bambu petung laminasi

Upload: wulandari-minapi

Post on 19-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Bambu Petung Laminasi

    1/7

    Material

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 9 7

    KUAT TEKAN DAN ANGKA POISSON BAMBU PETUNG LAMINASI

    (117M)

    Nor Intang Setyo H.1, Iman Satyarno

    2, Djoko Sulistyo

    2dan T.A. Prayitno

    3

    1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Jenderal Soedirman, Jl.Mayjen Sungkono KM 5 Blater Purbalingga

    1Mahasiswa Program Doktor, Teknik Sipil UGM, Jl.Grafika No. 2 Yogyakarta

    Email: [email protected] Teknik Sipil dan Lingkungan, UGM, Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta

    Email: [email protected]; [email protected] Teknologi Hasil Hutan, UGM, Jl Agro Yogyakarta

    Email: [email protected]

    ABSTRAK

    Bambu laminasi sebagai salah satu bahan pengganti kayu agar dapat digunakan sebagai fungsi

    struktur perlu diketahui karakteristik mekanika, diantaranya kuat tekan, nilai modulus elastisitastekan dan angka poisson (poisson ratio) bahan. Data base angka poisson pada bambu laminasi

    sangat diperlukan untuk analisis lanjut, terutama dalam menggambarkan sifat nonlinearitas bahan

    bambu laminasi. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan nilai kuat tekan dan angka poisson

    bambu (petung) laminasi melalui eksperimental. Bambu laminasi dibuat dari susunan bilah bambu

    petung ukuran bilah sekitar (5-10) x 20 mm, direkatkan dengan perekat Urea Formaldehida (UF),dan dikempa dengan tekanan 1,5 - 2,0 MPa membentuk batang dengan dimensi 50 x 5 0 x 200 mm.

    Ukuran dan spesifikasi pengujian tekan sejajar serat mengikuti standar ASTM D143-94 (2000).

    Pengujian tekan dengan beban statik sampai beban maksimum, deformasi besar, dan batang

    laminasi sampai runtuh. Pada pengujian ini diamati perilaku yang terjadi saat pembebanan dan

    direkam hasil deformasi arah longitudinal, radial dan tangensialnya. Hasil penelitian

    memperlihatkan bahwa nilai kuat tekan (tk//) antara 48,230 57,603 MPa, angka poissons ratiolongitudinal-radial (LR) sebesar 0,079 - 0,282 (rerata 0,189) dan angkapoissons ratio longitudinal-

    tangensial (LT) sebesar 0,187 - 0,278 (rerata 0,225).Kata kunci: kuat tekan, modulus elastisitas, angka poisson, bambu petung, laminasi

    1. PENDAHULUAN

    Seiring dengan menipisnya pasokan bahan bangunan kayu, maka bambu petung laminasi dapat dijadikan alternatif

    pengganti kayu. Bambu petung (Dendrocalamus asper) merupakan salah satu jenis bambu yang mempunyai rumpun

    aga rapat, dapat tumbuh di daerah rendah sampai pegunungan dengan tinggi 2000 m di atas permukaan laut.

    Pertumbuhan cukup baik khususnya untuk daerah yang tidak terlalu kering. Warna kulit hijau kekuning-kuningan.Panjang batang dapat mencapai 1014 m, dan panjang ruas berkisar antara 4060 cm, dengan diameter 615 cm,

    tebal dinding 1015 cm (Morisco, 2006).

    Untuk dapat menggunakan bahan bambu sebaai struktur bangunan, maka harus diketahui sifat mekanika bambu

    petung tersebut. Irawati dan Saputra (2012) telah melaporkan hasil analisis dari beberapa penelitian sifat mekanikabambu petung berbagai sumber di UGM dari tahun 2002 sampai dengan 2010. Hasil analisis sifat mekanika bambu

    petung tersebut disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Nilai kuat tekan dan modulus elastisitas tekan

    No Sifat Mekanika (MPa) Standar Deviasi (MPa) Koefisien variasi (%)

