bambu petung laminasi
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Bambu Petung Laminasi
1/7
Material
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 9 7
KUAT TEKAN DAN ANGKA POISSON BAMBU PETUNG LAMINASI
(117M)
Nor Intang Setyo H.1, Iman Satyarno
2, Djoko Sulistyo
2dan T.A. Prayitno
3
1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Jenderal Soedirman, Jl.Mayjen Sungkono KM 5 Blater Purbalingga
1Mahasiswa Program Doktor, Teknik Sipil UGM, Jl.Grafika No. 2 Yogyakarta
Email: [email protected] Teknik Sipil dan Lingkungan, UGM, Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta
Email: [email protected]; [email protected] Teknologi Hasil Hutan, UGM, Jl Agro Yogyakarta
Email: [email protected]
ABSTRAK
Bambu laminasi sebagai salah satu bahan pengganti kayu agar dapat digunakan sebagai fungsi
struktur perlu diketahui karakteristik mekanika, diantaranya kuat tekan, nilai modulus elastisitastekan dan angka poisson (poisson ratio) bahan. Data base angka poisson pada bambu laminasi
sangat diperlukan untuk analisis lanjut, terutama dalam menggambarkan sifat nonlinearitas bahan
bambu laminasi. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan nilai kuat tekan dan angka poisson
bambu (petung) laminasi melalui eksperimental. Bambu laminasi dibuat dari susunan bilah bambu
petung ukuran bilah sekitar (5-10) x 20 mm, direkatkan dengan perekat Urea Formaldehida (UF),dan dikempa dengan tekanan 1,5 - 2,0 MPa membentuk batang dengan dimensi 50 x 5 0 x 200 mm.
Ukuran dan spesifikasi pengujian tekan sejajar serat mengikuti standar ASTM D143-94 (2000).
Pengujian tekan dengan beban statik sampai beban maksimum, deformasi besar, dan batang
laminasi sampai runtuh. Pada pengujian ini diamati perilaku yang terjadi saat pembebanan dan
direkam hasil deformasi arah longitudinal, radial dan tangensialnya. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa nilai kuat tekan (tk//) antara 48,230 57,603 MPa, angka poissons ratiolongitudinal-radial (LR) sebesar 0,079 - 0,282 (rerata 0,189) dan angkapoissons ratio longitudinal-
tangensial (LT) sebesar 0,187 - 0,278 (rerata 0,225).Kata kunci: kuat tekan, modulus elastisitas, angka poisson, bambu petung, laminasi
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan menipisnya pasokan bahan bangunan kayu, maka bambu petung laminasi dapat dijadikan alternatif
pengganti kayu. Bambu petung (Dendrocalamus asper) merupakan salah satu jenis bambu yang mempunyai rumpun
aga rapat, dapat tumbuh di daerah rendah sampai pegunungan dengan tinggi 2000 m di atas permukaan laut.
Pertumbuhan cukup baik khususnya untuk daerah yang tidak terlalu kering. Warna kulit hijau kekuning-kuningan.Panjang batang dapat mencapai 1014 m, dan panjang ruas berkisar antara 4060 cm, dengan diameter 615 cm,
tebal dinding 1015 cm (Morisco, 2006).
