banjir sma 26 mei
TRANSCRIPT
Cover dalam
BANJIRBahan Pengayaan Bagi Guru SMA/SMK/MA/MAK
Penulis: Noor Indrastuti Nara Sumber: Dr. Agus Maryono
PUSAT KURIKULUMBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALJAKARTA, 2009
Modul AjarPengintegrasian Pengurangan Risiko
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko BanjirBahan Pengayaan Bagi Guru SMA/MA/MAK
Penulis: Noor Indrastuti Nara Sumber: Dr. Agus MaryonoEditor: Ninil R Miftahul Jannah dan Dian AfriyanieIlustrator Sampul : Quiona Ayu (SDN Lempuyangan II Yogyakarta)
Ilustrator Isi: Rizki Goni, Feri Rahman, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rigan A.T.
Lay Out Isi:Galang Gumilar, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rudini Rusmawan, Ardi H, Agusbobos.
ISBN : 978-979-725-224-3
Program Safer Communities through Disaster Risk Reduction (SCDRR)Jl. Tulung Agung No. 46, Jakarta 10310, INDONESIA
Telp : +62 21 390 5484 (hunting)Fax : +62 21 391 8604E-mail : [email protected] : www.sc-drr.org
Program masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana (Safer Communities through Disaster Risk Reduction disingkat SCDRR), merupakan proyek kerja sama antara United Nations Development Programme (UNDP), BAPPENAS, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri, dengan dukungan dana UNDP, Departement for International Development (DFID) Pemerintah Inggris dan Australian Agency For International Development (AusAID)
SAMBUTANKEPALA
PUSAT KURIKULUM
Indonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia berada di kawasan yang disebut cincin api, dimana risiko untuk terjadi bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir dan
longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan ribuan korban jiwa, kerugian materil dan meninggalkan banyak orang untuk berjuang membangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya.
Kesiapsiagaan merupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiap tingkat kelompok di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat bencana dapat secara drastis dikurangi jika semua orang lebih siap menghadapi bencana. Sekolah adalah pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan kita ilmu pengetahuan tetapi juga bekal untuk kelangsungan hidup kita, kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan bagian dari keterampilan untuk kelangsungan hidup kita. Sekolah juga seringkali menjadi tempat penghubung dan tempat belajar bagi seluruh masyarakat. Anak-anak merupakan peserta ajar yang paling cepat dan mereka tidak hanya mampu memadukan pengetahuan beru ke dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga dan masyarakatnya dalam hal prilaku yang sehat dan aman, yang mereka dapatkan di sekolah. Oleh karenanya, menjadikan pencegahan bencana menjadi salah satu fokus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahami tanda-tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko dan mencegah bencana, merupakan suatu langkah awal yang penting dalam membangun ketangguhan bencana seluruh masyarakat. Jadi kesiapsiagaan haruslah menjadi bagian dari materi yang diberikan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Pusat Kurikulum sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengembangan model-model kurikulum sebagai referensi satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulumnya, telah berhasil dalam menyusun serangkaian modul ajar dan modul pelatihan untuk pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam tingkat satuan pendidikan. Secara keseluruhan modul ini terdiri atas 15 modul ajar dan 3 modul pelatihan, yaitu:
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA.Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana untuk SD,
SMP dan SMA.
Penyusunan modul-modul tersebut merupakan hasil kerjasama antara Pusat Kurikulum dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS dalam sebuah Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development yang didanai oleh United Nations Development Program (UNDP) yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana.
Setiap modul ajar dilengkapi dengan contoh-contoh silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan model bahan ajar. Sedangkan modul pelatihan terdiri dari panduan fasilitasi dan bahan bacaan bagi pelatih mengenai penyelenggaraan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, sekolah siaga bencana, pendidikan PRB, dan strategi pengintegrasian pendidikan PRB ke dalam kurikulum satuan pendidikan.
Diharapkan modul-modul tersebut dapat bermanfaat dan dijadikan bahan acuan bagi para pihak yang berkepentingan dalam kesiapsiagaan di sekolah.
Jakarta, Desember 2009Kepala Pusat Kurikulum
Dra. Diah Harianti, M.Psi
SAMBUTAN
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letak geografisnya pada posisi pertemuan 4 lempeng tektonik, merupakan wilayah yang rawan bencana. Selain itu dengan kompleksitas kondisi demografi, sosial dan ekonomi di
Indonesia yang berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakat terhadap ancaman bencana, serta minimnya kapasitas masyarakat dalam menangani bencana menyebabkan risiko bencana di Indonesia menjadi tinggi. Pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari sejumlah negara yang paling banyak dilanda bencana alam (ISDR 2006-2009, World Disaster Reduction Campaign, UNESCO).
Berangkat dari hal tersebut dan guna mendukung paradigma pengurangan risiko bencana di sektor pendidikan, maka Pusat Kurikulum-sebuah unit eselon II di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementerian Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS tengah melaksanakan kegiatan Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development melalui dana hibah UNDP. Kegiatan ini bertujuan membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana.
Dalam kerjasama ini, Pusat Kurikulum telah mengembangkan kurikulum khususnya dalam mengintegrasikan materi-materi dan kompetensi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani yang ada di sekolah mulai dari jenjang SD atau yang sederajat sampai SMA atau yang sederajat. Model pengintegrasian materi dan kompetensi PRB dengan mata pelajaran-mata pelajaran ini bertujuan agar muatan kurikulum dan beban belajar tidak menjadi lebih berat. Disamping mengintegrasikan ke mata pelajaran yang sudah ada PRB juga bisa dijadikan muatan lokal (Mulok) serta ekstra kurikuler.
Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini disusun dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang bencana dan mensosialisasikan langkah-langkah preventif untuk mengurangi risiko bencana yang dapat menimpa di wilayah Indonesia. Tanpa adanya upaya terus-menerus untuk mendiseminasikan informasi tentang ancaman dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko-risiko yang dapat ditimbulkannya, sulit bagi kita untuk mewujudkan guru dan peserta didik yang tangguh dalam menghadapi bencana.
Modul ini dapat menjadi salah satu solusi yang memungkinkan bagi para guru untuk mengajarkan peserta didik dari hari ke hari di sekolah secara berkesinambungan, sehingga proses, internalisasi pengetahuan kebencanaan bukan hanya dipahami
dan diketahui dalam ingatan belaka tapi juga mendorong munculnya respon cepat penyelamatan yang benar dari peserta didik ketika menghadapi bencana.
Diharapkan modul ini dapat dimanfaatkan, antara lain:Sebagai alat pemandu dalam membantu para guru dalam melakukan
pengajaran tentang pengurangan risiko bencana kepada peserta didik di sekolah sebagai upaya membangun kesiapsiagaan dan keselamatan dari bencana di sekolah.
Membuka peluang dan membangun kreatifitas guru dalam menerapkan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana yang disesuaikan dengan konteks sekolah yang dibinanya
Memberikan gambaran secara lebih sistematis dan komprehensif cara pengintegrasian pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana ke dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri di Sekolah.
Mendorong inisiatif para guru, sekolah dan gugus dalam mengupayakan pengurangan risiko bencana dan membangun budaya keselamatan di sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sekitar.
Semoga Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini menjadi bermanfaat dan membantu bagi semua guru untuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan membentuk sikap anak untuk menjadi lebih tanggap terhadap ancaman bencana.
Jakarta, Desember 2009
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional
Prof. Dr. H. Mansyur Ramly
SAMBUTAN
DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS
SELAKU NATIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR
Menyikapi situasi kejadian bencana dan kenyataan luasnya cakupan wilayah tanah air yang memiliki berbagai ancaman bencana, pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah inisiatif guna mengurangi risiko bencana ditanah
air. Pada akhir tahun 2006 Bappenas meluncurkan buku Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 2006 – 2009, sebagai komitmen dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan nasional, yang merupakan pelengkap dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005 – 2009 yang telah ada. Berdasarkan RAN PRB 2006 – 2009 tersebut, Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk program pencegahan dan pengurangan risiko bencana, sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mulai tahun 2007. Lebih lanjut pada April 2007, Pemerintah menerbitkan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi tonggak sejarah dalam upaya penanggulangan bencana di Indonesia, dan diikuti dengan peraturan turunannya, serta dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008.
Untuk mendukung prakarsa – prakarsa yang telah dimulai oleh Pemerintah Indonesia tersebut, UNDP bekerjasama dengan Bappenas, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri telah menginisiasi sebuah program yang ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana dalam pembangunan atau yang dikenal dengan Program Safer Communities Through Disaster Risk Reduction in Development (SCDRR in Development). Program SCDRR ini kan berlangsung selama 5 tahun (2007 – 2012) dan dirancang untuk mendorong agar pengurangan risiko bencana menjadi sesuatu yang lazim dalam proses pembangunan yang terdesentralisasi. Untuk mewujudkan hal itu maka upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana kedalam proses pembangunan mutlak harus dijalankan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui 4 pilar sasaran program SCDRR, yaitu : (1) Diberlakukannya kebijakan, peraturan dan kerangka kerja regulasi pengurangan risiko bencana; (2) Diperkuatnya kelembagaan pengurangan risiko bencana dan kemitraan diantara mereka; (3) Dipahaminya risiko bencana dan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tersebut oleh masyarakat dan pengambil kebijakan melalui pendidikan dan penyadaran publik; (4) Didemonstrasikannya pengurangan risiko bencana sebagai bagian dari program pembangunan.
Terkait dengan sasaran ketiga mengenai perlunya pendidikan dan penyadaran publik terhadap pengurangan risiko bencana, selama beberapa tahun ini pemerintah bersama-sama beberapa lembaga swadaya masyarakat, dan institusi pendidikan di tingkat nasional maupun daerah telah melakukan berbagai upaya dalam pendidikan kebencanaan, termasuk memasukkan materi kebencanaan kedalam muatan lokal, pelatihan untuk guru, kampanye dan advokasi, hingga school road show untuk kegiatan simulation drill di sekolah-sekolah. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut belum terkoordinasi dengan baik dan belum terintegrasi dalam satu kerangka yang dapat
disepakati bersama. Dilain pihak, pemetaan aktivitas pendidikan diberbagai wilayah rawan bencana di Indonesia serta intervensi dan dukungan peningkatan kapasitas untuk pendidikan masih sangat minim dan terpusat, khususnya di wilayah Jawa dan Sumatera. Kajian kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana yang telah dilakukan di berbagai wilayah menunjukkan rendahnya tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dibanding masyarakat serta aparat (LIPI, 2006 – 2007). Hal ini sangat ironis, karena sekolah adalah basis dari komunitas anak-anak, yang merupakan kelompok rentan yang perlu dlindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
Di sisi lain, tantangan dalam mengintegrasikan upaya-upaya pengurangan risiko bencana kedalam sistem pendidikan juga telah banyak dikaji, seperti : (1) Beratnya beban kurikulum siswa; (2) Kurangnya pemahaman guru mengenai bencana ; (3) Kurangnya kapasitas dan keahlian guru dalam integrasi PRB kedalam kurikulum; (4) Minimnya panduan, silabus dan materi ajar yang terdistribusi dan dapat diakses oleh guru; (5) Terbatasnya sumberdaya (tenaga, biaya dan sarana); dan (6) Kondisi bangunan fisik sekolah, sarana dan prasarana pada ummnya memprihatinkan, tidak berorientasi pada AMDAL dan konstruksi tahan gempa.
Untuk menjawab tantangan tersebut dan guna melaksanakan integrasi pengurangan risiko bencana ke dalam sistem pendidikan, dalam rangka mewujudkan budaya aman dan siaga bencana, maka SCDRR telah mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana kedalam Sistem Pendidikan Nasional. Strategi ini akan disahkan melalui suatu bentuk kebijakan ditingkat nasional yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan integrasi PRB ke dalam sistem pendidikan baik intra maupun ekstrakurikuler secara nasional.
Untuk mendukung implementasi kebijakan tesebut, maka SCDRR mendukung Pusat Kurikulum, Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun modul ajar dan modul pelatihan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam intra dan ekstrakurikuler. Modul-modul ini berisi model pembelajaran, materi ajar lengkap dengan panduan pengajarannya, dalam hal integrasi PRB kedalam intra dan ekstrakurikuler.
Diharapkan modul-modul yang disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional ini dapat menjadi acuan standar dan/atau memperkaya bahan-bahan yang sudah ada dan sudah disusun oleh berbagai pihak lainnya, sehingga dapat bermanfaat dan digunakan oleh praktisi pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan sekolah terutama didaerah rawan bencana. Terima Kasih.
Jakarta, Desember 2009
Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Bappenas
Selaku National Project Director SCDRR
Dr.Ir Suprayoga Hadi, MSP
DAFTAR ISI
SAMBUTAN KEPALA PUSAT KURIKULUM III
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL V
SAMBUTAN DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS SELAKU NATIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR VI
DAFTAR ISI IXDAFTAR TABEL XIDAFTAR GAMBAR XIIIDAFTAR KOTAK XVBAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Landasan dan Pedoman 1 1.1.1 Landasan Filosofis 4 1.1.2 Landasan Sosiologis 4 1.1.3 Landasan Yuridis 4 1.1.4 Pedoman Pengembangan Produk 5 1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke Dalam Sistem Pendidikan Nasional 6
1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 7 1.2.1 Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 7 1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 8
BAB II FENOMENA DAN PERISTIWA BANJIR 10 2.1 Fenomena Banjir di Indonesia 10
2.2 Peristiwa Banjir di Indonesia 14
BAB III PENGURANGAN RISIKO BANJIR 193.1 Pengurangan Risiko Bencana 19
3.1.1 Bencana 20 3.1.2 Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas 22
Daftar Isi
x
3.1.3 Pengurangan Risiko Bencana 23 3.1.4 Upaya Pengurangan Risiko Bencana 24
3.2 Kesiapsiagaan Banjir 30 3.2.1 Tindakan Sebelum Terjadi Banjir 30 3.2.2 Tindakan Saat Terjadi Banjir 31 3.2.3 Tindakan Setelah Terjadi Banjir 31
BAB IV MATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO BANJIR 33
4.1 Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir 33
4.2 Pemetaan Indikator Siswa 35
4.3 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar 37
BAB V PENGINTEGRASIAN MATERI POKOK PENGURANGAN RISIKO BANJIR KE DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DASAR (SMA/SMK/MA/MAK) 39
5.1 Pengintegrasian Materi Pengurangan Risiko Banjir ke dalam Mata Pelajaran 39
5.1.1 Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir 40 5.1.2 Analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Terintegrasi 43 5.1.3 Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Terintegrasi 70 5.1.4 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Terintegrasi 805.1.5. Penyusunan Bahan Ajar 85
5.2. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana pada Mata Pelajaran Muatan Lokal (Mulok) 102
5.2.1. Analisis konteks mata pelajaran muatan lokal 1025.2.2. Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir 1055.2.3. Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir 105
5.3. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir kedalam Kegiatan Ekstrakurikuler 107
DAFTAR ISTILAH 110
DAFTAR PUSTAKA 114
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir 34 Tabel 4.2 Indikator Prilaku Siswa untuk Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir 36 Tabel 5.1 Identifikasi Materi Pembelajaran tentang Pengurangan
Risiko Banjir 42 Tabel 5.2 Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Mata Pelajaran Terintegrasi Pengurangan Risiko Banjir 44 Tabel 5.3 Contoh Penyusunan Silabus terintegrasi kedalam mata pelajaran Geografi 71 Tabel 5.4 Contoh Penyusunan Silabus terintegrasi kedalam mata pelajaran Bahasa Indonesia 74 Tabel 5.5 Contoh Penyusunan Silabus terintegrasi kedalam mata pelajaran Penjas Orkes 78 Tabel 5.6 Contoh Analisis Konteks Mata Pelajaran Muatan lokal 104 Tabel 5.7 Contoh Analisis Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk Mata Pelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir 105
Tabel 5.8 Contoh Penyusunan Silabus Untuk mata pelajaran Muatan Lokal 106
Daftar Tabel
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Lempeng Tektonik Indonesia 10 Gambar 2.2: Daerah Sebaran Bencana 12 Gambar 2.3: Banjir Jakarta, tahun 2007 16 Gambar 3.1: Model hubungan antara risiko bencana,
kerentanan, dan bahaya 20 Gambar 3.2: Kerusakan pada bangunan akibat gempa bumi
di Yogyakarta, 2006 21 Gambar 3.3: Persentase Orang Terkena Bencana
Berdasarkan Jenis Bencana 22
Daftar Gambar
xiv
DAFTAR KOTAK
Kotak 5.1 Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir 81Kotak 5.2 Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir 83Kotak 5.3 Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir 84Kotak 5.4 Contoh Model Bahan Ajar Integrasi Pengurangan Risiko Banjir pada mata pelajaran 86
Daftar Kotak
xvi
1.1. Landasan dan Pedoman
Berdasarkan hasil Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana.
Pada bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi non-pemerintah, institusi akademik, dan sektor swasta berkumpul di Kobe, Jepang, pada World Conference on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konferensi tersebut mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005- 2015 : Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana (HFA). Kerangka Aksi ini diadopsi oleh 168 negara dan menetapkan tujuan yang jelas – secara substansiil mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupun kerugian terhadap aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakat dan negara – dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai tujuan setindaknya pada tahun 2015.
HFA menekankan bahwa pengurangan risiko bencana adalah isu sentral kebijakan pembangunan, selain juga menjadi perhatian berbagai bidang ilmu, kemanusiaan, dan lingkungan. Bencana merusak hasil-hasil pembangunan, memelaratkan rakyat dan negara. Tanpa usaha yang serius untuk mengatasi kerugian akibat bencana, bencana akan terus menjadi penghalang besar dalam pencapaian Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals). Untuk membantu pencapaian hasil yang diinginkan, HFA mengidentifikasi lima Prioritas Aksi yang spesifik: (1) Membuat pengurangan risiko bencana sebagai prioritas; (2) Memperbaiki informasi risiko dan peringatan dini; (3) Membangun budaya keamanan dan ketahanan; (4) Mengurangi risiko pada sektor-sektor utama; (5) Memperkuat kesiapan untuk bereaksi.
BAB IPENDAHULUAN
Pengantar
2
HFA memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai informasi yang cukup dan didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan dan informasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas.
Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasuk_kannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anak-anak dengan informasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 2005–2014 untuk Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade of Education for Sustainable Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir efek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiatif pelatihan berbasis masyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan menghadapi bencana; (6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7) menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko bencana.
‘Kampanye Pendidikan tentang Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah’ yang dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/International Strategy for Disaster Reduction) hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan. Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana, gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yang sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai dampak bencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu yang tidak sebentar dan pastilah sangat mahal.
Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru, pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selain itu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab atas isu manajemen bencana, Kemendiknas, para pemimpin politik di tingkat nasional, pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa disampaikan antara lain: (1) pendidikan tentang risiko bencana menguatkan anak-
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
3
anak dan membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di dalam masyarakat; (2) fasilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup dan melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadian bencana alam; dan (3) pendidikan tentang risiko bencana dan fasilitas keselamatan di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium.
Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda, yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan tradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anak-anak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan keselamatan dan keamanan sekolah.
Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajar-mengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan di sekolah dasar dan menegah membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan aset/milik masyarakat pada saat kejadian bencana. Menyelenggarakan pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat.
Mengurangi risiko bencana dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan di sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/regional/nasional/ internasional, sektor swasta dan publik untuk dapat berpartisipasi secara aktif. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik di segenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat.
Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidak melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah secara berkelanjutan. Pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah-sekolah bisa dilaksanakan dengan mengintegrasikan materi pembelajaran pengurangan risiko bencana ke dalam (1) mata pelajaran pokok/paket, (2) muatan lokal, dan (3) ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Atau secara khusus megembangkan dan menyelenggarakan kurikulum muatan lokal dan ektrakurikuler/pengembangan diri yang didedikasikan khusus untuk pendidikan pengurangan risiko bencana.
Pengantar
4
1.1.1. Landasan FilosofisBencana merupakan suatu bentuk gangguan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat, oleh karena itu, secara filosofis, pengurangan risiko bencana merupakan bagian dari pemenuhan tujuan bernegara Republik Indonesia, yaitu melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa dikuatkan pula dengan hak setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dari ancaman ketakutan untuk untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.
1.1.2. Landasan SosiologisAda tiga pertimbangan sosiologis yang patut diketengahkan, yaitu Pertama secara geografis, demografis dan geologis, Indonesia merupakan negara rawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, seperti kegagalan atau mala praktik teknologi. Kedua, adalah bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi sosial masyarakat, telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang berakibat pada terjadinya bencana. Ketiga, adalah kondisi struktur manajemen bencana itu sendiri. Kematian, cidera dan kerugian materi, serta masalah lingkungan dan ekonomi dapat dikurangi apabila penyelenggaraan penanggulangan bencana telah dilakukan secara komprehensif yang mencakup pendekatan yang bersifat pencegahan, pengurangaan risiko, tindakan kesiapsiagaan tindakan tanggap terhadap bencana, serta upaya pemulihan. Disamping itu, pendekatan yang mengedepankan pentingnya partisipasi dari semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat dan daerah, mengambil peran yang aktif dalam menciptakan manajemen bencana yang efektif. Serta pentingnya partisipasi publik dan pemangku kepentingan (stakeholders) dalam penanganan bencana.
