bab i pendahuluan a. latar belakang masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._bab_i.pdf · sungguh...

41
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah karya yang menyajikan berbagai karya imajinasi yang ditulis secara kreatif dengan perasaan, kejujuran dan ide- ide yang cemerlang dari penulis karya sastra itu sendiri. Setiap karya sastra pastilah mempunyai daya imajinasi sendiri-sendiri karena setiap penulis mempunyai gaya tersendiri dalam menyalurkan idenya saat membuat sebuah karya sastra. Munculnya karya sastra di tengah masyarakat mempunyai manfaat tersendiri sebagai bahan bacaan mereka untuk mengenal lebih dekat tentang karya sastra juga agar masyarakat bisa mengetahui perkembangan karya sastra di dunia dari generasi ke generasi. Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus dilakukan, rumusan itu harus dibuat, karena banyak orang yang berkepentingan dengan rumusan masalah itu, misalnya para penelaah sastra, para guru, dan para murid yang sedang menekuni pengajaran sastra di Indonesia dan menambah wawasan bagi mereka yang mempelajari sastra lebih dalam. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni yang memiliki kekhasan dan sistematis. Karya sastra lahir karena adanya keinginan dari pengarang untuk mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia yang berisi ide, gagasan, dan pesan tertentu yang diilhami oleh

Upload: others

Post on 11-Jan-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah sebuah karya yang menyajikan berbagai karya

imajinasi yang ditulis secara kreatif dengan perasaan, kejujuran dan ide-

ide yang cemerlang dari penulis karya sastra itu sendiri. Setiap karya sastra

pastilah mempunyai daya imajinasi sendiri-sendiri karena setiap penulis

mempunyai gaya tersendiri dalam menyalurkan idenya saat membuat

sebuah karya sastra. Munculnya karya sastra di tengah masyarakat

mempunyai manfaat tersendiri sebagai bahan bacaan mereka untuk

mengenal lebih dekat tentang karya sastra juga agar masyarakat bisa

mengetahui perkembangan karya sastra di dunia dari generasi ke generasi.

Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas

tidaklah mudah, namun itu harus dilakukan, rumusan itu harus dibuat,

karena banyak orang yang berkepentingan dengan rumusan masalah itu,

misalnya para penelaah sastra, para guru, dan para murid yang sedang

menekuni pengajaran sastra di Indonesia dan menambah wawasan bagi

mereka yang mempelajari sastra lebih dalam.

Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni yang

memiliki kekhasan dan sistematis. Karya sastra lahir karena adanya

keinginan dari pengarang untuk mengungkapkan eksistensinya sebagai

manusia yang berisi ide, gagasan, dan pesan tertentu yang diilhami oleh

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

2

imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang serta menggunakan media

bahasa sebagai penyampainnya. Karya sastra lahir dari pengekspresian

pengalaman yang ada dalam jiwa pengarang secara mendalam melalu

proses imajinasi (Aminuddin, 2002:57).

Puisi sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari

bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-

unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari

bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan (Pradopo, 1987:3).

Meskipun demikian, orang tidak dapat memahami puisi secara sepenuhnya

tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi secara sepenuhnya tanpa

mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna,

yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna.

Oleh karena itu, sebelum pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu lebih

dahulu puisi dikaji sebagai sebuah struktur yang bermakna dan bernilai

estetis.

Peneliti mengambil kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa

sebagai objek studi stilistika. Pemilihan kumpulan puisi Lagu Cinta Para

Pendosa ini didasarkan pada segi bahasa figuratif yang menarik untuk

dikaji dan cara implementasinya sebagai pembelajaran sastra Bahasa

Indonesia di Sekolah khususnya di SMA.

Zaim Rofiqi adalah seorang penulis muda yang karya-karyanya

sangat segar dan hasil karyanya termasuk dalam puisi baru. Isi yang

terkandung di dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa ini

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

3

mengandung makna-makna dan kata-kata yang sebenarnya mudah

dipahami tetapi dibuat agak sedikit rumit dengan mempermainkan kata-

kata di dalamnya sehingga terbentuk sebuah puisi yang apik. Banyak

sekali menggunakan majas dan kata kiasan sehingga membuat pembaca

semakin tertarik dan sekaligus belajar untuk memahami apa yang akan

disampaikan oleh puisi tersebut.

Dipilihnya puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi

dikarenakan kumpulan puisi ini masih baru dan belum banyak yang

meneliti. Selain itu kumpulan puisi ini mengisahkan atau menceritakan

kehidupan sehari-hari sang penyair. Penyair dalam menciptakan puisi itu

memikirkan bunyi yang merdu dan kontras antar lariknya. Emosional sang

penyair akan terlihat dari kata-kata yang diungkapkan, seperti saat dia

sedang marah, bersedih ataupun bahagia. menggunakan kata-kata yang

sederhana tetapi mengandung makna yang penuh dengan nilai estetika

tinggi yang memerlukan imajinasi dan pembacaan intensif dari pembaca

agar tidak salah tafsir. Setiap kata-kata yang tertuang dalam puisinya

sangat menarik untuk diteliti, sehingga peneliti mengambil objek

penelitian kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi.

Menurut Budiman (dalam Rofiqi:2009) puitika Zaim Rofiqi

dibangun di atas khasanah citraan tuang, yang terus mengitiarkan keluasan

dan keleluasaan, sembari pada saat sama menetapkan batas-batasnya

sendiri. Ada tegangan antara kehendak mengikuti decorum dan gairah

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

4

bersajak dengan bebas, tapi sajak-sajak terbaiknya adalah yang berhasil

mengawinkan dua kecenderungan yang mestinya tak saling berjodoh ini.

Kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa diterbitkan Alvabet

Tangerang (2009). Di dalam puisi tersebut Zaim Rofiqi mengupas

kehidupan masyarakat pada umumya. Dipilihnya Kumpulan puisi Lagu

Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi sebagai objek penelitian dilandasi

beberapa alasan. Alasan tersebut antara lain karena puisi-puisi milik Zaim

memiliki keunikan dan kekhususan baik dari segi pengekspresian Zaim

Rofiqi dalam mengungkapkan kata-kata dalam puisi maupun segi

kekayaan maknanya. Sebagai sebuah karya sastra yang mengandung nilai

estetis, terdapat dua kriteria utama sastra sebagai karya literer seperti yang

dinyatakan oleh Aminuddin (dalam Al-Ma‟ruf, 2010:5), yaitu (1) relevansi

nilai-nilai eksistensi manusia yang terdeskripsikan melalui jalan seni,

melalui imajinasi dan rekaan keseluruhannya memiliki kesatuan yang

utuh, selara serta memiliki kepaduan dalam pencapaian tujuan tertentu

(integrity, harmony, dan unity) dan (2) daya ungkap, keluasan, dan daya

pukau yang disajikan lewat bentuk (texture) serta penataan unsur-unsur

kebahasaan dan struktur verbalnya (adanya consonantia dan klaritas).

Kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi

menuliskan kehidupan yang terjadi setiap manusia dan khususnya juga

yang dialami sendiri oleh Zaim Rofiqi dimana dia merasakan sakit, sedih,

bahagia, gundah dan sebagainya. Zaim Rofiqi menggambarkan semua

keadaan itu dengan berbagai hal yang berhubungan dengan makhluk

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

5

hidup, benda, maupun alam seperti kata bocah, wanita, pahlawan, dingin,

karang, hujan, bulan dan sebagainya.

Latar belakang Zaim Rofiqi yang pernah kuliah pendidikan sastra

Indonesia di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta turut berperan

penting dalam penulisan bukunya. Zaim Rofiqi selain menulis puisi, ia

juga menulis buku kumpulan kisah berjudul Matinya Seorang Atheis yang

belum lama ini diterbitkan, selain itu ia menulis kumpulan cerpen, esai,

dan menerjemahkan buku. Puisi, esai, dan cerpennya telah terbit

diberbagai media, dan buku terjemahannya antara lain: Terry Eagleton,

Marxisme dan Kritik Sastra; Isaiah Berlin, Empat esai tentang kebebasan;

dan Francis Fukuyama, Memperkuat Negara.

Zaim Rofiqi memanfaatkan perkembangan teknologi untuk

mengorbitkan karyanya. Karena pada awalnya memang Zaim tidak

menuliskan karyanya dalam sebuah buku tetapi dia memanfaatkan media

teknologi sekarang sehingga karyanya mudah dikenal oleh masyarakat.

Zaim mengungkapkan isi hati dan unek-uneknya dalam karyanya ini.

Benar adanya apa yang ditulis oleh Zaim, dia mengatakan bahwa

(memakai istilah yang sedikit hiperbolik) “mengubah dunia” menjadi lebih

baik melalui tulisan-tulisannya. Zaim mengatakan “saya percaya dengan

pena setiap orang bisa ikut berusaha melawan ketidakadilan dan

kediktatoran, misalnya, dan berjuang menjadikan dunia ini lebih baik,

lebih adil”, membuat peneliti semakin tertarik untuk lebih memperdalam

penelitian ini.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

6

Gaya bahasa merupakan tanda yang bermakna dan menyiratkan

ideologi seorang pengarang. Penelitian stilistika Lagu Cinta Para Pendosa

dikaitkan dengan pesan moral yang sesuai dengan gaya Zaim Rofiqi dalam

berkata-kata. Artinya setelah dikaji dari aspek kebahasaannya yang

dieksplorasikan oleh pengarang ke dalam puisi tersebut, maka langkah

berikutnya akan dikaji dari aspek pesan moralnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik sekali untuk

mengadakan penelitian tentang bahasa figuratif yang digunakan oleh Zaim

Rofiqi dalam menyampaikan pesan dari kumpulan puisi Lagu Cinta Para

Pendosa.

1. Ruang Lingkup

Sebuah penelitian hendaknya dibatasi ruang lingkupnya agar

wilayah kajiannya tidak terlalu luas dalam pembahasannya. Ruang

lingkup penelitian ini menjelaskan bentuk bahasa figuratif dan pesan

moral dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim

Rofiqi.

Ruang lingkup penelitian ini dapat diuraikan.

a. Majas dan tuturan idiomatik yang digunakan oleh pengarang dalam

kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi

b. Pesan moral kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim

Rofiqi.

c. Implementasi sebagai bahan ajar sastra Bahasa Indonesia di SMA.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

7

2. Rumusan Masalah

Ada dua rumusan masalah yang hendak dicapai dalam penelitian

ini.

a. Bagaimana pemanfaatan bahasa figuratif yang digunakan Zaim Rofiqi

dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa?

b. Bagaimanakah pesan moral dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para

Pendosa?

c. Bagaimana implementasi bahasa figuratif dan pesan moral dalam

kumpulan puisi puisi Lagu Cinta Para Pendosa sebagai bahan ajar

sastra Bahasa Indonesia di SMA?

3. Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak

dicapai dari penelitian ini.

a. Mendeskripsikan dan menjelaskan pemanfaattan bahasa figuratif

dengan menggunakan kajian stilistika dalam Kumpulan puisi Lagu

Cinta Para Pendosa.

b. Mendeskripsikan pesan moral puisi dengan menggunakan kajian

semiotik dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa.

c. Mendeskripsikan implementasi bahasa figuratif dan pesan moral

dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa sebagai bahan ajar

sastra Bahasa Indonesia di SMA.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

8

4. Manfaat

a. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah

khasanah kajian dalam bidang ilmu sastra dan pengetahuan khususnya

di bidang kajian stilistika berupa bahasa figuratif dan pesan moral

dalam bidang puisi sehingga bermanfaat bagi pembaca karya sastra.

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca karya

sastra untuk menambah referensi hasil penelitian dan pengetahuan

tentang bahasa figuratif dan pesan moral yang terkandung dalam

kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa.

2) Untuk memberikan alternatif bahan ajar bagi para pengajar bahasa

dan sastra dalam pembelajaran stilistika.

3) Penambah khasanah pustaka Indonesia agar dapat dibaca dan

sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang penelitiannya

berkaitan dengan penelitian ini.

B. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

1. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan agar tidak ada kesamaan dengan

penelitian sebelumnya. Pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari

awal, akan tetapi umumnya telah ada acuan yang mendasarinya. Hal ini

bertujuan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu penelitian.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

9

Kajian analisis stilistika telah banyak dilakukan oleh para peneliti,

antara lain skripsi Anisa Setyani (dalam skripsi Dwi, 2001) dengan judul

“Kajian Stilistika Puisi Indonesia Tahun 1990-an”. Peneliti ini

menyimpulkan 1) Kata-kata yang terdapat pada puisi Indonesia tahun

1990-an merupakan kata-kata yang sering ditemui dalam kehidupan

sehari-hari. Apabila bahasa keseharian tersebut mempunyai makna dan

konteks keseluruhan puisi yang disebabkan oleh kata benda atau kata sifat

yang dibedakan; 2) terdapat kosa kata yang dipengaruhi bahasa daerah dan

bahasa asing; 3) Diksi dalam puisi Indonesia tahun 1990-an dapat

digolongkan menjadi 2 macam, yaitu a) diksi dengan objek realitas alam,

dan b) Diksi yang bersifat pribadi; 4) bahasa figuratif, metafora, simile,

metonimia.