    1 Kuat lentur 134,972 42,389 31,4

    2 Kuat tarik sejajar serat 228 94,458 41,4

    3 Kuat tekan sejajar serat 49,206 10,986 22,3

    4 Kuat tekan tegak lurus serat 24,185 18,837 77,9

    5 Kua geser sejajar serat 9,505 2,846 29,956 Modulus elastisitas lentur 12888,477 4891,824 37,96

    Sifat mekanika bahan bambu sangat diperlukan untuk analisis struktur bambu lebih lanjut. Sifat mekanika bambu

    petung laminasi, khususnya konstanta angka poisson tidak nampak dalam Tabel 1, sehingga diperlukan penelitian

  • 7/23/2019 Bambu Petung Laminasi

    2/7

    Material

    M - 9 8

    lebih lanjut untuk mendapatkan angka

    serupa dengan bahan kayu pada umum

    Penelitian tentang angka poisson bamb

    banyak dilakukan. Wardani dkk (2011

    Penelitian dilakukan menurut standard

    dan satu buah caliperyang ditempatka

    ini dilakukan untuk mendapatkan nilai

    tangensial (LT). Cara lain untuk menetelah dilakukan oleh (Baere et al, 2009

    dan transversal. Prinsip yang sama d

    transversal (radial dan longitudinal).Hellmich (2012) dengan cara gabunga

    tersebut dilakukan pada pengujian seca

    Tujuan penelitian ini adalah untuk men

    tekan (kuat tekan, modulus elastisita

    diharapkan dapat memberikan konstribsecara numerikal.

    2. METODE PENELITIAN

    Bahan dan Alat

    Bahan utama yang digunakan adalah b

    acid). Bambu petung diambil dengan p

    yang diperoleh di daerah Sleman, Yog

    181 (produksi PT. Pamolite Adhesive

    bahan pengembang (extender) berup

    Yogyakarta.

    Alat utama pembuatan benda uji antara

    panel saw), kalifer, meteran, alat kemp

    alat proses perekatan. Alat utama penguoven, moisture-meter, hydraulic jack, l

    Benda Uji

    Benda uji dibuat dari susunan bilah-bil

    200 mm berdasarkan spesifikasi ASTbilah bamboo dibuat dengan ukuran teb

    5 buah.

    Gambar 1. Tampang ba

    Konferensi Nasional T

    Universitas Sebelas Maret (UNS) -

    poisson bambu petung laminasi. Struktur bambu la

    ya, sehingga standar hitungan kayu dapat digunakan

    laminasi belum pernah dilakukan di Indonesia, seda

    ) telah melakukan penelitian rasio poisson pada ka

    STM D 143-94 berupa uji tekan dengan menempatk

    pada arah aksial (longitudinal) dan transversal (radi

    i rasio poisson dalam arah longitudinal-radial (LR) tukan angka poisson dapat dilakukan dengan mengu

    . Dua buah strain gage ditempatkan pada benda uji

    engan Wardani dkk (2011) untuk mendapatkan ni

    enentuan angka poisson yang lain telah dilakukaantara eksperimntal dan gelombang ultrasonik. Pe

    a diagonal pada contoh uji besi dan kayu.

    apatkan sifat mekanika bambu petung dalam bentuk

    s, dan angka poisson) melalui pengujian. Manfaa

    usi dalam analisis struktur lebih lanjut, khususnya d

    mbu petung, perekat formaldehida (UF), bahan pen

    anjang sekitar 8 m bagian pangkal (1 m dari pangkal

    akarta, sedangkan bahan perekat UF berupa adonan

    Industry, Probolinggo) ditambah bahan pengeras/

    tepung (flour). Bahan pengawet diperoleh dari

    lain adalah : alat belah bambu, bak pengawet, mesi

    hidrolis, mesin ampelas (sanding), mesin penebal (

    jian antara lain adalah : UTM (Universal Testing Ma dt, load cell, dan data logger.

    ah bambu petung menjadi bentuk batang persegi de

    D143 94 (ASTM, 2000) (Gambar 1). Ukuran taal sekitar 510 mm dan lebar sekitar 1520 mm. U

    mbu utuh, bilah bambu, dan benda uji tekan bambu l

    knik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    urakarta, 24-26 Oktober 2013

    minasi secara geometri

    ntuk bambu laminasi.

    ngkan untuk kayu tidak

    u pangsor dan kecapi.

