bangunan makam menurut hukum islam dan perda dki jakarta...

117
BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMAKAMAN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : SIGIT BUDIYONO 108043200012 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015 M

Upload: others

Post on 17-Apr-2020

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI

JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMAKAMAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

SIGIT BUDIYONO

108043200012

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/ 2015 M

Page 2: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang
Page 3: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang
Page 4: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 Januari 2015

Sigit Budiyono

108043200012

Page 5: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

ABSTRAK

Sigit Budiyono. NIM 108043200012. Bangunan Makam Menurut Hukum Islam Dan

Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman. Program Studi Perbandingan

Madzhab dan Hukum, Konsentrasi Perbandingan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/ 2014 M. xv + 75 halaman + 4 Halaman Lampiran+

Lampiran Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap Perda DKI

Jakarta Tentang Pemakaman, khususnya dalam hal bangunan makam Karena pada saat ini

masih banyak masyarakat yang tidak sesuai menerapkan bentuk makam yang sesuai dengan

hukum Islam ataupun sesuai dengan Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif. Dengan meneliti bahan-

bahan tertulis dari sumber data yang berada di perpustakaan atau buku-buku yang terkait

pada pembahasan ini dan Perda DKI Jakarta No 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman maupun

buku-buku atau kitab-kitab dalam literatur hukum Islam. Di analisis secara kualitatif yang

dilakukan dengan pengumpulan data, memilah-memilihnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mencari dan menentukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta

memutuskan apa yang dapat dibaca dan diinterpretasikan atau mudah dipahami dan

diinformasikan kepada orang lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pandangan hukum Islam melihat Perda

Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang mengatur tentang

pemakaman sangat sejalan. Perda Provinsi DKI Jakarta No 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman ini dibuat sangat sesuai dengan apa yang diatur dalam hukum Islam. Namun,

pada beberapa makam yang ada di DKI Jakarta belum sepenuhnya menjalankan atau

menerapkan apa yang diatur oleh Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman mengenai bentuk makam. Hal ini juga melanggar apa yang telah diatur dalam

hukum Islam. Dibeberapa taman pemakaman umum di DKI Jakarta, Masih ada makam yang

di atasnya dibangun bangunan yang tidak diperbolehkan Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 3

Tahun 2007 Tentang Pemakaman maupun hukum Islam.

Kata kunci : Perda, Pemakaman, Hukum Islam, Bangunan Makam.

Pembimbing : Dra.Hj.Afidah Wahyuni, M.Ag dan Ali Mansur, S.Ag. MA.

Daftar Pustaka : Tahun 1949 s.d Tahun 2014.

Page 6: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

vi

بسم هللا الرحمن الرحيم

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

Tuhan semesta alam yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan

kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW beserta Keluarganya dan para Sahabat-

sahabatnya.

Setelah melewati berbagai hambatan dalam penulisan skripsi ini akhirnya

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semua ini tentunya tidaklah

menjadi kenyataan , tanpa bantuan dan keterikatan semua pihak, untuk itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibunda Tercinta Hj. Siti Masfufah dan Ayahanda H. Giyono. Dua orang

yang penulis sangat sayangi, dan penulis Banggakan. Yang telah

membesarkan penulis dengan penuh kesabaran. Selama dalam penulisan

skripsi ini mereka berdualah yang selalu memberikan semangat dengan

kata-kata dan doa-doa yang membuat penulis semakin semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Phil. J.M. Muslimin, Ph.d. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ketua Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum Bapak Dr. H.

Khamami Zada, MA dan Sekertaris Program Studi Ibu Hj. Siti Hana,

S.Ag, LC, MA.

4. Mantan Ketua Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum Bapak

Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag dan Mantan Sekertaris Program Studi

Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si.

5. Ibu Dra.Hj.Afidah Wahyuni, M.Ag dan Bapak Ali Mansur, S.Ag. MA

selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan

pikirannya di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan,

Page 7: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

vii

arahan, dan masukan serta kritikan pada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Penguji I Bapak Drs. Wahyu Widiana, MA dan Penguji II Bapak Afwan

Faizin, MA sebagai penguji penulis di dalam sidang munaqasah yang telah

memberikan masukan-masukan yang menjadi sempurnanya skripsi ini.

7. Kepala Seksi Pengendalian Makam Dinas Pertamanan dan Pemakaman

Jakarta Pusat, Bapak Iwa Kuswita.

8. Pimpinan Perspustakaan, baik perpustakaan pusat maupun perpustakaan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan berupa buku

atau literatur lainnya sehingga penulis memperoleh informasi.

9. Bapak dan Ibu Dosen Khususnya Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama masa pendidikan berlangsung.

10. Kedua kebanggaan, “Soul Sister” penulis Susi Budiyani / Sakinatun Nisa

dan Selvia Budiyeni yang selalu memberikan keceriaan selama penulisan

skripsi ini.

11. Rekan-rekan PH (Perbandingan Hukum) Angkatan Tahun 2008, Ryan

Cungkring, Nawa Ul, Ara, Akhsan, Roby Dobir, Imam, Rizky Bokek,

Imron, Ve’i Penyok, Gesha, Rudi, Fandy, Kang Maman. Dan rekan-rekan

PMH Angkatan 2008 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Kalian semua adalah teman seperjuangan di kampus yang kita cintai dan

semua kenangan-kenangan kita selalu terekam tak pernah mati.

12. Sahabat-sahabat RASTA74, Kalian adalah keluarga Kedua bagi penulis.

Kita semua seperti saudara, tumbuh bersama sampai kita tua. Senang

ataupun susah selalu ceria Long Live My Family.

13. Kamu!!! Iya kamu, kamu yang kelak menjadi istriku nanti.

Tidak ada yang bisa penulis berikan sebagai balas jasa kepada mereka yang

telah berdoa dan memberikan dukungan kepada penulis, kecuali dengan Do’a

yang penulis panjatkan, Semoga Allah SWT membalas segala amal baik kalian.

Page 8: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

viii

Akhirnya, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini tidak terlepas dari

keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mebutuhkan

kritikan dan masukan yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini

membawa manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Amin ya robbal’alamin.

Jakarta: 2 Januari 2015

Sigit Budiyono

Page 9: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

ix

Pedoman Transliterasi

Yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan Arab ke

tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka yang dalam teks

karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum dapat

dianggap sebagai kata bahasa Indonesia atau masih terbatas penggunaannya.

a. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b be ب

t te خ

ts te dan es ث

j Je ج

h ha dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet س

s es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis bawah ص

d de dengan garis bawah ض

t te dengan garis bawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap „ ع

kanan

gh ge dan ha غ

f ef ف

q ki ق

Page 10: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

x

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

apostrop ` ء

y ye ي

b. Vokal

Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia

memiliki vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau

diftong. Untuk vokal tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya

adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a fathah

i kasrah

u dammah

Adapun untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya

adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ai a dan i

و au a dan u

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa

Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ا

î i dengan topi di atas إ

û u dengan topi di atas أ

Page 11: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

xi

d. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan

huruf (ال), dialihaksarakan menjadi “I” (el), baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qomariyyah. Misalnya:

al-ijtihâd = اإلختها د

al-rukhsah, bukan ar-rukhsah = الز خصح

e. Tasydîd (Syaddah)

Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah

itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda

syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyyah. Misalnya:

al-syuf‟ah, tidak ditulis asy-syuf‟ah = عحالشف

f. Ta Marbûtah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat

contoh 1) atau diikuti oleh sifat (na‟t) (lihat contoh 2), maka huruf ta

marbûtah tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Dan jika

huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf

tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

Syarî‟ah شز يعح .1

al-syarî‟ah al-islâmiyyah الشزيعح اإلسال ميح .2

Muqâranat al-madzâhib مقا رنح المذاهة .3

g. Huruf Kapital

Walaupun dalam tulisam bahasa Arab tidak dikenal adanya huruf

kapital, namun transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku dalam Ejaan yang disempurnakan

Page 12: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

xii

(EYD). Perlu diperhatikan, bahwa jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal

nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Misalnya:

al-Bukâri, tidak ditulis Al-Bukhâri = الثخا ري

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam

alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau

cetak tebal. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang

berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan

meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya : Nuruddin

al-Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

h. Cara penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi‟l), kata benda (ism) atau huruf

(harf), ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih

aksara dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas :

No Kata Arab Alih Aksara

al-darûrah tubîhu al-mahzûrât الضزورج تثيح المحظىراخ .1

al-iqtisâd al-islâmî اإلقتصا داإل سالميي .2

usûl al-fiqh أصىل الفقه .3

في األشياء اإلتاححاألصل .4 al-asl fî al-asyyâ al-ibâhah

al-maslahah al-mursalah المصلحح المزسلح .5

Page 13: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii

PENGESAHAN PENGUJI .......................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 5

D. Review Kajian Terdahulu ............................................... 5

E. Metode Penelitian ........................................................... 7

F. Sistematika Penulisan ..................................................... 9

BAB II PEMAKAMAN DAN HAL-HAL YANG BERKAITAN

DENGAN PEMAKAMAN MENURUT HUKUM ISLAM

A. Jenazah Dan Hak-hak Jenazah ........................................ 11

Page 14: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

xiv

B. Kewajiban Ahli Waris .................................................... 18

C. Pemakaman .................................................................... 20

D. Sejarah Pemakaman ....................................................... 22

E. Pemakaman di Zaman Rasulullah SAW ........................ 28

F. Fungsi dan Tujuan Makam .................................................... 30

G. Bentuk dan Aturan Makam Menurut Hukum Islam .............. 30

BAB III BANGUNAN MAKAM MENURUT PERDA DKI JAKARTA

NO 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMAKAMAN

A. Pengertian Dan Asas-asas Peraturan Daerah .................. 42

B. Latar Belakang Lahirnya Perda No 3 Tahun 2007 ......... 46

C. Pengertian Pemakaman ................................................... 48

D. Hal-hal Yang Berkaitan Dengan Pemakaman ................ 49

E. Aturan Bangunan Makam ............................................... 57

F. Bentuk Petak Makam ...................................................... 58

G. Sanksi Pelanggaran Terkait Pemakaman ........................ 60

BAB IV ANALISIS PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP

BANGUNAN MAKAM DALAM PERDA DKI JAKARTA

NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMAKAMAN

A. Bangunan Makam Menurut Hukum Islam ...................... 62

B. Penerapan Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman Mengenai Bangunan Makam ...................... 66

Page 15: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

xv

C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Bangunan Makam Dalam

Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman .................................................................... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................... 69

B. Saran-saran ...................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72

LAMPIRAN

Page 16: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kematian adalah sesuatu yang pasti akan dialami oleh setiap manusia dan

makhluk hidup. Kematian merupakan pintu gerbang menuju kehidupan

selanjutnya, yaitu kehidupan akhirat. Ini adalah suatu bukti kekuasaan Allah

SWT, bukti adanya kebangkitan dan bukti yang meyakinkan bahwa manusia akan

berada di hadapan Allah SWT, Tuhan alam semesta. Kematian juga sebagai bukti

akan kehidupan kekal yang dikehendaki oleh Allah SWT, dengan ukuran-ukuran

yang telah diketahui dan timbangan amal yang baik dan Adil.

Kematian makhluk hidup, termasuk manusia merupakan kenyataan yang

pasti, karena kenyataanya tidak ada manusia yang hidup selamanya. Jika telah tiba

waktu yang ditentukan, maka tidaklah satupun orang yang dapat mengundurkan

atau mendahulukan dari waktu yang telah ditetapkan-Nya. Hal ini dijelaskan di

dalam QS. Ali „Imran (3): 185

(3:185عمران /)آل

Artinya : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada

hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka

dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan

dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.

Page 17: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

2

Ayat Al-Qur‟an di atas menjelaskan petunjuk akan datangnya waktu

untuk merasakan kematian. Kematian adalah hal yang pasti terjadi pada diri

semua makhluk hidup di alam semesta ini. Karena setiap yang bernyawa pasti

akan merasakan sebuah kematian. Kematian berasal dari kata mati yang secara

etimologis berarti padam, diam, dan tenang, maksudnya yang tidak memiliki roh.

Selain itu juga bermakna terputusnya hubungan dan terpisahnya roh dengan

badan. Kematian juga merupakan siklus hidup yang pasti dilalui oleh setiap orang.

Arti kematian mengandung makna bahwa hal tersebut akan memisahkan manusia

terhadap segala sesuatu yang dicintainya dalam kehidupan dunia ini.1

Sebagaimana ajaran Nabi Muhammad SAW ketika seseorang yang

meninggal, maka orang yang masih hidup berkewajiban mengurus jenazah orang

yang telah meninggal. Perawatan atau pengurusan jenazah yang dimaksud

meliputi: memandikan, mengkafani, menshalati,dan menguburkan. Hukum

pengurusan jenazah adalah fardhu kifayah yakni, kewajiban yang bersifat kolektif

bagi umat Islam pada suatu tempat, jika salah satu orang sudah menjalankan maka

yang lainnya tidak mempunyai kewajiban untuk menjalankannya.2

Pada beberapa waktu yang lalu media memberitakan tentang

meninggalnya salah satu ulama muda di Indonesia, Ustadz Jefry Al-Bukhari.

Beliau meninggal pada tanggal 26 April 2013. Kematian Ustadz Jefry disebabkan

kecelakaan tunggal menabrak pohon palem di kawasan Pondok Indah,

sepulangnya dari kawasan Kemang. Jenazah lalu dibawa ke rumah sakit Pondok

1 Sudirman Tebba, Kiat Sukses Menjemput Maut, (Tangerang: Pusataka Irvan, 2006), cet

1 h.11 2 Ahmad Mufid A.R, Risalah Kematian, (Yogyakarta:Total Media,2007), cet 1 h.14

Page 18: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

3

Indah. Namun demikian diperjalanan menuju rumah sakit Ustadz Jefry

menghembuskan nafas terakhirnya. Pihak rumah sakit Pondok Indahpun

menyatakan kalau da‟i gaul ini memang tidak bernyawa lagi. Tepat saat selesai

shalat Jum‟at, jenazah Ustadz Jefry langsung dishalatkan di Masjid Istiqlal dengan

imam shalat jenazah Habib Jindan bin Noufal bin Jindan. Kemudian jenazah

dibawa ke pemakaman umum Karet Bivak untuk dikebumikan.

Kabar ramainya kematian Ustadz Jefry ini tidak hanya menghebohkan

pada saat meninggalnya saja. Setelah beberapa hari Ustadz Jefry dimakamkan,

pemugaran bangunan pemakaman dimana Ustadz Jefry dimakamkan tersandung

masalah dengan Perda DKI Nomor 3 Tahun 2007 pasal 35 Tentang Pemakaman.

Menurut Yonathan Pasodung, sebagai kepala dinas pertamanan dan pemakaman

DKI Jakarta, pemugaran makam Ustadz Jefry telah melanggar peraturan daerah

(Perda). Aturan makam menurut Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman adalah makam yang tingginya tidak boleh melebihi 10 sentimeter

(cm), panjang lebarnya 2 meter x 1 meter dan hanya ada plakat nisan di makam

almarhum.3

Melihat pada Peraturan Perda DKI Nomor 3 Tahun 2007, pasal 35 ayat 1

disebutkan bahwa, Ukuran perpetakan tanah makam terdiri atas panjang maksimal

2,50 (dua koma lima puluh) meter dan lebar 1,50 (satu koma lima puluh) meter,

3 Okezone, “Kepala Dinas Pertamanan: Makam Uje Langgar Standar”, artikel diakses

pada 7 oktober 2013 dari http://celebrity.okezone.com/read/2013/09/27/33/873013/kepala-dinas-

pertamanan-makam-uje-langgar-standar

Page 19: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

4

dengan kedalaman minimal 1,50 (satu koma lima puluh) meter, kecuali apabila

keadaan tanahnya tidak memungkinkan.4

Dari pemaparan di atas penulis tertarik untuk menulis dan meneliti

bagaimana pandangan hukum Islam dalam hal bangunan makam menurut para

fuqoha (para ahli fiqh) dan pandangan Perda DKI Nomor 3 Tahun 2007 tentang

pemakaman dalam masalah bangunan pemakaman untuk dituangkan sebagai

karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “BANGUNAN MAKAM

MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA NOMOR 3

TAHUN 2007 TENTANG PEMAKAMAN”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dan melihat luasnya pembahasan ini,

maka penulis akan membatasi masalah yang berkaitan dengan bangunan

pemakaman yang merujuk pada peraturan daerah DKI Jakarta No 3 Tentang

Pemakaman dan hukum Islam melihat dari pendapat para fuqaha.

Adapun permasalahannya penulis rumuskan dalam bentuk pertanyaan

sebagai berikut :

1. Bagaimana aturan bangunan pemakaman menurut Perda DKI Jakarta No 3

tahun 2007 tentang pemakaman?

2. Bagaimana aturan bangunan pemakaman menurut Hukum Islam?

3. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap bangunan makam yang diatur

dalam Perda DKI Jakarta No 3 Tahun 2007 tentang Pemakaman?

4 Perda DKI No 3 Tahun 2007 tentang Pemakaman

Page 20: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membahas bentuk

bangunan makam yang sesuai dengan hukum Islam dan Perda DKI Jakarta Nomor

3 tentang pemakaman. Tujuan utama dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menjelaskan bagaimana aturan bangunan pemakaman menurut Perda

DKI Jakarta No. 3 tahun 2007 tentang pemakaman.

2. Untuk menjelaskan bagaimana aturan bangunan pemakaman menurut Hukum

Islam.

3. Untuk menjelaskan pandangan hukum Islam mengenai bangunan makam

dalam Perda DKI Jakarta No 3 Tahun 2007 tentang pemakaman.

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat ilmiah dan manfaat praktis

bagi beberapa pihak di antaranya:

1. Untuk akademis, penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan

dan literatur pada instansi akademisi tentang bangunan pemakaman menurut

Perda DKI Jakarta dan Hukum Islam.

2. Bagi Pemerintah Daerah atau masyarakat, penelitian ini diharapkan bisa

menambah wawasan dan pengetahuan agar lebih memahami tentang bangunan

pemakaman menurut Perda DKI Jakarta dan Hukum Islam.

D. Review Kajian Terdahulu

Penelitian yang memfokuskan tentang pembahasan masalah pemakaman

yang sudah dilakukan diantaranya sebagai berikut:

Page 21: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

6

Muhammad Maimun, Fakultas Syariah dan Hukum 2006, berjudul

Peraturan Perundang-undangan Daerah DKI Jakarta tentang pemakaman umum

dalam perspektif hukum Islam. Skripsi ini membahas mengenai pandangan

hukum Islam tentang Perda DKI Jakarta No.2 Tahun 1992 tentang pemakaman

umum. Dengan membatasi tentang tempat pemakaman, tentang pemindahan dan

penggalian jenazah dan tentang retribusi.

Sugeng Pramono, Fakultas Syariah dan Hukum 2008, berjudul

Pembongkaran makam dan pemindahan kerangka jenazah menurut perspektif

Hukum Islam. Skripsi ini membahas mengenai bagaimana prosedur

pembongkaran makam dan pemindahan kerangka jenazah dengan melihat dari

sudut pandang hukum Islam.

Miftah Rahmatullah, Fakultas Syariah dan Hukum 2011, berjudul Bisnis

Pemakaman Dalam perspektif Islam (Studi Komparatif Antara TPU Pondok Gede

dan TPU Pondok Rangon). Skripsi ini membahas mengenai jual beli tanah

khususnya tanah wakaf yang digunakan untuk pemakaman dengan dikaitkan

kepada pendapat fuqoha mengenai masalah tersebut. Dengan mengambil data

salah satu jasa pemakaman umum yang berada wilayah Pondok Gede dan Pondok

Rangon.

Perbedaan skripsi yang saya jelaskan ini dengan skripsi yang telah dibahas

rekan-rekan sebelumnya adalah saya menjelaskan tentang masalah bangunan

pemakaman yang merujuk pada Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman dan Hukum Islam. Sedangkan skripsi-skripsi sebelumnya

menjelaskan mengenai pemindahan dan penggalian jenazah yang diatur dalam

Page 22: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

7

Perda DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Pemakaman, sedangkan skripsi

lainnya membahas Prosedur pembongkaran makam dan pemindahan kerangka

jenazah dari sudur pandang hukum Islam. Skripsi terakhir membahas jual beli

tanah wakaf yang digunakan untuk pemakaman disertai pendapat para fuqoha

dengan pengambilan data di wilayah Pondok Gede dan Pondok Rangon.

E. Metode Penelitian

Untuk mengkaji permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Dalam penelitian hukum ada beberapa jenis penelitian. Jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang

bersifat normatif,5 yaitu penelitian yang memuat deskritif tentang masalah yang

diteliti berdasarkan bahan-bahan tertulis.

2. Sumber data

Adapun sumber data yang digunakan skripsi ini, penulis menggunakan

dua jenis sumber data, sumber data primer dan sumber data sekunder yaitu:

a. Sumber data primer yaitu data yang didapat dari bahan-bahan yang

diperlukan dalam hal ini, yaitu Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta No 3 Tahun 2007 tentang Pemakaman.

b. Sumber sekunder yaitu, data pendukung atau pelengkap data penelitian yang

diperoleh dari buku-buku maupun kitab-kitab dari hukum Islam. Melalui

5 Fahmi Muhammad Ahmadi, Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:

lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Cet. 1 h. 10

Page 23: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

8

kajian pustaka, majalah-majalah serta surat kabar yang berkaitan dengan

masalah bangunan pemakaman.

3. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi

pustaka (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji

buku-buku atau sumber-sumber yang diperlukan6.Dalam hal ini adalah

Peraturan daerah provinsi daerah khusus Ibukota Jakarta No 3 Tahun 2007

tentang Pemakaman sebagai rujukan utama dan buku-buku Hukum Islam yang

berkaitan tentang masalah-masalah bangunan pemakaman yang ada

relevansinya dengan skripsi ini. Selain menggunakan metode studi

pustaka,teknik pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan

metode wawancara dengan Kepala Seksi Pengendalian Makam Dinas

Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat.

4. Teknik analisis data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis

kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan secara bersama

dengan pengumpulan data, memilah serta memilihnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mencari dan menentukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari serta memutuskan apa yang dapat dibaca dan diinterpretasikan atau

mudah dipahami dan diinformasikan kepada orang lain. Dengan teknik ini

penulis berusaha untuk mengkualifikasikan data-data yang diperoleh, disusun

6 Ibid, h.12

Page 24: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

9

dan dideskripsikan7. Analisis kualitatif juga berarti menentukan isi atau makna

dalam aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan

permasalahan hukum yang menjadi objek kajian8.

5. Teknik penulisan skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Buku

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Jakarta, UIN Pres, 2007 yang merupakan pedoman dari penulisan karya

ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta9.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan pembahasan penulisan skripsi ini, penulis

menyusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I adalah Pendahuluan. Dalam bab ini, penulis membahas mengenai

latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, review kajian terdahulu, metode penelitian,dan sistematika

penulisan.

BAB II adalah Pemakaman Dan Hal-hal Yang Berkaitan Dengan

Pemakaman Menurut Hukum Islam. Dalam bab ini, penulis akan membahas

tentang hal-hal yang berkaitan dengan pemakaman yang meliputi : jenazah dan

hak-hak jenazah, kewajiban Ahli waris, pemakaman, sejarah pemakaman,

7 Lexy.j.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, cet 1, (Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya, 2004), h. 248 8 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 107

9 Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: UIN Jakarta

Pres, 2007), h. 36.

Page 25: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

10

pemakaman dizaman Rasulullah SAW, fungsi dan tujuan makam, bentuk dan

aturan makam menurut hukum Islam.

BAB III adalah Bangunan pemakaman menurut Perda DKI Jakarta Nomor

3 Tahun 2007 tentang Pemakaman. Dalam bab ini, penulis akan membahas

tentang bangunan pemakaman menurut Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007

yang meliputi : pengertian dan asas-asas peraturan daerah, latar belakang lahirnya

perda Nomor 3 tahun 2007 tentang pemakaman, pengertian pemakaman, hal-hal

yang berkaitan dengan pemakaman, aturan bangunan makam, bentuk petak

makam, sanksi pelanggaran terkait pemakaman.

BAB IV adalah Analisis pandangan hukum Islam terhadap bangunan

makam dalam perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 2007 tentang Pemakaman. Dalam

bab ini, penulis membahas tentang bagaimana pandangan hukum Islam mengenai

bangunan makam yang diatur dalam perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 2007 tentang

pemakaman.

BAB V berisi Penutup. Dalam bab penutup ini, berisikan kesimpulan

akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam penulisan skripsi yang berisikan

kesimpulan dan saran persoalan yang diangkat dari awal sampai akhir.

Page 26: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

11

BAB II

PEMAKAMAN DAN HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN

PEMAKAMAN MENURUT HUKUM ISLAM

A. Jenazah Dan Hak-hak Jenazah

Pengertian jenazah berasal dari kata arab “janâzah” artinya “tubuh

mayyit” sedangkan kata “jinâzah” yang artinya “tandu pembawa mayat” berasal

dari kata “janaza” yang berarti “menutupi”. Dinamakan jenazah karena tubuh

mayit itu harus ditutupi1. Arti jenazah dalam enksiklopedia Islam yaitu segala

yang berkaitan dengan proses pemakaman dan kain kafan bagi si mayat2.

Sedangkan kata mayat, selanjutnya disebut jenazah, berasal dari kata bahasa Arab

“al-mayyit” yang berarti orang yang meninggal, sebagaimana diungkapkan di

dalam Al-qur‟an QS.Al-Mu‟minuun (23):15

)15:23/املؤمنون(

Artinya : ” Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar

akan mati”.

Pada ayat diatas kata al-mayyit digunakan untuk manusia yang telah

meninggal, meski demikian dalam bahasa Indonesia kata “mayat” lebih sering

dipakai.

1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya:Pustaka

progresif,2002), cet.ke 25, h.214. 2 Cepil Glase, Ensksiklopedia Islam:Ringkas,(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 1990),

h.192.

Page 27: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

12

Menurut Hasby Ash-Shiddiqie kata jenazah dalam bahasa Arab bersifat

umum artinya kata jenazah digunakan untuk manusia yang meninggal dunia

maupun untuk binatang yang mati. Akan tetapi di dalam bahasa Indonesia kata

jenazah dikhususkan kepada manusia yang meninggal dunia3.

Mengenai hak-hak jenazah, Jenazah memiliki hak yang harus dipenuhi

oleh keluarga dan kerabatnya serta teman-temannya, yaitu empat hak.

Kesemuanya fardhu kifayah4, artinya jika sudah ada sebagian muslim yang

mengurus jenazah maka gugurlah kewajiban sebagian yang lain. Hak atau

kewajiban melakukan proses pengurusan jenazah yaitu memandikan, mengkafani,

menshalati, dan mengkuburkan.5 Semua proses-proses pengurusan jenazah

tersebut diterangkan dalam beberapa Hadits Nabi Muhammad SAW.

Hak yang pertama dilakukan adalah memandikan jenazah. Memandikan

jenazah adalah fardhu kifayah hukumnya. Berkenaan dengan memandikan

jenazah, berdasarkan hadits dari Aisyah ra. bahwa ia mendengar Nabi Muhammad

SAW bersabda:

ل م عت أن النب صلى اللو عليو وسلم: من غس يتا فادى فيو الما نة ي عن عن عائشة سو قالت ف ق ل اان االي فشي عليو ما يكون منو عند ذلك كا ن من ذن وبو كي وم ولد تو ام

رب أىلو رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم وليلو أ ي علم ال ن منو إن كان ي علم فإ ن كاق 6)رواه أمحد(ا من ور ع أو أما نة.ف ليلو منكم من ت رون ان عند ه حظ

3 Hasby Ash-Shiddiqie, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1971), h.245.

4 Othan Mukim Hassan, Khulasah Kifayah Himpunan 600 Masalah Jenazah, (Malaysia:

Pustaka Ilmi, 1995), h.2. 5 Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam 2, penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk (Jakarta:

Gema Insani, 2010), h.533 6 Ahmad ibn Muhammad ibn Hambal ibn Asad ibn Idris ibn Abdullah ibn Hasan al-

syaibaniy, Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal, (Kairo: Dar al-Ma‟arif, 1949), h. 342.

Page 28: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

13

Artinya: “Dari Aisyah Aku Mendengar dari Nabi SAW : “Siapa yang

memandikan mayyit, ia laksanakan dengan amanat, tidak menyebarkan

(menceritakan) apa yang ada pada mayyit ketika memandikannya, maka ia keluar

dari dosanya seperti waktu ibunya melahirkan dirinya.” Ia berkata “hendaklah ia

memandikan oleh orang yang paling dekat dengan kalian, jika dia mengetahui

(dengan baik persoalan mayyit). Tetapi jika ia tidak mengetahui, maka hendaknya

yang memandikannya orang yang memiliki sifat wara‟ dan amanah.” (HR.

Ahmad)

Perkataan beliau “hendaklah ia memandikan oleh orang yang paling dekat

dengan kalian” maksudnya bahwa yang paling berhak memandikan jenazah

adalah orang yang paling dekat kepada jenazah, dengan syarat ia seorang yang

mengetahui ilmu yang dibutuhkan untuk itu. Imam Yahya mengatakan bahwa

orang yang lebih dekat (kaum kerabat) harus didahulukan dari yang lainnya.7

Adapun ucapan Rasulullah SAW, “maka hendaknya yang memandikannya

orang yang memiliki sifat wara‟ dan amanah” mengandung dalil yang dipegang

oleh Madzhab Hadawiyah8 bahwa orang yang memandikan jenazah disyaratkan

orang yang adil. Akan tetapi jumhur (mayoritas) ulama berbeda dengan mereka

mengenai persoalan tersebut. Mereka mengatakan : orang yang memandikan itu

(sebagaimana setiap muslim lain) dibebankan dengan beban syara‟, dan

memandikan jenazah termasuk di antaranya. Jika tidak maka tidak sah setiap

perbuatan yang dibebankan kepadanya, dan ini menyalahi ijmak. Mereka

bersandar pada dalil-dalil yang tidak dapat disebutkan disini. Akan tetapi, yang

7 Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na‟imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan

oleh Syatiri Matrais dengan Judul ”Pesan Nabi Tentang Mati”, (Jakarta: Cendikia, 2001), h. 78-79. 8 Madzhab Hadawiyah ialah madzhab yang nisbah ke salah satu madzhab fikih orang-

orang syi‟ah, yaitu madzhab Zaidiyah atau disebut juga madzhab Syi‟ah Zaidiyah Hadawiyah.

Zaidiyah nisbah kepada Zaid ibn „Ali Zain al-„Aabidiin ibn Husein ibn „Ali ibn Abi Thalaib yang

kebanyakan di Yaman dan Hadawiyah ini nisbah kepada Al-Haddy Yahya ibn al-Husein

(w.298H). Salah satu kitab madzhab Hadawiyah ialah “kitab Hadaa‟iqul Azhaar yang disyarh oleh

al-Imam Syaukaany“ dan sedangkan syarahnya berjudul “al-Sail al-Jarraar al-Mutadaffiq „Ala

Hadaaiq al-Azhaar.”

Page 29: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

14

tidak diragukan adalah bahwa apabila orang yang memandikan memiliki sifat

adil, hal itu sangat utama.9

Dalam memandikan jenazah ada beberapa hal yang disunahkan dalam

memandikan jenazah. Diantaranya, Mewudhukan jenazah sebagaimana wudhu

orang yang masih hidup, yaitu dengan basuhan pertama setelah menghilangkan

najis dan kotoran. Menggunakan air yang dicampur dan daun bidara dan sabun

pada semua basuhan, serta menggunakan kapur pada basuhan yang terakhir.

Menganjilkan basuhan pada jenazah. Menekan perut jenazah ketika

memandikannya secara lembut untuk mengeluarkan kotoran dari perutnya.

Mengalirkan air yang banyak pada bagian qubul dan dubur untuk membersihkan

dari kotoran/ najis. Memakai sarung tangan bagi orang yang memandikannya

ketika membasuh bagian-bagian yang termasuk aurat. Mendahulukan yang kanan,

yaitu membasuh bagian yang kanan lalu yang kiri, dimulai dari kepala bagian

belakang , pundak sampai telapak.10

Hak yang kedua dalam proses pengurusan jenazah setelah dimandikan

adalah mengkafani jenazah. Hukum mengkafani jenazah adalahfardhu kifayah

bagi muslim yang menghadirinya. Mengkafankannya itu dilakukan langsung

setelah jenazah selesai dimandikan. Sebaiknya orang yang mengkafani adalah

orang yang terdekat dengannya- sebagaimana yang telah disebutkan diatas.

9 Abdul Lathif asyur, Adzab al-Qabri wa Na‟imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan oleh

Syatiri Matrais dengan Judul ”Pesan Nabi Tentang Mati”,h. 78-79. 10

Sayyid Sabbiq, Fiqhussunnah, diterjemahkan oleh Mahyudin Syaf dengan judul Fiqh

Sunnah 4, cet 1,(Bandung: PT. Alma‟Arif, 1978), h. 94-98.

Page 30: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

15

Hikmah dari mengkafankan jenazah adalah untuk menutupinya dari

pandangan mata dan sebagai penghormatan padanya. Karena menutupi auratnya

dan menghormatinya adalah wajib selagi ia masih hidup, begitu pula ketika ia

telah meninggal.11

Macam-macam kafan terbagi menjadi tiga. Jenis kafan yang pertama,

kafan wajib (Kafan ad-Darurah), yaitu baju yang menutupi seluruh badan,

dimana tidak ada kekurangan pada bagian bawah badan. Kedua, kafan yang

cukup (Kafan al-Kifayah), yaitu dua baju yang menutupi seluruh badan

(dibawahnya tidak kurang). Kain dan lipatan keduanya harus menutupi seluruh

badan. Mencukupkan dengan keduanya dibolehkan dan tidak makruh. Ketiga,

kafan sunnah (Kafan as-Sunnah), yaitu baju untuk laki-laki yang telah baligh dan

yang hampir baligh menurut ulama Hanafi dan para ulama fuqaha dari berbagai

madzhab; baju, kain, dan penutup atau lipatan. Pakaian gamis menutupi dari leher

hingga kaki, tanpa lengan baju, tidak terbuka pada dada dan sisi lambung.

Bawahnya tidak usah lebar-lebar seperti orang hidup, tetapi harus sejajar.12

Begitu pula pada kain harus menutupi seluruh badan, lalu memakai

penutup untuk tubuhnya dari kepala sampai kaki. Seluruhnya jenazah itu ditutupi

tiga pakaian.

11

Welvis Noverzhandy,”Tata Cara Pengurusan Jenazah Mutilasi di Rumah Sakit dr.

Cipto Mangunkusumo Dalam Perspektif Hukum Islam”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Negeri Jakarta, 2003), h.19. 12

Abdul Lathif asyur, Adzab al-Qabri wa Na‟imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan

oleh Syatiri Matrais dengan Judul ”Pesan Nabi Tentang Mati”, h. 86-88.

Page 31: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

16

Beberapa hal yang disunahkan dalam mengkafankan jenazah

diantaranya13

; membaguskan kafan,yaitu dengan menggunakan kafan yang bersih,

wangi, bisa menutupi seluruh anggota badan, bukan yang diharamkan seperti

sutra, dan penggunaanya tidak berlebihan. Dianjurkan menggunakan kafan

berwarna putih. Bagi jenazah laki-laki kain kafan tiga helai, dan bagi jenazah

perempuan kain kafan lima helai.14

Hendaknya salah satu dari kain-kain tersebut

salah satunya adalah kain-kain yang bergaris-garis jika hal itu memungkinkan.15

Hak yang ketiga dalam proses pengurusan jenazah setelah mengkafani

adalah menshalati jenazah. Menshalati jenazah hukumnya fardhu kifayah bagi

orang muslim yang menghadirinya. Adapun keutamaan menshalati jenazah

berdasarkan hadits dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

صل اللو عليو وسلم: من صلى على جنا زة ول ا ىريرة قا ل:قال رسول اللو أب ن ع را طا ن قا ل أصغر ها مث را طا ن قيل وما القي راط فإ ن تبعها ف لو قي ل أحد ي تب عها ف لو قي

16)رواه مسلم(

Artinya: “ Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa

yang menshalati jenazah dan tidak mengiringkannya sampai di kuburnya maka ia

mendapatkan pahala satu qirath dan jika dia ikut mengiringkannya maka dia

mendapatkan pahala dua qirath” Ditanyakan kepadanya “Apa yang dimaksud

dengan dua qirath?” Rasulullah SAW bersabda “Yang terkecil dari keduanya

seperti gunung Uhud” (HR.Muslim)

13

Ibid.,h.89. 14

Ibid.,h.89. 15

Abu Ahmad Arif Fathul Ulum, 1 Jam Belajar Mengurus Jenazah panduan praktis tata

cara penyelenggaraan jenazah dan hukum-hukumnya, Cet. 1, (Jakarta: Pustaka Darul Ilmi, 2009)

h.38. 16

Abî al-Husein Muslim bin Hajjaj al Qusyairi al Nasaburi, Shahih Muslim, (Kairo: Dar

Ihya al Kutub al Arabiyah, 1968), Juz 2,h.653.

Page 32: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

17

Hak yang terakhir dalam proses pengurusan jenazah setelah menshalati

jenazah adalah menguburkan jenazah. Menguburkan jenazah hukumnya fardhu

kifayah; yaitu menguburkan jenazah di dalam tanah, agar tidak tercium baunya,

tidak dimakan oleh binatang buas, dan agar tidak memungkinkan pencuri

mengambil kain kafannya dengan mudah.

Dalam menguburkan jenazah, hal-hal yang disunahkan dalam

menguburkan jenazah;

1. Mengubur jenazah di kuburan yang jauh dari rumah. Karena mengubur di

rumah hanya dikhususkan untuk jenazah para Nabi.

2. Orang yang mengubur adalah yang berhak menjadi imam shalat jenazah.

Jika ia tidak memiliki ilmu tentang cara penguburan, sebaiknya dilakukan

oleh kaum muslim yang mengetahui akan hal itu.

3. Menutup kubur dengan kain ketika meletakkan jenazah di dalam kubur,

untuk menutupi jenazah, baik jenazah laki-laki maupun wanita, dan

melepaskan ikatan kafan, karena jenazah itu tidak diikat kecuali untuk

menahan tergelincir.

4. Memasukkan jenazah dari sisi kakinya, jika memungkinkan bagi pengubur

maka ia boleh memasukkannya dari sisi kepalanya.

5. Dihadapkan jenazah ke arah kiblat. Hal itu dimaksudkan agar jenazah

beristirahat di lambung kanannya dan wajahnya menghadap kiblat.

6. Orang yang meletakkan jenazah mengucapkan:

اللو بسم اللو وعلى ملة الرسول

Page 33: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

18

Artinya:“Dengan nama Allah dan berdasarkan agama Rasulullah”

7. Menempelkan pipi jenazah yang kanan dan diletakkan di atas ganjalan

atau batu atau tanah.

8. Meletakkan sesuatu di belakangnya dari tanah atau lainnya agar ia tidak

jatuh dan selalu meghadap kiblat.

9. Orang yang menghadiri penguburan jenazah hendaknya memegang tiga

gumpalan tanah diatas kubur di sisi kepala jenazah kemudian

menaburkannya dengan kedua tangannya.

10. Berdiri di sisi kubur sambil mendoakan keteguhan bagi jenazah,

memohonkan ampun baginya, dan memerintahkan orang-orang yang hadir

agar melakukan hal yang serupa.17

B. Kewajiban Ahli Waris

Setelah pemakaman jenazah selesai, masih ada beberapa hak dan

kewajiban yang harus dilaksanakan oleh ahli waris maupun kerabat selain yang

dipaparkan diatas. Diantaranya adalah yang menyangkut dengan harta

peninggalan dan harus diselesaikan oleh keluarga yang ditinggalkan, yakni:

1. Mengurus dan membiayai pemakaman jenazah.

Seorang muslim yang meninggal dunia dan mewariskan harta

benda maka, dari harta tersebut digunakan untuk membiayai pengurusan

jenazahnya. Misalnya membeli kain kafan, kapas, dan perlengkapan

pemakaman yang lainnya.

17

Abdul Lathif Asyur, Adzab al-Qabri wa Na‟imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan

oleh Syatiri Matrais dengan Judul ”Pesan Nabi Tentang Mati”, h.103

Page 34: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

19

2. Melunasi Hutang Piutang

Seorang Muslim yang masih mempunyai tanggungan hutang

sampai ia meninggal maka ahli waris wajib menyelesaikan hutangnya

dengan harta peninggalan. Adapun, jika jenazah tidak memiliki harta

maka, bagi ahli waris tetap mempunyai kewajiban untuk

menyelesaikannya.

Dari Abu Hurairah ra bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:

معلقة بدينو ا ىريرة قا ل:قال رسول اللو صل اللو عليو وسلم: ن فس المؤمن أب ن ع 18جو(احت ي قضى عنو )رواه إبن م

Artinya: “Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Jiwa

orang mukmin itu tegantung-gantung (tak sampai kehadirat Allah)

disebabkan hutangnya, sampai utang tersebut terlunasi.”(HR.Ibnu Majah).

Selain hutang kepada manusia, hutang kepada Allah pun juga harus

diselesaikan. Misalnya, belum membayar zakat, mengqadhani shalatnya

orang yang meninggal dunia (yang tidak melaksanakan shalat saat sakit),

kewajiban membayar fidyah karena meninggalkan puasa fardhu dan lain

sebagainya.

3. Melaksanakan wasiat

Wasiat adalah pesan tentang sesuatu kebaikan untuk dilaksanakan.

Sebaiknya wasiat diketahui oleh beberapa orang sebagai saksi atau ada

bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan, sehingga terhindar dari

penipuan atau penyalahgunaan. Sebab, pada umumnya wasiat berkaitan

18

Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al- Qazwini Ibnu Mâjah, Sunan Ibnu Mâjah juz

2, (Beirut : al-Ihya al-Turath al-Araby, 1975) h.806

Page 35: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

20

dengan harta benda. Wasiat harus diselesaikan sebelum pembagian

warisan dan besarnya tidak boleh lebih dari 1/3 harta waris (wasiat berupa

harta) dengan persetujuan ahli waris lainnya.19

Wasiat juga bisa berupa pesan lain selain harta. Misalnya, wasiat

untuk pendidikan anaknya, mengurus pekerjannya yang tertunda dan lain-

lain.