Skripsi Dwi Fitri Wulandari (UMS,2011) dengan judul “Diksi dan

Citraan Dalam Naskah Drama Obrok owok-owok, Ebrek Ewek-Ewek

karya Danarto:Tinjauan Stilistika”. Peneliti ini menyimpulkan 1)

Keistimewaan OOEE terlihat dari pemanfaatan bentuk kebahasaan seperti

diksi dan citraan; 2) Keberagaman makna itu dapat dilihat pada adanya

gagasan-gagasan yang meliputi: a. dimensi cultural, terdiri atas; kesenian

batik; kebudayaan bangsa yang berdimensi internasional, dan batik sebagai

warisan budaya dunia; b. dimensi sosial, terdiri atas;empati masyarakat

desa sebagai wujud kepedulian terhadap bangsa Indonesia, dan tolong

menolong terhadap relasi kerja; c. dimensi moral; perbuatan positif dalam

kehidupan masyarakat.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

10

Skripsi Yunita Roh Putriyani (UMS,2011) dengan judul “bahasa

Figuratif dan Diksi pada pantun Agama Karya Muvid’s Koncar: Kajian

Stilistika”. Peneliti ini menyimpulkan 1) bahasa figuratif yang unik dan k

has pada pantun agama berupa majas dan idiom. Majas yang terdapat pada

Pantun Agama diantaranya: a. Majas personifiasi; b. majas metafora; c.

majas simile. 2) Diksi yang terdapat pada pantun agama sangat menarik

dari segi bahasanya karenapatun ini memanfaatkanberbagai bentuk pilihan

kata. Diksi yang unik dank has dalam Pantun Agama meliputi: a. Kata

konotatif; b. kata konkret; c. kosakata bahasa asing, yaitu bahasa arab dan

bahasa melayu. 3) Makna yang terkandung dalam Pantun Agama dapat

dilihat dari segi akidah dan syariah. Akidah meliputi topik-topik tauhid,

masalah ghoibiyyat (hal-hal gaib), dan takdir. Syariah meliputi ibadah dan

muamalah.

Penelitian oleh Wijaya (dalam skripsi Yunita, 2001) dalam tesisnya

dengan judul “Kajian Stilistika Puisi Indonesia Tahun 1990-an”.

Penelitian ini menyimpulkan: (1) kata-kata yang terdapat dalam puisi

Indonesia tahun 1990-an merupakan kata-kata yang sering ditemui dalam

kehidupan sehari-hari. Apabila bahasa keseharian tersebut mempunyai

makna dan konteks keseluruhan puisi yang disebabkan oleh adanya kata

benda taua kata sifat yang dibedakan; (2) Terdapat kosakata yang

dipengaruhi bahasa daerah dan bahasa asing; (3) diksi dalam puisi

Indonesia tahun 1990-an dapat digo,ongkan ke dalam dua macam, yaitu

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

11

(a) Diksi dengan obyek realitas alam, dan (b) Diksi yang bersifat pribadi;

(4) bahasa figuratif mencakup metafora, simile, dan metonimia.

Menurut Damono dalam bukunya yang berjudul “Kesusastraan

Indonesia Modern: Beberapa Catatan” (1983) yang menjelaskan bahwa

puisi kita saat ini berada pada jalur konvensi puisi modern, terlihat dalam

dalam puisi-puisi tersebut terdapat adanya hubungan manusia dengan

Tuhan tampak menonjol dalam puisi-puisi tersebut, tetapi masalah cinta

juga sangat menonjol pada penyair-penyair, serta konflik batin sangat

penting pada sebagian besar sajak-sajak yang ditulis akhir-akhir ini

(Damono, 1983:111-112). Kenyataan sosial di sekitar kita tidak luput dari

perhatian beberapa penyair. Hanya saja kenyataan tersebut ditanggapi

secara secara evaluatif dalam puisi dengan mempergunakan peralatan

puitis yang lebih disempurnakan, yaitu untuk lebih menguasai penyusunan

citra, simbol, metafora, simile, dan unsur-unsur gaya yang lain telah

menghasilkan sajak-sajak yang ditinjau dari segi stilis lebih terkontrol

daripada sajak-sajak masa-masa sebelumnya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu sama –

sama menggunakan kajian stilistika untuk menganalisis karya sastra,

sedangkan yang membedskan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

yakni objek penelitian dan data penelitian. Objek penelitian ini adalah

kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi dan data

penelitiannya adalah kata, frase, dan kalimat yang mengandung bahasa

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

12

figuratif dan implementasinya sebagai bahan ajar Bahasa Indonesia di

SMA.

2. Landasan Teori

Landasan teori dalam penelitian ini membahas mengenai 1) puisi;

2) stilistika; 3) Bahasa figuratif; 4) Moral, 5) kajian semiotik; 6)

Implementasi bahasa figuratif sebagai bahan ajar sastra Bahasa Indonesia

di SMA.

a. Puisi dan Unsur-unsurnya

Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti

penciptaan, tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin

dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra, yang kata-

katanya disusun menurut syarat-syarat yang tertentu dengan

menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan”

(Ensiklopedia Indonesia dalam Tarigan, 1984: 4).

Puisi termasuk ke dalam salah satu karya sastra. Semua karya

sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif karena

banyak dipergunakan makna kias dan makna lambang (majas).

Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk

memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian- bagian

serta jalinannya secara nyata (Pradopo, 2007:14). Pradopo (2007:7)

juga berpendapat bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang

membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera

dalam susunan yang berirama.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

13

Menurut Waluyo (1995:27) menyebutkan adanya dua unsur

yang penting dalam puisi yakni (1) unsur tematik dan (2) unsur

sintaktik. Unsur tematik atau unsur semantik menunjuk ke arah

struktur batin, sedangkan unsur sintatik menunjuk ke arah struktur

fisik. Struktur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret,

majas, verisifikasi, dan tipografi puisi. Majas terdiri atas lambang dan

kiasan, sedangkan verifikasi terdiri atas: rima, ritma, dan metrum.

Adapun struktur batin puisi terdiri atas: tema, nada, perasaan, dan

amanat.

Menurut Comsky (dalam Fananie, 2009: 99-100) unsur puisi

dibagi menjadi dua, yaitu surface structure (struktur luar) dan deep

structure (struktur dalam). Struktur luar puisi berkaitan dengan bentuk,

terdiri dari pilihan kata (diksi), struktur bunyi, penempatan kata dalam

kalimat, penyusunan kalimat, penyususnan bait tipografi. Unsur dalam

berkaitan dengan isi atau makna, yang terdiri atas tema, pesan, atau

makna yang tersirat di balik struktur luar. Secara garis besar struktur

luar adalah sebagai berikut.

a) Pilihan kata (diksi)

Menurut Siswanto (2008:114) diksi adalah pemilihan kata-

kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Diksi adalah

kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide yang

meliputi persoalan fraselogi, majas, dan ungkapan (Al-Ma‟ruf,

2009:50). Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata-kata yang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

14

dilakukan oleh pengarang dalam karyanya guna menciptakan efek

makna tertentu (Al-Ma‟ruf, 2009:49).

