bank & lembaga keu - tata perbankan.pdf
DESCRIPTION
aturan perbankanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan sistem perbankan syariah dalam sistem perbankan di
Indonesia kini telah mendapatkan payung hukum tertinggi yang akan melindungi
kiprah dan sepak terjang industri perbankan syariah di tanah air. Hal ini dengan
diloloskannya Rancangan Undang-Undang Perbankan Syariah menjadi undang-
undang yakni Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
yang disahkan pada tanggal 16 Juli 2008.1
Sebelumnya pengaturan mengenai perbankan syariah dituangkan dalam
Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998. Dalam Undang-undang No. 10 Tahun
1998 belum spesifik dan kurang mengakomodasi karakteristik operasional
perbankan syariah, dimana, di sisi lain pertumbuhan dan volume usaha bank
syariah berkembang cukup pesat.
2
Pengawasan terhadap kegiatan usaha bank baik bank konvensional
maupun bank syariah dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini didasarkan pada
Pasal 29 ayat 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 perubahan atas Undang-
undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang berbunyi : ”Pembinaan dan
pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia”. Berkaitan dengan pembinaan
1 M. Umer Chapra.,Tariqullah Khan., Regulasi dan Pengawasan Bank Syariah (alih
bahasa Ikhwan Abidin Basri), PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. v. 2 Penjelasan Bagian Umum Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah.
Universitas Sumatera Utara
dan pengawasan itu Bank Indonesia mempunyai tugas yang didasarkan pada pasal
8 Undang-undang No. 3 Tahun 2004 perubahan atas Undang-undang No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang berbunyi : ”Untuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai
berikut : a) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, b) mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran, c) mengatur dan mengawasi bank”.
Dalam pasal 50 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 sebagai undang-undang yang
khusus mengatur perbankan syariah disebutkan bahwa “Pembinaan dan
pengawasan bank syariah dan UUS dilakukan oleh Bank Indonesia”.
Pada prinsipnya, pengaturan penyatuan sistem tata perbankan bagi sebuah
negara dilakukan oleh bank sentral, di Indonesia dalam hal ini dilaksanakan oleh
Bank Indonesia. Bank Indonesia diberikan kewenangan dan tanggung jawab yang
berkaitan dengan pengawasan jasa sistem pembayaran agar masyarakat luas dapat
memperoleh jasa sistem pembayaran yang efisien, cepat, tepat, dan aman. Bank
Indonesia dapat melakukan pengawasan langsung (on-site supervision) dan
pengawasan tidak langsung (off-site supervision) terhadap bank-bank syariah di
Indonesia, baik bank umum syariah maupun bank konvensional yang buka cabang
khusus syariah atau dikenal dengan Unit Usaha Syariah.
Secara umum, peranan bank sentral sangat penting dan strategis dalam
upaya menciptakan sistem perbankan yang sehat dan efisien. Perlu
diwujudkannya sistem perbankan yang sehat itu, karena dunia perbankan adalah
salah satu pilar utama dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Sedangkan
secara khusus, bank sentral mempunyai peranan yang penting dalam mencegah
Universitas Sumatera Utara
timbulnya risiko-risiko kerugian yang diderita oleh bank itu sendiri, masyarakat
penyimpan dana, dan merugikan serta membahayakan kehidupan perekonomian.3
Bank Indonesia yang memegang otoritas pembinaan dan pengawasan bank
dibekali dengan kewenangan yang berkaitan dengan perizinan, mengeluarkan
ketentuan-ketentuan yang memberi landasan kerja yang sehat bagi bank serta
mengawasi dan memberikan pembinaan kepada bank dalam menjalankan segala
usaha bank tersebut dengan tujuan mendorong terwujudnya sistem perbankan
yang sehat.
4
Kegiatan pengawasan bank tersebut sebagai pelaksanaan monetary
supervision dimaksudkan untuk memonitor dan mengetahui lembaga keuangan
bank dalam hal ini mematuhi ketentuan aturan yang ditentukan oleh Bank
Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter dan menjalankan usaha
perbankannya.
