bahan sosiolinguistik.doc

12
Bahasa dan Komunikasi Written by Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si Monday, 08 March 2010 02:22 Bahasa mempunyai kaitan yang erat dalam proses komunikasi. Tidak ada satu peristiwa komunikasipun yang tidak melibatkan bahasa. Komunikasi pada hahekatnya adalah proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima. Hubungan komunikasi antara pengirim dan penerima, dibangun berdasarkan penyusunan kode atau simbol bahasa oleh pengirim (chiffrement) dan pembongkaran kode atau simbol bahasa oleh penerima (dechiffrement) (Rusdiarti, 2003: 35). Mengingat kenyataan bahwa dalam berkomunikasi kita dihadapkan oleh varian penerima yang sangat beragam, maka keberhasilan komunikasi akan sangat ditentukan oleh bagaimana cara kita menyampaikan pesan. Tidak jarang dalam kenyataan sehari-hari kita dapati bahwa komunikasi yang kita lakukan tidak berhasil akibat ketidaktepatan cara berkomunikasi yang kita lakukan. Wardhaugh dalam bukunya An Introduction to Sociolinguistics (1986) menjelaskan bahwa ketika orang akan mulai berbicara paling tidak ada tiga hal yang mesti diperhatikan agar komunikasinya berlangsung efektif. Pertama, apa yang akan dibicarakan. Kedua, dengan siapa dia akan bicara, dan ketiga, bagaimana cara membicarakannya. Dalam hal ini terkait dengan pemilihan ragam bahasanya, jenis kalimat, kosa kata, bahkan tinggi rendahnya suara saat berbicara. Keputusan mengenai mana yang akan dipakai sangat tergantung pada sejauh mana hubungan sosial dengan lawan bicara. Lebih lanjut, Badudu dalam bukunya Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1995) menjelaskan berbahasa yang efektif ialah berbahasa yang sesuai dengan “lingkungan” di mana bahasa itu digunakan. Menurutnya, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu: (a) orang yang berbicara; (b) orang yang diajak bicara; (c) situasi pembicaraan apakah formal atau non-formal (santai); dan (d) masalah yang dibicarakan

Upload: lewi-martha-furi

Post on 21-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahan kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: bahan sosiolinguistik.doc

Bahasa dan Komunikasi Written by Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si    Monday, 08 March 2010 02:22 Bahasa mempunyai kaitan yang erat dalam proses komunikasi. Tidak ada satu peristiwa komunikasipun yang tidak melibatkan bahasa. Komunikasi pada hahekatnya adalah proses penyampaian pesan dari pengirim kepada  penerima. Hubungan komunikasi antara pengirim dan penerima, dibangun berdasarkan penyusunan kode atau simbol bahasa oleh pengirim (chiffrement) dan pembongkaran kode atau simbol bahasa oleh penerima (dechiffrement) (Rusdiarti, 2003: 35).

Mengingat kenyataan bahwa dalam berkomunikasi kita dihadapkan oleh varian penerima yang sangat beragam, maka keberhasilan komunikasi akan sangat ditentukan oleh bagaimana cara kita menyampaikan pesan. Tidak jarang dalam kenyataan sehari-hari kita dapati bahwa komunikasi yang kita lakukan tidak berhasil akibat ketidaktepatan cara berkomunikasi yang kita lakukan. Wardhaugh dalam bukunya An Introduction to Sociolinguistics (1986) menjelaskan bahwa ketika orang akan mulai berbicara paling tidak ada tiga hal yang mesti diperhatikan agar komunikasinya berlangsung efektif. Pertama,  apa yang akan dibicarakan. Kedua, dengan siapa dia akan bicara, dan ketiga, bagaimana cara membicarakannya. Dalam hal ini terkait dengan pemilihan ragam bahasanya, jenis kalimat, kosa kata, bahkan tinggi rendahnya suara saat berbicara. Keputusan mengenai mana yang akan dipakai  sangat tergantung pada sejauh mana hubungan sosial dengan lawan bicara.

Lebih lanjut, Badudu dalam bukunya Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1995) menjelaskan berbahasa yang efektif ialah berbahasa yang sesuai dengan “lingkungan” di mana bahasa itu digunakan. Menurutnya, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu: (a) orang yang berbicara; (b) orang yang diajak bicara; (c) situasi pembicaraan apakah formal atau non-formal (santai); dan (d) masalah yang dibicarakan (topik).

Seorang Presiden yang sedang berdiri di depan forum resmi, tentulah harus menggunakan bahasa formal (bahasa baku). Demikian juga seorang guru yang sedang berdiri di depan kelas menyampaikan pelajaran kepada para muridnya atau seorang dosen yang memberikan kuliah kepada mahasiswanya. Hal ini mesti dilakukan karena situasinya adalah situasi formal. Seorang presiden ketika berada dalam forum resmi tentunya tidak tepat jika menggunakan ragam bahasa santai, misalnya dengan menggunakan dialek lokal.