1.1.3. Landasan YuridisPertimbangan yuridis adalah menyangkut masalah-masalah hukum serta peran hukum dalam penanganan bencana. Hal ini dikaitkan dengan peran hukum dalam pembangunan, baik sebagai pengatur perilaku, maupun instrumen untuk penyelesaian masalah. Hukum sangat diperlukan, karena hukum atau peraturan perundang-undangan dapat menjamin adanya kepastian dan keadilan dalam penanganan bencana. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ditempatkan guna memberikan jawaban atau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan penangan bencana, merupakan landasan yuridis paling dekat untuk pelaksanaan usaha-usaha pengurangan risiko bencana di Indonesia.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
5
1.1.4. Pedoman pengembangan produkProgram pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) bertujuan untuk meminimalisir risiko bencana dan meningkatkan kapasitas sekolah dalam melaksanakan pengurangan risiko bencana, kesiapsiagaan, mitigasi, dan peringatan dini. PRB oleh satuan pendidikan dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan materi pendidikan pengurangan risiko bencana dalam kurikulum yang berlaku di sekolah, mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler, dan bahan ajar.
Dasar hukum yang menjadi pedoman perancangan dan pengembangan serial modul dan modul pelatihan adalah: 1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.2. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.3. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.4. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025.5. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009.6. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.7. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.8. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2008 tentang Pengesahan ASEAN
(Persetujuan ASEAN mengenai Penanggulangan Bencana dan Penanganan Darurat).
9. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
10. Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.11. Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan.12. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan Mendiknas No. 6 Tahun 2007.
13. Peraturan Mendiknas No. 40 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balitbang Depdiknas.
14. Peraturan Mendiknas No. 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Provinsi.
15. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.
16. Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP.
Pengantar
6
1.1.5. Pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam Sistem Pendidikan NasionalUU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (2):
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah
Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penyusunan kurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan (sekolah dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengan kurikulum nasional, yang pada periode sebelumnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.
Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 menyebutkan:1 Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/
MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
2 Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK dan departemen yang mengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.
Penjabaran kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajar sesuai dengan kondisi geografis dan demografis untuk daerah, kebutuhan, potensi dan karkateristik satuan pendidikan dan peserta didik, yang selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1: 1 Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan
menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan.
2 Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan.
3 Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
7
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 Ayat 1, juga telah mengakomodasi kebutuhan pendidikan bencana dalam terminologi ‘pendidikan layanan khusus’. Yakni “pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi”.
1.2. Kerangka Kerja Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana
1.2.1. Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan Untuk Pembangunan BerkelanjutanPada bulan Desember 2002, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 57/254 untuk menempatkan Dekade Pendidikan Bagi Pembangunan Berkelanjutan, mulai 2005-2014, dibawah koordinasi UNESCO. Pendidikan untuk pengurangan bencana (alam) telah diidentifikasi sebagai masalah inti yang akan dibahas di bawah DESD. Pendidikan dipandang dalam konsep yang lebih luas. Sebagaimana didefinisikan dalam Bab 36 dalam Agenda 21, “Pendidikan sangat penting untuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesadaran etika, nilai-nilai dan sikap, keterampilan dan perilaku yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan. Baik formal dan pendidikan non-formal sangat diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan “. Pendidikan dan pengetahuan berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya (alam) serta kerentanan dan ancaman yang ada yang dihadapi oleh masyarakat. Juga memberikan kontribusi untuk menumbuhkembangkan keterampilan hidup.
Dasawarsa ini didukung oleh Kerangka Aksi Hyogo 2005 – 2015 yang menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat. Inisiatif pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalam program pendidikan. Pendidikan pengurangan risiko bencana yang mencakup semua aspek peningkatan kesadaran publik, pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk menciptakan dan atau meningkatkan budaya pencegahan melalui identifikasi dan pemahaman risiko, serta belajar mengenai langkah-langkah pengurangan risiko bencana, dan tanggap bencana.
Oleh karena itu Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana - sebagai bagian dari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) - harus melekat dengan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, dan mendukung kerangka ESD yang mencakup 3 aspek, yaitu: 1 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah interdisipliner.
Oleh karena itu, pertimbangan penting diberikan kepada dampak, dan hubungan antara, masyarakat, lingkungan, ekonomi dan budaya.
2 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana dan meningkatkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah, dan keterampilan hidup sosial dan emosional untuk pemberdayaan kelompok rentan atau terkena bencana.
Pengantar
8
3 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana mendukung Tujuan Pembangunan Milenium. Tanpa mempertimbangkan pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan, semua upaya pembangunan termasuk inisiatif DESD dihancurkan dalam hitungan detik.
Kerangka kerja Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana atau pendidikan pengurangan risiko bencana dikembangkan mengikuti arahan UN-ISDR sebagai berikut: “Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.”
HFA pada PRIORITAS AKSI 3, Poin Aktivitas kunci termaktub rekomendasi bahwa PRB dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan formal dan informal.
“Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau pemuda dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen intrinsik Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (2005-2015) dari PBB “.
1.2.2. Konsep Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko BencanaPendidikan Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik dalam upaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari penddidikan bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana. Tetapi mengembangkan motivasi, keterampilan, dan pengetahuan agar dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk pengurangan risiko bencana.
Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah: 1 Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan.2 Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana. 3 Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang
kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan perilaku dan motivasi.
4 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana.
5 Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik secara individu maupun kolektif.
6 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siaga bencana.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
9
7 Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana.8 Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali
komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana.
9 Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak.
2.1. Fenomena Banjir di Indonesia
Dari aspek geologis, geografis, dan morfologis, Indonesia merupakan salah satu wilayah yang rawan terhadap bencana. Kepulauan Indonesia termasuk dalam wilayah deretan gunung berapi Pasifik, yang bentuknya melengkung dari utara Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara hingga ke Sulawesi Utara.
Gambar 2.1: Lempeng Tektonik Indonesia
Sumber; http://issacnewton.files.wordpress.com
Meskipun kepulauan Nusantara mempunyai sifat iklim tropis, namun secara mikro tiap pulau mempunyai karakteristik tersendiri, mulai dari Sumatera hingga ke Papua sifat iklimnya semakin kering. Musim di Indonesia dipengaruhi oleh letak kepulauan yang berada di antara Samudera Hindia dan Pasifik dan Benua Asia dan Australia. Angin muson barat yang bertiup dari Asia dan Pasifik mengakibatkan terjadinya musim penghujan, sementara agin muson timur yang bertiup dari Australia mengakibatkan musim kemarau. Pada saat kondisi iklim global berpengaruh terhadap iklim di Indonesia, maka perubahan musim dapat menjadi pemicu terjadinya bencana banjir, kekeringan dan kebakaran hutan.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Indo Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah barat Sumatera, sebelah selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan
FENOMENA DAN PERISTIWA BANJIRBAB II
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
11
Nusa Tenggara, sebelah utara Kepulauan Maluku dan sebelah utara Papua.
Akibat lain dari adanya tumbukan itu adalah terbentuknya palung samudera, lipatan, punggungan, dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang berada di Indonesia berjumlah 129 dan 13% dari gunung api aktif dunia berada di negara kita. Sehingga Indonesia merupakan kawasan rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gempa bumi.
Jenis tanah pelapukan yang banyak dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dan sedikit pasir. Tanah jenis ini menjadikan sebagian besar Indonesia merupakan tanah yang subur. Sebaliknya, tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan atau punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika di perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor. Selain longsor, tanah perbukitan yang gundul juga akan menyebabkan terjadinya banjir di daerah-daerah sekitarnya yang berkedudukan lebih rendah. Curah hujan yang cukup tinggi yang seringkali terjadi di berbagai kawasan di Indonesia semakin memicu terjadinya banjir.
Dengan demikian Indonesia selain merupakan negara yang menempati posisi yang strategis dengan kekayaan alam yang begitu melimpah dan beraneka ragam, juga merupakan negara dengan tingkat kerentanan bencana yang sangat tinggi. Jajaran gunung api memunculkan ancaman erupsi gunung api, sementara lempeng bumi yang terus bergerak memunculkan ancaman gempa dan tsunami. Sebagai kawasan tropis, Indonesia juga memiliki risiko terhadap ancaman banjir, tanah longsor dan berbagai macam wabah penyakit. Saat musim kemarau, datang ancaman kekeringan. Kondisi ini telah terjadi pada setiap musim kemarau sekitar 10 tahun belakangan ini, dan dapat diprediksikan akan terus berlanjut karena kerusakan sebagian besar daerah aliran sungai di Indonesia ini.
Fenomena dan peristiwa Banjir
12
Gambar 2.2: Daerah Sebaran Bencana
Sumber BMG dalam Bakornas PB 2007
Oleh karena itu, pengelolaaan yang tidak baik terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia akan mengakibatkan terjadi bencana. Selain itu, kondisi alam dan keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia dapat juga menyebabkan terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah.
Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunungapi, dan tsunami masih dapat diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
13
Beberapa faktor utama yang dapat menimbulkan banyak korban dan kerugian besar akibat adanya bencana tersebut, yaitu:
1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya.
2. Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya alam.
3. Kurangnya informasi/peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan.
4. Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.
Banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun di Indonesia terutama pada musim hujan. Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian Barat yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian Timur.
Banjir merupakan peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah, yang ketinggiannya melebihi batas normal. Banjir merupakan bahaya yang paling luas menyebar. Banjir dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi di atas normal sehingga sungai-sungai meluap, bendungan yang bobol, pencairan salju yang cepat, terhambatnya aliran air gelombang badai tropis atau karena adanya pipa-pipa air yang pecah. Sebagian besar banjir bersifat merugikan terhadap tempat hunian manusia.
Sebagai gejala atau proses alam, banjir sebenarnya merupakan hal yang biasa terjadi dan merupakan bagian dari siklus hidrologi. Banjir tidak dapat dihindari dan pasti terjadi. Hal ini dapat kita lihat dari adanya dataran banjir pada sistem aliran sungai. Saat banjir, terjadi transportasi muatan sedimen dari daerah hulu sungai ke hilir dalam jumlah besar. Muatan sedimen itu berasal dari erosi yang terjadi di daerah pegunungan atau perbukitan. Melalui mekanisme banjir ini, muatan sedimen itu disebarkan sehingga membentuk dataran. Daerah persawahan pada hakikatnya terbentuk melalui mekanisme banjir ini. Tanpa mekanisme banjir ini, dataran rendah yang subur tidak akan terbentuk.
Banjir dapat berarti peremajaan kembali daerah-daerah persawahan. Daerah itu mendapat kembali suplai zat hara yang baru dari pegunungan atau perbukitan. Dengan kata lain, melalui mekanisme banjir ini, daerah persawahan mengalami penyuburan kembali secara alamiah.
Dalam skala yang lebih besar, banjir-banjir itu membentuk delta di muara-muara sungai, dan mengalirkan muatan sedimen ke laut yang akhirnya menjadi lapisan-lapisan batuan sedimen. Dari delta-delta dan lapisan-lapisan batuan itu manusia mendapatkan berbagai hal untuk kehidupannya. Sebagai contoh, minyak bumi banyak didapatkan dari endapan delta.
Fenomena dan peristiwa Banjir
14
Banjir dapat menyediakan air untuk irigasi tanaman dan perikanan, dan menyediakan cadangan-cadangan air musiman untuk menopang kehidupan di daratan-daratan yang kering. Banjir yang pada hakekatnya proses alamiah dapat menjadi bencana bila proses itu berdampak kepada manusia sebagai korban dan menyebabkan kerugian jiwa maupun materi.
Di Indonesia, banjir menjadi bencana yang mengancam setiap musim penghujan mulai tiba. Sebagian besar kejadian banjir yang melanda di beberapa wilayah Indonesia pada umumnya disebabkan karena debit air sungai yang sangat tinggi hingga melampaui daya tampung saluran sungai lalu meluap ke daerah sekitarnya. Debit air sungai yang tinggi terjadi karena curah hujan yang tinggi. Selain itu, banjir juga terjadi karena perilaku manusia.
Pertumbuhan penduduk yang kian pesat telah menyebabkan munculnya daerah-daerah rawan bencana yang padat penduduk dan risiko banjir terpaksa diterima lantaran sulit menemukan wilayah lain yang aman untuk hidup, mengingat daerah-daerah aman sudah penuh sesak. Pertumbuhan penduduk yang pesat berpadu dengan pengelolaan sumberdaya yang kurang efektif telah menyebabkan timbulnya tipe-tipe banjir baru. Daerah hulu sungai yang berhutan untuk ‘menangkap’ lebihan air sudah digunduli dan diubah menjadi bangunan tempat peristirahatan atau menjadi lahan pertanian, sehingga lembah penampung itu menjadi jauh berkurang dayanya untuk menahan air yang datang. Tanah yang kini tak lagi terikat oleh akar-akar pepohonan jadi mudah longsor, menambah risiko bencana dan tebing-tebing sungai yang dahulu dipenuhi tumbuhan sebagai ‘benteng’ pengaman daerah sekitarnya telah gundul, lalu runtuh, menyebabkan peningkatan aliran permukaan sehingga air sungai lebih mudah mengalir ke arah yang tingginya sama atau lebih rendah dari sungai. Banjirpun menjadi makin sering, makin mendadak dan makin parah dampaknya.
Selain itu, di kota-kota besar seperti Jakarta bangunan sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Dan boleh dikatakan hampir tidak ada tanah ‘telanjang’ yang berfungsi alamiah sebagai penyerap air. Hujan lebat langsung mengalir diatas permukaan baik di halaman-halaman gedung yang sudah disemen, di tepi-tepi jalan aspal dan sebagainya. Sementara itu, saluran-saluran air yang ada tidak berfungsi karena kurangnya pemeliharaan. Air tidak bisa mengalir dan membanjiri daerah tersebut.
Perlu dipahami juga bahwa peningkatan banjir yang terjadi di Indonesia dan dunia, saat ini juga dipengaruhi oleh perubahan iklim global yang sekarang sudah terjadi. Perubahan iklim global ditandai dengan peningkatan suhu global bumi (suhu air laut dan suhu udara) yang mengakibatkan pada pencairan es di kutub Utara dan Selatan serta kenaikan air laut, perubahan arus laut, perubahan arah angin (badai siklon dan puting beliung), perubahan curah hujan (intensitas ataupun durasi), perubahan kelembaban udara yang kesemuanya sangat berpengaruh terhadap tipe-tipe banjir yang telah disebutkan di depan.
2.2. Peristiwa Banjir di IndonesiaKecenderungan bencana banjir di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data bencana dari BAKORNAS PB menyebutkan bahwa antara tahun 2003-
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
15
2005 telah terjadi 1.429 kejadian bencana, di mana bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang paling sering terjadi yaitu 53,3 persen dari total kejadian bencana di Indonesia. Dari total bencana hidrometeorologi, yang paling sering terjadi adalah banjir (34,1 persen dari total kejadian bencana di Indonesia) diikuti oleh tanah longsor (16 persen).
Kejadian kekeringan, banjir serta tanah longsor yang terjadi di berbagai daerah di negeri kita beberapa tahun belakangan ini seperti di Medan, Riau, Bogor, Bandung, Jakarta, Aceh, Pakanbaru, Lampung, Banyumas, mulai meluas ke daerah-daerah lain. Hal tersebut menyebabkan Indonesia memiliki daerah langganan banjir, longsor dan kekeringan yang semakin banyak dan meluas, tanpa bisa berbuat sesuatu yang signifikan. Pada musim hujan kelebihan air dan saat musim kemarau sangat kekurangan air.
Setiap bencana menimbulkan permasalahan kemanusiaan yang serius serta dampak sosial bagi masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi. Rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana mencakup bidang yang luas, seperti infrastruktur, tataruang, sumber daya alam dan lingkungan hidup, ekonomi dan ketenagakerjaan, sistem dan mekanisme pendanaan, pendidikan, pemulihan ketertiban dan keamanan masyarakat, hukum dan hak asasi, kelembagaan dan pemerintahan, dan sosial budaya dan agama.
Tahun 2002 khususnya, akan diingat karena bencana banjir melanda hampir seluruh wilayah Jakarta dan pengaruhnya yang luar biasa terhadap masyarakat, harta benda, serta kegiatan ekonomi. Wilayah Pulau Jawa merupakan wilayah yang mengalami dampak paling parah akibat bencana banjir dan longsor yang terjadi pada tahun 2002 yang lalu. Dari hasil investigasi yang dilakukan, bencana alam di Pulau Jawa mencakup hampir seluruh wilayah, yakni DKI Jakarta, Ciamis, Subang, Bogor, Karawang dan Majalengka (Jabar), Kota dan Kabupaten Tangerang (Banten), Jalur pantura (Brebes, Pemalang, Kendal, Semarang), Kebumen, Cilacap, Pati dan Kudus (Jateng), Lumajang, Banyuwangi, Bojonegoro, pacitan, Tulungagung, Trenggalek, Surabaya, Malang, Nganjuk, Pasuruan, Gresik, Lamongan, Situbondo dan Bondowoso (Jatim).
Secara fisik, bencana tersebut juga telah mengakibatkan hampir 37.970 Ha kawasan permukiman tergenang dan 42.844 Ha sawah tergenang. Dampak ini menjadi kelihatan lebih serius apabila biaya-biaya sosial dan korban jiwa juga diperhitungkan.
Dari Bengkulu dilaporkan saluran induk yang melayani sawah semiteknis seluas 100 ha jebol sepanjang 70 meter, terutama yang melewati Desa Karangpinang, Kecamatan Padang Ulak Tanding (Rejanglebong). Menurut Kepala Dinas PU TkI Bengkulu, ada sekitar 49 daerah irigasi yang rusak karena banjir musim hujan tahun lalu (Kompas,16/11).
Demikian pula Banjir di Jakarta tahun 2007 (Wikipedia) adalah bencana banjir yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. yang mengakibatkan lebih 50 orang meninggal dunia.
Fenomena dan peristiwa Banjir
16
Gambar 2.3: Banjir Jakarta, tahun2007
Sumber: BBC Indonesia.com 2007
Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir. Dampak pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim memang telah dan akan membawa dampak yang luas terhadap manusia dan lingkungan.
Kemudian banjir di wilayah DKI Jakarta beberapa hari ini telah melumpuhkan lalu lintas, stasiun KA Tanahabang, dan merusak berbagai sarana lainnya. Padahal, banjir yang terjadi ini hanya merupakan luapan dua dari 13 sungai yang membelah kota Jakarta, yaitu Sungai Pesanggrahan dan Ciliwung. Sejauh ini, sudah tiga orang tewas akibat luapan Sungai Ciliwung.
Di Kabupaten Sragen-Jawa Tengah, ada sepuluh kecamatan di daerah tersebut yang termasuk sebagai daerah rawan banjir dari 20 kecamatan yang ada. Sepuluh kecamatan tersebut selalu mengalami banjir setiap tahun di musim hujan.
Di Sumatera, wilayah dengan potensi banjir tinggi di Kabupaten Solok dan Kota Padang, Sumatera Barat. Sementara potensi banjir menengah tersebar di Tanah Datar, Kampar, Rengat, Pasi Penyu, Peranap (Indragiri Hulu) di Provinsi Riau, serta Sumber Jaya, Jabung, dan Sidomulyo di Jambi. (GSA).
Sementara itu, 5.000 Rumah Terendam Banjir di Cirebon. Sedikitnya 5.000 rumah dan 450 hektare lahan pertanian di empat Desa Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon terendam banjir hingga ketinggian 1.5 meter yang terjadi pada 19 Januari 2008. Banjir yang juga merendam Jalan Pantura diakibatkan dari hujan deras serta luapan dan air sungai dan jebolnya tanggul Sungai Bondet, Sungai Condong dan Sungai Simuntuk. Empat Desa yang terendam banjir masing-masing adalah, Desa Grogol, Kalisapu, Wanakaya, dan Desa Astana. Lokasi banjir yang paling parah terdapat di Desa Wanakaya, ditempat itu sedikitnya 1400 Kepala Keluarga diungsikan ketempat-tempat evakuasi dan rumah penduduk di desa tetangga yang tidak terkena banjir. Di tempat itu juga sekitar 1200 hektar lahan pertanian terendam.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
17
Di Tahun 2009 ini saja peristiwa banjir telah terjadi di berbagai daerah. Di Riau misalnya, pada tanggal 17 April 2009 banjir melanda Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Sekitar 2.755 rumah warga di 50 desa terendam banjir akibat hujan dan meluapnya Sungai Indragiri dan Sungai Kuala Cinaku. Daerah paling parah dilanda banjir di Indragiri Hulu adalah permukiman penduduk di Desa Redang dan Danau Baru, Kecamatan Rengat Barat. Ratusan rumah terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 1 meter. Banjir juga menenggelamkan sejumlah akses jalan. Akibatnya, aktivitas warga lumpuh total. Satu-satunya transportasi menuju lokasi banjir adalah dengan menggunakan perahu karet dan sampan. Banjir sudah merendam ribuan rumah warga dan sekitar 264 hektare lahan pertanian.
Pada tanggal 26 November 2009, banjir melanda Kecamatan Banjarsari Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Jalan yang menghubungkan antardesa terputus akibat genangan air setinggi 1,5meter.
Dari berbagai gambaran di atas, setiap bencana menimbulkan permasalahan kemanusiaan yang serius serta dampak sosial bagi masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi. Bencana yang umumnya terjadi dalam waktu singkat menghancurkan hasil pembangunan yang telah dirintis dan diperjuangkan dalam waktu yang lama. Selain menimbulkan korban jiwa, bencana menghancurkan perumahan, area pertanian dan perkebunan, infrastuktur perekonomian, infrastruktur publik, komunikasi dan transportasi, instalasi pengadaan air dan energi, serta bidang-bidang penting dan strategis lainnya. Bencana meluluhlantakkan seluruh aspek kehidupan manusia.
