bahasa figuratif dan pesan moral dalam kumpulan...
TRANSCRIPT
BAHASA FIGURATIF DAN PESAN MORAL DALAM KUMPULAN
PUISI LAGU CINTA PARA PENDOSA KARYA ZAIM ROFIQI : KAJIAN
STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN
SASTRA DI SMA
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Dan Daerah
Disusun Oleh:
Niken Indah Saputri
A310 09 0104
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKATRA
2013
BAHASA FIGURATIF DAN PESAN MORAL DALAM KUMPULAN
PUISI LAGU CINTA PARA PENDOSA KARYA ZAIM ROFIQI : KAJIAN
STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN
SASTRA DI SMA
ABSTRAK
NIKEN INDAH SAPUTRI
A310090104
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan dan menjelaskan pemanfaattan
bahasa figuratif dengan menggunakan kajian stilistika dalam Kumpulan puisi Lagu Cinta
Para Pendosa. (2) Mendeskripsikan pesan moral dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para
Pendosa. (3) Mendeskripsikan implementasi bahasa figuratif dan pesan moral dalam
kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa sebagai bahan ajar sastra Bahasa Indonesia di
SMA.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Objek yang diteliti
dalam penelitian ini adalah bahasa figuratif dan pesan moral dengan tinjauan stilistika dan
implementasinya sebagai bahan ajar Bahasa dan Sastra di SMA pada penggalan puisi
dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa. Sumber data yang diperoleh dari
penggalan puisi dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa berjumlah 10 judul
puisi. Teknik pengumpulan data yakni, teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik analisis
data yang digunakan adalah model semiotik, yakni pembacaan heuristik dan hermeneutik.
Hasil penelitian ini adalah (1) pemanfaatan bahasa figuratif dalam kumpulan
puisi Lagu Cinta Para Pendosa berupa majas dan tuturan idiomatik. Majas yang terdapat
dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa adalah (a) majas personifikasi, (b) majas
metafora, (c) majas hiperbola, (d) majas simile, dan (e) majas metonimia. Tuturan
idiomatik yang terdapat dalam penggalan puisi kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa
terdapat satu data yaitu „Taman Surga‟. (2) pesan moral dalam kumpulan puisi Lagu
Cinta Para Pendosa dari segi moral menggunakan kajian semiotik. Pesan Moral dalam
kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa meliputi, pesan moral kejujuran, moral
kesadaran diri, moral bertanggung jawab, moral kebenaran, dan moral kerendahan hati.
(3) Implementasi bahasa figuratif dan pesan moral puisi pada kumpulan puisi Lagu Cinta
Para Pendosa sebagai bahan ajar Sastra di SMA, yakni terdapat pada standar kompetensi
mendengarkan 5. memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung
dengan kompetensi dasar 5.1 mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang
disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman, dilanjutkan 5.2 mengungkapkan
isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman.
Kata kunci: bahasa figuratif, pesan moral puisi, kumpulan puisi Lagu Cinta Para
Pendosa, kajian stilistika, bahan ajar Sastra di SMA
1
A. PENDAHULUAN
Puisi sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari
bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-
unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari
bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan (Pradopo, 1987:3).
Zaim Rofiqi adalah seorang penulis muda yang karya-karyanya
sangat segar dan hasil karyanya termasuk dalam puisi baru. Isi yang
terkandung di dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa ini
mengandung makna-makna dan kata-kata yang sebenarnya mudah
dipahami tetapi dibuat agak sedikit rumit dengan mempermainkan kata-
kata di dalamnya sehingga terbentuk sebuah puisi yang apik.
Dipilihnya puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi
dikarenakan kumpulan puisi ini masih baru dan belum banyak yang
meneliti. Selain itu kumpulan puisi ini mengisahkan atau menceritakan
kehidupan sehari-hari sang penyair. Penyair dalam menciptakan puisi itu
memikirkan bunyi yang merdu dan kontras antar lariknya.
