bahan jurnal eitrofikasi

15
Kajian Analisis Kualitas Air Danau UNHAS : Pembahasan Khusus Pada Proses Eutrofikasi Syahrul, Sri Suryani, Bannu Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin Kampus UNHAS Tamalanrea, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245 E-mail: [email protected] Sari Bacaan Telah dilakukan penelitian pada Danau Universitas Hasanuddin, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, mengenai kajian analisis kualitas air danau, khususnya pada proses eutrofikasi. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel pada 4 titik, yaitu pada saluran RS Wahidin Sudirohusodo, saluran pemukiman penduduk, in flow, dan out flow danau. Hasil analisis sampel bedasarkan parameter fisika dan parameter kimia menunjukkan status trofik danau. Nilai Total-P yang berada di atas 100 µg/l, menunjukkan status trofik danau adalah hipereutrof, sementara nilai Total-N berada di bawah 650 µg/l, menunjukkan status trofik danau adalah oligotrof. Kata Kunci : Eutrofikasi, Total-P, Total-N Abstract A research has been done at Lake of Hasanuddin University, Makassar City, in South Sulawesi regency, which is about analyzing the quality of the lake’s water, especially in the eutrofication process. The samples of this research is taking at 4 points, that is The Wahidin Sudirohusodo Hospital’s water flow, Resident’s water flow, lake’s in flow, and lake’s out flow. The analyzing results, which is relates to physical and chemical parameters gives us the trophic status of the lake. The Total-P value which is above 100 µg/l, showed us that the lake is in hypereutroph status, and The Total-N value which is below 650 µg/l, showed us that the lake is in olygotroph status. Keywords : Eutrofication, Total-P, Total-N PENDAHULUAN Danau dan waduk merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang berpotensi sangat besar serta dapat dikembangkan dan didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan. Secara prinsip danau dan waduk

Upload: fadelkhalifahibrahim

Post on 31-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

uiuiuiui

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Jurnal eitrofikasi

Kajian Analisis Kualitas Air Danau UNHAS : Pembahasan Khusus Pada Proses Eutrofikasi

Syahrul, Sri Suryani, Bannu

Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas HasanuddinKampus UNHAS Tamalanrea, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245

E-mail: [email protected]

Sari BacaanTelah dilakukan penelitian pada Danau Universitas Hasanuddin, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, mengenai kajian analisis kualitas air danau, khususnya pada proses eutrofikasi. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel pada 4 titik, yaitu pada saluran RS Wahidin Sudirohusodo, saluran pemukiman penduduk, in flow, dan out flow danau. Hasil analisis sampel bedasarkan parameter fisika dan parameter kimia menunjukkan status trofik danau. Nilai Total-P yang berada di atas 100 µg/l, menunjukkan status trofik danau adalah hipereutrof, sementara nilai Total-N berada di bawah 650 µg/l, menunjukkan status trofik danau adalah oligotrof.

Kata Kunci : Eutrofikasi, Total-P, Total-N

Abstract

A research has been done at Lake of Hasanuddin University, Makassar City, in South Sulawesi regency, which is about analyzing the quality of the lake’s water, especially in the eutrofication process. The samples of this research is taking at 4 points, that is The Wahidin Sudirohusodo Hospital’s water flow, Resident’s water flow, lake’s in flow, and lake’s out flow. The analyzing results, which is relates to physical and chemical parameters gives us the trophic status of the lake. The Total-P value which is above 100 µg/l, showed us that the lake is in hypereutroph status, and The Total-N value which is below 650 µg/l, showed us that the lake is in olygotroph status.

Keywords : Eutrofication, Total-P, Total-N

PENDAHULUAN

Danau dan waduk merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang berpotensi sangat besar serta dapat dikembangkan dan didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan. Secara prinsip danau dan waduk adalah sebagai habitat air tergenang yang merupakan cekungan yang berfungsi menampung air dan menyimpan air yang berasal dari air hujan, air tanah, mata air ataupun air sungai.

