bahan tpa

Download bahan tpa

If you can't read please download the document

Upload: listari-husna-fitri

Post on 19-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TPA

TRANSCRIPT

  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS UDARA DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

    SAMPAH KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

    TAHUN 2008

    TESIS

    Oleh

    M E I R I N D A

    067031008/MKLI

    SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2008

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS UDARA DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

    SAMPAH KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

    TAHUN 2008

    TESIS

    Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

    pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

    Oleh

    M E I R I N D A 067031008/MKLI

    SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2008

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DENGAN KUALITAS UDARA DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2008

    Nama Mahasiswa : Meirinda Nomor Pokok : 067031008 Program Magister : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

    Menyetujui

    Komisi Pembimbing

    (Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS) (Ir. Indra Chahaya S, MSi) Ketua Anggota

    Ketua Program Studi Direktur

    (Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B.,MSc)

    Tanggal lulus : 04 September 2008

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • Telah diuji pada : Tanggal : 04 September 2008

    PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS

    Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya S, MSi

    2. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, PhD

    3. Drs. Chairuddin, MSc

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • PERNYATAAN

    FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS UDARA DALAM RUMAH DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

    SAMPAH KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2008

    TESIS

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

    Medan, September 2008

    MEIRINDA 067031008/MKLI

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • RIWAYAT HIDUP

    Nama : Meirinda

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tempat/ Tanggal Lahir : Binjai, 18 Mei 1975

    Agama : Islam

    Alamat : Jalan Eka Rasmi Perumahan Villa Johor Blok B-9

    Medan

    Telp : 061- 30039072

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    1. SD Negeri 020262 Binjai : 1981-1987

    2. SMP Negeri 2 Binjai : 1987-1990

    3. Sekolah Menengah Analis Kesehatan

    Departemen Kesehatan RI. Medan : 1990-1993

    4. D-3 PendidikanTeknologi Kimia Industri Medan : 1993-1996

    5. Teknik Industri Universitas Medan Area : 2000-2002

    6. Program Magister Manajemen Kesehatan

    Lingkungan Industri Sekolah Pascasarjana

    Universitas Sumatera Utara : 2006-2008

    RIWAYAT PEKERJAAN

    1. PNS pada Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Medan. : 1998 - sekarang

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • ABSTRAK

    Tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) mempunyai fungsi yang sangat penting, namun dapat menimbulkan dampak menurunnya kualitas lingkungan disebabkan tumpukan sampah menghasilkan berbagai polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara baik di dalam rumah maupun di luar rumah yang berada disekitar TPAS serta menyebabkan terjadinya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Pembusukan sampah akan menghasilkan antara lain gas methane (CH4), gas hidrogen sulfida (H2S) yang bersifat racun bagi tubuh.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas udara dalam rumah di sekitar TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Jenis penelitian adalah penelitian survai bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Uji statistik regresi linier dengan tingkat keyakinan () 0,05 dilakukan untuk mengetahui hubungan kualitas kimiawi udara dalam rumah penduduk di sekitar TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dengan jarak rumah dari TPAS dan kualitas fisik rumah. Jumlah responden sebanyak 30 KK dengan lokasi pengambilan sampel dilakukan pada rumah penduduk sekitar TPAS yang berjarak 0 m sebanyak 4 KK, 100 m sebanyak 6 KK, 200 m sebanyak 8 KK dan 300 m sebanyak 12 KK.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi gas SO2, H2S, NH3, dan CH4 dengan jarak rumah dari TPAS Terjun, masing-masing dengan nilai p= 0,001; 0,012; 0,000, dan 0,000. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas fisik rumah dengan konsentrasi gas SO2 (p=0,021), H2S (p=0,001), NH3 (p=0,005) dan CH4 (p=0,017) di udara dalam rumah penduduk sekitar TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

    Diharapkan pemerintah kota Medan memperbaiki sistim pengolahan sampah yang ada dengan metode dan teknik yang berwawasan lingkungan serta menanami jenis pepohonan seperti mahoni, angsana, beringin, dan lain-lain di sekitar TPAS terjun untuk menyerap polutan-polutan gas dari TPAS. Bagi masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi TPAS agar memperbaiki kualitas fisik rumahnya sehingga sirkulasi udara dalam rumah menjadi lancar.

    Kata kunci : Tempat pembuangan akhir sampah, kualitas udara dalam rumah.

    iMeirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • ABSTRACT

    Garbage dump sites has a very important function but it can bring an impact in the form of environmental quality degradation because the pile of garbage produces various pollutants which can pollute either indoor or outdoor air that the incident of Acute Respiratory Tract Infection. Garbage decomposing will produce methane gas (CH4), hydrogen sulfide gas (H2S), and ammonia gas (NH3) that can be a toxin for human body. The purpose of this study is to analyze the factors related to the Air Quality inside the House around the garbage dump site in Kelurahan Terjun, Medan Marelan Subdistrict. This observational study with cross sectional design was conducted in the vicinity of the garbage dump site in Kelurahan Terjun, Medan Marelan Subdistrict with the samples of 4 houses with distance of 0 (zero) meter, 6 houses with the distance of 100 meters, 8 houses with distance of 200 meters and 12 houses with the distance of 300 meters from the garbage dump site. The relationship between the chemical quality of air in the houses and distance of the houses from the garbage dump site and physical quality of the houses was statically examined by means of linear regression test. The result of this study show that there is a relationship between the concentration of SO2 (p=0,001), H2S (p=0,012), NH3 (p=0,000) and CH4 (p=0,000) gases and the distance of the houses from the Terjun garbage dump site. There is a relationship between the physical quality of the houses and the concentration of SO2 (p=0,021), H2S (p=0,001), NH3 (p=0,005) and CH4 (p=0,005) gases found in the air inside the residents house around the garbage dump site in Kelurahan Terjun , Medan Mareland Sub-district. It is expected that the Municipal Government of Medan to improve the existing treatment system of garbage by using environmental-oriented methods and growing such trees as mahogany, angsena, banyan tree, etc around the garbage dump site to absorb the gas pollutants. In addition, the community who lived around the location of garbage, it is expected to improve the physical quality of their houses to make air circulation smoother. Key word: Garbage Dump Site, Air Quality inside the House

    iiMeirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

    rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, untuk memenuhi salah

    satu persyaratan memperoleh gelar Magister Kesehatan pada Program Studi

    Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri, Sekolah Pasca Sarjana Universitas

    Sumatera Utara Medan.

    Proses penulisan dapat terwujud berkat dukungan dan bimbingan dari

    berbagai pihak, untuk itu penulis mengungkapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada:

    1. Prof. Dr. T. Chairun Nisa B, MSc, Direktur Pasca Sarjana Universitas Sumatera

    Utara.

    2. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS, Ketua Program Studi Magister Manajemen

    Kesehatan Lingkungan Industri, dan Ketua Komisi Pembimbing penulisan tesis.

    3. Ir. Indra Chahaya S, MSi., selaku anggota Komisi Pembimbing penulisan tesis

    yang selalu mendorong dan meluangkan waktu untuk membimbing, serta

    memberikan masukan bagi penulis.

    4. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, PhD. dan Drs. Chairuddin, MSc., selaku dosen

    pembanding tesis.

    iiiMeirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 5. Keluarga tercinta: Ibunda Hj. Djamilah, Suami Rinaldi, ST serta kedua buah hati

    M. Adithya Rinanda dan Fadhil Fadhlullah Rinanda yang selalu mendoakan dan

    menjadi motivasi bagi penulis.

    6. Teman-teman MKLI 06 khususnya Alfattah Faisal M, Mahyudi selaku rekan

    sejawat yang telah banyak membantu penulis, Yanti Agustini, Butet B.

    Manurung, Marlinang dan Mustar.

    7. Ibu Dra. Indah Anggraini, MSi., yang selalu memberikan support dan masukan

    bagi penulis.

    8. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan tesis ini hingga

    selesai.

    Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh

    karena itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

    demi kesempurnaan tesis ini. Semoga hasil dari tesis ini dapat bermanfaat bagi

    pembaca.

