pemanfaatan limbah tempurung kelapa

84
PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA (Cocos nucifera L.) SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENURUNKAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN TOTAL SUSPENDED SOLIDS (TSS) PADA AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari OLEH : LINDA SARI SUHANA D1A151159 UNIVERSITAS AL-GHIFARI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FARMASI 2019

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

(Cocos nucifera L.) SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENURUNKAN

CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN TOTAL SUSPENDED

SOLIDS (TSS) PADA AIR LIMBAH

INDUSTRI FARMASI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan Farmasi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

OLEH :

LINDA SARI SUHANA

D1A151159

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FARMASI

2019

Page 2: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

Pembimbing I Pembimbing 11

Gina anti Hadisoebroto M.Si. Ant. Eki Al hifari. S.Si.

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA (Cocos riac i fera L.) SEBAGAI ADSORBEN UNTUK

xaunnuxuxu cozaacm oxrczN azwuvzi (con) nzn rorxz svsrzxozz› aozrna prss) rnoa zm LIMBAH INDUSTRY FARMASI

PENYUSUN : LINDA SARI SU£tANA

NIM : D1A151159

Setelah membaca skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami telah memenuhi

persyaratan ilmiah sebagai suatu skripsi

Bandung, Januari 2020

Page 3: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

ABSTRAK

Limbah yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan dalam industri membawa

efek buruk bagi lingkungan. Beban limbah yang berasal dari industri Kota Cimahi

terlapor dengan parameter COD sebesar 269,82 ton/tahun sedangkan TSS sebesar

100,49 ton/tahun. Oleh sebab itu diperlukan suatu tindakan pengendalian untuk

mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah cair

industri. Salah satu metode untuk menurunkan COD dan TSS adalah adsorpsi

yang dapat dilakukan dengan menggunakan karbon aktif sebagai adsorben yang

berasal dari limbah tempurung kelapa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk

mengetahui manfaat tempurung, mengetahui waktu kontak optimum dan

mengetahui kualitas air limbah setelah penambahan adsorben tempurung kelapa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tempurung kelapa dapat dijadikan sebagai

adsorben, waktu kontak optimum karbon aktif tempurung kelapa untuk

mengadsorpsi COD selama 40 menit didapatkan penurunan kadar COD sebesar

73,03% (1.030 mg/L dari 3.386 mg/L) dan waktu kontak optimum karbon aktif

tempurung kelapa untuk mengadsorpsi TSS selama 45 menit didapatkan

penurunan kadar TSS sebesar 92.43% (5 mg/L dari 66 mg/L).

Kata kunci : limbah cair, COD, TSS, karbon aktif, tempurung kelapa, adsorpsi,

adsorben.

i

Page 4: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

ABSTRACT

The waste from a process in the industry has a bad effect for the environment. It

was reported that liquid waste from industry in Cimahi contains 269.82 tons/year

for COD parameter and 100,49ton/year for TSS parameter based on these data,

An action is needed to prevent environmental pollution that caused by liquid

waster. One of the method that we can use is from the waste of coconut shell. The

other wise it can be used as a raw material for making the active carbon. The

objective of this research is to out whether coconut shell, the optimum contact

time and know the quality of waste water after the addition of an adsorbent. The

result of studies show that coconut shell can be used as an adsorbent, the

optimum contact time for adsorbing COD is 40 minutes the COD value was

decreased 73,03% (1.030 mg/L from 3.386 mg/L) and 45 minutes for TSS value

was decreased 92.43% (5 mg/L dari 66 mg/L).

Keywords: liquid waste, COD, TSS, activated carbon, coconut shell, adsorption,

adsorbent.

ii

Page 5: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

KATA PENGANTAR

Assalam’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas

rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA (Cocos

nucifera L.) SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENURUNKAN CHEMICAL

OXYGEN DEMAND (COD) DAN TOTAL SUSPENDED SOLIDS (TSS)

PADA AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI. Tak lupa pula shalawat serta

salam senantiasa tercurah kepada tauladan kebaikan kita, junjungan Nabi

Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan umat pengikutnya sampai

akhir zaman.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat Ibu Ginayanti Hadisoebroto, M.Si., Apt. selaku

pembimbing utama yang telah banyak membantu, membimbing dan memberikan

arahan serta motivasi selama bimbingan sampai terselesaikannya skripsi

penelitian tugas akhir ini. Kemudian juga Bapak Eki Alghifari, S.Si. selaku

pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

saran dan pengarahan selama penyusunan skripsi penelitian tugas akhir ini.

iii

Page 6: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa

adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu. Untuk itu, pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Didin Muhafidin, S.I.P., M.Si selaku Rektor Universitas Al-

Ghifari Bandung.

2. Bapak Ardian Baitariza, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Farmasi Universitas Al-Ghifari.

3. Ibu Ginayanti Hadisoebroto, M.Si., Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Farmasi Universitas Al-Ghifari.

5. Insan yang teramat sangat berharga (Bapak dan Ibu tercinta) yang tiada

hentinya memberikan dorongan lahir dan batin, baik kasih sayang dan

perhatian yang luar biasa, do’a, serta pengorbanan yang penuh dengan

kesabaran dan ketulusan untuk penulis, terimakasih atas dukungan dan

motivasinya.

6. Teman-teman Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari khususnya angkatan 2015, terima

kasih untuk kebersamaannya, motivasi, dan semangat selama ini.

7. Kawan-kawan dari keluarga besar PT. Holi Pharma, staff Quality Control,

grup oronggoh, dan staff Quality Assurance yg selama ini telah menjadi

keluarga kedua dan membesarkan kualitas pribadi penulis.

iv

Page 7: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

8. Ibu Dwi Hartati, S.Si., Apt dan Clara Panjaitan, S.Farm., Apt, kepala Quality

Assurance dan kepala Quality Control yang telah memberikan izin

mengunakan laboratorium di PT. Holi Pharma dan memberikan motivasi pada

penulis.

9. Staff Perum Jasa Tirta II yang telah membimbing dan memberikan

kesempatan untuk mempelajari cara pengujian pada air limbah.

10. Tiar Isnani Amanah, S.Si, Fransiska Nurma Citra, S.Si dan Dresta Abigail,

S.Farm., Apt. Kakak yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran,

meneladankan sikap terbaik serta memberi motivasi yang tiada hentinya pada

penulis.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari banyak sekali kekurangan

dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cimahi, Desember 2019

Penulis

v

Page 8: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ......................................................................................................... i

ABSTRACT ........................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................viii

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

1.4 Kegunaan Penelitian....................................................................... 5

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................

2.1 Air .................................................................................................. 6

2.2 Kualitas Air ..................................................................................... 7

2.3 Parameter Air Limbah .................................................................... 8

2.3.1 Total Suspended Solid (TSS) .............................................. 8

2.3.2 Chemical Oxygen Demand (COD) ..................................... 8

2.3.3 Derajat Keasaman ............................................................... 9

2.3.4 Biochemical Oxygen Demand (BOD) ................................. 9

2.5 Baku Mutu Limbah Farmasi .......................................................... 10

2.6 Dampak Air Limbah ...................................................................... 10

2.7 Tempurung Kelapa .......................................................................... 13

2.8 Karbon Aktif .................................................................................. 13

2.8.1 Syarat Mutu Karbon Aktif .................................................. 16

2.8.2 Kualitas Karbon Aktif ......................................................... 16

2.8.3 Proses Pembuatan Karbon Aktif ......................................... 18

2.8.4 Proses Adsorpsi ................................................................... 22

2.9 Titrasi ............................................................................................. 25

2.10 Gravimetri .................................................................................... 26

2.11 Spektrofotometri .......................................................................... 28

2.11.1 Spektrofotometer UV-Vis ................................................. 29

2.11.2 Prinsip Pengukuran Spektrofotometer .............................. 30

vi

Page 9: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................

3.1 Alat ................................................................................................. 31

3.2 Bahan .............................................................................................. 31

3.3 Prosedur Penelitian ........................................................................ 31

3.3.1 Pembuatan Karbon Aktif.................................................... 31

3.3.2 Karakteristik Karbon Aktif ................................................ 32

3.3.3 Pengambilan Air Limbah ................................................... 34

3.3.4 Proses Adsorpsi .................................................................. 35

3.3.5 Pengujian Chemical Oxygen Deman (COD)...................... 35

3.3.6 Pengujian Total Suspended Solids(TSS) ............................ 36

3.3.7 Pengujian pH ...................................................................... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................

4.1 Pembuatan Karbon ......................................................................... 38

4.2 Karakteristik Karbon Aktif............................................................. 41

4.2.1 Kadar Air ............................................................................ 41

4.2.2 Kadar Abu .......................................................................... 41

4.2.3 Adsorpsi Metilen Blue ........................................................ 42

4.3 Pengambilan Sampel Air Limbah .................................................. 44

4.4 Proses Adsorpsi pada Air Limbah ................................................. 45

4.5 Analisa Chemical Oxygen Demand (COD) ................................... 45

4.6 Analisia Total Suspended Solids (TSS) ......................................... 47

4.7 pH ................................................................................................... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...........................................................

5.1 Simpulan......................................................................................... 51

5.2 Saran ............................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 53

LAMPIRAN ....................................................................................................... 57

vii

Page 10: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

Gambar

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Morfologi Permukaan Karbon Aktif Pada Pembesaran 4000x ............................ 14

2.2 Struktur Grafit dari Arang Aktif ................................................................ 15

2.3 Karbon Aktif dengan Aktivator KOH ........................................................ 21

4.1 Hasil Kabonisasi Tempurung Kelapa ........................................................ 39

4.2 Hasil Aktivasi Tempurung Kelapa ............................................................. 40

viii

Page 11: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Kurva Kalibrasi Metilen Blue .................................................................... 43

4.2 Grafik Hasil Pemeriksaan COD ................................................................. 47

4.3 Grafik Hasil Pemeriksaan TSS ................................................................... 49

ix

Page 12: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Farmasi ...................................... 10

2.2 Syarat Mutu Karbon Aktif (SII.0258-88) .................................................. 16

4.1 Hasil Uji Kadar Air .................................................................................... 41

4.2 Hasil Uji Kadar Abu .................................................................................. 42

4.3 Hasil Serapan Larutan Standar Metilen Blue ............................................. 42

4.4 Hasil Pemeriksaan COD pada Air Sampel Limbah ................................... 46

4.5 Hasil Pemeriksaan TSS pada Sampel Air Limbah ..................................... 48

4.6 Hasil Pemeriksaan pH pada Sampel Air Limbah ...................................... 50

x

Page 13: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.1 Tempurung Kelapa Sebelum dan Sesudah Proses Kabonisasi ................... 57

1.2 Proses Aktivasi Karbon Tempurung dengan Larutan KOH ...................... 57

1.3 Karakteristik Karbon Aktif Tempurung Kelapa ........................................ 58

1.4 Analisis Total Suspended Solids ................................................................ 59

1.5 Analisis pH ................................................................................................. 59

1.6 Alat Yang Digunakan untuk Pengujian COD ............................................ 60

1.7 Alat Yang Digunakan untuk Pengujian TSS .............................................. 60

1.8 Alat Yang Digunakan untuk Pengujian Kadar Air .................................... 61

1.9 Alat Yang Digunakan untuk Pembuatan Karbon ....................................... 61

2.1 Kurva Kalibrasi Metilen Blue .................................................................... 62

3.1 Perhitungan Penimbangan KOH ................................................................ 63

3.2 Perhitungan Pembuatan Kurva Kalibrasi Metilen Blue ............................. 63

3.3 Perhitungan Adsorpsi Metilen Blue ........................................................... 64

3.4 Kadar Abu .................................................................................................. 64

3.5 Perhitungan Kadar Chemical Oxygen Demand.......................................... 65

3.6 Perhitungan Kadar Total Suspended solids ................................................ 66

xi

Page 14: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuh dan berkembangnya industri–industri di Indonesia membantu

peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, tetapi disisi lain

menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan. Limbah yang dihasilkan

dari suatu proses pengolahan dalam industri membawa efek buruk bagi lingkungan

jika tidak diperhatikan oleh pengelola industri (Widayatno dan sriyani, 2008).

