bahan resin dalam kajian tempurung kelapa

14
Makalah Kajian Tempurung 2012 1 BAHAN PENGGANTI RESIN DALAM KAJIAN TEMPURUNG KELAPA Untuk Mata Diklat Pengetahuan Bahan Pada Kompetensi Kriya Kayu Oleh : Drs.FX.Supriyono, M.Ds 1. Pendahuluan Kehadiran seni kerajinan tak lepas dari kebutuhan hidup manusia sehari-hari ( Wiyoso, 1983 ). Karena dalam produksi barang-barang kebutuhan hidup tadi ada unsur keindahan, kemenarikan, masa kerajinan di pandang sebagai karya seni yang khas dan diklasifikasikan sebagai benda pakai (applaied-art) Dalam perkembangan selanjutnya, seni kerajinan bukan hanya sebagai benda pakai, tetapi juga ada yang hanya sebagai hiasan atau cindera mata. Bentuk-bentuk benda pakai dibuat dalam ukuran kecil istilah “ minor art .“ Seni kriya adalah cabang seni rupa yang sangat memerlukan kekriyaan ( kepndaian dan kecakapan ) yang tinggi, seperti ukir/ pahat kayu atau logam atau padas/ batu, keramik, anyaman, tenunan, sampai batik ( Sp, Sudarso ), Seni kriya tidak hanya mengandalkan kerajinan dan ketrampilan tangan, melainkan hasilnya mengandung makna sebagai karya cipta seni yang kreatif dan inovatif. (Wardiman Djoyonegoro selaku Mendikbud RI dalam sambutan Pameran Seni Terapan 1994). Seni kriya pada hakekatnya tertuju pada penekanan bobot kekriyaan yang memungkinkan lahirnya nilai seni terapan dalam bentuk ekspresi baru sesuai tuntutan budaya masa kini. Barang-barang kerajinan bias saja dipakai untuk kegunaan tertentu, tetapi bukan tujuan utama, sering hadir sebagai benda yang bersifat dekoratif atau cenderamata. Untuk menciptakan seni kerajinan yang khas, diperlukan wawasan agar dapat mendudukan posisinya secara mandiri dan dapat mengembangkan cirri-ciri yang menonjol dari visualisasi kegiatan seni kriya. Ciri khas yang sangat menonjol dari seni kerajinan ini adalah mengutamakan segi keindahan (dekorasi ) yang menghibur mata, sebagai pajangan, pekerjaan tangan-tangan terampil luar biasa dengan produksi terbatas. Banyak kalangan merasakan bahwa seni kriya sebagai pengulangan-pengulangan bentuk yang sudah ada tradional atau klasik, dan pada umumnya memperlihatkan atau mempertahankan nilai-nilai lama. Kerajinan juga menunjukkan konotasi negative

Upload: sriyono-nozbee

Post on 28-Dec-2015

102 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

resin epoxt

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 1

BAHAN PENGGANTI RESIN DALAM KAJIAN TEMPURUNG KELAPA “

Untuk Mata Diklat Pengetahuan Bahan Pada Kompetensi Kriya Kayu

Oleh : Drs.FX.Supriyono, M.Ds

1. Pendahuluan

Kehadiran seni kerajinan tak lepas dari kebutuhan hidup manusia sehari-hari (

Wiyoso, 1983 ). Karena dalam produksi barang-barang kebutuhan hidup tadi ada

unsur keindahan, kemenarikan, masa kerajinan di pandang sebagai karya seni yang

khas dan diklasifikasikan sebagai benda pakai (applaied-art)

Dalam perkembangan selanjutnya, seni kerajinan bukan hanya sebagai benda

pakai, tetapi juga ada yang hanya sebagai hiasan atau cindera mata. Bentuk-bentuk

benda pakai dibuat dalam ukuran kecil istilah “ minor art .“

Seni kriya adalah cabang seni rupa yang sangat memerlukan kekriyaan (

kepndaian dan kecakapan ) yang tinggi, seperti ukir/ pahat kayu atau logam atau

padas/ batu, keramik, anyaman, tenunan, sampai batik ( Sp, Sudarso ), Seni kriya

tidak hanya mengandalkan kerajinan dan ketrampilan tangan, melainkan hasilnya

mengandung makna sebagai karya cipta seni yang kreatif dan inovatif. (Wardiman

Djoyonegoro selaku Mendikbud RI dalam sambutan Pameran Seni Terapan 1994).