Untuk dapat menggunakan bahan bambu sebaai struktur bangunan, maka harus diketahui sifat mekanika bambu
petung tersebut. Irawati dan Saputra (2012) telah melaporkan hasil analisis dari beberapa penelitian sifat mekanikabambu petung berbagai sumber di UGM dari tahun 2002 sampai dengan 2010. Hasil analisis sifat mekanika bambu
petung tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai kuat tekan dan modulus elastisitas tekan
No Sifat Mekanika (MPa) Standar Deviasi (MPa) Koefisien variasi (%)
1 Kuat lentur 134,972 42,389 31,4
2 Kuat tarik sejajar serat 228 94,458 41,4
3 Kuat tekan sejajar serat 49,206 10,986 22,3
4 Kuat tekan tegak lurus serat 24,185 18,837 77,9
5 Kua geser sejajar serat 9,505 2,846 29,956 Modulus elastisitas lentur 12888,477 4891,824 37,96
Sifat mekanika bahan bambu sangat diperlukan untuk analisis struktur bambu lebih lanjut. Sifat mekanika bambu
petung laminasi, khususnya konstanta angka poisson tidak nampak dalam Tabel 1, sehingga diperlukan penelitian
-
7/23/2019 Bambu Petung Laminasi
2/7
Material
M - 9 8
lebih lanjut untuk mendapatkan angka
serupa dengan bahan kayu pada umum
Penelitian tentang angka poisson bamb
banyak dilakukan. Wardani dkk (2011
Penelitian dilakukan menurut standard
dan satu buah caliperyang ditempatka
ini dilakukan untuk mendapatkan nilai
tangensial (LT). Cara lain untuk menetelah dilakukan oleh (Baere et al, 2009
dan transversal. Prinsip yang sama d
transversal (radial dan longitudinal).Hellmich (2012) dengan cara gabunga
tersebut dilakukan pada pengujian seca
Tujuan penelitian ini adalah untuk men
tekan (kuat tekan, modulus elastisita
diharapkan dapat memberikan konstribsecara numerikal.
2. METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan adalah b
acid). Bambu petung diambil dengan p
yang diperoleh di daerah Sleman, Yog
181 (produksi PT. Pamolite Adhesive
bahan pengembang (extender) berup
Yogyakarta.
Alat utama pembuatan benda uji antara
panel saw), kalifer, meteran, alat kemp
alat proses perekatan. Alat utama penguoven, moisture-meter, hydraulic jack, l
Benda Uji
Benda uji dibuat dari susunan bilah-bil
200 mm berdasarkan spesifikasi ASTbilah bamboo dibuat dengan ukuran teb
5 buah.
Gambar 1. Tampang ba
Konferensi Nasional T
Universitas Sebelas Maret (UNS) -
poisson bambu petung laminasi. Struktur bambu la
ya, sehingga standar hitungan kayu dapat digunakan
laminasi belum pernah dilakukan di Indonesia, seda
) telah melakukan penelitian rasio poisson pada ka
STM D 143-94 berupa uji tekan dengan menempatk
pada arah aksial (longitudinal) dan transversal (radi
i rasio poisson dalam arah longitudinal-radial (LR) tukan angka poisson dapat dilakukan dengan mengu
. Dua buah strain gage ditempatkan pada benda uji
engan Wardani dkk (2011) untuk mendapatkan ni
enentuan angka poisson yang lain telah dilakukaantara eksperimntal dan gelombang ultrasonik. Pe
a diagonal pada contoh uji besi dan kayu.
apatkan sifat mekanika bambu petung dalam bentuk
s, dan angka poisson) melalui pengujian. Manfaa
usi dalam analisis struktur lebih lanjut, khususnya d
mbu petung, perekat formaldehida (UF), bahan pen
anjang sekitar 8 m bagian pangkal (1 m dari pangkal
akarta, sedangkan bahan perekat UF berupa adonan
Industry, Probolinggo) ditambah bahan pengeras/
tepung (flour). Bahan pengawet diperoleh dari
lain adalah : alat belah bambu, bak pengawet, mesi
hidrolis, mesin ampelas (sanding), mesin penebal (
jian antara lain adalah : UTM (Universal Testing Ma dt, load cell, dan data logger.
ah bambu petung menjadi bentuk batang persegi de
D143 94 (ASTM, 2000) (Gambar 1). Ukuran taal sekitar 510 mm dan lebar sekitar 1520 mm. U
mbu utuh, bilah bambu, dan benda uji tekan bambu l
knik Sipil 7 (KoNTekS 7)
urakarta, 24-26 Oktober 2013
minasi secara geometri
ntuk bambu laminasi.
ngkan untuk kayu tidak
u pangsor dan kecapi.