Pada hakekatnya semua jenis bencana, baik yang disebabkan oleh alam, non alam dan bencana sosial selalu berpotensi mengancam kehidupan seperti timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis bagi masyarakat. Mengingat kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis di wilayah Indonesia, maka diperlukan suatu upaya yang menyeluruh dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik ketika bencana itu sedang terjadi, sudah terjadi maupun bencana yang berpotensi terjadi di masa yang akan datang. Hal tersebut merupakan bentuk tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam melindungi segenap warga dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan, termasuk perlindungan atas korban bencana, kesemuanya itu dilakukan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berlandaskan Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penanganan bencana pada saat ini cenderung kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain paradigma penanganan bencana yang bersifat parsial, sektoral dan kurang terpadu, disamping itu masih memusatkan tanggapan pada upaya pemerintah, sebatas pemberian bantuan fisik dan dilakukan hanya pada fase kedaruratan. Pada bagian lain, perubahan pada sistem pemerintahan serta semakin terlibatnya organisasi non pemerintah dalam kegiatan kemasyarakatan memerlukan perubahan mendasar pada sistem penanganan bencana.
Dalam hal sosialisasi siaga bencana, dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bahkan sampai ke masyarakat atau
Fenomena dan peristiwa Banjir
18
kawasan yang rawan bencana. Indonesia merupakan negeri rawan bencana sehingga perlu dibentuk bangsa yang mampu merespons bencana dengan benar. Selain itu, dalam kaitan dengan kondisi geografis Indonesia yang rawan bencana alam, peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana secara rutin agar mereka mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut dan mengetahui secara tepat apa yang harus dilakukan saat bencana datang, mengetahui bagaimana menyelamatkan diri secara tepat sehingga sewaktu bencana datang mereka dapat menghadapi bencana secara tenang. Peserta didik juga perlu diajarkan tentang kondisi geografis dan sosial wilayah Indonesia dan diajarkan secara rinci mengenai panduan-panduan praktis dan tepat yang mesti mereka lakukan saat bencana terjadi. Pembelajaran tidak mesti harus dalam mata pelajaran tersendiri tetapi dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran yang sesuai.
3.1. Pengurangan Risiko Banjir
Pengelolaaan yang tidak baik dalam sumber daya alam dan sumber daya manusia akan mengakibatkan terjadi bencana. Selain itu, kondisi alam dan keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia dapat juga menyebabkan terjadinya bencana alam, bencana akibat ulah manusia, dan kedaruratan kompleks. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah.
Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunung api, dan tsunami masih dapat diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya.
Secara umum terdapat peristiwa bencana yang terjadi berulang setiap tahun. Bahkan sekarang ini peristiwa bencana menjadi lebih sering dan terjadi silih berganti, misalnya dari kekeringan, kemudian kebakaran, lalu diikuti banjir. Akibatnya muncul anggapan bahwa bencana tersebut sebagai sesuatu hal yang memang harus terjadi. Padahal semua itu merupakan fenomena alamiah yang melekat pada bumi dan timbulnya korban dan kerugian disebabkan oleh beberapa faktor ketidaksiapan. Beberapa faktor tersebut adalah :
1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya.2. Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya
alam.
BAB IIIPENGURANGAN RISIKO BANJIR
Pengurangan Risiko Banjir
20
3. Kurangnya informasi/peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan.
4. Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.
3.1.1. Bencana
Bencana merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-komponen, ancaman, dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya risiko pada komunitas. Ancaman merupakan kejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk menimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan. Kerentanan adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial ekonomi dan lingkungan hidup yang meningkatkan kerawanan suatu komunitas terhadap dampak ancaman bencana. Risiko merupakan suatu peluang dari timbulnya akibat buruk, atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian, luka-luka, kehilangan dan kerusakan harta benda, gangguan kegiatan matapencaharian dan ekonomi atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi antara ancaman bencana dan kondisi kerentanan.
Atau disebut pula dalam Undang-undang Penanganan Bencana No. 24 tahun 2007 bahwa bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. .
Menurut ISDR bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri.
Adapun komponen yang berpengaruh terhadap besar kecilnya dampak suatu bencana antara lain sebagai berikut: bahaya, kerentanan, risiko bencana, dan kapasitas.
Terjadinya Bencana
Bahaya
Kerentanan
Kejadian
RISIKOBENCANA
BENCANA
Gambar 3.1: Model hubungan antara risiko bencana, kerentanan, dan bahaya
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
21
Berdasarkan sumber bencananya, terdapat tiga jenis bencana: (1) bencana alam, yaitu bencana yang murni yang disebabkan oleh peristiwa alam, contohnya gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung. (2) bencana akibat ulah manusia, yaitu bencana yang disebabkan oleh kekhilafan manusia seperti kebakaran dan kornsleting listrik. (3) bencana kompleks, yaitu bencana yang diakibatkan oleh gabungan antara perilaku alam dan ulah manusia sebagai contoh banjir akibat hujan diluar normal dan penggundulan hutan.
BahayaDilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana yang sangat tinggi. Beberapa potensi bencana yang ada antara lain adalah bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, dan lain-lain. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama dan potensi bahaya ikutan. Potensi bahaya utama ini dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain.
Gambar 3.2: Kerusakan pada bangunan akibat gempa bumi
Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi bahaya utama yang tinggi. Hal ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi negara Indonesia.
Disamping tingginya potensi bahaya utama, Indonesia juga memiliki potensi bahaya ikutan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator misalnya likuifaksi, persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, dan kepadatan industri berbahaya. Potensi bahaya ikutan ini sangat tinggi terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman kumuh perkotaan), dan jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Dengan indikator diatas, perkotaan Indonesia merupakan wilayah dengan potensi bencana yang sangat tinggi.
Pengurangan Risiko Banjir
22
3.1.2. Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas
Banjir, 38 %
Gempa Bumi,31 %
Kebakaran, 17 %
Epidemik,4 %
Massmovwet,
2 %Letusan
Gunung Api,3 %
Kekeringan,6 %
Gambar 3.3: Persentase Orang Terkena Bencana Berdasarkan Jenis Bencana
Gambar di atas menunjukkan persentase orang terkena bencana berdasarkan jenis bencana di Indonesia antara kurun waktu 1980 – 2008. Kejadian bencana di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara yang rapuh dalam menghadapi ancaman bencana.
Perbedaan kemampuan dalam mengenali karakteristik bahaya membuat besaran risiko yang mengena pada situasi bencana juga akan berbeda. Semakin mampu untuk mengenali dan memahami fenomena bahaya itu dengan baik, maka manusia akan semakin dapat mensikapinya dengan lebih baik. Sikap dan tanggap yang didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan dapat memperkecil risiko bencana. Kehancuran dahsyat yang terjadi akibat gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara, serta D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah, juga memunculkan kebingungan bagaimana harus mensikapinya; hiruk pikuk di Alor dan Palu saat terjadi gempa menunjukkan betapa bangsa Indonesia belum mampu dengan baik menghadapi ancaman bahaya yang melingkupi.
Ancaman BencanaAncaman bencana seperti yang tertuang dalam UU RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanganan Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. Sedangkan menurut Dr. Krishna S. Pribadi ancaman bencana merupakan: 1. Suatu peristiwa besar yang jarang terjadi, dalam lingkungan alam atau
lingkungan binaan, yang mempengaruhi kehidupan, harta atau kegiatan manusia, sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan bencana.
2. Suatu fenomena alam atau buatan manusia yang dapat menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya, bila terjadi di suatu lingkungan permukiman, kegiatan budi daya atau industri.
Ancaman bencana dapat bersifat membahayakan bagi suatu lingkungan akibat kondisi lingkungan yang rentan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
23
KerentananKerentanan adalah seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayanan atau suatu daerah akan mendapat kerusakan atau terganggu oleh dampak suatu bahaya tertentu, bergantung kepada kondisinya, jenis konstruksi dan kedekatannya kepada suatu daerah yang berbahaya atau rawan bencana. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerentanan tersebut adalah :1. Institusi lokal yang lemah dalam membuat kebijakan dan peraturan serta
penegakan kebijakan tersebut, terutama terkait dengan penanggulangan bencana dan upaya pengurangan risiko bencana, termasuk di dalamnya adalah lemahnya aparat penegak hukum;
2. Kurangnya penyebaran informasi mengenai kebencanaan, baik melalui penyuluhan, pelatihan serta keahlian khusus yang diperlukan dalam upaya-upaya pengurangan risiko bencana
3. Penduduk terkait dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat,
Kenyataan menunjukkan kerentaan cukup tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang berisiko bencana. Karena kurangnya pemahaman adanya bahaya sekitarnya, maka masyarkat dikatakan rentan terhadap bencana. Bangunan dibantaran sungai, bangunan tepat di lereng tempat mengairnya lahar gunung berapi, bangunan di tepi pantai, bangunan yang permanen dan tidak tahan gempa dan lain-lain merupakan contoh kerentaan suatu lingkungan
KapasitasKapasitas adalah kemampuan dari masyarakat dalam menghadapi bencana. Misalnya pengetahuan rendah, maka kapasitasnya rendah, contohnya:1. Tidak tahu kalau di dekat rumahnya terdapat ancaman tanah longsor2. Tidak tahu kalau membangun rumah di bantaran kali dapat
menyebabkan banjir3. Tidak tahu kalau mengikis tebing untuk diambil tanahnya dapat
menyebabkan longsor,4. Tidak tahu kalau menebang pohon tanpa mengganti dengan pohon baru
dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor5. Tidak memiliki keterampilan bagaimana membuat rumah tahan gempa6. Tidak memiliki keterampilan bagaimana mengevakuasi kalau terjadi
gempa7. Tidak memiliki keterampilan bagaimana menyelamatkan diri dan orang
lain ketika terjadi bencana, dan lain-lain.
3.1.3. Pengurangan Risiko BencanaPengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-faktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang merugikan.
Pengurangan Risiko Banjir
24
3.1.4. Upaya Pengurangan Risiko Bencana
Mitigasi BencanaTujuan dari mitigasi bencana gempa bumi adalah untuk mengembangkan strategi mitigasi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan dari alam sekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi dan biaya yang diperlukan untuk menangani korban bencana yang dihasilkan oleh bencana gempa bumi. Rencana mitigasi bencana gempa bumi dapat meningkatkan cara pandang yang luas dan terintegrasi terhadap sistem pengurangan risiko bencana yang meliputi elemen-elemen berikut :1. Identifikasi bencana dan kerentanannya serta evaluasi risiko bencana
tersebut.2. Strategi pengurangan bencana yang bersumber dari wilayah dan dimiliki
oleh pemegang kebijakan.3. Seperangkat peraturan, perundang-undangan dan regulasi yang
menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk interaksi antara berbagai organisasi dan institusi yang berbeda.
4. Mekanisme koordinasi institusi yang kuat.5. Sistem yang solid untuk mengendalikan pemenuhan dan penguatan code
dan standar untuk konstruksi bangunan yang aman.6. Perencanaan dan tataguna lahan dan pemukiman yang menggabungkan
kepedulian akan bencana dan pengurangan risiko.7. Penggunaan peralatan komunikasi untuk pengurangan risiko akibat
bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bencana, pendidikan, pelatihan dan penilaian.
8. Manajemen kesiapsiagaan dan kedaruratan berdasarkan pemahaman risiko.
9. Kerjasama dan koordinasi antar instansi, antar kota, antar organisasi.
Dalam upaya mengurangi risiko bencana maka diperlukan kesiapsiagaan yang lebih baik. Oleh karena itu siswa juga harus harus memahami pengertian dari banjir, sebab-sebab terjadinya, dampaknya, serta hal-hal apa saja yang harus diperhatikan sebelum, saat dan setelah terjadinya banjir tersebut.
Dampak BanjirBanjir yang besar memiliki dampak-dampak yang tidak diinginkan antara lain dampak fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan.1. Dampak fisik adalah kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor
pelayanan publik yang disebabkan oleh banjir.2. Dampak sosial mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental,
menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak tidak dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan publik, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
25
3. Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (orang tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas terhambat, dan lain-lain).
4. Dampak lingkungan mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa oleh banjir) atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat terbawa banjir.
5. Dampak banjir terhadap masyarakat tidak hanya berupa kerugian harta benda dan bangunan. Selain itu, banjir juga mempengaruhi perekonomian masyarakat dan pembangunan masyarakat secara keseluruhan, terutama kesehatan dan pendidikan (Arduino dkk, 2007).
Menurut Bakornas PB (2007), dampak bencana banjir akan terjadi pada beberapa aspek (sebagian besar di wilayah Indonesia bagian barat) dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut: 1. Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut,
tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah dan penduduk terisolasi.
2. Aspek pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen, arsip, peralatan dan perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya pemerintahan.
3. Aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak berfungsinya pasar tradisional, kerusakan dan hilangnya harta benda, ternak dan terganggunya perekonomian masyarakat.
4. Aspek sarana-prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.
5. Aspek lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem, objek wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/jaringan irigasi.
Yang terpenting dalam keadaan banjir adalah bahaya timbulnya penyakit akibat banjir yang mengancam masyarakat dari semua golongan. Hal ini dikarenakan banyaknya sampah yang terhanyut terbawa air banjir, air got yang bersatu dengan air banjir yang menimbulkan bau yang tidak sedap ataupun septik tank yang luber dan isinya terbawa air kemana-mana, Akibatnya lingkungan kita menjadi sangat kotor, sehingga mempermudah timbulnya penyakit pasca banjir: diare, DBD, leptospirosis, ISPA, cacingan dan berbagai penyakit penyerta lain. Bahkan tidak jarang juga menimbulkan kasus penyakit yang luar biasa. Banjir juga menimbulkan dampak menurunnya kondisi tubuh & daya tahan terhadap stress (Wijaya. 2008).
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh bahwa Soegijanto S (2008) tentang penyakit pasca bencana yang sering ditemukan:1. Polusi udara berdampak sakit batuk sesak.2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi menyebabkan diare akut.3. Tikus-tikus baik yang mati atau hidup akibat bencana banjir berpotensi
menularkan kuman pes dan leptospira.
Pengurangan Risiko Banjir
26
4. Air kemih tikus perlu dicermati penyakit leptospira.5. Peningkatan populasi nyamuk Aedes aegypti maupun Albocpitus yang
menularkan virus dengue maupun Chikungunya.6. Dampak trauma kepala dan patah tulang, dibutuhkan kerjasama dengan
dokter ahli bedah umum maupun bedah tulang.
Di sisi lain, banjir dapat menguntungkan karena: 1. Banjir bisa menggelontor bahan-bahan pencemar air yang mengendap
menyumbat saluran air. 2. Banjir bisa menjaga kelembaban tanah dan mengembalikan kelembaban
tanah tandus / kering.3. Banjir bisa menambah cadangan air tanah. 4. Pengendapan lumpur banjir dapat meningkat kesuburan tanah.5. Banjir dapat menjaga lingkungan hayati (ekosistem) sungai dengan cara
menyediakan tempat bersarang, berbiak dan makan bagi ikan, burung dan binatang-binatang liar.
6. Banjir menyebabkan banyaknya kerugian. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko akibat terjadinya banjir. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
7. Pemberian informasi mengenai perkiraan tingkat kenaikan permukaan air sungai. Informasi ini dapat digunakan sebagai dasar peringatan akan adanya bahaya banjir dan sebagai rencana untuk melakukan pengungsian serta untuk pengaturan tata ruang daerah misalnya corak pembangunan apa dan kegiatan pertanian apa yang boleh berlangsung.
8. Melakukan antisipasi akan ancaman bencana banjir yaitu dnegan memperhatikan hal-hal berikut : (1) Analisis kekerapan banjir, artinya seberapa sering wilayah tersebut kebanjiran, (2) Pemetaan tinggi rendah permukaan tanah (topografi), (3) Pemetaan bentangan daerah seputar sungai (kontur sekitar sungai) lengkap dengan perkiraan kemampuan sungai itu untuk menampung lebihan air, (4) Catatan pemantauan lelehan salju / es dan kelongsoran tebing / daerah hulu, (5) Kemampuan tanah untuk menyerap air, (6) Catatan pasang surut gelombang laut (untuk kawasan pantai / pesisir). Kekerapan badai, (7) Geografi pesisir / pantai, (8) Ciri-ciri banjir, dan (9) Mengetahui Jalur banjir agar kita siap jika terjadi acamanan banjir.
9. Melakukan Kerja bakti membersihkan saluran air.10. Membuang sampah pada tempatnya.11. Mengadakan reboisasi/penghijauan atau penanaman tanaman (hutan
resapan) di kawasan hulu DAS dan penanaman tanaman keras di sepanjang bantaran sungai. Jika hal itu dilakukan akan diperoleh beberapa hal. Pertama, berkurangnya laju aliran permukaan. Kedua, perbesaran laju infiltrasi air. Ketiga, peminimalan erosi. Keempat, penambahan kadar oksigen dalam udara, dan kelima, penambahan hasil buah dan kayu.
12. Pembuatan tampungan air (situ/embung) atau sumur resapan. Pada musim hujan, prasarana itu sebagai tempat penampungan air dan pada musim kemarau berfungsi sebagai sumber air cadangan irigasi.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
27
13. Melaksanakan program normalisasi sungai dengan pembuatan turap tebing sungai (beronjong) dalam rangka mencegah longsor dan memperbesar daya tampung air, di samping pengerukan sediment dari dasar sungai.
14. Mengembangkan kembali bangunan rumah panggung untuk daerah-daerah yang memang berkecenderungan menperoleh bencana banjir,
15. Memberikan peringatan dini banjir yang dapat dilakukan beberapa hari sampai satu hari sebelum terjadi dengan menginformasikan pada instansi terkait. Dalam hal ini dapat digunakan radar hujan yang bisa memprediksi curah hujan sesaat, sebagai bagian dalam sistem peringatan dini banjir. Alat ini dapat memprediksi intensitas dan lamanya hujan yang akan terjadi hingga H minus 4.
16. Melakukan perlindungan, pemeliharaan dan perbaikan sarana-sarana yang berada pada jalur dan kawasan yang dikhawatirkan rentan banjir
17. membuat bangunan di daerah yang aman seperti di dataran yang tinggi18. Memberi pengertian akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah
terjadi dan mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar dari banjir.
19. Melakukan latihan pengungsian. Mengetahui jalur evakuasi, jalan yang tergenang air dan yang masih bisa dilewati. Setiap orang harus mengetahui tempat evakuasi, kemana harus pergi apabila terjadi banjir.
20. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah - agar tidak dilalui orang pada saat banjir. Adakan perbaikan apabila diperlukan.
21. Memasang tanda ketinggian air - pada saluran air, kanal, kali atau sungai yang dapat dijadikan petunjuk pada ketinggian berapa akan terjadi banjir atau petunjuk kedalaman genangan air.
22. Simpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan aman.
23. Naikkan panel-panel dan alat-alat listrik ke tempat yang lebih tinggi, sekurang-kurangnya 30 cm di atas garis ketinggian banjir maksimum
24. Pada saat banjir, tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam rumah, dan matikan listrik dari meterannya.
25. Pindahkan barang-barang rumah tangga ke tempat yang lebih tinggi.26. Memperhatikan kebersihan air yang digunakan masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari.
Penanggulangan BencanaDalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, pasal 33-38, dinyatakan, bahwa: Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi:1. prabencana;2. saat tanggap darurat; dan3. pasca bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi:
Pengurangan Risiko Banjir
28
1. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan2. dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud meliputi:1. perencanaan penanggulangan bencana;2. pengurangan risiko bencana;3. pencegahan;4. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;5. persyaratan analisis risiko bencana;6. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;7. pendidikan dan pelatihan; dan8. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:1. pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;2. pemahaman tentang kerentanan masyarakat;3. analisis kemungkinan dampak bencana;4. pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;5. penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana;
dan6. alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Kegiatan meliputi:1. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;2. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;3. pengembangan budaya sadar bencana;4. peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan5. penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan
bencana.
Pencegahan meliputi:1. identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau
ancaman bencana;2. kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang
secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana;
3. pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana;
4. penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan5. penguatan ketahanan sosial masyarakat.
Berdasarkan informasi dari Undang-undang tersebut, banyak hal yang dapat diidentifikasi, dijadikan bahan pengayaan bagi guru, yang tidak diajarkan ke
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
29
siswa. Selain kompetensi yang harus dikuasai siswa tentu harus dikuasai guru, sebaiknya kepala sekolah dan guru menambah kompetensi lainnya seperti:1. Menyusun Program untuk meningkatkan keamanan sekolah terhadap
Bencana.2. Menyusun rencana aksi sekolah, seperti.3. perencanaan penanggulangan bencana;4. pengurangan risiko bencana;5. pencegahan;6. pemaduan dalam perencanaan pembangunan;7. persyaratan analisis risiko bencana;8. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;9. Perencanaan penanggulangan bencana meliputi: pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; pemahaman tentang kerentanan masyarakat; analisis kemungkinan dampak bencana; pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana; dan alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
10. Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Kegiatan meliputi: pengenalan dan pemantauan risiko bencana; perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; pengembangan budaya sadar bencana; peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana;
dan penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan
bencana.11. Pencegahan meliputi: identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya
atau ancaman bencana; kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam
yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana;
pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana;
penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan penguatan ketahanan sosial masyarakat.
Pengurangan Risiko Banjir
30
3.2. Kesiapsiagaan Banjir
Kesiapsiagaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Sebagai contoh: membangun sistem peringatan dini, penyiapan jalur evakuasi bila terjadi bencana, latihan simulasi bencana.
Kesiapsiagaan diri, keluarga dan sekolah akan sangat membantu dalam mengurangi dampak bencana, baik kerugian harta maupun korban jiwa, kesiapsiagaan dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memahami potensi ancaman yang ada di daerah masing-masing.