    an 2 buah extensometer

    l dan tangensial). Cara

    dan arah longitudinal-

    akan strain gage yang tarik dalam arah aksial

    lai rasio poisson pada

    oleh Kohlhauser and bacaan data kombinasi

    laminasi, terutama sifat

    t dari hasil penelitian

    alam hitungan struktur

    awet (borax dan boron

    tidak dipakai/dibuang)

    dari resin UF tipe UA-

    ardener (HU-12), dan

    toko kimia di daerah

    gergaji kayu (circular

    lanner), klem penjepit,

    hine), timbangan meja,

    ngan ukuran 50 x 50 x

    pang melintang bilah- langan benda uji dibuat

    minasi

  • 7/23/2019 Bambu Petung Laminasi

    3/7

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (K

    Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta,

    Pelaksanaan

    Bambu dipersiapkan dalam bentuk

    ketebalan bambu) (Gambar 1a). Sel

    boron 1 : 3) dengan jalan direbus

    pengeringan dilakukan pada bilah(planner) untuk mencapai ketebalan

    Proses pembuatan batang bambu l

    pembutan batang laminasi. Papan l

    laminasi dibuat dengan merekatkan

    UF dengan jumlah perekat terlabur

    sesuai rekomendasi pabrik dan teka

    jam dan proses finishing (perapihpembuatan benda uji tekan ukura

    penyusunan bilah bambu hingga me

    dalam satu batang, namun disusun d

    Pembuatan benda uji dilakukan di

    sedangkang pengujian tekan batangPengujian tekan dilakukan sesuaidisplacement control dengan kecep

    Setting pengujian dilakukan sede

    vertikal/longitudinal, 2 lvdt dalam a

    3 arah (longitudinal, radial, dan t

    tersebut (Gambar 2b). Untuk memjarak 15 cm sebagai daerah uji (Ga

    a) Setting penempatan LVDT dal

    Gambar 2. Setti

    Analisis Data

    Pengujian tekan bambu petung lami

    dalam arah vertikal (longitudinal) s

    lurus serat (tangensial dan radial).

    Longitudinal-Tangensial (LT) daLongitudinal-Radial (LR). Nilai-nildan

    LTdiperoleh dengan rumus seb

    NTekS 7)

    24-26 Oktober 2013

    bilah-bilah ukuran lebar sekitar 2,5 cm dan tebal

    anjutnya bilah bambu diawetkan dengan bahan peng

    dengan perbandingan air dan bahan pengawet da

    bambu hingga dicapai kadar air kesimbangan (15 bilah sekitar 0,51 cm dilakukan sebelum proses pe

    aminasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu : pemb

    aminasi dibuat dengan cara merekatkan bilah-bilah

    papan-papan laminasi yang telah jadi tersebut. Pros

    50/MDGL dengan perbandingan UF : extender :

    nan kempa sebesar 2 MPa. Proses pengempaan dila

    n, planner) dilakukan setelah pengkondisian 24 ja50 x 50 x 200 mm siap untuk diuji (Gambar 1

    njadi batang bambu laminasi tidak dilakukan pemilih

    engan cara diacak (random).

    Laboratorium Pengolahan dan Penggergajian Kayu

    bambu petung laminasi dilakukan di Laboratorium Stdengan standard ASTM D143 94, dimana dig

    atan pembebanan ditetapkan 1 mm/menit.

    mikan rupa dengan menempatkan 5 buah lvdt,

    rah radial, dan 2 lvdt dalam arah tangensial (Gambar

    angensial) dimaksudkan untuk pembacaan data def

    aca deformasi arah aksial/longitudinal, klem dudukbar 2a).

    am 3 arah b) Setting pelaksanaan pe

    ng pengujian tekan bambu laminasi dan penempatan

    nasi diperoleh data pembacaan beban dan deformasi (

    ejajar serat, sedangkan deformasi dalam arah longit

    engukuran deformasi dalam arah tangensial untuk

    n pengukuran deformasi arah radial untuk me

    ai tegangan tekan (tk//), modulus elastisitas tekan ( agai berikut (Wardani, dkk, 2011).