Setiap industri yang beroperasi wajib memiliki izin untuk membuang limbahnya

dengan beberapa syarat salah satunya harus sesuai dengan batas kadar yang

diperkenankan atau baku mutu. Dengan adanya standar baku mutu serta penggunaan

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) pada industri ditujukan agar keberadaan

industri dan lingkungan tetap harmonis. Terdapat kurang lebih 34 industri di Kota

Cimahi yang berkontribusi terhadap kualitas air sungai. Beban limbah yang berasal

dari industri di Kota Cimahi dilaporkan memiliki nilai COD (Chemical Oxygen

Demand) sebesar 269,82 ton/tahun dan TSS (Total Suspended Solids) sebesar 100,49

ton/tahun. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa industri menjadi faktor utama

dalam pencemaran lingkungan (Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, 2018).

1

Page 15: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

2

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor :

5 Tahun 2014 lampiran 39, Tentang Baku Mutu air limbah bagi industri Farmasi

mengunakan beberapa parameter di antaranya Biochemical Oxygen Demand (BOD),

Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), Total-N, Fenol dan

pH.

Industri farmasi dapat menghasilkan limbah cair yang bersumber dari proses sisa

produksi, proses pencucian alat produksi, kegiatan laboratorium dan sisa cairan hasil

produksi yang tidak memiliki spesifikasi. Limbah cair yang dihasilkan bersifat

beracun, serta mengandung senyawa organik dan anorganik terlarut. Oleh karena itu,

limbah industri farmasi memiliki nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD

(Chemical Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solids) yang tinggi (Farida

dan Hanny, 2016).

Dampak dari limbah cair yang memiliki nilai konsentrasi TSS dan COD yang

tinggi dapat membahayakan sekaligus mematikan bagi ekosistem di perairan, TSS

bila dibuang langsung akan menimbulkan kekeruhan air yang menyebabkan

menurunnya laju fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Sehingga

produktivitas perairan menurun (Iwan S dkk, 2015), sedangkan angka COD yang

tinggi mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Hutami D dkk, 2016).

Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan pengendalian untuk mencegah terjadinya

pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh air limbah cair industri salah satu

metode adsorpsi dapat dilakukan dengan menggunakan arang aktif sebagai adsorben

(Rita dkk, 2015). Salah satu adsorben yang dapat digunakan adalah

Page 16: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

3

tempurung kelapa (Cocos nucifera L.). seperti yang telah dilakukan oleh Nihla dkk

(2017) dan Erlina dkk (2015).

Nihla dkk (2017) melakukan penelitian Karbon Tempurung Kelapa (Cocos

nucifera L.) Dengan Perekat PV Ac Sebagai Penjernih Limbah Batik Di Kota

Pekalongan menunjukkan hasil limbah cair batik menjadi jernih setelah melewati

proses perendaman bulatan karbon tempurung kelapa (Cocos nucifera L.) selama 24

jam.

Erlina dkk (2015) melakukan penelitian pengaruh konsentrasi larutan KOH pada

karbon aktif tempurung kelapa (Cocos nucifera L.) untuk adsorpsi logam Cu

menunjukkan hasil karbon aktif dengan konsentrasi KOH sebesar 50% mampu

menurunkan kadar logam Cu sampai 0,6 ppm (mg/L) di bawah nilai baku mutu.

Limbah tempurung kelapa yang ada di masyarakat sering hanya digunakan

sebagai bahan bakar atau kayu bakar. Beberapa industri meubel kecil ada yang sudah

memanfaatkan sebagai alat peraga edukatif ataupun cindra mata. Manfaat lain yang

dapat digunakan dari tempurung kelapa ini adalah untuk bahan baku pembuatan arang

aktif. Kandungan kimia arang aktif adalah senyawa karbon, yang sangat berguna

untuk proses penjernihan material cair, baik material organik maupun anorganik.

Berdasarkan uraian tentang tempurung kelapa (Cocos nucifera L.) sebagai

adsorben maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pemanfaatan limbah

tempurung kelapa (Cocos nucifera L.) sebagai adsorben air limbah industri farmasi

dengan parameter COD dan TSS dengan menggunakan metode Titrimetri dan

Gravimetri.

Page 17: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

4

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut :

1. Apakah tempurung kelapa (Cocos nucifera L.) dapat dijadikan sebagai adsorben

air limbah industri farmasi ?

2. Berapakah waktu optimum yang digunakan untuk adsorpsi COD dan TSS ?

3. Berapakah penurunan kadar COD dan TSS setelah penambahan tempurung

kelapa (Cocos nucifera L.) sebagai adsorben ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tempurung kelapa (Cocos nucifera L.) dapat dijadikan sebagai

adsorben yang diaplikasikan pada air limbah industri farmasi.

2. Mengetahui waktu kontak optimum dalam menurunkan kandungan COD dan

TSS pada air limbah industri farmasi setelah penambahan adsorben.

3. Mengetahui kualitas air limbah cair industri farmasi setelah penambahan karbon

aktif berdasarkan parameter COD dan TSS.

Page 18: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

5

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini antara lain :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap pengembangan

arang tempurung kelapa (Cocos nucifera L.) yang saat ini belum diolah secara

maksimal menjadi karbon aktif.

2. Memberikan informasi tentang persentase efektivitas penurunan COD dan TSS

pada perlakuan menggunakan karbon aktif tempurung kelapa (Cocos nucifera

L.).

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2019, yang

bertempat di Laboratorium Pengawasan Mutu PT. Holi Pharma Jalan Mahar

Martanegara No 100 Cimindi – Cimahi dan Laboratorium Air Perum Jasa Tirta II

Unit Wilayah II Jalan Curug Klari Karawang.

Page 19: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan penentu kesinambungan hidup di bumi karena air selain

dikonsumsi juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak,

mandi, mencuci dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

bahan-bahan pencemar sehingga dapat mengganggu kesehatan makhluk hidup

(Darmono, 2001).

Makhluk hidup di dunia ini tanpa terkecuali sangat membutuhkan air untuk

kehidupannya. Namun dengan perkembangan peradaban serta semakin

bertambahnya jumlah penduduk maka dapat meningkatkan pencemaran air

(Kusnoputranto, 1996).

Air yang terdapat di alam mengandung bahan-bahan terlarut maupun bahan-

bahan tersuspensi Air menutupi hampir 71% permukaan bumi, yang menempati

1.4 triliun km3 (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat

di laut sebagai air asin dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak

gunung), akan tetapi dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, mata air, danau, uap

air dan gunung es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti

suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan

tanah (meliputi mata air, sungai, muara).

6

Page 20: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

7

Air yang terdapat di alam umumnya bukanlah air yang murni, tetapi di

dalamnya terkandung berbagai macam zat terlarut atau tercampur. Ini disebabkan

karena air bersifat polar dan akan melarutkan zat-zat mineral misalnya zat besi,

mangan, magnesium, kalsium, dan lain-lain. Jenis-jenis zat terlarut serta

komposisinya akan berbeda-beda, hal ini menyebabkan sifatnya berbeda pula.

Walaupun demikian, dengan komposisi yang berbeda memungkinkan adanya

mahluk hidup yang dapat hidup di dalamnya atau diperlukan untuk kehidupan. Air

merupakan habitat hidup jasad renik seperti bakteri yang beraneka ragam bentuk

dan kemanfaatannya (Suprihatin, 2002).

2.2 Kualitas Air

Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air

didefinisikan sebagai :“Masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi

dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air

turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai

dengan peruntukannya” (Pasal 1, angka 2). Definisi pencemaran air tersebut dapat

diuraikan sesuai makna pokoknya menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu aspek kejadian,

aspek penyebab atau pelaku dan aspek akibat (Warlina, 2004).

Page 21: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

8

2.3 Parameter Air Limbah

Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH

atau konsentrasi ion hidrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO) dan

kebutuhan oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD), kebutuhan

oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD). Beberapa pengukuran

parameter fisika dan kimia uji kualitas air di antaranya :

2.3.1 Total Suspended Solid (TSS)

Residu tersuspensi dalam suatu perairan menggambarkan sifat optik dari

suatu perairan yang ditentukan dari jumlah cahaya yang dipancarkan dan diserap

oleh partikel-partikel yang berada di dalam air. Pada perairan dengan tingkat

residu tersuspensi yang tinggi dapat menghalangi cahaya matahari yang masuk ke

dalam perairan sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis organisme autotrof

(Widyastuti, 2010).

2.3.2 Chemical Oxygen Demand (COD)

COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang

diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hal

ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan

menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas

dengan katalisator perak sulfat, sehingga segala macam bahan organik, baik yang

mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan

demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya

Page 22: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

9

bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama

dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD

menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada (Boyd, 1990).

2.3.3 Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+)

yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Tujuan metode pengujian ini

adalah untuk mengetahui nilai pH air. pH menunjukkan derajat keasaman suatu

larutan. Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktifitas ion hidrogen

secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH meter (SNI, 2004).

Tinggi rendahnya pH juga dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun

CO2. Tidak semua makhluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu

alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau

terjadi tetapi dengan cara perlahan. Tingkat pH lebih kecil dari 4,8 dan lebih besar

dari 9,2 sudah dapat dianggap tercemar ( Rukminasari, dkk 2014).

2.3.4 Biochemical Oxygen Demand (BOD)

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang

menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme

(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam

kondisi aerobik. Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang

terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap terdekomposisi

(readily decomposable organic matter). BOD sebagai suatu ukuran jumlah

Page 23: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

10

oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan

sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai (Boyd, 1990).

2.5 Baku Mutu Limbah Farmasi

Berdasarkan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor

5 Tahun 2014, jika air limbah yang berasal dari industri farmasi akan dibuang ke

badan sungai maka kegiatan usaha tersebut mengikuti baku mutu air limbah. Pada

Lampiran XXXIX Baku Mutu Limbah Cair Industri Farmasi.

Tabel 2.1 Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Farmasi

Parameter Proses Pembuatan Bahan Formula (mg/L)

Formulasi – Formulasi Pencampuran (mg/L)

BOD 150 100

COD 500 300

TSS 130 100

Total N 45 30

Fenol 5 1,0

pH 6.0 – 9.0 6.0 – 9.0

2.6 Dampak Air Limbah

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk

bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk terebut sebagai

berikut :

1. Gangguan Kesehatan

Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan

penyakit bawaan air (water borne diseases). Selain itu di dalam air limbah

mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Air limbah

Page 24: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

11

yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit

(misalnya nyamuk, lalat, kecoa dan lain-lain). Selain resiko yang disebabkan oleh

mikroba, senyawa toksikpun dapat menyebabkan kematian dan penderitaan

manusia seperti kematian akibat keracunan pestisida dalam air minum atau

keracunan akibat logam berat.