    Medan, September 2008

    Penulis

    ivMeirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • RIWAYAT HIDUP

    Nama : Meirinda

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tempat/ Tanggal Lahir : Binjai, 18 Mei 1975

    Agama : Islam

    Alamat : Jalan Eka Rasmi Perumahan Villa Johor Blok B-9

    Medan

    Telp : 061- 30039072

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    1. SD Negeri 020262 Binjai : 1981-1987

    2. SMP Negeri 2 Binjai : 1987-1990

    3. Sekolah Menengah Analis Kesehatan

    Departemen Kesehatan RI. Medan : 1990-1993

    4. D-3 PendidikanTeknologi Kimia Industri Medan : 1993-1996

    5. Teknik Industri Universitas Medan Area : 2000-2002

    6. Program Magister Manajemen Kesehatan

    Lingkungan Industri Sekolah Pascasarjana

    Universitas Sumatera Utara : 2006-2008

    RIWAYAT PEKERJAAN

    1. PNS pada Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Medan. : 1998 - sekarang

    vMeirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ....................................................................................................... i ABSTRACT..................................................................................................... ii KATA PENGANTAR iii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi BAB I. PENDAHULUAN .. 1

    1.1. Latar Belakang .. 1

    1.2. Perumusan Masalah .. 4

    1.3. Tujuan Penelitian .. 5

    1.4. Hipotesis 6

    1.5. Manfaat Penelitian 6

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 7

    2.1. Perumahan dan Lingkungan . 7

    2.2. Persyaratan Rumah Sehat . 8

    2.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 15

    2.4. Sampah Padat ... 16

    2.5. Karakteristik Sampah ... 19

    2.6. Pengolahan Sampah ..... 21

    2.7. Tempat Pembuangan Akhir Sampah ... 23

    2.8. Pencemaran Udara 26

    2.9. Polusi Udara Dalam Ruang .. 31

    2.10.Kerangka Konsep .. 34

    BAB III. METODE PENELITIAN .. 35

    3.1. Jenis Penelitian 35

    viMeirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 3.2. Lokasi Penelitian .......................................................................... 35

    3.3. Waktu Penelitian .......................................................................... 35

    3.4. Populasi dan Sampel ..................................................................... 36

    3.5. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 36

    3.6. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 38

    3.7. Variabel dan Definisi Operasional ................................................ 40

    3.8. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 43

    3.9. Metode Analisa Data ................................................................... 44

    BAB IV. HASIL PENELITIAN ..... 45

    4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah................................... 45

    4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Rumah.......... 46

    4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah ............................................................................ 47

    4.4. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah.............. 48

    4.5. Hasil Pengukuran Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah ........ 49

    4.6. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah............ 50

    4.6.1. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas SO2 di Udara Dalam Rumah......................................................... 50

    4.6.2. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas H2S di Udara Dalam Rumah......................................................... 51

    4.6.3. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas NH3 di Udara Dalam Rumah......................................................... 51

    4.6.4. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Konsentrasi gas CH4 di Udara Dalam Rumah.......................................................... 52

    4.7. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah ...................................................... 53

    viiMeirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 4.7.1. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas SO2 di Udara Dalam Rumah..................... 53

    4.7.2. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas H2S di Udara Dalam Rumah.................... 53

    4.7.3. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas NH3 di Udara Dalam Rumah.................... 54

    4.7.4. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Konsentrasi gas CH4 di Udara Dalam Rumah.................... 54

    BAB V. PEMBAHASAN.................... 55

    5.1. Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah ......................................... 55

    5.2. Hubungan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah ............. 58

    5.3. Hubungan Kualitas Fisik Rumah dengan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah ..................................................................... 62

    BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 65

    6.1. Kesimpulan .................................................................................... 65

    6.3. Saran .............................................................................................. 66

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68

    viiiMeirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR TABEL

    Nomor Judul Halaman

    2.1. Penyakit yang Ditimbulkan oleh Rumah yang Tidak Sehat....................... 10

    2.2. Jenis-Jenis Pencemaran Udara .................................................................... 28

    3.1. Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan Proporsi ...................................... 37

    3.2. Tabel Definisi Operasional Penelitian ........................................................ 42

    4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008........................................................................... 45

    4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Rumah di Sekitar

    Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008.............................................................. 46

    4.3. Kualitas Fisik Rumah Responden di Kelurahan Terjun

    Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008............................................. 47

    4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan

    Terjun Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008................................ 48

    4.5. Hasil Pengukuran Kualitas Fisik Udara Dalam Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan

    Medan Marelan pada Tahun 2008............................................................... 49

    4.6. Hasil Pengukuran Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun

    Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008..................................................... 50

    ixMeirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR GAMBAR

    Nomor Judul Halaman

    1. Model Oksidasi Biologi (Tebbutt, 1982) ..................................................... 18

    2. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................ 34

    xMeirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Judul Halaman

    1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan (Kualitas Udara) ......................... 71

    2. Data Hasil Penelitian ....................................................................................... 72

    3. Gambar Lokasi Penelitian ............................................................................... 76

    4. Foto Udara Lokasi Penelitian ................. 77

    5. Peta TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ............................. 78

    6. Arah dan Kecepatan Angin Dominan Kecamatan Medan Marelan................. 79

    7. Pengolahan analisa data dengan komputer .................................................... 81

    xiMeirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • xii

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan

    Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

    yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, mampu

    menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki

    derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. (Notoatmodjo, 2005).

    Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa

    upaya kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan

    yang sehat dan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, tempat

    kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya yang meliputi penyehatan air, udara,

    pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi, kebisingan, pengendalian

    vektor dan penyehatan lainnya.

    Keterbatasan tempat tinggal di daerah perkotaan semakin meningkat dari

    waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan

    ketersediaan lahan. Kondisi ini mengakibatkan munculnya permasalahan perumahan

    yang semakin rumit di perkotaan terutama masalah sanitasi lingkungan yang kurang

    baik. Penduduk dengan status sosial ekonomi rendah jumlahnya cukup banyak, dan

    untuk mengatasi kebutuhan perumahan, mereka cenderung tinggal di daerah

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 2

    pinggiran, termasuk masyarakat umum dan pemulung yang bermukim di sekitar

    lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS). Pemulung yang menjadikan

    TPAS sebagai sumber mata pencahariannya bahkan mendirikan rumahnya di atas

    timbunan sampah di lokasi TPAS. Kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat dan

    sulitnya mencari pekerjaan yang layak membuat para pemulung tetap bertahan

    tinggal di lokasi TPAS.

    Tempat pembuangan akhir sampah mempunyai fungsi yang sangat penting,

    namun dapat menimbulkan dampak yaitu menurunnya kualitas lingkungan yang

    disebabkan karena tumpukan sampah menghasilkan berbagai polutan yang dapat

    menyebabkan pencemaran udara. Pemukiman yang ada di sekitar TPAS sangat

    beresiko bagi kesehatan penghuninya. Pembusukan sampah akan menghasilkan

    antara lain gas metan (CH4), gas amonia (NH3), dan gas hidrogen sulfida (H2S) yang

    bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun H2S juga berbau busuk sehingga secara

    estetis tidak dapat diterima; jadi, penumpukan sampah yang membusuk tidak dapat

    dibenarkan (Soemirat, 2004).

    Masalah yang dihadapi para pengelola sampah adalah mengenai metode dan

    lokasi pemindahan fisik sampah dari TPS (Tempat Pembuangan Sementara) ke TPA

    (Tempat Pembuangan Akhir). Sampah secara mekanis dibuang, ditumpuk, ditimbun,

    diratakan, dipadatkan, dan dibiarkan membusuk serta mengurai sendiri secara alami

    di TPA. Sebagian lain dibakar secara langsung di tempat dengan atau tanpa

    menggunakan fasilitas insinerator/tungku pembakaran (Kramadibrata, 2006).

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 3

    Tercemarnya udara di sekitar TPA sampah menyebabkan kesehatan

    lingkungan terganggu, termasuk kualitas udara dalam rumah yang berada disekitar

    TPA sampah terutama meningkatnya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

    (ISPA). Hasil kajian dari Departemen Kesehatan pada tahun 2004/2005 menyatakan

    bahwa penyakit ISPA selalu berada di urutan pertama dari sepuluh besar penyakit di

    80% kabupaten/kota pada 22 propinsi di Indonesia. Diketahui bahwa resiko

    terjadinya ISPA, Pneumonia dan penyakit gangguan saluran pernafasan lainnya

    disebabkan oleh buruknya kualitas udara di dalam rumah/gedung dan di luar rumah

    baik secara fisik, kimia maupun biologis.

    Menurut penelitian Mardiani (2006) tentang Hubungan Kualitas Udara

    Ambien dan Vektor Terhadap Gangguan Keluhan Saluran Pernafasan dan Saluran

    Pencernaan di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah menunjukkan bahwa

    kadar gas H2S terdeteksi melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) pada radius 150 meter

    dari TPA, sedangkan kadar polutan udara yang lain belum melebihi NAB. Studi

    AMDAL terhadap TPA Bantar Gebang Bekasi tahun 1989 menyatakan bahwa

    timbulnya pencemaran udara akibat meningkatnya konsentrasi gas serta timbulnya

    bau, baik yang ditimbulkan pada tahap operasi penimbunan dan pemadatan sampah

    maupun setelah selesainya tahap operasi (Noriko, 2003).

    Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Kelurahan Terjun Kecamatan

    Medan Marelan berada dekat dengan perumahan penduduk. Pengolahan sampah di

    TPAS Terjun yang menggunakan sistim open dumping (penumpukan terbuka)

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 4

    meningkatkan pencemaran. Di sekitar lokasi TPAS Terjun banyak berdiri rumah,

    baik rumah penduduk maupun pemulung. Hal ini bertentangan dengan Keputusan

    Menkes RI No. 829 tahun 1999 tentang Persyaratan kesehatan perumahan dan

    lingkungan pemukiman, dimana salah satu persyaratan adalah tidak terletak pada

    daerah bekas Tempat Pembuangan Akhir Sampah.

    Lokasi TPAS Terjun yang berada di sekitar perumahan penduduk sangat

    berpeluang menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, diantaranya

    pencemaran udara di luar maupun di dalam rumah. Timbunan sampah yang ada di

    TPAS Terjun menimbulkan bau yang tidak sedap. Data dari Puskesmas Terjun

    Kecamatan Medan Marelan menyatakan bahwa penyakit ISPA dengan jumlah kasus

    sebanyak 1.840 berada di urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di

    puskesmas selama bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2007. Hal ini

    kemungkinan besar disebabkan oleh pencemaran yang berasal dari TPAS Terjun.

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dari uraian di atas maka dapat dirumuskan yang

    menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang

    berhubungan dengan kualitas udara dalam rumah di sekitar Tempat Pembuangan

    Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 5

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan jarak rumah dan kualitas fisik rumah dengan

    kualitas udara dalam rumah di sekitar TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan.

    1.3.2. Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui jarak rumah penduduk dengan TPAS di Kelurahan Terjun

    Kecamatan Medan Marelan.

    2. Untuk mengetahui kualitas fisik perumahan (ventilasi, luas lantai, jenis lantai,

    jenis dinding) di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

    3. Untuk mengetahui kualitas fisik udara (suhu, kelembaban, pencahayaan) dalam

    rumah, dan kualitas kimiawi udara (SO2, H2S, NH3, dan CH4) dalam rumah di

    Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

    4. Untuk mengetahui hubungan jarak rumah dengan kualitas kimiawi udara dalam

    rumah di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

    5. Untuk mengetahui hubungan kualitas fisik rumah dengan kualitas kimiawi udara

    dalam rumah di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 6

    1.4. Hipotesis

    1. Ada hubungan antara jarak rumah dengan kualitas kimiawi udara dalam rumah di

    sekitar TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan.

    2. Ada hubungan antara kualitas fisik rumah dengan kualitas kimiawi udara dalam

    rumah di sekitar TPAS Terjun Kecamatan Medan Marelan.

    1.5. Manfaat Penelitian

    1. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota dalam program pengelolaan sampah

    di TPA Terjun.

    2. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai kualitas udara pada pemukiman

    sekitar TPA Terjun.

    3. Menambah khasanah ilmu pengetahuan kesehatan lingkungan khususnya

    mengenai kualitas bakteriologi udara pada pemukiman sekitar TPA dan

    sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya.

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Perumahan dan Lingkungan

    Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang

    disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat

    bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat

    berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status

    lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000).

    Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar selain makanan dan pakaian

    bagi penduduk. Permintaan unit rumah akan terus meningkat sejalan dengan

    pertumbuhan penduduk. Di lain pihak, terbatasnya lahan untuk pemukiman dan

    penawaran perumahan hanya tertuju pada suatu golongan masyarakat tertentu. Hal ini

    merupakan kendala bagi sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

    perumahannya dan secara tidak langsung berpengaruh pada tingginya harga rumah,

    sedangkan tingkat pendapatan penduduk relatip rendah. Dengan demikian, banyak

    rumah tangga menempati rumah yang kurang layak, baik dipandang dari segi

    kesehatan lingkungan maupun luas lantai perkapita (Ebenhaezer, 2000).

    Secara umum masyarakat golongan ekonomi rendah lebih banyak mengalami

    masalah perumahan dibanding masyarakat dengan tingkat ekonomi yang baik.

    Masalah utama yang perlu diperhatikan adalah pengadaan serta kelengkapan sarana

    7Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • perumahan. Rumah yang layak sebaiknya mampu memenuhi syarat kesehatan

    penghuninya (Ebenhaezer, 2000).

    Lingkungan perumahan memiliki berbagai variabel diantaranya: jenis dinding,

    lantai, sumber air, sumber penerangan, saluran pembuangan air, cara pembuangan

    sampah dan lain-lain. Variabel-variabel lingkungan perumahan tersebut harus

    memiliki kualitas standard yang didasarkan atas penilaian mutu material yang

    digunakan serta cara dan bentuk penggunaannya.

    2.2. Persyaratan Rumah Sehat

    Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia,

    dan biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga

    memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan

    kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah ketentuan teknis kesehatan

    yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang

    bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan

    kesehatan.

    Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan

    lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman berfungsi

    sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

    perikehidupan dan penghidupan (UU RI No. 4/1992).

    Pemukiman yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan

    berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat

    8Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • sampah, sumber air bersih, lampu jalan, bebas banjir dan lain-lain. Standar arsitektur

    bangunan terutama untuk pemukiman umum pada dasarnya ditujukan untuk

    menyediakan rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak dan luas

    ruangan, serta fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat

    memenuhi persyaratan rumah tinggal yang sehat dan menyenangkan.

    Rumah harus sehat agar penghuninya dapat bekerja secara produktif.

    Konstruksi rumah dan lingkungannya yang tidak memenuhi syarat kesehatan

    merupakan faktor risiko sebagai sumber penularan berbagai penyakit, khususnya

    penyakit yang berbasis lingkungan.

    Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan sehat

    apabila : (1) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah dari

    udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan

    kebisingan 45-55 dB.A.; (2) Memenuhi kebutuhan kejiwaan; (3) Melindungi

    penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air bersih,

    sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang saniter dan

    memenuhi syarat kesehatan; serta (4) Melindungi penghuninya dari kemungkinan

    terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh,

    tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan,

    bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992; Azwar, 1996).

    9Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • Tabel 2.1. Penyakit yang Ditimbulkan oleh Rumah yang Tidak Sehat

    Penyakit Masalah Lingkungan yang relevan Strategi Pencegahan

    Infeksi saluran pernapasan akut

    Polusi udara dalam rumah & kepadatan

    Peningkatan ventilasi. Peningkatan dapur, alat masak. Penyediaan listrik pada penduduk desa dan penduduk miskin kota.

    Diarrhea Sanitasi, penyediaan air dan hygiene / kebersihan

    Peningkatan kualitas air. Peningkatan kuantitas air dengan meningkatkan keterjangkauan & jaminan suplai air. Peningkatan sanitasi dan kebersihan (perilaku cuci tangan, memasak air, mencegah penggunaan sumber yang tidak aman).

    Cacing Usus Sanitasi, penyediaan air dan hygiene Sama dengan diarrhea

    Penyakit Masalah Lingkungan yang relevan Strategi Pencegahan

    Malaria Penyediaan air

    Peningkatan manajemen air permukaan. Menghilangkan tempat berkembang biak nyamuk. Mengurangi kunjungan ke tempat sarang nyamuk. Menggunakan kelambu.

    Demam Dengue Penyediaan air dan

    pengumpul-an sampah

    Sama dengan malaria

    Penyakit Tropik (schistommiasis, trypanosomiasis

    dan filariasis)

    Sanitasi, pembuangan sampah, tempat berkembang biak vektor sekitar rumah

    Mengurangi kontak dengan air yang terinfeksi Mengontrol populasi keong Filter air

    TBC Kepadatan Peningkatan kualitas dan kuantitas rumah Penyakit saluran

    napas kronis Polusi udara dalam

    rumah Sama dengan penyakit saluran napas akut.

    Sumber: Dinas Perumahan DKI Jakarta, 2006

    10Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan

    tahun 1995 (Ditjen PPM dan PL, 2002) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

    (ISPA) yang merupakan penyebab kematian terbanyak kedua dan tuberkulosis yang

    merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga erat kaitannya dengan kondisi

    sanitasi perumahan yang tidak sehat. Penyediaan air bersih dan dan sanitasi

    lingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor risiko terhadap penyakit diare

    (penyebab kematian urutan nomor empat) disamping penyakit kecacingan yang

    menyebabkan produktivitas kerja menurun.

    Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes RI No.

    829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, parameter

    rumah yang dinilai meliputi lingkup 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu:

    1. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar

    tidur, jendela kamar keluarga, dan ruang tamu, ventilasi, sarana pembuangan asap

    dapur, pencahayaan;

    2. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran,

    sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah; dan

    3. Kelompok perilaku penghuni, meliputi perilaku membuka jendela kamar tidur,

    membuka jendela ruang keluarga dan tamu, membersihkan halaman rumah,

    membuang tinja bayi/anak ke kakus, dan membuang sampah pada tempatnya.

