

pengunjung menyebut ikan tersebut masuk dalam kategori spesies dari

ikan paus.

C. Ruangan 3 (Ruang Kerajinan)

Pada ruangan ini, akan kita temukan benda-benda yang merupakan

contoh barang hasil kerajinan dari Kabupaten Jepara yang terkenal, yaitu :

ukir-ukiran, tenun ikat tradisional dari Desa Troso (Kecamatan Pecangaan),

monel (logam baja putih yang tidak berkarat atau stainless steel) dari Desa

Kriyan (Kecamatan Kalinyamatan), keramik atau gerabah (Kecamatan

Mayong dan Welahan), rotan dan anyaman bambu (Kecamatan

Kalinyamatan dan Welahan).

Gambar 8Koleksi Ruang Kerajinan

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 9

Page 18: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Terdapat pula contoh seperangkat alat ukir beserta berbagai jenis dan

motif ukiran, seperti : macan kurung, relief, maupun kaligrafi. Begitu pula

ditampilkan berbagai miniatur alat tangkap ikan tradisional dipamerkan di

ruangan tersebut.

Hal ini dapat dipahami mengingat sebagian besar wilayah di Kabupaten

Jepara merupakan perairan laut, dimana sebagian besar warga masyarakat

(terutama yang bertempat tinggal di wilayah pesisir) memiliki mata

pencaharian sebagai penangkap ikan (“miyang”), sebagaimana profesi dari

para leluhur mereka. Contoh dari beberapa alat tangkap ikan tradisional,

adalah : bubu, wuwu, bagang dan kempis.

III. LOJI GUNUNG (BENTENG VOC)3

Loji Gunung merupakan nama sebuah komplek pemakaman yang dibangun

oleh pemerintah kolonial Belanda (VOC), dimana pembuatan komplek

pemakaman ini khusus diperuntukan bagi orang-orang kolonial Belanda yang

meninggal di Jawa dan sekitarnya. Dahulu, disekeliling makam dibangun tembok

pembatas yang tinggi dan tebal, sehingga bentuknya persis menyerupai benteng

pertahanan kolonial Belanda.

Gambar 9Makam Loji Gunung

3 Sumber : Diskarpus Kabupaten Jepara, 2017

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 10

Page 19: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Mungkin karena dilihat seperti Loji atau dalam Bahasa Jawa sering diartikan

sebagai menara atau bagunan yang tinggi, besar dan kokoh, sehingga

masyarakat sekitar menyebut komplek pemakaman itu dengan sebutan “Loji

Gunung”.

Pada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan

pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan luasnya sampai ± 1 Ha. Namun,

seiring dengan perkembangan zaman secara lambat laun luas komplek

pemakaman ini dari tahun ketahun terus berkurang.

Di sebelah selatan di bawah Loji Gunung ini terdapat perumahan warga yang

cukup padat. Komplek pemakaman Loji Gunung oleh masyarakat sekitar

dimanfaatkan sebagai tempat pemakaman umum, yang terletak di sebelah utara

komplek pemakaman Loji Gunung.

Pemerintah Kabupaten Jepara membangun sebuah monumen dengan nama

VORT JEPARA dan bertuliskan abad XVI. Beberapa rehabilitasi yang dilakukan

oleh Pemerintah Kabupaten Jepara disekitar komplek pemakaman Loji Gunung

adalah pembangunan sebuah taman buah, serta gardu pandang yang dapat

dimanfaatkan untuk menyaksikan keindahan kota Jepara hingga ke pesisir

lautnya.

Gambar 10Fort Jepara

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 11

Page 20: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Adapun keberadaanya sekarang ini yang masih tersisa dari pemakaman Loji

Gunung adalah 2 (dua) buah makam tua yang sekarang sudah dibangun tembok

dan pagar pembatas dengan ketinggian kurang lebih 2 m. Terdapat pula sisa

reruntuhan makam yang bertanggalkan 2.. November 1863 dan 8 Djanuari 1930.

Masyarakat sekitar meyakini bahwa dua makam yang masih tersisa dari komplek

pemakaman Loji Gunung adalah makam dari Kapten Tuck dan orang

kepercayaanya.