Contoh:

Ia mengatupkan dirinya

Memilih tak kembali

Tak pergi

Kata tak sebenarnya kurang pas, apabila disesuaikan dengan gaya

diksi bisa diganti dengan kata dan.

b) Unsur bunyi

Dalam puisi, bunyi berperan penting karena bunyi

menimbulkan efek atau kesan tertentu. Bunyi dapat menekankan

arti kata, mengintensifkan makna kata dan kalimat, bahkan dapat

mendukung penciptaan suasana tertentu dalam puisi. Unsur bunyi

merupakan hasil penataan kata dalam struktur kalimat atau bait

(Fanaine, 2000:102).

Contoh:

Di luar, di hamparan

Kau sendiri mendengar

Kepak kelelawar, membekap hingar

Dan lenggang menjalar

c) Tipografi (perwajahan puisi)

Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan

bait dalam puisi (Siswanto, 2008:113). Pada puisi kata-katanya

diatur dalam deret yang disebut larik atau baris, sedangkan

kumpulan pernyataan dalam puisi tidak membentuk paragraf

melainkan membentuk bait.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

15

Pembagian struktur dalam atau struktur batin menurut Richards

(dalam Siswanto, 2008:124-125) adalah sebagai berikut.

a) Tema

Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh

pengarang yang terdapat dalam puisi. Menurut Hartoko dan

Rahmanto (dalam Nurgiyantoro, 2009:68) tema merupakan

gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang

terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang

menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.

b) Rasa

Menurut Tarigan (1984:11) yang dimaksud dengan rasa

atau feeling adalah “the poet‟s attitude toward his subyect matter”,

yaitu sikap sang penyair terhadap pokok permasalahan yang

terkandung dalam puisinya.

c) Nada

Menurut Tarigan (1984:18) Nada dalam puisi adalah sikap

penyair terhadap pembacanya. Atau dengan perkataan lain: sikap

sang penyair terhadap penikmat karyanya. Nada yang

dikemukakan oleh seorang penyair dalam suatu sanjak, aka nada

sangkut pautnya atau hubungannya yang erat dengan tema dan

rasa yang terkandung dalam sanjak tersebut.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

16

d) Amanat

Pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui puisinya.

Jadi, dapat disimpulkan puisi termasuk ke dalam salah satu hasil

kreativitas manusia yang mengungkapkan pikiran dan perasaan

penyair secara imajinatif diwujudkan lewat susunan kata yang

mempunyai makna.

b. Stilistika

Stilistika berasal dari bahas Inggris:stylistics, yang berarti studi

mengenai stile „gaya bergaya‟. Kata style (bahasa Inggris) berasal dari

kata latin stilus yang berarti alat (berujung tajam) yang dipakai untuk

menulis di atas lempengan lilin (Shipley; Leech dan Short dalam Al-

Ma‟ruf, 2010:11).

Menurut Endraswara (2003) stilistika adalah penggunaan gaya

bahasa secara khusus dalam karya sastra. Gaya bahasa tersebut

mungkin disengaja dan mungkin pula timbul serta merta ketika

pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa merupakan efek seni

dalam sastra yang dipengaruhi juga oleh nurani. Melaui gaya bahasa

itu seorang sastrawan akan menuangkan ekspresinya. Betapapun rasa

jengkel dan senangnya, jika dibungkus dengan gaya bahasa akan

semakin indah. Berarti gaya bahasa adalah pembungkus ide yang akan

menghaluskan teks sastra.

Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan

gaya bahasa di dalam karya sastra. Dapat dikatakan bahwa stilistika

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

17

adalah proses menganalisis karya sastra dengan mengkaji unsur-unsur

bahasa sebagai medium karya sastra yang digunakan sastrawan,

sehingga terlihat bagaimana perlakuan sastrawan terhadap bahasa

dalam rangka menuangkan gagasannya (subyek matter) (Al-Maruf,

2010:14).

Kajian stilistika menurut Al-Ma‟ruf dibedakan menjadi lima

unsur. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Gaya bunyi (Fonem)

Fonem atau bunyi bahasa merupakan unsur linguistik terkecil

dalam satuan bahasa yang dapat menimbulkan dan atau efek

tertentu (Al-Ma‟ruf, 2009:47).

(2) Gaya kata (Diksi)

Gaya diksi merupakan fungsi kata sebagai media ekspresi

pengarang dalam mengungkapkan gagasan dalam karya sastranya

(Al-Ma‟ruf, 2010:94). Gaya diksi dibedakan menjadi tujuh bagian,

yaitu: (a) kata konotatif, (b) kata konkret, (c) kata serapan dari

bahasa asing, (d) kata sapaan khas dan nama diri, (e) kata seru khas

Jawa, (f) kata vulgar, (g) kata dengan objek realitas alam.

(3) Gaya Kalimat

Gaya kalimat adalah penggunaan suatu kalimat untuk memperoleh

efek tertentu, misalnya inverse, gaya kalimat tanya, perintah, dan

elips (Al-Ma‟ruf, 2009:57).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

18

(4) Gaya Wacana

Gaya wacana menurut Al-Ma‟ruf (2009:58) ialah gaya bahasa

dengan penggunaan lebih dari satu kalimat, kombinasi kalimat,

baik dalam prosa maupun puisi.

(5) Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif merupakan cara pengarang memanfaatkan bahasa

untuk memperoleh efek estetis dengan pengungkapan gagasan

secara kias yang menyaran pada makna literal (literal meaning)

(Al-Ma‟ruf, 2009:60). Bahasa figuratif dalam karya sastra

mencakup majas, idiom, dan peribahasa.

(6) Citraan

Citraan atau imaji dalam karya sastra berperan penting untuk

menimbulkan pembayangan imajinatif, membentuk gambaran

mental, dan dapat membangkitkan pengalaman tertentu pada

pembaca (Al-Ma‟ruf, 2009:75). Citraan dapat dibagi menjadi tujuh

jenis, yaitu: (1) citraan penglihatan (visual imagery), (2) citraan

pendengaran (auditory imagery), (3) citraan penciuman (smell

imagery), (5) citraan gerak (kinesthetic imagery), (6) citraan

intelektual (intellectual imagry), dan (7) citraan perabaan (tactile

thermal imagery).

c. Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif diartikan sebagai satuan kebahasaan yang

memiliki makna yang tidak langsung, makna yang terkandung di balik

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

19

kata yang tertulis (eksplisit). Dalam karya sastra, bahasa figuratif

bersifat prismitis, memancarkan makna lebih dari satu. Pada dasarnya

bahasa figuratif digunakan oleh sastrawan untuk menciptakan

imajinasi dan daya asosiatif dan pengungkapan terkesan lebih hidup

(Al-Ma‟ruf, 2010:161).

Waluyo (dalam Al-Ma‟ruf, 2009:59-60) menyebut bahwa

bahasa figuratif atau bahasa kias digunakan oleh sastrawan untuk

mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak langsung untuk

mengungkapkan makna. Bahasa kias pada dasarnya digunakan oleh

sastrawan untuk memperoleh dan menciptakan citraan.