2. Penurunan Kualitas Lingkungan

Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya : sungai dan

danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Sebagai contoh,

bahan organik yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai

dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut (Dissolved Oxygen) di

dalam sungai tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam

air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini mengurangi

perkembangannya. Air limbah juga dapat merembes ke dalam air tanah, sehingga

menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar maka kualitasnya

akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai peruntukannya.

3. Gangguan Terhadap Keindahan

Air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu kesehatan dan

ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh yang sederhana adalah air

limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan

warna pada badan air penerima. Walaupun pigmen tersebut tidak menimbulkan

gangguan terhadap kesehatan, tetapi terjadi gangguan keindahan terhadap badan

Page 25: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

12

air. Kadang-kadang air limbah dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila

terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari

badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut.

Air yang tercemar seringkali mengeluarkan bau yang sangat menusuk hidung atau

berubah warna menjadi hitam, coklat atau merah tergantung dari jenis pencemaran

yang ada. Keadaan ini akan mengganggu segi keindahan yang dipunyai air.

4. Gangguan Terhadap Kerusakan Benda

Air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri anaerob

menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat proses

perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (misalnya pipa saluran air limbah)

dan buangan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air tersebut maka biaya

pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang akan menimbulkan kerugian

material. Lemak yang merupakan sebagian dari komponen air limbah mempunyai

sifat yang menggumpal pada suhu air normal, dan akan berubah menjadi cair

apabila berada pada suhu yang lebih panas. Lemak yang berubah benda cair pada

saat dibuang ke saluran air limbah akan menumpuk secara kumulatif pada saluran

air limbah karena mengalami pendinginan dan lemak ini akan menempel pada

dinding saluran air limbah yang pada akhirnya akan menyumbat aliran air limbah.

Selain penyumbatan dapat juga terjadi kerusakan pada tempat dimana lemak

tersebut menempel yang biasanya berakibat timbulnya kebocoran (Rahmat dan

Anwar, 2018).

Page 26: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

13

2.7 Tempurung Kelapa

Buah kelapa terdiri dari sabut kelapa, tempurung kelapa, daging kelapa dan air

kelapa. Sabut kelapa merupakan bahan berserat dengan ketebalan sekitar 5 cm dan

merupakan bagian terluar dari buah kelapa. Tempurung kelapa terletak di sebelah

dalam sabut, ketebalannya berkisar 3-5mm. Ukuran buah kelapa dipengaruhi oleh

ukuran tempurung kelapa yang sangat dipengaruhi oleh usia dan perkembangan

tumbuhan kelapa. Tempurung kelapa beratnya antara 15 – 19% berat kelapa.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dilakukan oleh (Sembiring, 2003),

komposisi kimia tempurung kelapa adalah seperti berikut: Sellulosa 26,60 %, Lignin

29,40 %, Pentosan 27,70 %, Solvent ekstraktif 4,20 %, Uronat anhidrid 3,50 %, Abu

0,62 %, Nitrogen 0,11 %, dan Air 8,01%.

2.8 Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan suatu padatan berpori yang mengadung 85-95%

karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan

pada suhu tinggi. (Kvech dkk, 1998), menyatakan bahwa karbon aktif adalah

suatu bahan padat yang berpori dan merupakan hasil pembakaran dari bahan yang

mengandung karbon melalui proses pirolisis. Sebagian dari pori-porinya masih

tertutup hidrokarbon, tar, dan senyawa organik lain. Komponennya terdiri dari

karbon terikat (fixed carbon), abu, air, nitrogen, dan sulfur.

Page 27: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

14

Gambar 2.1. Morfologi permukaan karbon aktif pada pembesaran 4000x

(Kvech dkk, 1998)

Karbon aktif merupakan padatan amorf berbentuk heksagonal datar dengan

sebuah atom C pada setiap sudutnya serta mempunyai permukaan yang luas dan

jumlah pori yang sangat banyak. Karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai

macam produk yang mengandung karbon yang telah diaktifkan untuk

meningkatkan luas permukaannya. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon

grafit dengan pori-pori yang telah berkembang kemampuannya dalam

mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut atau

yang terdispersi dalam cairan.

Hartanto 2010, melaporkan bahwa karbon aktif merupakan karbon amorf dari

pelat-pelat datar tersusun oleh atom-atom C yang terikat secara kovalen dalam

suatu kisi heksagonal datar dengan satu atom C pada setiap sudutnya seperti yang

terlihat pada Gambar 2.2.

Page 28: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

15

Gambar 2.2. Struktur grafit dari arang aktif

Secara umum, ada dua jenis karbon aktif yaitu karbon aktif fasa cair dan

karbon aktif fasa gas. Karbon aktif fasa cair dihasilkan dari material dengan berat

jenis rendah, seperti arang dari bambu kuning yang mempunyai bentuk butiran

(powder), rapuh (mudah hancur), mempunyai kadar abu yang tinggi berupa silika

dan biasanya digunakan untuk menghilangkan bau, rasa, warna, dan kontaminan

organik lainnya (Hartanto dan Ratnawati, 2010).

Keaktifan daya menyerap dari karbon aktif tergantung dari jumlah senyawa

karbonnya. Daya serap karbon aktif ditentukan oleh luas permukaan partikel. Dan

kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi, jika karbon aktif tersebut telah

dilakukan aktivasi dengan faktor bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan

pada temperatur tinggi. Dengan demikian, karbon akan mengalami perubahan

sifat-sifat fisika dan kimia. Karbon aktif yang berwarna hitam, tidak berbau, dan

mempunyai daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif

yang belum menjalani proses aktivasi, serta mempunyai permukaan yang luas,

yaitu memiliki luas antara 300 – 200 m2/gram. Luas permukaan yang luas

disebabkan karbon mempunyai permukaan dalam (internal surface) yang

Page 29: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

16

berongga, sehingga mempunyai kemampuan menyerap gas dan uap atau zat yang

berada di dalam suatu larutan (Maulinda, 2015).

Pada pembuatan karbon aktif menggunakan berbagai reagen kimia seperti

ZnCl2, H2SO4, H3PO4, HCl. Saat ini, alkali hidroksida seperti KOH, NaOH dan

alkali karbonat seperti K2CO3 dan Na2CO3 telah banyak digunakan sebagai

aktivator menghasilkan luas permukaan yang tinggi dari karbon aktif (Gilar dkk,

2013).

2.8.1 Syarat Mutu Karbon Aktif

Menurut Standar Industri Indonesia (SII No. 0258-88), yang dikeluarkan

oleh Departemen Perindustrian, persyaratan karbon aktif adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Syarat Mutu Karbon Aktif (SII. 0258-88)

Jenis Uji Persyaratan

Butiran Padatan

Bagian yang hilang pada pemanasan 950oC Max. 15% Max.25%

Kadar Air Max.4,4% Max. 15%

Kadar Abu Max.2,5% Max.10%

Fixed Karbon (%) Min. 80% Min 65%

Daya serap terhadap I2 Min. 750 mg/g Min. 750 mg/g

Daya serap terhadap Metilen Blue Min. 60 mg/g Min. 120 mg/g Sumber : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, LIPI 1997

2.8.2 Kualitas Karbon Aktif

1. Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu karakterisasi karbon aktif yang sangat

penting terhadap mutu karbon aktif. Kadar air pada karbon aktif mampu

mempengaruhi daya serap terhadap cairan. Penentuan kadar air bertujuan untuk

Page 30: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

17

mengetahui sifat higroskopis dari karbon aktif dimana umumnya karbon aktif

memiliki sifat afinitas yang sangat besar terhadap air. Semakin tinggi temperatur

pengeringan makin sedikit kadar air yang terkandung dalam karbon aktif sehingga

dapat menghasilkan pori yang semakin besar. Semakin besar pori-pori maka luas

permukaan karbon aktif semakin bertambah. Sehingga mengakibatkan

meningkatnya kemampuan adsorpsi dari karbon aktif.

2. Kadar Abu

Kadar abu merupakan komponen anorganik bahan yang tertinggal pada

pemanasan 700°C. Penentuan kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan

sisa mineral seperti kalsium, kalium, magnesium dan natrium. Keberadaan abu

yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pori-pori karbon

aktif, sehingga luas permukaan karbon aktif menjadi berkurang.

3. Adsorpsi Metilen Blue

Uji adsorpsi metilen blue bertujuan untuk mengetahui kemampuan karbon

aktif untuk menyerap larutan berwarna, mengadsorpsi zat-zat yang berukuran

besar kisaran 15-25 angstrom atau 1,5-2,5 nm dan menentukan luas permukaan

pori karbon aktif. Oleh karena itu metilen blue menjadi salah satu ukuran kualitas

dari karbon aktif.

Page 31: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

18

2.8.3 Proses Pembuatan Karbon Aktif

Menurut Ramdja (2008), secara garis besar, ada 3 tahap pembuatan karbon

aktif, yaitu:

1. Proses Dehidrasi

Adalah proses penghilangan air pada bahan baku. Bahan baku dipanaskan

sampai temperatur 170°C.

2. Proses Karbonisasi

Adalah proses pembakaran bahan baku dengan menggunakan udara terbatas

dengan temperatur udara antara 300oC sampai 900

oC sesuai dengan kekerasan

bahan baku yang digunakan biasanya dilakukan dalam furnace. Tujuan

karbonisasi adalah untuk menghilangkan zat-zat yang mudah menguap (volatile

matter) yang terkandung pada bahan dasar. Proses ini menyebabkan terjadinya

penguraian senyawa organik yang menyusun struktur bahan membentuk air, uap

asam asetat, tar-tar, dan hidrokarbon. Material padat yang tinggal setelah

karbonisasi adalah karbon dalam bentuk arang dengan pori-pori yang sempit.

Pada saat karbonisasi terjadi beberapa tahap yang meliputi penghilangan air atau

dehidrasi, penguapan selulosa, penguapan lignin, dan pemurnian karbon. Pada

suhu pemanasan sampai 400°C terjadi penghilangan air, penguapan selulosa, dan

penguapan lignin, sedangkan untuk proses pemurnian karbon terjadi pada suhu

500-800oC. Hampir 80% unsur karbon yang diperoleh pada suhu 500-800

oC

(Sudrajat, 1994).

Page 32: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

19

3. Proses Aktivasi

Aktivasi adalah perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk

memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau

mengoksidasi molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat,

baik fisika atau kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh

terhadap daya adsorpsi. Tujuan utama dari proses aktivasi adalah menambah atau

mengembangkan volume pori dan memperbesar diameter pori yang telah

terbentuk pada proses karbonisasi serta untuk membuat beberapa pori baru.

Selama aktivasi, karbon dibakar pada suasana oksidasi yang akan menambah

jumlah atau volume pori dan luas permukaan produk melalui proses eliminasi atau

penghilangan volatil produk pirolisis (Triyana, 2003). Proses aktivasi dibedakan

menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Proses Aktivasi Fisika

Pada proses aktivasi fisika, biasanya karbon dipanaskan di dalam furnace

pada temperatur 800-900°C. Beberapa bahan baku lebih mudah untuk diaktivasi

jika diklorinasi terlebih dahulu. Selanjutnya dikarbonisasi untuk menghilangkan

hidrokarbon yang terklorinasi dan diaktivasi dengan uap.

b. Proses Aktivasi Kimia

Proses aktivasi kimia merujuk pada pelibatan bahan-bahan kimia atau

reagen pengaktif. Menurut (Kirk Othmer, 1993), bahan kimia yang dapat

digunakan sebagai pengaktif diantaranya CaCl2, Ca(OH)2, NaCl, MgCl2, HNO3,

HCl, Ca3(PO4)2, H3PO4, ZnCl2, dan sebagainya. Sahir, 2013, menyatakan bahwa

unsur-unsur mineral aktivator masuk di antara plat heksagon dari kristalit dan

Page 33: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

20

memisahkan permukaan yang mula-mula tertutup. Dengan demikian, saat

pemanasan dilakukan, senyawa kontaminan yang berada dalam pori menjadi lebih

mudah terlepas. Hal ini menyebabkan luas permukaan yang aktif bertambah besar

dan meningkatkan daya serap karbon aktif.