Demikian juga, seorang kuli bangunan di Surabaya, misalnya, yang sedang bercakap-cakap dengan temannya sesama kuli, tentu menggunakan ragam bahasa seperti yang biasa mereka gunakan. Bahasa mereka tentu bukan bahasa baku, tetapi ragam bahasa santai dan dengan dialek lokal yang kental seperti peno, koen, rek, untuk mengganti anda atau saudara.

Kalau seorang ilmuwan bercakap dengan temannya sesama ilmuwan dan yang dibicarakan adalah tentang sesuatu yang menyangkut suatu ilmu, tentu harus  menggunakan bahasa baku (bahasa ilmiah). Demikian halnya kalau kita pergi ke pasar

Page 2: bahan sosiolinguistik.doc

dan sedang melakukan transaksi jual beli, tentunya kita akan menggunakan ragam bahasa santai sesuai dengan dialek yang digunakan dalam masyarakat itu. Kalau seorang anak akan berangkat ke kantor dan berpamitan kepada orang tuanya, tentulah bahasa santai dan informal yang digunakan. Perhatikan contoh dialog berikut:

Anak                 : Bapak dan Ibu yang saya hormati. Saya pagi ini akan berangkat ke kantor. Untuk itu saya mohon do’a semoga saya selalu berada dalam lindungan Tuhan  sehingga selamat pada saat berangkat dan pulang.

Orang tua         : Anakku yang saya cintai. Silakan berangkat. Engkau anak yang baik. Saya sebagai orang tua selalu berdoa semoga engkau selamat sampai nanti kembali ke rumah.

Jika komunikasi model seperti di atas benar-benar berlangsung, maka betapa sulit dan kakunya hubungan antara anak dan orang tua tersebut. padahal sebagai sarana komunikasi, bahasa hadir untuk memudahkan komunikasi di antara pemakainya. Kerena itu, sekalipun bahasa tersebut cocok dengan situasinya, tetapi ragamnya tidak cocok.

Menurut Burke (dalam Eriyanto, 2000) dalam berkomunikasi manusia cenderung memilih kata-kata tertentu untuk mencapai tujuannya. Pemilihan kata-kata tersebut bersifat strategis. Dengan demikian, kata yang diucapkan, simbol yang diberikan, dan intonasi pembicaraan tidaklah semata-mata sebagai ekspresi pribadi atau cara berkomunikasi, tetapi dipakai dengan sengaja untuk maksud tertentu.

Berkenaan dengan hal di atas, pemilihan kosa kata terutama untuk dialog yang melibatkan dua kebudayaan yang berbeda adalah hal penting untuk diperhatikan dalam berkomunikasi.  Sebagai contoh adalah kosa kata mari dalam bahasa Jawa yang mempunyai pengertian selesai, tetapi kata ini memiliki penggunaan yang berbeda di beberapa daerah. Di Yogjakarta misalnya, kata ini tepat digunakan untuk  menyatakan sembuh dari sakit, sedangkan bagi masyarakat Malang dan Surabaya, misalnya, kata ini dapat digunakan untuk menunjuk pada selesainya pekerjaan.

Yogjakarta      : Wis mari tugasmu? (tidak tepat)

Wis rampung tugasmu? (tepat)

Malang           : Tiba’e wis mari lorone! (tepat)

Wis mari tugasmu? (tepat)

 

Meminjam pakar hermeneutika Gadamer (1977) bahwa ada makna tersembunyi ketika orang berkomunikasi yang saling dipahami (hidden communication). Itulah sebabnya, hal lain yang penting diperhatikan adalah memahami konteks pembicaraan. Sejauhmana

Page 3: bahan sosiolinguistik.doc

hidden communication dapat dipahami itulah yang menentukan efektivitas dan keberhasilan dalam berkomunikasi. Tidaklah berlebihan jika Suparno (2000) menjelaskan bahwa komunikasi yang berhasil adalah komunikasi yang berbekal kemampuan menyimpulkan apa yang dilakukan oleh partisipan terhadap bentuk bahasa dan konteks penggunaannya. Karena budaya kita berkomunikasi cenderung menggunakan tindak tutur  tidak langsung (indirect speech act), maka perlu kemampuan menarik kesimpulan yang tepat dari apa yang dibicarakan.

Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat mengambil pemahaman bahwa ketidakberhasilan dalam berkomunikasi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (a) kekurangmampuan menarik kesimpulan dalam proses komunikasi; (b) ketidaktepatan pemilihan kosa kata; (c) kekurangcermatan dalam melihat konteks dan situasi komunikasi; dan (d) ketidakefektivan dalam berbahasa baik yang mencakup siapa mitra bicara, apa topik pembicaan  dan bagaimana cara berkomunikasi.

Ketidakberhasilan dalam berkomunikasi inilah yang dalam banyak hal telah menimbulkan masalah dan bahkan konflik. Masih hangat dalam ingatan kita bagaimana konflik yang terjadi antara Dewan Perwakilan Rakyat dengan Presiden Abdurrahman Wahid beberapa tahun lalu. AlHumani dalam tulisannya di Harian Umum Kompas Hilangnya Jiwa kenegarawanan (2000) memberikan analisis bahwa konflik yang terjadi antara elit di Senayan dan Istana Negara dipicu oleh adanya “kesalahan” dalam komunikasi. Dalam hal ini disebabkan oleh Gus Dur yang cenderung obral pernyataan kontroversial, liar dan cenderung sarkastik. Kata-kata seperti maling, biang keraok, DPR seperti Taman Kanak-Kanak, dan sebagainya adalah kata-kata yang kurang tepat dan cenderung bersifat sarkastik terlebih jika diucapkan seorang Presiden.

Dalam kapasitasnya sebagai presiden, tentu setiap tindakan dan ucapan Gus Dur berdampak besar dalam kehidupan sosial-politik dan ekonomi. Menurut Bourdie (1994) kekuatan kata atau ucapan tidak sekedar terletak pada kata dan ucapan itu sendiri, tetapi pada siapa yang mengucapkannya.

Sumber: http://www.mudjiarahardjo.com/artikel/147-bahasa-dan-komunikasi.html

Page 4: bahan sosiolinguistik.doc

KomunikasiDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Komunikasi adalah "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain".[1]. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.[rujukan?] Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu.[rujukan?] Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.[2]

[sunting] Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.

[sunting] Sejarah komunikasi

Komunikasi atau communicaton berasal dari bahasa Latin communis yang berarti 'sama'.[3] Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to common).[3] Secara sederhana komuniikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. [4] Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand one another). [5]

Pada awalnya, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis.[6] Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi.[6] Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan. [6].

Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman.[3] Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran.

Page 5: bahan sosiolinguistik.doc

[rujukan?] Komunikasi dapat berupa interaktif, komunikasi transaktif|transaktif, komunikasi bertujuan|bertujuan, atau komunikasi tak bertujuan|tak bertujuan.[rujukan?]

Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.[rujukan?] Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.[rujukan?]

Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio.[rujukan?] Televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industrialisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia.[rujukan?] Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri.[rujukan?]

[sunting] Komponen komunikasi

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik.[rujukan?] Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:[7]

Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.

Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.

Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.

Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain

Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.

Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol")

[sunting] Proses komunikasi

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.

1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.[rujukan?]

Page 6: bahan sosiolinguistik.doc

2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.[rujukan?]

media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.[rujukan?]

1. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.[rujukan?]

2. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.[rujukan?]

[sunting] Model-model komunikasi

Dari berbagai model komunikasi yang sudah ada, di sini akan dibahas tiga model paling utama, serta akan dibicarakan pendekatan yang mendasarinya dan bagaimana komunikasi dikonseptualisasikan dalam perkembangannya.[4]

[sunting] Model Komunikasi Linear

Model komunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku The Mathematical of Communication.[7] Mereka mendeskripsikan komunikasi sebagai proses linear karena tertarik pada teknologi radio dan telepon dan ingin mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan bagaimana informasi melewati berbagai saluran (channel).[rujukan?] Hasilnya adalah konseptualisasi dari komunikasi linear (linear communication model).[2] Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kunci: sumber (source), pesan (message) dan penerima (receiver).[4] Model linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima.[rujukan?] Tentu saja hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan dalam proses komunikasi.[2]

[sunting] Model Interaksional

Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang menekankan pada proses komunikasi dua arah di antara para komunikator.[4] Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah: dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. [2] Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui pengambilan peran orang lain.[7] Patut dicatat bahwa model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. [8] Satu elemen yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik (feedback), atau tanggapan terhadap suatu pesan.[2]

Page 7: bahan sosiolinguistik.doc

[sunting] Model transaksional

Model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund pada tahun 1970.[5] Model ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi.[rujukan?] Komunikasi bersifat transaksional adalah proses kooperatif: pengirim dan penerima sama-sama bertanggungjawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. [2] Model transaksional berasumsi bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan dan menerima pesan, kita berurusan baik dengan elemen verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, peserta komunikasi (komunikator) melalukan proses negosiasi makna.[4]

[sunting] Ilmu komunikasi Di Antara Bidang Ilmu Lainnya

Bagian artikel ini perlu dirapikan. Bantulah kami untuk melakukannya.

Dahulu orang lebih mudah memberikan definisi tentang ilmu daripada sekarang.[rujukan?] Dulu defenisi ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianutnya.[rujukan?] Sekarang ilmu memperoleh posisi yang bebas dan mandiri.[rujukan?] Definisi ilmu tidak lagi berdasarkan dan dilihat dari filsafatnya, melainkan berdasarkan pada apa yang dilaksanakan oleh ilmu tersebut, serta metodologinya. [8]

Berbicara posisi Ilmu Komunikasi di antara ilmu-ilmu lainnya, tidak akan terlepas dari akar atau landasan Ilmu Komunikasi itu sendiri, dimana banyak ilmuwan nonkomunikasi memberikan kontribusi untuk lahirnya Ilmu Komunikasi. [2] Ahli politik Harold D. Lasswell. Sosiolog Max Weber, Daniel Lerner dan Everett M. Rogers.[rujukan?] Psikolog Carl I. Hoveland dan Paul Lazarsfeld. Ahli bahasa Wilbur Schramm. Shannon dan Weaver adalah ahli matematika. [8]

smber: http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi

Bahasa komunikasi yang tepat2 + Posted by jafar05/23/2009 - 11:59

Refleksi

Manusia adalah makhluk sosial yang perlu dan butuh untuk saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Dan itu adalah fitrah.

Page 8: bahan sosiolinguistik.doc

Kita hidup dan berhubungan tak terpisah dengan orang lain. Begitu kita bangun dari tidur, kita sudah berkomunikasi/berhubungan dengan istri atau anak ataupun dengan keluarga lainnya. Begitu kita keluar dari rumah kita berkomunikasi dengan pembantu yang membukakan gerbang rumah atau dengan tetangga yang sedang menyiram tanaman di depan rumah. Ketika menuju ke tempat kerja/tempat kuliah kita akan berkomunikasi dengan lebih banyak orang lagi. Dan hal tersebut terus terulang sampai kita menutup mata untuk tidur di malam harinya.

Jika kita perhatikan betapa banyak bukan dalam satu hari kita bercakap-cakap, bertukar informasi, curhat dan yang lainnya yang merupakan bentuk-bentuk dari komunikasi. Dari sekian banyak aktivitas komunikasi kita dengan orang lain, apakah pernah ada dari lidah kita terucap sesuatu yang tujuannya baik tapi justru malah tidak membuat nyaman yang mendengarnya dan menimbulkan 'miskomunikasi'.

Menguasai bahasa komunikasi yang tepat terhadap lawan bicara kita memang perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman dari komunikasi yang kita lakukan.

Di bawah ini adalah sebuah cerita singkat tentang bagaimana bahasa komunikasi yang tepat dapat menghasilkan tujuan yang diinginkan.

Asma binti Abu Bakar Ash-Shiddiq ra adalah seorang wanita yang taat pada suami, suka berbuat baik dan bersedekah sekaligus seorang wanita yang cerdas. Dia bersuamikan Zubair bin Awwam ra, yang dikenal sebagai suami yang sangat pencemburu.

Suatu hari seorang pedagang keliling datang ingin berteduh di rumahnya dari panas dan berjualan di sana. Asma berkata kepadanya: "Meskipun aku mengizinkanmu, Zubair pasti menolaknya -- hal itu karena dia tahu dengan pasti sifat Zubair yang pencemburu --, maka datanglah lagi ketika Zubair ada bersamaku, dan mintalah kepadanya apa yang kau inginkan sekali lagi."

Lelaki itu kemudian pergi, hingga ketika melihat Asma bersama Zubair, dia berkata: "Wahai Ummu Abdullah, saya adalah seorang faqir, saya ingin berjualan dengan bernaung di rumahmu." Asma bertanya kepadanya: "Apakah di Madinah tidak ada rumah lain selain rumahku!" Mendengar itu Zubair berkata kepada Asma: "Kenapa kau menghalangi seorang faqir yang berjualan demi mencari nafkah?" dan Zubair pun kemudian mengizinkan orang tersebut untuk berjualan di depan rumahnya.

Cerita di atas merupakan gambaran dari bagaimana dengan bahasa komunikasi yang tepat, kita dapat meraih apa yang kita inginkan. Dengan kecerdasannya dalam berkomunikasi, Asma binti Abu Bakar dapat mencapai dua tujuan sekaligus, yaitu: bisa menolong orang lain dan tidak membuat suaminya cemburu.

sumber: http://www.jafarsoddik.com/refleksi/05/Bahasa-komunikasi-yang-tepat

Page 9: bahan sosiolinguistik.doc