    LVDT 1

    LVDT 2

    Material

    M - 9 9

    erkisar 1 1,5 cm (sesui

    awet (campuran borax dan

    n air (95% : 5%). Proses

    18%). Proses perataan rekatan.

    uatan papan laminasi dan

    bambu, sedangkan batang

    s perekatan digunkan lem

    U-12 yaitu 150 : 25 : 0,5

    ukan selama lebih dari 4 . Finishing akhir berupa

    ). Sebagai catatan, dalam

    an kondisi dan lokasi bilah

    akultas Kehutanan UGM,

    ruktur Teknik Sipil UGM. unakan metode pengujian

    imana 1 lvdt pada arah

    2). Penempatan lvdt dalam

    ormasi dalam ketiga arah

    n lvdt ditempatkan dalam

    ngujian tekan

    VDT

    lendutan). Beban diperoleh

    dinal dan mendatar tegak

    emperoleh angka poisson

    mperoleh angka poisson

    tk), dan angka poisson LR

    LVDT 3

    LVDT 4

    LVDT 5

  • 7/23/2019 Bambu Petung Laminasi

    4/7

    Material

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    M - 100 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

    APmaks

    tk // (1)

    AL

    LPE

    L (2)

    RLLR

    LR (3)

    T

    LL

    TLT

    (4)

    Dimana :

    tk// = kekuatan/tegangan tekan sejajar serat (kg/cm2)A = luas penampang

    Etk = modulus elastisitas tekan sejejar serat arah longitudinal

    LR = angka poisson arah Longitudinal-RadialLT = angka poisson arah Longitudinal-TangensialPmaks = beban maksimum

    P/

    L= kemiringan kurva beban-deformasi

    R/L = kemiringan kurva deformasi radial-longitudinalT/L = kemiringan kurva deformasi tangensial-longitudinalL = panjang mula-mula arah longitudinalR = panjang mula-mula arah radial

    T = panjang mula-mula arah tangensial

    Penentuan sifat mekanika (kuat tekan, modulus elastisitas, dan angka poisson) dengan rumus-rumus pada persamaan

    1 sampai dengan 4, digunakan data pengujian dalam batas elastis. Batas elastis material dari hasil pengujian diambil

    dalam rentang 10 % - 40 % terhadap kondisi puncak/maksimum (EN408, 2003). Sebelum data-data hasil pengujian

    dihitung, dilakukan evaluasi terhadap bentuk-bentuk kerusakan yang terjadi. Enam macam kemungkinan kerusakan

    yang mungkin terjadi yaitu crushing, wedge splits, shearing, splitting, compression and shearing parallel to grain,

    dan end rolling (brooming) (ASTM, 2000; Wardani, dkk, 2011).

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Tekan Longitudinal

    Nilai kuat tekan dan modulus elastistas tekan longitudinal bambu petung laminasi diperoleh dari hasil pengujian

    tekan sejajar serat. Dari pengujian tekan sejejar serat diperoleh grafik hubungan beban dan deformasi dalam arah

    longitudiunl, radial, dan tangensial (seperti pada Gambar 3). Nilai deformasi arah longitudinal diperoleh daripembacaan 1 buah LVDT, sedangkan untuk nilai deformasi arah radial dan tangensial diperoleh dari selisih

    pembacaan data 2 LVDT untuk masing-masing arah. Tampak perilaku material bambu petung laminasi pada arah

    tegak lurus serat (radial dan tangensial) lebih kaku dibandingkan arah longitudinal akibat beban aksial (Gambar 3d).

    Hal ini terjadi karena pada arah transversal (tegak lurus serat) benda uji tidak menerima beban langsung, sehingga

    deformasi yang terjadi pada arah transversal hanya merupakan efek/imbas dari beban arah aksial (sejajar serat).

    Dari hasil hitungan diperoleh nilai kuat tekan (tegangan) dan modulus elastisitas tekan seperti disajikan dalam Tabel

    2. Sebagai catatan, dalam penentuan nilai modulus elastistas perlu dievaluasi jenis kerusakan yang terjadi saatpengujian. Benda uji yang rusak diluar daerah uji (sekitar 15 cm di bagian tengah), maka data pengujian benda uji

    tersebut tidak dipakai dalam hitungan penentuan nilai modulus elastisitas (E) dan angka poisson (). Kerusakanyang terjadi dari hasil penelitian, ada satu benda uji yang rusak diluar daerah 15 cm (Gambar 2a dan Gambar 4).