Aktivator dapat meningkatkan keaktifan adsorben melalui mekanisme

sebagai berikut :

1. Aktivator menembus celah atau pori-pori di antara pelat-pelat kristalit

karbon (pada karbon aktif) yang berbentuk heksagonal dan menyebar di dalam

celah atau pori-pori tersebut, sehingga terjadi pengikisan pada permukaan kristalit

karbon.

2. Aktivator mencegah senyawa organik bereaksi dengan oksigen yang akan

bereaksi dengan kristalit oksigen.

3. Aktivasi dapat berupa aktivasi fisik dimana digunakan gas-gas inert seperti

uap air (steam), CO2 dan N2. Sedangkan pada aktivasi kimia, digunakan aktivator

yang berperan penting untuk meningkatkan luas permukaan adsorben dengan cara

mengusir senyawa non karbon dari pori-pori. (Sahir, 2013).

Sahir, 2013 telah melakukan penelitian mengenai pengaruh aktivator pada

luas permukaan dan porositas karbon aktif yang dihasilkan. Pada penelitiannya,

karbon aktif dibuat dari biji Lapsi dengan aktivasi kimia menggunakan aktivator

yang berbeda yaitu KOH, H2SO4, FeCl3, MgCl2, dan CaCl2. Morfologi permukaan

dikarakterisasi dengan Scanning Elexctron Micropores (SEM). Hasil karakterisasi

karbon aktif biji Lapsi menggunakan SEM, dapat dilihat pada gambar di bawah

berikut :

Page 34: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

21

Gambar 2.3. Karbon Aktif dengan Aktivator KOH

Gambar SEM karbon aktif menunjukkan adanya rongga, pori dan

permukaan yang kasar. Hal ini menunjukkan bahwa, aktivator mempengaruhi

karakteristik permukaan karbon aktif. Di antara semua hasil gambar, karbon aktif

dengan aktivator CaCl2 dan KOH menunjukkan adanya pori. KOH mengaktivasi

karbon aktif menunjukkan pembentukan pori dan rongga yang jelas. Sama halnya

dengan karbon aktif yang teraktivasi CaCl2 dipenuhi dengan banyak pori kecil.

Selain itu, karbon aktif yang teraktivasi MgCl2 dan FeCl3 dan H2SO4 pekat tidak

menunjukkan pembentukan struktur pori.

Struktur pori-pori karbon aktif dengan aktivator yang berbeda menyebabkan

mekanisme reaksi yang berbeda. Mekanisme dengan aktivator KOH adalah

mengaktifkan karbon komplek yang sudah ada dan melibatkan disintegrasi

struktur setelah interkalasi serta beberapa gasifikasi oleh molekul oksigen pada

hidroksida sedangkan aktivasi dengan logam klorida mendorong ekstraksi

molekul air dari bahan ligniselulogik yang mengarah pada pembentukan pori.

Hasil SEM menunjukkan bahwa permukaan karbon aktif teraktivasi KOH

Page 35: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

22

mengandung pori yang berkembang dengan baik dimana memiliki kemungkinan

lebih baik dalam adsorpsi ke dalam permukaan pori.

KOH akan bereaksi dengan karbon aktif sehingga membentuk pori-pori baru

serta menghasilkan karbon dioksida yang berdifusi ke permukaan karbon

(Pujiyanto, 2010). Reaksi kimia yang terjadi sebagai berikut (Sudibandriyo, 2008)

: 4KOH + C ↔ CO2 + 2 H2O

6KOH + 2 C ↔ 2 K + 2 H2 + 2 K2CO3

4KOH + 2 CO2 ↔ 2 K2CO3 + 2 H2O

2.8.4 Proses Adsorpsi

Adsorpsi adalah peristiwa pengambilan zat yang berbentuk gas, uap dan

cairan oleh permukaan atau antarmuka tanpa penetrasi. Faktor terpenting dalam

proses adsorpsi adalah luas permukaan. Suatu molekul pada antarmuka

mengalami ketidakseimbangan gaya. Akibatnya, molekul-molekul pada

permukaan ini mudah sekali menarik molekul lain, sehingga keseimbangan gaya

akan tercapai. Dari proses adsorpsi ini, dikenal istilah adsorbat untuk zat yang

diadsorpsi dan adsorben untuk zat yang mengadsorpsi (Ramdja, 2008).

Adsorpsi adalah teknik penting yang digunakan dalam pemisahan dan

pemurnian gas dan cairan. Di antara banyak jenis adsorben, karbon aktif yang

paling banyak digunakan, karena kapasitas serap tinggi dan murah. Sifat serap

karbon aktif terkait dengan luas permukaan besar, tinggi mikroporositas dan

kehadiran permukaan gugus-gugus fungsi. Karena itu, karbon aktif digunakan

untuk menghilangkan polutan organik dan polutan anorganik dari air dan limbah

Page 36: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

23

air sungai. Permintaan karbon aktif telah meningkat secara signifikan sebagai

agen pemurni air untuk mengurangi risiko lingkungan disebabkan oleh

pencemaran air (Sahir, 2013).

Adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan dengan terjadinya

akumulasi suatu spesies pada batas permukaan padatan-fluida. Adsorpsi dapat

terjadi karena gaya tarik menarik secara elektrostatis maupun gaya tarik menarik

yang diperbesar dengan ikatan koordinasi hidrogen atau ikatan Van der Waals.

Adsorpsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Adsorpsi fisik

Adsorpsi fisik merupakan suatu proses bolak-balik apabila daya tarik

menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat

terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan

adsorben. Adsorpsi secara fisika (physorption) terjadi jika adsorbat dan

permukaan adsorben berikatan hanya dengan ikatan Van der Waals. Molekul

adsorbat terikat lemah dan panas adsorpsinya rendah (Treybal, 1981).

2. Adsorpsi kimia

Adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan

kimia (biasanya ikatan kovalen), gaya pengikatannya merupakan interaksi

kimiawi artinya adanya transfer elektron antara adsorbat dengan adsorben.

Adsorpsi secara kimiawi (chemisorption) terjadi jika molekul adsorbat terikat

dengan suatu reaksi kimia dengan permukaan adsorben. Karena adanya ikatan

kimia yang terputus dan terbentuk selama proses, maka panas adsorpsinya hampir

Page 37: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

24

sama dengan panas reaksi kimia (Treybal, 1981). Faktor yang mempengaruhi

daya serap arang aktif adalah:

1. Sifat fisika dan kimia dari arang antara lain luas permukaannya dan ukuran

lubang

2. Sifat fisika dan kimia dari adsorbant (gas/larutan yang akan diberi arang

aktif) antara lain ukuran molekul, muatan molekul susunan komposisi kimia

3. Konsentrasi adsorben dalam fasa cair.

4. Sifat karakteristik dalam keadaan liquid antara lain pH dan temperatur.

5. Waktu tinggal

Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Adsorpsi

1. Proses pengadukan

Kecepatan adsorpsi selain dipengaruhi oleh film diffusion dan pore diffusion

juga dipengaruhi oleh pengadukan. Jika proses pengadukan relatif kecil maka

adsorben sukar menembus lapisan film antara permukaan adsorben dan film

diffusion yang merupakan faktor pembatas yang memperkecil kecepatan

penyerapan. Dan jika pengadukan sesuai maka akan menaikkan film diffusion

sampai titik pore diffusion yang merupakan factor pembatas dalam sistem batch

dilakukan pengadukan yang tinggi.

2. Karakteristik adsorben

Adsorpsi dipengaruhi oleh dua sifat permukaan yaitu energi permukaan dan

gaya tarik permukaan, oleh karena itu sifat fisik yaitu ukuran partikel dan luas

permukaan merupakan sifat yang terpenting dari bahan yang akan digunakan

sebagai adsorben.

Page 38: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

25

3. Kelarutan adsorben

Proses adsorpsi terjadi pada molekul-molekul yang ada dalam larutan harus

dapat berpisah dari cairannya dan dapat berikatan dengan permukaan adsorben.

Sifat unsur yang terlarut mempunyai gaya tarik-menarik terhadap cairannya yang

lebih kuat bila dibandingkan dengan unsur yang sukar larut. Dengan demikian

unsur yang terlarut akan lebih sulit terserap pada adsorben bila dibandingkan

dengan unsur yang tidak larut (Asip, 2008).

2.9 Titrasi

Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar

ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak

dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui

secara pasti (Day Underwood, 1999).

Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar

sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar

primer. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya

sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat

berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang

dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik

yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit.

Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau

ditentukan konsentrasinya atau strukturnya (Day Underwood, 1999).

Page 39: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

26

Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi

biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan

yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran. Pengenceran adalah proses

penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi kimia sehingga berlaku

hukum kekekalan mol (Day Underwood, 1999).

Prinsip analisa dengan metode titrasi didasarkan pada reaksi kimia seperti :

α A + t T Produk

di mana molekul α analit A, bereaksi dengan t molekul pereaksi. T yang di sebut

dengan titran, ditambahkan secara kontinu dari sebuah buret dalam wujud larutan

yang konsentrasinya telah diketahui. Larutan ini disebut larutan standar. Agar

diketahui kapan harus berhenti menambahkan titran, larutan harus ditambahkan

suatu indikator. Titik dalam titrasi dimana indkator berubah warnanya disebut

dengan titik akhir.

2.10 Gravimetri

Analisis Gravimetri adalah suatu bentuk analisis kuantitatif yang berupa

penimbangan, yaitu suatu proses pemisahan dan penimbangan suatu komponen

dalam suatu zat dengan jumlah tertentu dan dalam keadaan sempurna mungkin.

Analisis gravimetri dapat dilakukan dengan beberapa tahap dalam analisa

gravimetri adalah sebagai berikut :

Page 40: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

27

1. Pengendapan analit

Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit dari larutan yang

mengandungnya dengan membuat kelarutan analit semakin kecil, dan

pengendapan ini dilakukan dengan sempurna.

2. Pengeringan endapan

Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang disesuaikan dengan analitnya

dan dilakukan dengan sempurna. Disini kita menentukan apakah analit dibuat

dalam bentuk oksida atau biasa pada karbon dinamakan pengabuan.

3. Menimbang endapan

Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang jelas. Biasanya

reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan.

Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri ada beberapa persyaratan

yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit

yang tak terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg

atau kurang dalam menentukan penyusunan utama dalam suatu makro).

b. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan

hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak akan diperoleh

hasil yang galat

Prinsip Gravimetri Suatu metode analisa gravimetri biasanya didasarkan pada

reaksi kimia seperti :

α A + rR A α Rr

Page 41: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

28

yang mana sejumlah α analit A akan bereaksi dengan sejumlah r pereaksi R

membentuk produk AaRr yang biasanya merupakan suatu senyawa yang sangat

sedikt larut dan dapat ditimbang setelah pengeringan atau produk tersebut dapat

dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui untuk kemudian

ditimbang (Day Underwood, 1999).