4. Memberikan harta waris kepada yang berhak.

Setelah semua urusan di atas diselesaikan dan masih mempunyai

sisa harta warisan maka, pembagian harta waris tersebut harus diatur

sesuai hukum waris (fara‟idh) dengan penuh persaudaraan dan bijaksana.

Jika ahli waris sudah dewasa, hendaknya diselesaikan pembagiannya

sampai tuntas. Tetapi, jika ada yang masih kecil maka, harta tersebut

dikuasakan kepada orang yang sudah dewasa dan amanah.

Sedangkan dalam konteks hukum di Indonesia pembagian harta

waris menurut Kompilasi Hukum Islam terdapat pada BAB III tentang

besarnya bahagian dari pasal 176 sampai pasal 191. Dalam Kitab Undang-

undang Hukum Perdata, pembahasan tentang kewarisan secara umum

diatur dalam pasal 830 sampai 873.

C. Pemakaman

Tempat penguburan orang yang telah meninggal disebut kuburan atau

makam. Makam menurut kamus besar bahasa Indonesia sama halnya dengan

kubur. Yaitu tempat untuk memakamkan jenazah atau lubang dalam tanah yang

19

Kompilasi Hukum Islam, (Surabaya: Kesindo Utama,2010), h.259

Page 36: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

21

digunakan sebagai tempat untuk menyimpan atau menguburkan orang yang telah

meninggal.20

Dalam bahasa Arab, makam berasal dari kata maqam yang berarti tempat,

status, atau hirarki. Tempat menyimpan jenazah sendiri dalam bahasa Arab

disebut Qabr. Baik kata makam atau kubur biasanya memperoleh akhiran an.

Sehingga jika diungkapkan kuburan makaman atau pemakaman yang umumnya

digunakan untuk menyebut tempat menguburkan atau memakamkan mayat atau

jenazah.21

Didalam Al-Qur‟an kata makam tidak ditemukan, yang ada hanya kata

maqam. Maqam yang dimaksud dalam Al-Qur‟an pada QS. Al-Baqarah (2) 125

)2 :125) البقرة/

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat

berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebahagian

maqam Ibrahim tempat shalat. dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan

Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf,

yang ruku' dan yang sujud.”

Kata maqam pada ayat tersebut berarti tempat berdiri Nabi Ibrahim AS di

waktu membuat Ka'bah. Bukan berarti tempat perquburan Nabi Ibrahim. Didalam

Al-qur‟an juga tidak ditemukannya kata maqam selain merujuk pada ayat ini.

20

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed 3, cet.4, (Jakarta:Balai

Pustaka, 2007) h.546. 21

Nur Syam, Islam Pesisir. (Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2005). h. 138-139.

Page 37: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

22

Kata ( القبور) alqubûri dalam Al-Qur‟an dipakai sebanyak delapan kali.

Kata tersebut berarti kuburan jamak dari kata qabr.Qabr yang berartimemendam,

melupakan, memasukkan, mengebumikan dantempat dikuburkannya manusia

yang telah meninggal.

Kata pemakaman juga dikenal sebagai maqbaroh (المقبرة), maqbaroh

adalah kata serapan bahasa Arab yang lazim dipakai oleh kalangan pesantren

untuk menyebut “kuburan” (tempat pemakaman umum). Walaupun kuburan dan

maqbaroh adalah dua kata yang bermakna sama dan bersumber dari kata dasar

yang sama pula, yakni “qobbaro”/kubur, namun kadang penerapannya memiliki

klasifikasi berbeda. Kata maqbaroh identik digunakan oleh kaum santri,

sementara kuburan umumnya dipakai oleh kalangan di luaran santri.22

D. Sejarah Pemakaman

Peristiwa bagaimana cara manusia dikuburkan pertama kali didunia ini

berasal dari kisah tentang dua putra Nabi Adam AS yang saling berseteru

mengenai siapa yang akan menikahi dua putri Nabi Adam AS dengan melalui cara

penyerahan kurban. Sebagaiman diketahui bahwa Nabi Adam AS dan Siti Hawa

melahirkan dua pasang anak kembar, pertama lahir pasangan Qabil dan adik

perempuannya yang diberi nama Iqlima, kemudian menyusul pasangan kembar

kedua Habil dan adik perempuannya yang diberi nama Lubuda.

22

Abee azra, “Maqbaroh”, artikeldiakses pada 18 November 2014

darihttp://magarsari.blogspot.com/2011/05/maqbaroh.html

Page 38: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

23

Menginjak usia dewasa kepada Nabi Adam AS Allah SWT memberi ilham

dan petunjuk agar kedua puteranya dinikahkan dengan puterinya. Qabil

dinikahkan dengan adik Habil yang bernama Lubuda dan Habil dengan adik Qabil

yang bernama Iqlima. Akan tetapi dengan tanpa diduga dan disangka rancangan

yang diputuskan itu ditolak mentah-mentah oleh Qabil dan menyatakan bahwa ia

tidak mau mengawini Lubuda adik Habil, dengan mengemukakan alasan bahwa

Lubuda adalah buruk dan tidak secantik adiknya sendiri Iqlima. Ia berpendapat

bahwa ia lebih patut mempersunting adiknya sendiri Iqlima sebagai isteri dan

sekali-kali tidak rela menyerahkannya untuk dinikahkan oleh Habil.23

Melihat peristiwa tersebut Nabi Adam AS menghindari penggunaan

kekerasan atau paksaan yang dapat menimbulkan perpecahan di antara kedua

putranya tersebut. Nabi Adam AS secara bijaksana mengusulkan agar

menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Allah SWT untuk menentukannya.

Caranya ialah bahwa masing- masing dari Qabil dan Habil harus menyerahkan

kurban kepada Allah SWT dengan catatan, barang siapa di antara kedua saudara

itu diterima kurbannya ialah yang berhak menentukan pilihan jodohnya.

Kedua putra Nabi Adam AS itupun menerima dengan baik jalan

penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya. Habil pergi dan membawa kambing

peliharaannya yang sangat baik dan gemuk, sedangkan Qabil membawa sekarung

gandum yang dipilih dari hasil perkebunannya yang telah rusak dan busuk.

Kemudian diletakkan kedua kurban itu (kambing Habil dan gandum Qabil) di atas

23

Muhammad yudhy Herlambang, Mencari Makna, (t.t.,Ildisegno, 2010), h.110-111

Page 39: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

24

sebuah bukit lalu pergilah mereka berdua menyaksikan dari jauh apa yang akan

terjadi atas dua jenis korban itu.

Setelah kedua kurban itu diletakkan, terlihat api besar yang turun dari

langit menyambar kambing binatang kurban Habil yang seketika itu musnah

termakan oleh api sedang karung gandum kepunyaan Qabil tidak tersentuh sedikit

pun oleh api dan tetap utuh. Maka dengan demikian keluarlah Habil sebagai

pemenang dalam pertaruhan itu karena kurban kambing telah diterima oleh Allah

SWT sehingga dialah yang mendapat keutamaan untuk memilih siapakah di

antara kedua gadis saudaranya itu yang akan dipersandingkan menjadi isterinya.24

Qabil tidak merasa puas dengan keputusan tersebut dan menaruh dendam

kepada Habil dengan cara membunuhnya. Pada saatnya tiba Qabilpun

mengutarakan bahwa ia akan membunuh habil saudaranya. Qabil berkata kepada

Habil:"Aku datang ke mari untuk membunuhmu. Masanya telah tiba untuk aku

lenyapkan engkau dari atas bumi ini.""Apa salahku?"tanya Habil. Dengan alasan

apakah engkau hendak membunuhku?"Qabil berkata:" Ialah kerana kurbanmu

diterima oleh Allah SWT sedangkan korbanku ditolak yang berarti bahwa engkau

akan mengawini adikku Iqlima yang cantik dan molek itu dan aku harus

mengawini adikmu yang buruk dan tidak mempunyai gaya yang menarik itu."

Habil berkata:" Adakah berdosa aku bahwa Allah SWT telah menerima

kurbanku dan menolak kurbanmu? Tidakkah engkau telah menyetujui cara

24

Ahmad Bahjat, Qishahul Hayawan fil Qur‟an : Kisah-kisah Hewan dalam Al-Qur‟an,

Penerjemah Yendri Juaniadi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), h.5

Page 40: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

25

penyelesaian yang diusulkan oleh ayah sebagaimana telah kita laksanakan?

Janganlah tergesa-gesa wahai saudaraku, mempertaruhkan hawa nafsu dan ajakan

syaitan! jagalah perasaanmu dan fikirlah masak- masak akan akibat perbuatanmu

kelak! Ketahuilah bahwa Allah SWT hanya menerima korban dari orang-orang

yang bertakwa, yang menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat

yang murni. Adakah mungkin bahwa kurban yang engkau serahkan itu engkau

pilihkannya dari gandummu yang telah rusak dan busuk dan engkau berikan

secara terpaksa bertentangan dengan kehendak hatimu, sehingga Allah SWT

menolak kurbanmu, berlainan dengan kambing yang aku serahkan sebagai korban

yang sengaja aku pilihkan dari perternakanku yang paling baik, sehat dan kucintai

dan ku serahkannya dengan tulus ikhlas disertai permohonan diterimanya oleh

Allah SWT. 25

Kisah diatas terdapat dalam QS. Al-Maidah (5): 27

) 5: 27) المآئدة /

Artinya: “ Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan

Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban,

Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima

dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata

Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang

bertakwa".

Setelah mendengar nasihat dari saudaranya, Qabilpun tidak mengikuti

nasihat dari Habil. Kedengkian yang telah memuncak tersebut membuat Qabil

berniat agar secepatnya membunuh Habil, tetapi Qabil tidak mengetahui

25

Ibid, h. 7

Page 41: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

26

bagaimana cara untuk membunuh Habil. Menjelmalah Iblis sebagai seekor burung

yang dipukul kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh

Iblis itu diterapkannya atas diri Habil yang kemudian lalu Qabil membunuh Habil

dengan penuh nafsu syaitan yang telah mendorongnya. Maka terjadilah

pembunuhan pertama didunia. Kisah tentang terbunuhnya Habil itupun terdapat

dalam QS. Al-Maidah (5): 30. 26

) 5: 30)المآئدة /

Artinya: “ Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah

membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang

diantara orang-orang yang merugi.”

Qabil merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya.ia tidak

tahu apa yang harus diperbuat dengan tubuh saudaranya yang semakin lama

semakin busuk itu. Ia meletakkan tubuh adiknya di sebuah peti yang dipikulnya

seraya mondar-mandir oleh Qabil dalam keadaan sedih melihat burung-burung

sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh jenazah Habil yang sudah busuk itu.

Kebingungan dan kesedihan Qabil tidak berlangsung lama kerana ditolong

oleh suatu contoh yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya sebagaimana ia

harus menguburkan jenazah saudaranya itu. Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi

Maha Bijaksana, tidak rela melihat mayat hamba-Nya yang soleh dan tidak

berdosa itu tersia-sia demikian rupa, maka dipertunjukkanlah kepada Qabil,

bagaimana seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu

mendorong gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan ke dalam lubang yang

telah digalinya, dan menutupi kembali dengan tanah. Melihat contoh dan

26

Ibid, h. 8

Page 42: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

27

pengajaran yang diberikan oleh burung gagak itu, termenunglah Qabil sejenak

lalu berkata pada dirinya sendiri:"Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat

berbuat seperti burung gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat

saudaraku ini?" lalu Qabilpun mulai menggali tanah untuk membuat lubang yang

diperuntukkan menguburkan mayat saudaranya dan memasukkan tubuh Habil

kedalamnya. Setelah tubuh Habil berada didalam lubang kubur, maka Qabil

menutupnya kembali dengan tanah yang tadi ia gali. Kisah ini diterangkan dalam

QS. Al-Maidah (5): 31 27

) 5: 31)المآئدة /

Artinya: “ kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi

untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan

mayat saudaranya. berkata Qabil: "Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu

berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku

ini?" karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.”

Inilah sejarah bagaimana cara menguburkan jenazah orang yang telah mati

untuk dikembalikan sebagaimana suatu hal yang berasal dari tanah harus kembali

lagi menjadi tanah.28

Dari kisah tentang bagaimana manusia menguburkan jenazah yang telah

meninggal, maka jika ada keluarga atau kerabat yang meninggal maka bagi orang

yang masih hidup harus menguburkannya di tempat pemakaman. Mengenai

sejarah tentang pemakaman, setalah banyaknya orang yang meninggal maka para

27

Muhammad yudhy Herlambang, Mencari Makna, h. 113-114. 28

Artikel Diakses pada 18 November 2014 darihttp://harmoni-

my.org/arkib/kisahnabi/index.htm#page=kisahhabildanqabilputeranabiadamas.htm

Page 43: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

28

manusia pada zaman dahulu menguburkan jenazah saudara-saudaranya pada suatu

tempat yang dikenal dengan nama pemakaman atau tempat dimana para orang-

orang yang telah meninggal dikuburkan.

E. Pemakaman di Zaman Rasulullah SAW

Pada zaman Rasulullah SAWpemakaman yang sangat terkenal adalah

pemakaman Baqi‟ dan pemakaman Ma‟la. Pemakaman Baqi‟ biasa disebut

dengan Baqi‟ al-Gharqad. Menurut bahasa, Baqi‟ berarti tempat di mana terdapat

tumbuh berbagai jenis pohon.Karena disini dahulu kala tumbuh pohon-pohon

Gharqad (gerumbul-gerumbul pohon Gharqad/ sejenis pohon-pohon yang

berdaun kecil dan berduri). Dari arti itulah dinamakan Baqi‟ Al-Gharqad. Al-

Gharqad adalah pohon berduri yang sangat besar.Namun, karena kaum Muslimin

ingin sekali dikuburkan di Baqi‟ mereka pun menebang pepohonan yang ada di

sana untuk dijadikan pemakaman.

Baqi‟ Al-Gharqad terletak sekitar 30 meter dari sebelah timur Masjid

Nabawi. Tanah disini terdiri dari tanah yang lembut dan tidak berbatu-batuan,

sehingga cocok untuk dijadikan sebagai pekuburan. Pemakaman Baqi‟ adalah

pemakaman penduduk Madinah sejak zaman Rasulullah SAW hingga kini. Lebih

dari 10.000 sahabat, Ahli Bait, keturunan, paman, dan istri Rasulullah (selain

Khadijah dan Maimunah) serta para tabi‟in dimakamkan di sana. Baqi‟ Al-

Gharqad adalah pemakaman penduduk Madinah dan berada di dalam Kota

Madinah. Orangyang pertama kali dikubur di baqi‟ adalah sahabat yang mulia,

Page 44: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

29

Utsman bin Mazh‟un. Kemudian di sampingnya dimakamkan Ibrahim, putra

Rasulullah.

Mengenai pemakaman Ma‟la, di hadapan Jabal Assayyidah (Bukit siti

Khadijah) di daerah al-Hujun terbentang pemakaman kuno Ma‟la yang

mempunyai nilai penting dalam sejarah Islam. Pemakaman ini sudah berusia

lebih dari 1700 tahun dan sampai sekarang masih tetap bertahan keberadaanya.

Manusia pertama yang dikubur di Ma‟la adalah Qushay bin Kilab (kakek

bangsa Quraish). Kemudian kakek-kakek Nabi Muhammad SAW lainnya di

antaranya; Abdu Manaf bin Qushay, Hasyim bin Abdu Manaf, Abdul Muthalib

bin Hasyim. Selain kakek-kakek Rasulallah SAW, terdapat juga kuburan Abu

Thalib paman Nabi SAW, al-Walid ibnu Al-Mughirah, Al-Qasim dan At-Thayib

(dua putra Nabi SAW), Sumayyah bin al-Khabbath (wanita pertama yang mati

syahid), Abdullah bin Yasir (saudara „Ammar bin Yasir), Asma‟ binti Abubakkar

Siddiq, Abdurahman bin Abubakar Siddiq, Abdullah bin Umar bin Khattab,

Abdullah bin Zubair, dan masih banyak lagi sahabat Nabi SAW yang

dimakamkan di Ma‟la yang tidak bisa disebut satu persatu.

Pemakaman Ma‟la adalah pemakaman keluarga besar Bani Hasyim,

keluarga Rasulullah SAW, yang kemudian dijadikan pemakaman umum, terletak

sekitar satu kilometer ke arah utara Masjidil Haram. Pemakaman ini dikenal juga

dengan nama Jannatul Ma‟la yang artinya surga Ma‟la.

Page 45: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

30

Itulah keadaan kedua makam yang sangat terkenal dizaman Rasulullah

SAW. Tempat pekuburan tersebut adalah tempat pekuburan yang penghuninya

akan dibangkitkan pertama kali setelah Rasulullah bangkit dari kuburnya.29

F. Fungsi dan Tujuan Makam

Pemakaman dimanapun tempatnya mempunyai fungsi dan tujuan yang

hampir sama. Setiap pemakaman berfungsi sebagai tempat dikuburkannya orang

yang telah meninggal. Selain itu, pemakaman bertujuan untuk jasad orang yang

telah meninggal dimasukkan kedalam tanah untuk mencegah terciumnya bau

busuk yang dapat menganggu orang yang masih hidup serta ancaman penggalian

atau untuk mencegah binatang buas membongkar galian kubur.30

G. Bentuk dan Aturan Makam Menurut Hukum Islam

Membahas makam atau kubur tidak terlepas mengenai bagaimana

bangunan makam atau kubur tersebut dibangun. Bangunan makam yang dimaksud

adalah bangunan yang dibangun di sekitar makam. Mengenai bentuk bangunan

yang dibangun di sekitar makam ada beberapa yang sering dijumpai dalam

masyarakat. Diantaranya adalah makam yang ditinggikan, makam yang dipagari

baik berupa tembok atau yang lainnya, bangunan menyerupai rumah yang

didalamnya ada makam.

29

Hasan Husen Assagaf, Makkah Sekitar Maqam Dan Zam-Zam (T.tp., Cahaya Ilmu,

2010), h,254 30

Abdul Lathif asyur, Adzab al-Qabri wa Na‟imuhu wa izhat al-Maut, diterjemahkan

oleh Syatiri Matrais dengan Judul ”Pesan Nabi Tentang Mati”, h. 104.

Page 46: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

31

Mengenai bentuk makam, makam memiliki beberapa sifat yang terdapat

pada sunnah Nabi SAW dan tergantung kebutuhan, di antaranya sebagai berikut:

1. Memperdalam galiannya untuk mencegah terciumnya bau busuk dan

ancaman penggalian dan untuk mencegah bahaya dari binatang buas untuk

membongkar galian kubur.

2. Meluaskan panjang, lebar dan kedalamannya agar leluasa ketika

menurunkan jenazah tersebut, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW

ketika menguburkan para sahabat yang gugur pada perang uhud. Dari

Hisyam bin Amir mengadu kepada Rasulullah SAW, lalu Nabi Muhammad

SAW bersabda:

بن عامرقال: قال رسول اللو صل اللو عليو وسلم: احفروا وأعمقوا ا عن ىشام 31ث ن ي والثالثة ف ق ب واحد )رواه أنسا عي(دفنوا اال وأحسنوا و

Artinya: “ Dari Hisyam bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: “Galilah,

perdalam, baguskan, dan makamkanlah dua atau tiga orang dalam satu

liang lahat” (HR. an-Nasa‟i).

Berdasarkan hadis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

memdalamkan kuburan dapat mengindari bau yang menganggu orang

hidup, menjauhkan kemungkinan binatang buas untuk menggalinya dan

mampu menutupi mayat. Selain dari itu, ini menjadi dalil hujjah

dibolehkannya menguburkan lebih dari satu mayat di dalam liang lahat

Menurut Imam Syafi‟i dan mayoritas ulama Hambali

memperdalam kuburan itu kira-kira seukuran orang laki-laki umumnya

31

Abî Abdurrahman Ahmad bin Syu‟aib an-Nasa‟i, Sunan an-Nasa‟i, (Beirut : Dar Ihya

al-Turats al-Arabi, t.th). h. 348

Page 47: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

32

berdiri tegak, yaitu berdiri dengan dengan mengangkat merentangkan

kedua tangannya keatas, karena Umar r.a. mewasiatkan hal tersebut, dan

tidak ada seorangpun yang mengingkarinya, yaitu seukuran empat

setengah hasta. Imam Ahmad berkata “kuburan itu diperdalam hingga

sampai dada, laki-laki ataupun perempuan dalam hal ini sama saja.”

Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah, kedalamannya kira-kira

seukuran orang setengah berdiri, atau sampai batas dada. Jika lebih sampai

ukuran orang bediri itu lebih baik. Dengan demikian batas minimalnya

adalah setengah ukuran orang berdiri dan maksimalnya seperti orang

berdiri. Adapun panjangnya, kira-kira seukuran panjang mayat dan

lebarnya kira-kira setengah dari panjangnya.

Imam Malik berpendapat, kuburan disunnahkan untuk tidak terlalu

dalam, melainkan kira-kira seukuran satu hasta saja jika ada lubang lahat.