an 2 buah extensometer
l dan tangensial). Cara
dan arah longitudinal-
akan strain gage yang tarik dalam arah aksial
lai rasio poisson pada
oleh Kohlhauser and bacaan data kombinasi
laminasi, terutama sifat
t dari hasil penelitian
alam hitungan struktur
awet (borax dan boron
tidak dipakai/dibuang)
dari resin UF tipe UA-
ardener (HU-12), dan
toko kimia di daerah
gergaji kayu (circular
lanner), klem penjepit,
hine), timbangan meja,
ngan ukuran 50 x 50 x
pang melintang bilah- langan benda uji dibuat
minasi
-
7/23/2019 Bambu Petung Laminasi
3/7
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (K
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta,
Pelaksanaan
Bambu dipersiapkan dalam bentuk
ketebalan bambu) (Gambar 1a). Sel
boron 1 : 3) dengan jalan direbus
pengeringan dilakukan pada bilah(planner) untuk mencapai ketebalan
Proses pembuatan batang bambu l
pembutan batang laminasi. Papan l
laminasi dibuat dengan merekatkan
UF dengan jumlah perekat terlabur
sesuai rekomendasi pabrik dan teka
jam dan proses finishing (perapihpembuatan benda uji tekan ukura
penyusunan bilah bambu hingga me
dalam satu batang, namun disusun d
Pembuatan benda uji dilakukan di
sedangkang pengujian tekan batangPengujian tekan dilakukan sesuaidisplacement control dengan kecep
Setting pengujian dilakukan sede
vertikal/longitudinal, 2 lvdt dalam a
3 arah (longitudinal, radial, dan t
tersebut (Gambar 2b). Untuk memjarak 15 cm sebagai daerah uji (Ga
a) Setting penempatan LVDT dal
Gambar 2. Setti
Analisis Data
Pengujian tekan bambu petung lami
dalam arah vertikal (longitudinal) s
lurus serat (tangensial dan radial).
Longitudinal-Tangensial (LT) daLongitudinal-Radial (LR). Nilai-nildan
LTdiperoleh dengan rumus seb
NTekS 7)
24-26 Oktober 2013
bilah-bilah ukuran lebar sekitar 2,5 cm dan tebal
anjutnya bilah bambu diawetkan dengan bahan peng
dengan perbandingan air dan bahan pengawet da
bambu hingga dicapai kadar air kesimbangan (15 bilah sekitar 0,51 cm dilakukan sebelum proses pe
aminasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu : pemb
aminasi dibuat dengan cara merekatkan bilah-bilah
papan-papan laminasi yang telah jadi tersebut. Pros
50/MDGL dengan perbandingan UF : extender :
nan kempa sebesar 2 MPa. Proses pengempaan dila
n, planner) dilakukan setelah pengkondisian 24 ja50 x 50 x 200 mm siap untuk diuji (Gambar 1
njadi batang bambu laminasi tidak dilakukan pemilih
engan cara diacak (random).
Laboratorium Pengolahan dan Penggergajian Kayu
bambu petung laminasi dilakukan di Laboratorium Stdengan standard ASTM D143 94, dimana dig
atan pembebanan ditetapkan 1 mm/menit.
mikan rupa dengan menempatkan 5 buah lvdt,
rah radial, dan 2 lvdt dalam arah tangensial (Gambar
angensial) dimaksudkan untuk pembacaan data def
aca deformasi arah aksial/longitudinal, klem dudukbar 2a).
am 3 arah b) Setting pelaksanaan pe
ng pengujian tekan bambu laminasi dan penempatan
nasi diperoleh data pembacaan beban dan deformasi (
ejajar serat, sedangkan deformasi dalam arah longit
engukuran deformasi dalam arah tangensial untuk
n pengukuran deformasi arah radial untuk me
ai tegangan tekan (tk//), modulus elastisitas tekan ( agai berikut (Wardani, dkk, 2011).