    11Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut

    Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi

    parameter sebagai berikut :

    1. Lokasi

    a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran

    lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;

    b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah

    atau bekas tambang;

    c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti

    jalur pendaratan penerbangan.

    2. Kualitas udara

    Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas

    beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :

    a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;

    b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3;

    c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;

    d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.

    e. Kebisingan dan getaran

    f. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;

    g. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .

    12Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes

    No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :

    1. Bahan bangunan

    a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat

    membahayakan kesehatan, antara lain: debu total kurang dari 150 g/m2,

    asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300

    mg/kg bahan;

    b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya

    mikroorganisme patogen.

    2. Komponen dan penataan ruangan

    a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

    b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air

    dan mudah dibersihkan;

    c. Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;

    d. Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

    e. Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;

    f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

    3. Pencahayaan

    Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat

    menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan

    tidak menyilaukan mata.

    13Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 4. Kualitas udara

    a. Suhu udara nyaman antara 18 30 oC;

    b. Kelembaban udara 40 70 %;

    c. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;

    d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni;

    e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;

    f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3.

    g. Ventilasi

    Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

    6. Vektor penyakit

    Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

    7. Penyediaan air

    a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/

    orang/hari;

    b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air

    minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

    8. Sarana penyimpanan makanan

    Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman .

    9. Pembuangan Limbah

    a. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak

    menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;

    14Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak

    mencemari permukaan tanah dan air tanah.

    10. Kepadatan hunian

    Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang

    tidur.

    2.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan mempunyai luas

    area keseluruhan 16,05 Km2 dengan luas pemukiman 2,1 Km2, dengan deskripsi

    wilayah sebagai berikut:

    a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak,

    b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli,

    c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan, dan

    d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia.

    Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan terbagi dalam 22 Lingkungan.

    Lokasi penelitian dilakukan pada lingkungan 13 yang mempunyai luas area 225 Ha

    dan terdiri dari 320 KK/RT. Sebagian besar penduduknya mempunyai mata

    pencaharian sebagai buruh dan nelayan dengan tingkat perekonomian menengah ke

    bawah. Di Lingkungan 13 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan terdapat

    lahan Pemerintah Kota Medan seluas 10 Ha yang dijadikan sebagai Tempat

    Pembuangan Akhir Sampah, atau dikenal sebagai TPAS Terjun.

    15Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan mulai beroperasi tahun

    1991. Sampah-sampah yang ada dari TPS (Tempat Pembuangan Sementara) di kota

    Medan dan dari TPS sekitar TPAS Terjun dibuang setiap hari ke lokasi TPAS Terjun.

    Sistem yang digunakan untuk mengolah sampah di TPAS Terjun menggunakan

    sistem open dumping.

    Di sekitar lokasi TPAS Terjun banyak berdiri rumah-rumah penduduk,

    sebagian telah ada sebelum TPAS Terjun dibuat dan banyak pula yang baru dibangun

    setelah TPAS ada. Lahan-lahan kosong di sekitar lokasi TPAS dan letaknya

    bersebelahan langsung dengan TPAS Terjun, sebelumnya merupakan areal

    persawahan dan rawa-rawa, tetapi saat ini sebagian telah berdiri rumah-rumah

    penduduk. Bahkan sebagai tanah timbunan untuk membangun rumah mereka

    digunakan dari timbunan sampah dengan bantuan mobil pengeruk yang sengaja di

    sewa oleh penduduk untuk meratakan sampah.

    2.4. Sampah Padat

    Sampah adalah sesuatu bahan/benda padat yang terjadi karena berhubungan

    dengan aktivitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi dan dibuang

    dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia

    (Kusnoputranto, 1986).

    Sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah yang terdapat di

    lingkungan. Berbagai aktivitas dilakukan manusia untuk memenuhi kesejahteraan

    hidupnya dengan memproduksi makanan minuman dan barang lain dari sumber

    16Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • daya alam. Selain menghasilkan barang-barang yang akan di konsumsi, aktivitas

    tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang sudah tidak dibutuhkan oleh

    manusia. Bahan buangan makin hari semakin bertambah banyak. Hal ini erat

    hubungannya dengan makin bertambahnya jumLah penduduk, dengan ketersediaan

    ruang hidup manusia yang relatip tetap (Chandra, B., 2007).

    Penguraian sampah disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme. Pembusukan

    sampah ini akan menghasilkan gas metana yang bersifat racun bagi tubuh

    makhluk hidup. Sampah yang tidak dapat membusuk adalah sampah yang memiliki

    bahan dasar plastik, logam, gelas, karet. Untuk pemusnahannya dapat dilakukan

    pembakaran tetapi dapat menimbulkan dampak lingkungan karena menghasilkan zat

    kimia, debu dan abu yang berbahaya bagi makhluk hidup.

    Proses dekomposisi zat organik yang terkandung di dalam sampah dapat

    berlangsung baik secara aerobik maupun anaerobik. Jika kadar oksigen cukup, maka

    penguraian akan berlangsung secara aerob, sehingga akan terbentuk gas-gas CO2,

    NH3, H2S, PO4 dan SO4. Jika kadar oksigen rendah, maka penguraian sampah akan

    berlangsung secara anaerob sehingga akan dihasilkan gas-gas NH3, CH4 (metan), H2S

    yang berbau tidak enak. (Suriawiria, 1986).

    Reaksi oksidasi biologi menurut Tebbutt (1982) menyatakan bahwa dalam hal

    tersedianya oksigen, oksidasi aerobik akan berlangsung, sebagian dari zat-zat organik

    disintesis untuk membentuk mikroorganisme baru (pertumbuhan) dan sisanya

    dikonversikan menjadi produk akhir yang relatip stabil, eperti yang dilukiskan dalam

    17Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • Gambar 1. Jika oksigen tidak tersedia, oksidasi anaerobik akan berlangsung yang

    akan memproduksi sel-sel baru dan produk akhir yang tidak stabil seperti asam-asam

    organik, alkohol, keton dan gas metan.

    Oksidasi Aerobik Sel-sel baru Zat organik + bakteri + O2 CO2, NH3, H2O Oksidasi Anaerobik Sel-sel baru Zat organik + bakteri Alkohol dan asam + bakteri Sel-sel baru CH4, H2S, CO2,

    NH3, H2O

    Gambar 1. Model oksidasi Biologi (Tebbutt, 1982)

    Sistem yang memproduksi gas metan, yang umum dalam pengolahan limbah,

    terjadi dalam dua tahap, pertama: mikroorganisme pembentuk asam

    mengkonversikan zat organik menjadi sel-sel baru dan asam-asam organik dan

    alkohol. Tahap kedua: kelompok mikroorganisme kedua yaitu bakteri metan

    melanjutkan oksidasi yang memanfaatkan sebagian material organik untuk

    18Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • mensintesis sel-sel baru dan mengkonversikan sisanya menjadi gas metan, karbon

    dioksida dan hidrogen sulfida. Reaksi dalam oksida anaerobik jauh lebih lambat

    daripada oksidasi aerobik (Tebbutt, 1982).

    Selain faktor oksigen, faktor lain yang mempengaruhi proses dekomposisi

    sampah adalah kelembaban dan suhu. Hal inilah yang mengakibatkan jika pada

    musim hujan proses dekomposisi akan meningkat sehingga diperlukan oksigen yang

    cukup besar. Jika kebutuhan oksigen tersebut tidak dapat terpenuhi, maka proses

    dekomposisi sampah akan berlangsung secara anaerob.

    Sampah dapat dibuat biogas yang merupakan hasil penguraian sampah

    secara anaerob dengan bantuan bakteri pengurai. Biogas yang dihasilkan tidak

    murni terdiri dari metana (65%), karbon dioksida (30%), hydrogen sulfide (1%) dan

    sejumLah gas lain (Sastrawijaya, 1991).

    Sampah yang ada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber,

    antara lain: pemukiman penduduk, tempat umum dan tempat perdagangan, sarana

    layanan masyarakat milik pemerintah, industri berat dan ringan, dan pertanian.

    (Chandra, B., 2007).

    2.5. Karakteristik Sampah

    Sampah mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu kota dengan kota

    yang lain, tergantung dari tingkat sosial ekonomi penduduk, iklim, dan lain-lain.

    Karakteristik sampah menurut Masduki, (1991) dapat mencakup antara lain:

    19Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 1. Komposisi sampah, terbagi dalam dua golongan, yaitu:

    Komposisi fisik sampah, adalah mencakup besarnya persentase dari komponen

    pembentuk sampah yang terdiri dari sampah organik yang bersifat mudah

    membusuk dan sampah anorganik (kertas, kayu, kaca, logam, plastik)

    Berdasarkan hasil survai di beberapa kota di Indonesia umumnya sekitar 70-80%

    sampah merupakan sampah organik. Komposisi kimia sampah, adalah besarnya

    persentase dari unsur/senyawa yang terkandung dalam sampah. Umumnya

    komposisi kimia sampah terdiri dari unsur carbon, nitrogen, hidrogen, sulfur dan

    phospor (CHONSP) serta unsur lainnya yang terdapat dalam protein, karbohidrat

    dan lemak.