2.11 Spektrofotometri

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang

digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif

maupun kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.

Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah,

sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan

adalah elektron valensi. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut

spektrofotometer. Sebuah spektrofotometer adalah suatu instrumen yang

mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang

gelombang. Instrumen semacam itu dapat dikelompokkan secara manual atau

merekam atau sebagai berkas-tunggal atau berkas-rangkap (Day dan Underwood,

1998).

Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai

radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari adalah cahaya matahari. Dalam interaksi materi dengan cahaya atau

radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan,

Page 42: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

29

diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan,

spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi (Day and Underwood, 1998).

2.11.1 Spektrofotometer UV-Vis

Penyerapan sinar ultraviolet dan tampak sering juga disebut

spektrofotometri elektronik, karena pada suatu molekul organik akan

menghasilkan transisi di antara tingkat energi elektronik. Transisi umumnya

terjadi antara orbital pasangan elektron bebas ke orbital anti ikatan. Dengan energi

yang tinggi, elektron dalam ikatan sigma akan tereksitasi dan memberikan serapan

pada panjang gelombang 120 - 200 nm. Spektrofotometri UV-Vis biasa dilakukan

pada panjang gelombang di atas 200 nm karena pengukurannya relatif mudah dan

spektrumnya memberikan banyak keterangan (Supratman, 2010).

Pelarut yang banyak digunakan untuk spektrofotometri UV ialah etanol

95% karena kebanyakan golongan senyawa larut dalam pelarut tersebut. Alkohol

absolut komersial harus dihindari karena mengandung benzena yang dapat

menyerap di daerah sinar UV pendek. Pelarut yang sering digunakan ialah air,

etanol, metanol, heksana, minyak bumi dan eter (Harbone, 1987).

Kegunaan spektrofotometri elektronik ini terletak pada kemampuannya

mengukur jumlah ikatan rangkap atau konjugasi aromatik. Panjang gelombang

cahaya ultraviolet dan tampak jauh lebih pendek daripada panjang gelombang

inframerah. Spektrum tampak terentang dari 400 nm (ungu) ke 750 nm (merah),

sedangkan ultraviolet berjangka dari 200 - 400 nm (Supratman, 2010).

Page 43: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

30

2.11.2 Prinsip Pengukuran Spektrofotometer

Bila suatu sinar monokromatis dilewatkan sampel maka sebagian dari

sinar tersebut terserap oleh sampel dan sebagian lagi akan diteruskan.

Perbandingan antara intensitas sinar setelah melalui sampel dan intensitas sinar

mula – mula disebut transmitan (T) dengan persamaan :

� = �

Io

Dimana :

T = Transmitan

I = Intensitas sinar yang diteruskan

Io = Intensitas sinar awal

Hubungan antara absorban dengan trasmitan adalah

� = ��� 1

Fraksi sinar yang diabsorbsi sangat tergantung pada tiga faktor, yaitu

absorbtivitas, tebal kuvet, dan konsentrasi. Hukum Lambert’s menyatakan bahwa

fraksi sinar yang diserap tidak tergantung kepada intensitas sumber sinar. Hukum

Beer’s menyatakan bahwa serapan tergantung jumlah molekul yang diserap. Dari

kedua hukum tersebut dapat disajikan ke dalam persamaan :

A= ɛ b c

Dimana :

A = fraksi sinar yang diabsorbsi

b = tebal kuvet

ɛ = absorbtivitas molar

c = konsentrasi larutan

(Supratman, 2010)

Page 44: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Alat-alat gelas laboratorium,

GPS (Global Positioning System), Gayung, Botol sempel, Penyaring mesh no 40,

Desikator, Hot plate, Statif , Buret, Magnetic stirrer, Moisture balance. Timbangan

analitik, Oven, Furnace, Spektrofotometer UV-VIS, mortir, stemper, Kertas saring

whatman 40 dengan ukuran pori θ 0.42 μm, cuvet dan Thermoreactor.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Tempurung kelapa,

Aquadest, Kalium Hidroksida (KOH), Metilen biru, Kalium dikromat (K2Cr2O7),

Perak sulfat (Ag2SO4), Ferro Ammonium Sulfat ((NH4)2FeSO4), Indikator Ferroin

dan merkuri.

3.3 Prosedur

3.3.1 Pembuatan Karbon Aktif

1. Tahap Dehidrasi (Sudrajat, 1994)

a. Tempurung kelapa dibersihkan dari serabutnya dan sisa daging kelapa.

31

Page 45: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

32

b. Kemudian dipanaskan dengan oven pada suhu 105°C selama 3 jam

hingga hilang kadar airnya.

2. Tahap Karbonisasi (Sudrajat, 1994)

a. Tempurung kelapa dalam keadaan kering dibakar di dalam furnace

selama 60 menit pada suhu 500°C.

b. Arang yang dihasilkan dihancurkan mengunakan mortir dan stemper.

c. Kemudian dilakukan pengayakan dengan ukuran 100 mesh.

d. Didapatkan sampel karbon aktif tanpa aktivator.

3. Tahap Aktivasi (Rakhmawati, 2017)

a. Arang direndam di dalam larutan KOH 2 M selama 24 jam.

b. Sampel arang yang sudah dilakukan aktivasi, kemudian dicuci dengan

aquadest hingga mendekati pH netral (pH 7).

c. Sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 110°C selama 3 jam.

d. Didapatkan sampel dengan karbon aktif dengan aktivator.

3.3.2 Karakterisasi Karbon Aktif

1. Kadar Air (Prosedur Tetap Pengunaan Moisture balance PT. Holi Pharma)

a. Karbon aktif ditimbang sebanyak 1 g dimasukan ke dalam moisture

balance selama 10 menit hitung kadar air dengan menggunakan rumus :

Page 46: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

33

Kadar Air % = a - b

b

X - 100

Dimana : a = masa awal karbon aktif (g)

b = masa akhir karbon aktif (g)

2. Kadar Abu (SNI-06-4253-1996)

a. Karbon aktif ditimbang sebanyak 1 g dimasukkan ke dalam cawan krus

yang telah diketahui bobotnya

b. Kemudian dimasukkan ke dalam furnace pada suhu 750°C selama 6 jam

c. Abu didinginkan dalam desikator selama 15 menit timbang beratnya

Kadar Abu % = Berat abu total

Berat Contoh Awal

X 100 %

3. Adsorpsi Sampel Terhadap Larutan Metilen Biru (SNI-06-4253-1996)

a. Karbon aktif dipanaskan ke dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam.

b. Kemudian diambil masing-masing karbon aktif sebanyak 0,5 g

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

c. Pada sampel ditambahkan metilen biru 75 mg/L sebanyak 50 mL

d. Sampel dikocok menggunakan magnetic stirer selama 15 menit dengan

kecepatan 100 rpm.

e. Pipet larutan sampel pada bagian yang bening dan diukur absorbansi

menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang yang

telah ditentukan sebelumnya.

Page 47: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

34

Wads = C1 – C2

W

. V . 1

B

Keterangan :

Wads = Berat metilen blue yang terjerap (mg/g)

B = Berat sampel yang digunakan (g)

C1 = Konsentrasi larutan metilen blue awal (ppm)

C2 = Konsentrasi larutan metilen blue akhir (ppm)

V = Volume larutan metilen blue yang digunakan (mL)

3.3.3 Pengambilan Air Limbah (SNI 6989.58:2008)

a. Pengambilan titik koordinat dilakukan menggunakan alat GPS bila

diperlukan

b. Disiapkan alat pengambilan sampel sesuai dengan saluran pembuangan

c. Dilakukan pembilasan pada alat dengan sampel yang akan diambil

sebanyak 3 kali

d. Dilakukan pengujian untuk parameter lapangan yang dapat berubah

dengan cepat seperti temperatur dan pH lalu rekam hasil pengukuran

yang didapat.

e. Sampel dimasukkan ke dalam wadah sampel sesuai dengan persyaratan

parameter uji.

Page 48: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

35

3.3.4 Proses Adsorpsi (Rita et al 2015)

a. Karbon aktif yang telah di preparasi sebelumnya ditimbang sebanyak

6g.

b. Adsorben yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas ukur yang

berisi air limbah sebanyak 100 mL.

c. Kemudian dilakukan pengadukan mengunakan strirer selama 35 menit,

40 menit dan 45 menit

d. Sampel dianalisis dengan parameter COD, TSS dan pH.

3.3.5 Pengujian Chemical Oxygen Demand (COD) (APHA 23rd

ED. 5220 C)

a. Diambil sampel 2,5 mL sampel ke dalam tabung COD.

b. Ditambahkan 1,5 mL larutan K2Cr2O7 0,1 N.

c. Ditambahkan 3,5 mL larutan Ag2SO4.

d. Dipanaskan tabung COD pada thermoreaktor dengan suhu 1500C selama

2 jam.

e. Dinginkan hingga suhu ruang.

f. Dipindahkan secara kuantitatif zat uji dari tabung COD ke dalam

erlenmeyer.

g. Ditambahkan indikator Ferroin 0,05 mL-0,1 mL atau 1-2 tetes.

h. Dilakukan titrasi dengan larutan baku Ferro Ammonium Sulfat 0,025 N

hingga terjadi perubahan warna dari hijau-biru menjadi coklat

kemerahan.

Page 49: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

36

i. didokumentasikan volume titran yang digunakan.

j. Dilakukan langkah diatas terhadap aqua DM sebagai blanko, dan

Certified reference material (CRM), standar sebagai larutan baku

(Kalium Hydroge Ftalat) ~ COD 500 mg/L, sebagai pengendali mutu

kinerja pengukuran, penyimpangan yang diperbolehkan ± 15%.

Perhitungan :

COD (mgO2/L) =

(A – B) . N Fast

. 8000

mL

Keterangan :

A = Volume larutan peniter untuk blanko (mL)

B = Volume larutan penitar untuk zat uji (mL)

M = Molaritas larutan peniter

3.3.6 Pengujian Total Suspended Solid (TSS) (APHA 23rd

ED. 2540 D)

a. Diletakan kertas saring pada peralatan filtrasi. Pasang vakum dan wadah

pencuci dengan aquadest 20 mL. dilakukan penyedotan untuk

menghilangkan semua sisa air, matikan vakum dan hentikan pencucian.

b. Dipindahkan kertas sari dari peralatan filtrasi ke wadah timbang

alumunium dan dikeringkan.

c. Dikeringkan dalam oven pada suhu 103°C sampai dengan 105°C selama

1 jam, didinginkan dalam desikator dan kemudian ditimbang.

Page 50: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

37

=

d. Dilakukan pengulangan pada langkah 3 sampai diperoleh berat konstan

atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan

sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.

TSS (mg/L)

Keterangan :

A = berat kertas saring + residu

B = berat kertas saring

3.3.7 pH (SNI 06-6989.11-2004)

a. Dilakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai

instruksi kerja alat setiap kali akan melakukan pengukuran.

b. Untuk sampel yang mempunyai suhu tinggi kondisikan contoh uji sampai

suhu kamar.

c. Dilakukan pembilasan pada elektroda dengan air suling

d. Dicelupkan elektroda ke dalam sampel sampai pH meter menunjukan

pembacaan yang tetap.

e. Dicatat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.