Bahasa figuratif merupakan retorika sastra yang sangat

dominan. Bahasa figuratif merupakan cara pengarang dalam

memanfaatkan bahasa untuk memperoleh efek estetis dengan

pengungkapan gagasan secara kias dan menyarankan pada makna

literal (literal meaning). Bahasa figuratif dalam penelitian stilistika

karya sastra dapat mencakup majas, idiom, dan peribahasa (Al‟Maruf,

2009:60-61).

(1) Majas

Kehadiran majas dalam karya sastra merupakan sesuatu yang

esensial. Pemajasan (figure of thought) merupakan teknik untuk

pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, yang maknanya tidak

menunjuk pada harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

20

pada makana yang ditambahakan, makana yang tersirat (Al-

Ma‟ruf, 2010:162).

Majas (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai

dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh

aspek keindahan (Ratna, 2009: 164).

Menurut Pradopo (2009:62), pada umumnya majas

dibedakan menjadi tujuh macam, yaitu: (a) perbandingan (simile),

(b) metafora, (c) perumpamaan epos (epic simile), (d) personifikasi,

(e) metonimia, (f) sinekdok, dan (g) alegori.

a) Metafora

Dalam karya sastra, pada umumnya banyak sekali

ditemukan majas metafora. Hal ini tidak terlepas dari fungsi

metafora sebagai sarana retorika yang mampu menghidupkan

lukisan dan penyegaran pengungkapan.

Metafora adalah majas seperti simile, hanya saja tidak

menggunakan kata-kata perbandingan seperti bagai, seperti,

laksana, seperti, dan sebagainya (Al-Ma‟ruf, 2009:62).

Contoh:

Gadis itu adalah bunga yang sedang mekar,

Artinya:gadis itu beranjak ke fase yang lebih

dewasa

b) Simile (perbandingan)

Pradopo (dalam Al-Ma‟ruf,2009: 70) mengatakan bahwa

majas simile adalah majas yang menyamakan satu hal dengan

hal yang lain dengan menggunakan kata-kata pembanding

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

21

seperti: bagai, sebagai, seperti, semisal, seumpana, laksana,

ibarat, bak, dan kata-kata perbandingan lainnya.

Simile merupakan sarana retorika yang paling sederhana

karena membandingkan sesuatu lah dengan hal lain yang sama

atau mirip artinya.

Contoh:

Suaramu bagai matahari pagi yang mencerahkan

hati.

c) Majas Personifikasi

Majas ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-

benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, melihat, mendengar,

dan sebagainya seperti manusia. Personifikasi dapat

dimanfaatkan para sastrawan sejak dulu hingga sekarang.

Pradopo (dalam Al-Ma‟ruf, 2009:71) mengatakan bahwa majas

personifikasi membuat hidup lukisan, dan memberi kejelasan

gambaran, memberi bayangan angan secara konkret.

Contoh:

Suaranya mampu menaklukan kekerasan hati lelaki

manapun.

Senyumnya kuasa mendinginkan kemarahan lelaki

garang itu.

d) Majas Metonimia

Altenbernd dan Lewis (dalam Al-Ma‟ruf, 2009:71)

menyebutkan metonimia atau majas pengganti nama adalah

penggunaan sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

22

sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk

menggantikan objek tersebut.

Contoh:

Jaran goyang pemberianku terselip di pinggang

ronggeng itu.

Anissa pergi ke Jakarta naik Garuda

e) Perumpamaan Epos (Epic Simile)

Perumpamaan atau perbandingan epos ialah perbandingan

yang dilanjutkan, atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan

cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut ke

dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut.

f) Alegori

Alegori ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan yang

mengiaskan hal lain atau kejadian lain. Alegori ini banyak

terdapat dalam sajak-sajak Pujangga Baru. Menurut Fananie

(2010:39) alegori merupakan gambaran secara kias tentang satu

pengertian yang abstrak atau dapat juga dikatakan semacam

metafora tetapi ungkapnnya hanya sebagai simbol.

Contoh:

syair perahu menggambarkan kehidupan manusia

yang penuh dengan rintangan sebelum mencapai

tujuan

g) Majas Hiperbola

Hiperbola yaitu pernyataan yang terlalu dibesar-besarkan

sehingga terasa berlebihan.

Contoh:

Suaranya menyambar bagai halilintar

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

23

(2) Tuturan Idiomatik

Idiom adalah pengungkapan bahasa yang bercorak khas baik

karena tata bahasanya maupun karena mempunyai makna yang

tidak dapat di jabarkan dari makna unsur-unsurnya.

Menurut Yusuf (dalam Al-Ma‟ruf, 2009:72) mengartikan idiom

sebagai kelompok kata yang mempunyai makna khas dan tidak

sama dengan makna kata per katanya. Jadi, idiom mempunyai

kekhasan bentuk dan makna di dalam kebahasaan yang tidak dapat

diterjemahkan secara harfiah.

Contoh:

Kau hanyalah kaki tangan di sudut kota

Bunga desa nan ayu rupawan

(3) Peribahasa

Peribahasa dalam Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan

peran penting karena memiliki makna yang dalam. Dengan

peribahasa penutur akan dapat lebih tegas tetapi halus menyatakan

maksud, pikiran dan perasaan kepada mitra bicara (Al-Ma‟ruf,

2010:187).

Bentuk peribahasa itu merupakan penuturan yang sering

diucapkan sehari-hari, tetapi memiliki nilai estetik yang tinggi. Hal

ini mengingat bahwa peribahasa itu kalimatnya ringkas, tetapi

dalam maknanya dan tajam maksud yang dikandungnya (Al-

Ma‟ruf, 2009:73-74).

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

24

Contoh:

Mulutmu harimaumu maka jagalah ucapanmu

Untuk mendapatkan Ariani itu bagaikan pungguk merindukan

rembulan.

d. Kajian Semiotik

Kata semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti

tanda. Maka semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang

ilmu yang berurusan dengan penkajian tanda dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang

berlaku bagi penggunaan tanda (Zoest, 1993: 1).

Tinjauan semiotik adalah tinjauan sebuah karya sastra (puisi) yang

berpedoman pada sistem kode. Tujuannya adalah untuk mencari

makna sebuah puisi seutuh-utuhnya (Wahyuningtyas dan Santosa,

2011:187).

Banyak penelitian sastra berkeyakinan bahwa tanpa

mengikutsertakan aspek kemasyarakatannya yakni tanpa

memandangnya sebagai tindak komunikasi, atau sebagai tanda, sastra

tidak dapat diteliti dan dipahami secara ilmiah (Teeuw dalam Al-

Ma‟ruf, 2009: 90).