5
Bank sentral sebagai pembinaan dan pengawasan bank mengarahkan
lembaga keuangan bank yang ada agar dalam kegiatan usahanya selalu berhati-
hati sehingga bank tersebut terhindar dari praktek perbankan yang tidak sehat.
6
Pada hakikatnya pengaturan dan pengawasan bank dimaksudkan untuk
meningkatkan keyakinan dari setiap orang yang mempunyai kepentingan dengan
bank, bahwa bank-bank dari finansial tergolong sehat, bahwa bank dikelola
dengan baik dan profesional, serta di dalam bank tidak terkandung segi-segi yang
3 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2008, hlm. 163. 4 Jaslen Sardanto Purba, Peranan Bank Indonesia dalam Pengawasan dan Pembinaan
Bank di Indonesia (Suatu Tinjauan Yuridis), Skripsi, Fakultas Hukum, USU, Medan, 1998, hlm. 1. 5 Ibid., hlm. 2. 6 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
merupakan ancaman terhadap kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya
di bank.
Dengan perkataan lain, tujuan umum dari pengaturan dan pengawasan
bank adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, yang memenuhi tiga
aspek, yaitu perbankan yang dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan
baik, berkembang secara wajar, dalam arti di satu pihak memerhatikan faktor
risiko seperti kemampuan, baik dari sistem, finansial, maupun sumber daya
manusia.7
Bank sebagai penghimpun dan penyalur dana publik harus memiliki
tingkat kepercayaan yang tinggi di mata masyarakat dan dunia usaha. Reputasi ini
merupakan keniscayaan, dan untuk mendapatkannya bukanlah perkara yang
mudah. Ia harus diusahakan dengan kerja keras dan dengan disiplin yang tidak
mengenal lelah. Namun, ketika kepercayaan telah diraih, maka usaha untuk
Bank perlu dibina dan diawasi mengingat fungsi bank adalah
mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat di samping penyediaan pemberian jasa-jasa keuangan lainnya. Bank
syariah dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya wajib berpedoman pada
prinsip-prinsip perbankan syariah yang sehat dan mematuhi ketentuan yang
berlaku. Dalam hubungannya dengan prinsip tersebut, bank perlu memahami
fungsinya sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan karenanya bank harus
menghindari praktek-praktek dan kegiatan yang diperkirakan akan atau dapat
membahayakan kelangsungan hidup bank atau kepentingan masyarakat.
7 Hermansyah, Op.cit., hlm. 163-164.
Universitas Sumatera Utara
mempertahankannya juga bukan pekerjaan mudah. Bisa saja suatu kasus kecil
dapat menciderai tingkat kepercayaan itu dan pada gilirannya akan berubah
menjadi malapetaka.8
Karena itu, industri perbankan pada hakikatnya adalah industri yang paling
banyak diatur dan diawasi (highly regulated and supervised industry). Hal ini
tentu saja dapat diterima karena dana yang dihimpun dari masyarakat dan
dikembangkan lewat berbagai bentuk pembiayaan dan investasi harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada si empunya dalam bentuk return yang positif. Jika
hal itu tidak dilakukan maka korbannya bukan hanya mereka yang dananya akan
menjadi hilang, melainkan juga bencana ekonomi akan menimpa dan
menghancurkan negara yang mengalami krisis perbankan ini. Malapetaka inilah
yang sesungguhnya terjadi di negara kita. Pada awalnya, krisis itu berasal dari
sektor perbankan dan belasan bank yang akhirnya dilikuidasi sebagai korbannya.
Lama-kelamaan krisis itu membesar dan meluas ke berbagai sektor dan berubah
menjadi krisis ekonomi yang bersifat multidimensional dengan skala yang jauh
Oleh karena itu, setiap pelaku perbankan diharapkan tetap menjaga
kepercayaan masyarakat tersebut. Kepercayaan masyarakat terhadap dunia
perbankan akan terjaga apabila sektor perbankan itu sendiri diselenggarakan dan
dikelola dengan prinsip kehati-hatian sehingga selalu terpelihara kondisi
kesehatannya.