3. Berdasarkan kesepakatan ulama fiqh bahwa liang lahat itu lebih baik dari

pada syaqq.

Maksud dari liang lahat adalah menggali lubang kecil di sebelah

depan kuburan sebagai tempat untuk meletakkan mayat yang kira-kira

ukuran luasnya mayat itu dan mampu menutupinya. Sedangkan syaqq,

menggali bagian dasar kuburan seperti sungai, atau melapisi dinding

sampingnya dengan batu atau sejenisnya yang tidak bisa tersentuh api, dan

membuat diantara keduannya lubang agak menjorok ke bawah untuk

meletakkan mayat, lalu ditutupi atasnya dengan ubin, batu, atau kayu, dan

Page 48: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

33

sejenisnya. Bagian atasnya ditinggikan sedikit agar tidak menyentuh

mayat. Syaqq ini makruh hukumya menurut Imam Ahmad bin Hambal,

sebagimana sabda Nabi SAW dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad

SAW berkata;

ق لغينا ل عن ابن عباس، قال رسول اللو صل اللو عليو وسلم: اللحد نا والش32)رواه اترمذي(

Artinya: “ Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW besabda: “lahat adalah

kebiasaan kami (muslim) sedang syaqq untuk kebiasaan selain kami

(bukan muslim). (HR.At-Tirmidzi).

Madzhab Hanafi, Maliki, dan Syafi‟i menerangkan dengan rinci

tentang hal ini, mereka berpendapat liang lahat lebih baik jika kondisi

tanahnya keras, jika kondisi tanahnya gembur atau basah maka syaqq lebih

baik karena khawatir longsor atau ambruk.

Meletakkan mayat dalam kubur dengan menghadap kiblat dan

menyandarkan wajahnya ke tembok kubur, serta menyandarkan

punggungnya dengan batu bata atau sejenisnya untuk mencegah jatuh

terlentang, wajib hukumnya menurut kalangan Syafi‟i dan Hambali,

sedang sunnah menurut pengikut Maliki dan Hanafi.

4. Meninggikan kuburan seukuran jengkal saja agar diketahui bahwa itu

kuburan seseorang, dan bisa berhati-hati, dimintakan rahmat untuk

32

Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Jami‟ at-Tirmidzi, (Riyadh: Dar Assalam,

1999) h. 252

Page 49: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

34

penghuninya, karena kuburan Rasulullah SAW sendiri ditinggikan seukuran

satu jengkal.33

Imam Syafi‟i meriwayatkan dari Jabir:

ره ى اللو عليو وسلم أ أن النب صل عن جابر لد ونصب عليو اللب نصبا ورفع ق ب . )رواه إبن حبان والب 34يهقي(منا الرض نوا من شب

Artinya: “ Dari Jabir, Bahwasanya Nabi SAW dibuatkan lahad baginya,

ditimbunkan batu bata di atasnya, dan ditinggikan kuburnya dari tanah

sekitar sejengkal.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi)

5. Menurut mayoritas ulama, dibuatkan gundukan tanah lebih baik daripada

rata saja, sesuai dengan perkataan Sufyan at-tammar;

ر النب صلى اللو عليو وسلم مسنما ار، أنو حد ثو أنو رأى ق ب عن سفيان التم35)رواه البخارى(

Artinya: “ Dari Sufyan at-Tammar, Bahwasannya Aku melihat kubur Nabi

SAW berbentuk gundukan Tanah.” (HR.Al-Bukhari)

Begitu juga kuburan para sahabat setelah beliau. Mahdzab

Hambali, mengecualikan di daerah perang jika sulit untuk memindahkan

mayat maka lebih baik untuk meratakan kubur dengan tanah dan

menutupinya, khawatir akan digali ataupun sejenisnya.

Mahdzab Syafi‟i berpendapat, hal yang benar adalah meratakan

kuburan lebih baik daripada membuat gundukan, sebagaimana yang

dilakukan pada kuburan Rasulullah SAW dan dua sahabatnya.

33

Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam 2, penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h.587 34

Abu Bakar Ahmad bin al-Husein bin Ali al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, h.410. 35

Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, h.130

Page 50: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

35

6. Makruh hukumnya mencat kuburan dan membangunnya, menuliskan

padanya, dan menginap di kuburan, menjadikan masjid, menciumya,

thawaf, dan memberikan wewangian padanya, serta meminta kesembuhan

dari penyakit pada makam. Begitu juga makruh untuk melincinkan tanah

menurut Madzhab Maliki dan Hanafi.36

Adapun Tajsis, yaitu memutihkan (cat) atau memplester dengan

kapur dan semisalnya; mengukir, dan memahat kuburan, membuatkan

bangunan seperti kubah atau rumah maka hukumnya makruh karena

dilarang. Jika bangunan di atas kuburan itu untuk berbangga diri atau

berada di tanah yang khusus untuk penguburan sesuai dengan kebiasaan,

atau tanah waqaf maka haram hukumnya dan harus dirobohkan, karena

untuk pamer seperti bangga diri dan sombong yang terlarang, begitu juga

bila berada di tanah waqaf dan tanah kepemilikan umum, karena hal

tersebut menyebabkan sempit dan menyusahkan orang lain.

Adapun tulisan pada kuburan adalah makruh hukumnya menurut

mayoritas ulama, baik nama mayat tersebut atau lainnya, di sisi kepala

atau lainnya, tulisan halus atau tebal, dan haram menulis Al-qur‟an pada

kuburan menurut Madzhab Maliki. Dalil mereka adalah hadits yang

diriwayatkan Jabir r.a.

36

Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam 2, penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, h.587

Page 51: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

36

عد تصيص القبور وأن يك ن هى رسول اللو صلى اللو عليو وسلم عن عن جابر ها ها )رواه مسلم(وأن ي علي 37بن علي

Artinya: “ Dari Jabir, Rasulullah SAW melarang untuk mencat kuburan

atau menuliskan padanya atau membuat bangunan di atasnya.” (HR.

Muslim).

Madzhab Hanafi berpendapat, boleh saja menuliskan pada kuburan

jika dibutuhkan sehingga bekasnya tidak hilang dan terabaikan. Al-hakim

telah mentakhrij hadits yang melarang hal tersebut dari berbagai jalur

sanad, lalu ia berkomentar, semua jalur sanad ini shahih. Para pemuka

umat Islam dari timur sampai barat makamnya telah ditulis sesuatu. Ini

adalah perkara yang diambil oleh ulama sekarang dari ulama terdahulu.

Dikuatkan pula hadits yang ditakhrij oleh Abu Dawud dengan sanad yang

bagus, bahwa Rasulullah SAW, “Membawa batu, lalu meletakkannya di

sisi kepala Utsman bin Madz‟un seraya bersabda:

ر عن كشي بن زيدالمدن، قال رسول اللو صل اللو عليو وسلم: أت علم با ق ب 38ود(اد وباأخي وأدفن إليو من ما ت من أىلي )رواه

Artinya: “ Dari Katsir bin Zaid al-Madani, Bahwa Rasulullah SAW

bersabda: “Aku memberi tanda pada kuburan saudaraku dan aku akan

menguburkan bersamanya orang yang meninggal dari keluargaku”. (HR.

Abu Dawud)

Menulis pada makam adalah cara untuk mengenali kuburan

tersebut. Kesimpulannya, larangan untuk menulis pada kuburan adalah

bagi orang yang tidak berkepentingan, dan menulis tanpa adanya alasan,

37

Abî al-Husein Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, (Riyadh:

Dar-Assalam, 1998) h.389 38

Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟ats al-Adzi as-Sijistani, Sunan Abu Dawud, (Beirut:

Dar Ibnu Hazm, 1998) h.500

Page 52: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

37

ataupun menulis Al-Qur‟an, sya‟ir, ataupun pujian, dan semisalnya maka

hal inilah yang dimakruhkan.

Adapun membuat masjid berada di atas kuburan adalah makruh

hukumnya, dan haram menurut sebagian ulama hadits dan mazhab

hambali, sesuai riwayat Aisyah ketika nabi SAW sakit menjelang

wafatnya, beliau bersabda:

عائشة قال رسول اللو صل اللو عليو وسلم: لعن اهلل الي هود والنصارى،اتذوا ق بور عن 39ري(اخب الهم مسجدا)رواه ئ أنبيا

Artinya: “Dari Aisyah Rasulullah SAW bersabda: “Allah mengutuk orang-

orang Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kuburan Nabi mereka sebagai

masjid” (HR. Bukhari)

Secara dzahir, mereka menjadikan kuburan tersebut sebagai masjid

dan melakukan shalat di dalamnya. Akan tetapi, Ibnu Qasim, murid Imam

Malik menyebutkan bahwa boleh saja membangunan masjid pada kuburan

untuk kebaikan, dan makruh hukumnya jika selain untuk hal baik.40

Mengenai masalah tentang bangunan pada makam, bangunan yang

dimaksud adalah bangunan yang berdiri di atas makam. Mengenai permasalahan

bangunan di atas makam, tak satupun dari ulama yang mengharamkan

membangun bangunan di atas kuburan secara mutlak, tetapi makruh. Adapun

39

Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar Al-

Fikr, t.th) h.112 40

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam 2, cet.1, h.584.

Page 53: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

38

yang diharamkan adalah membangun bangunan di sekitar pekuburan yang

diwakafkan saja. 41

Imam nawawi berkata dalam kitab Majmu : Imam Syafi‟i dan para ashab

(pengikut Imam Syafi‟i) berkata : dimakruhkan untuk memperbaiki kuburan

dengan keramik atau semisalnya, menulis nama (seperti kubah atau lainnya),

pendapat ini dalam madzhab Syafi‟i tidak ada perbedaaan sama sekali, pendapat

ini pula yang dipendapatkan oleh Imam Malik, Imam Ahmad bin Hambal, Abu

Dawud dan pembesar-pembesar para ulama.

Para ashab Syafi‟i berpendapat, tidak ada perbedaan dalam masalah

bangunan, antara dibangun kubah, rumah atau selainya kemudian diperinci :

apabila kuburan tersebut adalah kuburan yang diwakafkan (kuburan umum) bukan

tanah milik pribadi maka hukumya haram. Para ashab berpendapat bangunan

tersebut boleh dihancurkan tanpa ada perbedaan sama sekali dalam madzhab.

Imam Syafi‟i dalam kitab Al Umm berkata: “dan aku telah menyaksikan dari pada

pemimpin yang menghancurkan atau merobohkan bangunan yang dibangun di

atas kuburan, dan saya tidak melihat para fuqoha yang mencela hal tersebut”.

Karena membangun bangunan di atas kuburan juga menyempitkan atau

mengurangi jatah hak orang lain.42

41

Alwi bin Abdullah Al Aidrus, Permasalahan Penting Berhubungan Dengan Rumah

Allah (Masjid), (Jakarta: Al Wafa Bi Ahdillah, 2014), h. 21. 42

Ibid. h. 23.

Page 54: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

39

Para ashab berkata: kalau memang membangun bangunan diatas kuburan

di tanah miliknya sendiri maka hukumnya boleh tapi makruh dan tidak boleh

dihancurkan.

Para ashab berkata : tulisan yang ada di nisan kuburan, baik di atas

kepalanya sebagaimana sebagian orang atau di tempat lainnya semua hal tersebut

hukumnya makruh.

Para ashab berkata: dimakruhkannya memperbaiki kuburan dengan

keramik atau semisalnya baik di tanah miliknya sendiri atau di pekuburan umum,

adapun menumpuk tanah di atas kuburan maka menurut pendapat Imam Ghazali

hukumnya makruh. Abu Isa At-Turmudzi menyebutkan dalam kitab jami‟nya :

bahwasanya Imam Syafi‟i berpendapat melapisi lubang kuburan dengan tembok

hukumnya mubah, dan tidak terdapat pendapat dari para ashab Imam Syafi‟i yang

berpendapat bahwa dengan pendapat tersebut dilarang, maka yang shohih dari

madzhab bahwasanya hukumnya tidak makruh sebagaimana yang dinashkan oleh

Imam Syafi‟i dan tidak ada larangan sama sekali.43

Adapun hadits yang diriwayatkan dari sahabat Jabir r.a.

ر، وأن ي قعد عليو،وأن جابر عن ن هى رسول اللو صلى اللو عليو وسلم أن يصص القب ن عليو )رواه مسلم( 44ي ب

Artinya: “ Dari Jabir, Rasulullah SAW melarang untuk mengkeramik kuburan,

duduk diatasnya dan membangun bangunan diatasnya.” (HR. Muslim).

43

Ibid. h. 23. 44

Abî al-Husein Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim,(Riyadh:

Dar-Assalam, 1998) h.389.

Page 55: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

40

Imam Nawawi dalam syarah muslim berkata: dalam hadits ini tentang

dimakruhkannya memperbaiki kuburan dengan keramik atau semisalnya dan

membangun di atasnya (kubah atau yang lainnya), dan diharamkan duduk di atas

kuburan. Ini adalah madzhab Imam Syafi‟i dan pembesar-pembesar ulama.

Mengenai tentang yang dilarang pada hadits di atas adalah makruh dengan

dalil bahwasanya kuburan Rasulullah SAW ditinggikan satu jengkal. Imam

Nawawi dalam kitab Majmu menyebutkan : disunahhkan untuk meninggikan atau

membuat gundukan di atas kuburan kurang lebih satu jengkal sebagaimana yang

terdapat dalam nash dan disepakati oleh Imam Syafi‟i dan para ashab, hanya saja

pengarang kitab At-Tatimmah mengecualikan masalah, apabila jenazah tersebut

dikuburkan di kota orang kafir, maka hendaknya diratakan sekira tidak nampak,

ditakutkan diusik oleh orang-orang kafir setelah keluarnya kaum muslimin dari

kota tersebut.45

Imam nawawi juga menyebutkan: Al Imam Syafi‟i berkata dalam kitab Al

Muhtashor : disunnahkan untuk tidak menambahkan di atas kuburan tanah dari

galian kuburan tersebut. Imam Syafi‟i dan Ashab mengatakan “kami tidak

disunnahkan untuk ditambahkan diatasnya supaya tidak terlihat terlalu tinggi.

Imam Syafi‟i mengatakan kalau memang lebih maka hukumnya mubah.

Mengenai tentang meninggikan di atas kuburan secara merata (At tastih)

Imam Nawawi mengatakan “yang Shahih bahwasanya At tastih lebih utama

45

Alwi bin Abdullah Al Aidrus, Permasalahan Penting Berhubungan Dengan Rumah

Allah (Masjid), h. 25.

Page 56: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

41

sebagaimana yang tertera dalam nash Imam Syafi‟i dalam kitab Al Umm dan

Muhtashor Al Muzani. 46

Menurut pendapat penulis terkait dengan hukum membangun makam

kuburan adalah dilihat dari tujuan pembangunan makam tersebut, apabila tujuan

dari membangun makam tersebut adalah untuk mendatangkan kebaikan dan

manfaat, maka hukumnya adalah makruh, mengikuti pendapat Imam Syafi‟i dan

Imam Ghazali. Jika dalam pembangunan makam tersebut hanya untuk

menyombongkan diri, maka dalam hal ini dilarang.

46

Ibid. h. 27.

Page 57: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

42

BAB III

BANGUNAN MAKAM MENURUT PERDA DKI JAKARTA NO 3 TAHUN

2007 TENTANG PEMAKAMAN

A. Pengertian dan Asas-asas Peraturan Daerah

Sesuai dengan ketentuan undang-undang No. 10 tahun 2004, tentang

pembentukan perundang-undangan, yang dimaksud Peraturan Daerah (Perda)

adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.1 Definisi

lain dari Peraturan Daerah (perda) adalah peraturan perundang-undangan yang

dibentuk bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan Kepala

Daerah baik di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota.2

Dalam undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

(undang-undang pemerintah daerah) peraturan daerah dibentuk dalam rangka

penyelenggaran ekonomi daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dan tugas pembantuan

serta merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. 3

Sesuai ketentuan pasal 12 undang-undang No. 10 tahun 2004 tentang

pembentukan peraturan perundang-undangan, materi atau muatan Perda adalah

seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan ekonomi daerah dan tugas

1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

2 Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

3 Pasal 136 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Page 58: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

43

pembantuan dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Pengertian lain dari Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan

yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan

bersama Kepala Daerah, dalam hal ini seperti Gubernur, Bupati, Walikota.4

Materi muatan peraturan daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka

penyelenggaraan ekonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi

khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi.5

Peraturan Daerah (Perda) merupakan salah satu jenis peraturan perundang-

undangan yang merupakan bagian dari sistem hukum nasional berdasarkan

pancasila.6

Sebelum membentuk suatu Perda yang akan diberlakukan, maka

pembentukkan Perda harus berdasarkan pada asas-asas pembentukan peraturan

perundang-undangan. Dalam hal ini Pembentukan perda harus berdasarkan pada

asas pembentukan peraturan perundang-undangan sebagai berikut :7

1. Kejelasan tujuan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-

undangan mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai;

4 Pengertian peraturan pemerintah, internet diakses pada 17 September 2014 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Peraturan_perundang-undangan_Indonesia#Peraturan_Daerah 5 Ibid.

6 Fungsi perda dalam peraturan perundang-undangan, internet diakses pada 17 September

2014dari http://jdih.bphn.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=262&Itemid=18 7 Pasal 137 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Page 59: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

44

2. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, yaitu setiap jenis peraturan

perudang-undangan harus dibuat oleh lembaga/ pejabat pembentuk

peraturan perundang-undangan yang berwenang dan dapat dibatalkan atau

batal demi hukum bila dibuat oleh lembaga/ pejabat yang tidak berwenang;

3. Kesesuain antara jenis dan materi muatan, yaitu dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi

mautan yang tepat dengan jenis peraturan perudang-undangan;

4. Dapat dilaksanakan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-

undangan harus memperhatikan efektifitas peraturan perundang-undangan

tersebut didalam masyarakat;

5. Kedayagunaan dan kehasilgunaan, yaitu setiap peraturan perundang-

undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat

dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

6. Kejelasan rumusan, yaitu setiap peraturan perundang-undangan harus

memenuhi persyaratan teknis penyusunan, sistematika dan pilihan kata atau

terminology, serta bahan hukumnya jelas dan mudah mengerti sehingga

tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaanya;

7. Keterbukaan, yaitu dalam proses pembentukan peraturan perundang-

undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan

bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian seluruh lapisan

masyarakat mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk memberikan

masukan dalam proses pembutan peraturan perundang-undangan.

Page 60: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

45

Di samping itu materi muatan Perda harus mengandung asas-asas sebagai

berikut:8

1. Asas pengayoman, bahwa setiap materi muatan Perda harus berfungsi

memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman

masyarakat;

2. Asas kemanusiaan, bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan

perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan

martabat setiap warga dan Negara dan penduduk Indonesia secara

proposional;

3. Asas kebangsaan, bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan

sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik (kebhinekaan) dengan

tetap menjaga prinsip Negara kesatuan Republik Indonesia;

4. Asas kekeluargaan, bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan

musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan;

5. Asas kenusantaraan, bahwa setiap materi muatan Perda senantiasa

memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan

Perda merupakan bagian dari hukum nasional yang berdasarkan Pancasila;

6. Asas Bhineka Tunggal Ika, bahwa setiap materi muatan Perda harus

memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku, dan golongan, kondisi

daerah dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitive

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

8 Pasal 138 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Page 61: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

46

7. Asas keadilan, bahwa setiap materi muatan Perda harus mencerminkan

keadilan proposional bagi setiap warga Negara tanpa terkecuali;

8. Asas kesamaan dalam hukum dan pemerintahan, bahwa setiap materi

muatan Perda tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan

berdasarkan latar belakang, antara lain agama, suku, ras, golongan, gender,

atau status sosial;

9. Asas ketertiban dan kepastian hukum, bahwa setiap materi muatan Perda

harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan

adanya kepastian hukum;

10. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, bahwa setiap materi

muatan Perda harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan

keselarasan antara individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan

Negara;

11. Asas lain sesuai substansi Perda yang bersangkutan.

B. Latar Belakang Lahirnya Perda No 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman

Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dengan wilayah yang

pertambahan penduduk begitu pesat, senantiasa masih menghadapi masalah tanah

untuk pemakaman. Selain itu, tempat pemakaman merupakan kebutuhan setiap

warga masyarakat dengan tetap memperhatikan keyakinan agamanya masing-

masing maka sangat diperlukan adanya suatu peraturan yang mengatur tentang

pemakaman.

Page 62: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

47

Keterbatasan lahan pemakaman merupakan hambatan utama dalam

penyediaan prasarana dan sarana pemakaman. Hal tersebut sangat dirasakan oleh

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan luas tanah yang

terbatas untuk pemakaman, pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, serta

dihuni oleh penduduk dengan latar belakang agama dan tradisi yang berbeda-

beda, dengan menyediakan prasarana dan sarana pemakaman yang berbeda-beda

pula. Di samping itu peningkatan kualitas hidup menuntut pula peningkatan

pelayanan baik kuantitas maupun kualitas.