Air dikatakan tercemar apabila ada pengaruh atau kontaminasi zat organik maupun anorganik ke dalam air.

Hubungan ini terkadang tidak seimbang karena kebutuhan setiap organisme berbeda-beda, ada yang diuntungkan sehingga dapat berkembang dengan cepat sementara organisme lain terdesak. Perkembangan organisme perairan secara berlebihan merupakan gangguan dan dapat dikategorikan sebagai pencemaran, yang dapat merugikan organisme akuatik lainnya maupun manusia secara tidak langsung. Pencemaran yang berupa penyuburan organisme tertentu disebut eutrofikasi yang banyak dijumpai khususnya di perairan darat.

Page 2: Bahan Jurnal eitrofikasi

LANDASAN TEORI

Danau

Danau dan waduk secara teknis berfungsi sebagai sumber air baku, tempat hidup berbagai biota air, pengatur dan penyeimbang tata air, pengendali banjir dan sungai pembangkit tenaga listrik dan lainnya. Selain itu, danau dan waduk juga bersifat multi fungsi, yaitu fungsi ekologi, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, dan keagamaan.

Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2007, Pasal 1 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sumber air ialah semua wadah alamiah dan yang telah dibuat oleh orang, seperti sungai, danau, waduk, mata air, dan sebagainya.

Pengertian Eutrofikasi

Eutrofikasi adalah masalah lingkungan hidup yang mengakibatkan kerusakan ekosistem perairan khususnya di air tawar. Hal tersebut disebabkan oleh limbah fosfat (PO3-), yaitu limbah yang dihasilkan oleh limbah rumah tangga seperti detergen. Selain itu limbah tersebut juga dapat dihasilkan dari limbah peternakan, limbah industri, dan berasal dari pertanian.

Faktor Penyebab Eutrofikasi

Eutrofikasi dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena aktifitas manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan. Hampir 90 % disebabkan oleh aktifitas manusia di bidang pertanian.

Dampak Eutrofikasi Terhadap Biota Air

Ada tiga perubahan ekosistem yang disebabkan oleh pengkayaan unsur hara dan eutrofikasi yaitu:

1. Perubahan dalam metabolisme komunitas.

2. Perubahan populasi dan,

3. Komunitas dengan pengkayaan unsur hara.

Penanggulangan Eutrofikasi

Pada umumnya ada dua cara untuk menanggulangi eutrofikasi:

a. Attacking symptoms Mencegah pertumbuhan

vegetasi penyebab eutrofikasi Menambah atau meningkatkan

oksigen terlarut di dalam air

Bila menggunakan cara ini, ada beberapa metode yang dapat digunakan :

Chemical treatment yang dimaksudkan untuk mengurangi kandungan nutrien yang berlebihan di dalam air

Aerasi Harvesting algae (memanen

alga) yang dimaksudkan untuk mengurangi alga yang tumbuh subur di permukaan air

b. Getting at the root cause Mengurangi nutrient dan

sedimen berlebih yang masuk ke dalam air

Pencemaran Perairan Air Danau

Berdasarkan survei yang dilakukan, sumber-sumber pencemar yang potensial menimbulkan pencemaran air danau adalah sebagai berikut :a. Limbah domestik. b. Perahu motor/kapal yang menghasilkan

residu minyak dan oli. c. Peternakan yang menghasilkan limbah

dan sisa makanan. d. Budidaya perikanan yang menggunakan

keramba jaring apung yang menghasilkan sisa pakan ikan (pellet).

e. Pertanian yang menghasilkan residu pestisida dan pupuk.

f. Sektor kehutanan. g. Industri kecil (industri ulos dan industry

pengolahan kopi) yang dapat menghasilkan limbah yang dapat mencemari perairan danau.

Page 3: Bahan Jurnal eitrofikasi

h. Populasi enceng gondok.