Menurut Prierce (dalam Zoest, 1993:23-25) membedakan tiga

macam tanda menurut sifat penghubungan tanda dan denotatum:

a) Ikon

Tanda ikon adalah tanda yang ada sedemikian rupa sebagai

kemungkinan, tanpa tergantung pada adanya sebuah denotatum,

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

25

tetapi dapat dikaitkan dengannya atas dasar suatu persamaan yang

secara potensial dimilikinya.

b) Indeks

Indeks adalah sebuah tanda yang dalam hal corak tandanya

tergantung dari adanya sebuah denotatum.

c) Lambang

Simbol (lambang) adalah tanda yang hubungan antara tanda dan

denotatumnya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum.

Barthes (dalam Al-Ma‟ruf, 2009: 93-94) mengemukakan bahwa

dalam mitos sebagai sistem semiotik tahap kedua terdapat tiga

dimensi, yakni penanda, petanda, dan tanda. Sejalan dengan itu, yang

disebut tanda dalam sistem pertama yakni asosiasi total antara konsep

dan imajinasi hanya menduduki posisi sebagai penanda dalam sistem

yang kedua. Lebih jelasnya Barthes memaparkan skema/bagan sebagai

berikut.

Tabel 1.1

Sistem Tanda dalam Semiotik Roland Barthes

1. Penanda 2. Petanda

3. Tanda

I. PENANDA

II. PETANDA

III. TANDA

Tabel. 1 Diagram Semiotik Roloand Barthes

Diagram di atas terdapat dua tataran sistem tanda pertama dan

tataran sistem tanda kedua. Pada tataran sistem tanda pertama berupa

bahasa figuratif yang berhubungan pembaca pada acuan di luar dari

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

26

kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa. Artinya bahasa figuratif

bergantung pada referensial.

Guna sampai pada pemaknaan kumpulan puisi Lagu Cinta Para

Pendosa harus ditempatkan sebagai kreasi seperti mimesis Aristoteles,

baginya sastra lebih tinggi nilainya daripada karya tukang. Tataran

kedua kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa ditempatkan dalam

diagram di atas sebagai penanda seperti pada sistem tanda pada tataran

pertama yang mencakup (1) penanda, (2) petanda, (3) tanda.

Selanjutnya tanda pada tataran pertama menjadi penanda pada tataran

kedua untuk mengenalkan apa yang ditandai dalam rangka

menciptakan tanda (Al-Ma‟ruf, 2010:26).

Bahasa figuratif dalam diagram tataran kedua berdiri sebagai tanda

dan diubah menjadi penanda dalam konkretisasi pembaca, sifatnya

sebagai tanda tidak hilang melainkan sudah menjadi sistem

komunikasi sastra.

Dalam kongkretisasi karya itu, suatu karya sasta dimungkinkan

memperoleh makna yang bermacam-macam mengingat adanya

berbagai kelompok pembaca, yang dipengaruhi oleh faktor variabel,

sesuai dengan masa, tempat dan keadaan sosio-budaya yang

melatarinya (Al-Ma‟ruf, 2010:27). Guna mengkonkretkan bahasa

figuratif dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa yang sudah

dalam tegangan komunikasi sastra maka dipakai diagram tersebut

antara bahasa figuratif, dengan sastrawan, pembaca, dan kesemestaan.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

27

Itulah landasan mendasar dalam konkretisasi stilistika karya karya

sastra yakni hakikat keberadaanya dalam tegangan keempat komponen

tersebut (Al-Ma‟ruf, 2009:95).

e. Moral

Istilah moral berasal dari bahasa Latin mores, yaitu bentuk plural

dari mos, yang berarti adat kebiasaan. Menurut KBBI (dalam Sudarno,

2009:89) Moral adalah baik buruk dari perbuatan dan kelakuan. Jadi

moral dikatakan sebagai nilai dasar dalam masyarakat untuk

menentukan baik-buruknya suatu tindakan yang pada akhirnya menjadi

adat istiadat masyarakat tersebut. Kata moral selalu mengacu pada baik

buruknya manusia sebagai manusia. Jadi bukan mengenai baik

buruknya begitu saja, misalnya sebagai dosen, tukang masak, pemain

bulutangkis atau penceramah, melainkan sebagai manusia. Bidang

moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya

sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur untuk

menetukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi

baik buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran

tertentu dan terbatas (Magnis, 1993:19).

Moral menyangkut kebaikan, orang yang tidak baik juga disebut

sebagai orang yang tidak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai

orang yang kurang bermoral. Maka secara sederhana kita mungkin

dapat menyamakan moral dengan kebaikan orang atau kebaikan

manusiawi. Menurut Hardiwardoyo (2007:13) moral sebenartnya

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

28

memuat dua segi yang berbeda, yakni segi batiniah dan segi lahiriah.

Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang baik

dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula. Sikap batin itu

sering kali juga disebut hati. Orang yang baik mempunyai hati yang

baik. Akan tetapi sikap batin yang baik baru dapat dilihat oleh orang

lain setelah terwujud dalam perbuatan lahiriah yang baik pula.

f. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa

Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia

Indonesia BSNP (dalam Sufanti, 2010:12). Mata pelajaran Bahasa

Indonesia merupakan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah sejak

Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Mata pelajaran ini dianggap

penting untuk diajarkan di sekolah. BSPN (2006a) (dalam Sufanti,

2010:12) menjelaskan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam

perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan

merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

studi. Pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan membantu peserta

didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam

masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan

kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

29

Dalam proses pendidikan peserta didik merupakan komponen

masukan yang mempunyai kedudukan sentral. Cry (dalam

Iskandarwassid dan Sunendar, 2010: 127) mengemukakan bahwa tipe-

tipe pembelajar yang baik adalah peserta didik yang mampu mengikuti

apa yang dijelaskan oleh pengajar serta memiliki kebiasaan baik

selama masa persiapan, pelaksanaan, dan pasca pengajaran.

Menurut (Iskandarwassid dan Sonendar, 2010:171) bahan ajar

merupakan seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik

melalui pembelajaran yang menyenangkan. Peserta didik harus benar-

benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu selelah ia

mempelajarinya. Secara umum, sifat bahan ajar dapat dibedakan ke

dalam beberapa kategori, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan ketrampilan.

Menurut (Sufanti, 2010:16-27) beberapa konsep dasar dalam mata

pelajaran Bahasa Indonesia yang meliputi pembelajaran kemapuan

berbahasa dan pembelajaran kemampuan bersastra berdasarkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

1) Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan dalam

pengajaran bahasa yang berasumsi bahwa bahasa berfungsi sebagai

alat komunikasi.