Namun upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta melalui intensifikasi atua pengelolaan lahan pemakaman dengan

menggunakan berbagai sarananya, belum mampu mengatasi keterbatasan lahan

pemakaman. Seiring dengan itu, upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, disamping ekstensifikasi atau memperluas lahan

untuk pemakaman yang baru, juga diupayakan peran serta masyarakat dalam

penyediaan lahan pemakaman sesuai dengan kapasitasnya sebagai bagian dari

taman yang dapat berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, yang berfungsi sebagai

taman kota, resapan air, dan paru-paru kota yang sangat mendukung dalam

pembangunan berwawasan lingkungan.

Peraturan yang mengatur mengenai pemakaman dimulai pada masa

Gubernur ke 4 DKI Jakarta, Bapak Ali Sadikin yang menjabat dari Tahun 1966-

1977. Salah satu program kerjanya yaitu tentang pengelolaan makam. Demi

suksesnya pelaksanaan Master Plan Jakarta, perlu dilakukan penertiban tempat-

tempat pemakaman yang bukan dalam pengawasan, pengurusan, dan pengelolaan

Page 63: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

48

Pemda DKI. Misalnya, makam desa, makam wakaf, makam keluarga, dan lain-

lain.

Langkah berikutnya adalah dibuatnya Perda DKI Jakarta Nomor 2 Tahun

1973 tentang Pemakaman Umum Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta,

Perda tersebut adalah Perda pertama DKI Jakarta yang mengatur tentang

pemakaman. Yang isinya mengatur semua pemakaman yang berada di Provinsi

DKI Jakarta dibawah pengawasan, pengurusan, dan pengelolaan Pemda, kecuali

makam dibawah pengelolaan pemerintahan pusat. 9

Sebelum Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2007 tentang Pemakaman ini lahir,

pemerintah daerah DKI Jakarta sudah mempunyai Peraturan Daerah Khusus

Ibukota Jakarta No. 2 Tahun 1992 Tentang Pemakaman Umum dalam wilayah

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, namun Perda ini perlu ditinjau kembali dan sudah

tidak sesuai lagi dengan kondisi dan perkembangan Kota Jakarta saat ini, serta

penyelenggaraannya dalam pemerintah daerah. Setelah mempertimbangkan

alasan-alasan tersebut, maka untuk lebih meningkatkan pelayanan pemakaman,

perlu membentuk peraturan daerah tentang pemakaman yang baru, maka

dibuatlah Perda No. 3 Tahun 2007 tentang Pemakaman.

C. Pengertian Pemakaman

Pemakaman berasal dari kata makam yang berarti kubur atau pekuburan.

Dengan arti lain tempat tinggal, kediaman.10

Dalam kamus besar bahasa Indonesia

9 Wawancara Pribadi dengan Iwa Kuswita, Kepala Seksi Pengendalian makam Dinas

Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat Jakarta 24 September 2014. 10

Idris Thaha, “Makam Atau Maqam”, artikel diakses pada 9 Desember 2014 dari

http://al-amien.ac.id/2011/03/30/makam-atau-maqam/

Page 64: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

49

pemakaman adalah pekuburan atau tempat mengubur.11

Pemakaman biasa disebut

dengan tempat pemakaman umum (TPU). Tempat pemakaman dalam perda DKI

Jakarta No. 3 Tahun 2007 tentang Pemakaman adalah lahan yang digunakan

untuk memakamkan jenazah yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana.

Tempat pemakaman umum merupakan kawasan tempat pemakaman yang

biasanya dikuasai oleh pemerintah daerah dan disediakan untuk masyarakat

umum yang membutuhkannya. TPU ini berada dalam pengawasan, pengurusan

dan pengelolaan pemerintah daerah itu sendiri. 12

D. Hal-hal yang berkaitan dengan pemakaman.

Dalam peraturan daerah Provinsi DKI Jakarta No 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman banyak disinggung tentang segala hal dalam pemakamann.

Di dalam Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 2007 tentang Pemakaman Bab II

tentang taman pemakaman pasal 2 disebutkan setiap ahli waris dan atau pihak

yang bertanggungg jawab memakamkan jenazah, wajib memakamkan jenazah di

taman pemakaman sesuai dengan ketentuan agama atau kepercayaan yang dianut

oleh jenazah yang bersangkutan. Taman pemakaman yang dimaksud meliputi

taman pemakaman milik pemerintahan daerah dan taman pemakaman bukan milik

pemerintah daerah, yaitu seperti tanah wakaf.

11

Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka) 1988, h. 546. 12

Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan

tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman

Page 65: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

50

Taman pemakaman diperuntukkan bagi warga masyarakat Provinsi DKI

Jakarta yang meninggal dunia di dalam atau di luar wilayah Provinsi DKI Jakarta,

atau bisa juga warga masyarakat lainnya yang meninggal dunia di wilayah

Provinsi DKI Jakarta.13

Selain tempat pemakaman umum, Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 2007

tentang Pemakaman juga mengatur pemakaman khusus yaitu dengan

menyediakan blok-blok khusus yang diperuntukkan bagi pahlawan nasional atau

perintis kemerdekaan, pejabat negara, pejabat daerah, dan tokoh masyarakat.

Selain blok-blok khusus, juga disediakan blok-blok tanah makam berdasarkan

agama.14

Dalam melaksanakan pelayanan makam, Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) juga melakukan usaha pelayanan pemakaman, diantaranya pelayanan

jasa pengurusan jenazah, angkutan jenazah, pembuatan peti jenazah, perawatan

jenazah, pelayanan rumah duka, pengabuan atau kremasi, tempat penyimpanan

abu jenazah dan kegiatan atau usaha lain di bidang pelayanan pemakaman.15

Usaha-usaha pelayanan pemakaman tersebut dilakukan oleh SKPD yang

bertanggung jawab di bidang pemakaman dan masyarakat. Namun bila mana

tidak dilakukan oleh SKPD, yang melaksanakan usaha pelayanan tersebut harus

berbentuk yayasan dan wajib mendapat izin operasional dari kepala SKPD yang

13

Pasal 3 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman. 14

Pasal 4 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman. 15

Pasal 9 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman.

Page 66: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

51

bertanggung jawab di bidang pemakaman.16

Tetapi ahli waris atau pihak yang

bertanggung jawab memakamkan jenazah dapat juga melakukan pelayanan

pemakaman baik secara perorangan maupun kekeluargaan.17

Mengenai penyelenggaraan pemakaman dalam Perda DKI Jakarta No. 3

Tahun 2007 Tentang Pemakaman Bab ke VI dibagi menjadi enam bagian.

Pada bagian pertama yaitu pemakaman jenazah. Pemakaman jenazah oleh

ahli waris atau pihak yang bertanggung jawab memakamkan dilakukan dalam

waktu kurang dari 24 jam setelah memperoleh izin penggunaan tanah makam dari

kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman.18

Dalam memperoleh izin penggunaan tanah makam dari kepala SKPD harus

melampirkan beberapa syarat untuk diajukannya izin penggunaan tanah makam.

Setiap jenazah yang dimakamkan di taman pemakaman, ahli waris atau

pihak yang bertanggung jawab memakamkan jenazah melampirkan :

1. Surat keterangan laporan kematian dari lurah setempat;

2. Surat keterangan pemeriksaan jenazah dari rumah sakit atau puskesmas;

3. Foto kopi kartu keluarga;

4. Foto kopi kartu tanda penduduk orang yang meninggal.19

16

Pasal 10 Ayat 2 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman. 17

Pasal 10 Ayat 3 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman. 18

Pasal 16 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman. 19

Pasal 17 Ayat 1 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman.

Page 67: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

52

Setiap jenazah dari luar daerah yang akan dimakamkan di taman

pemakaman, ahli waris atau pihak yang bertanggung jawab memakamkan jenazah

melampirkan :

1. Surat keterangan pemeriksaan jenazah dari rumah sakit/ atau puskesmas

daerah asal orang yang meninggal;

2. Surat keterangan laporan kematian dari lurah atau kepala desa daerah asal

orang yang meninggal;

3. Surat pengantar kematian dari kepala SKPD yang bertanggung jawab di

bidang kesehatan daerah asal orang yang meninggal;

4. Foto kopi kartu keluarga;

5. Foto kopi tanda penduduk orang yang meninggal.20

Setiap jenazah dari luar negeri yang akan dimakamkan di taman

pemakaman, ahli waris atau pihak yang bertanggung jawab memakamkan jenazah

melampirkan :

1. Surat keterangan pemeriksaan jenazah dari rumah sakit negara asal orang

yang meninggal;

2. Surat keterangan dari Duta Besar atau kepala perwakilan Negara Republik

Indonesia di negara tempat orang yang meninggal;

3. Surat keterangan dari Menteri Luar Negeri atau Pejabat yang ditunjuk;

4. Foto kopi kartu keluarga;

5. Foto kopi tanda penduduk orang yang meninggal.

20

Pasal 17 Ayat 2 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman.

Page 68: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

53

Setiap jenazah yang akan dibawa keluar daerah, ahli waris atau pihak yang

bertanggung jawab memakamkan jenazah wajib melaporkan kepada kepala SKPD

dengan melampirkan :

1. Surat keterangan pemeriksaan jenazah dari rumah sakit atau puskesmas

setempat;

2. Surat keterangan laporan kematian dari Lurah setempat;

3. Surat keterangan dari kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang

kesehatan;

4. Foto kopi kartu keluarga;

5. Foto kopi kartu tanda penduduk orang yang meninggal.21

Setiap jenazah yang akan dibawa ke luar negeri, ahli waris atau pihak yang

bertanggung jawab memakamkan jenazah wajib melaporkan kepada kepala SKPD

yang bertanggung jawab di bidang pemakaman dengan melampirkan :

1. Surat keterangan pemeriksaan jenazah dari rumah sakit pemerintah;

2. Surat keterangan dari Duta Besar atau Kepala Perwakilan Negara asal orang

yang meninggal;

3. Surat keterangan dari Menteri Luar Negeri atau Pejabat yang ditunjuk;

4. Kelengkapan dokumen keimigrasian.22

21

Pasal 18 Ayat 1 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman. 22

Pasal 18 Ayat 2 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman.

Page 69: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

54

Perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang pemakaman, wajib

mengurus dan melaksanakan pemakaman bagi jenazah orang terlantar dan

keluarga miskin atas beban biaya pemerintah daerah.23

Pada bagian kedua yaitu penundaan waktu pemakaman. Jenazah yang akan

dimakamkan lebih dari 24 jam, ahli waris atau pihak yang bertanggung jawab

wajib memiliki izin penundaan waktu pemakaman dari kepala SKPD yang

bertanggung jawab di bidang pemakaman. Izin penundaan waktu pemakaman

paling lama lima hari sejak orang yang bersangkutan meninggal, dan dapat

diperpanjang sesuai kebutuhan, kecuali jenazah penderita penyakit menular.

Jenazah yang pemakamannya ditunda, harus disimpan dalam peti jenazah yang

sesuai dengan standar yang ditetapkan kepala SKPD yang bertanggung jawab di

bidang pemakaman.24

Bagian ketiga yaitu pengangkutan dan pengawalan jenazah. Jenazah yang

akan dimakamkan di taman pemakaman yang menggunakan kendaraan bermotor,

wajib menggunakan kendaraan jenazah yang memenuhi persyaratan. Mengenai

persyatarannya meliputi :

1. Kendaraan harus sesuai peruntukannya, memenuhi persyaratan teknis dan

layak jalan;

2. Warna kendaraan harus berwarna putih atau hitam;

3. Dipasang serine dan lampu serine pada bagian atas kendaraan dan

dinyalakan atau dibunyikan saat membawa jenazah;

23

Pasal 20 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman. 24

Pasal 22 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman.

Page 70: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

55

4. Dilengkapi dengan alat pengusung jenazah disertai dengan kain lurus

berwarna hijau atau hitam;

5. Berpintu satu pada sisi kanan dan kiri depan, serta dua pintu pada bagian

belakang kedaraan;

6. Pada sisi kanan dan kiri kendaraan bertuliskan “Mobil Jenazah” dan nama

yayasan pengelola;

7. Memiliki izin operasional kendaraan pengangkutan jenazah dari kepala

SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman;

8. Memiliki izin pengangkutan jenazah dari kepala SKPD yang bertanggung

jawab di bidang pemakaman.25

Warga masyarakat, keluarga atau kerabat dapat juga mengiringi kendaraan

jenazah dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Kendaraan harus sesuai peruntukannya, memenuhi persyaratan teknis dan

layak jalan;

2. Dilengkapi dengan tanda berupa bendera berwarna kuning;

3. Harus menghidupkan lampu atau tanda-tanda lain;

4. Harus mematuhi peraturan lalu lintas dan angkutan jalan.26

Bagian keempat yaitu pemindahan dan penggalian jenazah atau kerangka.

Pemindahan jenazah atau kerangka dari satu petak tanah makam ke petak makam

lainnya, dapat dilakukan atas permintaan ahli waris atau pihak yang bertanggung

jawab memakamkan jenazah. Pemindahan ini dapat dilakukan terhadap jenazah

25

Pasal 23 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman. 26

Pasal 24 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman.

Page 71: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

56

atau kerangka yang telah dimakamkan paling sedikit satu tahun, dan harus

mendapatkan izin tertulis dari kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang

pemakaman. Gubernur juga dapat melakukan pemindahan jenazah atau kerangka

untuk kepentingan umum dengan persetujuan dari DPRD.27

Penggalian jenazah atau kerangka dapat dilakukan untuk kepentingan

penyidikan dalam rangka penyelesaian suatu perkara atas permintaan pejabat yang

berwenang, setelah mendapat izin dari kepala SKPD yang bertanggung jawab di

bidang pemakaman. Untuk mendapatkan izin, pemohon harus menyampaikan

permohonan penggalian kepada kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang

pemakaman dengan melampirkan surat keterangan dari ahli waris atau

penanggung jawab penggalian jenazah atau kerangka, dan surat keterangan dari

kepolisian.28

Bagian kelima yaitu waktu pemakaman. Waktu memakamkan dan

memindahkan, serta mengabukan atau kremasi jenazah, dilakukan antara pukul

06.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB, kecuali apabila kepala SKPD yang

bertanggung jawab di bidang pemakaman mengizinkan dilakukan pekerjaan

tersebut di luar waktu dimaksud.29

Bagian keenam yaitu upacara pemakaman. Kepala SKPD yang bertanggung

jawab di bidang pemakaman memfasilitasi pemakaman jenazah pejabat negara,

pejabat daerah, dan tokoh masyarakat dalam upacara pemakaman. Upacara

27

Pasal 26 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman. 28

Pasal 27 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman. 29

Pasal 30 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman.

Page 72: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

57

pemakaman yang dimaksud berupa, penempatan atau penglepasan jenazah di

rumah duka, persemayaman atau penglepasan jenazah di tempat persemayaman,

prosesi pengurusan jenazah di liang lahat, dan penurunan jenazah ke liang lahat

atau pemakaman.30

E. Aturan Bangunan Makam

Setelah kita mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pemakaman, penulis

akan membahas tentang aturan bangunan makam dilihat dari fungsi Perda DKI

Jakarta No. 3 Tahun 2007 tentang Pemakaman, yaitu menjadikan makam yang

Hijau, Indah, Tertib, Teratur.31

Mengenai fungsi Perda DKI Jakarta No.3 Tahun 2007 tentang Pemakaman,

Dalam aturan bangunan makam di DKI Jakarta, Perda DKI Jakarta No 3 Tahun

2007 tentang Pemakaman pasal 42 melarang ahli waris atau pihak yang

bertanggung jawab :

1. Mendirikan bangunan yang bersifat permanen di atas petak tanah

pemakaman;

2. Mendirikan, memasang, menempatkan, menggantungkan benda apapun di

atas atau di dalam petak makam serta yang dapat memisahkan makam yang

satu dengan yang lain, kecuali plakat makam dan lambang pahlawan;

30

Pasal 31 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman. 31

Wawancara Pribadi dengan Iwa Kuswita, Kepala Seksi Pengendalian makam Dinas

Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat, Jakarta 24 September 2014.

Page 73: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

58

3. Menanam pohon di atas petak makam kecuali tanaman hias yang letak dan

jenisnya ditentukan kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang

pemakaman.

Selain fungsi-fungsi beberapa hal di atas, fungi dari Perda DKI Jakarta No.3

Tahun 2007 tentang Pemakaman juga berfungsi agar pemakaman itu teratur dan

tertib. Selain itu, Perda DKI Jakarta No.3 Tahun 2007 tentang Pemakaman ini

juga terkait dengan fungsi dari Taman Pemakamn Umum yaitu;

a. Fungsi Khusus : Sebagai tempat pemakaman

b. Fungsi Ekologis : Sebagai daerah resapan air, pertumbuhan vegetasi

tanaman, pencipta iklim mikro.

c. Fungsi Sosial : Sebagai tempat interaksi sosial dan penziarahan.

d. Fungsi Estetis : Untuk memperindah wajah kota.

e. Fungsi Lainnya : Sebagai tempat evakuasi bencana.32

F. Bentuk Petak Makam

Didalam Perda DKI Jakarta No 3 Tahun 2007 Tentang pemakaman

mengenai bentuk petak makam telah diatur dalam pasal 35. Sebelum jenazah

dimakamkan, pihak ahli waris dari jenazah harus mendapatkan izin penggunaan

tanah makam dari kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman.

32

Wawancara Pribadi dengan Iwa Kuswita, Kepala Seksi Pengendalian makam Dinas

Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat, Jakarta 24 September 2014.

Page 74: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

59

Untuk mendapatkan izin, pihak ahli waris mengajukan permohonan secara tertulis

kepada kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman.33

Izin penggunaan tanah makam ini hanya berlaku untuk jangka waktu tiga

tahun dan dapat diperpanjang setiap tiga tahun. Jika ingin memperpanjang, Sama

seperti jika mengajukan izin penggunaan tanah makam pihak ahli waris harus

mengajukan permohonan secara tertulis kepada kepala SKPD yang bertanggung

jawab di bidang pemakaman paling lambat tiga bulan setelah masa izin

penggunaan tanah makam berakhir.34

Ukuran perpetakan makam makam terdiri atas panjang maksimal 2,50 meter

dan lebar 1,50 meter, dengan kedalaman minimal 1,50 meter, kecuali apabila

tanahnya tidak memungkinkan. Yang dimaksud dengan keadaan tanah makam

tidak memungkinkan adalah secara teknis keadaam tanahnya mengandung air

dengan kedalaman 1,50 meter. Setiap perpetakan tanah makam harus diberi tanda

nisan berupa plakat makam. Yang dimaksud plakat makam adalah tanda nisan

yang dibuat dari beton dengan lapisan marmer, granit, porselin, dan keramik.35

Perda DKI Jakarta No.3 Tahun 2007 tentang Pemakaman memang belum

mengatur tentang tinggi makam, tetapi dengan inisiatif kepala taman pemakaman

biasanya hanya ditinggikan sejengkal dari tanah.36

33

Pasal 32 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman. 34

Pasal 33 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman. 35

Pasal 35 Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman. 36

Wawancara Pribadi dengan Iwa Kuswita, Kepala Seksi Pengendalian makam Dinas

Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat, Jakarta 24 September 2014.

Page 75: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

60

G. Sanksi Pelanggaran Terkait Pemakaman

Setiap hal apapun yang mengikat dalam hukum pastilah ada aturan yang

mengatur jika ada hal-hal yang melanggar dalam hukum tersebut. Dalam hal ini,

Perda DKI Jakarta juga mengatur bagaimana jika ada yang melanggar ketentuan

yang sudah diatur dalam Perda tersebut. Dalam pasal 47 Perda DKI Jakarta No. 3

Tahun 2007 Tentang Pemakaman, disebutkan sanksi administrasi terhadap

yayasan yang telah memiliki izin operasional tetapi melanggar ketentuan dalam

Perda ini, maka dikenakan sanksi administrasi berupa:

1. Peringatan Tertulis;

2. Pembatalan Perizinan;

3. Pencabutan Perizinan.

Dalam hal pelanggaran yang dipidanakan, Perda DKI Jakarta No 3 Tahun

2007 Tentang Pemakaman, pada bab XVI tentang Ketentuan Pidana pasal 49

menyebutkan :

1. Setiap orang dan atau yayasan yang melanggar terhadap ketentuan dalam

pasal 2 ayat 1 mengenai memakamkan jenazah di tempat pemakaman sesuai

dengan ketentuan agama atau kepercayaan yang dianut oleh jenazah yang

bersangkutan, pasal 10 ayat 5 mengenai kegiatan administrasi usaha

pelayanan pemakaman oleh yayasan yang dilakukan di areal atau lokasi

taman pemakaman, pasal 22 ayat 1 mengenai izin penudaan waktu

pemakaman yang melibihi waktu 24 jam, pasal 23 mengenai pengangkutan

jenazah, pasal 32 mengenai izin penggunaan tanah makam, pasal 42

Page 76: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

61

mengenai laranngan-larangan terkait bangunan makam, pasal 43 mengenai

tata tertib menggunakan prasarana dan sarana dalam pemakaman, dalam

perda ini diancam dengan sanksi pidana kurungan paling lama 3 bulan atau

denda paling banyak Rp.50.000.000,00 ;

2. Setiap orang dan atau yayasan yang menyelenggarakan pelayanan

pemakaman yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pasal

10 mengenai pelayanan pemakaman dan pasal 23 mengenai pengangkutan

jenazah dalam perda ini diancam dengan sanksi pidana kurungan paling

lama 6 bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000,00 ;

3. Sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada 2 ayat diatas adalah tindak

pidana pelanggaran;

4. Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 3, dapat dibebani

biaya paksaan penegakan hukum;

5. Besarnya biaya paksaan penegakan hukum sebagaimana dimaksud pada

ayat 4 ditetapkan dengan keputusan Gubernur.