Rumusan masalah dalam penelitian yang hendak dicapai dalam
penelitian ini. (1) Bagaimana pemanfaatan bahasa figuratif yang
digunakan Zaim Rofiqi dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa
(LCPP)?. (2) Bagaimanakah pemaknaan bahasa figuratif puisi dalam
kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa (LCPP)?. (3) Bagaimana
implementasi bahasa figuratif puisi dalam kumpulan puisi puisi Lagu
Cinta Para Pendosa (LCPP) sebagai bahan ajar sastra Bahasa Indonesia di
SMA?. Dalam penelitian ini ada tiga tujuan yang ingin dicapai, yaitu: (1)
untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pemanfaattan bahasa figuratif
dalam Kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa (LCPP), (2) untuk
mendiskripsikan makna bahasa figuratif puisi dengan menggunakan
kajian stilistika dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa (LCPP),
(3) untuk mendiskripsikan implementasi bahasa figuratif dalam kumpulan
puisi Lagu Cinta Para Pendosa (LCPP) sebagai bahan ajar sastra Bahasa
Indonesia di SMA.
2
Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk
memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian- bagian
serta jalinannya secara nyata (Pradopo, 2007:14). Pradopo (2007:7) juga
berpendapat bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang
membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam
susunan yang berirama.
Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya
bahasa di dalam karya sastra. Dapat dikatakan bahwa stilistika adalah
proses menganalisis karya sastra dengan mengkaji unsur-unsur bahasa
sebagai medium karya sastra yang digunakan sastrawan, sehingga terlihat
bagaimana perlakuan sastrawan terhadap bahasa dalam rangka
menuangkan gagasannya (subyek matter) (Al-Maruf, 2010:14). Menurut
Endraswara (2003) stilistika adalah penggunaan gaya bahasa secara
khusus dalam karya sastra.
Bahasa figuratif diartikan sebagai satuan kebahasaan yang
memiliki makna yang tidak langsung, makna yang terkandung di balik
kata yang tertulis (eksplisit). Dalam karya sastra, bahasa figuratif bersifat
prismitis, memancarkan makna lebih dari satu. Pada dasarnya bahasa
figuratif digunakan oleh sastrawan untuk menciptakan imajinasi dan daya
asosiatif dan pengungkapan terkesan lebih hidup (Al-Ma‟ruf, 2010:161).
Waluyo (dalam Al-Ma‟ruf, 2009:59-60) menyebut bahwa bahasa figuratif
atau bahasa kias digunakan oleh sastrawan untuk mengatakan sesuatu
dengan cara yang tidak langsung untuk mengungkapkan makna.
Kata semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti
tanda. Maka semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu
yang berurusan dengan penkajian tanda dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku
bagi penggunaan tanda (Zoest, 1993: 1).
Menurut Prierce (dalam Zoest, 1993:23-25) membedakan tiga
macam tanda menurut sifat penghubungan tanda dan denotatum:
3
a. Ikon: Tanda ikon adalah tanda yang ada sedemikian rupa
sebagai kemungkinan, tanpa tergantung pada adanya sebuah
denotatum, tetapi dapat dikaitkan dengannya atas dasar suatu
persamaan yang secara potensial dimilikinya.
b. Indeks: Indeks adalah sebuah tanda yang dalam hal corak
tandanya tergantung dari adanya sebuah denotatum.
c. Lambang: Simbol (lambang) adalah tanda yang hubungan
antara tanda dan denotatumnya ditentukan oleh suatu peraturan
yang berlaku umum.
Menurut Faqih (dalam Shobahiya dan Rosyadi, 2005:89) Istilah
moral berasal dari bahasa latin mores, yaitu bentuk plural dari emos, yang
berarti adat kebiasaan. Jadi moral dikatakan sebagai nilai dasar dalam
masyarakat untuk menentukan baik-buruknya suatu tindakan yang pada
akhirnya menjadi adat istiadat masyarakat tersebut.