Seni kriya pada hakekatnya tertuju pada penekanan bobot kekriyaan yang

memungkinkan lahirnya nilai seni terapan dalam bentuk ekspresi baru sesuai

tuntutan budaya masa kini. Barang-barang kerajinan bias saja dipakai untuk

kegunaan tertentu, tetapi bukan tujuan utama, sering hadir sebagai benda yang

bersifat dekoratif atau cenderamata. Untuk menciptakan seni kerajinan yang khas,

diperlukan wawasan agar dapat mendudukan posisinya secara mandiri dan dapat

mengembangkan cirri-ciri yang menonjol dari visualisasi kegiatan seni kriya.

Ciri khas yang sangat menonjol dari seni kerajinan ini adalah mengutamakan

segi keindahan (dekorasi ) yang menghibur mata, sebagai pajangan, pekerjaan

tangan-tangan terampil luar biasa dengan produksi terbatas. Banyak kalangan

merasakan bahwa seni kriya sebagai pengulangan-pengulangan bentuk yang sudah

ada tradional atau klasik, dan pada umumnya memperlihatkan atau

mempertahankan nilai-nilai lama. Kerajinan juga menunjukkan konotasi negative

Page 2: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 2

sebagai jnis suatu pekerjaan yang mengulang-ulang dari bentuk yang sama dan

positifnya memiliki sifat “rajin “ dan atau “ teliti .“

Pengembangan seni kriya Indonesia sebagai seni terapan masa kini

diharapkan mampu menampilkan nilai-nilai guna baru berdasarkan imajinasi dan

daya kreasi atau ekspresi para perupa (Wiyoso Yoedoseputo). Kecenderungan untuk

memandang produkmkriya sebagai hasil produksi masal dan karya ulang sering

mengecilkan arti dari kandungan nilai sebagai karya seni terapan. Lebih lanjut

Wiyoso mengharapkan lahirnya bentuk-bentuk baru dan orisinil tanpa harus

mengulang-ulang kaidah seni lama yang tidak sesuai dengan kebutuhan budaya

masa kini. Makna dasar kriya tertuju pada penekanan pada “ bobot kekriyaan “ yang

melahirkan nilai seni baru sesuai tuntutan zaman.

VAS BUNGA

Ciptaan-ciptaan tangan sering jatuh sebagai benda iseng tanpa arti, tanpa

tujuan yang jelas yang tidak lagi menarik bagi orang yang memiliki intelektualitas

tinggi dan bagi mereka yang haus akan arti kehidupan dan ilmu pengetahuan.

Namun demikian, sentuhan tangan-tangan terampil ini jusru merupakan daya tarik

terbesar, karena menghasilkan barang yang tidak kaku dan “ dingin “ seperti buatan

mesin, terasa “ hangat “ dan akrab serta sangat manusiawi. Kerinduan manusia

modern terhadap sentuhan tangan, membuat seni lama hidup kembali atau

Page 3: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 3

mengalami perubahan dan pengembangan atau ada semacam himbauan “ kembali

kealam.”

Seiring dengan perjalanan waktu proses pembuatan kerajinan tempurung atau

batok kelapa masih berlanjut hingga saat ini tanpa meninggalkan bentuk-bentuk

tradisionalnya. Kerajinan tempurung yang berakar diwilayah pendudukan yang

tersebar dipedesaan sebagai bagian dari kehidupan rakyat dapat menjadi potensial

yang tinggi bila digarap secara sungguh-sungguh, tentunya dengan berbagai pihak

termasuk pemerintah. Salah satu peluang usaha kerajinan yang dapat mendukung

ekonomi kerakyatan dengan meningkatkan hasil kualitas kerajinan tempurung

dngan bahan dan alat yang mudah murah serta mudah di dapat disetiap daerah.

Berbicara tentang kerajinan tempurung yang pernah dihadapi penulis di

daerah terutama Pekan Baru (Pelatihan Kerajinan Pemanfaatan Limbah Tempurung

Pada Dekranasda Propinsi Riau 2001 dan Pelatihan Kerajinan Pemanfaatan Limbah

Tempurung Pada Dekranasda Kabupaten Lhok Seumawe Propinsi Nangro Aceh

Darusalam 2002 ) meneluhkan betapa sulitnya untuk mendapatkan pengganti resin,

maka muncul berbagai permasalahan yang komplek dan multidimensional.