Gambar 11Makam Kapten Tuck

Sedikit menyinggung tentang eksistensi dan identitas mengenai siapakah

Kapten Tuck itu? Dari beberapa literatur, didapatkan informasi bahwa dia

bernama asli Kapten François Tack. Ia adalah salah seorang perwira senior

Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang ikut berperan dalam

peperangan melawan Pangeran Trunojoyo (Kerajaan Kediri) dan peperangan

melawan Sultan Ageng Tirtayasa (Kerajaan Banten).

Diceritakan pula bahwa pada bulan Februari 1686, Kapten Tuck ditugaskan

oleh Pemerintah Hindia Belanda berangkat ke Kartusora dengan tujuan untuk

menangkap Suropati. Pertempuran pun meletus di halaman keraton, dimana

pasukan VOC mengalami kekalahan. Sebanyak 75 orang kolonial Belanda ikut

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 12

Page 21: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

tewas dalam pertempuran tersebut. Kapten Tack sendiri tewas di tangan

Pangeran Puger (adik dari Raja Amangkurat II – Kerajaan Mataram) yang

menyamar sebagai prajurit Suropati.

Adapun informasi yang lain menurut Wikipedia, yang menyatakan bahwa

Kapten François Tack adalah seorang perwira Bolonial Belanda dari VOC yang

ikut dalam kampanye bersama antara Raja Amangkurat II dari Kerajaan Mataram

dan pasukan VOC yang dipimpin oleh Antonio Hurdt untuk menyerang Pangeran

Trunojoyo (1649-1680) dari Madura di kubunya di Kediri.

Kapten Tack bersama Isaac de Saint-Martin mempimpin suatu pasukan laut

untuk menyerang Kerajaan Banten pada tahun 1968. Dimana, Kapten Tack

membela putera mahkota yang berusaha melawan ayahnya sendiri (Sultan Ageng

Tirtayasa) dan dikepung dalam istananya oleh pasukan pendukung Sultan Ageng.

Putera mahkota dapat diselamatkan oleh VOC dan diakui sebagai sultan baru di

Kerajaan Banten dengan gelar “Sultan Haji”.

Pada tahun 1868, Kapten Tack diutus oleh VOC ke Kerajaan Mataram

sebagai duta. Kapten Tack dibunuh di Keraton Kartosuro atas perintah Raja

Amangkurat II. Hal ini dikarenakan Kapten Tack sempat menemukan suatu benda

yang disebut sebagai “Mahkota Mas Majapahit” saat memasuki Kerajaan Kediri

pada tahun 1678 dan menawarkannya kepada Raja Amangkurat II dengan harga

1.000 real (uang Spanyol yang diakui sebagai mata uang resmi di Jawa saat itu).

Dimana, Raja Amangkurat II tidak dapat melupakan penghinaan ini dan akhirnya

membalas dendam dengan membunuh Kapten Tack.

Itulah sekelumit kisah mengenai siapa itu Kapten Tuck. Mengenai

kepercayaan masyarakat Jepara yang menganggap bahwa dua makam yang ada

di kedua bangunan tersebut adalah makam dari Kapten Tack dan pengikutnya,

sampai dengan sejauh ini para peneliti sejarah maupun penggiat sejarah yang

lain belum menemukan titik temu untuk mengatakan bahwa makam tersebut

benar-benar merupakan makam Kapten Tack atau bukan.

IV. MASJID AGUNG JEPARA (MASJID BAITUL MAKMUR)4

4 Sumber : Pengurus Masjid Agung Jepara dan Diskarpus Kabupaten Jepara, 2017

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 13

Page 22: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Masjid Agung Baitul Makmur Jepara berada di sebelah selatan Alun-Alun

Jepara, atau lebih tepatnya di Desa Kauman, Kecamatan Jepara, Kabupaten

Jepara. Masjid ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 1600 M atau pada masa

pemerintahan Pangeran Arya Jepara. Beliau adalah anak angkat dari Ratu

Kalinyamat. Dimana, masa pembangunan masjid ini dilaksanakan saat

perpindahan pusat pemerintahan Kerajaan Kalinyamat dari Kota Kalinyamat

(sekarang menjadi Kecamatan Kalinyamatan) ke Jepara.