Parameter Fsika

SuhuTabel II.1 Kelarutan oksigen dalam air

Temperatur (0C)

Kelarutan (mg/I)

0 14,65 12,710 11,315 10,120 9,125 8,330 7,5

Sumber : Gabriel, 1999

Turbiditas (Kekeruhan) Air

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserapkan dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikro organisme lain.

Konduktivitas Air

Konduktivitas dinyatakan dengan satuan ms/cm. Air suling (aquades) memiliki nilai DHL 1 ms/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20-1500 ms/cm. Perairan laut memiliki DHL yang sangat tinggi, karena banyak mengandung garam terlarut. Limbah industri memiliki nilai DHL mencapai 10.000 ms/cm. Nilai DHL berhubungan erat dengan nilai padatan terlarut total atau Total Dissolved Solid (TDS).

Parameter Kimia

BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Oksigen adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, tak berasa, dan hanya sedikit dalam air. Untuk mempertahankan hidunya makhluk hidup yang tinggal di air,

baik tumbuhan maupun hewan bergantung pada oksigen yang terlarut ini. Kepekatan oksigen tergantung kepada :

a. Suhub. Adanya tumbuhan yang

berfotosintesisc. Tingkat penetrasi cahaya yang

tergantung kepada kedalaman dalam kekeruhan air

d. Tingkat kederasan aliran airJumlah bagian organik yang diuraikan dalam air seperti sampah, ganggang air, atau limbah industri.

pH

pH atau derajat keasaman adalah tolak ukur utama yang secara umum digunakan untuk menunjukan intensitas keasaman. Parameter ini menggambarkan konsentrasi ion hidrogen. Air umumnya memiliki pH 6,7-8,6. pH air akan turun menuju suasana asam, bila ada pertambahan bahan-bahan organik yang akan membebaskan CO2 jika mengurai.

Kondisi Umum Danau Unhas

Kondisi Fisik

Lingkungan danau UNHAS Jl. Perintis Kemerdekaan KM 11, Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan memiliki luas 5,76 × 104 m2, perhitungan luas ini dengan menggunakan GIS dan rektifikasi atau sesuaikan koordinat Peta atau Citra dan kemudian mendigitasi Peta atau Citra, setelah mendapatkan hasil digitasi, kemudian buatkan kolom luasan pada atribut, dan secara otomatis dengan menggunakan tools field kalkulator, maka luasan Peta dapat ditentukan. Dengan kedalaman rata-rata danau 1,5 m diukur pada tanggal 26 September 2013, sehingga berdasarkan persamaan ( 2.1) volume Danau Unhas adalah 8,64 x 104 m3. Berdasarkan luas dan volumenya Danau Unhas dapat diklasifikasikan menjadi

Page 4: Bahan Jurnal eitrofikasi

danau kecil. Karena berdasarkan klasifikasi kementerian lingkungan hidup 2008 dengan range <100 Km2 termasuk dalam tipe danau kecil.

Adapun lokasi pengambilan sampel yaitu,

1. Saluran RS. Wahidinkordinat : S : 050 08GG12H

E : 1190 29G 33H2. Saluran Pemukiman Warga

kordinat : S : 050 08 13,7H H E : 1190 29G 31,4H

3. Saluran In Flowkordinat : S : 050 08 13,5H

E : 1190 29G 33H4. Saluran Out Flow

kordinat : S : 050 08 15,7HE : 1190 29G 19,4H

Status Trofik Danau Unhas1) Oligotrof adalah status trofik air

danau dan/atau waduk yang mengandung unsur hara dengan kadar rendah, status ini menunjukkan kualitas air masih bersifat alamiah

belum tercemar dari sumber unsur hara Nitrogen dan Fosfor.

2) Mesotrof adalah status trofik air danau dan/atau waduk yang mengandung unsur hara dengan kadar sedang, status ini menunjukkan adanya peningkatan kadar Nitrogen dan Fosfor namun masih dalam batas toleransi karena belum menunjukkan adanya indikasi pencemaran air.