A . B

. 1000

Vol Uji (mL)

Page 51: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Karbon Aktif

Pembuatan karbon aktif tempurung kelapa sebagai adsorben dilakukan melalui

dua tahap yaitu pengarangan dan pengaktifan. Tempurung kelapa dipilih sebagai

bahan dasar karbon aktif karena berdasarkan hasil Energy Dispersive Spectroscopy

(EDS) menunjukkan bahwa unsur utama arang dari tempurung kelapa adalah karbon

dengan persentase kandungan sebesar 82,92%, memiliki kadar abu yang rendah dan

reaktivitas yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian terhadap

arang kelapa sebagai dasar pembuatan karbon aktif untuk penurunan kadar Chemical

Oxygen Demand (COD) dan Total Suspended Solids (TSS) dalam air limbah.

Pembentukan arang diawali dengan pengumpulan bahan baku tempurung kelapa

muda kemudian serat dibersihkan dari tempurung kelapa. Tempurung kelapa dioven

pada suhu 150°C selama ± 3 jam untuk mengurangi kadar air pada tempurung kelapa.

Proses ini bertujuan untuk menghindari terjadinya pembentukan abu dan

mempercepat proses karbonisasi dalam tanur. Tempurung kelapa yang telah kering

dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu ±500°C selama 30 menit, karena pada suhu

±500°C merupakan tahap proses pemurnian dan meningkatkan kadar karbon. Arang

yang dihasilkan kemudian digerus dengan tujuan untuk memperkecil ukuran partikel

dan memperbesar luar permukaan arang karena semakin besar luas

38

Page 52: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

39

permukaan bidang sentuh antar partikel, maka frekuensi tumbukan yang terjadi

semakin besar sehingga laju reaksi semakin cepat. Selanjutnya dilakukan pengayakan

mengunakan mesh 40 dengan tujuan untuk menyeragamkan ukuran partikel arang.

Hasil dari karbonisasi arang tempurung kelapa seperti pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Hasil Karbonisasi Tempurung Kelapa

Proses karbonisasi dilakukan untuk mengurai selulosa, pentose, lignin, selulosa

dan protein, menjadi unsur karbon dan mengeluarkan unsur nonkarbon dari dalam

material dasar. Hasil karbonisasi pada tempurung kelapa didapatkan warna hitam

kecoklatan. Sebelum dikarbonisasi berat tempurung kelapa yang didapat sebanyak 3,2

kg dan setelah proses karbonisasi dan pengayakan diperoleh sebanyak 307,224 g.

Proses aktivasi dilakukan untuk menghilangkan hidrokarbon yang melapisi

permukaan arang. Adapun aktivator yang digunakan dalam proses aktivasi adalah

KOH dengan konsentrasi 2M. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa

karakteristik karbon aktif dengan konsentrasi 2M memiliki kandungan karbon sebesar

Page 53: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

40

68,47%, dan luas permukaan karbon aktif sebesar 340,005 m2/g. Arang tempurung

kelapa direndam mengunakan KOH selama 24 jam. Pemilihan KOH sebagai aktivator

karena KOH mempunyai sifat yang korosif sehingga mampu menghilangkan zat-zat

pengotor dalam karbon sehingga membuat karbon lebih berpori dan warna karbon

menjadi berwarna hitam pekat seperti pada gambar 4.2. Hasil aktvasi kemudian

dibilas dengan purified water hingga pH netral, tujuan dilakukan pembilasan pada

karbon aktif agar tidak mempengaruhi pada saat proses adsorpsi pada air limbah. Dari

hasil bilasan karbon didapatkan pH 7. Karbon kemudian ditiriskan dan dimasukkan

ke dalam tanur dengan suhu ±500°C selama 30 menit dengan tujuan untuk

menghilangkan sisa air dari proses pembilasan. Proses pemanasan karbon aktif

setelah perendaman melibatkan reaksi kimia di dalamnya. Reaksi kimia yang terjadi

adalah :

4KOH + C K2CO3 + K2O + 2 H2

KOH bereaksi dengan karbon pada suhu tinggi untuk membentuk K2CO3 serta K2O.

Gambar 4.2 Hasil Aktivasi Tempurung Kelapa

Page 54: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

41

Hasil arang yang telah diaktivasi berwarna hitam pekat. Perbedaan warna pada saat

proses karbonisasi dengan aktivasi, karena pada saat proses karbonisasi masih

terdapat kandungan zat pengotor dalam karbon seperti logam (magnesium, besi,

alumunium dan kalsium) volatil dan tar sehingga dengan proses aktivasi zat tersebut

dapat dihilangkan. Dari hasil aktivasi diperoleh karbon aktif sebanyak 167,484 g.

4.2 Karakterisasi Karbon Aktif

4.2.1 Kadar Air

Dari hasil penelitian didapatkan nilai kadar air yang diperoleh sebesar 1.09%.

Hal ini disebabkan karena tingginya suhu, lamanya waktu aktivasi dan KOH yang

merupakan dehydrating agent menyebabkan kadar air arang aktif akan semakin

rendah. Nilai kadar air karbon aktif yang diperoleh telah memenuhi syarat Standar

Industri Indonesia (SII No. 0258-88). SII menetapkan kadar air karbon aktif

maksimal 15%.

Tabel 4.1 Hasil Uji Kadar Air

Konsentrasi KOH Hasil Kadar Air Syarat Kualitas

2M 1.09% 15%

4.2.2 Kadar abu

Pada penelitian ini kadar abu yang diperoleh 8,48%. Kadar abu arang aktif

diuji untuk mengetahui kandungan sisa mineral seperti kalsium, kalium, magnesium

dan natrium dalam karbon aktif. Nilai kadar abu yang didapatkan masih di bawah

Page 55: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

42

nilai yang ditetapkan oleh Standar Industri Indonesia (SII No. 0258-88). Nilai kadar

abu maksimal menurut SII adalah sebesar 10%.

Tabel 4.2 Hasil Uji Kadar Abu

Konsentrasi KOH Hasil Kadar Abu Syarat Kualitas

2M 8,48% 10%

4.2.3 Adsorpsi Metilen Blue

Standar kualitas dari karbon aktif yang dihasilkan dapat dilihat dari

kemampuan karbon aktif dalam menyerap zat warna metilen blue.

1. Kurva Kalibrasi Metilen Blue

Linieritas adalah kemampuan metode analisa yang memberikan respon yang

secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional

terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Kurva kalibrasi standar metilen blue dibuat

6 variasi konsentrasi dengan rentang konsentrasi 0 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4

ppm, dan 5 ppm, diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 664 nm. Dari

hasil pengukuran diperoleh absorbansi sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil serapan larutan standar metilen blue

pada berbagai konsentrasi

No Konsentrasi Standar Metilen blue (ppm)

Absorbansi

1 0 0

2 1 0,218

3 2 0,424

4 3 0,661

5 4 0,896

6 5 1,082

Page 56: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

43

Grafik 4.1 Kurva kalibrasi metilen blue

Berdasarkan Grafik 4.1 di atas, maka diperoleh persamaan regresi linear pada

standar metilen blue adalah y = 0,219x – 0,001 dengan koefisien korelasi 0,999. Pada

kurva kalibrasi absorbansi dan pada kondisi tersebut hukum Lambert Beer akan

terpenuhi, dimana nilai absorbansi akan semakin besar jika konsentrasi semakin

tinggi. Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai r mendekati 1.

2. Daya Adsorpsi Metilen Blue

Adsorpsi metilen blue dibagi menjadi 2, yaitu adsorpsi kimia dan fisika.

Adsorpsi fisika terjadi gaya tarik menarik antar molekul zat terlarut dengan adsorben

lebih besar dari pada daya tarik antar molekul dengan pelarut (gaya Van der Walls),

maka zat terlarut akan teradsorpsi. Sedangkan adsorpsi kimia terjadi karena ikatan

sangat kuat antara adsorbat dengan adsorben sehingga sulit untuk dilepaskan.

Adsorpsi sebagai proses sebagai proses molekul meninggalkan larutan dan menempel

pada permukaan zat adsorben akibat kimia dan fisika.

Daya adsorpsi dipengaruhi waktu kontak dan kecepatan pengadukan antara

karbon aktif dengan adsorbat. Waktu kontak dan kecepatan pengadukan merupakan

Kurva Kalibrasi Metilen Blue

1.5

1

0.5

y = 0.2195x - 0.0018 0

R² = 0.9991 0 1 2 3 4 5 6

-0.5

Konsentrasi (ppm)

Ab

so

rban

si

(A)

Page 57: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

44

faktor yang dapat mempengaruhi nilai daya adsorpsi, hal ini disebabkan karena

semakin lama waktu kontak dan kecepatan pengadukan maka semakin banyak

partikel-partikel adsorben yang bertumbukan dan berinteraksi dengan larutan sampel

sehingga kemampuan adsorpsinya semakin baik. Dari hasil penelitian ini diperoleh

daya adsorpsi sebesar 74,38 mg/g. Nilai daya serap metilen blue yang didapatkan

masih dibawah nilai yang ditetapkan oleh Standar Industri Indonesia (SII No. 0258-

88). Nilai daya serap metilen blue maksimal menurut SII adalah Min. 60 mg/g.

4.3 Pengambilan Sampel Air Limbah

Lokasi pengambilan sampel air limbah yaitu di salah satu industri farmasi daerah

Cimahi. Pangambilan sampel air limbah pada tanggal 9 Mei 2019 waktu pengambilan

sampel pukul 14.00 WIB. Sampel air limbah diambil pada satu titik dari lokasi IPAL

dengan titik kordinat 6⁰ 53.9010’S dan 107⁰ 33.2010’S, dengan tujuan air limbah

yang diambil dapat memberikan nilai yang representatif. Sampel air limbah yang

diambil sebanyak 1 liter. Karakteristik dari air limbah berwarna putih keruh dan

berbau. Sampel air limbah dicek pH terlebih dahulu, kemudian sampel air limbah

dikirim ke Perum Jasa Tirta II untuk dilakukan pengecekan awal untuk mengetahui

kadar COD dan TSS.

Page 58: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

45

4.4 Proses Adsorpsi Pada Air Limbah

Proses adsorpsi karbon aktif pada air limbah menggunakan sampel sebanyak 100

mL air limbah farmasi ke dalam gelas ukur kemudian ditambahkan karbon aktif ±6 gr

dan diaduk mengunakan magnetik stirer. Penentuan waktu kontak dilakukan dengan

variasi waktu 35 menit, 40 menit dan 45 menit. Tujuan dari pengadukan adalah untuk

mempercepat proses adsorpsi air limbah dengan adsorben. Sampel dianalisa dengan

parameter COD, TSS dan pH. Kemudian, hasil analisa sampel dibandingkan dengan

analisa sampel air limbah yang tidak mengalami proses adsorpsi.