Page 77: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

62

BAB IV

ANALISIS PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP BANGUNAN

MAKAM DALAM PERDA DKI JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2007

TENTANG PEMAKAMAN

A. Bangunan Makam Menurut Hukum Islam

Dalam hal bangunan makam yang akan dibahas ini adalah tentang bentuk

petak makam. Wahbah zuhaili dalam Fiqh Islam menjelaskan bahwa ada 6 sifat

yang harus ada dalam bentuk makam, di antaranya :

1. Memperdalam galiannya agar tercegah terciumnya bau dan bahaya dari

binatang buas.

2. Meluaskan panjang, lebar dan kedalamannya. Menurut Imam Syafi’i dan

mayoritas ulama Hambali memperdalam kuburan itu kira-kira seukuran

orang laki-laki umumnya berdiri tegak, yaitu berdiri dengan dengan

mengangkat merentangkan kedua tangannya ke atas, atau seukuran empat

setengah hasta.

Imam Ahmad bin Hambal berkata “kuburan itu diperdalam hingga sampai

dada, laki-laki ataupun perempuan dalam hal ini sama saja. Sedangkan

menurut Imam Abu Hanifah, kedalamannya kira-kira seukuran orang

setengah berdiri, atau sampai batas dada. Jika lebih sampai ukuran orang

bediri itu lebih baik. Dengan demikian batas minimalnya adalah setengah

ukuran orang berdiri dan maksimalnya seperti orang berdiri. Adapun

panjangnya, kira-kira seukuran panjang mayat dan lebarnya kira-kira

setengah dari panjangnya.

Page 78: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

63

Imam Malik berpendapat, kuburan disunnahkan untuk tidak terlalu dalam,

melainkan kira-kira seukuran satu hasta saja jika ada lubang lahat.

3. Berdasarkan kesepakatan ulama fiqh bahwa liang lahad itu lebih baik dari

pada syaqq.1 Syaqq ini makruh hukumya menurut Imam Ahmad bin

Hambal. Madzhab Hanafi, Maliki, dan Syafi’i menerangkan dengan rinci

tentang hal ini, mereka berpendapat liang lahad lebih baik jika kondisi

tanahnya keras, jika kondisi tanahnya gembur atau basah maka syaqq lebih

baik digunakan karena dikhawatirkan tanah menjadi longsor atau ambruk.

Wajib hukumnya menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal,

sedang sunnah menurut Imam Malik dan Imam Abu Hanifah, meletakkan

mayat dalam kubur dengan menghadap kiblat dan menyandarkan

wajahnya ke tembok kubur.

4. Meninggikan kuburan seukuran jengkal saja agar diketahui bahwa itu

kuburan seseorang.

5. Menurut mayoritas ulama, dibuatkan gundukan tanah lebih baik daripada

rata saja. Mahdzab Hambali, mengecualikan di daerah perang jika sulit

untuk memindahkan mayat maka lebih baik untuk meratakan kubur

dengan tanah dan menutupinya, khawatir akan digali ataupun sejenisnya.

Mahdzab Syafi’i berpendapat, hal yang benar adalah meratakan kuburan

lebih baik daripada membuat gundukan.

1 Syaqq adalah menggali bagian dasar kuburan seperti sungai, atau melapisi dinding

sampingnya dengan batu atau sejenisnya yang tidak bisa tersentuh api, dan membuat diantara

keduanya lubang agak menjorok ke bawah untuk meletakkan jenazah, lalu ditutupi atasnya dengan

ubin, batu, atau kayu dan sejenisnya.

Page 79: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

64

6. Berkaitan dengan bangunan kuburan serta hal-hal yang belum dibahas di

sini, terdapat beberapa hal yang dimakruhkan yaitu, tentang hukumnya

mencat kuburan dan membangunnya, menuliskan, dan menginap di

kuburan, menjadikan masjid, menciumya, thawaf, dan memberikan

wewangian, serta meminta kesembuhan dari penyakit pada makam. Begitu

juga makruh untuk melincinkan tanah menurut Maliki dan Hanafi.

Adapun tajsis, yaitu memutihkan (cat) atau memplester dengan kapur dan

semisalnya; mengukir, dan memahat kuburan, membuatkan bangunan

seperti kubah atau rumah maka hukumnya makruh karena dilarang. Jika

bangunan di atas kuburan itu untuk berbangga diri atau berada di tanah

yang khusus untuk penguburan sesuai dengan kebiasaan, atau tanah waqaf

maka haram hukumnya dan harus dirobohkan, karena untuk pamer seperti

bangga diri dan sombong yang terlarang, begitu juga bila berada di tanah

waqaf dan tanah kepemilikan umum, karena hal tersebut menyebabkan

sempit dan menyusahkan orang lain.

Adapun tulisan pada kuburan adalah makruh hukumnya menurut

mayoritas ulama, baik nama mayat tersebut atau lainnya, disisi kepala atau

lainnya, tulisan halus atau tebal, dan haram menulis Al-qur’an pada

kuburan menurut madzhab Maliki.

Madzhab Hanafi berpendapat, boleh saja menuliskan pada kuburan jika

dibutuhkan sehingga bekasnya tidak hilang dan terabaikan.

Kesimpulannya, larangan untuk menulis pada kuburan adalah bagi orang

yang tidak berkepentingan, dan menulis tanpa adanya alasan, ataupun

Page 80: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

65

menulis Al-Qur’an, sya’ir, ataupun pujian, dan semisalnya maka hal inilah

yang dimakruhkan.

Adapun membuat masjid berada di atas kuburan adalah makruh

hukumnya, dan haram menurut sebagian ulama hadits dan mazhab

Hambali.

Melihat dari penjelasan di atas, penulis menarik kesimpulan dari bentuk

makam yang baik menurut hukum Islam adalah makam harus diperdalam

galiannya seukuran minimal 1,50 meter. Mengenai panjang dan lebarnya di

tentukan dari panjang tubuh jenazah yang akan dikubur, begitu pula lebarnya di

ambil setengah dari panjang jenazah. Kuburan dibuat liang lahad dan tidak

berbentuk liang syaqq. Jika sudah selesai dimakamkan, maka tanah dibuat

gundukan dan jangan diaratakan.

Adapun Tinggi gundukan diperkirakan seukuran satu jengkal saja. Tidak

ada bangunan apapun di atas makam, hanya ada tanda atau tulisan nama jenazah

yang biasanya ada pada di atas kepala jenazah. Ini dimaksudkan untuk mengenali

identitas jenazah agar memudahkan jika ingin berziarah.

Ketika memakamkan jenazah, harus menguburkan jenazah ditempat

pemakaman umum atau di tanah waqaf yang diperuntukkan untuk pemakaman,

biasanya ini adalah tanah waqaf bagi keluarga. Makruh hukumnya memakamkan

di dalam masjid, kalau di pelataran atau di luar area masjid atau tempat shalat

tidak apa-apa atau diperbolehkan.

Page 81: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

66

B. Penerapan Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang

Pemakaman Mengenai Bangunan Makam

Setelah kita mengetahui bentuk makam dalam hukum Islam, maka penulis

juga akan membahasa tentang bentuk makam dilihat dari Perda DKI Jakarta No 3

Tahun 2007 Tentang Pemakaman.

Ukuran perpetakan makam terdiri atas panjang maksimal 2,50 meter dan

lebar 1,50 meter, dengan kedalaman minimal 1,50 meter, kecuali apabila tanahnya

tidak memungkinkan. Keadaan tanah makam yang tidak memungkinkan adalah

secara teknis keadaan tanahnya mengandung air dengan kedalaman 1,50 meter.

Setiap perpetakan tanah makam harus diberi tanda nisan berupa plakat makam.

Plakat makam yang dimaksud adalah tanda nisan yang dibuat dari beton dengan

lapisan marmer, granit, porselin, dan keramik.

Dilarang mendirikan, memasang, menempatkan, menggantungkan benda

apapun di atas atau didalam petak makam serta yang dapat memisahkan makam

yang satu dengan yang lainnya, kecuali plakat makam dan lambang pahlawan.

Tidak diperbolehkan menanam pohon di atas petak makam kecuali tanaman hias

yang letak dan jenisnya ditentukan oleh kepala SKPD pemakaman. Mengenai

tinggi dalam petak makam ada baiknya hanya seukuran satu jengakal saja.

C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Bangunan Makam Dalam Perda

DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman

Sebagaimana yang dijelaskan di atas, hukum Islam telah mengatur

berbabagai masalah yang berkaiatan dengan bangunan makam. Melihat dari sudut

Page 82: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

67

pandang hukum Islam tentang bangunan makam, Peraturan Daerah Nomor 3

Tahun 2007 Tentang Pemakaman, sangat sejalan dengan apa yang dijelaskan

dalam Hukum Islam. Mulai dari pengaturan tentang tanah makam yang ukuran

panjangnya maksimal 2.50 meter dan lebarnya maksimal 1.50 meter dengan

kedalaman minimal 1.50 meter, ini sejalan dengan apa yang dijelaskan dalam

aturan hukum Islam untuk panjang makam mengikuti ukuran panjang dan

lebarnya jenazah serta kedalamannya pun juga menggunakan ukuran minimal

setengah orang berdiri.

Namun dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007

Tentang Pemakaman ini mengharuskan memberi tanda nisan berupa plakat nisan

makam, hukum Islam ada beberapa pendapat yang menganggap bahwa hal ini

adalah makruh kalau hanya menulis nama jenazah, namun haram menurut

Madzhab Maliki jika menuliskan beserta ayat-ayat Al-qur’an pada tanda tersebut.

Mengenai hal-hal yang dilarang dalam Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 3

Tahun 2007 Tentang Pemakaman ini yaitu mendirikan bangunan yang bersifat

permanen di atas petak tanah pemakaman, mendirikan, memasang, menempatkan,

menggantungkan benda apapun diatas atau di dalam petak tanah makam serta

yang dapat memisahkan makam yang satu dengan yang lain sangat sejalan dengan

apa yang dijelaskan dalam Hukum Islam, hanya saja dalam hukum Islam ada yang

memberi hukum Makruh dalam hal mendirikan bangunan yang bersifat permanen,

asalkan makam tersebut tidak berada pemakaman umum, melainkan berada pada

makam yang tanah tersebut adalah tanah wakaf keluarga atau yang lainnya.

Mengingat ada yang berpendapat bahwa membangun kubah atau semacamnya itu,

Page 83: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

68

hanya semata untuk menghormati orang yang dimakamkan dimakam tersebut.

Biasanya makam yang berkubah adalah makam-makam para Raja-raja, wali-wali,

ulama-ulama besar. Dengan dibangunnya Kubah yang dimaksudkan selain untuk

menghormati yang dimakamkan disitu juga agar para peziarah bisa merasa

nyaman jika berziarah ke makam tersebut.

Page 84: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka

kesimpulan penelitian ini adalah:

1. Bentuk makam yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta

Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman adalah Ukuran perpetakan

makam terdiri atas panjang maksimal 2,50 meter dan lebar 1,50 meter,

dengan kedalaman minimal 1,50 meter. Setiap perpetakan tanah makam

harus diberi tanda nisan berupa plakat makam. Dilarang mendirikan,

memasang, menempatkan, menggantungkan benda apapun di atas atau di

dalam petak makam serta yang dapat memisahkan makam yang satu

dengan yang lainnya. Tidak diperbolehkan menanam pohon di atas petak

makam kecuali tanaman hias yang letak dan jenisnya ditentukan oleh

kepala SKPD pemakaman. Mengenai tinggi dalam petak makam ada

baiknya hanya seukuran satu jengakal saja.

2. Menurut hukum Islam bentuk bangunan makam harus memperdalam

galian makam, dan panjang serta luasnya kira-kira mengikuti jenazah.

Meninggikan gundukan tanah dengan ukuran sejengkal dari tanah, agar

diketahui bahwa itu adalah makam. Tidak mencat kuburan, membuat

bangunan di atas kuburan, tidak mendirikan makam di dalam masjid,

Page 85: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

70

makruh jika membaguskan makam jika tidak ada hal-hal yang membawa

kebaikan.

3. Pandangan hukum Islam melihat Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 3

Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang mengatur tentang bangunan

pemakaman sangat sejalan. Perda Provinsi DKI Jakarta No 3 Tahun 2007

Tentang Pemakaman ini dibuat sangat sesuai dengan apa yang diatur

dalam hukum Islam. Hal-hal yang diatur dalam hukum Islam juga berguna

untuk kemashalatan dan kebaikan manusia. Namun pada beberapa makam

yang ada di DKI Jakarta belum sepenuhnya menjalankan atau menerapkan

apa yang diatur oleh Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007

Tentang Pemakaman mengenai bentuk bangunan makam. Hal ini juga

melanggar apa yang telah diatur dalam hukum Islam. Dibeberapa taman

pemakaman umum di DKI Jakarta, Masih ada makam yang di atasnya

dibangun bangunan yang tidak diperbolehkan Perda Provinsi DKI Jakarta

Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman maupun hukum Islam.

B. Saran-saran

Sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka saran yang

harus ditindaklanjuti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Masyarakat atau ahli waris jika ada saudara atau kerabat yang

meninggal diharapkan agar mengikuti aturan-aturan yang telah dibuat oleh

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, jika jenazah ingin dimakamkan di

Page 86: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

71

wilayah DKI Jakarta atau di tanah wakaf yang letaknya berada di wilayah

DKI Jakarta.

2. Bagi pihak Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau pemerintah

terkait yang bertugas di bidang pemakaman harap menindaklanjuti jika ada

beberapa makam yang belum sesuai dengan aturan Peraturan Daerah ini.

3. Bagi tokoh masyarakat atau lembaga-lembaga daerah yang terkait dengan

pemakaman, agar memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang aturan

mengenai bangunan makam menurut Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun

2007 Tentang Pemakaman dan hukum Islam.

Page 87: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

72

DAFTAR PUSTAKA

Al Aidrus, Alwi bin Abdullah. Permasalahan Penting Berhubungan Dengan

Rumah Allah (Masjid). Jakarta: Al Wafa Bi Ahdillah, 2014.

Al Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari Syarah Shahih Bukhari. diterjemahkan

oleh Amiruddin, Lc.Jakarta:Pustaka Azzam, 2004.

Al Baihaqi, Abu Bakar Ahmad bin al-Husein bin Ali. Sunan al-Kubra. Beirut:

Dar el-Fikr, tanpa tahun.

Al Bani, Muhammad Nashiruddin. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah.

Penerjemah A.M. Basalamah. Jakarta: Gema Insani, 1999.

Al Mubarak, Syeikh Faisal bin Abdul Aziz. Nailul Authar. diterjemahkan oleh

Mu‟amal Hamidy, dkk dengan judul Terjemahan Nailul Authar jilid 3.

Surabaya: PT. Bina Ilmu,tt.

Al Nasaburi, Abi al Husein Muslim bin al Haj al Qusyairi. Shahih Muslim. Kairo:

Dar Ihya al Kutub al Arabiyah, 1968.

Al Nasaburi, Abi al Husein Muslim bin al Haj al Qusyairi. Shahih Muslim.

Riyadh: Dar-Assalam, 1998.

Al Sajastani, Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy‟ats. Sunan Abu Dawud. Kairo: Dar

al-Hadits,1988.

Al Sajastani, Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Asy‟ats. Sunan Abu Dawud. Beirut:

Dar Ibnu Hazm, 1998.

Al Syaibaniy, Ahmad ibn Muhammad ibn Hambal ibn Asad ibn Idris ibn

Abdullah ibn Hasan. Musnad al-Imam Ahmad bin Hambal. Kairo: Dar al-

Ma‟arif, 1949.

Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

An Nasa‟i, Abi Abdurrahman Ahmad bin Syu‟aib. Sunan an-Nasa’i. Beirut : Dar

Ihya al-Turats al-'Arabi, t.th.

As Sagaf, Hasan Husen. Makkah Sekitar Maqam Dan Zam-Zam. T.tp., Cahaya

Ilmu, 2010.

As Sulaiman, Fahd bin Nashir bin Ibrahim. Fatwa-Fatwa Lengkap Seputar

Jenazah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaîmin. Penerjemah

Muhammad Iqbal Ghazali. Jakarta: Darul Haq, 2006.

Page 88: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

73

Ash Shiddiqie, Hasby. Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1971.

Asyur, Abdul Lathif. Adzab al-Qabri wa Na’imuhu wa izhat al-Maut,

diterjemahkan oleh Syatiri Matrais dengan Judul ”Pesan Nabi Tentang

Mati”.Jakarta: Cendikia, 2001.

At Tirmidzi as-Sullami, Muhammad bin „Isa Abu. Sunan at-Tirmidzi. Beirut: Dar-

Ihya at-Turats al-Arabi, tanpa tahun.

At Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa. Jami’ at-Tirmidzi. Riyadh: Dar

Assalam, 1999.

Az Zuhaili, Wahbah. Fiqh Islam 2. Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk.

Jakarta: Gema Insani, 2010.

Bahjat, Ahmad. Qishahul Hayawan fil Qur’an: Kisah-kisah Hewan dalam Al-

Qur’an. Penerjemah Yendri Junaidi. Jakarta: Gema Insani Press, 2007.

Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: UIN Jakarta

Pres, 2007.

Fathul Ulum, Abu Ahmad Arif. 1 Jam Belajar Mengurus Jenazah panduan

praktis tata cara penyelenggaraan jenazah dan hukum-hukumnya. Jakarta:

Pustaka Darul Ilmi, 2009.

Glase, Cepil. Ensksiklopedia Islam:Ringkas. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,

1990.

Hassan, Othan Mukim. Khulasah Kifayah Himpunan 600 Masalah Jenazah.

Malaysia: Pustaka Ilmi, 1995.

Herlambang, Muhammad Yudhy. Mencari Makna. Ttp: Ildisegono, 2010.

Ibn Ibrahim, Abdullah Muhammad Ibn Isma‟il. Shahih al-Bukhari. Beirut: Dar al-

Fikr, tanpa tahun.

Ibn Majah, Abdullah Ibn Yazid al Qazweni. Sunan Ibnu Majah. Beirut: Dar al-

Ihya al-Turath al-Araby, 1975.

Kompilasi Hukum Islam, Surabaya: Kesindo Utama,2010.

Moleong, Lexy.J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004.

Mufid A.R, Ahcmad. Risalah Kematian. Yogyakarta: Total Media, 2007.

Muhammad Ahmadi, Fahmi dan Jaenal Arifin. Metode penelitian Hukum.

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif hidyatullah, 2004.

Page 89: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

74

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya:

Pustaka Progresif, 2002.

Ni‟amurrahman, Nanang dkk, ed., Ensiklopedia Hadits, vol. 1-8. Jakarta:

Almahira, 2013.

Noverzhandy, Welvis. Tata Cara Pengurusan Jenazah Mutilasi di Rumah Sakit

dr. Cipto Mangunkusumo Dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi S1

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Negeri Jakarta, 2003.

Peraturan Daerah Provinsi Jakarta Nomor 3 tahun 2007 Tentang Pemakaman.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1987 Tentang

Penyediaan dan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman.

Sabbiq, Sayyid. Fiqhussunnah, diterjemahkan oleh Mahyudin Syaf dengan judul

Fiqh Sunnah 4. Bandung: PT. Alma‟Arif, 1978.

Shalih, Muhammad al-utsaimin. Fatwa-fatwa Lengkap Tentang Jenazah. Jakarta:

Darul Haq, 2006.

Syam, Nur. Islam Pesisir. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2005.

Tebba, Sudirman. Kiat Sukses Menjemput Maut. Banten: Pustaka irVan, 2006.

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,

2007.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Wawancara Pribadi dengan Iwa Kuswita. Kepala Seksi Pengendalian makam

Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat. Jakarta. 24 September

2014.

Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam 2, penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk.

Jakarta: Gema Insani, 2010.

Website:

Abee azra, “Maqbaroh”, artikeldiakses pada 18 November 2014

darihttp://magarsari.blogspot.com/2011/05/maqbaroh.html

Artikel Diakses pada 18 November 2014 darihttp://harmoni-

my.org/arkib/kisahnabi/index.htm#page=kisahhabildanqabilputeranabiada

mas.htm

Bersama dakwah, “Hukum Mendirikan Bangunan diatas kuburan Menurut

Madzhab Syafi‟i”, artikel diakses pada 7 Oktober 2013 dari

http://www.bersamadakwah.com/2013/09/hukum-mendirikan-bangunan-

di-atas.html

Page 90: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

75

Fungsi perda dalam peraturan perundang-undangan, internet diakses pada 17

September2014darihttp://jdih.bphn.go.id/index.php?option=com_content&

view=article&id=262&Itemid=18

Idris Thaha, “Makam Atau Maqam”, artikel diakses pada 9 Desember 2014 dari

http://al-amien.ac.id/2011/03/30/makam-atau-maqam/

Okezone, “Kepala Dinas Pertamanan: Makam Uje Langgar Standar”, artikel

diakses pada 7 oktober 2013 dari

http://celebrity.okezone.com/read/2013/09/27/33/873013/kepala-dinas-

pertamanan-makam-uje-langgar-standar

Pengertian peraturan pemerintah, internet diakses pada 17 September 2014 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Peraturan_perundang-

undangan_Indonesia#Peraturan_Daerah

Page 91: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

1

Wawanacara dengan Bapak Iwa Kuswita, selaku Kepala Seksi Pengendalian Makam Dinas

Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat Jakarta, Hari Rabu, 24 September 2014 pukul

08.30-09.45 WIB

1. Siapa nama bapak?

-Iwa Kuswita

2. Bapak menjabat sebagai apa? Sudah berapa lama menjabat?

-Kepala Seksi Pengendalian Makam Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta

Pusat, saya menjabat sudah hampir 1 tahun.