Menurut (Iskandarwassid dan Sonendar, 2010:171) bahan ajar
merupakan seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik melalui
pembelajaran yang menyenangkan. Peserta didik harus benar-benar
merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu selelah ia mempelajarinya.
Secara umum, sifat bahan ajar dapat dibedakan ke dalam beberapa
kategori, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan ketrampilan.
Standar Kompetensi mata pelajaran dapat didefinisikan sebagai
“pernyataan tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus
dikuasai serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam
mempelajari suatu mata pelajaran” (Center for Civis Education dalam
Majid, 2011:42). Kompetensi dasar adalah pernyataan minimal atau
memadai tentang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak stelah peserta didik
menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran tertentu
(Iskandarwassid dan Sunendar, 2010:170).
4
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus terpancang. Adapun
objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah bahasa figuratif dan citraan
dengan kajian stilistika dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa
karya Zaim Rofiqi, diterbitkan oleh Alvabet, Jakarta 2009, dengan tebal
100 halaman. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data primer
dalam penelitian ini adalah teks dari puisi-puisi dari kumpulan puisi Lagu
Cinta Para Pendosa sajak-sajak karya Zaim Rofiqi. Adapun sumber data
sekunder berasal dari berbagai pustaka yang mengkaji tentang bahasa
figuratif seperti di dalam buku Kajian Stilistika yang mengkaji tentang
Stilistika Novel Ronggeng Dukuh Paruk, hasil penelitian terdahulu,
makalah maupun artikel pada jurnal ilmiah.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik pustaka dan
catat. Penelitian ini menggunakan teknik triangggulasi teoretis.
Trianggulasi teoretis digunakan dalam membahas permasalahan yang
dikaji. Langkah kedua dengan pembacaan hermeneutik, yaitu dengan
membaca puisi Lagu Cinta Para Pendosa lebih lanjut secara mendalam
dan berulang-ulang untuk memahami isi puisi Lagu Cinta Para Pendosa.
5
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Bahasa Figuratif Pada Kumpulan Puisi Lagu Cinta Para Pendosa
Karya Zaim Rofiqi
Dalam hal ini analisis bahasa figuratif dikhususkan pada dua jenis bahasa
figuratif yakni: (a) Majas, dan (b) Tuturan Idiomatik.
a. Pemajasan
Berikut akan dipaparkan analisis majas yang terkandung dalam kumpulan
puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi.
1) Majas Personifikasi
Benda-benda mati dilukiskan memiliki kemampuan dan keadannya
seperti manusia yang dapat bergerak, berhias, sakit, sengsara, tua, dan lain
sebagainya.
(3) Ruang demi ruang// semakin
Penuh keluhan, ratapan, rancauan (hlm.5)
(5) Matahari Melaju (hlm.5)
(6) Hari Melaju (hlm. 5)
Pada data (3) mengandung majas personifikasi karena benda mati
yaitu ruang dilukiskan memiliki kemampuan seperti manusia seperti
mengeluh, meratapi seperti keadaan hati yang dirasakan oleh manusia.
Demikian pula pada data (5) juga mengandung majas personifikasi karena
benda mati yaitu matahari dilukiskan memiliki kemampuan seperti
manusia yaitu melaju (berjalan). Pada data (6) benda mati yaitu hari
disamakan dengan manusia yaitu melaju (berjalan).
2) Majas Metafora
Majas metafora pengungkapan maksud menjadi lebih
mengesankaan, lebih hidup, jelas dan menarik. Berikut data majas
metafora dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa.
(4) Tembok waktu (hlm.5)
(12) Penguasa segala kerajaan (hlm. 37)
6
Pada data (4) merupakan pemanfaatan majas metafora yaitu gaya
bahasa yang membandingkan sesuatu yaitu sebuah tembok di sel penjara
itu bagaikan sebuah tembok waktu bagi orang-orang di dalamnya untuk
menunggu waktu kapan mereka keluar dari balik tembok sel tersebut.