Pelajaran Bahasa Indonesia sudah lama menganut pendekatan

komunikatif. Pendekatan ini tergambar dengan jelas dalam

kurikulum sekolah.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

30

a. Kurikulum 1975 SMA sudah mencantumkan pokok bahasan

membaca, menyimak, berbicara, dan menulis (Depdikbud,

1975).

b. Kurikulum 1984 SMA mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia secara tegas menyatakan bahwa kurikulum bahasa

Indonesia bertujuan mengembalikan pengajaran bahasa kepada

fungsi komunikasi.

c. Kurikulum 1994 SMA mata pelajaran Bahasa dan sastra

Indonesia mencantumkan : “Pada hakikatnya belajar bahasa

adalah belajar berkomunikasi.

d. Kurikulum 2004 SMA menegaskan bahwa standar kompetensi

mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada

hakikat pembelajaran bahasa bahwa belajar bahasa adalah

belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar

menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.

2) Pembelajaran Terpadu

Konsep pembelajaran terpadu ini sesuai dengan pernyataan-

pernyataan di dalam SK/KD Bahasa Indonesia

(BSNP,2006b;2006c) antara lain (1) Pembelajaran bahasa

diharapkan membantu peserta didik dalam menggunakan

kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya; (2)

Salah satu tujuan pelajaran Bahasa Indonesia agar peserta didik

dapat menikmat dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

31

3) Pembelajaran Apresepsi Sastra

Konsep dasar ini sesuai dengan beberapa pernyataan di dalam

SK/KD Bahasa Indonesia (BSNP,2006a) antara lain: (1)

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa

Indonesia dengan baik dan benar, baik secara liasan maupun tulis,

serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan

Indonesia; (2) Salah satu tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia

adalah agar peserta didik memiliki kemampuan menikmati dan

memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa.

4) Pembelajaran Ekspresi Kreatif

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu

mencakup komponen kemapuan berbahasa dan kemampuan

bersastra, yang masing-masing meliputi aspek mendengarkan,

berbicara, membaca, dan menulis BSNP (dalam Sufanti,2009:26).

Silabus adalah ancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan

ajar mata pelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran

tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi,

pengelompokan, pengurutan dan penyajian materi kurikulum, yang

dipertimbangan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat

(Majid, 2011:38-39).

Standar Kompetensi mata pelajaran dapat didefinisikan sebagai

“pernyataan tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

32

dikuasai serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam

mempelajari suatu mata pelajaran” (Center for Civis Education dalam

Majid, 2011:42).

Kompetensi dasar adalah pernyataan minimal atau memadai

tentang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang

direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta

didik menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran tertentu

(Iskandarwassid dan Sunendar, 2010:170)

Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat

dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran.

Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur

dan dibuat instrument penilaiannya (Majid, 2011:53).

3. Kerangka Pemikiran

Pada bagian ini akan digambarkan kerangka pemikiran yang

berfungsi untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang diteliti.

Analisis ini dilakukan untuk mencari unsur- unsur yang membangun karya

sastra itu. Unsur yang dianalisis dalam penelitian ini adalah bahasa

figuratif dan pesan moral dalam kumpulan puisi “Lagu cinta Para

Pendosa” oleh Zaim Rofiqi, yaitu berupa pemajasan, tuturan idiomatik

dan pesan moral yang terkandung di dalam puisi Zaim Rofiqi.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

33

Alur kerangka berpikir dapat dipahami melalui gambar berikut.

Gambar. Alur Kerangka Berpikir

4. Metode Penelitian

a. Pendekatan dan strategi Penelitian

Metode kualitatif pada dasarnya sama dengan metode

heremeneutika. Artinya, baik metode heremeneutika, kualitatif, dan

analisis isi, secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran

dengan menyajikannya dalam bentuk diskripsi.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

kualitaitf adalah metode yang memberikan perhatian terhadap data

alamiah, data dalam hubunganya dengan konteks keberadaannya

Kumpulan Puisi Lagu Cinta Para Pendosa

Bahasa Figuratif Pesan Moral Puisi

Implementasi Bahasa Figuratif dan

Pesan Moral sebagai Bahan Ajar

Bahasa Indonesia di SMA

Kesimpulan

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

34

(Ratna, 2007:47). Menurut Sutopo (2002:111) penelitian deskriptif

bertujuan untuk mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan

pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa untuk menggambarkan

secara cermat sifat-sifat suatu hal, keaadaan. Kirk dan Miller (dalam

Moleong, 1990:3) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah

tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam

kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut

dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

terpancang. Sutopo (2002:112) menjelaskan penelitian yang

menggunakan studi kasus terpancang, objek penelitian telah ditetapkan

oleh peneliti sejak awal penelitian. Studi kasus digunakan karena

difokuskan pada kejadian tertentu. Yin (dalam Al-Ma‟ruf, 2010:84)

menyatakan bahwa desain terpancang merupakan suatu perangkat

penting guna mencapai suatu penemuan (inquiri) studi kasus.

Penelitian kasus memusatkan diri secara intensif terhadap suatu

objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Karena itu

strategi ini dipilih agar penelitian tidak berubah arah dan desain asli

penelitian tetap sesuai dengan permasalahan yang diajukan

sebelumnya. Dengan studi kasus penelitian ini memfokuskan hanya

pada puisi dalam kumpulan puisi Zaim Rofiqi.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

35

Oleh karena itu penelitian ini disebut studi kasus tunggal, yaitu

stilistika sajak-sajak yang terdapat dalam kumpulan puisi karya Zaim

Rofiqi.

b. Objek dan Subyek Penelitian

Adapun objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah bahasa

figuratif dan pesan moral dengan kajian stilistika dalam kumpulan

puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi, diterbitkan oleh

Alvabet, Jakarta 2009, dengan tebal 100 halaman.

c. Data dan Sumber Data

1) Data

Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data

kualitatif berupa kata-kata atau gambar, bukan berupa angka-angka

(Aminudin,1995:16). Data dalam penelitian ini adalah data yang

berupa kata-kata, kalimat dalam sebuah puisi.

2) Sumber Data

Sumber data adalah subyek penelitian darimana data itu

diperoleh (Siswanto, 2005:63). Sumber data dalam penelitian ini

dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sekunder. Data

primer dalam penelitian ini adalah teks dari puisi-puisi dari

kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa sajak-sajak karya Zaim

Rofiqi.

Adapun sumber data sekunder berasal dari berbagai pustaka

yang mengkaji tentang bahasa figuratif seperti di dalam buku

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

36

Kajian Stilistika yang mengkaji tentang Stilistika Novel Ronggeng

Dukuh Paruk, hasil penelitian terdahulu, makalah maupun artikel

pada jurnal ilmiah.

3) Teknik Sampling

Untuk memperdalam dan mempertegas dalam meneliti

puisi ini peneliti menggunakan teknik sampel/sampling. Menurut

Sutopo (2002:55) teknik sampling merupakan suatu bentuk atau

proses bagi pemutusan atau pemilihan dalam penelitian yang

mengarah pada seleksi. Teknik yang digunakan dalam penelitian

ini adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sekelompok subjek

yang didasarkan atas ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya

(Sutopo, 2002:36).