3. Langsung saja pak, pengertian pemakaman menurut bapak itu seperti apa?

-Kalau saya mengacu pada Buku Besar, pemakaman itu adalah Tempat Pemakaman

4. Didalam masalah pemakaman, ada perda DKI Jakarta yang mengatur tentang

pemakaman, tolong bapak jelaskan bagaimana filosofis terbentuknya perda ini?

-dimulai pada masa Gubernur ke 4 DKI Jakarta, Bapak Ali Sadikin yang menjabat

dari Tahun 1966-1977. Salah satu program kerjanya yaitu tentang pengelolaan

makam. Demi suksesnya pelaksanna Master Plan Jakarta, perlu dilakukan penertiban

tempat-tempat pemakaman yang bukan dalam pengawasan, pengurusan, dan

pengelolaan Pemda DKI. Misalnya, makam desa, makam wakaf, makam keluarga, dll.

Langkah berikutnya adalah dibuatnya Perda Nomor 2 Tahun 1973 (ini adalah Perda

pertama tentang pemakaman). Yang isinya mengatur semua pemakaman yang berada

di Provinsi DKI Jakarta dibawah pengawasan, pengurusan, dan pengelolaan Pemda,

kecuali makam dibawah pengelolaan pemerintahan pusat.

Seiring berjalannya waktu Perda Nomor 2 Tahun 1973 mengalami perubahan menjadi

Perda Nomor 1 Tahun 1978- Perda Nomor 2 Tahun 1992- Perda Nomor 3 Tahun

2007.

5. Landasan yuridis dibentuknya perda ini apa pak?

-landasan yuridis atau landasan hukum di bentuknya perda ini (No 3 Tahun 2007)

adalah:

a. UU No 26/2007

b. Peraturan Pemerintah No 9/1987 tentang penyediaan dan penggunaan

Tanah untuk keperluan pemakaman

c. Keputusan Mendagri No 26/1989 Tentang pedoman pelaksanaan PP

No 9/1987

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1/2007 tentang penataan kawasan

ruang terbuka hijau perkotaan

e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5/2008 tentang penyediaan

dan pemanfaatan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan

f. keputusan Gubernur No 697/ 1985 tentang blok makam khusus di

wilayah DKI Jakarta dan kriteria penggunaanya.

Page 92: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

2

6. Mengenai bentuk makam, bagaimana sebenarnya bentuk makam sesuai perda?

-kalau melihat perda, memang belum di atur secara spesifik bagaimana bentuk makam

yang seharusnya. Tetapi dalam perda sudah mengatur bahwa bentuk atau petak

makam panjang maksimal 2,5 m dan lebar maksimal 1,5 m, serta kedalaman makam

minimal 1,5m. Perda memang belum mengatur tentang tinggi makam, tetapi dengan

inisiatif kepala taman pemakaman biasanya hanya ditinggikan sejengkal. Mungkin

kedepannya akan diatur tentang tinggi makam yang seharusnya.

7. Dalam aturan bangunan makam, apa saja yang dilarang dalam hal bangunan

makam?

-mengenai pelarangan dalam hal bangunan diatas makam, bisa melihat pada perda No

3/2007 tentang pemakamn, yang isinya dilarang:

a. mendirikan bangunan yang bersifat permanen di atas petak tanah

pemakaman

b. mendirikan, memasang, menempatkan, menggantungkan benda apapun

di atas atau didalam petak makam serta yang dapat memisahkan

makam yang satu dengan yang lainnya, kecuali plakat makam dan

lambang pahlawan.

c. menggunakan peti jenazah yang tidak mudah hancur, dan

d. menanam pohon diatas petak tanah makam kecuali tanaman hias yang

letak dan jenisnya ditentukan kepala SKPD yang bertanggung jawab di

bidang pemakaman.

8. Didalam perda ini, ada beberapa sanksi secara administrasi tehadap perda ini

yang ditujukan hanya pada yayasan, apakah ada sanksi juga bagi ahli waris

yang melanngar perda ini? Sanksi seperti apa pak?

-perda ini memang sudah mengatur tentang sanksi jika ada yang melanggar, tetapi

pelaksanaanya belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Mengenai sanksi yang

ditujukan kepada yayasan, dalam hal ini yayasan atau ahli waris sama saja sanksinya.

9. Kalau untuk sanksi jika melanggar aturan bentuk atau petak makam

bagaimana?

-ya biasanya kita akan menegur dahulu, setelah itu kita akan memberikan peringatan

tertulis, pembatalan perizinan, pencabutan perizinan.

10. Bagaimana tahapan-tahapan diberikannya sanksi tersebut?

sama saja ya, yang pertama kita akan memberikan teguran, setelah kita tegur tetapi

tidak ditanggapi, maka kita akan tegur secara tertulis, kalau tidak melaksanakan apa

yang telah diperintah oleh teguran tertulis, maka terpaksa kita akan eksekusi

pelanggaran terkait. Tetapi jika pada tahap eksekusi sampai saat ini hanya beberapa

yang melaksanakannya.

Page 93: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

3

11. Selama bapak menjabat sebagai Kepala Seksi Pengendalian Makam, sudah

berapa kali yang melanggar perda ini terkait bentuk petak makam atau

bangunan makam?

-kalau selama saya menjabat, banyak juga yang melanggar, tetapi itu pelan-pelan

sudah kita beri penjelasan tentang perda ini terkait bagaimana bentuk atau petak

makam yang sesuai dengan perda.

12. Bagaimana pandangan bapak, mengenai makam-makam yang sudah lama dan

masih ada beberapa yang bangunan makamnya tidak mengikuti aturan perda

ini?

-sebenarnya dalam Program DKI Jakarta tentang pemakaman ada yang namanya

plaketisasi makam, yaitu penyeragaman bentuk makam yang bertujuan menjadikan

makam yang Hijau, Indah, Tertib, Teratur. Namun memang sampai sekarang belum

semuanya terlaksanakan.

13. Apakah perda ini hanya berlaku untuk Taman pemakaman Umum yang

dikelola Pemprov DKI saja atau juga berlaku untuk pemakaman yang tidak

dikelola Pemprov DKI (tanah wakaf)? Bagaimana jika pemakaman tanah wakaf

itu melanggar perda ini?

-perda ini hanya berlaku khusus bagi makam-makam yang dikelola oleh Pemprov

DKI Jakarta. Kalau seandainya ada tanah wakaf yang diperuntukkan sebagai makam

tetapi tidak mengikuti hal-hal yang berada di perda ini, tidak apa-apa, sejauh tidak ada

pihak yang dirugikan.

14. Kembali lagi pak mengenai perda ini, sebenarnya fungsi dari perda ini apa pak?

-fungi dari perda ini agar pemakaman itu teratur dan tertib. Dan juga perda ini terkait

dengan fungsi dari Taman Pemakamn Umum yaitu;

a. Fungsi Khusus : Sebagai Tempat Pemakaman

b. Fungsi Ekologis : Sebagai Daerah resapan air, Pertumbuhan

Vegetasi tanaman, pencipta iklim mikro

c. Fungsi Sosial : sebagai tempat Interaksi Sosial dan

Penziarahan

d. Fungsi Estetis : Untuk memperindah wajah Kota

e. Fungsi Lainnya : sebagai tempat evakuasi bencana

15. Apakah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan dari fungsi-fungsi tersebut?

-belum 100% sesuai, tetapi kedepannya kita akan berupaya agar tercapai dengan apa

yang diharapkan.

16. Terakhir pak, apa program kedepan pemerintah dalam hal pemakaman?

-program-progran yang sudah ada kita akan lanjutkan.

Seperti tadi ya, plaketisasi makam, lalu penataan Taman Pemakaman Umum,

menjadikan Taman pemakaman umum sebagai interaksi sosial, dengan itu kita akan

membangun disetiap TPU, taman bermain anak-anak untuk wilayah sekitar makam,

Page 94: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

4

ataupu bagi anak-anak peziarah yang diharapkan agar orang tua dari anak-anak

tersebut tidak merasa terganggu oleh anak-anak mereka jika akan berziarah.

Kesemuanya ini agar tidak menjadi doktrin dimasyarakat bahwa makam itu tidak lagi

seram atau tidak terurus, tetapi makam adalah Taman bagi masyarakat, taman yang

hijau, indah, teratur, dan tertib

Page 95: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 3 TAHUN 2007

TENTANG

PEMAKAMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : a. bahwa Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dengan wilayah yang

sangat te batas serta pertambahan penduduk yang pesat, senantiasa masih menghadapi masalah tanah untuk pemakaman;

b. bahwa tempat pemakaman merupakan kebutuhan setiap warga masyarakat dengan tetap memperhatikan keyakinan agamanya masing-masing;

c. bahwa Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun 1992

tentang Pemakaman Umum Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi dan perkembangan kota Jakarta serta penyelenggaraan pemerintahan daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, dan huruf c, serta untuk lebih meningkatkan pelayanan pemakaman, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pemakaman;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5301);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

6. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah

Khusus ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3878);

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

8. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4132) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Namor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4430);

Page 96: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan

Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 33050);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3721);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang

Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609);

17. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi

Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006;

18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 1989 tentang Pedoman

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah;

20. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pemberian Penghargaan Kepada Seseorang dan/atau Badan yang Berjasa Kepada Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1967 Nomor 57);

21. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di

Lingkungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1986 Nomor 86);

22. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1999 Nomor 23);

23. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2001 Nomor 66);

24. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2001 Nomor 92);

Page 97: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

25. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Keprotokolan Di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2004 Nomor 6);

26. Peraturah Daerah Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Barang Daerah

(Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2004 Nomor 72);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Dan

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMAKAMAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksudkan dengan : 1. Daerah adalah Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

5. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta yang terdiri dari Sekretaris Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Dinas Teknis, Lembaga Teknis Daerah, Kotamadya/Kabupaten Administrasi, Kecamatan dan Kelurahan.

6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan

Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

7. Yayasan adalah yayasan yang berbentuk badan hukum yang bergerak dibidang sosial keagamaan dan kemanusiaan.

8. Taman pemakaman adalah lahan yang digunakan untuk memakamkan jenazah

yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana.

9. Krematorium adalah tempat pembakaran jenazah dan/atau kerangka jenazah.

10. Jenazah adalah jasad orang meninggal dunia secara medis.

11. Tempat penyimpanan abu jenazah adalah tempat yang dibangun di lingkungan krematorium yang dipergunakan untuk menyimpan abu jenazah setelah dilakukan perabuan (kremasi).

12. Rumah duka adalah tempat persemayanan jenazah sementara menunggu

pelaksanaan pemakaman dan/atau perabuan jenazah (kremasi).

Page 98: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

13. Usaha pelayanan pemakaman adalah kegiatan atau usaha yang bergerak di bidang pelayanan pemakaman.

BAB II

TAMAN PEMAKAMAN

Pasal 2

1) Setiap ahli waris dan/atau pihak yang bertanggung jawab memakamkan jenazah,

wajib memakamkan jenazah di taman pemakaman sesuai dengan ketentuan agama atau kepercayaan yang dianut oleh jenazah yang bersangkutan.

2) Taman pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ; taman pemakaman milik Pemerintah Daerah dan taman pemakaman bukan milik Pemerintah Daerah meliputi antara lain Tanah Wakaf.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan taman pemakaman milik Pemerintah

Daerah dan taman pemakaman yang bukan milik Pemerintah Daerah diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 3

Taman pemakaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diperuntukan bagi:

a. warga masyarakat Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang meninggal dunia

didalam/luar wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

b. \warga masyarakat lainnya yang meninggal dunia di wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Pasal 4

1) Dalam taman pemakaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dapat

disediakan blok khusus yang diperuntukan bagi:

a. pahlawan nasional dan/atau perintis kemerdekaan;

b. pejabat negara;

c. pejabat daerah; dan

d. tokoh masyarakat.

2) Penetapan mengenai kriteria pahlawan nasional dan/atau perintis kemerdekaan serta pejabat negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai blok khusus serta kriteria pejabat daerah dan tokoh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d, diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 5

Dalam taman pemakaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, terdiri atas bagian-bagian atau blok-blok tanah makam berdasarkan agama.

BAB III

KREMATORIUM DAN TEMPAT PENYIMPANAN ABU JENAZAH

Pasal 6

1) Pembakaran jenazah dan/atau kerangka jenazah sesuai ketentuan agama atau

kepercayaan yang dianutnya, dilakukan di Krematorium.

Page 99: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

2) Pengelolaan krematorium sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan oleh yayasan.

Pasal 7

Gubernur menetapkan lokasi pembakaran jenazah dan/atau kerangka jenazah serta tempat penyimpanan abu jenazah yang dibangun di lingkungan krematorium sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dengan ketentuan :

a. tidak berada dalam wilayah padat penduduk;

b. memperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan hidup;

c. mencegah pengrusakan tanah dan lingkungan hidup; dan

d. mencegah penyalahgunaan tanah yang berlebihan.

Pasal 8

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pengelolaan krematorium dan tempat penyimpanan abu jenazah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7, diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB IV

USAHA PELAYANAN PEMAKAMAN

Pasal 9

Usaha pelayanan pemakaman meliputi:

a. pelayanan jasa pengurusan jenazah;

b. angkutan jenazah;

c. pembuatan peti jenazah;

d. perawatan jenazah;

e. pelayanan rumah duka;

f. pengabuan atau kremasi;

g. tempat penyimpanan abu jenazah; dan

h. kegiatan atau usaha lain di bidang pelayanan pemakaman.

Pasal 10

1) Usaha Pelayanan pemakaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dilakukan

oleh SKPD yang bertanggungjawab di bidang pemakaman dan masyarakat.

2) Usaha pelayanan pemakaman yang dilakukan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berbentuk yayasan dan wajib mendapat izin operasional dari Kepala SKPD yang bertanggungjawab di bidang pemakaman.

3) Ahli waris dan/atau pihak yang bertanggungjawab memakamkan jenazah dapat

juga melakukan pelayanan pemakaman baik secara perorangan maupun kekeluargaan.

4) Izin operasional pelayanan pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

berlaku selama yayasan masih berjalan dengan ketentuan setiap 3 (tiga) tahun harus didaftar ulang kepada Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang Pemakaman.

5) Kegiatan administrasi usaha pelayanan pemakaman oleh yayasan dilarang

dilakukan di areal/lokasi Taman Pemakaman.

Page 100: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

6) Tarif usaha pelayanan pemakaman yang ditetapkan oleh yayasan wajib dilaporkan kepada Kepala SKPD yang bertanggungjawab di bidang pemakaman.

7) Usaha pelayanan pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenakan

retribusi, yang besarannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasal 11

Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur- tarif, tata cara, dan persyaratan perizinan pelayanan pemakaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10, diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB V

PERENCANAAN DAN PENGADAAN

Pasal 12

1) Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman menyusun rencana

induk pemakaman yang memuat kebutuhan lahan pemakaman, lokasi pemakaman, dan kebutuhan prasarana dan sarana pemakaman sebagai bagian dari rencana pembangunan daerah.

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana induk pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 13

Gubernur dengan persetujuan DPRD, menetapkan penutupan dan/atau perubahan peruntukan taman pemakaman.

Pasal 14

1) Rencana kebutuhan lahan pemakaman, tempat penyimpanan abu jenazah, dan

rumah duka serta kebutuhan prasarana dan sarana pemakaman, sesuai standardisasi penggunaan lahan makam, tempat penyimpanan abu jenazah, rumah duka, prasarana dan sarana, serta standar biaya pelayanan pemakaman.

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai standardisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 15

1) Yayasan dapat mengadakan tempat penyimpanan abu jenazah, dan rumah duka,

serta prasarana dan sarana pemakaman sesuai standar dan persyaratan yang ditetapkan.

2) Persyaratan yayasan dalam pengadaan tempat penyimpanan abu jenazah, dan rumah duka, serta prasarana dan sarana pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus berbentuk badan hukum.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara yayasan dalam

pengadaan tempat penyimpanan abu jenazah, dan rumah duka serta prasarana dan sarana pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB VI

PENYELENGGARAAN PEMAKAMAN

Bagian Kesatu

Pemakaman Jenazah

Pasal 16

Pemakaman jenazah oleh ahli waris atau pihak yang bertanggungjawab memakamkan dilakukan dalam waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam setelah memperoleh izin

Page 101: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

penggunaan tanah makam dari Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman.

Pasal 17

1) Setiap jenazah yang akan dimakamkan di taman pemakaman, ahli waris atau

pihak yang bertanggung jawab memakamkan jenazah wajib memperoleh izin dari Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman dengan melampirkan :

a. surat keterangan laporan kematian dari Lurah setempat;

b. surat keterangan pemeriksaan jenazah dari rumah sakit atau Puskesmas;

c. foto kopi kartu keluarga; dan

d. foto kopi kartu tanda penduduk orang yang meninggal.

2) Setiap jenazah dari luar daerah yang akan dimakamkan di taman pemakaman, ahli

waris atau pihak yang bertanggung jawab memakamkan jenazah wajib memperoleh izin dari Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman dengan melampirkan:

a. surat keterangan pemeriksaan jenazah dari rumah sakit atau Puskesmas

daerah asal orang yang meninggal,

b. surat keterangan laporan kematian dari Lurah/Kepala Desa daerah asal orang yang meninggal;

c. surat pengantar kematian dari Kepala SKPD yang bertanggungjawab di bidang

Kesehatan daerah asal orang yang meninggal;

d. foto kopi kartu keluarga; dan

e. foto kopi kartu tanda penduduk orang yang meninggal.

3) Setiap jenazah dari luar negeri yang akan dimakamkan di taman pemakaman, ahli waris atau pihak yang bertanggung jawab memakamkan jenazah wajib memperoleh izin dari Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman, dengan melampirkan :

a. surat keterangan pemeriksaan jenazah dari rumah sakit negara asal orang

yang meninggal;

b. surat keterangan dari Duta Besar atau Kepala Perwakilan Negara Republik Indonesia di negara tempat orang yang meninggal;

c. surat keterangan dari Menteri Luar Negeri atau Pejabat yang ditunjuk;

d. paspor yang bersangkutan;

e. foto kopi kartu keluarga; dan

f. foto kopi kartu tanda penduduk orang yang meninggal.

Pasal 18

1) Setiap jenazah yang akan dibawa keluar daerah, ahli waris atau pihak yang bertanggung jawab memakamkan jenazah wajib melaporkan kepada Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman, dengan melampirkan: a. surat keterangan pemeriksaan jenazah dari rumah sakit atau Puskesmas

setempat;

b. surat keterangan laporan kematian dari Lurah setempat;

c. surat keterangan dari Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang kesehatan;

Page 102: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

d. foto kopi kartu keluarga; dan

e. foto kopi kartu tanda penduduk orang yang meninggal,

2) Setiap jenazah yang akan dibawa ke luar negeri, ahli waris atau pihak yang

bertanggung jawab memakamkan jenazah wajib melaporkan kepada Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman, dengan melampirkan :

a. surat keterangan pemeriksaan jenazah dari Rumah Sakit Pemerintah;

b. surat keterangan dari Duta Besar atau Kepala Perwakilan Negara asal orang

yang meninggal;

c. surat keterangan dari Menteri Luar Negeri atau Pejabat yang ditunjuk; dan

d. kelengkapan dokumen keimigrasian.

Pasal 19

Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18, Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman mengeluarkan izin penggunaan tanah makam dan/atau izin pengangkutan jenazah.

Pasal 20

Perangkat Daerah yang bertanggung jawab di bidang pemakaman, wajib mengurus dan melaksanakan pemakaman bagi jenazah orang terlantar dan keluarga miskin atas beban biaya Pemerintah Daerah.

Pasal 21

Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pemakaman jenazah, izin penggunaan tanah makam, dan izin pengangkutan jenazah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 20, diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Kedua

Penundaan Waktu Pemakaman

Pasal 22

1) Jenazah yang akan dimakamkan lebih dari 24 (dua puluh empat) jam, ahli waris

atau pihak yang bertanggungjawab wajib memiliki izin penundaan waktu pemakaman dari Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman.

2) Izin penundaan waktu pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 5 (lima) hari sejak orang bersangkutan meninggal, dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan, kecuali jenazah penderita penyakit menular.

3) Jenazah yang pemakamannya ditunda sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

harus disimpan dalam peti jenazah yang sesuai dengan standar yang ditetapkan Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman.

Bagian Ketiga

Pengangkutan dan Pengawalan Jenazah

Pasal 23

1) Jenazah yang akan dimakamkan di taman pemakaman yang menggunakan

kendaraan bermotor, wajib menggunakan kendaraan jenazah yang memenuhi persyaratan.