2. Memahami penyebab atau tanda-tanda akan terjadinya bencana.
3. Memahami apa yang harus dipersiapkan dan yang harus dilakukan baik sebelum, pada saat dan sesudah bencana.
4. Di sekolah, guru dapat memberikan latihan kesiapsiagaan bencana banjir kepada siswa.
3.2.1. Tindakan sebelum terjadi banjir1. Sebelum terjadi bencana kita harus sudah bisa memilih dan menentukan
beberapa lokasi yang bisa kita jadikan sebagai tempat penampungan jika terjadi bencana.
2. Melatih diri dan anggota keluarga hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi bencana banjir.
3. Mendiskusikan dengan semua anggota keluarga tempat di mana anggota keluarga akan berkumpul usai bencana terjadi.
4. Mempersiapkan tas siaga bencana yang berisi keperluan yang dibutuhkan seperti: Makanan kering seperti biscuit, air minum, kotak kecil berisi obat-obatan penting, lampu senter dan baterai cadangan, Lilin dan korek api, kain sarung, satu pasang pakaian dan jas hujan, surat berharga, fotokopi tanda pengenal yang dimasukkan kantong plastik, serta nomor-nomor telepon penting.
5. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir: Buat sumur resapan bila memungkinkan. Tanam lebih banyak pohon besar. Membentuk kelompok masyarakat pengendali banjir. Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi
banjir. Membangun sistem peringatan dini banjir. Menjaga kebersihan saluran air dan limbah. Memindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir atau tinggikan
bangunan rumah hingga batas ketinggian banjir jika memungkinkan. Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan. Pengendali banjir dan lokasi evakuasi.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
31
Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga daerah resapan air.
3.2.2. Tindakan Saat Terjadi Banjir
1. Jangan panik.2. Pada saat terjadi bencana banjir, warga yang berada di daerah rawan
bencana banjir diminta memantau perkembangan cuaca, bila hujan terus terjadi tidak henti-hentinya, diimbau waspada dan berhati- hati untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Pada saat dan setelah bencana terjadi, berbagai aktivitas kesehatan harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan para korban serta mencegah memburuknya derajat kesehatan masyarakat yang terkena bencana. Pada tahapan tanggap darurat, energi yang cukup besar biasanya dicurahkan untuk evakuasi korban.
4. Ketika melihat air datang, Jauhi secepat mungkin daerah banjir. segera selamatkan diri dengan berlari secepat mungkin menuju tempat yang tinggi.
5. Apabila kamu terjebak dalam rumah atau bangunan, raih benda yang bisa mengapung sebisanya.
6. Dengarkan jika ada informasi darurat tentang banjir.7. Hati-hati dengan listrik. Matikan peralatan listrik/sumber listrik.8. Selamatkan barang-barang berharga dan dokumen penting sehingga
tidak rusak atau hilang terbawa banjir.9. Pantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi dasar
untuk tindakan selanjutnya.10. Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum.11. Terlibat dalam pendistribusian bantuan.12. Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan.13. Menggunakan air bersih dengan efisien.
3.2.3. Tindakan Sesudah Terjadinya BanjirBeberapa tindakan yang dapat dilakukan sesudah terjadi bencana antara lain:1. Pemberian bantuan misalnya tempat perlindungan darurat bagi meraka
yang kehilangan tempat tinggalnya.2. Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah.3. Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali.4. Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah
(SPAL).5. Pemberian bantuan yang meliputi kesehatan lingkungan, dan
pemberantasan penyakit, pelayanan kesehatan serta distribusi logistik kesehatan dan bahan makanan.
6. Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air kotor agar tetap bekerja pada saat terjadi banjir.
Pengurangan Risiko Banjir
32
7. Menjauhi kabel atau instalasi listrik lainnya.8. Menghindari memasuki wilayah yang rusak kecuali dinyatakan aman
misal bangunan yang rusak atau pohon yang miring.9. Memeriksa dan menolong diri sendiri kemudian menolong orang di dekat
kamu yang memerlukan bantuan.10. Mencari anggota keluarga.11. Jika keadaan sudah aman, masuk rumah dengan hati-hati, jangan
menyalakan listrik kecuali telah dinyatakan aman.12. Membersihkan lumpur13. Periksa persediaan makanan dan air minum. Jangan minum air dari sumur
terbuka karena sudah terkontaminasi. Makanan yang telah terkena air banjir harus dibuang karena tidak baik untuk kesehatan.
4.1. Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
Muatan Pendidikan PRB untuk siswa SMA disusun dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kepentingan dan kemampuan peserta didik dan lingkungannyaMuatan pendidikan PRB dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki peluang atau kesempatan untuk selamat dan membantu orang lain agar selamat ketika banjir terjadi. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut perlu peningkatan kompetensi/kapasitas peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan, termasuk kearifan lokal yang dimiliki masyarakat dalam lingkungan tersebut. Kegiatan pembelajaran PRB berpusat pada peserta didik.
2. Keragaman risiko bahaya dan karakteristik daerah dan lingkunganSetiap daerah memiliki risiko, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan PRB sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus mengakomodir keragaman tersebut yang relevan dengan kebutuhan pendidikan PRB.
3. Kondisi sosial budaya masyarakat setempatPengembangan muatan pendidikan PRB dilakukan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat diperlukan, termasuk kearifan lokal yang ada.
4. Peningkatan kesadaran akan adanya risiko bencana akibat bajirMuatan pendidikan PRB dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan kesadaran siswa akan adanya risiko bahaya banjir. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman terjadinya banjir, zona rawan banjir, hal-hal yang terjadi ketika dan setelah banjir.
5. Peningkatan kompetensi/kapasitas diri agar dapat mengurangi bahaya bencana yang diakibatkan banjir
Pendidikan PRB dilakukan secara sistematik dan terpadu dengan pendidikan
BAB IVMATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO BANJIR
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
34
mata pelajaran lain, untuk meningkatkan kompetensi siswa secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal, agar selamat ketika banjir terjadi. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.
6. Menyeluruh dan berkesinambunganSubstansi muatan pendidikan PRB mencakup keseluruhan dimensi kompetensi yang diperlukan, dimensi kognitif, psikomotor dan afektif.
7. Belajar sepanjang hayat Pengembangan muatan pendidikan PRB diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Adapun materi pembelajaran pengurangan risiko banjir untuk setiap jenjang kelas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
NO. MATERI PEMBELAJARAN
KELAS
Prog IPA Prog IPS Prog Bhs
I II III II IIIII III
Banjira. Pengertian Banjir,b. Jenis Banjirc. Penyebab banjird. Banjir bandang
V
V
V V V
V V V
V V V
Pemanasan Global- Iklim mulai tidak stabil- Peningkatan permukaan laut- Suhu global cenderung meningkat- Gangguan Ekologis- Dampak sosial dan politik- Gas Rumah Kaca- Dampak pemanasan global bagi Indonesia- Permahaman siklus air dan pemanasan global
1.
2.
Pemahaman tentang memanen hujan untuk tanggulangi kekeringan dan banjir- Metode memanen hujan dengan mempertahankan hutan- Metode memanen hujan dengan revitalisasi danau,
telaga dan situ- Metode memanen hujan dengan kolam-kolam dan
sumur resapan- Metode memanen hujan dengan modi�kasi landsekap- Metode memanen hujan dengan kolam-kolam
tando air rumah tangga
3.
4.
5.
Dampak banjir- Dampak �sik- Dampak sosial- Dampak ekonomi- Dampak Lingkungan
Upaya pengurangan risiko
6. Tindakan-tindakan sebelum, saat dan sesudah bencana V V VV V V V
Adapun materi pembelajaran pengurangan resikorisiko banjir untuk setiap jenjang kelas adalah sebagai berikut:
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
35
NO. MATERI PEMBELAJARAN
KELAS
Prog IPA Prog IPS Prog Bhs
I II III II IIIII III
Banjira. Pengertian Banjir,b. Jenis Banjirc. Penyebab banjird. Banjir bandang
V
V
V V V
V V V
V V V
Pemanasan Global- Iklim mulai tidak stabil- Peningkatan permukaan laut- Suhu global cenderung meningkat- Gangguan Ekologis- Dampak sosial dan politik- Gas Rumah Kaca- Dampak pemanasan global bagi Indonesia- Permahaman siklus air dan pemanasan global
1.
2.
Pemahaman tentang memanen hujan untuk tanggulangi kekeringan dan banjir- Metode memanen hujan dengan mempertahankan hutan- Metode memanen hujan dengan revitalisasi danau,
telaga dan situ- Metode memanen hujan dengan kolam-kolam dan
sumur resapan- Metode memanen hujan dengan modi�kasi landsekap- Metode memanen hujan dengan kolam-kolam
tando air rumah tangga
3.
4.
5.
Dampak banjir- Dampak �sik- Dampak sosial- Dampak ekonomi- Dampak Lingkungan
Upaya pengurangan risiko
6. Tindakan-tindakan sebelum, saat dan sesudah bencana V V VV V V V
Adapun materi pembelajaran pengurangan resikorisiko banjir untuk setiap jenjang kelas adalah sebagai berikut:
NO. MATERI PEMBELAJARAN
KELAS
Prog IPA Prog IPS Prog Bhs
I II III II IIIII III
Banjira. Pengertian Banjir,b. Jenis Banjirc. Penyebab banjird. Banjir bandang
V
V
V V V
V V V
V V V
Pemanasan Global- Iklim mulai tidak stabil- Peningkatan permukaan laut- Suhu global cenderung meningkat- Gangguan Ekologis- Dampak sosial dan politik- Gas Rumah Kaca- Dampak pemanasan global bagi Indonesia- Permahaman siklus air dan pemanasan global
1.
2.
Pemahaman tentang memanen hujan untuk tanggulangi kekeringan dan banjir- Metode memanen hujan dengan mempertahankan hutan- Metode memanen hujan dengan revitalisasi danau,
telaga dan situ- Metode memanen hujan dengan kolam-kolam dan
sumur resapan- Metode memanen hujan dengan modi�kasi landsekap- Metode memanen hujan dengan kolam-kolam
tando air rumah tangga
3.
4.
5.
Dampak banjir- Dampak �sik- Dampak sosial- Dampak ekonomi- Dampak Lingkungan
Upaya pengurangan risiko
6. Tindakan-tindakan sebelum, saat dan sesudah bencana V V VV V V V
Adapun materi pembelajaran pengurangan resikorisiko banjir untuk setiap jenjang kelas adalah sebagai berikut:
4.2. Pemetaan Indikator SiswaKompetensi tersebut dapat dielaborasi ke dalam indikator-indikator sebagai berikut :
1. M
enje
lask
an d
an m
elak
ukan
tind
akan
pr
aktis
unt
uk m
engh
inda
ri da
nm
enye
lem
atka
n di
ri da
ri be
ncan
a
1.1
Men
jela
skan
pen
yeba
b be
ncan
a da
n ca
ra p
ence
gaha
nnya
Mem
prak
tekk
an ti
ndak
an
penc
egah
an, m
engh
inda
ri da
n m
enye
lam
atka
n di
ri da
ri be
ncan
ape
ngur
anga
n ris
iko
benc
ana
2. B
eker
ja s
ama
deng
an te
man
, sek
olah
, or
gani
sasi
set
empa
t ata
upun
den
gan
mas
yara
kat d
an p
emer
inta
h da
lam
upa
ya
mem
bant
u pe
ngur
anga
n ris
iko
benc
ana
2.1
Mem
prak
tekk
an ti
ndak
an
pem
elih
araa
n lin
gkun
gan
di d
aera
h re
ntan
ben
cana
2.2
Mem
prak
tekk
an ti
ndak
an
peng
uran
gan
risik
o be
ncan
a be
kerja
sa
ma
deng
an te
man
, sek
olah
, or
gani
sasi
set
empa
t ata
upun
den
gan
mas
yara
kat d
an p
emer
inta
h
pern
ah te
rjadi
da
n m
enge
tahu
i let
ak d
aera
h ap
akah
cuk
up ti
nggi
unt
uk
terh
inda
r dar
i ben
cana
tinda
kan
prak
tis u
ntuk
men
ghin
dari
dan
men
yela
mat
kan
diri
dari
benc
ana
1.1
Mel
akuk
an ti
ndak
an p
rakt
is u
ntuk
m
engh
inda
ri da
n m
enye
lam
atka
n di
ri da
ri be
ncan
aob
atan
pen
ting,
lam
pu s
ente
r dan
bat
erai
cad
anga
n, L
ilin
dan
kore
k ap
i, ka
in s
arun
g, s
atu
pasa
ng p
akai
an d
an m
asuk
kan
jas
huja
n, s
urat
ber
harg
a,
tele
pon
pent
ing
1. M
elak
ukan
tang
gap
daru
rat
reko
ntru
ksi s
eder
hana
Peny
elam
atan
diri
dar
i ben
cana
benc
ana,
mis
alny
a ke
nton
gan,
sire
ne, H
P.
deng
an b
erla
ri se
cepa
t mun
gkin
men
uju
tem
pat y
ang
tingg
i
SKKD
IND
IKAT
OR
PERI
LAKU
SIS
WA
KELA
S
Tabe
l 4.2
Indi
kato
r Pril
aku
Sisw
a un
tuk
Pem
bela
jara
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Ban
jir
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
37
4.3. Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar Dalam rangka persiapan pengintegrasian pendidikan pengurangan risiko bencana banjir, perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:1. Berpusat pada kondisi daerah potensi bencana dan jenis bencana yang
terjadi serta kebutuhan pengetahuan, pemahaman, dan penerapan penanggulangan bencana.
2. Pendidikan PRB mengikuti prinsip beragam yaitu dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah potensi bencana serta integrasi dengan matapelajaran IPA, IPS, Penjaskes, Agama, Muatan Lokal dan Pengembangan Diri. Dimungkinkan pula untuk dikembangkan dalam materi pengembangan diri atau dapat bentuk kegiatan temporer, bahkan dalam bentuk lainnya.
3. Tanggap terhadap perkembangan dengan memperhatikan perkembangan kondisi wilayah setempat, kemajuan iptek, dan pengembangan potensi daerah setempat.
4. Relevan dengan kebutuhan masyarakat setempat agar dapat diterapkan dalam situasi yang membutuhkan.
5. Pendidikan PRB disusun untuk dipergunakan dan dikembangkan dengan berkesinambungan sehingga memuat pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif dan melekat dalam kehidupan siswa.
Tahap pelaksanaan
Pendekatan pengintegrasian pengurangan risiko bencana dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar sebagai berikut:1. Berorientasi pada perkembangan anak
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.
2. Berorientasi pada kebutuhan anakKegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak dan dimaksudkan untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.
3. Menggunakan pendekatan aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkanProses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis,
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
38
mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak.
4. Menggunakan berbagai media dan sumber belajarSetiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya.
5. Mengembangkan Kecakapan HidupProses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
Pendekatan pembelajaran di atas sangat bermanfaat bagi peserta didik, karena: 1. Belajar lebih efektif/mendalam 2. Anak lebih kritis dan kreatif 3. Suasana dan pengalaman belajar bervariasi 4. Meningkatkan kematangan emosional/sosial 5. Produktivitas siswa tinggi 6. Siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses menolong
korban bencana banjir
5.1. Pengintegrasian Materi Pengurangan Risiko Banjir dalam Mata Pelajaran
Tahapan dalam pengintegrasian materi PRB terhadap mata pelajaran di tingkat SMA/SMK/MA/MAK sebagai berikut :
1. Identifikasi materi pembelajaran tentang PRBKonsep mengenai pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran pokok dalam kurikulum, diantaranya: IPA Terpadu, IPS Terpadu, Bahasa Indonesia, Muatan Lokal, dan Penjas Orkes.
2. Analisis KD yang memungkinkan dapat diintegrasikan dengan PRBKompetensi-kompetensi dasar yang terdapat pada KTSP dapat diintegrasikan dengan materi PRB dalam bentuk model KTSP daerah bencana. Model ini disusun sesuai dengan kondisi, kebutuhan, potensi, dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik di daerah bencana yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau referensi bagi satuan pendidikan di daerah lain yang punya karakteristik yang sama.Setelah kurikulum, bahan ajar sebagai acuan yang lebih operasional dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, merupakan komponen yang sangat berperan dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai bencana dan kesiapsiagaan bencana terhadap warga negara, khususnya peserta didik. Melalui bahan ajar yang disusun pada pembelajaran tematik dan di setiap mata pelajaran dapat diintegrasikan mengenai jenis-jenis bencana beserta penyebabnya, usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam menghindari terjadinya beberapa bencana, apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana, dampak yang ditimbulkan oleh bencana dan usaha-usaha yang dalam mengurangi dampak tersebut, apa yang dilakukan setelah bencana itu terjadi, dan lain-lain.
3. Menyusun Silabus yang Terintegrasi PRBSilabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar yang diintegrasikan dengan nilai-nilai pengurangan risiko bencana (PRB).
BAB V
PENGINTEGRASIAN MATERI POKOK PENGURANGAN RISIKO BANJIR KE DALAM
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH (SMA/SMK/MA/MAK)
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
40
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.Silabus integrasi PRB dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah dan jenis ancaman bencana yang rentan di wilayahnya. Langkah-langkah penyusunan silabus yang mengintegrasikan PRB diantaranya adalah sebagai berikut. Mengkaji dan menentukan standar kompetensi (SK) yang dapat
diintegrasikan dengan PRB. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan SK
yang diintegrasikan. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi (dengan mengacu pada
SK dan KD). Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang sesuai dengan PRB
gempa bumi. Mengembangkan kegiatan pembelajaran berintegrasi PBR gempa bumi,
seperti penyampaian informasi bahaya gempa, simulasi penyelamatan diri, pertolongan pertama, dan lainnya.
Menentukan jenis penilaian. Menentukan alokasi waktu. Menentukan sumber belajar yang berhubungan dengan PRB gempa
bumi.
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Rencana pembelajaran merupakan langkah awal dari suatu manejemen pembelajaran yang berisi kebijakan strategik tentang pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam rencana pembelajaran selalu terdapat komponen yang saling berkaitan yaitu tujuan, bahan ajar, metode/teknik, media, alat evaluasi, dan penjadwalan setiap langkah kegiatan. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan diintegrasikan dengan nilai-nilai usaha pengurangan risiko bencana (PRB).
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuai kan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. RPP yang terintegrasi PRB gempa disusun sesuai dengan KD yang relevan dengan materi ajar PRB gempa bumi.
Untuk lebih jelasnya, tahapan pengintegrasian dijelaskan sebagai berikut.
5.1.1. Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko BanjirMateri pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
41
Materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:1. Prinsip relevansi: materi pembelajaran hendaknya relevan dengan
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jika kemampaun yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain.
2. Prinsip konsistensi: jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
3. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak.
Materi pembelajaran ditentukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:1. Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar Ranah kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian. Ranah psikomotorik jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak
awal, semi rutin, dan rutin. Ranah afektif (sikap) jika kompetensi yang ditetapkan meliputi
pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi. 2. Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Materi pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana dapat mencakup tiga ranah sekaligus yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kita akan mencoba mengidentifikasi materi pembelajaran tentang PRB dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
Potensi peserta didik;Relevansi dengan karakteristik daerah; daerah dengan karakteristik
rawan bencana dapat menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan daerah dengan tetap memperhatikan tuntutan kompetensi dasar). Pada saat mengidentifikasi materi pembelajaran ini sudah harus ditetapkan dan dirumuskan materi pembelajaran yang sesuai dengan jenis bencana yang ada di daerah tersebut.
Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
Kebermanfaatan bagi peserta didikStruktur keilmuan;Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;
materi pembelajaran yang relevan dan dibutuhkan serta sesuai dengan tuntutan lingkungan di daerah rawan bencana dapat dimasukkan ke dalam silabus yang disusun.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
42
Contoh: - Tanda-tanda bencana akan terjadi - Tindakan penyelamatan disaat bencana terjadi - Tindakan yang harus dilakukan sesaat setelah bencana terjadiAlokasi waktu.
Tabel berikut ini adalah identifikasi materi pelajaran tentang PRB yang dikelompokkan ke dalam tiga tahapan bencana yaitu: sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana dan setelah terjadi bencana.
Tabel 5.1: Identifikasi Materi Pembelajaran tentang pengurangan risiko banjir
Materi PembelajaranTahapan Peristiwa BencanaNo.
- Pengertian atmosfer- Curah hujan- Proses siklus air - Pelapukan- Erosi- Sedimentasi atau Pengendapan- Pengertian sumber daya alam- dan pemanfaatnya secara arif. - Kelangkaan sumber daya alam (tanah, laut, sungai, danau, rawa, situ, hutan) - Jenis sumber daya alam dan dampaknya terhadap pelestarian lingkungan. - Alat evakuasi sederhana tali temali, rakit, konstruksi plafon
Sebelum terjadi Bencana1
- Kerjasama dalam menghadapi tantangan alam yang berat dan ganas, misalnya banjir bandang- Menggunakan alat teknologi untuk komunikasi sebagai tanda siaga bencana. Misalnya kentongan, sirene, HP. (Sejarah Klas XII/sem 2)
Saat Terjadi Bencana2
- Pemanfaatan dan pelestarian lingkungan- Teknologi keseimbangan lingkungan.- Mengatasi pencemaran lingkungan- Membuat sumur resapan dan mengurangi penggunaan alat teknologi sumur injeksi- Faktor tata wilayah dan pembangunan sarana- prasarana seperti : hotel yang dibangun di tebing sungai perumahan tanpa ada jalur hijau , mall, jalan tol, tanggul.- Memanen air hujan
Sesudah terjadi bencana3
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
43
Materi PembelajaranTahapan Peristiwa BencanaNo.