Artinya penulis segera meneropong keseluruhan demensi kerajinan tempurung

yang satu dengan yang lain saling keterkaitan. Selain dari pada itu muncul

permasalahan untuk perekat pada benda kerja saat ini sangat begitu mahal untuk

kawasan dunia pengrajin. Persoalan demi persoalan yang muncul dari para

pengrajin kepermukaan secara tidak beraturan. Maka dengan mengembangkan

berbagai alternatif pengganti resin yang mudah murah serta untuk mengangkat

kualitas hasil kerajinan tempurung adalah indikator yang sangat baik. Indikator yang

tepat adalah kemampuan dan wawasan berbagai pembuatan berbagai jenis lem yang

dapat menggantikan bahan resin pada kerajinan tempurung.

Sebagai salah satu komponen Alternatif pengganti resin yaitu penguasaan

pengetahuan dan pengembangan kerajinan tempurung maka dapat membuka efek

positif terhadap hasil kerajinan dan nilai jual artinya dengan menguasai berbagai

teknik pembuatan lem pengganti resin akan dirasakan lebih membantu pengrajin

dalam mengembangkan hasil kerajinan tempurung. Berangkat dari berbagai

persoalan yang dihadapi para pengrajin tersebut, peneliti yang selama ini menekuni

Page 4: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 4

bidang seni Kriya dan Desain, tertarik untuk melakukan Penelitian Alternatif Bahan

Pengganti Resin Pada Kerajinan Tempurung Kelapa

2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dapat diajukan

permasalahan sebagai berikut “ Apakah Alternatif Bahan Pengganti Resin Pada

Kerajinan Tempurung Kelapa.” Secara lebih rinci permasalahan tersebut dapat

dijabarkan sebagai berikut :

1. Bagaimana kekuatan dan daya rekat lem dengan semen, serbuk tempurung,

powder, terhadap tempurung kelapa.

2. Bahan resin sulit ditemukan di daerah serta harganya teralu mahal

3. Bagaimana penyusutan dari berbagai macam media terhadap tempurung kelapa.

3. Tempurung Kelapa

Tanaman kelapa ( coconut ) adalah jenis tumbuhan yang tidak asing lagi

bagi kehidupan manusia, baik cara tumbuhnya, jenisnya maupun manfaatnya. Dan

lagi kegunaan tumbuhan itu sendiri sejak akar, batang sampai buah dan daunnya,

jika semua telah memakluminya. Sebagai pedoman bahwa rata-rata 1 tahun buah

kelapa mengandung 12 % tempurung kelapa dan 1 (satu) Ha menghasilkan

rata1.1151,26 ka buah kelapa, maka jumlah rata-rata tempurung kelapa

31.249.525.1376 kg (31.249 ton ).

Meskipun tujuan utama dari pertanian kelapa adalah untuk ,memperoleh “

bagian terpenting ” dari buah kelapa yaitu daging dan buahnya, akan tetapi

bersama-sama dengan daging kelapa yang setara dengan 1 ton kopra turut

terproduksi 0,81 ton tempurung. ( sianipar : 1979 ; 27 )

Tempurung merupaka salah satu bagian kulit keras dari buah kelapa, sudah

banyak dikenal masyarakat sebagai komoditas kerajinan dan mempunyai nilai

tambah yang tidak keci artinya hanya satu yang perlu diamati tempurung sebagai

bahan baku kerajian, produknya begitu memasyarakat karena masih jarang kita

temui pengrajin tempurung di Indonesia ini. Kalaupun ada pengrajin itu membuat

produk sangat terbatas dalam pengguanaan bahan pendukung sangat terbatas.

Sehingga produknya belum banyak kapasitas terbatas.

Page 5: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 5

4. Tempurung Kelapa Sawit

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah

Belanda pada tahun 1848, saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari

Mamitus dan Amsterdam lalu ditanam di kebun Raya Bogor

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudayakan secara

komersial. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien

Hallet (orang Belgia).Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang

menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.

Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatra (Deli) dan

Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha.

Pada tahun 1919 mengekspor minyak sawit sebesar 576 ton danpada tahun

1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan

Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi

ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang,

perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami

penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak

sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, padahal

pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.

Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggal-kan Indonesia,

pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alas an politik dan keamanan).

Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah juga membentuk BUMIL

(Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer.

Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan

dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun

dan posisi Indonesia sabagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh

Malaysia.

Page 6: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 6

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan

dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan sector penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong

pembukaan kahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan

mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton.

Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama

perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan

program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN). ( sianipar : 1979 ; 120)

Page 7: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 7

5. Manfaat Tempurung

Bahan yang sangat mudah murah dan mudah di dapat salah satunya adalah

tempurung. Tempurung kelapa kalau diolah dan disentuh olah tangan-tangan seni

akan mendapattkan hasil yang sangat banyak, bahkan dapat mengangkat nilai

pengangguran. Tempurung kelapa jika diolah dengan serius akan mendapatkan

hasil yang sangat banyak, dapat diambil contoh diantaranya adalah hiasan dinding,

irus, sendok/ centhong, siwur dan lain sebagainya, bahkan dapat juga dibuat untuk

hanging lamp. (wayan : Wawancara ; 2007)

Perkembangan teknologi sangat ini sangat menjanjikan dengan bahan

tempurung kelapa dengan prinsip alamiah dan ramah lingkungan serta menekan

biaya produksi. Hal ini dapat diambil contoh adalah pembuatan bahan bakar dari

tempurung adalah pembuatan arang tempurung kelapa sebagai bahan pengganti

minyak.

6. Karakteristik Tempurung

Dikenal dengan nama tempurung, merupakan lapisan yang keras karena

banyak mengandung silikat (SiO). Di bagian pangkal terdapat 3 buah “ Ovule “

(lubang tumbuh) atau mata, yang membuktikan bahwa bakal buah asalnya beruang

3 dan yang tumbuh biasanya 1 buah. Meskipun kadang-kadang muncul buah.

7. Lem Perekat

Untuk merekatkan sesuatu tak lepas daripada bahan yang disebut lem,

selain kanji ada beberapa jenis lem salah satunya lem dari binatang. Lem ini

berbahan dasar protein yang diektrasi dari rebusan tulang, kulit kayu, kulit, kuku,

tanduk. Hasil ektraksi yang dimasak hingga membentuk bahan gelatin itu banyak

dipakai dalam industri kayu dan mebel. Lem protein diambil dari kulit dan

8. Gambaran Umum Tentang Resin

Resin merupakan bahan kimia yang menggunakan teknologi dari Eropa

yang mampu memproduksi dan berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan

Page 8: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 8

Jenis-jenis tipe resin antara lain :

IW-200, merupakan produk thermosetting Urea Formaldehyde Resin dalam

bentuk caair dan memenuhi kebutuhan untuk perekat tipe II, produk ini sangat baik

digunakan bagi Industri atau pabrik yang mempunyai fasilitas penyimpnan besar

dan penanganan pengiriman menggunakan tanker. UFR direkomendasikan untuk

pabrik Particle board, Plywood, Medium Density Fiberboard, dan indusrti kayu

lainnya. UFR tahan terhadap air, dan daya lekat lem lebih kuat dari pada kayu itu

sendiri.

Aplikasi UP 1001 Untuk Pabrik Plywood

Produk special ini di formulasikan untuk membuat interior dari plywood.

Ketika digunakan dengan benar akan memberikan karakteristik pre-pressing yang

memuaskan dengan ikatan/ pengeleman yang tahan terhadap kelemban, jamur dan

noda. Kualitas ikatan pengeleman sesuai dengan standar plywood Internasional.

British Standar : BS 1455,1972 – Moisture Restant Grade (Knife)

: BS 6566, Part 8, 1985 - Moisture Restant Grade (Shear Test )

Japanese Agricultural : JAS Type II

Standard

United States Commercial: CS – 35, Type II

Standard

UFP 1001 juga memungkinkan digunakan untuk membuat perabotan

kualitas atas, pengeleman ujung kayu, pemantekan ditembok, finger jointing and

pekerjaan kayu lainnya. UFP 1001 sangat baik digunakan untuk pabrik

particleboard dan dioleskan dipermukaan kertas dekorasi/kayu lapis/plywood.