Menurut informasi dari salah satu pengurus masjid, dulunya atap masjid ini

bersusun (tumpang) lima (ciri atap mirip arsitektur Cina), berbentuk persegi,

dikelilingi pagar halaman dari batu dan gapura pintu masuk seperti bangunan

tembok kabupaten dan sejenis bangunan di Imogiri dan Kotagede di Yogyakarta.

Gambar 12Sketsa Masjid Agung Jepara Tahun 1600 M

Pada tahun 1686 masjid dirubah atapnya yang semula beratap tajuk lima

menjadi atap tajuk tumpang tiga. Hal ini dikarenakan sering terganggunya

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 14

Page 23: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

bencana alam seperti angin dan petir. Adapun sekarang ini, atapnya hanya

bersusun dua.

Pada tahun 1926 diadakan pemugaran masjid pertama kali dengan

menambah teras depan. Sedangkan di tahun 1935-1937 dilaksanakan

pembangunan menara setinggi 21 m oleh Pemerintah Kabupaten Jepara (pada

masa pemerintahan Bupati Sukahar) dengan menelan biaya 500 golden.

Pada tahun 1938 diadakan rehabilitasi serambi depan dan tahun 1969

diadakan perbaikan pawastren, tempat wudhu dan penggantian lantai masjid

induk dari ubin biasa diganti dengan trasso. Dan pada tahun 1975 diadakan

pemugaran pintu gerbang oleh Bupati Sudikto, SH dengan pembiayaan sharing

antara pemerintah kabupaten dan masyarakat Jepara.

Gambar 13Masjid Agung Jepara Sekitar Tahun 1950-an dan 1970-an

Perlu diketahui pula bahwa di halaman masjid sejak semula telah ditempati

gedung Departemen Agama Kabupaten Jepara yang dibangun pada tahun 1951,

berupa bangunan gedung papak dan terdapat makam yang konon dinamakan

makam “Jabang Bayi” yang terletak di sebelah utara halaman masjid. Dengan

alasan dikhawatirkan menjadi sumber syirik, maka oleh Departemen Agama

(Depag) Kabupaten Jepara makam tersebut dihilangkan di tahun 1959.

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 15

Page 24: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Demikian pula di belakang masjid ditempati Kantor Penerangan Agama

Kabupaten Jepara, Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jepara, perumahan

Kepala Kandepag Kabupaten Jepara, TK Perwanida, dan Madrasah Diniyah “Al-

Mubtady” yang meminjam aula Depag di belakang masjid tersebut.

Selanjutnya, dalam rangka penataan lingkungan maka pada awal tahun

1989 diadakan pembongkaran dan pemindahan Kantor Departemen Agama

Kabupaten Jepara yang berada di depan masjid tersebut ke kantor yang baru di

Desa Saripan (belakang gedung DPRD Kabupaten Jepara) dan kemudian pindah

lagi ke Desa Demaan, sebelah barat Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten

Jepara sampai dengan saat ini. Adapun kantor Depag yang lama (di Desa

Saripan), sekarang ini dimanfaatkan menjadi Kantor KUA Kecamatan Jepara.

Pada tanggal 20 Mei 1989 sampai dengan 28 Juli 1991 dilaksanakan

pembangunan serambi masjid (bagian depan), ruang pawastren dan penataan

lingkungan oleh Pemda, pada masa pemerintahan Bupati “Hisom Prasetyo, SH”.

Gambar 14Masjid Agung Jepara Tahun 1991

Di serambi depan tersebut terdapat kaligrafi di pintu masuk ruang induk

masjid, yaitu sebagai berikut :

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 16

Page 25: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Pintu depan utara atas : QS. Al-Anfal ayat 2 (dua)

Dinding kaca depan sebelah utara : QS. Al-Ankabut ayat 45

Pintu depan bagian tengah atas : QS. At-Taubah ayat 108

Dinding kaca depan sebelah selatan : QS. Al-Hujurat ayat 10

Pintu depan sebelah selatan : QS. At-Taubah ayat 18

Demikian juga di dua ruang serambi atas terdapat tulisan secara melingkar

kaligrafi “Asmaul Husna”.