2) Persyaratan kendaraan jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

Page 103: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

a. kendaraan harus sesuai peruntukannya, memenuhi persyaratan teknis, dan laik jalan;

b. warna kendaraan harus putih atau hitam;

c. dipasang sirene dan lampu serine pada bagian atas kendaraan dan dinyalakan atau dibunyikan saat membawa jenazah;

d. dilengkapi dengan alat pengusung jenazah disertai dengan kain lurub

berwarna hitam atau hijau;

e. berpintu satu pada sisi kanan dan kiri depan, serta dua pintu pada bagian belakang kendaraan;

f. pada sisi kanan dan kiri kendaraan bertuliskan "Mobil Jenazah", dan nama

Yayasan Pengelola;

g. memiliki izin operasional kendaraan pengangkutan jenazah dari Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman; dan

h. memiliki izin pengangkutan jenazah dari Kepala SKPD yang bertanggung

jawab di bidang pemakaman.

Pasal 24

Warga masyarakat dapat mengiringi kendaraan jenazah dengan ketentuan sebagai berikut:

a. kendaraan harus sesuai peruntukannya, memenuhi persyaratan teknis, dan laik

jalan;

b. dilengkapi dengan tanda berupa bendera warna kuning;

c. harus menghidupkan lampu atau tanda-tanda lain; dan

d. harus mematuhi peraturan lalu lintas dan angkutan jalan.

Pasal 25

Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pengangkutan dan pengawalan jenazah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24, diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Keempat

Pemindahan dan Penggalian Jenazah/Kerangka

Pasal 26

1) Pemindahan jenazah/kerangka dari satu petak tanah makam ke petak tanah makam lainnya, dapat dilakukan atas permintaan ahli waris atau pihak yang bertanggung jawab memakamkan jenazah.

2) Pemindahan jenazah/kerangka sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan terhadap jenazah/kerangka yang telah dimakamkan paling singkat satu tahun, dan harus mendapatkan izin tertulis dari Kepala SKPD yang bertanggungjawab di bidang pemakaman.

Pasal 27

1) Penggalian jenazah/kerangka dapat dilakukan untuk kepentingan penyidikan dalam

rangka penyelesaian suatu perkara atas permintaan pejabat yang berwenang, setelah mendapat izin dari Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman.

2) Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemohon menyampaikan permohonan penggalian kepada Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman dengan melampirkan surat keterangan dari ahli waris

Page 104: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

atau penanggung jawab penggalian jenazah/kerangka, dan surat keterangan dari Kepolisian.

Pasal 28

Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur-dan tata cara pemindahan dan penggalian jenazah/kerangka sebagaimana dimaksud aalam Pasal 26 dan Pasal 27, diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 29

Gubernur atas persetujuan DPRD dapat melakukan pemindahan jenazah/kerangka untuk kepentingan umum.

Bagian Kelima

Waktu Pemakaman

Pasal 30

Waktu memakamkan dan memindahkan, serta mengabukan atau kremasi jenazah, dilakukan antara pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB, kecuali apabila Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman mengizinkan dilakukan pekerjaan tersebut di luar waktu dimaksud.

Bagian Keenam

Upacara Pemakaman

Pasal 31

1) Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman memfasilitasi

pemakaman jenazah pejabat negara, pejabat daerah, dan tokoh masyarakat dalam upacara pemakaman.

2) Tata cara upacara pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII

PENGGUNAAN TANAH MAKAM

Bagian Kesatu

Izin Penggunaan Tanah Makam

Pasal 32

1) Setiap penggunaan tanah makam di taman pemakaman wajib mendapatkan izin

penggunaan tanah makam dari Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman.

2) Untuk mendapatkan izin penggunaan tanah makam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ahli waris atau penanggung jawab pemakaman mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman.

Pasal 33

1) Izin penggunaan tanah makam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang setiap 3 (tiga) tahun.

2) Untuk mendapatkan perpanjangan izin penggunaan tanah makam sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ahli waris atau penanggung jawab atas penggunaan tanah makam, harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman paling lama 3 (tiga) bulan setelah masa izin penggunaan tanah makam berakhir

Page 105: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

Pasal 34

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pengajuan permohonan dan pemberian izin penggunaan tanah makam serta perpanjangan izin penggunaan tanah makam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan Pasal 33, diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Kedua

Petak Tanah Makam

Pasal 35

1) Ukuran perpetakan tanah makam terdiri atas panjang maksimal 2,50 (dua koma lima puluh) meter dan lebar 1,50 (satu koma lima puluh) meter, dengan kedalaman minimal 1,50 (satu koma lima puluh) meter, kecuali apabila keadaan tanahnya tidak memungkinkan.

2) Setiap perpetakan tanah makam harus diberi tanda nisan berupa plakat makam.

3) Kepala SKPD yang bertanggungjawab dibidang pemakaman dapat menetapkan perpetakan tanah makam selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila terdapat pemakaman secara massal.

Pasal 36

1) Setiap petak tanah makam di taman pemakaman harus digunakan untuk

pemakaman dengan cara bergilir atau berulang pada tiap berakhirnya penggunaan tanah makam.

2) Tiap petak tanah makam di taman pemakaman dipergunakan untuk pemakaman tumpangan, kecuali keadaan tanahnya tidak memungkinkan.

3) Pemakaman tumpangan dilakukan diantara jenazah anggota keluarga dan apabila

bukan anggota keluarga, harus ada izin tertulis dari keluarga ahli waris atau pihak yang bertanggung jawab atas tanah makam yang ditumpangi.

4) Pemakaman tumpangan dapat dilakukan di atas atau di samping jenazah yang

telah dimakamkan, dengan ketentuan jarak antara jenazah dengan permukaan tanah paling rendah satu meter.

5) Pemakaman tumpangan dapat dilakukan sesudah jenazah lama dimakamkan

paling singkat 3 (tiga) tahun.

Pasal 37

Petak tanah makam hanya diperuntukar bagi jenazah atau kerangka dan tidak diperbolehkan untuk pesanan persediaan bagi orang yang belum meninggal dunia.

BAB VIII

PEMANFAATAN PRASARANA DAN SARANA PEMAKAMAN

Pasal 38

1) Ahli waris atau penanggung jawab jenazah dan/atau yayasan dapat memanfaatkan

prasarana dan sarana pelayanan pemakaman yang dimiliki SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman.

2) Setiap pemanfaatan sarana pelayanan pemakaman sebagaimana dimaksud ayat (1), dikenakan retribusi.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara untuk memanfaatkan

prasarana dan sarana pelayanan pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Page 106: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

Pasal 39

Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman menyediakan prasarana dan sarana lingkungan taman pemakaman

BAB IX

DATA DAN INFORMASI PEMAKAMAN

Pasal 40

1) Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman mengumpulkan,

mengolah, menganalisis, menyimpan, menyajikan, dan menyebarluaskan data dan informasi pemakaman kepada SKPD terkait dan masyarakat.

2) Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman membentuk dan mengembangkan sistem informasi pemakaman sebagai pusat data dan informasi pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3) Sistem informasi dan data pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh Kepala SKPD, masyarakat dan seluruh pengguna data dan informasi pemakaman.

BAB X

RETRIBUSI

Pasal 41

Atas pelayanan izin penggunaan tanah makam, perizinan, penggunaan sarana pelayanan pemakaman milik Pemerintah Daerah, dikenakan retribusi yang besarnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

BAB XI

LARANGAN DAN TATA TERTIB

Bagian Kesatu

Larangan

Pasal 42

Setiap ahli waris dan/atau pihak yang bertanggungjawab memakamkan jenazah dilarang:

a. mendirikan bangunan yang bersifat permanen di atas petak tanah pemakaman;

b. mendirikan, memasang, menempatkan, menggantungkan benda apapun di atas

atau di dalam petak tanah makam serta yang dapat memisahkan makam yang satu dengan yang lain, kecuali plakat makam dan lambang pahlawan;

c. menggunakan peti jenazah yang tidak mudah hancur; dan

d. menanam pohon di atas petak tanah makam kecuali tanaman hias yang letak dan

jenisnya ditentukan Kepala SKPD yang bertanggung jawab di bidang pemakaman.

Bagian Kedua

Tata Tertib

Pasal 43

1) Setiap orang yang menggunakan prasarana dan sarana di taman pemakaman wajib mengindahkan tata tertib.

Page 107: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai taUs tertib di taman pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB XII

KERJASAMA

Pasal 44

1) Gubernur dapat melakukan kerjasama dalam penyelenggaraan pelayanan

pemakaman dengan Pemerintah Daerah lain atau yayasan.

2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan keputusan bersama atau perjanjian kerjasama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu

Pembinaan

Pasal 45

1) Pembinaan penyelenggaraan pelayanan pemakaman dilakukan oleh SKPD yang

bertanggungjawab di bidang pemakaman.

2) Pembinaan penyelenggaraan pelayanan pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada masyarakat dengan melakukan :

a. penyediaan prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam rangka

penyelenggaraan pelayanan pemakaman;

b. bimbingan dan/atau penyuluhan; dan

c. menyiapkan petunjuk teknis.

3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan bekerja sama dengan masyarakat dan/atau lembaga/organisrasi kemasyarakatan.

Bagian Kedua

Pengawasan

Pasal 46

1) SKPD yang bertanggungjawab di bidang pelayanan pemakaman melakukan

pengawasan terhadap penyelenggaraan pemakaman.

2) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaporkan kepada Gubernur paling lama 1 (satu) tahun sekali atau sesuai dengan kebutuhan.

BAB XIV

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 47

Terhadap yayasan yang telah memiliki izin operasional tetapi melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi administrasi berupa :

a. peringatan tertulis;

b. pembatalan perizinan;

Page 108: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

c. pencabutan perizinan.

BAB XV

PENYIDIKAN

Pasal 48

1) Selain pejabat penyidik Polri yang bertugas menyidik tindak pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Peratu an Daerah ini dapat dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) d lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang :

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya

pelanggaran;

b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;

c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka;

d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat;

e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk bahwa tidak

terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pelanggaran dan selanjutnya memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; dan

i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung

jawabkan.

3) Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik PPNS tidak berwenang melakukan penangkapan dan penahanan.

4) Penyidik PPNS membuat berita acara setiap tindakan tentang :

a. pemeriksaan tersangka;

b. pemasukan rumah;

c. penyitaan benda;

d. pemeriksaan surat;

e. pemeriksaan saksi;

f. pemeriksaan di tempat kejadian; dan

g. mengirimkan berkasnya kepada Pengadilan Negeri dan tembusannya kepada Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.

BAB XVI

KETENTUAN PIDANA

Page 109: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

Pasal 49

1) Setiap orang dan/atau yayasan yang melanggar terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), Pasal 10 ayat (5), Pasal 22 ayat (1), Pasal 23, Pasal 32, Pasal 42 dan Pasal 43 dalam Peraturan Daerah ini diancam dengan sanksi pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

2) Setiap orang dan/atau yayasan yang menyelenggarakan pelayanan pemakaman yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 dan Pasal 23 dalam Peraturan Daerah ini diancam dengan sanksi pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

3) Sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah tindak

pidana pelanggaran.

4) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat dibebani biaya paksaan penegakan hukum.

5) Besarnya biaya paksaan penegakan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (4),

ditetapKan dengan Keputusan Gubernur.

BAB XVII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 50

Izin menggunakan petak tanah makam dan izin operasional usaha pelayanan pemakaman yang diberikan berdasarkan Peraturan Daerah yang lama tetap berlaku sampai berakhirnya izin.

BAB XVIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 51

Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun 1992 tentang Pemakaman Umum Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Tahun 1992 Nomor 43), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 52

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Ditetapkan di Jakarta Padi tanggal 9 April 2007 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

SUTIYOSO

Page 110: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 13 April 2007 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA,

RITOLA TASMAYA NIP 140091657 LEMBARAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 3

Page 111: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 3 TAHUN 2007

TENTANG

PEMAKAMAN

I. UMUM Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pemakaman termasuk prasarana dan sarana umum yang merupakan urusan wajib yang harus dilaksanakan Pemerintahan Daerah.

Keterbatasan lahan pemakaman merupakan hambatan utama dalam penyediaan prasarana dan sarana pemakaman. Hal tersebut sangat dirasakan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan luas yang terbatas, pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup pesat, serta dihuni oleh penduduk dengan latar belakang agama dan tradisi berbeda-beda, menuntut penyediaan prasarana dan sarana pemakaman yang berbeda-beda pula. Di samping itu peningkatan kualitas hidup menuntut pula peningkatan pelayanan baik kuantitas maupun kualitas.

Upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta melalui intensifikasi lahan pemakaman, belum mampu mengatasi keterbatasan lahan pemakaman. Seiring dengan itu, upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, di samping ekstensifikasi juga diupayakan peran serta masyarakat dalam penyediaan lahan pemakaman termasuk pengembang wajib menyediakan lahan pemakaman sesuai dengan kapasitasnya sebagai bagian dari taman yang dapat berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, yang berfungsi sebagai taman kota, resapan air, dan paru-paru kota yang sangat mendukung dalam pembangunan berwawasan lingkungan.

Sehubungan hal tersebut di atas, penyediaan prasarana dan sarana pemakaman bukan hanya menjadi wewenang dan tanggung jawab SKPD yang bertanggungjawab dibidang pemakaman saja, akan tetapi merupakan wewenang dan tanggung jawab SKPD yang bertanggungjawab dibidang Pertamanan, SKPD yang bertanggungjawab dibidang Pekerjaan Umum, SKPD yang bertanggungjawab dibidang Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jaringan Utilitas, SKPD yang bertanggungjawab di bidang Tata Kota dan Pertanahan, SKPD yang bertanggung jawab di bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup, SKPD yang bertanggungjawab di bidang Bintal dan Kesos, dan Perangkat Daerah lainnya yang terkait.

Dalam rangka peningkatan pelayanan pemakaman, Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1992 tentang Pemakaman Umum Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang menjadi dasar hukum dalam pelayanan prasarana dan sarana pemakaman selama ini perlu ditinjau kembali. Di samping itu, beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum penetapan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1992 sudah dicabut atau tidak berlaku lagi, seperti Undang-Undang Nomor 12 Drt Tahun 1967 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah telah dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 9 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah telah dicabut dan telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta telah dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta.

II. PASAL DEMI PASAL

Page 112: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2 Ayat(1)

Yang dimaksud dengan kepercayaan adalah keyakinan yang dianut warga masyarakat di luar agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu.

Ayat (2)

Yang dimaksud taman pemakaman bukan milik Pemerintah Daerah adalah taman pemakaman milik perorangan atau umum yang telah dihibahkan atau diwakafkan untuk kepentingan keluarga dan ahli warisnya serta masyarakat sekitar. Terhadap taman pemakaman ini, Pemerintah Daerah dapat menyediakan prasana dan sarana apabila anggaran memungkinkan dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 3

Huruf a Cukup jelas

Huruf b

Ketentuan ini tidak berlaku bagi pegawai, pensiunan, dan pejabat pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta anggota/mantan anggota DPRD yang berdomisili diluar wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Pasal 4

Ayat(1) Yang dimaksud dengan blok khusus adalah blok atau petak makam khusus yang disediakan untuk pemakaman jenazah atau kerangka jenazah pahlawan nasional dan/atau perintis kemerdekaan yang tidak bersedia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, dan pejabat negara, pejabat daerah, serta tokoh masyarakat yang diakui Pemerintah.

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud pejabat negara adalah sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Huruf c

Yang dimaksud pejabat daerah adalah pejabat yang menduduki jabatan struktural dalam organisasi pemerintahan daerah

Huruf d

Yang dimaksud tokoh masyarakat adalah seseorang yang ditempatkan sebagai tokoh oleh masyarakat dan/atau secara luas dikenal dengan tokoh termasuk di dalamnya mantan pejabat negara dan tokoh agama.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 5

Yang dimaksud dengan blok-blok tanah makam adalah bagian-bagian dari Taman Pemakaman yang terdiri atas petak-petak makam.

Pembagian blok-blok tanah makam dimaksudkan untuk mempermudah pengelolaan dan pengawasan tanah makam. Blok-blok tanah makam terdiri atas : a. blok AA I;

Page 113: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

b. blok AA II; c. blok A l ; d. blok A II; e. blok A III.

Pasal 6

Ayat(1) Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 7 Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9 Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Huruf e Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g Cukup jelas.

Huruf h

Yang dimaksud dengan kegiatan lain di bidang pemakaman adalah kegiatan yang meliputi: 1. penyewaaan tenda, kursi dan sound system; 2. pengadaan plakat makam dan perumputan; dan 3. pemakaian lokasi Taman Pemakaman untuk shooting film.

Pasal 10 Ayat(1)

Yang dimaksud dengan yayasan adalah yayasan yang telah memperoleh pengesahan dari Departemen Hukum dan HAM yang dalam praktek kegiatannya semata-mata tidak mencari keuntungan.

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Page 114: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

Yang dimaksud dengan dilaporkan adalah sebagai kontrol tarif oleh Kepala SKPD yang bertanggungjawab dibidang pemakaman untuk menghindari tarif tersebut dapat memberatkan masyarakat.

Ayat (7) Cukup jelas

Pasal 11

Yang dimaksud dengan tarif adalah bukan atas besaran rupiahnya akan tetapi batasan kewajaran dan kemampuan masyarakat atas beban/biaya yang harus dibayar.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13 Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas. Pasal 15

Ayat(1) Cukup jelas Bentuk Yayasan berbadan hukum dalam ayat ini sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang Yayasan.

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 16 Cukup jelas.

Pasal 17

Ayat (1) Huruf a

Cukup jelas

Huruf b Cukup jelas

Huruf c

Bagi penduduk yang belum memiliki identitas kependudukan cukup melampirkan surat keterangan kematian dari Lurah dan Rumah Sakit atau Puskesmas.

Huruf d

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3) Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19 Cukup jelas

Pasal 20

Yang dimaksud orang terlantar adalah orang yang meninggal tanpa diketahui identitas, kerabat dan/atau ahli warisnya sebagai akibat antara lain kerusuhan, bencana alam, dan kecelakaan lalu lintas. Yang dimaksud dengan keluarga miskin adalah orang yang karena faktor ekonomi dan sosial atau sebab lain mengalami kesulitan dan kekurangan dalam memenuhi kebutuhan dasar hidup layak yang dibuktikan dengan

Page 115: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

kepemilikan kartu keluarga miskin (GAKIN) dan/atau surat keterangan tidak mampu dari kelurahan.

Pasal 21

Cukup jelas Pasal 22

Cukup jelas Pasal 23

Persyaratan dalam Pasal ini dimaksudkan, agar penyelenggaraan pemakaman tidak menganggu ketertiban umum.

Pasal 24

Huruf a Cukup jelas

Huruf b

Bendera warna kuning dimaksud terbuat dari kertas warna kuning sebagai tanda atau simbol.

Huruf c

Cukup jelas Huruf d

Cukup jelas

Pasal 25 Cukup jelas

Pasal 26

Cukup jelas. Pasal 27

Cukup jelas. Pasal 28

Cukup jelas. Pasal 29

Cukup jelas. Pasal 30

Cukup jelas. Pasal 31

Ayat(1) Upacara pemakaman berupa : a. penempatan/penglepasan jenazah di rumah duka; b. persemayaman/penglepasan jenazah di tempat persemayaman; c. prosesi pengurusan jenazah di liang lahat; dan d. penurunan jenazah ke liang lahat/pemakaman.

Ayat (2)

Yang dimaksud dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan adalah peraturan perundang-undangan daerah di bidang keprotokolan

Pasal 32

Cukup jelas. Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34 Cukup jelas.

Page 116: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

Pasal 35

Ayat(1) Yang dimaksud dengan keadaan tanah makam tidak memungkinkan adalah secara teknis keadaan tanahnya mengandung air dengan kedalaman 1,50 (satu koma lima puluh) meter.

Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Yang dimaksud pemakaman secara massal adalah akibat bencana alam, kerusuhan, dan sebagainya.

Pasal 36

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Yang dimaksudkan keadaan tanahnya tidak memungkinkan adalah secara teknis tidak memungkinkan untuk dilakukan pemakaman tumpangan karena mengandung air.

Ayat (3) Yang dimaksud pemakaman tumpangan adalah pemakaman jenazah dalam tanah makaman yang masih behsi kerangka jenazah

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas. Pasal 38

Ayat(1) Yang dimaksud prasarana dan sarana lingkungan taman pemakaman adalah antara lain: jalan, tempat parkir, sistem drainase, kantor, lampu penerangan jalan, taman dan kelengkapannya, musholla, dan sebagainya

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas,

Pasal 39

Cukup jelas. Pasal 40

Cukup jelas. Pasal 41 Cukup Jelas Pasal 42

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan plakat makam adalah tanda nisan yang dibuat dari beton dengan lapisan marmer, granit, porselin dan keramik.

Huruf c

Cukup jelas.

Page 117: BANGUNAN MAKAM MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERDA DKI JAKARTA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pemakaman yang

Huruf d

Cukup jelas. Pasal 43

Cukup jelas. Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45 Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas. Pasal 47

Cukup jelas. Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49 Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas. Pasal 51

Cukup jelas. Pasal 52

Cukup jelas.