Spesifik Resin

Penampakan : Bubuk putih

Gel ime @ 30C : 40 – 80 menit (100 g resin+50 g air+ 0,5g NH4 CL)

Page 9: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 9

Waktu penyimpanan @: Kira-kira 12 bulan 30˚C

9. Perawatan Penyimpanan Resin

Simpan UFP 1001 ditempat yang kering dan dingin, jauh dari sinar matahari

langsung. Panas dan Lembab akan menyebabkan bubuk mengeras dan menjadi

tidak berguna. Jika ada sisa bubuk simpan dalam kantong untuk menghindari

ekspos bubuk kelingkungan. UFP 1001 tetap dapat digunakan dalam waktu 1 tahun

atau lebih. Hardener IWPH101 dapat disimpan terus jika tidak terekspos oleh

kelembaban. Dalam wadah aslinya pada 30˚C, jangka waktu penyimpanan resin

sekitar 12 bulan. Jangka waktu penyimpanan maksimum dicapai ketika UFP 1001

resin disimpan dibawah kondisi dingin dan kering. Produk ini harus selalu

terlindungi dari suhu tinggi dan kelembaban tinggi. Cahaya mentari langsung

mengakibatkan UFP 1001 tidak stabil. OLeh karena itu tidak boleh disimpan dalam

keadaan terbuka. Sekali wadah sudah terbuka, UFP 1001 harus digunakan secepat

mungkin.

Rekomendasi Campuran Lem Untuk Plywood

Formula dibawah ini ditemukan untuk memberi kualitas

ikatan/pengeleman optimal dengan level biaya yang mudah di terima oleh

masyarakat luas.

AUFP 1001 : 100 parts byweigh

Filler ( wheat Flour : 30 – 50*

Hardener IWPH 101 : 3 – 6

Water : 100 – 125 *

Pot life @ 30 C : 4 jam minimum

Ideal glue mix viscosity @ : 1800 – 2000 cps

30˚ C

Filler yang direkomendasikan adalah tepung gandum. Tepung yang

digunakan harus baru, putih dengan unmodified fine paricle size of medium water

taking capacity dan kandungan abu yang rendah, hardener merupkan hot pressing

hardener yang di formulasikan untuk digunakan bersama dengan UFP 1001.

Page 10: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 10

Sedangkan Glue Mixing pertama tambahkan 2/3 air ke dalam mixer dilanjutkan

dengan semua UFP 1001 dan mulai di aduk, kedua diaduk beberapa menit,

tambahkan semua filler yang dibutukan dan terus diaduk hingga tidak ada

gumpalan, yang terakhir tambahkan sisa air dan semua hardener serta aduk 2 – 5

menit. Kemudian campuran siap dipakai.

10. OLesan Lem

Banyak olesan lem yang dibutuhkan sangat tergantung pada faktor seperti

tekstur kayu lapis/veneer, ketebalan, suhu, daya serap kandungan kelembaban, suhu

kelembaban sekitarnya, waktu pemasangan dan pre-pres. Pada umumnya, olesan

lem yang tinggi diperlukan ketika kayu lapis/veneer itu kasar, tebal dan hangat.

Juga jika waktu pemasangan sangat lama. Pada waktu pemasangan dan pembukaan

pada veneer dengan menggunakan press dingin.

Untuk hasil yang optimum dalam ikatan yang kuat, direkomendasikan

bahwa waktu pemasangan pembukaan konstan, dapat diambil contoh 25 menit dari

pada membiarkannya berbeda-beda dengan menjaga panel-panel pemasangan tetap

konstan, yang terakhir dapat memperpanjang waktu pemasangan ketika core veneer

terlepas. Sebagai pedoman periode pre-pressing 9 – 12 menit biasnya memuaskan

secara umum, tekanan pre- pressing secara khusus 10 – 15 kg/cm2 seharusnya

cukup. Selama pre-pressing, sering diperlukan papan pendempul diletakkan dalam

tumpukan dan oleskan sekitar 12 inch secara terpisah. Setelah pre-pressing, panel

harus di hot press segera atau ded-stacked untuk periode tidak lebih dari 30 menit

sebelum hot pressing. Hot pressing merupakan waktu antara penempatan pertama

pemasangan panel dalam press dan aplikasi penekanan penuh ketumpukan yang di

press untuk menghindari segala resiko, waktu pemuatan haruslah dijaga sependek

mungkin, lebih baik tidak lebih dari 2 menit. Lem seharusya masih tacky, sebab itu

dapat mengalir sebelum aplikasi penekanan penuh.