8 M. Umer Chapra., Tariqullah Khan., Op.cit., hlm. x.
Universitas Sumatera Utara
lebih masif. Krisis itu nyaris meluluhlantakkan negeri Indonesia bahkan
mengubah petanya sekaligus.9
Hal ini membawa kita pada satu kenyataan akan pentingnya pengaturan
(regulation) dan pengawasan (supervision) bagi lembaga keuangan syariah.
Di samping pentingnya menjaga tingkat kepercayaan yang tinggi di mata
masyarakat, perlu adanya transparansi akan produk-produk syariah agar bank
syariah tidak mendapat predikat bank syariah yang tidak benar-benar syariah.
Bank syariah harus bisa menjelaskan secara rinci produk-produk yang
ditawarkannya dengan menjelaskan dasar kehalalannya dan bagaimana bank
mengelola produk-produk syariahnya.
10
Sebagai pengawas dan pembina bank, Bank Indonesia bertindak sebagai
seorang bapak kepada anaknya. Bila seorang anak keliru dalam melakukan suatu
tindakan maka seorang bapak yang baik akan berusaha memberitahukan kepada
anaknya perihal kekeliruannya itu bahkan lebih dari itu bapak tersebut akan
mengusahakan supaya anaknya tidak keliru dalam mengambil suatu tindakan.
Demikian juga halnya Bank Indonesia dalam menjalankan tugas pengawasan
perbankan syariah di Indonesia.
Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai peran dalam menentukan dan
memberikan arah perkembangan perbankan serta dapat melindungi masyarakat,
maka Bank Indonesia mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk membina
serta melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan perbankan.
11
9 M. Umer Chapra.,Tariqullah Khan., Op.cit., hlm xi. 10 M. Umer Chapra.,Tariqullah Khan., Loc.cit. 11 Jaslen Sardanto Purba., Op.cit., hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perlu
dirumuskan apa yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini, yaitu sebagai
berikut :
1. Apa objek tinjauan Bank Indonesia dalam melaksanakan pengawasan pada
bank syariah ?
2. Bagaimana kewenangan Bank Indonesia dalam pelaksanaan tugas pengawasan
?
3. Bagaimana peranan Bank Indonesia dalam mengatur tingkat kesehatan bank
syariah ?
4. Apa akibat hukum yang diberikan Bank Indonesia terhadap bank syariah yang
melanggar prinsip syariah ?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dalam pembahasan skripsi ini yang berjudul “Tanggung Jawab
Pengawasan Bank Indonesia Terhadap Perbankan Syariah Menurut Undang-
undang No. 21 Tahun 2008 (Studi : Kantor Bank Indonesia Medan)“ adalah untuk
membahas hal-hal yang sesuai dengan permasalahan yang diajukan antara lain :
1. Untuk mengetahui objek tinjauan Bank Indonesia dalam melaksanakan
pengawasan pada bank syariah.
2. Untuk mengetahui kewenangan Bank Indonesia dalam pelaksanaan tugas
pengawasan.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui peranan Bank Indonesia dalam mengatur tingkat kesehatan
bank syariah.
4. Untuk mengetahui akibat hukum yang diberikan Bank Indonesia terhadap
bank syariah yang melanggar prinsip syariah.
Selain tujuan yang diperoleh dari penulisan skripsi, perlu pula diketahui
bersama manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan
akan memberikan kontribusi pemikiran serta menimbulkan pemahaman
mengenai tanggung jawab Bank Indonesia dalam mengawasi perbankan
syariah sesuai dengan prinsip syariah.
2. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan masukan dan pemahaman yang
mendalam bagi Bank Indonesia dalam mengawasi perbankan syariah dan bagi
bank-bank syariah agar dapat menjalankan kegiatan operasionalnya sesuai
dengan prinsip syariah.
D. Keaslian Penulisan
Skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab Pengawasan Bank Indonesia
Terhadap Perbankan Syariah Menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 (Studi
: Kantor Bank Indonesia Medan)“ ini adalah merupakan hasil karya yang belum
pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebelumnya.
Skripsi ini disusun melalui referensi buku-buku dan informasi dari media
cetak maupun elektronik serta wawancara dengan Pengawas Bank Muda Kantor
Universitas Sumatera Utara
Bank Indonesia Medan. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat
dipertanggungjawabkan, terutama secara ilmiah atau secara akademik.