Demikian pula pada data (12) juga menggunakan majas metafora karena
seorang guru diibaratkan adalah seorang penguasa kerajaan, kerajaan di
dalam puisi ini bukan kerajaan-kerajaan seperti yang dimaksud di dongeng
tetapi kerajaan disini adalah sebuah sekolah yang seorang guru mengajar
di dalam sekolah tersebut.
3) Majas Hiperbola
Seperti dikutip dari pernyataan Keraf (dalam Al-Ma‟ruf, 2010:144)
bahwa hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan
yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal.
(2) Saat taman, jalan, pepohonan, mengilat (hlm.1)
(7) Cahaya terlalu tajam (hlm. 26)
(9) Membuat sinar tubuh kami semakin cemerlang (hlm. 28)
Pada data (3) Kalimat tersebut menggambarkan bahwa taman,
jalan,dan pepohonan itu mengilat padahal yang dimaksud didalam puisi
tersebut adalah bahwa taman, jalan, dan pepohonan itu basah terkena air
hujan sehingga terlihat seperti licin jika dilewati. Demikian pula pada data
(7) juga menggunakan majas hiperbola karena kalimatnya melebih-
lebihkan yaitu cahayanya terlalu tajam. Sama halnya dengan data (9) juga
memanfaatkan majas hiperbola dalam menggambarkan puisinya, yaitu
Membuat sinar tubuh kami semakin cemerlang yang dimaksud dalam
kalimat ini adalah seorang pelacur yang bekerja mencari uang dalam
remang-remang kota dia merasa bangga dan seperti gadis yang paling
cantik karena banyak pria hidung belang yang memakainya, dan uang
yang di dapatnya semakin banyak.
7
4) Majas Simile
Majas simele merupakan sarana retorika yang paling sederhanaa
karena membandingkan suatu hal dengan hal lain yang sama atau mirip
artinya. Berikut adalah data tentang majas simile.
(10) Kami merasa bak patung hiasan (hlm.29)
(16) yang agung seperti merapi (hlm.42)
Penggunaan majas pada data (10) merupakan contoh pemanfaatan
majas simile yaitu membandingkan sesuatu yang mirip artinya seperti
pada kalimat Kami merasa bak patung hiasan artinya seseorang yang
seperti tidak ada artinya dan dianggap mati seperti patung yang tidak
bisa bicara. Pada data (16) juga menggunakan majas simile yaitu yang
agung seperti merapi di dalam puisi ini menggambarkan bahwa cinta
pertama itu berjuta rasanya dan bahagia memilikinya itu seperti gunung
merapi yang tinggi yang tidak bisa berpindah tempat.
5) Majas Metonimia
Majas metonimia dimanfaatkan oleh Zaim Rofiqi untuk
menggantikan nama suatu hal dengan nama lain. Hal tersebut dilakukan
agar pengungkapan suatu hal tersebut lebih ekspresif dan mengesankan.
Lihat data berikut.
(27) Seperti sekumpulan cecurut kami disini terlempar tebuang
(hlm. 31)
Penggunaan majas pada data (27) merupakan contoh pemanfaatan
majas metonimia karena menggantikan nama suatu hal dengan nama lain
seperti dalam kalimat Seperti sekumpulan cecurut kami disini terlempar
tebuang yang dimaksud dalam kalimat ini kumpulan cecurut disini
menggambarkan sekumpulan orang-orang yang yang sedang berjudi, yang
artinya adalah kumpulan orang penjudi yang riuh saat memainkan dadunya
tanpa mempedulihan orang lain yang juga sedang main judi di sana.
6) Tuturan Idiomatik
Berikut ini kan dikaji tuturan idimmatik dalam kumpulan puisi Lagu Cinta
Para Pendosa yang dimanfaatkan Zaim Rofiqi guna mengefektifkan sarana
8
bahasa sekaligus mencapai intensitas dalam pengungkapan gagasan yang pada
gilirannya akan mencapai efek estetis.