    2. Densitas (kepadatan) sampah, adalah besaran yang menyatakan berat sampah

    persatuan volume. Besarnya kepadatan sampah tiap kota berbeda tergantung dari

    keadaan sosial, ekonomi serta iklim kota tersebut. Terdapat kecenderungan bila

    produksi sampahnya tinggi (umumnya di negara industri), maka densitasnya

    lebih rendah. Kepadatan sampah rumah tangga di negara sedang berkembang

    menurut Sandra J. Cointreau, 1982 yang dikutip Masduki, 1991 berkisar antara

    100 s/d 600 kg/m3, sedangkan kepadatan sampah kota Medan rata-rata sebesar

    250 kg/m3.

    3. Kadar air sampah, yaitu besaran (biasanya dalam satuan %) yang menyatakan

    perbandingan antara berat air dengan berat basah sampah total atau dengan berat

    20Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • kering sampah tersebut. Untuk negara berkembang besarnya berkisar antara

    50-70%.

    2.6. Pengolahan Sampah

    Pengolahan sampah merupakan proses antara sebelum dilakukan

    pembuangan sampah di TPA yang bersifat optional. Tujuan dilakukan pengolahan

    yang utama adalah untuk memanfaatkan TPA secara lebih optimal dengan

    melakukan pengurangan volume, pemanfaatan kembali (daur ulang) sampah,

    pemanfaatan energi dan pembuatan kompos. Teknik dan cara pengolahan sampah

    dapat dilakukan dengan beberapa metode (Sastrawijaya, 1991), yaitu:

    1. Daur ulang (recycling)

    Salah satu teknik pengolahan sampah untuk memanfaatkan kembali benda-benda

    yang masih mempunyai nilai ekonomis, seperti: kertas, plastik, karet, kaca/gelas,

    serta dapat pula mengurangi volume dan berat sampah sebelum pengolahan lebih

    lanjut atau dibuang ke TPA.

    2. Pengomposan (Composting).

    Composting adalah sistem pengolahan sampah dengan memanfaatkan aktivitas

    mikroorganisme/bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses

    fermentasi). Proses biodekomposisi sampah organik dapat berlangsung secara

    aerobik maupun anaerobik tergantung pada tersedianya oksigen untuk proses

    tersebut. Operasi pengomposan untuk sampah perkotaan umumnya

    21Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • menggunakan proses aerobik, karena proses anaerobik berlangsung sangat

    lambat dan menimbulkan bau yang sangat berlebihan dan sulit untuk dikontrol.

    3. Pemadatan (Balling)

    Balling merupakan sistim pengolahan sampah secara pemadatan dengan

    menggunakan alat pemadat (compactor) yang dapat dilakukan di transfer station,

    ataupun di lokasi TPA. Sampah padat yang dihasilkan diangkut dan dibuang ke

    TPA dengan metode sanitary landfill. Pembuangan sampah yang sebelumnya

    dilakukan proses pemadatan akan meningkatkan kapasitas TPA karena

    pengurangan volume sampah serta mengurangi material tanah penutup. Proses

    balling memerlukan energi listrik yang besar, dan pemadatan akan sulit

    dilakukan bila kelembaban/kandungan air cukup tinggi sehingga rasio

    pemadatannya mejadi rendah.

    4. Pembakaran (Incineration)

    Pembakaran merupakan metode pengolahan sampah secara kimiawi dengan

    proses oksidasi (pembakaran) dengan maksud stabilisasi dan reduksi volume dan

    berat sampah. Setelah proses pembakaran akan dihasilkan abu yang volume serta

    beratnya jauh lebih kecil/rendah dibandingkan dengan sampah sebelumnya.

    Sampah yang akan dibakar harus memenuhi syarat minimum karakteristik

    sampah untuk pembakaran, seperti jumLah kandungan air, kadar abu serta nilai

    kalornya, baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Agar incinerator

    layak digunakan dan tercapai pembakaran yang sempurna pada suhu 800-900oC

    22Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • karakteristik sampah harus mempunyai nilai kalor minimum 800 kcal/kg,

    sehingga ekonomis karena tidak perlu menambah bahan bakar tambahan dan

    mengurangi tingkat pencemaran udara serta tidak menimbulkan bau.

    2.7. Tempat Pembuangan Akhir Sampah

    Pembuangan akhir sampah adalah merupakan rangkaian/proses terakhir dalam

    sistem pengelolaan sampah pada suatu tempat yang dipersiapkan, aman, serta tidak

    mengganggu lingkungan. Sistem pembuangan akhir TPAS menurut Sastrawijaya

    (1991) adalah sebagai berikut:

    1. Sistem open dumping (pembuangan terbuka)

    Sistem open dumping merupakan sistem yang tertua yang dikenal manusia dalam

    pembuangan sampah. Sampah hanya dibuang/ditimbun di suatu tempat tanpa ada

    perlakuan khusus, sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan.

    Pembuangan sampah secara terbuka dapat menjadi sarang/tempat perkembangan

    vektor penyakit (lalat, tikus, kecoa), menyebarkan bau, mencemari udara, air

    permukaan dan air tanah, bahaya kebakaran dan menimbulkan asap tebal yang

    berkepanjangan.

    Keuntungan menggunakan sistim ini antara lain:

    a Investasi awal paling murah dibandingkan dengan sistem yang lain

    b Biaya operasi rendah

    c Tidak memerlukan teknologi tinggi

    d Mempunyai toleransi yang tinggi terhadap perubahan volume sampah

    23Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • e Dapat menampung berbagai macam sampah tanpa harus disortir terlebih

    dahulu, kecuali sampah yang diklasifikasikan berbahaya atau beracun.

    Kerugiannya antara lain:

    a Potensi pencemarannya terhadap lingkungan tinggi, sehingga lokasinya harus

    berjauhan dari wilayah pemukiman kota

    b Memerlukan lahan yang relatif luas.

    2. Sistem Controlled landfill

    Controlled landfill adalah sistem open dumping yang telah diperbaiki atau

    ditingkatkan dan peralihan teknik open dumping dan sanitary landfill. Pada

    sistem ini penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPAS penuh

    dengan timbunan sampah yang dipadatkan atau setelah mencapai tahap/periode

    tertentu. Penutupan dengan tanah ini tidak dilakukan setiap hari, tetapi dengan

    periode waktu yang lebiih panjang dengan maksud untuk mengurangi

    kemungkinan adanya pencemaran, tetapi dengan biaya yang relatif masih rendah.

    3. Sistem Sanitary Landfill

    Pada sistem ini penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setiap hari,

    yaitu pada setiap akhir operasi, sehingga setelah operasi berakhir tidak akan

    terlihat adanya timbunan sampah. Dengan cara ini pengaruh timbunan sampah

    terhadap lingkungan akan sangat kecil, tergantung pada kondisi topografi lokasi.

    Sistem sanitary landfill ini dapat dilaksanakan dengan sistem area, sistem trench,

    gabungan antara sistem area dan sistem trench dan sistem progresif.

    24Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • Secara operasional terdapat peraturan yang perlu dijadikan acuan yaitu

    Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Pemukiman

    Departemen kesehatan No. 281 tahun 1989 tentang Persyaratan Kesehatan

    Pengelolaan Sampah yaitu :

    1. Pengelolaan sampah yang baik dan memenuhi syarat kesehatan merupakan salah

    satu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang mendasar.

    2. Masyarakat perlu dilindungi dari kemungkinan gangguan kesehatan akibat

    pengelolaan sampah sejak awal hingga tempat pembuangan akhir.

    Dalam lampiran Keputusan Dirjen tersebut dijelaskan pula persyaratan

    kesehatan pengelolaan sampah untuk Pembuangan Akhir Sampah yang dinyatakan

    antara lain:

    1. Lokasi untuk TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

    a. Tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat, binatang pengerat,

    bagi pemukiman terdekat (minimal 3 KM).

    b. Tidak merupakan pencemar bagi sumber air baku untuk minum dan jarak

    sedikitnya 200 meter dan perlu memperhatikan struktur geologi setempat.

    c. Tidak terletak pada daerah banjir.

    d. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan airnya tinggi.

    e. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memperhatikan aspek

    estetika.

    f. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 KM.

    25Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 2. Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

    a. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembang biak dan

    tidak menimbulkan bau.

    b. Memiliki drainase yang baik dan lancar.

    c. Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah

    pencemaran.

    d. TPA yang digunakan untuk membuang bahan beracun dan berbahaya,

    lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di Kantor Pemda.

    e. Dalam hal tertentu jika populasi lalat melebihi 20 ekor per blok gril atau

    tikus terlihat pada siang hari atau nyamuk Aedes, maka harus dilakukan

    pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengelolaan sampah.