3) Eutrof adalah status trofik air danau dan/atau waduk yang mengandung unsur hara dengan kadar tinggi, status ini menunjukkan air telah tercemar oleh peningkatan kadar Nitrogen dan Fosfor .

4) Hipereutrof/Hipertrof adalah status trofik air danau dan/atau waduk yang mengandung unsur hara dengan kadar sangat tinggi, status ini menunjukkan air telah tercemar berat oleh peningkatan kadar Nitrogen dan Fosfor.

Tabel IV.1 Kriteria Status Trofik Danau

Status Trofik Kadar rata-rata

Total-N (μg/l) Kadar Rata-rata

Total-P (μg/l) Kadar rata-rata khlorofil-a (μg/l)

Kecerahan Rata-rata (m)

Oligotrof ≤ 650 < 10 < 2.0 ≥ 10

Mesotrof ≤ 750 < 30 < 5.0 ≥ 4

Eutrof ≤ 1900 < 100 < 15 ≥ 2.5

Hipereutrof > 1900 ≥ 100 ≥ 200 < 2.5

Sumber: KLH 2009, Modifikasi OECD 1982, MAB 1989; UNEP-ILEC, 2001

Hasil pengamatan parameter limnologis Danau Unhas untuk menetapkan status trofik danau disajikan

dalam Tabel IV.2. Nilai indikator diperoleh dari nilai rata-rata pengukuran.

Tabel IV.2 Nilai indikator status tropik Danau Unhas

Stasiun PengamatanTotal – N

(µg/l)Total – P

(µg/l)Kekeruhan

(NTU)

1. Saluran RS Wahidin Sudiro Husodo

154 150 11.0

2. Saluran Pemukiman Penduduk 193 480 60.0

3. Saluran In Flow 133 Tt 5

Page 5: Bahan Jurnal eitrofikasi

4. Saluran out Flow 60 230 10Berdasarkan Tabel IV.2 di atas dapat dijelaskan, jika dilihat dari rata-rata kandungan Total-P, dan kekeruhan, maka Danau Unhas digolongkan ke dalam status trofik “Hipertrofik”, sedangkan dari aspek parameter Total-N maka Danau Unhas digolongkan ke dalam status trofik “Oligotrofik”. Dan untuk aspek kekeruhan yaitu tergolong dalam status trofik oligotrof kecuali pada lokasi ke 2. Dengan demikian, dangkalnya rata-rata kekeruhan perairan Danau Unhas ini bukan disebabkan karena kepadatan fitoplankton melainkan karena tingginya kelarutan total suspended solid (TSS) dan total dissolved solid (TDS). Penentuan status trofik Danau Unhas tersebut di atas mengacuh pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor: 28 Tahun 2009 tanggal 5 Agustus 2009 tentang Metode Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Dan/Atau Waduk.

Pembahasan

Suhu

Radiasi cahaya matahari yang tiba dan masuk ke dalam perairan akan memberikan energi panas pada badan air. Jika jumlah radiasi yang berhasil diserap oleh perairan berbeda, maka temperatur yang dihasilkan juga akan berbeda. Hasil pengukuran masing - masing sampel pengamatan adalah 200C, 240C, 250C, dan 250C. Suhu sangat penting bagi kehidupan organisme perairan karena secara langsung dapat mempengaruhi proses metabolisme dan kelarutan gas - gas lainnya seperti oksigen dan daya toksisitas senyawa-senyawa nitrogen seperti nitrit dan amoniak.