Gambar 15Kaligrafi Di Serambi Masjid Agung

Pada tahun 1996 diadakan rehabilitasi dinding keliling masjid induk,

sokoguru masjid induk tahap pertama dan mempolitur eternit kayu jati masjid

induk pada masa Bupati Drs. Bambang Purwanto. Sedangkan di tahun 1999 –

2000 diadakan pembangunan dan rehabilitasi ruang pawastren, tempat wudlu

putra/putri bagian selatan, kantor Pengurus dan kantor Remaja Masjid yang

berada di lantai dua

Pada masa pemerintahan Bupati Drs. Sunarto, yaitu di tahun 2001 merehab

sokoguru masjid induk tahap kedua dengan struktur beton bertulang yang

dibungkus dengan papan kayu jati, ukiran tembaga, ukiran kayu jati dan umpak

dari batu onik. Dalam perkembangannya, pengembangan masjid dengan

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 17

Page 26: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

mendapatkan bantuan pembiayaan dari APBD Kabupaten Jepara guna

pembangunan pagar depan, pagar sebelah utara memanjang sampai sungai

belakang karena mendapat tambahan sebidang tanah dari Pemerintah Kabupaten

Jepara di sebelah utara masjid 4 m.

Gambar 16Kaligrafi Di Ruang Induk Masjid Agung

Pada tanggal 31 Januari 2003 / 28 Dzulqo’dah 1423 H peresmian

pembangunan asessoris kaligrafi kayu jati QS. Mulk ayat 1 – 30 yang dipasang di

keliling dinding tembok bagian dalam ruang masjid induk, membalut tembok

mihrob dengan ukiran khas Jepara dan Timur Tengah dengan bahan kayu jati dan

bertuliskan kaligrafi, yaitu :

Bagian depan atas QS. Al-Mu’minun ayat 1-2, tulisan Allah dan Muhammad

SAW, QS. Al-Fatihah ayat 1-7

Bagian dalam bertuliskan kaligrafi QS. Al-Baqarah ayat 255 (ayat kursi),

QS. Al-Ikhlas ayat 1-4, QS. Al-Falaq ayat 1-5, kalimat Tahlil, QS. Al-Ashr

ayat 1-3, QS. Al-Kafirun ayat 1-6, QS. An-Naas ayat 1-6 dan Syahadatain,

dan mimbar kayu jati dengan ukiran serta kaligrafi khas Jepara dan Timur

Tengah berisi tulisan kaligrafi

Bagian depan atas QS. Al-Baqarah ayat 43 dan QS. Al-Ahzab ayat 21

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 18

Page 27: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Bagian kanan atas QS. Al-Baqarah ayat 238, tengah QS. Al-Isro’ ayat 78,

dan bawah tulisan kalimat Syahadatain.

Bagian kiri atas QS. Al-Baqarah ayat 153, tengah QS. Al-Baqarah ayat 208,

bawah QS. Al-Baqarah ayat 144

Bagian belakang atas QS. Al-Ahzab ayat 56, tengah QS. Al-Baqareah ayat

45 dan di lengkung bawah QS. Ar-Ro’du ayat 28 dan QS. Al-Ahzab ayat 41

Bagian tangga, kata-kata hikmah bertulis االخالق مكارم الثمم dan انمابعثت

مقصودى انت .الهىSemua kaligrafi mulai dari serambi depan, pintu, asesoris kaligrafi pada

dinding tembok masjid induk, serta desain pembalut tembok mihrob didesain

(dibuat) oleh penduduk asli Jepara yaitu H. A. Mudzakir dengan anggaran dari

APBD Kabupaten Jepara oleh Bupati Drs. H. Hendro Martojo, MM.

V. KLENTENG HOK TOK TENG5

Klenteng Hok Tok Teng berlokasi di daerah pusat pertokoan dan

pergadangan di Jepara atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Pecinan”.

Menurut keterangan yang diberikan oleh salah satu pengurus kelenteng

Ambrosius Purwanto dengan nama Cina adalah Wang Fung Fu, kelenteng ini

dibangun pada tahun 1881 Masehi. Keterangan ini juga diperkuat dari kesaksian

anggota keluarga Giok Hwa yang pernah menjadi pengurus kelenteng sejak tahun

berdirinya kelenteng ini.