    3. TPA yang sudah tidak digunakan:

    a. Tidak boleh untuk pemukiman.

    b. Tidak boleh mengambil air untuk keperluan sehari-hari

    2.8. Pencemaran Udara

    Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar

    manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius. Komposisi udara terutama uap air

    sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan

    sekitarnya. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, CO2 untuk proses

    fotosintesis oleh klorofil daun, dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet.

    Kegiatan yang berpotensi menaikkan konsentrasi CO2 seperti pembusukan sampah

    26Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • tanaman, pembakaran, atau sekumpulan massa manusia dalam ruangan terbatas yaitu

    karena proses pernafasan (Sunu, 2001).

    Komposisi udara bersih dan kering menurut Sunu (2001) pada umumnya

    sebagai berikut:

    1. Nitrogen (N2) = 78,09 %

    2. Oksigen (O2) = 20,94 %

    3. Argon (Ar) = 0,93 %

    4. Karbon dioksida (CO2) = 0,032 %

    Pencemaran udara didefinisikan sebagai dimasukkannya komponen lain

    kedalam udara baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung

    maupun akibat proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkatan

    tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi

    lagi sesuai dengan peruntukannya. Setiap substansi yang bukan merupakan bagian

    dari komposisi udara normal disebut sebagai polutan (Chandra. B. 2007).

    Pada umumnya pencemaran udara disebakan oleh kegiatan manusia, seperti:

    debu/partikel dari kegiatan industri, penggunaan zat kimia yang disemprotkan ke

    udara dan gas buang hasil pembakaran bahan bakar fosil. Pencemaran udara juga

    disebabkan oleh faktor alam, yaitu: debu akibat letusan gunung berapi, proses

    pembusukan sampah organik dan debu yang beterbangan ditiup angin. (Sunu, 2001).

    27Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • Tabel 2.2. Jenis-jenis Pencemaran Udara

    No. Pencemaran Udara Jenisnya

    1. Menurut bentuk

    1. Gas 2. Partikel

    2. Menurut tempat

    1. Ruangan (indoor) 2. Udara bebas (outdoor)

    3. Gangguan kesehatan

    1. Irritansia 2. Apiksia 3. Anestesia 4. Toksis

    4. Susunan kimia

    1. Anorganik 2. Organik

    5. Menurut asalnya 1. Primer 2. Sekunder

    Sumber: Woodwell, 1973; Tollison, 1987; Ryadi, 1982; Sitepoe, Mangku, 1997

    2.8.1. Polutan pencemaran udara

    1. Sulfur dioksida (SO2)

    Sulfur dioksida merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktif terhadap

    gas yang lain. Ciri lainnya adalah tidak berwarna, bau yang tajam, sangat mengiritasi,

    tidak terbakar dan tidak meledak. SO2 merupakan polutan yang berbahaya bagi

    kesehatan terutama bagi penderita penyakit kronis sistem pernafasan dan

    kardiovaskuler. Penderita sangat sensitif bila kontak dengan SO2 meskipun dalam

    konsentrasi yang kecil (Sunu, 2001).

    Sumber emisi gas SO2 yang terbanyak berasal dari alam, sumber emisinya

    berupa: pembakaran yang tidak bergerak, proses dalam industri, limbah padat, dan

    pembakaran limbah pertanian. Sebagian SO2 yang berada di atmosfer akan diubah

    menjadi SO3 selanjutnya menjadi H2SO4 oleh proses-proses fotolisis, penguraian zat

    28Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • oleh cahaya, dan katalisis yaitu efek yang dihasilkan oleh sejumLah zat pada saat

    berlangsungnya reaksi kimia (Sunu, 2001).

    2. Hidrogen sulfida (H2S)

    Hidrogen sulfida adalah gas yang berbau telur busuk. Sekalipun gas ini

    bersifat iritan bagi paru-paru, tetapi ia digolongkan ke dalam asphyxiant karena efek

    utamanya adalah melumpuhkan pusat pernafasan, sehingga kematian disebabkan oleh

    terhentinya pernafasan. Hidrogen sulfida juga bersifat korosif terhadap metal dan

    menghitamkan berbagai material. H2S lebih berat daripada udara, sehingga sering

    terkumpul di udara pada lapisan bagian bawah dan biasanya ditemukan bersama-

    sama gas beracun lainnya seperti metan dan karbon dioksida (Soemirat, 2004).

    H2S pada kadar 0.05 ppm dapat dideteksi dari bau, dan pada kadar 0,1 ppm

    mengakibatkan iritasi dan kehilangan rasa sensoris. Setelah mengalami pemajanan

    pada kadar di atas 50 ppm, gejala secara bertahap akan naik, conjunctivitis yang

    nyeri, pusing, anosmia, mual, batuk, radang tenggorokan dan edema paru. Pada kadar

    500 ppm akan terjadi kehilangan kesadaran mendadak, depresi pernafasan dan akan

    meninggal dalam waktu 30-60 menit (Ditjen PPM&PL, 2001).

    3. Ammonia (NH3)

    Ammonia merupakan gas yanng tidak berwarna dengan kadar 50 ppm

    memberikan bau yang menyengat. Dibentuk dari proses dekomposisi asam amino

    atau ikatan organik oleh bakteri (Sunu, 2001).

    29Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • Ammonia secara alami ada di lingkungan, maka kita terus menerus terpapar

    ammonia dalam dosis rendah di udara, tanah dan air. Kadar di udara sekitar 1-5 ppb.

    Sepanjang hari kadar ammonia bervariasi, juga sepanjang musimnya. Kadar tinggi di

    udara dapat terjadi setelah pemupukan yang dalam tanah bisa mencapai 3000 ppm,

    namun kadar cepat menurun dalam beberapa hari kemudian. (Ditjen PPM&PL,

    2001).

    Bila terpapar ammonia dalam kadar cukup tinggi dari normal, akan

    mengakibatkan batuk dan iritasi mata. Apabila kadar ammonia lebih tinggi lagi,

    misalnya ketumpahan ammonia pada kulit akan mengakibatkan efek serius pada

    kulit, mata, tenggorokan dan paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kebutaan

    permanen, penyakit paru dan dapat menyebabkan kematian (Ditjen PPM&PL, 2001).

    4. Metan (CH4)

    Metan adalah gas-gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global

    ketika terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang

    sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan

    ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana

    yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal

    dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian

    (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara

    berturut-turut). Komponen kimia utama metana adalah (CH4), yang merupakan

    molekul hidrokarbon yang terpendek dan teringan. Ia juga mungkin mengandung zat

    30Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pemanasan_global&action=edithttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_dioksidahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Metana&action=edithttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hidrogen

  • hidrokarbon gas yang lebih berat seperti etana, propana dan butana (Prameswari,

    2007).

    Metan (CH4) merupakan gas dominan selain karbon dioksida (CO2) yang

    dihasilkan dari proses dekomposisi sampah di tempat pembuangan akhir. Keberadaan

    dan pergerakan metan sangat berbahaya pada TPA yang tidak dilengkapi dengan

    fasilitas pengelolaan gas. Pembuangan sampah terbuka di TPAS mengakibatkan

    sampah organik yang tertimbun mengalami dekomposisi secara anaerobik, dan proses

    itu menghasilkan gas metan yang mempunyai kekuatan merusak hingga 20-30 kali

    lebih besar daripada CO2 (Anonimous, 2008).

    2.9. Polusi Udara Dalam Ruang

    Polusi tidak hanya menyerang di udara terbuka. Di dalam ruangan pun

    terdeteksi rawan polusi udara. Bahkan, polusi dalam ruangan dinyatakan sebagai satu

    dari lima besar polusi yang berisiko mengancam kesehatan masyarakat modern.

    United State Environtal Protection Agency (US EPA), menemukan bahwa derajat

    polusi dalam ruangan, dua sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan polusi

    dalam luar ruangan.

    Kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) ditentukan secara sengaja

    ataupun tidak sengaja oleh penghuni ruangan itu sendiri. Ada gedung yang secara

    khusus diatur, baik suhu maupun frekuensi pertukaran udaranya dengan memakai

    peralatan ventilasi khusus, ada pula yang dilakukan dengan mendayagunakan

    keadaan cuaca alamiah dengan mengatur bagian gedung yang dapat dibuka. Kualitas

    31Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Etana&action=edithttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Propana&action=edithttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Butana&action=edit

  • udara dalam ruangan juga dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban yang dapat

    mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan penghuninya. Dengan demikian kualitas

    udara tidak bebas dalam ruangan sangat bervariasi. Apabila terdapat udara yang tidak

    bebas dalam ruangan, maka bahan pencemar udara dalam konsentrasi yang cukup

    memiliki kesempatan untuk memasuki tubuh penghuninya (Keman, 2005).