11. Prosedur Pengadukan atau Pencampuran

Untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna perlu adanya langkah-

langkah sebagai berikut diantaranya tuangkan sekita 2/3 air ke dalam mixer dan

mulai diaduk, tambahkan semua resin dan aduk sampai gumpalan tidak, pelan-

Page 11: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 11

pelan tambahan hardener dan sisa air, dan aduk sekitar 3 – 5 menit lagi dan

campuran siap dioleskan.

Wax Emulsion

Wak Emulsion yang sesuai dapat digunakn untuk memperbaiki daya tahan

air dan kestabilan dari chipboard.. Emulsion ini seharusnya dapat mentoleransisifat

asam resin dan biasanya dipakai pada level sekitar 0.5 sampai 1% wax solid ke

berat chip kering dan dapat dioleskan terpisah atau dicampur dengan resin.

Aplikasi Lem

Campuran rsin dioleskan di atas chip baik dengan batch atau proses terus

menerus dan level normal resin berubah dari 6 – 10 % solid resin atau chip kering.

Pada sandwich boards, kandungan esin dipermukaan chip menuju angka yang lebih

tinggi dan core chips pada bagian terbawah dari batas ini. Chip yang diaplikasi ini

tidk seharusnya disimpan terlalu lama sebelum pembentukan dan

penekanan,tertama pada suhu tinggi disekitarnya. Untuk mencegah papan dari pre-

curing, warm culks harus dihindarkan.

Pressing mulai berlaku pada suhu antara 140-200˚ C, yang terdahulu di

bawah tekanan cahaya matahari berulang kali, yang terakhir dibawah cahaya

matahari 1 kali saja dimana penekanan lebih pendek dibutuhkan. Kecepatan dimana

press itu berhenti sepenuhnya mengontrol sifat dari board yang dihasilkan. Setelah

mencapai stop, tekanan pada press berkurang untuk memungkinkan pelepasan uap

air setelah tekanan, board harus didinginkan dibawah 100˚ C atau ditumpuk dalam

pak (tidak lebih dari 50 cm ketebalan)

Untuk menghindari perubahan warna dan memburuknya ikatan oleh over

curing. Untuk mencapai distribusi kelembaban yang lebih baik, board harus

ditumpuk untuk 2 – 3 hari sebelum di tangani lebih lanjut. (Company Profile :

Joseff Meissner Gmbh & Co, Jerman Barat)

Pertimbangan Ekonomi

Aspek ekonomi yaitu apabila biaya produksi dari pendistribusiannya relatif

lebih murah,namun mampu meningkatkan nilai jual produksinya. Memberikan

Page 12: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 12

solusi pada alternatif pengganti resin pada kerajinan tempurung hendaknya seefisien

mungkin,karena berpengaruh terhadap harga yang akan ditanggung oleh konsumen

sebagai pembeli.

Pertimbangan ekonomis lainnya adalah prospek keuntungan yang dijanjikan

dari alternatif pengganti bahan resin pada produk kerajinan tempurung sebagai hasil

suatu pengembangan,sebab alternatif pengganti resin juga bertujuan menghasilkan

keuntungan sehingga menjamin kelangsungan hidup produsen pengrajin). Oleh

sebab itu Imam Buchori Z dan Agus Sachari (1986 : 85) mengatakan bahwa setiap

upaya desain harus berorientasi pada pencapaian hasil yang seoptimal mungkin

dengan biaya yang serendah-rendahnya.

Dalam konteks alternatif bahan pengganti resin pihak pengrajin berupaya

untuk melakukan efisiensi,hal ini tersebut dari pemilihan bahan dan penggarapan

pada kerajinan tempurung. Upaya efisiensi ini berakibat kerajinan tempurung

tersebut bersifat tanggung artinya tidak maksimal terhadap hasil produksi. Dampak

lain yang yang timbul adalah harga resin yang begitu mahal dan sulit ditemukan di

daerah.