- Pengertian atmosfer- Curah hujan- Proses siklus air - Pelapukan- Erosi- Sedimentasi atau Pengendapan- Pengertian sumber daya alam- dan pemanfaatnya secara arif. - Kelangkaan sumber daya alam (tanah, laut, sungai, danau, rawa, situ, hutan) - Jenis sumber daya alam dan dampaknya terhadap pelestarian lingkungan. - Alat evakuasi sederhana tali temali, rakit, konstruksi plafon
Sebelum terjadi Bencana1
- Kerjasama dalam menghadapi tantangan alam yang berat dan ganas, misalnya banjir bandang- Menggunakan alat teknologi untuk komunikasi sebagai tanda siaga bencana. Misalnya kentongan, sirene, HP. (Sejarah Klas XII/sem 2)
Saat Terjadi Bencana2
- Pemanfaatan dan pelestarian lingkungan- Teknologi keseimbangan lingkungan.- Mengatasi pencemaran lingkungan- Membuat sumur resapan dan mengurangi penggunaan alat teknologi sumur injeksi- Faktor tata wilayah dan pembangunan sarana- prasarana seperti : hotel yang dibangun di tebing sungai perumahan tanpa ada jalur hijau , mall, jalan tol, tanggul.- Memanen air hujan
Sesudah terjadi bencana3
Materi PembelajaranTahapan Peristiwa BencanaNo.
- Pengertian atmosfer- Curah hujan- Proses siklus air - Pelapukan- Erosi- Sedimentasi atau Pengendapan- Pengertian sumber daya alam- dan pemanfaatnya secara arif. - Kelangkaan sumber daya alam (tanah, laut, sungai, danau, rawa, situ, hutan) - Jenis sumber daya alam dan dampaknya terhadap pelestarian lingkungan. - Alat evakuasi sederhana tali temali, rakit, konstruksi plafon
Sebelum terjadi Bencana1
- Kerjasama dalam menghadapi tantangan alam yang berat dan ganas, misalnya banjir bandang- Menggunakan alat teknologi untuk komunikasi sebagai tanda siaga bencana. Misalnya kentongan, sirene, HP. (Sejarah Klas XII/sem 2)
Saat Terjadi Bencana2
- Pemanfaatan dan pelestarian lingkungan- Teknologi keseimbangan lingkungan.- Mengatasi pencemaran lingkungan- Membuat sumur resapan dan mengurangi penggunaan alat teknologi sumur injeksi- Faktor tata wilayah dan pembangunan sarana- prasarana seperti : hotel yang dibangun di tebing sungai perumahan tanpa ada jalur hijau , mall, jalan tol, tanggul.- Memanen air hujan
Sesudah terjadi bencana3
5.1.2. Analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Terintegrasi
Di bawah ini terdapat contoh format analisis KD dari beberapa mata pelajaran yang dapat diintegrasikan dalam pendidikan pengurangan risiko bencana banjir
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PELA
JARA
NSK
KD
X/1
Sebe
lum
Benc
ana
Atm
osfe
r- C
iri-c
iri la
pisa
n at
mos
fer
- Uns
ur-u
nsur
cua
cape
man
faat
aann
ya
mat
ahar
i
unsu
r-un
sur
Benc
ana
Sete
lah
Benc
ana
- Sos
ial
nya
Tabe
l 5.2
Ana
lisis
Sta
ndar
Kom
pete
nsi d
an K
ompe
tens
i Das
ar u
ntuk
Mat
a Pe
laja
ran
Terin
tegr
asi P
engu
rang
an R
isik
o Ba
njir
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PELA
JARA
NSK
KD
Sebe
lum
Benc
ana
Geo
gra�
3. M
enga
nalis
is
unsu
r-un
sur
geos
fer
Saat
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Hid
rosf
er- S
iklu
s hi
drol
ogi
- Per
aira
n da
rat
- Air
tana
h- S
unga
i dan
Dae
rah
Alir
an
Sung
ai (D
AS)
- Dan
au- R
awa
banj
ir
(DA
S)
3.3
Men
gana
lisis
hi
dros
fer d
an
di b
umi
- Sun
gai d
an D
aera
h A
liran
Su
ngai
(DA
S)
- Sun
gai d
an D
aera
h A
liran
Su
ngai
(DA
S)
diin
gink
an
ke ta
nah
A. 1
. M
ATA
PEL
AJA
RAN
PO
KOK
Taha
p 1.
Iden
ti�k
asi M
ata
Pem
bela
jara
n ap
a sa
ja y
ang
dapa
t ter
inte
gras
i den
gan
PRB.
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
X/1
Sebe
lum
Benc
ana
Berb
agai
sum
ber e
kono
mi
yang
lang
ka d
an k
ebut
uhan
m
anus
ia y
ang
tidak
terb
atas
.
anla
ngka
dan
keb
utuh
an m
anus
ia y
ang
tidak
terb
atas
seki
tarn
ya
Ekon
omi
sala
han
ekon
omi
dala
m k
aita
nnya
de
ngan
keb
utuh
an
man
usia
, kel
angk
aan
dan
sist
em e
kono
mi
sum
ber e
kono
mi
yang
lang
ka d
an
kebu
tuha
n m
anus
ia y
ang
tidak
terb
atas
Saat
Terja
di
Benc
ana
mem
iliki
nila
i eko
nom
i
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
daya
eko
nom
i ke
butu
han
hila
ng a
kiba
t ben
cana
ban
jir
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
X/1
Sebe
lum
Benc
ana
Siar
an (l
angs
ung)
dar
i rad
io/
tele
visi
, te
ks y
ang
diba
ca-
kan,
ata
u re
kam
an b
erita
/no
nber
ita te
ntan
g be
ncan
a ba
njir.
kalim
at d
enga
n ur
utan
yan
g ru
ntut
dan
mud
ah
ditu
lis s
ecar
a ru
ntut
dan
jela
s
Baha
sa In
done
sia
atau
cer
ita y
ang
lang
sung
/tid
ak
lang
sung
siar
an a
tau
info
r-m
asi d
ari
med
ia
elek
tron
ik
(ber
ita d
an
nonb
erita
)
Saat
Terja
di
Benc
ana
info
rmas
i yan
g di
deng
ar (m
enye
tuju
i, m
enol
ak,
tidak
diin
gink
an b
agi w
arga
yan
g be
rada
di d
aera
h ra
wan
ban
jir
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
susu
lan
diny
atak
an a
man
mis
al b
angu
nan
yang
rusa
k at
au
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
X/1
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Benc
ana
Benc
ana
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
X/2
--
--
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Baha
sa In
done
sia
12. M
engu
ngka
pkan
pi
kira
n, p
enda
pat,
dan
info
rmas
i da
lam
pen
ulis
an
kara
ngan
ber
pola
12.2
Men
ulis
esa
i be
rdas
arka
n to
pik
tert
entu
de
ngan
pol
a pe
ngem
bang
-an
pem
buka
, isi
, da
n pe
nutu
p
Saat
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Essa
y te
ntan
g m
isal
:- B
enca
na b
anjir
- Pem
anas
an g
loba
l, ds
b po
la p
enge
mba
ngan
pem
buka
, isi
, dan
pen
utup
pola
pen
gem
bang
an p
embu
ka, i
si, d
an p
enut
up
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
X/1
- --
--
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Penj
as O
rkes
6. M
empr
aktik
kan
per-
enca
naan
pen
jela
-ja
han
dan
peny
ela-
mat
an a
ktiv
itas
di
alam
beb
as d
an n
ilai-
nila
i yan
g te
rkan
-du
ng d
i dal
amny
a
6.1
Mem
prak
tikka
n ke
tera
mpi
lan
dasa
r-da
sar k
egi-
atan
men
jela
jah
pant
ai s
erta
nila
i ta
nggu
ng ja
wab
, ke
rjasa
ma,
tole
r-an
si, t
olon
g m
e-no
long
, m
elak
s-an
akan
kep
utus
-an
kel
ompo
k
6.2
Mem
prak
tikka
n ke
tera
mpi
lan
dasa
r pen
yela
-m
atan
keg
iata
n pe
njel
ajah
an d
i pa
ntai
ser
ta n
ilai
tang
gung
jaw
ab,
kerja
sam
a,
tole
rans
i, to
long
m
enol
ong,
ke
putu
san
dala
m k
elom
pok
Saat
Terja
di
Benc
ana
Saat
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
mat
an p
ada
jela
jah
pant
ai
korb
an, m
erin
gank
an p
en-
derit
aan
korb
an, m
empe
r-ta
hank
an d
aya
taha
n ko
rban
tena
ng, p
erha
tikan
per
-na
fasa
n ko
rban
, hen
tikan
pe
ndar
ahan
, per
hatik
an
tand
a-ta
nda
shoc
k, ja
ngan
m
emin
dahk
an k
orba
n de
ngan
terb
uru-
buru
Penj
elaj
ahan
pan
tai
jela
jaha
n pa
ntai
nant
ang,
am
an, s
ehat
deng
an k
ebut
uhan
kece
laka
an d
i pan
tai
kece
laka
an d
i pan
tai
kece
laka
an d
i pan
tai
kece
laka
an d
i pan
tai
sesu
ai d
enga
n ke
butu
han
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
X/2
- --
--
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Penj
as O
rkes
12. M
empr
aktik
kan
kete
ram
pila
n be
-be
rapa
gay
a re
nang
dan
per
to-
long
an k
ecel
akaa
n di
air
dan
nila
i-nila
i ya
ng te
rkan
dung
di
dal
amny
a
12.1
Mem
prak
tikka
n ko
mbi
nasi
tek-
nik
rena
ng g
aya
dada
, gay
a be
bas
dan
sala
h sa
tu g
aya
lain
se
rta
nila
i dis
ip-
lin, k
erja
ker
as
kebe
rani
an d
an
tang
gung
ja
wab
12.2
Mem
prak
tikka
n ke
tera
mpi
lan
dasa
r per
tolo
-ng
an k
ecel
aka-
an d
i air
deng
an
sist
im R
esus
itasi
Ja
ntun
g da
n Pa
ru (R
JP) s
erta
ni
lai d
isip
lin,
kerja
ker
as
kebe
rani
an d
an
tang
gung
ja
wab
Saat
Terja
di
Benc
ana
Saat
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
tent
ang
tekn
ik p
erto
long
an
pada
kec
elak
aan
di a
ir de
ngan
sis
tem
RJP
sesu
ai d
enga
n ke
butu
han
di a
ir
Rena
ng g
aya
beba
s
beba
s
berla
tih
sesu
ai d
enga
n ke
butu
han
sesu
ai p
rose
dur y
ang
bena
r
kan
kom
bina
si te
knik
rena
ng
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
X/1
--
--
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Biol
ogi
3. M
emah
ami m
anfa
at
kean
ekar
agam
an
haya
ti
3.2
Men
gkom
uni-
kasi
kan
kean
eka-
raga
m h
ayat
i In
done
ia, d
an
usah
a pe
lest
ari-
an s
erta
pem
an-
faat
an s
umbe
r da
ya a
lam
4.1
Men
desk
ripsi
kan
pera
n ko
mpo
n-en
eko
sist
em
dala
m a
liran
en
ergi
dan
dau
r bi
ogeo
kim
ia
sert
a pe
man
-fa
atan
kom
-po
nen
ekos
iste
m b
agi
kehi
dupa
n
4. M
enga
nalis
is h
ub-
unga
n an
tara
kom
-po
nen
ekos
iste
m,
peru
baha
n m
ater
i da
n en
ergi
ser
ta
pera
nan
man
usia
da
lam
kes
eim
bang
-an
eko
sist
em
Saat
Terja
di
Benc
ana
Saat
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Kom
pone
n ek
osis
tem
Dau
r bio
geok
imia
.- D
aur a
ir- P
eman
asan
glo
bal d
an
peru
baha
n da
ur a
ir
Kean
ekar
agam
an h
ayat
i In
done
sia.
mik
roor
gani
sme
di
Indo
nesi
a
Indo
nesi
a se
baga
i sum
ber
plas
ma
nutf
ah
kean
ekar
gam
an h
ayat
i In
done
sia
seca
ra in
-situ
da
n ex
-situ
raga
man
hay
ati I
ndon
esia
Indo
nesi
a
kehi
dupa
n
dan
abio
tik s
erta
hub
unga
n an
tara
bio
tik d
an b
iotik
da
lam
eko
sist
em
hubu
ngan
ant
ar k
ompo
nen
kare
na fa
ktor
ala
mi
dan
akib
at p
erbu
atan
man
usia
bang
an li
ngku
ngan
ba
njir
lingk
unga
n ak
ibat
terja
diny
a ba
njir
seko
lah
dan
di s
ekita
r sek
olah
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
X/1
--
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Biol
ogi
4. M
enga
nalis
is h
ub-
unga
n an
tara
kom
-po
nen
ekos
iste
m,
peru
baha
n m
ater
i da
n en
ergi
ser
ta
pera
nan
man
usia
da
lam
kes
eim
bang
-an
eko
sist
em
4.2
Men
jela
skan
ke
terk
aita
n an
tara
keg
iata
n
man
usia
den
gan
mas
alah
per
us-
akan
/pen
cem
ar-
an li
ngku
ngan
da
n pe
lest
aria
n lin
gkun
gan
Saat
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Peru
saka
n/ p
ence
mar
an li
ng-
kung
an.
- Ker
usak
an li
ngku
ngan
dap
at
dise
babk
an o
leh
fakt
or a
lam
da
n m
anus
ia
- Man
usia
ber
pera
n pe
ntin
g da
lam
men
jaga
kes
eim
bang
-an
ling
kung
an
- Pen
cem
aran
ling
kung
an.
adal
ah b
erub
ahny
a ta
tana
n lin
gkun
gan
oleh
keg
iata
n m
anus
ia a
tau
pros
es a
lam
i, se
hing
ga m
utu
kual
itas
ling-
kung
an tu
run
sam
pai t
ingk
at
tert
entu
yan
g m
enye
babk
an
lingk
unga
n m
enja
di k
uran
g at
au ti
dak
dapa
t ber
fung
si
lagi
ses
uai d
enga
n pe
runt
uk-
kann
nya
peru
saka
n lin
gkun
gan.
bere
tika
lingk
unga
n.
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
X X
--
--
--
--
--
--
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Fisi
ka
Kim
ia
Saat
Terja
di
Benc
ana
Saat
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PELA
JARA
NSK
KD
XI/1
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
- Pen
gert
ian
sum
ber d
aya
alam
- Jen
is-je
nis
sum
ber d
aya
alam
Sum
ber D
aya
Ala
m
sum
ber d
aya
alam
jeni
s su
mbe
r da
ya a
lam
- Pem
anfa
atan
sum
ber
daya
al
am s
ecar
a ar
if.
Saat
Terja
di
Benc
ana
Sum
ber D
aya
Ala
m
sum
ber d
aya
alam
sec
ara
arif
Terja
di
Benc
ana
- Sum
berd
aya
alam
dan
- Sum
berd
aya
alam
dan
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PELA
JARA
NSK
KD
XI/2
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
Pem
anfa
atan
ling
kung
an
hidu
p d
an p
emba
ngun
an
berk
elan
juta
n.- P
enge
rtia
n lin
gkun
gan
- Kom
pone
n ek
osis
tem
- Lin
gkun
gan
hidu
p se
baga
i su
mbe
rday
a- P
emba
ngun
an- P
emba
ngun
an b
erke
lanj
ut-
an Man
faat
dan
risi
ko
lingk
unga
n hi
dup
dala
m
pem
bang
unan
unan
ber
kela
njut
an
pem
bang
unan
3.1
Men
desk
rip-
sika
n pe
man
-fa
atan
ling
-ku
ngan
hid
up
dala
m k
aita
n-ny
a de
ngan
pe
mba
ngun
-an
ber
kela
n- ju
tan
--
Saat
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Man
faat
dan
resi
koris
iko
lingk
unga
n hi
dup
dala
m
pem
bang
unan
nya
deng
an p
emba
ngun
an b
erke
lanj
utan
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PELA
JARA
NSK
KD
XI/1
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
Dia
log
yang
ber
upa
tany
a ja
wab
.
rang
kum
an h
asil
waw
anca
ra
Baha
sa
Indo
nesi
aka
n se
cara
hasi
l m
emba
ca d
an
waw
anca
ra
cara
tent
ang
tang
gapa
n na
rasu
mbe
r te
rhad
ap
topi
k te
rten
tu
XI/1
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
Rena
ng p
erto
long
an.
Pe
rala
tan/
perle
ngka
pan
sesu
ai d
enga
n ke
butu
han
La
tihan
�si
kke
butu
han
beba
s
kan
sala
h sa
tu
gaya
rena
ng
dan
lonc
at
kand
ung
di
dala
mny
a
pila
n sa
lah
satu
gay
a re
nang
unt
uk
pert
olon
gan
sert
a ni
lai
disi
plin
, ke
bera
nian
, ke
rja s
ama,
da
n ke
rja k
eras
Saat
Terja
di
Benc
ana
Rena
ng p
erto
long
an
men
ggun
akan
gay
a be
bas
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Saat
Terja
di
Benc
ana
Waw
anca
ra n
ara
sum
ber
tent
ang
banj
ir
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Rang
kum
an h
asil
waw
anca
ra
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PELA
JARA
NSK
KD
XI/2
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
Rena
ng g
aya
gant
i.
pung
gung
dan
kup
u-ku
puku
pu-k
upu
kan
kete
ram
-
kebe
rani
an
kece
laka
an
di a
ir da
n ni
lai-n
ilai
yang
terk
an-
dung
di
dala
mny
a
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
kan
kete
ram
-
kece
laka
an
di a
ir de
ngan
Jant
ung
dan
Paru
dan
tang
-gu
ng ja
wab
Saat
Terja
di
Benc
ana
Terja
di
Benc
ana
--
--
Saat
Terja
di
Benc
ana
Terja
di
Benc
ana
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PELA
JARA
NSK
KD
XII
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
Benc
ana
Terja
di
Benc
ana
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PELA
JARA
NSK
KD
XII/1
XII/1
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
dan
dala
m
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
Benc
ana
Terja
di
Benc
ana
--
--
--
Benc
ana
Terja
di
Benc
ana
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PELA
JARA
NSK
KD
XII/2
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
Benc
ana
Terja
di
Benc
ana
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
XI/1
XI/2
--
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Penj
as-O
rkes
Baha
sa In
done
sia
5.1
Mem
prak
tikka
n ke
tera
mpi
lan
sala
h sa
tu g
aya
rena
ng u
ntuk
pe
rtol
onga
n se
rta
nila
i di
sipl
in,
kebe
rani
an,
kerja
sam
a, d
an
kerja
ker
as
2. M
engu
ngka
pkan
se
cara
lisa
n in
for-
mas
i has
il m
emba
ca
dan
waw
anca
ra
2.2
Men
jela
skan
ha
sil w
awan
cara
te
ntan
g ta
ng-
gapa
n na
rasu
mbe
r te
rhad
ap to
pik
tert
entu
5. M
empr
aktik
kan
sala
h sa
tu g
aya
rena
ng d
an lo
ncat
in
dah
dan
nila
i nila
i ya
ng te
rkan
dung
di
dala
mny
a
Saat
Terja
di
Benc
ana
Waw
anca
ra n
ara
sum
ber
tent
ang
banj
ir
Saat
Terja
di
Benc
ana
Rena
ng p
erto
long
an
deng
an m
engg
unak
an g
aya
beba
s
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Rena
ng p
erto
long
an
Pera
lata
n/pe
rleng
kapa
n se
suai
den
gan
kebu
tuha
n
Latih
an �
sik
Dia
log
yang
ber
upa
tany
a ja
wab
.
rang
kum
an h
asil
waw
anca
ra
Rang
kum
an h
asil
waw
anca
raka
limat
yan
g ef
ektif
sesu
ai d
enga
n ke
butu
han
kece
laka
an d
i air
wat
er tr
apen
men
ggun
akan
gay
a be
bas
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
XI/2
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
XII/2
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Benc
ana
Benc
ana
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PELA
JARA
NSK
KD
XII/1
XII/1
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
Puis
i kar
ya s
endi
ri :
Indo
nesi
a
Indo
nesi
a
dan
info
rmas
i da
lam
berd
asar
kan
tent
u
dedu
ktif
dan
indu
ktif
wac
ana
sast
ra
send
iri
into
nasi
,
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
dan
indu
ktif
Saat
Terja
di
Benc
ana
Terja
di
Benc
ana
Saat
Terja
di
Benc
ana
Terja
di
Benc
ana
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PELA
JARA
NSK
KD
XII/2
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
Rena
ng p
erto
long
an
Pera
lata
n/pe
rleng
kapa
n se
suai
den
gan
kebu
tuha
n
Latih
an �
sik
kebu
tuha
n
beba
s
nila
i dis
iplin
, juj
ur, t
oler
an, k
erja
ker
as d
an k
eber
ania
n
Penj
as-O
rkes
kan
kete
ram
-pi
lan
ber-
rena
ng
untu
k ke
pen-
tinga
n pe
r-to
long
an
sert
a ni
lai
disi
plin
, sp
ortif
, juj
ur,
tole
ran,
ker
ja
kera
s, da
n ke
bera
nian
kan
kete
ram
-pi
lan
peng
-ua
saan
ber
-ba
gai t
ekni
k
dan
nila
i-nila
i
dung
di
Saat
Terja
di
Benc
ana
Rena
ng p
erto
long
anbe
bas
nila
i dis
iplin
, juj
ur, t
oler
an, k
erja
ker
as d
an k
eber
ania
n
--
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PELA
JARA
NSK
KD
XII/2
Biol
ogi
Fisi
kaKi
mia
Seja
rah
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
Saat
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Sebe
lum
Terja
di
Benc
ana
- Per
alat
an te
knol
ogi u
ntuk
ko
mun
ikas
i- M
enyi
apka
n al
at te
knol
ogi u
ntuk
kom
unik
asi s
ebag
ai ta
nda
siag
a be
ncan
a2.