E. Tinjauan Kepustakaan
Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap
negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang
perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara,
bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya.
Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani
kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi
semua sektor perekonomian.12
Di Indonesia masalah yang terkait dengan bank diatur dalam Undang-
undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No. 10 Tahun 1998.
13
Mengenai jenis-jenis bank yang dikenal di Indonesia dapat dilihat dari
ketentuan ketentuan Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang Perbankan yang membagi
bank dalam dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Yang
dimaksud dengan Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
Dalam Pasal 1 angka (2) Undang-undang
tentang Perbankan, bank dirumuskan sebagai :
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
12 Hermansyah, Op.cit., hlm. 7. 13 Ibid.
Universitas Sumatera Utara
secara konvensional dan/ atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan yang
dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan/ atau berdasarkan Prinsip Syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.14 Di
sini terlihat, bahwa di Indonesia belaku dua sistem perbankan, yaitu sistem
konvensional yang menggunakan sistem bunga dan sistem syariah yang
berdasarkan pada ketentuan Islam.15
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Berdasarkan Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, yakni undang-undang yang bersifat khusus mengatur perbankan syariah
di Indonesia menyebutkan bahwa :
16
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Pembiayaan Rakyat Syariah.
17
Bank Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
18
14 Hermansyah, Op.cit., hlm. 20-21. 15 Gemala Dewi, Wirdyaningsih, Yeni Salma Barlinti., Hukum Perikatan Islam di
Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007, hlm 155. 16 Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 17 Pasal 1 angka 7 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 18 Pasal 1 angka 8 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Universitas Sumatera Utara
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.19
Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari
kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah,
atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/ atau unit syariah.
20
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
21
Keberadaan bank sebagai lembaga keuangan berada pada kondisi yang
begitu dinamis dan kompetitif. Pertimbangan demi pertimbangan yang bernuansa
komersial tunduk pada hukum untung dan rugi sehingga sangat diperlukan adanya
standar pembinaan dan pengawasan yang melekat, dimana prinsip kepercayaan
dapat dipertahankan. Pihak yang memiliki otoritas pembinaan dan pengawasan
yang tertinggi adalah Bank Indonesia.
22
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945,
23 yang salah satu tugasnya adalah mengatur dan mengawasi bank.24
19 Pasal 1 angka 9 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 20 Pasal 1 angka 10 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 21 Pasal 1 angka 12 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 22 Arifin Hamid, Hukum Ekonomi Islam (Ekonomi Syariah) di Indonesia, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2007, hlm. 142. 23 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Universitas Sumatera Utara
Pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia atau pihak lainnya yang
ditunjuk atas namanya meliputi pengawasan langsung dan tidak langsung. Bank
Indonesia berwenang mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan,
keterangan, dan penjelasan sesuai tata cara yang ditetapkannya. Apabila
diperlukan, kegiatan penyampaian laporan ini dapat dikenakan terhadap
perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, dan pihak terafiliasi dari
bank.25
Pengawasan tidak langsung, yang terutama dalam bentuk pengawasan dini
melalui penelitian, analisis dan evaluasi laporan bank dan pengawasan langsung
dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-tindakan perbaikan.
26
Bank Indonesia dalam mengemban tugas untuk mengatur dan mengawasi
bank, sesuai dengan ketentuan Pasal 24 Undang-undang No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia berwenang untuk menetapkan peraturan, memberikan dan
mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank,
melaksanakan pengawasan bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan. Mengaju kepada ketentuan tersebut
sangat jelas bahwa Bank Indonesia memiliki kewenangan, tanggung jawab, dan
kewajiban secara utuh untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
bank dengan menempuh upaya-upaya baik yang bersifat preventif maupun
represif. Dalam hal pengawasan dan pengaturan bank, Bank Indonesia selain
24 Pasal 8 Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. 25 Didik J. Rachbini, dkk., Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral, PT. Mardi
Mulyo, Jakarta, 2000, hlm. 179. 26 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2003, hlm. 122-123.