12. Pertimbangan Nilai Estetika

Kerajinan tempurung merupakan kerajinan yang diciptakan dan

menghadirkan berbagai nuansa keindahan yang terus mengalami pengembangan-

pengembangan yang berkelanjutan. Upaya ini dilakukan dalam memberikan nilai

kualitas produk kerajinan tempurung yang berkualitas dan sangat gandrung akan

kenikmatan keindahan. Alternatif bahan pengganti resin merupakan pengembangan

penampilan melalui nilai estetis kerajinan yang dipadu dengan serat dan tekstur

pada tempurung yang memunculkan efek-efek keindahan. Human Sahman 9

1993:53) mengemukakan bahwa secara umum kriteria dari dampak/efek

penampilan karya seni diantaranya :

1. Kemampuan merangsang ratio pengamat untuk melakukan renungan

2. Kemampuan merangsang daya imajinasi pengamat dalam upaya membuka

cakrawala imajinasi yang luas

3. Kemampuan membangkitkan perasaan, keadaan atau suasana tertentu

Page 13: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 13

4. Kemampuan membangkitkan rasa nikmat atau rasa tertarik (enjoy bleness)

Kemampuan efek tentang keindahan pada karya seni memiliki karakteristik

yang berbeda-beda. Begitu pula pada kerajinan tempurung, kemampuan efek dari

penampilan keindahannya mampu memikat rasa dan perasaan hampir seluruh dari

proses penciptaan dari produk tempurung yang berperan dalam menghadirkan nilai

keindahan. Mulai dari keindahan, bahan mamupun proses finishing, desain

mencakup penjualan dan bentuk karya, serta pengemasan produk. Kesemuanya

unsur-unsur tersebut, terangkum untuk penampilan penilain estetis kerajinan

tempurung yang mencakup unsur bentuk dan penampilannya, untuk menciptakan

produk/barang kerajinan tempurung yang berkualitas dengan nilai estetis yang

tinggi

Alternatif bahan pengganti resin dalam aspek fungsi merupakan salah satu

bagian yang amat penting, sehingga suatu pertimbangan yang matang dari aspek

fungsi ini dalam kerajinan tempurung. Pertimbangan fungsi dalam alternatif bahan

pengganti resin merupakan hal yang sangat prinsip, karena secara fisik berbeda-

beda.

Simpulan

Pada hasil eksperimen material pada sampel semen berbeda beda antara

semen putih, semen biru, semen merah, dan semen abu-abu ternyata semen putih

sangat baik hasilnya. Untuk semen dan serbuk tempurung dalam proses eksperimen

material kekeringan sangat lama serta pada bagian tepi produk atau sampel sering

terkelupas dibanding antara semen dan lem. Serbuk tempurung dan lem sangat

menyerap air tingkat kekeringan sangat lama, ketika diampalas atau disender serbuk

limbah sampel menempel pada amplas atau sender

Saran

Dapat direkomendasikan bahan yang terbaik untuk pembuatan produk

pengganti bahan resin adalah semen putih serta ramah lingkungan, mudah di dapat

daerah terpencil, serta harganya sangat murah.

Page 14: Bahan Resin Dalam Kajian Tempurung Kelapa

Makalah Kajian Tempurung 2012 14

Kepustakaan

Kilman, Wulf and Deter, Coconut Palm Stem Processing, Thecnical Handbook,

Protrade, GTZ, gmbh, 1996

Thampan.P.K. Handbook On Coconut Palm, Oxforrrd and IBH Publishing Co, New

Delhi Bombay, Calcuta, 1981

Soedijanto, Kelapa, Yasaguna, Jakarta, 1981

P. Suhardiman, Bertanam Kelapa Hibrida, Penebar, Surabaya, 1999

Company Profile : Joseff Meissner Gmbh & Co, Jerman Barat)

Gayo,Irwan, R 1991 Buku Pintar Seri Senior, Upaya Warga Negara, Jakarta.

Djarir Makfoed. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati, Agritech, Yogyakarta

Buchori, Imam,Z 1986 (editor Agus Sachari), Peranan Desain Dalam Meningkatkan

Mutu Produksi (Dalam Paradigma Indonesia),CV Rajawali, Jakarta

a.