2 M
enga
nalis
is
perk
emba
ng-
an il
mu
peng
-et
ahua
n da
n te
knol
ogi d
i In
done
sia
2. M
enga
nalis
is
perk
emba
ng-
an il
mu
peng
-et
ahua
n da
n te
knol
ogi
pada
aba
d ke
-20
Saat
Terja
di
Benc
ana
- Men
ggun
akan
ala
t tek
nolo
gi u
ntuk
kom
unik
asi s
ebag
ai ta
nda
siag
a be
ncan
a. M
isal
nya
: ken
tong
an, s
irene
, HP.
- Men
ggun
akan
ala
t eva
kuas
i dan
reko
ntru
ksi s
eder
hana
aki
bat
banj
ir
- Ala
t tek
nolo
gi u
ntuk
kom
u-ni
kasi
seb
agai
tand
a si
aga
benc
ana.
Mis
alny
a :
kent
onga
n, s
irene
, HP.
- Ala
t eva
kuas
i dan
reko
ntru
k-si
sed
erha
na a
kiba
t ban
jir
--
--
--
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
--
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
XI/1
XII/1
--
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Baha
sa In
done
sia
2. M
engu
ngka
pkan
se
cara
lisa
n in
for-
mas
i has
il m
emba
ca
dan
waw
anca
ra
2.2
Men
jela
skan
ha
sil w
awan
cara
te
ntan
g ta
ng-
gapa
n na
rasu
mbe
r te
rhad
ap to
pik
tert
entu
Saat
Terja
di
Benc
ana
Waw
anca
ra n
ara
sum
ber
tent
ang
banj
ir
Saat
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
indu
ktif
berd
asar
kan
kera
ngka
Men
ulis
kar
anga
n te
ntan
g be
ncan
a ba
njir
dan
dam
pak-
indu
ktif
deng
an m
empe
r-ha
tikan
:
peng
guna
an b
ahas
a
jaw
ab.
rang
kum
an h
asil
waw
anca
ra
Rang
kum
an h
asil
waw
anca
ra
Baha
sa In
done
sia
Men
ulis
12. M
engu
ngka
pkan
pi
kira
n, p
enda
pat,
dan
info
rmas
i da
lam
pen
ulis
an
kara
ngan
ber
pola
12.1
Men
ulis
kar
ang-
an b
erda
sark
an
topi
k te
rten
tu
deng
an p
ola
peng
emba
ngan
de
dukt
if da
n in
dukt
if
dan
indu
ktif
indu
ktif
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
--
--
XII/1
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Saat
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
XI/2
--
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
ain
dah
dan
nila
i-nila
i
Saat
Terja
di
Benc
ana
Sete
lah
Terja
di
Benc
ana
KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU S
ISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Benc
ana
Benc
ana
Sebe
lum
Te
rjadi
Be
ncan
a
Benc
ana
Benc
ana
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
70
5.1.3. Penyusunan Silabus Mata Pelajaran TerintegrasiSilabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai peserta didik. Silabus bermanfaat sebagai acuan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP memuat identitas mata pelajaran, SK, KD, Materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
3.2
Men
gana
lisis
Atm
osfe
r da
n da
mpa
knya
terh
a-da
p ke
hidu
pan
muk
a bu
mi
- Per
seba
ran
huja
n di
Indo
nesi
a- T
es te
rtul
is- T
es L
isan
12 ja
m
pela
jara
n- M
embu
at ta
bel a
tau
gra�
k pe
rseb
aran
cur
ah
huja
n di
Indo
nesi
ate
ntan
g pe
rseb
aran
cu
rah
huja
n di
In
done
sia
dala
m b
entu
k gr
a�k/
tabe
l
- Lin
gkun
gan
alam
m
aupu
n bu
atan
- Pen
dudu
k/na
ra
sum
ber
- Bah
an d
an a
lat
untu
k m
embu
at
alat
eva
kuas
i se
derh
ana
- Pet
a te
mat
ik te
n-ta
ng p
erse
bara
n ta
ta ru
ang
dan
tata
ko
ta
- Med
ia e
lekt
roni
k da
n m
edia
cet
ak
yang
mem
uat
info
rmas
i dae
rah
banj
ir
- Ter
jadi
nya
banj
ir- T
es u
njuk
ke
rja s
aat
disk
usi d
an
mem
buat
al
at e
vaku
asi
- Tes
pro
duk
terh
adap
has
il al
at-a
lat y
ang
tela
h di
buat
- Men
disk
usik
an p
enye
bab
terja
diny
a ba
njir
dan
upay
a pe
nceg
ahan
nya
- Men
data
ala
t-al
at y
ang
dipe
rluka
n se
belu
m
banj
ir- M
endi
skus
ikan
car
a m
empe
role
h ba
han/
alat
- Men
desa
in p
embu
atan
ala
t-al
at s
esua
i de
ngan
day
a be
ban
yang
aka
n di
evak
uasi
- Men
coba
pen
ggun
aan
alat
- Mem
bers
ihka
n sa
lura
n ai
r- T
idak
mer
usak
ling
kung
an
peny
ebab
terja
diny
a ba
njir
dan
cara
pen
ceg-
ahan
nya
evak
uasi
sed
erha
na
jeni
s al
at y
ang
perlu
di
pers
iapk
an s
ebel
um
banj
ir
(6)
(1)
(8)
(7)
(9)
(10)
(11)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NA
LOK
ASI
WA
KTU
SUM
BER/
BAH
AN
Nam
a Se
kola
h : S
MA
Kela
s/Sm
t
: X/1
Mat
a Pe
laja
ran
: Geo
gra�
Stan
dar K
ompe
tens
i : 3
.Men
gana
lisis
uns
ur-u
nsur
geo
sfer
Tabe
l 5.3
: Con
toh
Peny
usun
an S
ilabu
s te
rinte
gras
i ked
alam
mat
a pe
laja
ran
Geo
grafi
Pem
anas
an g
loba
l (E
l Nin
o da
n La
N
ino)
glob
al
(6)
(1)
(8)
(7)
(9)
(10)
(11)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NA
LOK
ASI
WA
KTU
SUM
BER/
BAH
AN
Nam
a Se
kola
h : S
MA
Kela
s/Sm
t
: XI/
Sem
este
r 1M
ata
Pela
jara
n : G
eogr
a�Pr
ogra
m S
tudi
: I
PSSt
anda
r Kom
pete
nsi
: 3. M
enga
nalis
is p
eman
faat
an d
an p
eles
taria
n lin
gkun
gan
hidu
p
3.2
Men
gana
lisis
pel
esta
-ria
n lin
gkun
gan
hidu
p da
lam
kai
tann
ya
deng
an p
emba
ngun
an
berk
elan
juta
n
kung
an h
idup
berk
elan
juta
n
Buku
sum
ber y
ang
rele
van.
Soem
arw
oto,
Ott
o (1
982)
, Eko
logi
dan
Pem
bang
unan
Be
rwaw
asan
Dja
mba
tan
10 x
45”
lingk
unga
n hi
dup
dan
pem
bang
unan
ber
ke-
lanj
utan
ber
dasa
rkan
kaj
ian
refe
rens
i
terja
ga k
eles
taria
nnya
(mis
al ti
dak
banj
ir)
an d
an ta
ngga
pan,
sum
ber r
efer
ensi
) ten
tang
pe
leta
rian
lingk
unga
n da
n pe
mba
ngun
an
berk
elan
juta
n
banj
ir
lingk
unga
n
taria
n lin
gkun
gan
hidu
p da
n pe
mba
ngun
an
berk
elan
juta
n
anta
ra p
eles
taria
n lin
g-ku
ngan
dan
pem
bang
-un
an b
erke
lanj
utan
bali
pent
ingn
ya p
eles
-ta
rian
lingk
unga
n hi
dup
kaita
nnya
den
gan
pem
bang
unan
ber
ke-
lanj
utan
pele
star
ian
lingk
unga
n hi
dup
dala
m k
aita
nnya
de
ngan
pem
bang
unan
be
rkel
anju
tan
prak
teka
n tin
daka
n pe
lest
aria
n lin
gkun
gan
yang
rent
an b
anjir
dam
pak
keru
saka
n lin
gkun
gan
akib
at
banj
ir te
rhad
ap k
ehi-
dupa
n so
sial
dan
ek
onom
i
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
PEM
BELA
JARA
NG
AG
ASA
N K
EGIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NA
LOK
ASI
WA
KTU
SUM
BER
BELA
JAR
Nam
a Se
kola
h
: SM
A/M
A...
Mat
a pe
laja
ran
: Bah
asa
Indo
nesi
aKe
las/
sem
este
r
: X/
Sem
este
r 1A
spek
: Ber
bica
raSt
anda
r Kom
pete
nsi
: 2. M
engu
ngka
pkan
pik
iran
, per
asaa
n, d
an in
form
asi m
elal
ui k
egia
tan
berk
enal
an, b
erdi
skus
i, da
n be
rcer
ita
2.2
Men
disk
usik
an m
asal
ah
(yan
g di
tem
ukan
dar
i be
rbag
ai b
erita
, art
ikel
, at
au b
uku)
Tes
unju
k ke
rjaA
rtik
el/b
uku
tent
ang
banj
ir2
x 45
“m
isal
nya:
ban
jir
upay
a m
engu
rang
i ris
iko
benc
ana
banj
ir, p
enan
ggul
anga
n se
belu
m,
saat
dan
set
elah
ban
jir
yang
aka
n di
laku
kan
buku
mas
ing
kelo
mpo
k sa
tu to
pik
berb
agai
sum
ber
dala
m b
erita
, art
ikel
, da
n bu
ku
pem
ecah
an m
asal
ah
terh
adap
mas
alah
yan
g di
sam
paik
an
teks
bac
aan
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
GA
GA
SAN
KEG
IATA
N P
EMBE
LAJA
RAN
IND
IKAT
OR
PEN
ILA
IAN
ALO
KA
SIW
AK
TUSU
MBE
R BE
LAJA
R
Tabe
l 5.4
: Con
toh
Peny
usun
an S
ilabu
s te
rinte
gras
i ked
alam
mat
a pe
laja
ran
Baha
sa In
done
sia
Nam
a Se
kola
h
: SM
A/M
A...
Mat
a pe
laja
ran
: Bio
logi
Kela
s/se
mes
ter
: X
/ Sem
este
r 1St
anda
r Kom
pete
nsi
: 3.
Mem
aham
i man
faat
kea
neka
raga
man
hay
ati
3.2
Men
gkom
unik
asik
an
kean
ekar
agam
an h
ayat
i In
done
sia,
dan
usa
ha
pele
star
ian
sert
a pe
-m
anfa
atan
sum
ber
daya
ala
m
Kom
pone
n Ek
osis
tem
-
Dau
r bio
geok
imia
- D
aur a
ir -
Pem
anas
an
g
loba
l dan
pe-
ru
baha
n da
ur a
ir
- Tes
tert
ulis
- Unj
uk K
erja
Buku
Sum
ber y
ang
rele
van
Baha
n:Pe
ta b
ioge
ogra
� du
nia
dan
Indo
nesi
a. G
amba
r/�
lm/f
oto
berb
agai
je
nis
hew
an d
an
tum
buha
n In
done
sia,
iklu
s bi
ogeo
kim
ia
Gam
bar/
char
ta
4 x
45 “
lingk
unga
n se
kita
rnya
dan
men
gide
nti�
kasi
ko
mpo
nen-
kom
pone
n ya
ng m
enyu
sun
ekos
iste
m te
rseb
ut
biot
ik d
an a
biot
ik s
erta
hub
unga
n an
tara
bio
tik
dan
biot
ik d
alam
eko
sist
en te
rseb
ut
lingk
unga
n ka
rena
rusa
knya
ata
u te
rgan
ggun
ya
sala
h sa
tu k
ompo
nen
ekos
iste
m te
rseb
ut
seim
bang
an li
ngku
ngan
pern
ah d
ilaku
kann
ya b
erka
itan
deng
an k
e-se
imba
ngan
eko
sist
em
seko
lah
dan
di s
ekita
r sek
olah
jela
skan
per
an m
ikro
orga
nism
e da
lam
Sikl
us te
rseb
ut
kom
pone
n-ko
mpo
nen
peny
usun
eko
sist
em
huta
n hu
jan
trop
is b
agi
kehi
dupa
n
usah
a pe
lest
aria
n ke
-an
ekar
agam
an h
ayat
i In
done
sia
lest
aria
n ke
anek
a-ra
gam
an h
ayat
i
kepe
dulia
n te
rhad
ap
lingk
unga
n
biog
eoki
mia
pem
anas
an g
loba
l ter
-ha
dap
peru
baha
n da
ur a
ir
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
PEM
BELA
JARA
NG
AG
ASA
N K
EGIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NA
LOK
ASI
WA
KTU
SUM
BER
BELA
JAR
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
PEM
BELA
JARA
NG
AG
ASA
N K
EGIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NA
LOK
ASI
WA
KTU
SUM
BER
BELA
JAR
7.1
Mem
baca
kan
puis
i ka
rya
send
iri d
enga
n la
fal,
into
nasi
, pen
g-ha
yata
n da
n ek
spre
si
yang
ses
uai
Puis
i kar
ya s
endi
ri :
puis
i (la
fal,
into
nasi
, pe
ngha
yata
n,
gera
k-ge
rik,
eksp
resi
Puis
i kar
ya s
endi
ri4
x 45
“
perh
atik
an
- laf
al d
an in
tona
si
- pen
ghay
atan
- m
imik
/ ger
ak d
an e
kspr
esi y
ang
sesu
ai
kary
a se
ndiri
kary
a se
ndiri
den
gan
mem
perh
atik
an :
- l
afal
dan
into
nasi
- p
engh
ayat
an
- mim
ik/ g
erak
dan
ek
spre
si y
ang
sesu
ai
kary
a te
man
kary
a te
man
Nam
a Se
kola
h
: SM
A
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
PEM
BELA
JARA
NG
AG
ASA
N K
EGIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NA
LOK
ASI
WA
KTU
SUM
BER
BELA
JAR
2.2
Men
jela
skan
has
il w
awan
cara
tent
ang
tang
gapa
n na
rasu
mbe
r te
rhad
ap to
pik
tert
entu
Dia
log
yang
ber
upa
tany
a ja
wab
Daf
tar p
erta
nyaa
nRa
ngku
man
has
il w
awan
cara
bent
uk u
raia
nda
ftar
per
tany
aan
4 x
45 “
kalim
at y
ang
efek
tif
waw
anca
ra
pert
anya
an w
awan
cara
hasi
l waw
anca
ra to
pik
tert
entu
hasi
l waw
anca
ra d
enga
n ka
limat
yan
g ef
ektif
hasi
l waw
anca
ra
Nam
a Se
kola
h
: SM
AM
ata
pela
jara
n
: Bah
asa
Indo
nesi
a
Asp
ek
: Ber
bica
ra
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
PEM
BELA
JARA
NG
AG
ASA
N K
EGIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NA
LOK
ASI
WA
KTU
SUM
BER
BELA
JAR
12.2
Mem
prak
tikka
n ke
-te
ram
pila
n da
sar p
er-
tolo
ngan
kec
elak
aan
di a
ir de
ngan
sis
tim
Resu
sita
si Ja
ntun
g da
n Pa
ru (R
JP) s
erta
ni
lai d
isip
lin d
an
tang
gung
jaw
ab
kelo
mpo
k te
ntan
g te
knik
per
tolo
ng-
an p
ada
kece
laka
-an
di a
ir de
ngan
si
stem
RJP
kapa
n se
suai
kece
laka
an d
i air
Tes
Perb
uata
nle
ngka
pan
rena
ng6
x 45
“ke
cela
kaan
di a
ir m
erup
akan
ket
eram
pila
n
kece
laka
an d
i air
resu
sita
si ja
ntun
g da
n pa
ru, m
enut
up k
orba
n de
ngan
sel
imut
elam
atan
kec
elak
aan
di a
ir
di a
ir de
ngan
sis
tem
RJP
bena
r
Tabe
l 5.5
: Con
toh
Peny
usun
an S
ilabu
s te
rinte
gras
i ked
alam
mat
a pe
laja
ran
Penj
as O
rkes
11.2
Mem
prak
tikka
n ke
-te
ram
pila
n da
sar p
er-
tolo
ngan
kec
elak
aan
di a
ir de
ngan
sis
tim
Resu
sita
si Ja
ntun
g da
n Pa
ru (R
JP) s
erta
ni
lai d
isip
lin d
an
tang
gung
jaw
ab
Peny
elam
atan
ke
cela
kaan
di a
irTe
s Pe
rbua
tan
Pera
lata
n/pe
r-le
ngka
pan
rena
ng2
x 45
”ga
ya d
ada
seja
uh 4
00 m
eter
tang
an s
ejau
h 10
met
er. C
ara
mem
egan
g ko
rban
dap
at d
ilaku
kan
deng
an s
atu
tang
an
atau
dua
tang
an, b
erus
aha
dari
bela
kang
ko
rban
dan
yan
g p
alin
g pe
ntin
g ha
rus
men
g-hi
ndar
dar
i cen
gker
aman
kor
ban
yang
pan
ik
dan
mer
onta
-ron
ta k
aren
a ke
taku
tan.
tolo
ngan
pad
a ke
cela
kaan
di a
ir de
ngan
si
stem
RJP
an k
ecel
akaa
n di
air
di a
ir de
ngan
sis
tem
RJP
se
suai
pro
sedu
r yan
g be
nar
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
PEM
BELA
JARA
NG
AG
ASA
N K
EGIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NA
LOK
ASI
WA
KTU
SUM
BER
BELA
JAR
Nam
a Se
kola
h
: SM
AM
ata
pela
jara
n
: P
enja
s O
rkes
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
80
5.1.4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran TerintegrasiRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Setiap guru berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan satu kali pertemuan atau lebih.Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Setiap RPP minimal harus mencakup komponen berikut ini; 1. Tujuan pembelajaran 2. Materi pembelajaran 3. Metode pembelajaran 4. Sumber belajar 5. Penilaian hasil belajar
Rumusan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pada silabus yang sudah mengintegrasikan materi tentang bencana dan kesiapsiagaan bencana selanjutnya diikuti oleh rumusan indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, dan langkah pembelajaran di rencana pelaksanaan pembelajaran yang juga memperlihatkan pengintegrasian materi tentang bencana dan kesiapsiagaan bencana.
Langkah-langkah menyusun RPP sebagai berikut:1. Mengisi kolom identitas 2. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan 3. Menentukan SK, KD, dan indikator yang akan digunakan ( terdapat pada
silabus yang telah disusun) 4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan indikator
yang telah ditentukan. (lebih rinci dari KD dan indikator, pada saat-saat tertentu rumusan indikator sama dengan tujuan pembelajaran, karena indikator sudah sangat rinci sehingga tidak dapat dijabarkan lagi.)
5. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
81
6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Untuk pembejaran IPS dapat menggunakan metode yang bervariasi, yaitu ceramah, diskusi, simulasi, pemberian tugas, pemecahan masalah, dll dengan memfokuskan kegiatan belajar aktif serta komunikasi dua arah.
7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.
8. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan 9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik
penskoran, dll.
Kotak 5.1 Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : X/1
Topik /tema : Pengurangan Risiko Bencana Banjir (sebelum Terjadi Bencana)
Kompetensi Dasar : Mampu menjelaskan penyebab banjir dan cara pencegahannya, gejala awal banjir, tindakan darurat yang harus segera dilakukan apabila akan terjadi banjir
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai Siswa mampu menjelaskan penyebab banjir dan bertindak mengurangi risiko bencana banjir
Materi pembelajaran
1. Penyebab banjir dan cara pencegahannya ( pengetahuan tentang atmofer dan hidrosfer serta
dampaknya terhadap kehidupan, tata wilayah, pengalihan fungsi lahan, pelapukan)
2. Gejala awal banjir ( pengetahuan tentang siklus air, hujan)
3. Tindakan darurat sebelum banjir ( membuat alat evakuasi membersihkan lingkungan)
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
82
Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan awal
Menggali informasi tentang penyebab banjir dengan menggunakan peta konsep manfaat hutan dan pengelolaannya agar tidak terjadi banjir atau menceritakan perbedaan manusia zaman dulu dengan manusia zaman sekarang dalam mengelola sumber daya .
2. Kegiatan inti
Mendiskusikan lapisan atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan makhluk di bumi
Menggunakan peta untuk mengetahui daerah-daerah banjir dan mengkaitkannya dengan penyebab banjir
Mendiskusikan penyebab-penyebab banjir ditinjau dari berbagi faktor ,antar a lain curah hujan yang tinggi, kesalahan dalam perencanaan pembangunan, pendangkalan sungai, tatawilayah, kependudukan dan peralihan fungsi lahan
Melakukan penelitihan sederhana tentang penyebab banjir .Melaporkan hasil atau mengkomunikasikan pada masyarakat untuk mngurangi
risiko bencana banjir. Melakukan tindakan untuk mengurangi risiko banjir misalnya, tidak merusak
lingkungan, membuat alat-alat evakuasi sederhana( membuat rakit, menanam bambu, pohon pisang.
3. Kegiatan penutup
Memantapkan jawaban siswa saat diskusi antara lain : penyebab banjir antara lain pengalihan fungsi lahan, sungai tidak mampu menampung luapan air ( pendangkalan), penggundulan hutan, perilaku dalam membuang sampah.
Refleksi Contoh : indonesia sangat rentan terhadap bencana, penyebabnya bermacam-
macam, misalnya hujan , kerusakan lingkungan , pelapukan. Oleh karena itu kita arus bisa mengelola lingkungan secara arif untuk mengurangi risiko bencana banjir.