LVDT 1
LVDT 2
Material
M - 9 9
erkisar 1 1,5 cm (sesui
awet (campuran borax dan
n air (95% : 5%). Proses
18%). Proses perataan rekatan.
uatan papan laminasi dan
bambu, sedangkan batang
s perekatan digunkan lem
U-12 yaitu 150 : 25 : 0,5
ukan selama lebih dari 4 . Finishing akhir berupa
). Sebagai catatan, dalam
an kondisi dan lokasi bilah
akultas Kehutanan UGM,
ruktur Teknik Sipil UGM. unakan metode pengujian
imana 1 lvdt pada arah
2). Penempatan lvdt dalam
ormasi dalam ketiga arah
n lvdt ditempatkan dalam
ngujian tekan
VDT
lendutan). Beban diperoleh
dinal dan mendatar tegak
emperoleh angka poisson
mperoleh angka poisson
tk), dan angka poisson LR
LVDT 3
LVDT 4
LVDT 5
-
7/23/2019 Bambu Petung Laminasi
4/7
Material
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 100 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
APmaks
tk // (1)
AL
LPE
L (2)
RLLR
LR (3)
T
LL
TLT
(4)
Dimana :
tk// = kekuatan/tegangan tekan sejajar serat (kg/cm2)A = luas penampang
Etk = modulus elastisitas tekan sejejar serat arah longitudinal
LR = angka poisson arah Longitudinal-RadialLT = angka poisson arah Longitudinal-TangensialPmaks = beban maksimum
P/
L= kemiringan kurva beban-deformasi
R/L = kemiringan kurva deformasi radial-longitudinalT/L = kemiringan kurva deformasi tangensial-longitudinalL = panjang mula-mula arah longitudinalR = panjang mula-mula arah radial
T = panjang mula-mula arah tangensial
Penentuan sifat mekanika (kuat tekan, modulus elastisitas, dan angka poisson) dengan rumus-rumus pada persamaan
1 sampai dengan 4, digunakan data pengujian dalam batas elastis. Batas elastis material dari hasil pengujian diambil
dalam rentang 10 % - 40 % terhadap kondisi puncak/maksimum (EN408, 2003). Sebelum data-data hasil pengujian
dihitung, dilakukan evaluasi terhadap bentuk-bentuk kerusakan yang terjadi. Enam macam kemungkinan kerusakan
yang mungkin terjadi yaitu crushing, wedge splits, shearing, splitting, compression and shearing parallel to grain,
dan end rolling (brooming) (ASTM, 2000; Wardani, dkk, 2011).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Tekan Longitudinal
Nilai kuat tekan dan modulus elastistas tekan longitudinal bambu petung laminasi diperoleh dari hasil pengujian
tekan sejajar serat. Dari pengujian tekan sejejar serat diperoleh grafik hubungan beban dan deformasi dalam arah
longitudiunl, radial, dan tangensial (seperti pada Gambar 3). Nilai deformasi arah longitudinal diperoleh daripembacaan 1 buah LVDT, sedangkan untuk nilai deformasi arah radial dan tangensial diperoleh dari selisih
pembacaan data 2 LVDT untuk masing-masing arah. Tampak perilaku material bambu petung laminasi pada arah
tegak lurus serat (radial dan tangensial) lebih kaku dibandingkan arah longitudinal akibat beban aksial (Gambar 3d).
Hal ini terjadi karena pada arah transversal (tegak lurus serat) benda uji tidak menerima beban langsung, sehingga
deformasi yang terjadi pada arah transversal hanya merupakan efek/imbas dari beban arah aksial (sejajar serat).
Dari hasil hitungan diperoleh nilai kuat tekan (tegangan) dan modulus elastisitas tekan seperti disajikan dalam Tabel
2. Sebagai catatan, dalam penentuan nilai modulus elastistas perlu dievaluasi jenis kerusakan yang terjadi saatpengujian. Benda uji yang rusak diluar daerah uji (sekitar 15 cm di bagian tengah), maka data pengujian benda uji
tersebut tidak dipakai dalam hitungan penentuan nilai modulus elastisitas (E) dan angka poisson (). Kerusakanyang terjadi dari hasil penelitian, ada satu benda uji yang rusak diluar daerah 15 cm (Gambar 2a dan Gambar 4).
Sehingga dalam penentuan nilai Etk, 1 data tersebut tidak dipakai dan hanya memperhitungkan 4 data pengujian.