(15) Taman Surga (hlm. 42)
(21) Mulut Raksasa (hlm. 62)
Penggunaan tuturan idiomatik pada data (15) yaitu taman surga pada
kalimat puisi Kembali berseminya // taman surga pada judul puisi cinta
pertama ini untuk mengibaratkan bahwa cinta pertama itu adalah sebuah
perasaan yang mengagumkan dan bahagia sejuta rasanya seperti berada di
dalam surga. Data (21) juga terdapat tuturan idiomatik ungkapan mulut
raksasa pada kalimat puisi dan yang ia lihat Cuma cakrawala kosong seperti
// mulut raksasa pada judul puisi Kota dapat diartikan bahwa sebuah kota yang
kosong dan hampir tidak berpenghuni itu diibaratkan seperti sebuah kota yang
sudah tertelan oleh mulut raksasa sehingga membuat orang enggan untuk
menghuni kota tersebut karena kota tersebut terlihat menyeramkan seperti di
dalam sebuah mulut raksasa.Tuturan idiomatik telah dimanfaatkan oleh Zaim
Rofiqi secara efektif dan ekspresif.
2. Pesan Moral dalam Kumpulan Puisi Lagu Cinta Para Pendosa Karya
Zaim Rofiqi
Moral merupakan unsur isi, ia merupakan sesuatu yang ingin
disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang
terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita
(Nurgiyantoro, 2009:320).
a. Moral Kejujuran
Menurut Magnis dan Suseno (1993:142) dasar setiap usaha untuk
menjadi orang kuat secara moral adalah kejujuran.
1) Cinta Pertama
Puisi yang berjudul “Cinta Pertama” menceritakan
seseorang yang sedang jatuh cinta. Dia bertanya pada dirinya
sendiri, apakah itu cinta? Dan apakah ini sebuah cinta yang
sedang dia rasakan, karena apa yang dia rasakan membuat
9
hatinya bahagia. Dalam sekejap membuatnya seperti berada di
dalam surga.
Sebuah tanda
Kembali berseminya taman surga
…..
Kita pun kembali sadar
Tak ada surga
Kata //sebuah tanda//, //kembalinya taman surga// merupakan
penanda seseorang bahwa dia sedang jatuh cinta.
Kalimat //dan bersama lenguh terakhir, kita pun kembali sadar//
merupakan sebuah petanda bahwa perasaan sepeti di surga itu
hanyalah sebuah halusinasi sesaat saja, tetapi dia mengakui
sebuah kejujuran bahwa dia merasakan cinta, cinta yang baru
pertama dia rasakan selama ini.
b. Moral Kesadaran Diri (Wawas Diri)
Kesadaran diri adalah usaha manusia untuk mengelola dan
membenahi dunia dan dirinya, dengan tujuan agar hidupnya semakin
manusiawi (Hadiwardoyo, 2007:89).
2) Sel
Puisi ”Sel” ini menceritakan seseorang yang sudah lama
ditahan di dalam sel sampau dia hafal setiap jengkal yang ada
di dalam rumah tahatan tersebut.
Kita tahu
Jalan-jalan itu
__ruang demi ruang
Semakin penuh keluhan, ratapan,
Rancauan__
Kalimat // ruang demi ruang, Semakin penuh keluhan,
ratapan, Rancauan__// merupakan penanda bahwa di dalam sel
penjara itu suasananya tidak menyenangkan, dan untuk
menunggu waktu untuk keluar dari dalam balik jeruji itu terasa
begitu lama dan membosankan. Kata //kita// merupakan
petanda yang memiliki memiliki pesan moral mawas diri, agar
10
setiap manusia bisa menjaga tingkah laku dan perbuatan agar
tidak terjadi sebuah kesalahan yang fatal.