Universitas Sumatera Utara
berpedoman pada Undang-undang No. 23 Tahun 1999 Jo. Undang-undang No. 3
Tahun 2004, juga mengaju pada Undang-undang No. 10 Tahun 1998,27
1. Penelitian kepustakaan (Library Research)
dan
khusus untuk perbankan syariah berpedoman pada Undang-undang No. 21 Tahun
2008.
F. Metode Penelitian
Untuk mencari dan menemukan suatu kebenaran secara ilmiah dan untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam melengkapi bahan-bahan bagi penulisan
skripsi ini maka penulis memberanikan diri untuk mengadakan penelitian dengan
metode sebagai berikut :
Pada metode penelitian kepustakaan (Library Research) ini, penulis
mengumpulkan, membaca, dan mempelajari serta menganalisa secara
sistematis sumber bacaan yang meliputi buku-buku, majalah, surat kabar,
karangan ilmiah, peraturan perundang-undangan, dan sumber kepustakaan
lainnya yang mempunyai relevansi dengan materi yang dibahas dalam skripsi
ini.
2. Penelitian lapangan (Field Research)
Pada metode ini agar dapat memperoleh data yang lebih akurat, maka penulis
melakukan penelitian lapangan dengan mengambil lokasi penelitian pada
Kantor Bank Indonesia Medan, dalam hal ini penulis melakukan penelitian
hukum empiris yang dilakukan dengan teknik wawancara (interview), yaitu
27 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia (Cetakan Ketiga), PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 104.
Universitas Sumatera Utara
dengan mengadakan serangkaian tanya jawab secara langsung kepada
Pengawas Bank Muda Kantor Bank Indonesia Medan. Pertanyaan yang
diajukan adalah mengenai tanggung jawab pengawasan Bank Indonesia
terhadap perbankan syariah menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah.
Berdasarkan kedua teknik penelitian dan pengumpulan data ini penulis
kemudian mengolah data-data dan bahan-bahan dan selanjutnya disajikan sesuai
dengan pembahasan skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan
Pada dasarnya sistematika adalah gambaran-gambaran umum dari
keseluruhan isi penulisan ini, sehingga mudah dicari hubungan antara satu
pembahasan dengan pembahasan yang lain (teratur menurut sistem, sistem adalah
suatu cara/ metode yang disusun secara teratur)
Skripsi ini terdiri dari lima bab, dimana masing-masing bab terdiri dari
beberapa sub-bab yang disesuaikan dengan kebutuhan jangkauan penulisan dan
pembahasan bab yang dimaksudkan.
Berikut ini garis besar/ sistematika dari penulisan ini, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan segala hal yang umum dalam
sebuah karya ilmiah yang berisikan latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian
Universitas Sumatera Utara
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG BANK INDONESIA
SEBAGAI BANK SENTRAL
Dalam bab ini diuraikan tinjauan umum tentang Bank
Indonesia sebagai bank sentral, yaitu sejarah Bank
Indonesia menjadi bank sentral, tujuan dan tugas Bank
Indonesia sebagai bank sentral, kewenangan Bank
Indonesia sebagai bank sentral.
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN
SYARIAH
Dalam bab ini diuraikan tinjauan umum tentang perbankan
syariah, yaitu latar belakang berdirinya bank syariah,
pengertian bank syariah, persyaratan pendirian bank
syariah, jenis dan kegiatan usaha pada bank syariah,
perbedaan dan persamaan antara bank syariah dan bank
konvensional.
BAB IV : TANGGUNG JAWAB PENGAWASAN BANK
INDONESIA TERHADAP PERBANKAN SYARIAH
PADA KANTOR BANK INDONESIA MEDAN
Dalam bab ini dibahas secara mendalam mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan judul karya ilmiah yang diajukan.
Dalam bab ini diuraikan tentang riwayat singkat Kantor
Universitas Sumatera Utara
Bank Indonesia Medan, objek tinjauan pengawasan bank
syariah, kewenangan dalam pelaksanaan tugas pengawasan,
pengaturan tingkat kesehatan bank syariah, akibat hukum
pelanggaran prinsip syariah.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan dari hal-hal
yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, juga
mencoba memberikan saran-saran yang berguna sebagai
pedoman bagi bank Indonesia dalam melaksanakan
pengawasan terhadap perbankan syariah.
Universitas Sumatera Utara