Di samping kitab suci penganut kepercayaan Tri Darma di kelenteng atau

rumah ibadah Hok Tok Teng yang beralamat di Jl. Diponegoro No. 12 Jepara ini

terdapat semacam kitab ajaran tentang silsilah keturunan manusia yang mencapai

pencerahan yang ikut andil dalam pembangunan tempat ibadah ini. Nama kitab ini

bernama Sam Ho Bio yang menurut Purniati (salah satu pengurus) yang berarti

“urutan pencerahan” .

Gambar 17Pecinan Sekitar Tahun 1900-an

5 Sumber : Pengurus Klenteng Hok Tok Teng, 2017

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 19

Page 28: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Asal muasal terbentuknya komunitas ibadah di Hok Tok Teng ini sebenarnya

berawal dari awal perkumpulan para pekerja dari orang-orang cina yang datang ke

Jawadwipa yang subur. Namun setelah sampai di holing mereka saking asiknya

dengan kemakmuran Jawadwipa hidup mereka sangat berubah dan cenderung

melakukan perbuatan yang melangar norma dari adat Tiong Hoa.

Gambar 18Klenteng Hok Tok Teng

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 20

Page 29: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Karena perkumpulan itu lebih cenderung keperbuatan menyimpang maka

Giok Hwa seorang wanita yang dipercaya suci mempunyai ide untuk

menanggulangi itu semua, maka dibagunlah tempat ibadah Hok Tok Teng ini.

Pembangunan ini pada awalnya dibangun dengan cara swadaya dari seluruh

warga Tiong Hoa yang mampu saat itu. Sebenarnya, pembangunan kelenteng

atau tempat pemujaan ini menurut Ambrosius Purwanto juga mengandung

ideologi perlawanan terhadap kristenisasi terhadap warga keturunan Cina di

Jepara.

Pada zaman dahulu, Jepara digunakan oleh orang-orang barat Portugis

maupun Belanda untuk melakukan program penyebaran agama kristen,

sedangkan pada waktu itu yang mempunyai hubungan lebih dekat ketimbang

pribumi adalah warga Cina. Maka, tidak mungkin kalau banyak warga Cina yang

diberikan fasilitas lebih dengan satu alasan agar mau masuk dan memeluk agama

kristen pada waktu itu.

Gambar 19Identitas Klenteng Hok Tok Teng

]

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 21

Page 30: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Kelenteng ini terahir di renovasi pada 14 Desember 1997 atau dalam tahun

baru Cina 15 Cap It Gwee 2548. Pembangunan tempat ibadah ini atas prakarsa

dana dari Nyonya Oh Ie Djiang dari keluarga Oh Kian Lien dari Salatiga.

VI. GONG SENEN (PRADONGGO BIROWO)6

Gong Senen adalah seperangkat alat musik tradisional (gamelan) yang

terdapat di Pendopo Kabupaten Jepara. Keberadaan akan Gong Senen ini bisa

dikatakan cukup misterius. Semisterius akan kemunculannya.

Menurut cerita yang cukup pupuler di kalangan masyarakat Jepara, bahwa

pada abad XIX di Jepara terjadi suatu keajaiban di pendopo kadipaten dengan

munculnya seperangkat “gamelan” yang datangnya secara tiba-tiba dan tidak

diketahui darimana asalnya (misterius). Kemudian, Kanjeng Adipati Jepara

beserta perangkatnya mencoba untuk membunyikan atau menabuh gamelan

tersebut, akan tetapi tidak bisa berbunyi.

Gambar 20Gong Senen

6 Sumber : Diskominfo Kabupaten Jepara, 2017

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 22

Page 31: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Ditradisikan di Kadipaten Jepara bahwa setiap tanggal 26 (sebulan sekali)

seluruh lurah dan tokoh masyarakat di wilayah Kadipaten Jepara mengadakan

Pasiwonan di Pendopo Kadipaten dengan membawa hasil bumi dari daerah

masing-masing sebagai tanda hormat dan tunduk kepada Kanjeng Adipati (asok

golondong pangereng-ngereng).