Tampak dari Tabel 2, nilai kekuatan tekan bambu petung laminasi sejajar serat sekitar 48,23057,603 MPa. Hasil
ini cukup rendah dibandingkan dengan kuat tekan bambu petung utuh/bulat dengan kulit yang dilakukan Morisco(2006), yaitu sekitar 277 548 MPa. Namun nilai kuat tekan bambu petung laminasi tersebut hampir mendekati
sama dengan kuat tekan bambu petung utuh yang dilaporkan oleh Irawati dan Ashar (2012) yaitu sekitar 49,206
MPa dengan standar deviasi 10,986 MPa (Tabel 1). Apabila dilihat nilai standar deviasi yang terjadi, nilai kuat tekan
bambu petung utuh relatif lebih lebar variasinya dibandingkan dengan bambu petung laminasi (StDev 3,390 MPa).
Nilai modulus elastisitas tekan bambu petung laminasi diperoleh sekitar 4612,2927118,931 MPa dengan standar
deviasi 1137,53 MPa. Hasil ini termasuk dalam katagori kecil dengan melihat hasil-hasil penelitian yang dilaporkanMorisco (2006) untuk nilai Etekan berkisar 559021182 MPa untuk 3 jenis bambu (Apus, Petung, dan Awi).
-
7/23/2019 Bambu Petung Laminasi
5/7
Material
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 101
a) Grafik beban vs deformasi longitudinal b) Grafik beban vs deformasi radial
c) Grafik beban vs deformasi tangensial d) Grafik beban vs deformasi rata-rata (3 arah)
Gambar 3. Grafik hubungan bebandevormasi hasil pengujian tekan
Tabel 2. Nilai kuat tekan dan modulus elastisitas tekan
Sifat Mekanika Nilai (MPa) Kerapatan
Rata-rata
Kadar Air
Rata-rataMinimum Maksimum Rata-rata StDev
Kuat Tekan 48,230 57,603 53,404 3,390 0,738 16,80 %
Modulus Elastisitas 4612,292 7118,931 6175,493 1137,527 0,738 16,80 %
Kerusakan benda uji tekan mempengaruhi hasil-hasil pengujian. Kerusakan yang terjadi akibat pengujian tekan
sejajar serat bambu petung laminasi adalah Crushing, Shearing, dan Compression and Shearing Parallel to Grain,seperti diperlihatkan pada Gambar 4.
-
7/23/2019 Bambu Petung Laminasi
6/7
Material
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M - 102 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
a) Shearing b) Shearing c) Shearing d) Crushing danShearing
e) Compression andShearing Parallel
to Grain
Gambar 4. Jenis-jenis kerusakan yang terjadi
Sebagian besar kerusakan yang terjadi adalah shearing. Kerusakan shearing pada daerah pengamatan uji (15 cm
pada bagian tengah) merupakan jenis kerusakan yang paling diharapkan dalam penelitian ini. Untuk kerusakan
benda uji diluar daerah uji (15 cm) maka data pengujian tidak dapat mempresentasikan nilai mekanika sebenarnya,
sehingga data tidak dipakai dalam hitungan modulus elastisitas dan angka poisson, dan hanya dipakai pada hitungan
kuat tekan.
Angka Poisson
Beberapa konstanta sifat mekanika bambu petung laminasi belum diteliti secara menyeluruh, terutama nilai angka
(rasio) poisson. Jangankan bambu, untuk kayu saja belum banyak dijumpai laporan tentang nilai rasio poisson. Hal
ini terjadi karena faktor kesulitan dalam pengukurannya (Wardani, dkk, 2011). Untuk bambu (petung) dalam bentuk
laminasi dapat dikatagorikan ke dalam jenis kayu karena perubahan bentuk geometrinya dari bulat silindris tipis
(seperti pipa) menjadi bentuk pejal (solid). Sehingga tata cara dan standard hitungan dapat menggunakan starndar
kayu, meskipun sedikit berbeda, karena standar bambu laminasi belum ada.