Warna Air

Warna air danau dapat disebabkan oleh adanya bahan-bahan tersuspensi dan terlarut, baik yang berasal dari ion-ion logam seperti besi dan mangan, dari bahan oraganik baik yang hidup maupun yang mati. Bahan organik yang hidup misalnya

plankton dan yang mati seperti protein, lemak dan karbohidrat. Senyawa turunan dari ketiganya serta jasad mati lainnya dalam bentuk detritus dan koloid. Warna air mempengaruhi sifat optis dari perairan danau karena menentukan transmisi cahaya dan akhinya mempengaruhi proses-poroses biologis. Sampai pada batas tertentu, warna air ini memberi petunjuk kualitatif mengenai produktivitas perairan danau. Hasil pengukuran warna air pada semua stasiun pengamatan berkisar antara 15 - 384 Units PtCo/Colour. Nilai terkecil pada saluran in flow dan yang tertinggi pada aliran saluran pemukiman warga.

Konduktivitas

Konduktivitas atau daya hantar listrik merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit di dalam air. Nilai konduktivitas menggambarkan kandungan garam - garam yang terlarut dalam air seperti natrium, karbonat dan bahan - bahan terlarut lainnya dalam bentuk kation dan anion. Pada prinsipnya adalah elektrolit - elektrolit yang berkaitan dengan kemampuan air di dalam menghantarkan arus. Hasil pengukuran daya hantar listrik berkisar antara 2.4 – 18,01 ms/cm dan tertinggi pada aliran in flow. Terlihat konduktifitas air berkurang dari saluran in flow pada saat out flow hingga 13,47 ms/cm.

Kekeruhan

Kekeruhan atau turbidity disebabkan oleh adanya padatan halus yang tersuspensi dan padatan yang terlarut di dalam air. Padatan tersuspensi dan terlarut dapat bersifat anorganik dan organik seperti kwarsa, liat, lempung, sisa tanaman, plankton dan sebagainya. Nilai kekeruhan pada semua stasiun pengamatan pada berkisar antara 5 - 60 nTU, Peningkatan nilai kekeruhan pada in flow menuju out flow adalah 5 nTU. Kekeruhan yang terlalu tinggi mempengaruhi jumlah intensitas cahaya matahari yang dapat menembus ke dalam

Page 6: Bahan Jurnal eitrofikasi

perairan dan dapat menghambat penyerapan oksigen oleh insang ikan dan organisme perairan lainnya. Nilai kekeruhan air yang layak berdasarkan baku mutu air kelas II adalah 15 nTU.

TSS dan TDS

Total Suspended Solid (TSS) dan Total Dissolved Solid (TDS) merupakan padatan melayang dan terlarut dalam perairan yang mempengaruhi penetrasi cahaya matahari ke lapisan air yang lebih dalam.

Semakin tinggi TSS dan TDS akan semakin menghambat penetrasi intensitas cahaya ke dalam perairan. Hal ini secara langsung akan berakibat terhadap penurunan aktivitas fotosintesis oleh tanaman berklorofil yang terdapat pada perairan misalnya hidrofita dan fitoplankton. Dari pengukuran yang telah dilakukan, besarnya nilai TSS dan TDS pada semua stasiun tertinggi pada saluran air warga yaitu 32000 µg/l untuk TSS dan saluran in flow 9730000 µg/l untuk TDS.

Derajat Keasaman

Derajat keasaman (pH) merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan sebagai faktor pembatas pada perairan (Michael, 1984). Dalam hal ini sebagian besar biota perairan sensitif terhadap perubahan nilai pH. Hasil pengukuran menunjukkan nilai pH pada semua stasiun masing-masing stasiun adalah 6,6 5,8 7,5 dan 7,8. Hal ini menunjukkan bahwa pH perairan Danau Unhas pada semua stasiun pengamatan berada pada kondisi yang baik.

Biochemical Oxygen Demand (BOD5)

Nilai BOD5 pada semua stasiun berkisar pada sekala tertinggi 3460 µg/l pada satsiun saluran out flow, yang diperoleh pada prinsipnya mengindikasikan tentang kadar bahan organik di dalam badan karena BOD5 merupakan nilai yang menunjukkan kebutuhan oksigen oleh bakteri aerob untuk mengoksidasi bahan organik di dalam badan air sehingga secara

tidak langsung juga menunjukkan keberadaan bahan organik di dalam air. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi akumulasi limbah organik yang berat pada Danau Unhas.