Tanya jawab yang sifatnya memperluas wawasan siswa. Bagaimana kondisi bendungan di daerah setempat, berapa umur bendungan.
4. Penilain hasil belajar
Dilakukan terhadap proses maupun hasil dengan menggunakan tes
5. Sumber Belajar
Lingkungan alam dan budaya Penduduk TV, internet, surat kabar/majalahPeta setempat dan peta Indonesia Alat-alat evakuasi seperti rakit dari pohon pisang, pohon bambu, ember, ban
bekas, drum minyak.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
83
Kotak 5.2 : Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester :
Topik : Pengurangan Risiko Bencana Banjir (saat terjadi Bencana)
Kompetensi Dasar : Mampu menghindari dan menyelamatkan diri dari bencana
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai siswa mampu menghindari dan menyelematkan diri dari bencana serta membantu sesama dalam Pengurangan Risiko Bencana.
Materi Pembelajaran
1. Mengenal macam-macam alat evakuasi sederhana yang digunakan saat banjir
2. Menggunakan alat-alat evakuasi sederhana saat banjir
3. Peduli lingkungan dan sesama.
Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan awal
Menggali informasi tentang risiko-risiko yang terjadi jika terlambat penangan- an bencana banjir
Beberapa anak bercerita tentang pengalaman sewaktu banjir.
2. Kegiatan inti
Diskusi alat-alat evakuasi yang bisa digunakan untuk menyelamatkan barang-barang berharga seperti : ijasah, sertivikat rumah, TV, komputer.
Berlatih menggunakan alat-alat evakuasi sederhana Menggunakan alat-alat evakuasi sederhana : tali, rakit dari ember, papan,
bambu, pohon pisang secara tepat Mencari lokasi ke posko-posko terdekat.
3. Kegiatan penutup
Tes bagaimana mengevakuasi diriMembantu sesama Refleksi
PenilaianDengan tes unjuk kerja
Sumber belajar1. Penduduk2. Alat-alat evakuasi yang digunakan3. TV
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
84
4. Alat-alat tanda bahaya5. Posko banjir6. Makanan yang layak , obat-obatan, pakaian.
Kotak 5.3: Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : ................
Topik : Pengurangan Risiko Bencana Banjir (setelah terjadi Bencana)
Kompetensi Dasar : 1. Mampu mempraktekkan tindakan pemeliharaan lingkungan agar tidak banjir
2. Mempraktekkan tindakan pengurangan risiko bencana banjir secara bekerja sama dengan teman sekolah, organisasi setempat ataupun masyarakat
3. Mampu beradaptasi dalam situasi setelah banjir
Tujuan pembelajaran
1. Setelah pembelajaran selesai siswa mampu mempraktekkan tindakan pemeliharaan lingkungan
2. Mempraktekkan tindakaan pengurangan risiko bencana
3. Mampu beradaptasi dalam situasi setelah banjir
Materi Ajar
1. Penerapan metode memanen hujan
2. Menerapan pembangunan yang berwawasan lingkungan
3. Menjaga kualitas lingkungan
Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan awal
Introspeksi terhadap perilaku yang memicu terjadinya banjirTanya jawab dampak banjir terhadap kehidupan , misalnya banyak korban
harta dan nyawa, ekonomi lumpuh, penyakit muncul dimana-mana.Tanya jawab tindakan yang dilakukan setelah banjir
2. Kegiatan inti
Mendiskusikan tindakan melesarikan lingkunganMelakukan tindakan pemeliharaan lingkunganKerjasama dengan pemerintah untuk mencari saudara-saudara yang terpisahDiskusi pola pembangunan yang berwawasan lingkunganMencari informasi tentang peraturan pemerintah tentang pemanfaatan
lingkungan
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
85
Membuat laporan hasil diskusi.
3. Kegiatan penutup
Pemantapan jawaban siswaRefleksiPerluasan wawasan siswa
PenilaianTes tertulisTes penugasanTes unjuk kerja
Sumber belajarLingkunganPohon untuk penghijauanPeta tata kotaPeraturan-peraturan pemerintah yang relevan
5.1.5. Penyusunan Bahan AjarBahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Jadi dapatlah dikatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Sedangkan fungsi bahan ajar adalah : 1. Pedoman bagi guru 2. Pedoman bagi siswa3. Alat evaluasi
Tujuannya adalah: 1. Membantu siswa 2. Memberikan banyak pilihan 3. Memudahkan guru4. Lebih menarik
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
86
Langkah-langkah menyusun bahan ajar yang mengintegrasikan PRB tsunami 1. Memahami teknik penyusunan bahan ajar 2. Mengidentifikasi materi pembelajaran tentang PRB tsunami 3. Menganalisis kompetensi dasar yang dapat diintegrasikan materi PRB
tsunami 4. Menyusun Silabus dan RPP yang mengintegrasikan materi PRB tsunami 5. Menyusun bahan ajar yang mengintegrasikan materi PRB tsunami
Kotak 5.4: Contoh Model Bahan Ajar Integrasi Pengurangan Risiko Banjir pada mata pelajaran
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/Semester : X/1
Topik /tema : Pengurangan Risiko Bencana Banjir (sebelum Terjadi Bencana)
Kompetensi Dasar : Mampu menjelaskan penyebab banjir dan cara pencegahannya, gejala awal banjir, tindakan darurat yang harus segera dilakukan apabila akan terjadi banjir
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai siswa mampu menjelaskan penyebab banjir dan bertindak untuk mengurangi risiko bencana banjir
Indikator:
1. Menjelaskan penyebab banjir dan cara pencegahannya
2. Menjelaskan gejala awal banjir
3. Menjelaskan Tindakan darurat yang akan dilakukan apabila akan terjadi banjir
4. Menjelaskan tindakan yang perlu dilakukan setelah terjadi banjir
5. Tanggung jawab dan siap bekerjasama dalam membantu upaya pengurangan risiko bencana banjir
Kegiatan
Pertemuan Pertama
1. Untuk menambah wawasan tentang pengertian dan penyebab banjir, tugaskan siswa mendiskusikan tentang arti banjir dari segi penyebabnya dengan menggunakan gambar skema di bawah ( skema masih bisa dikembangan lebih lanjut oleh siswa)
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
87
.
Dulunya hutanbambu,fungsinya?
Sampah, mengapa di buangke sungai?
Entahlah, mungkin karena curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air.Dulunya hutan bambu dan disana sawah, banyak yang dijual ke pengembang.
Mengapa terjadi banjir?
Bendungan fungsi wadukuntuk pengairan sawah.sekarang bobol?
Banjir kiriman tiaptahun dari Bogor.
Bagaimana dengantopogra� tanah.
Belakang rumah saya ada sungai pak? Biasanya tidak sampai ke rumah? Orang sini kalau buang sampai ke sungai, seharusnya dibuatkan lubang dan dibakar.
Gambar: Schema Penyebab banjir
Berdasarkan pengalaman atau pengamatan langsung atau pengetahuan membaca buku/internet dan sebagainya tugaskan siswa membaca peta topografi ( = peta yang menggambarkan semua kenampakan alam dan kenampakan cultural/buatan manusia), kemudian menafsirkan pada peta tempat /daerah – daerah banjir, mengaitkan peta topografi dengan daerah-daerah yang berpotensi mengalami banjir, mengapa daerah tersebut sering banjir?
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
88
Atau
1. Tugaskan siswa mendatangi lokasi yang pernah mengalami bencana banjir, melakukan wawancara dengan penduduk setempat tentang penyebab terjadinya banjir yang melanda rumah penduduk. Supaya memiliki wawasan, sebelum melakukan wawancara siswa perlu membuat perencanaan dengan membuat peta konsep tentang banjir. Mendiskusikan hasil wawancara dan membuat laporan tugas.
2. Mengapa terjadi banjir dengan mengenal kenampakan alam dan buatan ?Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan berita banjir karena jebolnya tanggul Situ Gintung. Apakah hal ini kesalahan manusia karena tidak terawat atau umurnya yang sudah tua, yang jelas jebolnya situ mengakibatkan banjir dan banyak menelan korban jiwa maupun harta. Apakah daerah kita juga memiliki bendungan atau dam bendungan atau. Dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air, menjadi waduk, danau,atau tempat rekreasi.
Tugaskan siswa mencari informasi tentang bendungan atau situ atau dam daerah setempat, kemudian membuat laporan tugasYang perlu dipersiapkan yaitu peta konsep tentang bendungan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
89
Contoh:Sejak zaman Belanda sampai sekarang telah banyak dibangun bendungan. Misalnya bendungan Jatiluhur di Jawa Barat,bendungan Saguling di Citarum, waduk Gajah Mungkur di Wonogiri –Jawa tengah. Bendungan.. Apakah di daerah siswa ada bendungan atau waduk? fungsi untuk apa? berapa umur bendungan, bagaimana memelihara bendungan? (peta konsep ini dapat dikembangkan oleh siswa).Dan siswa diminta membuat rasional kaitan antara fungsi bendungan dengan bencana banjir.
Irigasi
Menahan air hujan
Apa fungsi
bendungan?
Berapa lama umur bendungan?
Dan sudah berapa lama? Bagaimana
memelihara bendungan?
Apa lagi ya?
Mengapa bendungan
jebol?
Mengapa daerah sekitar ... tidak
boleh untuk rumah ?
Kurang terpelihara
Alih fungsi
Situ
Bendungan
Dam
???
1
2
4
5
6
(sumber:http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aid%3Aofficial&tab=ni|
Pertemuan kedua
1. Mengapa banjir terjadi dengan mengenal fungsi hutan dan pengelolaannya? Ajukan pertanyaan: pernahkah kita berpikir bagaimana hutan bisa mencegah terjadinya banjir? apa fungsi hutan ? apakah fungsi hutan? bagaimana cara mengelola hutan? coba tugaskan siswa mendiskusikan masalah hutan sebagai penyebab banjir.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
90
Sebaiknya siswa membuat peta konsep tentang hutan.
Contoh:
Apa fungsi hutan?
Bagaimana sifat �sik hutan ?
Bagaimana pengelolaan hutan ?
Sumber devisa
bagi negara
Apa hutan?
Dampaknya terhadap kehidupan
Gerakan menanam seribu pohon
Jakarta - Menteri Kehutanan MS Kaban mengibaratkan kerusakan hutan di Indonesia sudah masuk kanker stadium 4. Apabila tidak ada penanganan yang tepat, maka dalam kurun waktu 15-30 tahun ke depan Indonesia akan menuai bencana.Detik.com.
(sumber::http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aid%3Aofficial&tab=ni|
Contoh hasil diskusi siswa?Hutan sangat banyak manfaatnya antara lain secara ekonomi sebagai sumber devisa negara ( ingat berapa persen GNP dari hasil hutan) . Secara fisik akar pohon dapat menyerap air hujan dan mencengkeram tanah supaya tidak longsor, memperbaiki kualitas air sehingga tetap jernih karena air hujan telah disaring . Selain itu akar juga berfungsi menyimpan air, hal ini bisa menjaga keseimbangan sirkulasi air dalam tanah.Apa manfaatnya ? bisa kita rasakan bahwa musim kemarau tidak kekeringan dan musin hujan tidak banjir.secara estetika dapat menambah keindahan.Namun apa yang terjadi dengan hutan kita? Karena kita anggap sebagai barang komoditas maka hanya memikirkan keuntungan tanpa memikirkan dampaknya pada kehidupan, sehingga terjadi kelangkaan sumber daya alam. Apa yang terjadi dengan bumi kita jika tidak ada pohon atu hutan? Bumi kita sekarang ini sedang dilanda Global Warming atau lebih dikenal dengan istilah pemanasan global. Dengan adanya pohon sangat membantu dalam pencegahan global warming.Kita sambut baik program pemerintah menanam seribu pohon.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
91
Untuk perluasan wawasan siswa.
Guru menggali informasi dari siswa untuk membandingkan manfaat hutan zaman dulu dan sekarang ini.(Coba perhatikan gambar dan penjelasannya pada nomor a dan b dibawah)
1. Manfaat hutan zaman dulu
Hutan di Indonesia sangat banyak jenisnya.Untuk menjelaskan manfaatnya, kita ambil salah satu hutan yaitu bakau. Hutan sebagai sumber makanan , contoh (perhatikan gambar berikut):
Aku harus berburu , mencari buah-buahan dari tumbuhan liar/alami.
(Sb gambar :pusdiklatgeologi)
Sebagai tempat hunian, untuk menghindari binatang buas.
Sebagai tempat hunian.( Sumber gb:Meinsacht.
wordpress.com)
Untuk kayu bakar sebagai penghangat tubuh, dan mengusir binatang buas..
Untuk mencari kayu bakar.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
92
2. Manfaat hutan saat ini
Sekarang ini hutan dapat dimanfaatkan untuk : Manfaat ekonomi
Hutan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, contoh hutan bakau Mengapa ?
contoh :
Letaknya? Antara lain : Dangkalan
Sunda, pantai timur Sumatera, pantai barat dan Selatan Kalimantan, pantai utara
Jawa. Bagian Timur Indonesia di tepi dangkalan Sahul, Teluk Bintuni di Papua.
(Sb Wikipedia)
Luas di Indonesia antara 2,5 dan 4,5j uta hektar
(Sb Wikipedia)
Obat-obatan.
Bahan baku kertas.
b : Krivakertas
Kayu bakar.
Sumber : ktkabtangerang
Sumber devisa negara.
(sumber gambar: Kabarindonesia.com)
Apa manfaat hutan bakau?
( Sumber 118.98.213.22)
(sumber : http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aid%3Aofficial&tab=ni|
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
93
Manfaat lingkungan
Menyerap air tanah.
Tempat bersarang ikan-kan.
Menurunkan kondisi gas CO2 di atmosfer.
sumber : cartoonstock.com)
Sb:iwanrakelta.wordpress.com)
Menahan abrasi pantai
Menahan instrusi air laut
(Sb: yanstron.wordpress.com)
Tempat wisata alam
sumber : wisata.voucher-hotel.com
(sumber : http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aid%3Aofficial&tab=ni|)
3 KegiatanMengapa terjadi banjir dengan menganalisis perilaku masyarakat dalam membuang sampah?Sering tidak disadari bahwa perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari dapat memicu terjadinya banjir , misalnya membuang sampah ke sungai. Hal ini karena pengetahuan yang kurang atau pendidikan yang minim atau kebiasaan atau aturan yang tidak ada.Mengapa hal ini penyebab banjir? Apa yang terjadi dengan sampah sebelum banjir?1. Tugaskan siswa mengaitkan bagan gambar berikut ( bagan bisa
ditambah sendiri oleh siswa) dengan proses terjadinya banjir.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
94
perilaku buang sampah
Aliran air terhambat
Pembusukan dan pendangkalan sungai.
Membersihkan sampah secara rutin
Buang sampah pada tempatnya
Bagaimana mengelola sampah sehingga memiliki nilai ekonomis dan mengurangi
(sumber : http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aid%3Aofficial&tab=ni|)
Mengapa terjadi banjir dengan menganalisis laju pertumbuhan penduduk negara kita?
Sekarang banyak lahan pertanian/perkebunan/hutan/sungai/laut yang berubah fungsi menjadi tempat hunian atau tempat usaha dagang (Mall).Apakah ini akibat dari jumlah penduduk bertambah sangat pesat? Apa yang mereka perlukan? mungkin pekerjaan sehingga muncul industri yang memicu peralihan lahan menjadi gedung (perusahaan, mall-mall sebagai lapangan usaha modern). Mungkin mereka membutuhkan tempat tinggal. apa akibatnya? 1. Coba tugaskan siswa mencari informasi tentang keterkaitan laju
pertumbuhan penduduk dengan terjadinya bencana banjir. Informasi bisa melalui pengamatan, pengalaman pribadi, wawancara dengan penduduk, internet atau sumber lain yang relevan, mendiskusikan hasilnya. Siswa bisa menggunakan peta konsep dibawah untuk dikembangkan)
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
95
Masalah pertambahan penduduk ?
Masalah kepadatan penduduk
Kebutuhan air
bersih ?
Bagaimana perubahan
pemanfaatan lahan untuk
mata pencaharian
penduduk?
Masalah tempat tinggal
Perilaku penduduk dengan buang limbah sembarangan
(sumber : http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=firefoxa&rls=org.mozilla%3Aid%3Aofficial&tab=ni|)
Pertemuan ketiga
Tindakan Saat Terjadi Banjir Setiap tahun kita mengalami musim hujan. Yang menjadi pemikiran adalah apakah musim hujan banyak membawa manfaat. Mengapa? Berikut merupakan contoh fakta tentang manfaat hujan bagi manusia .
Irigasi untuk 439 Ha Sawah Kering [NGANJUK] Sebanyak lima dari enam waduk di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur (Jatim) kekeringan. Salah satunya adalah Waduk Kedungsengon, di Desa Balunggebang, Kecamatan Gondang. Waduk yang semula memasok irigasi teknik sawah seluas 439 hektare (ha) di empat desa,
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
96
yakni Balonggebang, Ngujung, Sanggrahan, dan Karangsemi, Kecamatan Gondang, kini tak berfungsi.
“Karena Waduk Sengon kering, petani hanya mengandalkan aliran air dari Waduk Sumberkepuh di Kecamatan Lengkong, satu-satunya bendungan besar di Nganjuk yang masih mengaliri lahan pertanian,” ujar Kusyono, penjaga Waduk Kedungsengon, Kamis (6/8).
Dalam kondisi normal, Waduk Kedungsengon yang dibangun 1973 memiliki debit air 560.000 meter kubik per detik (m3/detik) dan mampu menampung 2,5 juta m3. Kapasitas waduk mampu memasok air irigasi teknis untuk 12.000 ha sawah. Sejak awal Juli hingga Agustus, waduk dengan kedalaman delapan meter tersebut mengering.Menyusul kondisi kekeringan kali ini, sekitar 439 ha tanaman padi di empat desa terdekat gagal panen. Petani setempat terpaksa mengganti tanaman padi dengan tanaman palawija. Kondisi kekeringan kali ini dinilai warga jauh lebih cepat dari perkiraan. Tahun-tahun sebelumnya, Waduk Kedungsengon baru mengering sekitar September. “Sekarang ini sejak akhir Juni, air mulai menyusut kemudian Juli habis dan sekarang mulai mengering,” katanya.Sumber: Labels: Development, Economic, Environment, Farming, Food, Water, 2009-08-07
Banyak orang menganggap bahwa banjir adalah bencana yang menimbulkan korban jiwa maupun harta/kekayaan. Berikut adalah contoh banjir yang mendatangkan bencana.
Kemana kami harus bertahan hidup?
Jalan macet dimana-mana, pemborosan ?
SAAT BANJIR
Ribuan hektar sawah /padi siap panen terendam banjir
Ekonomi lumpuh
Forum Views (0) Forum Replies (0) Pemprov Minta Pabrik Korban Banjir Turut Direlokasi BANDUNG -- Pemprov Jabar meminta pemerintah pusat merelokasi pabrik yang menjadi korban banjir di Kecamatan Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan Baleendah, Kabupaten Bandung. Setiap kali banjir, sedikitnya 80 pabrik di tiga kecamatan tersebut tidak beroperasi. Wakil Gubernur Jabar, Nu'man Abdul Hakim, menjelaskan, rencananya Bappenas akan mengalokasikan dana antisipasi banjir di Kabupaten Bandung sekitar Rp 30 triliun.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
97
Lalu tindakan apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana?
Tindakan menyelamatkan bidang usaha/ekonomi (1)
1. KegiatanSetiap terjadi banjir seseorang atau masyarakat harus melakukan tindakan guna Pengurangan Risiko Bencana. Tindakkan apa yang harus dilakukan seseorang ketika sedang bekerja di suatu pabrik.
Sebagai jawaban, tugaskan siswa mencari informasi dengan menggunakan peta konsep di bawah (peta konsep ini masih bisa dikembangkan oleh siswa)?
Contoh skema ini masih bisa dikembangkan berdasarkan temuan, pengalaman, wawancara, baca internet dan lain sebagainya.Hasil identifikasi dikomunikasikan di kelas.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
98
Saat kerja di pabrik
Menyimpan dokumen penting di lantai atas bila gedung bertingkat,mengapa?
Matikan aliran
listrik, mengapa?
Matikan mesin yang sedang digunakan, mengapa?
Membunyikan tanda sirine
Memakai baju pelampung
Gunakan ban atau perahu karet saat keluar pabrik
Melakukan pendataan ulang
terhadap barang yang rusak, hilang, masih laik pakai dan menghitung kerugian yangdialami.
Tindakan Saat Banjir (2)(Apa yang harus dilakukan ketika di rumah)1. Kegiatan
Jika rumah sudah tergenang air seberapun tingginyanya , perlu tindakan darurat .
Contoh gambar bagan tindakan yang harus dilakukan saat banjir ( dikembangkan lebih lanjut oleh siswa.)
2. Tugaskan siswa mendiskusikan tindakan yang perlu dilakukan warga saat terjadi banjir
Tindakan saat banjir (3)1. Kegiatan
Banjir merupakan bencana yang harus ditangani bersama antara pemerintah dan masyarakat.Apa yang dilakukan oleh pemerintah saat banjir ? (skema ini bisa dikembangkan sendiri oleh siswa)
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
99
SAAT BANJIR
Menggunakan ban karet atau ban bekas
Menyimpan barang berharga di lantai atas
Keluar ke tempat aman dgn getek, atau papan Menuju tempat
pengungsian minta pertolongan
Memutuskan aliran listrik
Mengunci pintu rumah
Perlu keamanan lingkungan
Mengatur debit air
Menyediakan prahu karet
Mendatangkan tim medis ke daerah banjir
Menyediakan posko banjir
Peringatan dini dengan sirine
Meninjau banjir
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
100
SAAT BANJIR
Menggunakan ban karet atau ban bekas
Menyimpan barang berharga di lantai atas
Keluar ke tempat aman dgn getek, atau papan Menuju tempat
pengungsian minta pertolongan
Memutuskan aliran listrik
Mengunci pintu rumah
Perlu keamanan lingkungan
Mengatur debit air
Menyediakan prahu karet
Mendatangkan tim medis ke daerah banjir
Menyediakan posko banjir
Peringatan dini dengan sirine
Meninjau banjir
Pertemuan keempat
Tindakan Sesudah Terjadi Banjir (1)
Banyak cara yang ditempuh pemerintah sesudah banjir, agar bisa mengurangi risiko yang akan datang. Penanganan dapat bersifat fisik maupun non fisik., contoh (perhatikan gambar bagan berikut):
Reboisasi hutan
gundul
.