Seiring berkembangnya konstruksi struktur bambu laminasi, maka dituntut untuk dapat menyelesaikan
permasalahan yang lebih kompleks, sehingga konstanta sifat mekanika bahan harus dikembangkan dan ditemukan,
khususnya konstanta angka poisson. Angka poisson sangat diperlukan dalam analisis struktur bangunan. Sampai
saat ini nilai angka poisson untuk bambu laminasi di Indonesia belum ada, sehingga sangat perlu untuk melakukan
penelitian ini. Hasil pengujian angka poisson bambu petung laminasi disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Angka poisson bambu petung laminasi
Rasio Poisson Minimum Maksimum Rata-rata StDev
Rasio Poisson Longitudinal-Radial (LR) 0,079 0,282 0,189 0,091Rasio Poisson Longitudinal-Tangensial (LT) 0,187 0,278 0,225 0,041
Nilai rasio poisson bambu petung laminasi disajikan dalam arah radial dan tangensial, hal ini dilakukan karena
bambu laminasi atau kayu mempunyai sifat anisotropik dan orthotropik, sehingga pada analisis struktur sangat
diperlukan. Tampak pada Tabel 3 nilai rasio poisson rata-rata bambu petung laminasi pada arah radial sebesar 0,189
dan pada arah tangensial sebesar 0,225.
-
7/23/2019 Bambu Petung Laminasi
7/7
Material
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 103
4. KESIMPULAN
Kekuatan tekan bambu petung laminasi sejajar serat relatif sama dengan nilai bambu petung utuh tanpa laminasi,
yaitu sekitar 48,23057,603 MPa dengan berat jenis sekitar 0,738 pada kadar air 16,8 %. Nilai kuat tekan bambu
petung laminasi yang dihasilkan cukup baik dengan standard deviasi yang relatif kecil (3,390). Untuk nilai modulus
elastistas relative kecil dibandingkan nilai bambu utuh (tanpa laminasi), sekitar 4612,2927118,931 MPa.Nilai rata-rata angka poissons ratio longitudinal-radial (LR) sebesar 0,189 dan angka rata-rata poissons ratiolongitudinal-tangensial (LT) sebesar 0,225. Hasil ini dapat dikatakan cukup baik dengan melihat standard deviasiyang relatif kecil, yaitu untuk arah longitudinal-radial sebesar 0,091 dan arah longitudinal-tangensial sebesar 0,041.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM (American Society for Testing and Material). (2006). Standard Methods of Testing Small Clear Specimens of
Timber. Designation : D14394. United States.
Baere, I.D., Paepegem, W.V., And Degrieck, J. (2009). On the nonlinear evolution of the Poissons ratio underquasi-static loading for a carbon fabric-reinforced thermoplastic. Part II : Analytical explanation , Polymer
Testing, Elsevier. 28 : 324 - 330.
European Standard (EN 408). (2003). Timber structures Structural timber and glued laminated timberDetermination of some physical and mechanical properties. European Committee for Standardization (CEN),
Nederlandse.
Irawati, I.S, dan Saputra, A. (2012). Analisis Statistik Sifat Mekanika Bambu Petung. Proceeding Simposium
Sinar Bambu I. Yogyakarta, hal. 60hal. 65.
Kohlhauser, C. And Hellmich, C. (2012). Determination of Poissons ratios in isotropic, transversely isotropic, and
orthotropic materials by meas of combined ultrasonic-mechanical testing of normal stiffnesses : Applications
to metals dan wood,European Journal of Mechanics A/Solids, 33 : 82 - 98.
Morisco. (2006). Teknologi Bambu. Bahan Kuliah Magister Teknologi Bahan Bangunan, Program Studi Teknik
Sipil, UGM Yogyakarta.
Wardani, L., Bahtiar, E.T., Sulastiningsih, I.M., Darwis, A., Karlinasari, L., Nugroho, N., Surjokusumo, S. (2011).
Kekuatan Tekan dan Rasio Poisson Kayu Pangsor (Ficus callosa WILLD) dan Kecapi (Sandoricum kucape
MERR).Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, Vol. 4(1), hal. 1hal. 7.