Puisi yang digunakan sampel dalam penelitian ini adalah

sepuluh puisi dari Sembilan puluh puisi dalam kumpulan puisi

Lagu Cinta Para Pendosa. Puisi yang digunakan antara lain Subuh,

Sel, Para Pemabuk, Para Pendosa, Pagar Sekolah, Cinta Pertama,

Kota, Malam Terakhir, Para Penjudi, Aku dan Malam Terakhir.

Alasan peneliti memilih ke sepuluh puisi tersebut bertujuan untuk

meneliti bahasa figuratif dan pesan moral yang terkandung di

dalam kumpulan puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya Zaim

Rofiqi.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

37

d. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik pustaka

dan catat. Teknik pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber

tertulis yang akan dianalisis. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh

data-data dan informasi-informasi mengenai objek penelitian (Semi,

1993:8). Teknik ini digunakan karena pada penelitian ini, sumber data

yang tertulis lebih mendominasi.

Teknik catat yaitu data yang diperoleh dari pembacaan yang

secara intensif kemudian dicatat, sesuai dengan data yang diperlukan

dalam penelitian (Subroo, 1992:42).

5. Validasi Data

Validasi data merupakan jaminan kemantapan dan tafsiran makna

sebagai hasil penelitian. Untuk menjamin kevalidan dan kemantapan,

penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang berfungsi sebagai pembanding atau

pengecek terhadap data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di dalam

data (Moleong, 2002:178).

Teori validasi data dalam penelitian ini menggunakan model

trianggulasi. Trianggulasi merupakan cara yang paling umum digunakan

bagi peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif. Trianggulasi ini

merupakan teknik yang didasari pola piker fenomenology yang bersifat

multiperpektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap

diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Misalnya dari memandang

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

38

suatu benda bilamana hanya menggunakan satu perpektif, maka hanya

akan melihat satu bentuk. Jika benda tersebut dilihat dari beberapa

perpektif yang berbeda, maka dari setiap hasil pandangan akan

menemukan bentuk yang bebbeda dengan bentuk yang dihasilkan dari

pandangan ini (Sutopo, 2002:78).

Patton (dalam Sutopo, 2002:92) menyatakan bahwa ada empat

macam teknik trianggulasi, yaitu sebagai berikut.

a. Trianggulasi data, yaitu mengarahkan peneliti agar di dalam

mengumpulkan data wajib, ia wajib menggunakan beragam sumber

data yang berbeda-beda.

b. Trianggulasi peneliti, yaitu hasil penelitian baik data atau pun

simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji

validitasnya dari beberapa peneliti yang lain.

c. Trianggulasi metodologis, yaitu dilakukan peneliti dengan cara

mengumpulkan data sejenis tetap menggunakan teknik atau metode

pengumpulan data yang berbeda.

d. Trianggulasi teoretis, yaitu dilakukan peneliti dengan menggunakan

perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang

dikaji.

Berdasarkan empat teknik trianggulasi tersebut, penelitian ini

menggunakan teknik triangggulasi teoretis. Trianggulasi teoretis digunakan dalam

membahas permasalahan yang dikaji. Dari beberapa perspektif teori tersebut akan

diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak sepihak, sehingga dapat dianalisis

dan dapat ditarik kesimpulan.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

39

6. Teknik Analisis Data

Dalam aplikasinya ketika proses pengumpulan data berlangsung

dan jika data sudah dianggap cukup, proses interaktifnya hanya dilakukan

pada tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan verifikasi.

Selanjutnya, dalam rangka pengungkapan makna stilistika Lagu

Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi sebagai sarana sastra, teknik

analisis data dilaksanakan melalui metode pembacaan model semiotik

yakni pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik atau retro aktif,

Riffaterre (dalam Al-Ma‟ruf, 2010:91). Pembacaan heuristik adalah

pembacaan menurut konversi atau struktur bahasa (Pembacaan semiotik

tingkat pertama). Adapun pembacaan hermeneutik adalah pembacaan

ulang dengan memberikan interpretasi berdasarkan konvensi sastra

(pembaca semiotik tingkat kedua) (Al-Ma‟ruf, 2010: 91).

Berkaitan dengan itu, dalam upaya pengungkapan totalitas makna

stilistika Lagu Cinta Para Pendosa secara utuh, maka digunakan

pendekatan kritik holistik, yakni menganalis LCPP dari berbagai

komponen dalam kehidupan karya sastra yakni: (1) LCPP sebagai karya

sastra, (2) pengarang sebagai kreator beserta kondisi sosial budaya di

lingkungannya, dan (3) pembaca sebagai penanggap.

Dengan demikian, stilistika LCPP dapat dipahami tidak saja dari

arti kebahasaan melainkan juga maknanya yang memperlihatkan hubungan

dinamik dan tegangan yang terus menerus antara karya, pengarang

(beserta kondisi sosial budaya lingkungannya), dan pembaca.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

40

Langkah awal mengalisis puisi Lagu Cinta Para Pendosa dalam

penelitian ini dengan membaca puisi secara mendalam untuk menganalisis

stilistika dalam aspek bahasa berupa bahasa figuratif. Langkah kedua

dengan pembacaan hermeneutik, yaitu dengan membaca puisi Lagu Cinta

Para Pendosa lebih lanjut secara mendalam dan berulang-ulang untuk

memahami isi puisi Lagu Cinta Para Pendosa.

7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ditentukan agar dapat memperoleh gambaran

yang jelas dan menyeluruh. Skripsi ini terdiri dari 5 bab yang dipaparkan

sebagai berikut.

Bab satu adalah Pendahuluan yang memuat latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang meliputi

manfaat teoretis dan manfaat praktis. Dilanjutkan tinjauan Pustaka. Yang

terakhir adalah landasan teori, metode penelitian, meliputi pendekatan dan

strategi penelitian, objek penelitian, data dan sumber data, teknik

pengumpulan data, validitas data, teknik analisis data, kerangka berpikir,

dan sistematika penulisan.

Bab dua berisi tentang biografi Zaim Rofiqi, memuat antara lain

riwayat hidup, hasil karya, latar belakang sosial budaya, dan ciri khas

kesusastraan Zaim Rofiqi.

Bab tiga berisi analisis stilistika beserta pemaknaannya yang berisi

bahasa figuratif pada Kumpulan Puisi Lagu Cinta Para Pendosa karya

Zaim Rofiqi.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/24760/2/04._BAB_I.pdf · Sungguh memahami hakikat sastra itu secara singkat dan jelas tidaklah mudah, namun itu harus

41

Bab empat berisi analisis pesan moral dalam Kumpulan Puisi Lagu

Cinta para Pendosa karya Zaim Rofiqi.

Bab lima adalah penutup yang meliputi kesimpulan dan saran,

Pada bagian akhir disertakan daftar pustaka dan lampiran (puisi “Lagu

Cinta Para Pendosa karya Zaim Rofiqi).