    Sumber pencemaran udara dalam ruangan menurut penelitian The National

    Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) dirinci menjadi 5 sumber

    (Aditama, 1992) meliputi :

    1. pencemaran akibat kegiatan penghuni dalam gedung seperti asap rokok, pestisida,

    bahan pembersih ruangan;

    2. pencemaran dari luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan

    bermotor, cerobong asap dapur karena penempatan lokasi lubang ventilasi yang

    tidak tepat;

    3. pencemaran dari bahan bangunan ruangan seperti formaldehide, lem, asbestos,

    fibreglass , dan bahan lainnya;

    4. pencemaran mikroba meliputi bakteri, jamur, virus atau protozoa yang dapat

    diketemukan di saluran udara dan alat pendingin ruangan beserta seluruh

    sistemnya;

    5. kurangnya udara segar yang masuk karena gangguan ventilasi udara dan

    kurangnya perawatan sistem peralatan ventilasi.

    32Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • Bahan pencemar udara yang mungkin ada dalam ruangan dapat berupa gas

    CO, CO2, beberapa jenis bakteri, jamur, kotoran binatang, formaldehid dan berbagai

    bahan organik lainnya. Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap tubuh

    terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan udara

    meliputi organ sebagai berikut (Mukono, 2000) :

    a. Iritasi selaput lendir: iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair

    b. Iritasi hidung, bersin, gatal: Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering

    c. Gangguan neurotoksik: Sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung, sulit

    berkonsentrasi

    d. Gangguan paru dan pernafasan: Batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak nafas, rasa

    berat di dada

    e. Gangguan kulit: Kulit kering, kulit gatal

    f. Gangguan saluran cerna: Diare/mencret

    g. Lain-lain: gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajar

    33Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 2.10. Kerangka Konsep Penelitian

    Jarak TPAS ke

    perumahan Kualitas Kimiawi Udara Dalam Rumah

    1. H2S 2. SO2 3. NH3 4. Metan (CH4)

    Meirinda : FaUSU e-Repo

    Kualitas Fisik PerumahanKelurahan Terjun

    - Luas lantai perkapita - Jenis Lantai - Jenis dinding - Ventilasi

    Gambar 2. Ke

    ktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitassitory 2008

    Kualitas Fisik UdaraDalam Rumah

    - Suhu - Kelembaban - Tekanan udara

    rangka Konsep Penelitian

    34 Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian adalah survai bersifat deskriptif analitik dengan rancangan

    penelitian cross-sectional yaitu pendekatan yang bersifat sesaat pada suatu waktu dan

    tidak diikuti dalam suatu kurun waktu tertentu.

    3.2. Lokasi Penelitian

    Penelitian dilakukan pada perumahan penduduk yang ada di sekitar lokasi

    Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

    Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena di sekitar

    lokasi TPAS Terjun banyak berdiri rumah-rumah penduduk dan data yang diperoleh

    dari Puskesmas Kelurahan Terjun penyakit ISPA menempati urutan pertama dari 10

    penyakit terbanyak.

    3.3. Waktu Penelitian

    Waktu penelitian dimulai dengan pengajuan judul penelitian, survey awal,

    penelusuran daftar pustaka, persiapan proposal, konsultasi dengan pembimbing,

    pelaksanaan penelitian, pengumpulan data dan pengolahan data sampai dengan

    penyusunan laporan akhir direncanakan berlangsung selama 6 bulan, mulai dari bulan

    Maret 2008 sampai Agustus 2008.

    35Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 3.4. Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah perumahan penduduk yang ada di sekitar

    lokasi TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Populasi berjumlah 320

    KK yang tersebar pada jarak: 0 m, 100 m, 200 m, dan 300 m. Pengambilan sampel

    dilakukan secara stratified random sampling, dimana populasi yang ada dibagi dalam

    lapisan-lapisan (strata) yang seragam dan dari setiap lapisan diambil sampel secara

    acak. Jumlah sampel dalam penelitian adalah lebih kurang sebanyak 30 KK, dimana

    jumlah sampel disesuaikan untuk masing-masing jarak.

    Jumlah sampel dalam penelitian ini dengan populasi lebih kecil dari 10.000

    (320 kk) ditentukan dari formula sebagai berikut:

    N n = 1 + N (d2)

    Keterangan: N = Besar populasi

    n = Besar sampel

    d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

    Maka jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 30 kk.

    3.5. Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel yang tersebar pada jarak: 0 m, 100 m, 200 m,

    dan 300 m dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK, berdasarkan kriteria sampel yaitu

    sesuai arah angin dominan dengan kondisi cuaca yang relatip sama, dimana semakin

    jauh dari sumber (TPAS Terjun) maka penyebaran akan semakin luas, sehingga

    36Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • ditentukan jumlah titik sampel untuk masing-masing jarak berdasarkan populasi

    dengan formula sebagai berikut:

    Proporsi = n x 100 % N

    Jumlah sampel setiap jarak = Proposi x Total Sampel

    Dengan formula di atas, maka diperoleh jumlah sampel setiap jarak adalah

    seperti pada tabel 3.1 berikut:

    Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan Proporsi

    No. Jarak Rumah dari TPAS

    Populasi Proporsi Jumlah Sampel

    1. 0 m 43 KK 13,44 % 4

    2. 100 m 64 KK 20 |% 6

    3. 200 m 85 KK 26,56 % 8

    5. 300 m 128 KK 40 % 12

    Total 320 KK 100 % 30 KK

    Lokasi titik pengambilan sampel udara dalam rumah penduduk dilakukan

    pada ruang tamu/keluarga. Pengambilan sampel udara menggunanakan alat Midget

    Impinger. Sampel yang diperoleh dibawa ke laboratorium untuk dianalisis kadar gas

    SO2 dengan metode pararosanilin dan kadar gas amonia (NH3) dengan metode

    Nessler. Untuk kadar gas metan dan H2S diukur langsung di lokasi penelitian

    menggunakan alat Gas Analyzer (IAQ 5001 Pro). Suhu dan kelembaban ruangan

    diukur dengan alat Termohygrometer.

    37Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 3.6. Metode pengumpulan data

    3.6.1. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari:

    1. Data primer diperoleh dari hasil observasi melalui pengukuran langsung kualitas

    udara dalam rumah responden dan kualitas udara di TPAS Terjun.

    2. Data sekunder diperoleh dari pencatatan data-data tentang penduduk dan TPAS

    Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dari Dinas Kebersihan Kota

    Medan, Puskesmas dan Kecamatan Medan Marelan.

    3.6.2. Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

    1. Data Suhu dan Kelembaban dalam rumah penduduk (ruang keluarga) diukur

    dengan alat Thermohygometer.

    2. Data kadar SO2 dan NH3 di udara dalam rumah dilakukan dengan tahapan sebagai

    berikut:

    a. Pengambilan contoh uji selama 1 jam (SNI 19-7119.7-2005)

    a.1. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan contoh uji disiapkan,

    lalu larutan penyerap SO2 atau larutan penyerap NH3 dimasukkan

    sebanyak 10 mL ke masing-masing botol penyerap yang diatur agar

    terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung.

    a.2. Pompa penghisap udara dihidupkan dan diatur kecepatan aliran udara

    pada 2 L/menit.

    38Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • a.3. Kemudian pengambilan contoh uji dilukukan selama 1 jam, setelah itu

    pompa penghisap dimatikan.

    a.4. Setelah pengambilan contoh uji, diamkan selama 20 menit untuk

    menghilangkan pengganggu. (Contoh uji dapat stabil selama 24 jam,

    jika disimpan pada suhu 5oC dan terhindar dari sinar matahari).

    b. Pengujian kadar SO2 dalam contoh uji dengan metode Pararosanilin

    (SNI 19-7119.7-2005)

    b.1. Larutan contoh uji dipindahkan ke dalam tabung uji 25 mL dan

    ditambahkan 5 mL air suling untuk membilas.

    b.2. Sebanyak 1 mL larutan asam sulfamat 0,6 % ditambahkan ke dalam

    tabung uji dan ditunggu sampai 10 menit.

    b.3. Kemudian sebanyak 2,0 mL larutan formaldehida 0,2 % dan sebanyak

    5,0 mL larutan pararosanilin ditambahkan ke dalam tabung uji.

    b.4. Air suling ditepatkan sampai tanda batas dengan volum sebanyak 25

    mL, lalu homogenkan dan ditunggu sampai 30-60 menit.

    b.5. Campuran larutan di atas diukur serapannya dengan spektrofotometer

    pada panjang gelombang 550 nm.

    b.6. Untuk pengujian blanko, ulangi seperti langkah-langkah di atas

    dengan menggunakan sebanyak 10 mL larutan penyerap.