    Sehingga dalam penentuan nilai Etk, 1 data tersebut tidak dipakai dan hanya memperhitungkan 4 data pengujian.

    Tampak dari Tabel 2, nilai kekuatan tekan bambu petung laminasi sejajar serat sekitar 48,23057,603 MPa. Hasil

    ini cukup rendah dibandingkan dengan kuat tekan bambu petung utuh/bulat dengan kulit yang dilakukan Morisco(2006), yaitu sekitar 277 548 MPa. Namun nilai kuat tekan bambu petung laminasi tersebut hampir mendekati

    sama dengan kuat tekan bambu petung utuh yang dilaporkan oleh Irawati dan Ashar (2012) yaitu sekitar 49,206

    MPa dengan standar deviasi 10,986 MPa (Tabel 1). Apabila dilihat nilai standar deviasi yang terjadi, nilai kuat tekan

    bambu petung utuh relatif lebih lebar variasinya dibandingkan dengan bambu petung laminasi (StDev 3,390 MPa).

    Nilai modulus elastisitas tekan bambu petung laminasi diperoleh sekitar 4612,2927118,931 MPa dengan standar

    deviasi 1137,53 MPa. Hasil ini termasuk dalam katagori kecil dengan melihat hasil-hasil penelitian yang dilaporkanMorisco (2006) untuk nilai Etekan berkisar 559021182 MPa untuk 3 jenis bambu (Apus, Petung, dan Awi).

  • 7/23/2019 Bambu Petung Laminasi

    5/7

    Material

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 101

    a) Grafik beban vs deformasi longitudinal b) Grafik beban vs deformasi radial

    c) Grafik beban vs deformasi tangensial d) Grafik beban vs deformasi rata-rata (3 arah)

    Gambar 3. Grafik hubungan bebandevormasi hasil pengujian tekan

    Tabel 2. Nilai kuat tekan dan modulus elastisitas tekan

    Sifat Mekanika Nilai (MPa) Kerapatan

    Rata-rata

    Kadar Air

    Rata-rataMinimum Maksimum Rata-rata StDev

    Kuat Tekan 48,230 57,603 53,404 3,390 0,738 16,80 %

    Modulus Elastisitas 4612,292 7118,931 6175,493 1137,527 0,738 16,80 %

    Kerusakan benda uji tekan mempengaruhi hasil-hasil pengujian. Kerusakan yang terjadi akibat pengujian tekan

    sejajar serat bambu petung laminasi adalah Crushing, Shearing, dan Compression and Shearing Parallel to Grain,seperti diperlihatkan pada Gambar 4.

  • 7/23/2019 Bambu Petung Laminasi

    6/7

    Material

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    M - 102 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

    a) Shearing b) Shearing c) Shearing d) Crushing danShearing

    e) Compression andShearing Parallel

    to Grain

    Gambar 4. Jenis-jenis kerusakan yang terjadi

    Sebagian besar kerusakan yang terjadi adalah shearing. Kerusakan shearing pada daerah pengamatan uji (15 cm

    pada bagian tengah) merupakan jenis kerusakan yang paling diharapkan dalam penelitian ini. Untuk kerusakan

    benda uji diluar daerah uji (15 cm) maka data pengujian tidak dapat mempresentasikan nilai mekanika sebenarnya,

    sehingga data tidak dipakai dalam hitungan modulus elastisitas dan angka poisson, dan hanya dipakai pada hitungan

    kuat tekan.

    Angka Poisson

    Beberapa konstanta sifat mekanika bambu petung laminasi belum diteliti secara menyeluruh, terutama nilai angka

    (rasio) poisson. Jangankan bambu, untuk kayu saja belum banyak dijumpai laporan tentang nilai rasio poisson. Hal

    ini terjadi karena faktor kesulitan dalam pengukurannya (Wardani, dkk, 2011). Untuk bambu (petung) dalam bentuk

    laminasi dapat dikatagorikan ke dalam jenis kayu karena perubahan bentuk geometrinya dari bulat silindris tipis

    (seperti pipa) menjadi bentuk pejal (solid). Sehingga tata cara dan standard hitungan dapat menggunakan starndar

    kayu, meskipun sedikit berbeda, karena standar bambu laminasi belum ada.