4.5 Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)

Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) pada penelitian ini dilakukan di

Laboratorium Perum Jasa Tirta II. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui

perubahan pencemaran kimia organik pada air limbah Industri Farmasi. Pertama-tama

sampel air limbah diambil 2,5 mL dimasukan kedalam tabung COD, ditambahkan

larutan oksidator sebanyak 1,5 mL K2Cr2O7 dan ditambahkan 3,5 mL larutan Ag2SO4

sebagai katalisator. Kemudian sampel dipanaskan dengan thermoreactor pada suhu

150°C selama 2 jam. Tujuan pemanasan untuk mempercepat reaksi antara K2Cr2O7

dan bahan-bahan organik. Prinsip kerja reaktor COD sama dengan prinsip kerja

refluks. Dalam reaktor COD berfungsi memutuskan ikatan Cr-O sehingga

memudahkan oksigen untuk mengoksidasi bahan organik. Setelah dipanaskan pada

suhu 150°C kemudian didinginkan pada suhu ruang, sampel kemudian dititrasi

dengan larutan baku Ferro Amonium Sulfat (FAS). Indikator yang digunakan adalah

Page 59: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

46

feroin sehingga terjadi perubahan warna dari kuning ke hijau, kemudian merah saat

mencapai titik akhir. Fungsi dari larutan indikator ini yaitu sebagai penentu

terjadinya titik akhir titrasi. Sebelum dititrasi sampel ditambahkan 2 tetes larutan

merkuri untuk mengetahui kehadiran garam-garam halogen sehingga dapat

mempengaruhi nilai COD yang dihasilkan, hal ini dilakukan karena larutan merkuri

dapat mengikat ion-ion halogen menjadi HgCI2. Volume larutan FAS sebanding

dengan jumlah oksigen dalam mg/L. Reaksi secara lengkap dapat dilihat di bawah ini

:

CaHbOc + Cr2O7-2

+ AgSO4 CO2 + H2O + Cr3+

Kuning Hijau

6Fe2+

+ Cr2O7-2

+ 14H+ 6Fe3+ 2Cr3+ + 7H2O

Merah

Hasil pengujian pada sampel air limbah sebelum serta sesudah penambahan

karbon aktif tempurung kelapa sebagai adsorben dapat dilihat pada Tabel 4.4 :

Tabel 4.4 Hasil pemeriksaan COD pada sampel limbah

No.

Sampel

Limbah

Waktu

Pengadukan

Nilai COD (mg/L) %

Penurunan

COD

Baku Mutu

Air

Limbah

(mg/L)

Sebelum

penambahan

adsorben

Setelah

penambahan

adsorben

1.

Farmasi

35 menit 3.386

1.030 69,58% 150,00

40 menit 913 73,03% 150,00

45 menit 1.306 61,60% 150,00

Page 60: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

47

Grafik 4.2 Hasil pemeriksaan COD pada sampel air limbah

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa penurunan nilai COD paling optimum

terdapat pada waktu 40 menit, sedangkan pada waktu 45 menit terjadi penurunan

adsorpsi karena pori-pori pada permukaan karbon aktif telah jenuh sehingga kurang

mengadsorpsi senyawa organik yang terdapat pada limbah cair industri Farmasi. Pada

air limbah farmasi meskipun mengalami perubahan masih belum memenuhi standar

baku mutu air limbah, hal ini dikarenakan sampel yang diambil dari air limbah murni

yang belum masuk dalam pengolahan limbah, oleh karena itu kandungan COD dalam

air limbah masih tinggi.

4.6 Analisis Total Suspended Solid (TSS)

Total Solid Suspended (TSS) yaitu jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang

ada dalam air limbah setelah mengalami proses penyaringan. Pada penentuan kadar

padatan tersuspensi di dalam sampel air limbah mengunakan metode gravimetrik.

Hasil Pemeriksaan COD Pada Sampel Air

Limbah

75.00% 73.03%

69.58% 70.00%

65.00% 61.60% 35 Menit

40 Menit 60.00%

45 Menit

55.00% 35 Menit 40 Menit

Waktu

Pengadukan

45 Menit

Pessen

tasi

pen

uru

nan

C

OD

Page 61: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

48

Padatan suspensi mempunyai ukuran molekul yang lebih besar dari pada padatan

terlarut sehingga keduanya menjadi terpisah, sehingga padatan tersuspensi ini akan

tertinggal pada kertas saring saat penyaringan dilakukan. Sebelum disaring, sampel

air terlebih dahulu diaduk agar zat-zat yang terkandung dapat tersebar merata dan

homogen. Untuk pengujian sampel air limbah kertas saring whatman 0,42μm dibilas

dengan aquadest untuk menghilangkan filtrat, kemudian sampel air limbah diambil

20 mL dimasukan ke dalam vacum filtration. Residu yang tertahan pada kertas saring

kemudian dikeringkan mengunakan oven pada suhu 103°C - 105°C selama 1 jam

sampai mencapai berat yang konstan. Hasil TSS untuk sampel air limbah dapat

dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan TSS

No.

Sampel

Limbah

Waktu

Pengadukan

Nilai TSS (mg/L) %

penurunan

TSS

Baku Mutu

Air Limbah

(mg/L)

Sebelum

penambahan

adsorben

Setelah

penambahan

adsorben

1.

Farmasi

35 menit 66

18 72,73% 100,00

40 menit 18 72,73% 100,00

45 menit 5 92,43% 100,00

Page 62: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

49

Grafik 4.3 Hasil pemeriksaan TSS pada sampel air limbah

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa penurunan nilai TSS optimum terdapat

pada waktu 45 menit dengan persentasi penurunan 92,43%, sedangkan pada waktu

40-45 menit terjadi penurunan adsorpsi karena pori-pori pada permukaan karbon aktif

telah jenuh sehingga kurang mengadsorpsi senyawa organik yang terdapat pada

limbah cair industri Farmasi.

4.7 pH

pH merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam pengolahan air secara

biologis. pH adalah faktor pembatas dari kehidupan mikroorganisme air yang

memerlukan pH tertentu untuk dapat hidup. Selain mikroorganisme karbon aktif juga

memiliki batasan toleransi terhadap air limbah. Hasil pH untuk sampel air limbah

dapat dilihat pada tabel 4.6 terdapat perubahan pH.

Hasil Pemeriksaan TSS Pada Sampel Air

Limbah

100.00% 92.43%

80.00% 72.73% 72.73%

35 Menit 60.00%

40 Menit 40.00%

45 Menit

20.00%

0.00%

35 Menit 40 Menit

Waktu

Pengadukan

45 Menit

Pers

en

tasi P

en

uru

na

n

TS

S

Page 63: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

50

Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan pH

No.

Sampel

Limbah

Waktu

Pengadukan

Sebelum

penambahan

adsorben

Setelah

penambahan

adsorben

Baku Mutu

Air Limbah

1.

Farmasi

35 menit 5,23

7,70 6 – 9

40 menit 7,30 6 – 9

45 menit 7,19 6 – 9

Berdasarkan tabel 4.7 hasil sampel air limbah setelah penambahan adsorben

terjadi perubahan pH kemungkinan karena pada saat proses adsorpsi air limbah masih

terdapat sisa KOH pada karbon aktif sehingga mempengaruhi pH pada air limbah.

Hasil pH sesuai dengan standar baku mutu air limbah.

Page 64: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

51

Page 65: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan

sebagai berikut:

1. Tempurung kelapa (Cocos nucifera L.) dapat dijadikan sebagai karbon aktif

yang berfungsi untuk mengadsorpsi Chemical Oxygen Demand (COD) dan

Total Suspended Solids (TSS) pada air limbah industri farmasi.

2. Waktu kontak optimum karbon aktif Tempurung kelapa (Cocos nucifera L.)

untuk mengadsorpsi COD adalah 40 menit, sedangkan waktu kontak optimum

karbon aktif Tempurung kelapa (Cocos nucifera L.) untuk mengadsorpsi TSS

adalah 45 menit.

3. Berdasarkan hasil perhitungan nilai COD dan TSS, pada waktu kontak

optimum karbon aktif tempurung kelapa untuk mengadsorpsi COD selama 40

menit didapatkan penurunan kadar COD sebesar 73,03% (1.030 mg/L dari

3.386 mg/L) dan waktu kontak optimum karbon aktif tempurung kelapa untuk

mengadsorpsi TSS selama 45 menit didapatkan penurunan kadar TSS sebesar

92.43% (5 mg/L dari 66 mg/L).

51

Page 66: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

52

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang harus

dilakukan untuk menyempurnakan hasil penelitian ini, antara lain:

1. Perlunya kaji ulang untuk penambahan pengukuran parameter kualitas air

seperti penambahan parameter biological oxygen demand (BOD), phenolic

compound dan total nitrogen. Parameter ini akan menambah data pendukung.

2. Perlu dilakukanya variasi jumlah karbon aktif yang digunakan sebagai

adsorben agar mengetahui jumlah optimum pengunaan karbon aktif.

3. Perlu dilakukan uji stabilitas pada karbon aktif untuk mengetahui berapa lama

shelf life karbon aktif

Page 67: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

DAFTAR PUSTAKA

APHA. 1995. Standar Methods For Chemical Oxygen Demand. American Water

Works Association, Water Pollution Control Federation. Washington D.C

APHA. 1995. Standar Methods For Total Suspended Solids. American Water Works

Association, Water Pollution Control Federation. Washington D.C

Asip, F., Mardhiah, R., dan Husna, 2008. Uji Efektivitas Cangkang Telur dalam

Mengadsorpsi Ion Fe dengan Proses Batch. Jurnal Teknik Kimia, Volume

15(2), pp 22-26.

Boyd, C.E., 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham Publishing

Co. Birmingham, Alabama

Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta; UI Press.

Day R, A. and Underwood A, L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif edisi 6.

Diterjemahkan oleh Iis Sopiyan. Penerbit Airlangga, Jakarta, pp 396-403,

148-151

Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi. 2018. Dokumen Informasi Kinerja

Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Cimahi Tahun 2018.

Cimahi. 2018, pp 34 – 44

Erlina dan Umiatin. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan KOH Pada Karbon

Aktif Tempurung Kelapa Untuk Adsorpsi Logam Cu. Jurnal Jurusan

Fiska MIPA. Volume IV. Universitas Negeri Jakarta

Farida, C. dan dan Hanny, V. 2016. Pengolahan Limbah Cair Industri Farmasi

Formulasi Dengan Metode Anaerob-Aerob dan Anaerob-Koagulasi.

Fuadi Ramdja. 2008. Pembuatan Karbon Aktif Dari Pelepah Kelapa (Cocus

nucifera L.). Jurnal Teknik Kimia, Volume 15, Jurusan Teknik Kimia.

Universitas Sriwijaya

Gilar, S . 2013. Pembuatan Karbon Aktif Dari Tempurung Kelapa Dengan

Aktivator ZnCl2 Dan Na2CO3 Sebagai Adsorben Untuk Mengurangi

Kadar Fenol Dala Air Limbah. Jurnal Teknik Kimia. Institut Sepuluh

Nopember. Volume 2, No 1, pp 116 – 120

53

Page 68: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

54

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Jilid II, Diterjemahkan oleh Kosasih

Padmawita & Sudiro, ITB, Bandung.

Hartanto, Singgih dan Ratnawati, (2010), Pembuatan Karbon aktif dari

Tempurung Kelapa Sawit dengan Metode Aktivasi Kimia, Jurnal Sains

Materi Indonesia, Vol. 12, No. 1, pp 12 – 16. ISSN : 1411-1098.

Hutami, D. Mochtar, H. dan Veny, L. 2010. Penurunan Kadar COD Dan TSS

Pada Limbah Tekstil Dengan Metode Ozonisasi. Jurnal Teknik

Lingkungan. Volume 5. Universitas Diponegoro, pp 2

Iwan,S. Siti, V. dan Dyah, I. 2015. Pemanfaatan Kiambang (Salvinia molesta D.

Mitch). Jurnal Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Bina Widya Pekanbaru.

Volume 2, No 1, pp 131 – 132

Kvech, S. and Tull, E., 1998, Activated Carbon in Water Treatment Primer,

Environmental Information Management Civil Engineering Dept, Virginia

Tech, http://wtprimer/carbon/sketcarb.html.

Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup.1995. KEP 51/MENLH/10/1995. Baku

Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Jakarta

Kirk, R.E. and Othmer, V.R., 1993, Encyclopedia of Chemical Technology Carbon

& Graphite Fibers to C1-Chlorocarbons, 4th ed., John Wiley & Sons Inc.,

New York.

Kusnoputranto, H. 1986. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia

Maulinda, L. Nasrul ZA. Sari, D.N. 2015. Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai

Bahan Baku Karbon Aktif. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, pp 11-19.

Nihla, N, L. Ian, Y. Sujarwata. dan Noor, H. 2017. Karbon Tempurung Kelapa

Dengan Perekat PVAc Sebagai Penjernih Limbah Cair Batik Di Kota

Pekalongan. Unnes Physics Journal 6, pp 42 – 44

Oktem, Y.A.et al.,2008.Anaerobic Treatment of a Chemicals Synthesis-based

Pharmaceutical Wastewater in Hybrid Upflow Anaerobic Sludge Blanket

Reactor. Bioresouce technology, 99 (5), pp 1089 – 1096

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Baku Mutu Air

Limbah. Nomor 5 Tahun 2014. Republik Indonesia

PT. Holi Pharma. Prosedur Tetap Pengunaan Alat Moisture Balance.

Page 69: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

55

Rahmat dan Anwar. 2018. Studi Karakteristik dan Kualitas BOD dan COD

Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah Lanto DG. Kabupaten

Jeneponto. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan. Volume 1

Rakhmawati, F. dan Nurul, T. 2017. A.F. Pengaruhan konsentrasi Kalium

Hidroksida dan Iridiasi Gelombang Mikro Terhadap Kualitas Karbon

Aktif dari Serabut Tandan Kelapa Sawit. Jurusan Fisika. Universitas Riau

Bina Widya

Ramdja, A.F. Halim, M. Handim, J. 2008. Pembuatan Karbon Aktif Dari Pelepah

Kelapa (Cocus nucifera). Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik.

Universitas Sriwijaya

Rita, D, S. Titin, A, Z. dan Nelly, W. 2015. Penurunan Kadar COD (Chemical

Oxygen Demand) Limbah Cair Industri Kelapa Sawit Mengunakan Arang

Aktif Biji Kapuk (Ceiba petandra). Universitas Tanjungpura. Volume 4(2), pp

62 – 66

Riyanto. 2014. Validasi dan Verifikasi Metode Uji. Edisi 1. Yogyakarta, pp 21, 23,

39

Rukminasari, N, Nadiarti, dan Awaludin, K. 2014. Pengaruh Derajat Keasaman

Air Laut Terhadap Konsentrasi Kalsium dan Laju Pertumbuhan

Halimeda SP. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Vol 24, No 1, April 2014

Sahira, J. Mandira, A. Prasad, P.B. and Ram, P.R. 2013. Effects of Activating Agents

on the Activated Carbons Prepared from Lapsi Seed Stone. Research

Journal of Chemical Sciences. Vol. 3(5), pp 19-24

Sigid, H. 2004 BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air Dan Baku

Mutu Air Limbah. Institut Pertanian Bogor

Sembiring, Meilita T., Sinaga, Tuti S., 2003, Arang Aktif Pengenalan dan Proses

Pembuatannya, Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik. Universitas Sumatera

Utara. Medan

Suprihatin, 2002. Air Minum Isi Ulang. Institut Pertanian Bogor: Bogor

Sudibandriyo, Mahmut., Lydia,(2011), Karakteristik Luas Permukaan Karbon

Aktif Dari Ampas Tebu Dengan Aktivasi Kimia, Penerbit FT Kimia UI,

Jakarta

Sudradjat, R dan Salim, S. 1994. Petunjuk Teknis Pembuatan Arang Aktif, pp 4 –

25

Page 70: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

56

Supratman, U. 2010. Elusidasi Struktur Organik. Widya Pajajaran, UNPAD,

Bandung. pp 9 - 25, 66 - 103, 260 - 302.

[SNI] Standar Nasional Indonesia 06 – 6989.11 – 2004. Cara Uji Derajat

Keasaman (pH) Air dengan Menggunakan Alat pH Meter

[SNI] Standar Nasioal Indonesia 6989.59:2008. Air dan air limbah – Bagian 59:

Metode pengambilan contoh air limbah

[SNI] Standar Nasioal Indonesia 06-4253-1996. Arang Aktif Untuk Air Minum

Triyana, M. dan Tuti, S. 2003. Arang Aktif (Pengenalan dan Proses

Pembuatanya), Jurusan Teknik Industri. Universitas Sumatra Utara.

Treybal, Robert E. (1981),”Mass-Transfer Operasions”,3th

Edition, Mc Graw Hill,

Tri, W. dan Sriyani. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tapioka Dengan

Menggunakan Metode Elektroflokulasi. Jurnal Teknik Kimia. Universitas Muhammadiyah Surakarta. pp 84

Vogel . Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi 5.

Bagian 1, G.Svehla diterjemahkan oleh Setiono dan Hadyana Pudjaatmaka.

PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta, pp 27 – 107

Warlina, L. 2004. Pencemaran Air Sumber, Dampak dan Penanggulangannya.

Bogor: Institut Pertanian Bogor

Widdyastuti, R. 2010. Produktivitas Primer Perifiton di Sungai Ciampea, Desa

Ciampea Udik, Bogor Pada Musim Kemarau 2010. Bogor: Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Page 71: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

LAMPIRAN I

PROSES PENGOLAHAN TEMPURUNG KELAPA

1. Hasil Penelitian

Tempurung Kelapa Sesudah

Di Oven

Tempurung Kelapa Hasil

Karbonisasi (Tanur)

Lampiran I.1 Tempurung Kelapa Sebelum Proses Karbonisasi dan Sesudah

Proses Karbonisasi

( Sumber : Data penelitian, 2019)

Perendaman Tempurung Kelapa

Dengan Larutan KOH

Tempurung Kelapa

Hasil Aktivasi dengan KOH

Lampiran I.2 Proses Aktivasi Karbon Tempurung dengan Larutan KOH

( Sumber : Data penelitian, 2019)

57

Page 72: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

58

Karakterisasi Karbon Aktif

(Kadar Air)

Karakterisasi Karbon Aktif

(Uji Daya Serap Metilen Blue)

Pengadukan Metilen Blue

Mengunakan Stirer

Hasil Adsorpsi Karbon Aktif

Terhadap Metilen Blue

Lampiran I.3 Karakteristik Karbon Aktif Tempurung Kelapa (Kadar Air,

Kadar Abu dan Daya Serap Terhadap Metilen Blue)

( Sumber : Data penelitian, 2019)

Page 73: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

59

Hasil Uji

Total Suspended Solids

Lampiran I.4 Analisis Total Suspended Solids

( Sumber : Data penelitian, 2019)

Hasil Uji pH

sebelum pebambahan karbon aktif

Hasil Uji pH

sesudah pebambahan karbon aktif

Lampiran I.5 Analisis pH

( Sumber : Data penelitian, 2019)

Page 74: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

60

Termoreactor COD Alat Titrasi

Lampiran I.6 Alat Yang Digunakan untuk Pengujian COD

( Sumber : Data penelitian, 2019)

Vacum

Lampiran I.7 Alat Yang Digunakan untuk Pengujian TSS

( Sumber : Data penelitian, 2019)

Page 75: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

61

Moisture Balance

Lampiran I.8 Alat Yang Digunakan untuk Pengujian Kadar Air

( Sumber : Data penelitian, 2019)

Tanur

Lampiran I.9 Alat Yang Digunakan untuk Pembuatan Karbon

( Sumber : Data penelitian, 2019)

Page 76: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

62

LAMPIRAN II

2. Hasil Spektogram Metilen Blue

Lampiran 2.1. Kurva Kalibrasi Metilen Blue

Page 77: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

63

LAMPIRAN III

HASIL PERHITUNGAN

3.1 Perhitungan Penimbangan KOH 2M

mol M = =

V (L)

% =

g 1000 X

Mr mL

x x

1000

56 1000

% = 112 g dalam 1 L Aquadest

3.2 Perhitungan Pembuatan Kurva Kalibrasi Metilen Blue

V1 x M1 = V2 x M2

Dimana :

V1= Volume awal

M1= Konsentrasi awal

V2= Volume akhir

M2= Konsentrasi akhir

0 mg/L =

1 mg/L =

10 . 0

100 = 0.0 mL

10 . 1

100 = 0.1 mL

2 mg/L =

3 mg/L =

10 . 2

100 = 0.2 mL

10 . 3

100 = 0.3 mL

Page 78: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

64

4 mg/L =

5 mg/L =

10 . 4

100 = 0.4 mL

10 . 5

100 = 0.5 mL

3.3 Perhitungan Adsorpsi Metilen Blue

Wads =

C1 – C2

W

1 . V .

B

Keterangan :

Wads = Berat metilen blue yang terjerap (mg/g)

B = Berat sampel yang digunakan (g) = 0,5 g

C1 = Konsentrasi larutan metilen blue awal (mg/L) = 75 mg/L

C2 = Konsentrasi larutan metilen blue akhir (mg/L) = 0, 596

V = Volume larutan metilen blue yang dugunakan (mL) = 50 mL

Wads = 75 – 0,595

0,5 X 50 mL

= 74,38 mg

3.4 Kadar Abu

Kadar Abu % =

Berat Abu Total X 100%

Berat Abu Total

Kadar Abu % =

84,80 mg X 100%

1000 mg

= 8,48%

Page 79: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

65

3.5 Contoh Perhitungan Kadar Chemical Oxygen Demand

COD (mg/L) =

(A – B) . N Fast

. 8000

mL

Keterangan :

A = Volume larutan peniter untuk blanko (mL).

B = Volume larutan peniter untuk zat uji (mL).

M = Molaritas larutan peniter.

a. Pencampuran Karbon Aktif 35 menit

(5,85 mL – 3,24 mL)

. 0,025

. 8000

COD (mg /L) =

= 208,8

. 5

2,5 mL

= 1.030 mg/L

b. Pencampuran Karbon Aktif 40 menit

COD (mg/L) =

(5,85 mL – 3,53 mL) . 0,025

. 8000

2,5 mL

= 185,6 . 5

= 913 mg/L

c. Pencampuran Karbon Aktif 45 menit

(5,85 mL – 2,56 mL) . 0,025

. 8000

COD (mg/L) =

= 263,2

. 5

2,5 mL

= 1306 mg/L

Page 80: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

66

3.6 Kadar Total Suspended Solids

TSS (mg/L) =

A X B X 1000

Volume uji (mL)

Keterangan :

A = Berat kertas saring + residu

B = Berat kertas saring

a. Pencampuran Karbon Aktif 35 menit

0,11395 – 0,11360

mg/L = 20 mL

X 1000.000

= 17,5 mg/L 18

b. Pencampuran Karbon Aktif 40 menit

0,11395 – 0,11360

mg/L = 20 mL

X 1000.000

= 17,5 mg/L 18

c. Pencampuran Karbon Aktif 45 menit

0,11275 – 0,11265

mg/L =

20 mL

X 1000.000

= 5 mg/L

Page 81: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

67

LAMPIRAN IV

SURAT HASIL PENGUJIAN PADA LIMBAH

Page 82: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

68

Page 83: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

69

Page 84: PEMANFAATAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA

70