3) Para Pemabuk
Puisi “Para Pemabuk” menceritakan seseorang yang sudah
kecanduan dengan minuman keras.
Cahaya terlalu tajam
Lalu kami pun mulai belajar
Kalimat //sebab di luar cahaya terlalu tajam// merupakan
penanda yang menandai bahwa seorang pemabuk itu takut
terkena sinar matahari karena sinar matahari membuatnya silau
untuk melihat dunia luar karena pengaruh dari minuman keras
tersebut. Kata //kami// merupakan petanda bahwa mereka sadar
bahwa perbuatan yang mereka lakukan memanglah tidak baik
dan harusnya sadar diri (mawas diri) akan perbuatannya.
4) Kota
Puisi “Kota” menceritakan tentang sebuah kondisi kota
yang sudah tidak terurus bahkan hampir sudah tidak
berpenghuni.
Tapi di kota ini ingatan hanya sebatas iklan
Buram, berderet tak beraturan
Kusan, dihantam bara siang
Beku malam
Suatu hari ia akan jadi malaikat
Kalimat //tapi kota ini ingatan hanya sebatas papan iklan//
merupakan sebuah penanda yang menandai bahwa kota ini
memang sudah tidak ada lagi orang yang menghuninya, dan
hanya tingga tempelan-tempelan iklan yang sudah tidak ada
gunanya. Kata //ia// dalam puisi di atas adalah sebuah petanda
bahwa suatu saat annti kota tua itu akan menjadi kota mati
yang sudah tidak ada gunannya lagi untuk di pertahankan.
c. Moral Tanggung Jawab
Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap tugas yang
membebani kita. Kita merasa terikat untuk menyelasaikannya, demi
tugas itu sendiri (Magnis, 1993:145).
11
5) Subuh
Puisi “Subuh” menceritakan sebuah kegigihan seseorang
yang menjalani hari-harinya. Seseorang yang sangat rajin
dalam bekerja dan membagi waktunya.
Demi subuh
Saat langit kosong
Kalimat //demi subuh// adalah sebuah penanda bahwa
seseorang itu melakukan pekerjaannya dari pagi-pagi buta.
Dan kau menyusut
Luluh
Menjadi mereka
Pada kalimat //dan kau luluh menjadi mereka// merupakan
sebuah petanda bahwa sebelum orang-orang datang bekerja dia
sudah bersiap dari subuh untuk melakukan rutinitasnya.
d. Moral Kebenaran
Kebenaran moral tidak menyesuaikan diri dengan kekuatan-
kekuatan yang ada kalau itu berarti mengkompromikan kebenaran dan
keadilan (Magnis, 1993:148).
6) Malam Terakhir
Puisi “Malam Terakhir” menceritakan tentang sebuah
pergantian tahun di sebuah perayaan tahun baru yang
menyalakan kembang api di tengah riuhnya penonton.
Dari 00.00 dan pergi
Dan kini, mungkin yang tersisa hanya jejak
Meski di dalam, luka lama mungkin akan
bertambah
Kalimat //dari 00.00 dan pergi// merupakan sebuah penanda
untuk menandai bahwa pada pukul 00.00 adalah sebuah tanda
pergantian tahun.
Pada kalimat //meski di dalam, luka lama mungkin akan
bertambah// merupakan sebuah petanda bahwa tokoh dalam
puisi tersebut berusaha untuk melupakan masa lalunya
walaupun itu akan terasa sakit nantinya karena hanya dengan
12
itu dia ingin bisa lepas dari belenggu masa lalunya yang selalu
membuatnya sakit.
7) Para Pendosa
Puisi “Para Pendosa” menceritakan sebuah kisah perjalanan
hidup seseorang yang dulunya dia bisa hidup berfoya-foya
dengan menikmati berbagai macam kegiatan yang membuat
mereka bahagia dan senang.
Kami pernah merasa seperti kunang-kunang
…..