    Seiring berkembangnya konstruksi struktur bambu laminasi, maka dituntut untuk dapat menyelesaikan

    permasalahan yang lebih kompleks, sehingga konstanta sifat mekanika bahan harus dikembangkan dan ditemukan,

    khususnya konstanta angka poisson. Angka poisson sangat diperlukan dalam analisis struktur bangunan. Sampai

    saat ini nilai angka poisson untuk bambu laminasi di Indonesia belum ada, sehingga sangat perlu untuk melakukan

    penelitian ini. Hasil pengujian angka poisson bambu petung laminasi disajikan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Angka poisson bambu petung laminasi

    Rasio Poisson Minimum Maksimum Rata-rata StDev

    Rasio Poisson Longitudinal-Radial (LR) 0,079 0,282 0,189 0,091Rasio Poisson Longitudinal-Tangensial (LT) 0,187 0,278 0,225 0,041

    Nilai rasio poisson bambu petung laminasi disajikan dalam arah radial dan tangensial, hal ini dilakukan karena

    bambu laminasi atau kayu mempunyai sifat anisotropik dan orthotropik, sehingga pada analisis struktur sangat

    diperlukan. Tampak pada Tabel 3 nilai rasio poisson rata-rata bambu petung laminasi pada arah radial sebesar 0,189

    dan pada arah tangensial sebesar 0,225.

  • 7/23/2019 Bambu Petung Laminasi

    7/7

    Material

    Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

    Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 103

    4. KESIMPULAN

    Kekuatan tekan bambu petung laminasi sejajar serat relatif sama dengan nilai bambu petung utuh tanpa laminasi,

    yaitu sekitar 48,23057,603 MPa dengan berat jenis sekitar 0,738 pada kadar air 16,8 %. Nilai kuat tekan bambu

    petung laminasi yang dihasilkan cukup baik dengan standard deviasi yang relatif kecil (3,390). Untuk nilai modulus

    elastistas relative kecil dibandingkan nilai bambu utuh (tanpa laminasi), sekitar 4612,2927118,931 MPa.Nilai rata-rata angka poissons ratio longitudinal-radial (LR) sebesar 0,189 dan angka rata-rata poissons ratiolongitudinal-tangensial (LT) sebesar 0,225. Hasil ini dapat dikatakan cukup baik dengan melihat standard deviasiyang relatif kecil, yaitu untuk arah longitudinal-radial sebesar 0,091 dan arah longitudinal-tangensial sebesar 0,041.

    DAFTAR PUSTAKA

    ASTM (American Society for Testing and Material). (2006). Standard Methods of Testing Small Clear Specimens of

    Timber. Designation : D14394. United States.

    Baere, I.D., Paepegem, W.V., And Degrieck, J. (2009). On the nonlinear evolution of the Poissons ratio underquasi-static loading for a carbon fabric-reinforced thermoplastic. Part II : Analytical explanation , Polymer

    Testing, Elsevier. 28 : 324 - 330.

    European Standard (EN 408). (2003). Timber structures Structural timber and glued laminated timberDetermination of some physical and mechanical properties. European Committee for Standardization (CEN),

    Nederlandse.

    Irawati, I.S, dan Saputra, A. (2012). Analisis Statistik Sifat Mekanika Bambu Petung. Proceeding Simposium

    Sinar Bambu I. Yogyakarta, hal. 60hal. 65.

    Kohlhauser, C. And Hellmich, C. (2012). Determination of Poissons ratios in isotropic, transversely isotropic, and

    orthotropic materials by meas of combined ultrasonic-mechanical testing of normal stiffnesses : Applications

    to metals dan wood,European Journal of Mechanics A/Solids, 33 : 82 - 98.

    Morisco. (2006). Teknologi Bambu. Bahan Kuliah Magister Teknologi Bahan Bangunan, Program Studi Teknik

    Sipil, UGM Yogyakarta.

    Wardani, L., Bahtiar, E.T., Sulastiningsih, I.M., Darwis, A., Karlinasari, L., Nugroho, N., Surjokusumo, S. (2011).

    Kekuatan Tekan dan Rasio Poisson Kayu Pangsor (Ficus callosa WILLD) dan Kecapi (Sandoricum kucape

    MERR).Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, Vol. 4(1), hal. 1hal. 7.