Chemical Oxygen Demand (COD)

Nilai pengukuran COD pada semua stasiun pengamatan pada 6190 µg/l. Secara umum COD pada stasiun pengamatan berbeda pada nilai di bawah baku mutu air golongan C. Nilai COD menunjukkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi habis, semua bahan organik yang berlangsung secara kimiawi. Umumnya nilai COD akan selalu lebih besar dibandingkan dengan nilai BOD5, karena BOD5 terbatas hanya terhadap bahan organik yang bisa diuraikan secara biologis saja, sementara nilai COD menggambarkan kebutuhan oksigen untuk total oksidasi baik terhadap senyawa yang dapat diuraikan secara biologis maupun terhadap senyawa yang tidak dapat diuraikan secara biologis. Berdasarkan pada kenyataan ini, maka dapat dikatakan bahwa kondisi dasar perairan Danau Unhas telah tercemar dengan limbah organik sehingga mikroorganisme decomposer berkembang dengan baik. Ratio antara BOD5 : COD untuk limbah domestik umumnya mempunyai perbandingan nilai 1 : 4 (Ginting, 2002).

Dissolved Oxygen (DO)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan oksigen terlarut semua stasium pengamatan berkisar antara 24600-34600 µg/l. Kandungan oksigen terlarut tertinggi ditemukan pada stasiun saluran out flow. Tingginya nilai DO pada stasiun tersebut berkaitan erat dengan aliran air sungai menyebabkan terjadinya proses difusi oksigen dari udara kedalam air. Disamping itu kondisi suhu air yang relatif rendah pada stasiun SW yaitu 27,8 0C. Menurut Boyd (1991) bahwa semakin renda suhu air kemampuan jenuh air untuk mengikat oksigen semakin tinggi dan

Page 7: Bahan Jurnal eitrofikasi

umumnya tingkat jenuh air terhadap oksigen dapat dicapai pada suhu 28,0 0C jika tidak terdapat faktor lain yang menghambat afinitas air terhadap oksigen. Secara umum DO pada setiap stasium pengamatan di perairan Danau Unhas berada di atas nilai baku mutu air golongan C.

Total Fosfor

Total fosfor dalam perairan terdapat sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organik. Fosfat organik adalah unsur P yang terikat pada senyawa-senyawa organik hingga tidak berada dalam larutan secara terlepas. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi dan terikat dalam senyawa organik. Hasil pengukuran fosfat pada semua stasiun pengamatan berkiasar antara 150 – 480 µg/l sekaligus berada ditas nilai air golongan A dan B. Tingginya total fosfat dapat disebabkan karena hasil oksidasi atau penguraian bahan organik oleh mikroorganisme decomposer di dalam badan air dan introduksi fosfat organik melalui buangan penduduk seperti tinja dan limbah rumah tangga dari pemukiman warga.

Nitrat (NO3--N)

Secara keseluruhan terlihat bahwa semua stasiun pengamatan pada berkisar antara antara tt – 730 µg/l, sedangkan pada periode Desember 2012 berkisara antara 60 – 193 µg/l. Kandungan nitrat pada perairan Danau Unhas berdasarkan pengamatan/pengambilan sampel air pengamtan yang berbeda menunjukkan nilai di bawah baku mutu air kelas A.

Amoniak (NH3)

Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang akan berubah menjadi amonium (NH4

+) pada pH rendah dan amoniak sendiri berada dalam keadaan tereduksi. Senyawa amoniak ini sangat toksit bagi organisme perairan meskipun pada kadar yang relatif rendah. Kadar NH3 450 µg/l

dapat menghambat laju pertumbuhan ikan dan udang hinga 50 % jika terpapar dalam waktu lama, sedang pada kadar 1290 µg/l sudah dapat mematikan beberapa jenis udang dan ikan (Wickins, 1976). Hasil pengamatan kandungan amoniak pada semua stasiun periode September 2012 berkiasar 11 µg/l.