Kemudian, pada saat itu oleh Kanjeng Adipati Jepara disampaikan tentang

adanya seperangkat gamelan yang datangnya secara misterius kepada semua

hadirin pada waktu mengadakan paseban atau pertemuan, yang pada intinya

Kanjeng Adipati menceritakan masalah gamelan yang tidak bisa dibunyikan oleh

Kanjeng Adipati ataupun perangkat kadipaten yang lain. Kemudian, Kanjeng

Adipati memberikan kesempatan pada para lurah dan tokoh masyarakat satu

persatu untuk mencoba menabuh atau membunyikan gamelan tersebut.

Pada saat giliran Lurah Senenan (Kecamatan Tahunan) untuk mencoba

menabuh, ternyata gamelan tersebut bisa berbunyi. Maka, Kanjeng Adipati

memberikan mandat pada Bapak Lurah Senenan untuk memelihara dan

membunyikan seperangkat gamelan tersebut hingga sekarang ini.

Pada waktu Kanjeng Gusti Pakubuwono dari Kerajaan Surokarto Hadiningrat

mengadakan kunjungan ke Kadipaten Jepara, beliau berkenan untuk mengambil

dan membawa seperangkat gamelan tersebut ke Keraton Surokarto dan

menggantikannya dengan gamelan yang diambil dari Keraton Surokarto.

Mengapa disebut Gong Senen? Karena menurut cerita, yang mampu untuk

menabuh hanyalah Lurah/Masyarakat Desa Senenan dan waktunyapun khusus

pada hari Senen Pagi dan Sore hari. Maksud dan tujuan dibunyikan Gong Senen

pada hari tersebut adalah untuk keselamatan keluarga Kanjeng Adipati dan

masyarakat di seluruh Kadipaten Jepara dan sekarang diberi nama “Pradonggo

Birowo”.

Seperangkat gamelan tersebut terdiri dari :

Gong besar 1 buah

Kecrek / kecer 2 buah

Kendang 2 buah

Kempul 2 buah

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 23

Page 32: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Adapun gending atau lagu yang biasa dinyanyikan sejak dahulu, yaitu :

Coro Balen

Sendon Arang-Arang

Kenthuk Tutul

Kodok Ngorek

Gambar 21Gamelan Di Pendopo Kabupaten Jepara

Untuk perangkat Gong Senen selalu diadakan selamatan setahun sekali

yang dilaksanakan setelah sholat Idul Fitri sambil mengiringi kehadiran para tamu

yang berhalal bi halal.

Terdapat kepercayaan sampai sekarang ini, yaitu apabila Gong Senen

tersebut tidak ditabuh atau dibunyikan akan berakibat tidak baik. Beberapa

peristiwa yang tidak baik terjadi yang menurut cerita dari masyarakat setempat

sebagai akibat dari tidak ditabuh atau dibunyikan gamelan tersebut pada

waktunya, antara lain :

Peristiwa tragis pada tanggal 5 Mei 1955 di laut dekat Pantai Kartini dengan

memakan korban 5 (lima) orang pejabat Pemerintah Kabupaten Jepara

Peristiwa angin ribut yang memporak-porandakan Pendopo Kabupaten

Jepara ± 26 tahun yang lalu.

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 24

Page 33: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

Hal tersebut semata-mata cerita rakyat setempat yang tidak dapat dipastikan

akan kebenarannya. Adapun kita sebagai umat beragama (Islam) wajib

mempercayai dan meyakini bahwa segala hal yang terjadi di dunia ini hanyalah

menurut kehendak Allah SWT. Wallahu a’lam bish showabi.

ENTIFIKASI STAKEHOLDER

Database Cagar Budaya Di Kabupaten Jepara 25

Page 34: bappeda-jepara.orgbappeda-jepara.org/dokumen/1501466204.docx · Web viewPada zaman dahulu, luas lahan yang digunakan untuk pembuatan pemakaman ini sangatlah luas, yang diperkirakan

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025

Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Jepara

Peraturan Bupati Jepara Nomor 60 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Jepara

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Inovasi, Jakarta, 2015

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Diagnostic Reading, Jakarta, 2015

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Budaya Kerja dalam Efektifitas Kepemimpinan, Jakarta, 2015

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jejaring Kinerja, Jakarta, 2015

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Membangun Tim Efektif, Jakarta, 2015