Menggunakan lahan sesuai dengan fungsinya
Penataan tata kota dengan memperhatikan pola keruangan
Memelihara situ
Melindungi hutan dari ancaman kepunahan.
Kerja bakti membersihkan got/saluran air
Mengecat rumah
Menyediakan tempat sampah dan memilah sampah kering non organik dan sampah basah non organik
Jemur barang
APA LAGI dan APA LAGI ?
Iklan bebas banjir?
Sempat ber�kir pindah /jual rumah
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
101
Tindakan Sesudah Banjir (2)
Apa yang dirasakan masyarakat sesudah banjir. Banyak sekali risiko yang ditanggung. Misalnya : rumah menjadi kotor, dinding bangunan retak, lembab, timbulnya berbagai penyakit menular, mahalnya harga bahan makanan , tempat hunian tidak laku lagi dijual, belum lagi rumah yang roboh sehingga perlu renovasi. Berikut ini adalah contoh tindakan yang dilakukan masyarakat sesudah banjir.(siswabisa mengembangkan lebih lanjut)
Reboisasi hutan
gundul
.
Menggunakan lahan sesuai dengan fungsinya
Penataan tata kota dengan memperhatikan pola keruangan
Memelihara situ
Melindungi hutan dari ancaman kepunahan.
Kerja bakti membersihkan got/saluran air
Mengecat rumah
Menyediakan tempat sampah dan memilah sampah kering non organik dan sampah basah non organik
Jemur barang
APA LAGI dan APA LAGI ?
Iklan bebas banjir?
Sempat ber�kir pindah /jual rumah
Tindakan sesudah banjir (3)
( penyimpanan dokumen tentang peristiwa banjir)Menyimpan dan mempelajari data sejarah kawasan rawan banjir. Data tersebut tidak boleh hilang dan terus diperbaharui bila ada perubahan kejadian. Hal ini sebagai perbandingan dengan data banjir terdahulu dan sebagi informasi peringatan yang akan datang. Hal-hal yang perlu dicatat dalam data tersebut antara lain1. Analisis kekerapan banjir.2. Pemetaan tinggi rendah permukaan tanah (topografi).3. Pemetaan bentangan daerah seputar sungai (kontur sekitar sungai)
lengkap dengan perkiraan kemampuan sungai itu untuk menampung lebihan air.
4. Catatan pemantauan lelehan salju / es dan kelongsoran tebing / daerah hulu.Kemampuan tanah untuk menyerap air.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
102
5. Catatan pasang surut gelombang laut (untuk kawasan pantai/pesisir). Kekerapan badai.
6. Geografi pesisir / pantai.7. Ciri-ciri banjir.8. Cara efektif untuk memantau jalur banjir adalah lewat teknik-teknik
penginderaan jauh, misalnya Landscape.
Tindakan sesudah banjir (4)(Bidang pendidikan)
Memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada masyarakat untuk mengantisipasi banjir , antara lain1. Memberi penjelasan adanya kerugian fisik dan non fisik, karea 2. Memberi informasi tentang siklus air3. Pengaturan tata guna tanah4. Pengurangan kepadatan penduduk5. Larangan penggunaan tanah untuk fungsi-fungsi tertentu
Kegiatan akhir1. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan belajar yang
telah dilakukan
Penilaian
Tes esai
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!1 Jelaskan penyebab banjir !2. bagaimana cara mencegah banjir?3. Tindakan apa yang akan dilakukan apabila terjadi banjir?4. Tindakan apa yang dilakukan saat terjadi banjir?5. Upaya apa yang dilakukan setelah terjadi banjir?
5.2. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana pada Mata Pelajaran Muatan Lokal (Mulok)
5.2.1. Analisis konteks mata pelajaran muatan lokalKontek secara umum diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana sesuatu berada atau terjadi. Analisis konteks adalah usaha untuk mengerti dan memahami lingkungan, baik fisik mapun non fisik yang kemudian dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.Hilda Taba (1962) memberikan istilah analisis situasi, yang didefinisikan sebagai penyelidikan mendetail
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
103
mengenai konteks dimana sebuah kurikulum akan diterapkan, dan aplikasi dari analisis tersebut terhadap kurikulum yang sedang dikembangkan.
Bagaimana melakukan analisis konteks?1. Kumpulkan informasi dan diskusikan konteks dan komunitas yang ada di
lingkungan. Misalnya: Banjir di Jakarta maka perlu didiskusikan dengan masyarakat sekitar korban banjir, masyarakat yang terkena dampak banjir, pemerintah daerah setempat dalam hal ini PEMDA DKI, daerah penyangga banjir lainnya ( misalnya PEMDA Kota /Kabupaten Bogor) ., sekolah (komunitas guru misalnya MGMP)
2. Identifikasi sumber data kualitatif dan kuantitatif yang dianalisis, pertimbangkan mengenai data sistem pembelajaran dan partisipasi siswa, data sekolah dan kelas, personal (guru dan staf ) , sejarah lokal, serta persepsi komunitas, pertimbangkan pula masukkan dari guru, siswa dan orag tua.
3. Lakukan mapping terhadap konteks masyarakat/daerah/sekolah4. Kembangkan analisis dengan pertanyaan pokok berikut Dimana kita sekarang? merupakan analisis komprehensif, misalnya
terhadap kondisi sekarang, permasalahan yang perlu dipecahkan, sumber daya yang tersedia dan kekurangan yang ada
Kemana tujuan kita? menunjukkan pada aktivitas memperkokoh pengertian dari prinsip-prinsip yang mengarahkan kegiatan dan tujuan jangka menengah, jangka panjang kita.
Bagaimana mencapainya dan melalui langkah-langkah yang bagaimana? merupakan pengembangan strategi untuk mencapai tujuan.
Apa yang kita miliki? merupakan analisis terhadap sumber daya yang kita miliki.
Dengan siapa kita bekerja?idenifikasi terhadap semua pihak yang terlibat.Perlu inisiatif dalam hal mobilisasi dan modal untuk mengorganisir partisipasi mereka.
Apa yang perlu dilakukan dalam jangka pendek? merupakan pengembangan dari tujuan langsung dan komitmen untuk mengimplementasikan kebijakan dengan memperhatikan kenyataan dan keberagaman dalam konteks yang ada.
Kesulitan apa yang dihadapi, peratuan apa yang terkait dan hasil seperti apa yang diharapkan.
NO
.KO
ND
ISI S
EKA
RAN
GA
SPEK
YA
NG
DIA
NA
LISI
SKO
ND
ISI Y
AN
G D
IHA
RAPK
AN
- Dae
rah-
daer
ah te
rten
tu s
erin
g te
rken
a m
usib
ah b
anjir
kar
ena
leta
k-ny
a d
i DA
S, D
atar
an re
ndah
, saw
ah- K
esad
aran
mas
yara
kat m
enja
ga k
ualit
as li
ngku
ngan
hid
up m
asih
re
ndah
, mis
alny
a m
embu
ang
sam
pah
dise
mba
rang
tem
pat,
men
g-gu
naka
n su
mur
inje
ksi,
men
eban
g po
hon
untu
k ko
mod
itas
- Ada
nya
urba
nisa
si b
esar
-bes
aran
yan
g be
rdam
pak
pada
pe
nyem
pita
n la
han
resa
pan,
kel
angk
aan
air.b
ersi
h, ru
mah
kum
uh
Mas
yara
kat
- Tid
ak m
endi
ami d
aera
h al
iran
sung
ai k
aren
a di
fung
sika
n se
baga
i dae
rah
peng
hija
uan.
- Men
gelo
la s
ampa
h de
ngan
bai
k da
n be
nar s
ehin
gga
mem
iliki
nila
i eko
nom
is- M
embu
at s
umur
resa
pan
- Men
anam
poh
on d
isek
itar r
umah
- Men
jaga
keb
ersi
han
lingk
unga
n- M
enci
ptak
an k
erja
man
diri
di d
esa
- Kaj
ian
tent
ang
banj
ir ha
nya
seba
tas
cont
oh-c
onto
h pe
mbe
laja
ran
atau
pen
geta
huan
yan
g ad
a di
SK/
KD s
aja,
hal
ini s
anga
t min
im k
aren
a be
lum
sam
pai p
ada
tinda
kan
dan
sik
ap m
enga
ntis
pasi
terja
diny
a ba
njir
- Sek
olah
kor
ban
banj
ir : b
elum
mel
akuk
an k
oord
inas
i den
gan
mas
yara
kat,
pem
erin
tah
daer
ah s
etem
pat u
ntuk
mem
ikirk
an
pend
idik
an y
ang
berb
asis
mas
yara
kat b
anjir
Seko
lah
- Per
luny
a m
ulok
pili
han
tent
ang
banj
ir m
engi
ngat
dae
rah
peny
angg
a ba
njir
berp
oten
si m
emic
u te
rjadi
nya
banj
ir.
Cont
oh M
ulok
Pen
didi
kan
Berw
awas
an K
ualit
as L
ingk
unga
n H
ijau
1. 2. 3.- B
elum
men
gang
kat p
endi
dika
n PR
B ba
njir
men
jadi
mul
ok w
ajib
- B
elum
mam
pu m
elak
ukan
rea
loka
si te
mpa
t-te
mpa
t pem
ukim
an
yang
men
jadi
pem
icu
terja
diny
a ba
njir
- Pem
elih
araa
n te
rhad
ap b
endu
ngan
, situ
bel
um m
aksi
mal
PEM
DA
- Per
lu m
ulok
waj
ib
Cont
oh A
nalis
is K
onte
ks M
ata
Pela
jara
n M
ulok
Tabe
l 5.6
: Con
toh
Ana
lisis
Kon
teks
Mat
a Pe
laja
ran
Mul
ok
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
105
5.2.2. Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Pengurangan Risiko BanjirDibawah ini merupakan contoh penyusunan standar kompetensi dan kompe-tensi dasar untuk mata pelajaran muatan lokal
Tabel 5.7: Contoh Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
untuk Mata Pelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
MATERI AJAR
Memahami pengelolaan lingkungan (alam dan buatan) dan dampaknya terhadap kehidupan makhluk di bumi
1.1 Menganalisis kualitas lingkungan sebagai penyebab terjadinya bencana banjir1.2 Mendeskripsikan tindakan saat terjadinya bencana banjir1.3 Mengidenti�kasi cara-cara mengelola lingkungan untuk mengurangi risiko bencana banjir
- Kualitas Lingkungan Sebagai penyebab Banjir- Tindakan saat terjadi Bencana Banjir- Pengurangan ResikoRisiko Bencana Banjir
5.2.3. Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir
Dibawah ini merupakan contoh penyusunan silabus untuk mata pelajaran muatan lokal
1.1
Men
gana
lisis
kua
litas
lin
gkun
gan
alam
dan
bu
atan
seb
agai
pen
ye-
bab
terja
diny
a be
ncan
a ba
njir
- Kua
litas
Lin
gkun
g-an
seb
agai
pen
y-eb
ab B
anjir
- Tan
ya ja
wab
tent
ang
peng
elol
aan
lingk
unga
n al
am:h
utan
den
gan
men
g-gu
naka
n pe
ta k
onse
p pe
man
faat
an
sum
ber k
ekay
aan
alam
- Men
ggal
i inf
orm
asi t
enta
ng p
eng-
ertia
n ba
njir
- Men
gum
pulk
an in
form
asi t
enta
ng
peny
ebab
ban
jir- M
endi
skus
ikan
pen
yeba
b te
rjadi
nya
banj
ir- M
embu
at k
esim
pula
n pe
nyeb
ab te
r-ja
diny
a ba
njir
- Men
jela
skan
car
a m
enge
lola
lin
gkun
gan
- Men
jela
skan
sirk
ulas
i air
- Men
jela
skan
terja
diny
a ba
njir
- Per
form
ance
test
- Tes
pen
ugas
an- T
es te
rtul
is- T
es li
san
- Mas
yara
kat
- Lin
gkun
gan
alam
dan
bu
atan
- Med
ia c
etak
: buk
u ya
ng re
leva
n- M
edia
ele
ktro
nik
: TV
, int
erne
t
1.2
Men
desk
ripsi
kan
tin
daka
n s
aat t
erja
di-
nya
benc
ana
banj
ir
Tind
akka
n sa
at te
r-ja
di b
anjir
- Men
ggal
i inf
orm
asi t
inda
kan
yan
g di
laku
kan
di b
idan
g us
aha
ekon
omi
saat
ban
jir- M
engg
ali i
nfor
mas
i tin
daka
n m
asya
raka
t saa
t ter
jadi
ban
jir- M
engg
ali i
nfor
mas
i tin
dakk
an
pem
erin
tah
saar
ban
jir- M
engg
ali i
nfor
mas
i tin
daka
n se
kola
h sa
at te
rjadi
ban
jir
- Mem
beri
cont
oh k
esia
pan
men
tal
dan
�sik
saa
t ter
jadi
ben
cana
- Men
gide
nti�
kasi
tind
akan
yan
g di
laku
kan
bida
ng u
saha
eko
nom
i, m
asya
raka
t, pe
mer
inta
h, s
ekol
ah
saat
terja
di b
enca
na b
anjir
- Tes
pen
ugas
an- T
es te
rtul
is- T
es li
san
- Mas
yara
kat
- Lin
gkun
gan
alam
dan
bu
atan
- M
edia
cet
ak: b
uku
yang
rele
van
- Med
ia e
lekt
roni
k :
TV, i
nter
net
1.3
Men
gide
nti�
kasi
car
a-ca
ra m
enge
lola
ling
-ku
ngan
unt
uk m
eng-
uran
gi ri
siko
ben
cana
ba
njir
- Pen
gura
ngan
Ri
siko
Ben
cana
Ba
njir
- Men
cari
info
rmas
i tin
daka
n se
tela
h ba
njir
- Men
disk
usik
an c
ara-
cara
men
gura
ngi
risik
o ba
njir
- Mem
buat
kes
impu
lan
cara
-car
a m
enge
lola
ling
kung
an
- Men
gide
nti�
kasi
tind
akan
set
elah
ba
njir
- Mem
ber c
onto
h ca
ra m
enge
lola
lin
gkun
gan
- Per
form
ance
test
- Mas
yara
kat
- Lin
gkun
gan
alam
dan
bu
atan
- Med
ia c
etak
: buk
u ya
ng re
leva
n- M
edia
ele
ktro
nik
: TV
, int
erne
t
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI A
JAR
KEG
IATA
N P
EMBE
LAJA
RAN
IND
IKAT
OR
PEN
ILA
IAN
SUM
BER
BELA
JAR
Cont
ohSa
tuan
Pee
ndid
ikan
: S
MA
Mat
a Pe
laja
ran
: M
ulok
Ke
las/
Sem
: …
…..
Alo
kasi
wak
tu
: 1
0 ja
m p
elSt
anda
r Kom
pete
nsi
: Mem
aham
i pen
gelo
laan
lin
gkun
gan
dan
da
mpa
knya
terh
adap
keh
idup
an m
akhl
uk d
i bum
i
Tabe
l 5.8
: Co
ntoh
Pen
yusu
nan
Sila
bus
Unt
uk m
ata
pela
jara
n M
uata
n Lo
kal
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
107
5.3. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir kedalam Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstrakurikuler. Di samping itu, untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/ dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstrakurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangnya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangankan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegitan tidak terprogram dilaksanakan secara lansung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik.
Kegiatan terprogram terdiri atas dua komponen, yaitu pelayanan konseling, meliputi pengembangan kehidupan pribadi, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir. Sedangkan ekstrakurikuler, meliputi kegiatan kepramukaan, latihan kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja, seni, olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan.
Contoh Pengintegrasian Kegiatan Ekstrakurikuler
1. Analisis kegiatan ekstrakurikuler yang mengitegrasikan Pendidikan PRB dalam analisis ini, diidentifikasi kegiatan ekstrakurikuler di SD yang dapat diintegrasikan dalam pendidikan pengurangan risiko bencana. Misalnya, ditetapkan kegiatan pramuka, karena kegiatan Pramuka dapat diupayakan kegiatan terprogram, terutama agar siswa mampu mengidentifikasi lingkungan sekitar dan dibiasakan secara rutin simulasi penyelamatan diri.
2. Menyusun program kegiatan ekstra kurikuler yang mengintegrasikan pendidikan PRB. Setelah diteapkan kegiatan pramuka dapat diintegrasikan dalam pendidikan pengurangan risiko bencana gempa bumi, selanjutnya pembina kegiatan pramuka menyusun program dengan mengacu pada indikator perlaku siswa untuk pendidikan pengurangan risiko bencana banjir. Format program kegiatan ekstra kurikuler dapat dilihat seperti berikut:
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
108
Analisis kegiatan pengembangan diri
1. Lomba mengelola sampah menjadi pupuk
2. Budidaya tanaman penghijauan
3. Membuat lubang resapan air , dll
Penyusunan Program
Contoh:
1. Jenis Kegiatan : Budidaya tanaman penghijauan
2. Waktu kegiatan : Hari sabtu
3. Sasaran : Peserta didik, orang tua , masyarakat
4. Rangkaian kegiatan : Pembibitan, pemeliharaan tanaman, pemasaran
5. Tempat Kegiatan : Sekolah/madrasah sendiri atau sekolah/madrasah yang menelenggarakan kegiatan sama atau tempat lain
6. Peralatan : Cangkul, ember, plastik
7. Pelaksana : Peserta didik, guru, penyuluh pertanian.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
109
DAFTAR ISTILAHPengurangan Risiko Bencana Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-faktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang merugikan.
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan Negara
Pengarusutamaan PRBProses dimana pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana dikedepankan oleh organisasi/individu yang terlibat di dalam pengambilan keputusan dalam pembangunan ekonomi, fisik, politik, sosial-budaya suatu negara pada level nasional, wilayah daerah dan/atau lokal; serta proses-proses dimana pengurangan risiko bencana dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tersebut
Pendidikan Siaga Bencana Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecakapan hidup dalam mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian dan langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Komite Sekolah Organisasi mandiri yang dibentuk dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Ia menjadi ruang bagi orangtua, masyarakat, dan pihak sekolah menyampaikan aspirasi dan merumuskan kebijakan bagi peningkatan pendidikan di sekolah. Ia merupakan badan independen yang tidak memiliki hubungan hirarkis dengan Kepala Sekolah. Ia menjadi mitra kepala sekolah dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam memajukan sekolah.
KTSP Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Sekolah dan kepala sekolah mengembangkan KTSP dan silabus berdasarkan a). Kerangka dasar kurikulum, b). Standar kompetensi, dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Provinsi.
Kurikulum Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahanpelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Daftar Istilah
110
Ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.
Standar Kompetensi ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatuproses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu.
Kompetensi kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik.
Standar Nasional Pendidikan Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Lingkup standar nasional pendidikan meliputi: a. standar isi, b. standar proses, c. standar kompetensi lulusan, d. standar pendidik dan tenaga kependidikan, e. standar sarana dan prasarana, f. standar pengelolaan, g. standar pembiayaan, h. standar penilaian pendidikan.
Sumber/bahan belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi,
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
111
serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Bencana adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia, yang dapat terjadi secara tibatiba atau perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, di mana masyarakat setempat dengan segala kemampuan dan sumberdayanya tidak mampu untuk menanggulanginya.
Bahaya adalah situasi, kondisi, atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan.
Kerentanan adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu masyarakat untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu. Kerentanan dapat berupa kerentanan fisik, ekonomi, sosial dan tabiat, yang dapat ditimbulkan oleh beragam penyebab.
Kemampuan adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk, mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana
Risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang timbul karena suatu bahaya menjadi bencana. Risiko dapat berupa kematian, luka, sakit, hilang, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana dan jika mungkin dengan meniadakan bahaya.
Daftar Istilah
112
Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik, maupun non fisik-struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan.
Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Peringatan Dini adalah upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi, yang menjangkau masyarakat, segera, tegas tidak membingungkan, resmi
Tanggap Darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.
Bantuan Darurat merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi dan air bersih
Pemulihan adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula dengan melakukan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll).
Rehabilitasi adalah upaya langkah yang dilakukan setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.
Rekonstruksi adalah program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.
Penanggulangan Bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana, mencakup tanggap darurat, pemulihan, pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
113
DAFTAR PUSTAKA
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, Menangani Banjir, Kekeringan Dan Lingkungan; 2005, Penerbit: Gama Press- Universitas Gajah Mada, 2005.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, KLH, Memanen Air Hujan: KLH, Jakarta, 2007.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai:
Magister Sistem Teknik, Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, 2002.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, W. Muth dan Norbert Eisenhauer (Jerman), Hidrolika Terapan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2002.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir Pembangunan Sungai, Dampak Dan Restorasi Sungai, Gama Press- Universitas Gajah Mada, 2007.
Maryono, Agus, Dr-Ing Ir Rekayasa Tangga Ikan (Fishway) : Gama Press- Universitas Gajah Mada, 2007..