    39Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • c. Pengujian kadar NH3 dalam contoh uji dengan metode Nessler

    (SNI 19-7119.1-2005).

    c.1. Larutan contoh uji dipindahkan ke dalam tabung uji 25 mL.

    c.2. Sebanyak 1 mL larutan Nessler ditambahkan ke dalam tabung uji, dan

    sisa contoh uji dimasukkan sampai tanda batas, lalu dihomogenkan

    dan didiamkan selama 10 menit.

    c.3. Larutan contoh uji dimasukkan ke dalam kuvet pada alat

    spektrofotometer, lalu diukur serapannya pada panjang gelombang

    425 nm.

    c.4. Untuk pengujian blanko, ulangi seperti langkah-langkah di atas

    dengan menggunakan sebanyak 10 mL larutan penyerap NH3.

    3. Data kadar H2S dan CH4 di udara dalam rumah dilakukan dengan pengukuran

    langsung di titik sampling yang langsung terbaca menggunakan alat Gas Analyzer

    (IAQ 5001 Pro) yang dirata-ratakan untuk waktu pengukuran selama 1 jam.

    3.7. Variabel dan Definisi Operasional

    3.7.1. Variabel

    1. Variabel pengaruh (independent variabel), adalah jarak rumah dari Tempat

    Pembuangan Akhir Sampah Terjun dan kualitas fisik perumahan

    (ventilasi, luas lantai, jenis lantai dan jenis dinding).

    2. Variabel terpengaruh (dependent variabel), adalah kualitas udara (SO2,

    CH4, H2S dan NH3) dalam rumah di sekitar lokasi TPAS Terjun.

    40Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 3.7.2. Definisi Operasional

    1. Tempat Pembuangan Akhir Sampah adalah proses terakhir dalam pengelolaan

    sampah, dimana sampah secara mekanis dibuang, ditumpuk, ditimbun, diratakan,

    dipadatkan, dan dibiarkan membusuk serta mengurai sendiri secara alami di TPA.

    Tumpukan sampah menghasilkan berbagai polutan di udara antara lain metan,

    hidrogen sulfida (H2S), amoniak (NH3), dan sulfit (SO2).

    2. Kualitas fisik perumahan adalah kualitis fisik bangunan rumah meliputi; luas

    lantai, jenis lantai, ventilasi, dan dinding rumah.

    2. Sulfur dioksida (SO2) adalah senyawa yang tidak mudah terbakar, tidak berwarna

    yang dapat berada di udara dalam bentuk gas atau terlarut dalam butiran air dan

    dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa mata, hidung, dan tenggorokan.

    3. Metan (CH4) adalah merupakan gas dominan yang dihasilkan dari proses

    dekomposisi sampah di tempat pembuangan akhir. Keberadaan dan pergerakan

    metan sangat berbahaya pada TPA yang tidak dilengkapi dengan fasilitas

    pengelolaan gas.

    4. Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang berbau telur busuk, bersifat iritan bagi

    paru-paru. Digolongkan ke dalam asphyxiant karena efek utamanya adalah

    melumpuhkan pusat pernafasan. H2S pada kadar 0.05 ppm dapat dideteksi dari

    bau, dan pada kadar 0,1 ppm mengakibatkan iritasi dan kehilangan rasa sensoris.

    41Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 5. Amonia (NH3) adalah merupakan gas yang tidak berwarna dengan kadar 50 ppm

    memberikan bau yang menyengat. Dibentuk dari proses dekomposisi asam amino

    atau ikatan organik oleh bakteri.

    Tabel 3.2. Tabel Definisi Operasional Penelitian No. Variabel Definisi JumLah

    Indikator Alat Ukur

    Kategori Skala Ukur

    Variabel Independent 1.

    Jarak

    Jarak antara TPAS dengan perumahan penduduk sekitar berdasarkan arah angin dominan.

    1. 0 m 2. 100 m 3. 200 m 4. 300 m

    Meteran panjang

    -

    Interval

    2

    Kualitas Fisik Rumah

    Kualitas rumah yang ditentukan melalui 4 indikator yaitu: ventilasi, luas lantai perkapita, jenis laintai dan jenis dinding.

    1. > 2 dari

    indicator terpenuhi

    2. < 2 dari indicator terpenuhi

    Observasi

    Memenuhi syarat. Tdk memenuhi syarat

    Ordinal

    2. a.

    Ventilasi

    adalah jendela untuk pertukaran udara dalam rumah.

    1. 10 % luas lantai 2. < 10% luas lantai

    Observasi

    Memenuhi syarat. Tdk memenuhi syarat

    Ordinal

    2.b.

    Jenis lantai

    Jenis lantai yang dipakai di rumah.

    1. Marmer/ke- ramik/teraso 2. Ubin/tegel 3. Semen 4. Kayu/papan 5. Bambu 6. Tanah

    Observasi

    1-3 memenuhi syarat. 4-6 tdk memenuhi syarat

    Ordinal

    2.c.

    Jenis dinding

    Jenis dinding yang dipakai dalam rumah

    1. Tembok 2. Kayu 3. Bambu 4. Lainnya

    Observasi

    1 memenuhi syarat. 2-4 tdk meme-nuhi syarat.

    Ordinal

    2.d.

    Luas lantai perkapita

    Luas lantai yang dihuni perkapita.

    1. < 4 m2/orang 2. > 4 m2/orang

    Observasi

    Memenuhi syarat. Tdk memenuhi syarat

    Ordinal

    42Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • Variabel Dependent

    No. Variabel Definisi JumLah Indikator

    Alat Ukur

    Kategori Skala Ukur

    1.

    H2S

    Pengukuran kadar gas H2S dalam rumah penduduk sekitar TPAS Terjun.

    Pengukuran konsentrai gas dalam ppm/jam

    Carbon Analyzer

    -

    Interval

    2.

    SO2

    Pengukuran kadar gas SO2 dalam rumah penduduk sekitar TPAS Terjun.

    Pengukuran konsentrai gas dalam ppm/jam

    Spektro-fotometer, metode pararosanilin

    -

    Interval

    3.

    NH3

    Pengukuran kadar gas NH3 dalam rumah penduduk sekitar TPAS Terjun

    Pengukuran konsentrai gas dalam ppm/jam

    Spektro-fotometer, metode Nessler

    -

    Interval

    4.

    CH4

    Pengukuran kadar gas metan dalam rumah penduduk sekitar TPAS Terjun.

    Pengukuran konsentrai gas dalam ppm/jam

    Gas Analyzer

    -

    Interval

    3.8. Teknik Pengumpulan Data

    Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dianalisis dengan

    proses pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

    1. Editing, data yang ada diolah, dirapikan, diseragamkan sehingga terlihat jelas

    sifat-sifat yang dimiliki data tersebut.

    2. Tabulasi, data dikelompokkan sesuai dengan sifat yang dimiliki dan dipindahkan

    ke dalam semua tabel dan disesuaikan dengan tujuan lalu dianalisis.

    3. Coding, untuk memudahkan entry data, setiap jawaban diberi kode dan skor.

    4. Entry, data yang diperoleh dimasukkan ke dalam program SPSS.

    5. Penyajian data/laporan, disajikan dalam bentuk tabel.

    43Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 44

    3.9. Metode Analisa Data

    3.9.1. Univariat

    Yaitu melakukan analisis pada seluruh variabel yaitu jarak, kualitas fisik

    perumahan (jenis dinding, jenis lantai, luas lantai dan ventilasi), kualitas udara dalam

    rumah (fisik dan kimiawi) untuk mendeskripsikan tiap variabel yang akan diteliti.

    3.9.2. Bivariat

    Analisis bivariat dilakukan dengan metode uji statistik regresi linier untuk

    mengetahui hubungan kualitas fisik rumah dan jarak rumah dari Tempat Pembuangan

    Akhir Sampah dengan kualitas kimiawi udara dalam rumah. Analisis dilakukan

    menggunakan program komputer dengan = 0,05.

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository 2008

  • 45

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah

    Hasil penelitian yang dilakukan di rumah penduduk di sekitar Tempat

    Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan dapat

    diketahui distribusi responden berdasarkan jarak rumah dengan Tempat Pembuangan

    Akhir Sampah, yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut:

    Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Rumah dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan pada Tahun 2008

    No Jarak Rumah-TPA (meter) Jumlah %

    1. 0 4 13,33

    2. 100 6 20,00

    3. 200 8 26,67

    4. 300 12 40,00

    Total 30 100,00

    Tabel 4.1. menunjukkan bahwa responden yang jarak rumahnya 0 meter dari

    Tempat Pembuangan Akhir Sampah sebanyak 4 KK (13,33%), yang berjarak 100

    meter sebanyak 6 KK (20,00%) dan yang berjarak 200 meter sebanyak 8 KK orang

    (26,67%) sedangkan yang berjarak 300 meter sebanyak 12 KK (40,00%).

    Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhub