bahan resin dalam kajian tempurung kelapa
DESCRIPTION
resin epoxtTRANSCRIPT
Makalah Kajian Tempurung 2012 1
BAHAN PENGGANTI RESIN DALAM KAJIAN TEMPURUNG KELAPA “
Untuk Mata Diklat Pengetahuan Bahan Pada Kompetensi Kriya Kayu
Oleh : Drs.FX.Supriyono, M.Ds
1. Pendahuluan
Kehadiran seni kerajinan tak lepas dari kebutuhan hidup manusia sehari-hari (
Wiyoso, 1983 ). Karena dalam produksi barang-barang kebutuhan hidup tadi ada
unsur keindahan, kemenarikan, masa kerajinan di pandang sebagai karya seni yang
khas dan diklasifikasikan sebagai benda pakai (applaied-art)
Dalam perkembangan selanjutnya, seni kerajinan bukan hanya sebagai benda
pakai, tetapi juga ada yang hanya sebagai hiasan atau cindera mata. Bentuk-bentuk
benda pakai dibuat dalam ukuran kecil istilah “ minor art .“
Seni kriya adalah cabang seni rupa yang sangat memerlukan kekriyaan (
kepndaian dan kecakapan ) yang tinggi, seperti ukir/ pahat kayu atau logam atau
padas/ batu, keramik, anyaman, tenunan, sampai batik ( Sp, Sudarso ), Seni kriya
tidak hanya mengandalkan kerajinan dan ketrampilan tangan, melainkan hasilnya
mengandung makna sebagai karya cipta seni yang kreatif dan inovatif. (Wardiman
Djoyonegoro selaku Mendikbud RI dalam sambutan Pameran Seni Terapan 1994).
Seni kriya pada hakekatnya tertuju pada penekanan bobot kekriyaan yang
memungkinkan lahirnya nilai seni terapan dalam bentuk ekspresi baru sesuai
tuntutan budaya masa kini. Barang-barang kerajinan bias saja dipakai untuk
kegunaan tertentu, tetapi bukan tujuan utama, sering hadir sebagai benda yang
bersifat dekoratif atau cenderamata. Untuk menciptakan seni kerajinan yang khas,
diperlukan wawasan agar dapat mendudukan posisinya secara mandiri dan dapat
mengembangkan cirri-ciri yang menonjol dari visualisasi kegiatan seni kriya.
Ciri khas yang sangat menonjol dari seni kerajinan ini adalah mengutamakan
segi keindahan (dekorasi ) yang menghibur mata, sebagai pajangan, pekerjaan
tangan-tangan terampil luar biasa dengan produksi terbatas. Banyak kalangan
merasakan bahwa seni kriya sebagai pengulangan-pengulangan bentuk yang sudah
ada tradional atau klasik, dan pada umumnya memperlihatkan atau
mempertahankan nilai-nilai lama. Kerajinan juga menunjukkan konotasi negative
Makalah Kajian Tempurung 2012 2
sebagai jnis suatu pekerjaan yang mengulang-ulang dari bentuk yang sama dan
positifnya memiliki sifat “rajin “ dan atau “ teliti .“
Pengembangan seni kriya Indonesia sebagai seni terapan masa kini
diharapkan mampu menampilkan nilai-nilai guna baru berdasarkan imajinasi dan
daya kreasi atau ekspresi para perupa (Wiyoso Yoedoseputo). Kecenderungan untuk
memandang produkmkriya sebagai hasil produksi masal dan karya ulang sering
mengecilkan arti dari kandungan nilai sebagai karya seni terapan. Lebih lanjut
Wiyoso mengharapkan lahirnya bentuk-bentuk baru dan orisinil tanpa harus
mengulang-ulang kaidah seni lama yang tidak sesuai dengan kebutuhan budaya
masa kini. Makna dasar kriya tertuju pada penekanan pada “ bobot kekriyaan “ yang
melahirkan nilai seni baru sesuai tuntutan zaman.
VAS BUNGA
Ciptaan-ciptaan tangan sering jatuh sebagai benda iseng tanpa arti, tanpa
tujuan yang jelas yang tidak lagi menarik bagi orang yang memiliki intelektualitas
tinggi dan bagi mereka yang haus akan arti kehidupan dan ilmu pengetahuan.
Namun demikian, sentuhan tangan-tangan terampil ini jusru merupakan daya tarik
terbesar, karena menghasilkan barang yang tidak kaku dan “ dingin “ seperti buatan
mesin, terasa “ hangat “ dan akrab serta sangat manusiawi. Kerinduan manusia
modern terhadap sentuhan tangan, membuat seni lama hidup kembali atau
Makalah Kajian Tempurung 2012 3
mengalami perubahan dan pengembangan atau ada semacam himbauan “ kembali
kealam.”
Seiring dengan perjalanan waktu proses pembuatan kerajinan tempurung atau
batok kelapa masih berlanjut hingga saat ini tanpa meninggalkan bentuk-bentuk
tradisionalnya. Kerajinan tempurung yang berakar diwilayah pendudukan yang
tersebar dipedesaan sebagai bagian dari kehidupan rakyat dapat menjadi potensial
yang tinggi bila digarap secara sungguh-sungguh, tentunya dengan berbagai pihak
termasuk pemerintah. Salah satu peluang usaha kerajinan yang dapat mendukung
ekonomi kerakyatan dengan meningkatkan hasil kualitas kerajinan tempurung
dngan bahan dan alat yang mudah murah serta mudah di dapat disetiap daerah.
Berbicara tentang kerajinan tempurung yang pernah dihadapi penulis di
daerah terutama Pekan Baru (Pelatihan Kerajinan Pemanfaatan Limbah Tempurung
Pada Dekranasda Propinsi Riau 2001 dan Pelatihan Kerajinan Pemanfaatan Limbah
Tempurung Pada Dekranasda Kabupaten Lhok Seumawe Propinsi Nangro Aceh
Darusalam 2002 ) meneluhkan betapa sulitnya untuk mendapatkan pengganti resin,
maka muncul berbagai permasalahan yang komplek dan multidimensional.
Artinya penulis segera meneropong keseluruhan demensi kerajinan tempurung
yang satu dengan yang lain saling keterkaitan. Selain dari pada itu muncul
permasalahan untuk perekat pada benda kerja saat ini sangat begitu mahal untuk
kawasan dunia pengrajin. Persoalan demi persoalan yang muncul dari para
pengrajin kepermukaan secara tidak beraturan. Maka dengan mengembangkan
berbagai alternatif pengganti resin yang mudah murah serta untuk mengangkat
kualitas hasil kerajinan tempurung adalah indikator yang sangat baik. Indikator yang
tepat adalah kemampuan dan wawasan berbagai pembuatan berbagai jenis lem yang
dapat menggantikan bahan resin pada kerajinan tempurung.
Sebagai salah satu komponen Alternatif pengganti resin yaitu penguasaan
pengetahuan dan pengembangan kerajinan tempurung maka dapat membuka efek
positif terhadap hasil kerajinan dan nilai jual artinya dengan menguasai berbagai
teknik pembuatan lem pengganti resin akan dirasakan lebih membantu pengrajin
dalam mengembangkan hasil kerajinan tempurung. Berangkat dari berbagai
persoalan yang dihadapi para pengrajin tersebut, peneliti yang selama ini menekuni
Makalah Kajian Tempurung 2012 4
bidang seni Kriya dan Desain, tertarik untuk melakukan Penelitian Alternatif Bahan
Pengganti Resin Pada Kerajinan Tempurung Kelapa
2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dapat diajukan
permasalahan sebagai berikut “ Apakah Alternatif Bahan Pengganti Resin Pada
Kerajinan Tempurung Kelapa.” Secara lebih rinci permasalahan tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Bagaimana kekuatan dan daya rekat lem dengan semen, serbuk tempurung,
powder, terhadap tempurung kelapa.
2. Bahan resin sulit ditemukan di daerah serta harganya teralu mahal
3. Bagaimana penyusutan dari berbagai macam media terhadap tempurung kelapa.
3. Tempurung Kelapa
Tanaman kelapa ( coconut ) adalah jenis tumbuhan yang tidak asing lagi
bagi kehidupan manusia, baik cara tumbuhnya, jenisnya maupun manfaatnya. Dan
lagi kegunaan tumbuhan itu sendiri sejak akar, batang sampai buah dan daunnya,
jika semua telah memakluminya. Sebagai pedoman bahwa rata-rata 1 tahun buah
kelapa mengandung 12 % tempurung kelapa dan 1 (satu) Ha menghasilkan
rata1.1151,26 ka buah kelapa, maka jumlah rata-rata tempurung kelapa
31.249.525.1376 kg (31.249 ton ).
Meskipun tujuan utama dari pertanian kelapa adalah untuk ,memperoleh “
bagian terpenting ” dari buah kelapa yaitu daging dan buahnya, akan tetapi
bersama-sama dengan daging kelapa yang setara dengan 1 ton kopra turut
terproduksi 0,81 ton tempurung. ( sianipar : 1979 ; 27 )
Tempurung merupaka salah satu bagian kulit keras dari buah kelapa, sudah
banyak dikenal masyarakat sebagai komoditas kerajinan dan mempunyai nilai
tambah yang tidak keci artinya hanya satu yang perlu diamati tempurung sebagai
bahan baku kerajian, produknya begitu memasyarakat karena masih jarang kita
temui pengrajin tempurung di Indonesia ini. Kalaupun ada pengrajin itu membuat
produk sangat terbatas dalam pengguanaan bahan pendukung sangat terbatas.
Sehingga produknya belum banyak kapasitas terbatas.
Makalah Kajian Tempurung 2012 5
4. Tempurung Kelapa Sawit
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah
Belanda pada tahun 1848, saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari
Mamitus dan Amsterdam lalu ditanam di kebun Raya Bogor
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudayakan secara
komersial. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien
Hallet (orang Belgia).Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang
menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatra (Deli) dan
Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha.
Pada tahun 1919 mengekspor minyak sawit sebesar 576 ton danpada tahun
1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan
Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi
ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang,
perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami
penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak
sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, padahal
pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.
Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggal-kan Indonesia,
pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alas an politik dan keamanan).
Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah juga membentuk BUMIL
(Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer.
Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan
dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun
dan posisi Indonesia sabagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh
Malaysia.
Makalah Kajian Tempurung 2012 6
Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan
dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan sector penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong
pembukaan kahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan
mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton.
Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama
perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan
program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN). ( sianipar : 1979 ; 120)
Makalah Kajian Tempurung 2012 7
5. Manfaat Tempurung
Bahan yang sangat mudah murah dan mudah di dapat salah satunya adalah
tempurung. Tempurung kelapa kalau diolah dan disentuh olah tangan-tangan seni
akan mendapattkan hasil yang sangat banyak, bahkan dapat mengangkat nilai
pengangguran. Tempurung kelapa jika diolah dengan serius akan mendapatkan
hasil yang sangat banyak, dapat diambil contoh diantaranya adalah hiasan dinding,
irus, sendok/ centhong, siwur dan lain sebagainya, bahkan dapat juga dibuat untuk
hanging lamp. (wayan : Wawancara ; 2007)
Perkembangan teknologi sangat ini sangat menjanjikan dengan bahan
tempurung kelapa dengan prinsip alamiah dan ramah lingkungan serta menekan
biaya produksi. Hal ini dapat diambil contoh adalah pembuatan bahan bakar dari
tempurung adalah pembuatan arang tempurung kelapa sebagai bahan pengganti
minyak.
6. Karakteristik Tempurung
Dikenal dengan nama tempurung, merupakan lapisan yang keras karena
banyak mengandung silikat (SiO). Di bagian pangkal terdapat 3 buah “ Ovule “
(lubang tumbuh) atau mata, yang membuktikan bahwa bakal buah asalnya beruang
3 dan yang tumbuh biasanya 1 buah. Meskipun kadang-kadang muncul buah.
7. Lem Perekat
Untuk merekatkan sesuatu tak lepas daripada bahan yang disebut lem,
selain kanji ada beberapa jenis lem salah satunya lem dari binatang. Lem ini
berbahan dasar protein yang diektrasi dari rebusan tulang, kulit kayu, kulit, kuku,
tanduk. Hasil ektraksi yang dimasak hingga membentuk bahan gelatin itu banyak
dipakai dalam industri kayu dan mebel. Lem protein diambil dari kulit dan
8. Gambaran Umum Tentang Resin
Resin merupakan bahan kimia yang menggunakan teknologi dari Eropa
yang mampu memproduksi dan berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan
Makalah Kajian Tempurung 2012 8
Jenis-jenis tipe resin antara lain :
IW-200, merupakan produk thermosetting Urea Formaldehyde Resin dalam
bentuk caair dan memenuhi kebutuhan untuk perekat tipe II, produk ini sangat baik
digunakan bagi Industri atau pabrik yang mempunyai fasilitas penyimpnan besar
dan penanganan pengiriman menggunakan tanker. UFR direkomendasikan untuk
pabrik Particle board, Plywood, Medium Density Fiberboard, dan indusrti kayu
lainnya. UFR tahan terhadap air, dan daya lekat lem lebih kuat dari pada kayu itu
sendiri.
Aplikasi UP 1001 Untuk Pabrik Plywood
Produk special ini di formulasikan untuk membuat interior dari plywood.
Ketika digunakan dengan benar akan memberikan karakteristik pre-pressing yang
memuaskan dengan ikatan/ pengeleman yang tahan terhadap kelemban, jamur dan
noda. Kualitas ikatan pengeleman sesuai dengan standar plywood Internasional.
British Standar : BS 1455,1972 – Moisture Restant Grade (Knife)
: BS 6566, Part 8, 1985 - Moisture Restant Grade (Shear Test )
Japanese Agricultural : JAS Type II
Standard
United States Commercial: CS – 35, Type II
Standard
UFP 1001 juga memungkinkan digunakan untuk membuat perabotan
kualitas atas, pengeleman ujung kayu, pemantekan ditembok, finger jointing and
pekerjaan kayu lainnya. UFP 1001 sangat baik digunakan untuk pabrik
particleboard dan dioleskan dipermukaan kertas dekorasi/kayu lapis/plywood.
Spesifik Resin
Penampakan : Bubuk putih
Gel ime @ 30C : 40 – 80 menit (100 g resin+50 g air+ 0,5g NH4 CL)
Makalah Kajian Tempurung 2012 9
Waktu penyimpanan @: Kira-kira 12 bulan 30˚C
9. Perawatan Penyimpanan Resin
Simpan UFP 1001 ditempat yang kering dan dingin, jauh dari sinar matahari
langsung. Panas dan Lembab akan menyebabkan bubuk mengeras dan menjadi
tidak berguna. Jika ada sisa bubuk simpan dalam kantong untuk menghindari
ekspos bubuk kelingkungan. UFP 1001 tetap dapat digunakan dalam waktu 1 tahun
atau lebih. Hardener IWPH101 dapat disimpan terus jika tidak terekspos oleh
kelembaban. Dalam wadah aslinya pada 30˚C, jangka waktu penyimpanan resin
sekitar 12 bulan. Jangka waktu penyimpanan maksimum dicapai ketika UFP 1001
resin disimpan dibawah kondisi dingin dan kering. Produk ini harus selalu
terlindungi dari suhu tinggi dan kelembaban tinggi. Cahaya mentari langsung
mengakibatkan UFP 1001 tidak stabil. OLeh karena itu tidak boleh disimpan dalam
keadaan terbuka. Sekali wadah sudah terbuka, UFP 1001 harus digunakan secepat
mungkin.
Rekomendasi Campuran Lem Untuk Plywood
Formula dibawah ini ditemukan untuk memberi kualitas
ikatan/pengeleman optimal dengan level biaya yang mudah di terima oleh
masyarakat luas.
AUFP 1001 : 100 parts byweigh
Filler ( wheat Flour : 30 – 50*
Hardener IWPH 101 : 3 – 6
Water : 100 – 125 *
Pot life @ 30 C : 4 jam minimum
Ideal glue mix viscosity @ : 1800 – 2000 cps
30˚ C
Filler yang direkomendasikan adalah tepung gandum. Tepung yang
digunakan harus baru, putih dengan unmodified fine paricle size of medium water
taking capacity dan kandungan abu yang rendah, hardener merupkan hot pressing
hardener yang di formulasikan untuk digunakan bersama dengan UFP 1001.
Makalah Kajian Tempurung 2012 10
Sedangkan Glue Mixing pertama tambahkan 2/3 air ke dalam mixer dilanjutkan
dengan semua UFP 1001 dan mulai di aduk, kedua diaduk beberapa menit,
tambahkan semua filler yang dibutukan dan terus diaduk hingga tidak ada
gumpalan, yang terakhir tambahkan sisa air dan semua hardener serta aduk 2 – 5
menit. Kemudian campuran siap dipakai.
10. OLesan Lem
Banyak olesan lem yang dibutuhkan sangat tergantung pada faktor seperti
tekstur kayu lapis/veneer, ketebalan, suhu, daya serap kandungan kelembaban, suhu
kelembaban sekitarnya, waktu pemasangan dan pre-pres. Pada umumnya, olesan
lem yang tinggi diperlukan ketika kayu lapis/veneer itu kasar, tebal dan hangat.
Juga jika waktu pemasangan sangat lama. Pada waktu pemasangan dan pembukaan
pada veneer dengan menggunakan press dingin.
Untuk hasil yang optimum dalam ikatan yang kuat, direkomendasikan
bahwa waktu pemasangan pembukaan konstan, dapat diambil contoh 25 menit dari
pada membiarkannya berbeda-beda dengan menjaga panel-panel pemasangan tetap
konstan, yang terakhir dapat memperpanjang waktu pemasangan ketika core veneer
terlepas. Sebagai pedoman periode pre-pressing 9 – 12 menit biasnya memuaskan
secara umum, tekanan pre- pressing secara khusus 10 – 15 kg/cm2 seharusnya
cukup. Selama pre-pressing, sering diperlukan papan pendempul diletakkan dalam
tumpukan dan oleskan sekitar 12 inch secara terpisah. Setelah pre-pressing, panel
harus di hot press segera atau ded-stacked untuk periode tidak lebih dari 30 menit
sebelum hot pressing. Hot pressing merupakan waktu antara penempatan pertama
pemasangan panel dalam press dan aplikasi penekanan penuh ketumpukan yang di
press untuk menghindari segala resiko, waktu pemuatan haruslah dijaga sependek
mungkin, lebih baik tidak lebih dari 2 menit. Lem seharusya masih tacky, sebab itu
dapat mengalir sebelum aplikasi penekanan penuh.
11. Prosedur Pengadukan atau Pencampuran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna perlu adanya langkah-
langkah sebagai berikut diantaranya tuangkan sekita 2/3 air ke dalam mixer dan
mulai diaduk, tambahkan semua resin dan aduk sampai gumpalan tidak, pelan-
Makalah Kajian Tempurung 2012 11
pelan tambahan hardener dan sisa air, dan aduk sekitar 3 – 5 menit lagi dan
campuran siap dioleskan.
Wax Emulsion
Wak Emulsion yang sesuai dapat digunakn untuk memperbaiki daya tahan
air dan kestabilan dari chipboard.. Emulsion ini seharusnya dapat mentoleransisifat
asam resin dan biasanya dipakai pada level sekitar 0.5 sampai 1% wax solid ke
berat chip kering dan dapat dioleskan terpisah atau dicampur dengan resin.
Aplikasi Lem
Campuran rsin dioleskan di atas chip baik dengan batch atau proses terus
menerus dan level normal resin berubah dari 6 – 10 % solid resin atau chip kering.
Pada sandwich boards, kandungan esin dipermukaan chip menuju angka yang lebih
tinggi dan core chips pada bagian terbawah dari batas ini. Chip yang diaplikasi ini
tidk seharusnya disimpan terlalu lama sebelum pembentukan dan
penekanan,tertama pada suhu tinggi disekitarnya. Untuk mencegah papan dari pre-
curing, warm culks harus dihindarkan.
Pressing mulai berlaku pada suhu antara 140-200˚ C, yang terdahulu di
bawah tekanan cahaya matahari berulang kali, yang terakhir dibawah cahaya
matahari 1 kali saja dimana penekanan lebih pendek dibutuhkan. Kecepatan dimana
press itu berhenti sepenuhnya mengontrol sifat dari board yang dihasilkan. Setelah
mencapai stop, tekanan pada press berkurang untuk memungkinkan pelepasan uap
air setelah tekanan, board harus didinginkan dibawah 100˚ C atau ditumpuk dalam
pak (tidak lebih dari 50 cm ketebalan)
Untuk menghindari perubahan warna dan memburuknya ikatan oleh over
curing. Untuk mencapai distribusi kelembaban yang lebih baik, board harus
ditumpuk untuk 2 – 3 hari sebelum di tangani lebih lanjut. (Company Profile :
Joseff Meissner Gmbh & Co, Jerman Barat)
Pertimbangan Ekonomi
Aspek ekonomi yaitu apabila biaya produksi dari pendistribusiannya relatif
lebih murah,namun mampu meningkatkan nilai jual produksinya. Memberikan
Makalah Kajian Tempurung 2012 12
solusi pada alternatif pengganti resin pada kerajinan tempurung hendaknya seefisien
mungkin,karena berpengaruh terhadap harga yang akan ditanggung oleh konsumen
sebagai pembeli.
Pertimbangan ekonomis lainnya adalah prospek keuntungan yang dijanjikan
dari alternatif pengganti bahan resin pada produk kerajinan tempurung sebagai hasil
suatu pengembangan,sebab alternatif pengganti resin juga bertujuan menghasilkan
keuntungan sehingga menjamin kelangsungan hidup produsen pengrajin). Oleh
sebab itu Imam Buchori Z dan Agus Sachari (1986 : 85) mengatakan bahwa setiap
upaya desain harus berorientasi pada pencapaian hasil yang seoptimal mungkin
dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Dalam konteks alternatif bahan pengganti resin pihak pengrajin berupaya
untuk melakukan efisiensi,hal ini tersebut dari pemilihan bahan dan penggarapan
pada kerajinan tempurung. Upaya efisiensi ini berakibat kerajinan tempurung
tersebut bersifat tanggung artinya tidak maksimal terhadap hasil produksi. Dampak
lain yang yang timbul adalah harga resin yang begitu mahal dan sulit ditemukan di
daerah.
12. Pertimbangan Nilai Estetika
Kerajinan tempurung merupakan kerajinan yang diciptakan dan
menghadirkan berbagai nuansa keindahan yang terus mengalami pengembangan-
pengembangan yang berkelanjutan. Upaya ini dilakukan dalam memberikan nilai
kualitas produk kerajinan tempurung yang berkualitas dan sangat gandrung akan
kenikmatan keindahan. Alternatif bahan pengganti resin merupakan pengembangan
penampilan melalui nilai estetis kerajinan yang dipadu dengan serat dan tekstur
pada tempurung yang memunculkan efek-efek keindahan. Human Sahman 9
1993:53) mengemukakan bahwa secara umum kriteria dari dampak/efek
penampilan karya seni diantaranya :
1. Kemampuan merangsang ratio pengamat untuk melakukan renungan
2. Kemampuan merangsang daya imajinasi pengamat dalam upaya membuka
cakrawala imajinasi yang luas
3. Kemampuan membangkitkan perasaan, keadaan atau suasana tertentu
Makalah Kajian Tempurung 2012 13
4. Kemampuan membangkitkan rasa nikmat atau rasa tertarik (enjoy bleness)
Kemampuan efek tentang keindahan pada karya seni memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Begitu pula pada kerajinan tempurung, kemampuan efek dari
penampilan keindahannya mampu memikat rasa dan perasaan hampir seluruh dari
proses penciptaan dari produk tempurung yang berperan dalam menghadirkan nilai
keindahan. Mulai dari keindahan, bahan mamupun proses finishing, desain
mencakup penjualan dan bentuk karya, serta pengemasan produk. Kesemuanya
unsur-unsur tersebut, terangkum untuk penampilan penilain estetis kerajinan
tempurung yang mencakup unsur bentuk dan penampilannya, untuk menciptakan
produk/barang kerajinan tempurung yang berkualitas dengan nilai estetis yang
tinggi
Alternatif bahan pengganti resin dalam aspek fungsi merupakan salah satu
bagian yang amat penting, sehingga suatu pertimbangan yang matang dari aspek
fungsi ini dalam kerajinan tempurung. Pertimbangan fungsi dalam alternatif bahan
pengganti resin merupakan hal yang sangat prinsip, karena secara fisik berbeda-
beda.
Simpulan
Pada hasil eksperimen material pada sampel semen berbeda beda antara
semen putih, semen biru, semen merah, dan semen abu-abu ternyata semen putih
sangat baik hasilnya. Untuk semen dan serbuk tempurung dalam proses eksperimen
material kekeringan sangat lama serta pada bagian tepi produk atau sampel sering
terkelupas dibanding antara semen dan lem. Serbuk tempurung dan lem sangat
menyerap air tingkat kekeringan sangat lama, ketika diampalas atau disender serbuk
limbah sampel menempel pada amplas atau sender
Saran
Dapat direkomendasikan bahan yang terbaik untuk pembuatan produk
pengganti bahan resin adalah semen putih serta ramah lingkungan, mudah di dapat
daerah terpencil, serta harganya sangat murah.
Makalah Kajian Tempurung 2012 14
Kepustakaan
Kilman, Wulf and Deter, Coconut Palm Stem Processing, Thecnical Handbook,
Protrade, GTZ, gmbh, 1996
Thampan.P.K. Handbook On Coconut Palm, Oxforrrd and IBH Publishing Co, New
Delhi Bombay, Calcuta, 1981
Soedijanto, Kelapa, Yasaguna, Jakarta, 1981
P. Suhardiman, Bertanam Kelapa Hibrida, Penebar, Surabaya, 1999
Company Profile : Joseff Meissner Gmbh & Co, Jerman Barat)
Gayo,Irwan, R 1991 Buku Pintar Seri Senior, Upaya Warga Negara, Jakarta.
Djarir Makfoed. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati, Agritech, Yogyakarta
Buchori, Imam,Z 1986 (editor Agus Sachari), Peranan Desain Dalam Meningkatkan
Mutu Produksi (Dalam Paradigma Indonesia),CV Rajawali, Jakarta
a.