Kami mencoba bertahan
Kalimat //kami pernah merasakan seperti kunang-kunang//
merupakan sebuah penanda bahwa mereka pernah merasakan
kesenangan dulu sebelum kota itu berubah menjadi tembok
yang menjulang menjadi sebuah bangunan baru. Kalimat
//kami mencoba bertahan// merupakan sebuah petanda bahwa
mereka berusaha untuk mencari kesenangan baru di tempat lain
yang ditandai dengan adanya kalimat //membuka jalan-jalan
baru// ini merupakan sebuah tanda bahwa mereka berani untuk
berpetualang di tempat yang baru walaupun itu terasa begitu
asing bagi mereka, tetapi itulah keinginan mereka mencari
tempat dimana mereka bisa merasakan kesenangan seperti
dahulu lagi.
e. Moral Kerendahan Hati
Dalam bidang moral kerendahan hati tidak hanya berarti bahwa
kita sadar akan keterbatasan kebaikan kita, melainkan juga bahwa
kemampuan kita untuk memberikan penilaian moral terbatas.
8) Pagar Sekolah
Puisi “Pagar Sekolah” menceritakan seorang anak yang
berusia 13-14 tahun. Anak itu ingin sekali bersekolah tetapi
biaya yang menghalanginya sehingga dia tidak dapat
bersekolah.
13
Pada asing yang ingin ia kenal
Papan hitam tulisan,
Pada kalimat //pada asing yang ingin ia kenal// merupakan
sebuah penanda betapa ingin sekali dia mengikuti semua
kegiatan belajar di dalam kelas, menerima pelajaran, dan
bermain-main bersama teman-teman sebayanya.
Bulan demi bulan
Menggertakkan kata: “bayar”!!”
Dan ia hanya diam
Sebab ia hanya punya harapan
Harapan seperti penyakit cacar
Sebab ia hanya punya impian
Impian tentang sebuah kerajaan
Kalimat //menggertakkan kata: “bayar‟‟!!”// dan kalimat //dan
ia hanya diam// ini merupakan sebuah petanda yang
menandakan bahwa ia tidak mempunyai uang untuk membayar
masuk sekolah.
9) Aku
Puisi “aku” menceritakan seorang yang ingin menjadi
elastis dalam mendampingi seseorang yang dikasihinya,
seseorang yang tidak ingin menjadi kaku dalam menjalin
hubungan yang apa adanya mengalir seperti air.
Bukan hijau
Yang kadang membuatmu silau
Bukan merah
Yang kadang membuatmu terbakar
Bukan kuning
Yang kadang membuatmu kuyu
Bukan biru
Yang kadang membuatmu menangis
Kata //bukan// dalam puisi di atas merupakan sebuah penanda
bahwa dari kata //bukan// dapat mengartikan bahwa seseorang
di dalam puisi itu menceritakan dia tidak ingin menjadi siapa-
siapa untuk bisa membuat orang yang dia cintai bahagia, dia
ingin menjadi dirinya sendiri untuk mengungkapkan rasa
sayang pada kekasihnya.
14
Bersamaku, kau akan selalu terjaga
Sebab kau akan tersesat
Kalimat //bersamaku, kau akan selalu terjaga// merupakan
sebuah petanda yang menandai bahwa dia menjamin kepada
kekasihnya, bahwa dia akan selalu menjaga kekasihnya dalam
hal apapun.
3. Implementasi Bahasa Figuratif dalam Kumpulan Puisi Lagu Cinta
Para Pendosa sebagai Bahan Ajar sastra Indonesia di SMA
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pembelajaran sastra di
SMA. Larik-larik puisi dalam kumpulan puisi Lagu Cinta ara Pendosa ini
terdapat bahasa figuratif yang berupa majas dan tuturan idiom. Dengan
demikian, skripsi ini merupakan implementasi sebagai bahan ajar Bahasa
Indonesia di SMA yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan komponen
yang penting dalam pencapaian atau pemahaman materi ajar yang
diberikan untuk siswa.
Standar kompetensi juga merupakan kerangka yang menjelaskan
dasar pengembangan program pembelajaran yang tersetruktur, sehingga
proses pengembangan kurikulum adalah fokus dari penilaian, meskipun
kurikulum lebih banyak berisi tentang dokumen pengetahuan,
keterampilan dan sikap dari bukti-bukti untuk menunjukkan bahwa siswa
yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal
(Majid, 2011:42). Menurut Majid (2011:43) kompetensi dasar adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang minimal harus dikuasai peserta
didik untuk menunjukkan bahwa siswa telah menguasai standar
kompetensi yang ditetapkan.
Hal demikian disesuaikan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar pada kelas X semester gasal, yakni. 5. Memahami puisi
yang disampaikan secara langsung/tidak langsung. 5.1 Mengidentifikasi
unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun
melalui rekaman. 5.2 Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan
secara langsung ataupun melalui rekaman. Dengan adanya standar
15
kompetensi dan kompetensi di atas, siswa diharapkan mampu mempelajari
materi pembelajaran sastra sekaligus materi bahasa di sekolah dan mampu
mengambil pesan moral yang terkandung dalam larik puisi Zaim Rofiqi
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
D. Simpulan
Dari analisis pemanfaatan bahasa figuratif dan pemaknaan yang
digunakan pada kumpulan puisi Lagu Cinta para Pendosa karya Zaim Rofiqi
di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, bahasa figuratif yang unik dan khas dalam kumpulan puisi
Lagu Cinta Para Pendosa berupa majas dan tuturan idiomatik. Majas yang
terdapat dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa, antara lain: (1)
majas personifikasi, (2) majas metafora, (3) majas hiperbola, (4) majas simile,
dan (5) majas metonimia. Tuturan idiomatik yang terdapat dalam kumpulan
puisi Lagu Cinta Para Pendosa hanya terdapat dua data, yaitu „Taman Surga‟
dan „Mulut Raksasa‟. Kedua, makna bahasa figuratif dalam kumpulan puisi
Lagu Cinta Para Pendosa dibagi menjadi dua, yakni (1) pemaknaan majas
dan (2) pemaknaan tuturan idiomatik. Pemaknaan majas dalam larik puisi
dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa banyak mengandung pesan
moral, di antaranya pesan moral kejujuran, moral kesadaran diri, moral
tanggung jawab, moral kebenaran, dan moral kerendahan hati. Ketiga,
implementasi bahasa figuratif dalam puisi Lagu Cinta Para Pendosa sebagai
bahan ajar Bahasa Indonesia di SMA yakni terdapat pada standar kompetensi
mendengarkan 5. memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak
langsung dengan kompetensi dasar 5.1 mengidentifikasi unsur-unsur bentuk
suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman,
dilanjutkan 5.2 mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara
langsung atau pun melalui rekaman.
16
E. DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma‟ruf, Ali Imron. 2009. Stilistika:Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian
Estetika Bahasa. Solo: CakraBooks.
Aminudin,1995. Stilistika, Pengantar memahami Bahasa dalam Karya sastra.
Semarang: IKIP semarang Press.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Wodyatama.
Hardiwardoyo, Purwa. 2007. Moral dan Masalahnya.Yogyakarta: Kanisius.
Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Magnis, Franz dan Suseno. 1993. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat
Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Majid, Abdul.2011. Perencanaan Pembelajaran.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press.
Rofiqi, Zaim. 2009. Lagu Cinta Para Pendosa. Jakarta: Alvabet.
Tarigan, Guntur Henry.1984. Prinsip-Prinsip dasar Sastra.Bandung: Angkasa.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Wahyuningtyas dan Santosa. 2011: sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Waluyo, H.J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga
Zoest, Aart van. 1993. Semiotika (Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang
Kita Lakukan Dengannya). Diterjemahkan oleh Ani Soekowati.Jakarta:
Yayasan Sumber Agung.