Sulfat

Kadar sulfat pada semua stasiun pengamatan periode September 2012 berkisar antara 420 – 9390 µg/l. Kandungan sulfat dalam perairan tidak dipersyaratkan dalam baku mutu air. Kelarutannya dalam perairan disebabkan karena aspek-aspek geologis seperti kelarutan mineral mgips yang tinggi dan pencemaran. Sedangkan kehilangan sulfat dalam perairan karena adanya vegetasi autotrof yang mengkonsumsi sulfat sebagai nutrisi.

Besi (Fe)

Hasil pengukuran kandungan besi pada semua stasiun pengamatan periode September 2012 berkisar antara 2946 –8605 µg/l. Jelas berada diatas nilai bau air golongan A. Besi dapat terlarut di dalam air bila danau memiliki dasar yang sangat dalam kemudian didukung oleh pH air yang rendah (asam) serta banyak mengandung karbondioksida terlarut.

Status TropikSaluran RS. Wahidin

Alokasi beban pencemaran sampel air saluran RS. Wahidin yang dinyatakan dengan kadar parameter Total Phospor dan Total-N adalah sebagai berikut:

a) Kadar parameter Total-P pada stasiun saluran RS. Wahidin menunjukkan status trofik lokasi pengamatan. Yaitu saluran RS. Wahidin memiliki nilai Total-P 150 µg/l, nilai ini menunjukkan status hiperoutrof karena berada pada batas diatas 100 µg/l.

Page 8: Bahan Jurnal eitrofikasi

b) Kadar parameter Total-N pada stasiun saluran RS. Wahidin menunjukkan status trofik lokasi pengamatan. Yaitu saluran RS. Wahidin memiliki nilai Total-N 154 µg/l, nilai ini menunjukkan status oligotrof karena berada pada batas dibawah 650 µg/l.

Saluran Pemukiman Penduduk

Alokasi beban pencemaran sampelair Saluran Pemukiman Penduduk yang dinyatakan dengan kadar parameter Total Phospor dan Total-N adalah sebagai berikut:

a) Kadar parameter Total-P pada stasiun Saluran Pemukiman Penduduk menunjukkan status trofik lokasi pengamatan. Yaitu Saluran Pemukiman Penduduk memiliki nilai Total-P 480 µg/l, nilai ini menunjukkan status hiperoutrof karena berada pada batas diatas 100 µg/l.

b) Kadar parameter Total-N pada stasiun Saluran Pemukiman penduduk status trofik lokasi pengamatan. Yaitu saluran RS Wahidin memiliki nilai Total-N 193 µg/l, nilai ini menunjukkan status oligotrof karena berada pada batas dibawah 650 µg/l.

Saluran In Flow

Alokasi beban pencemaran sampelair saluran in flow yang dinyatakan dengan kadar parameter Total Phospor dan Total-N adalah sebagai berikut:

a) Kadar parameter Total-P pada stasiun saluran in flow menunjukkan status trofik lokasi pengamatan. Yaitu saluran in flow tidak terdeteksi nilai Total-P, ditinjau kecenderungan stasiun pengamatan lain menunjukkan status hiperoutrof karena berada pada batas diatas 100 µg/l.

b) Kadar parameter Total-N pada stasiun saluran in flow menunjukkan status trofik lokasi pengamatan. Yaitu saluran

in flow memiliki nilai Total-N 10 µg/l, nilai ini menunjukkan status oligotrof karena berada pada batas dibawah 650 µg/l.

Saluran Out Flow

Alokasi beban pencemaran sampelair saluran out flow yang dinyatakan dengan kadar parameter Total Phospor dan Total-N adalah sebagai berikut:

a) Kadar parameter Total-P pada stasiun saluran out flow menunjukkan status trofik lokasi pengamatan. Yaitu saluran out flow memiliki nilai Total-P 230 µg/l, nilai ini menunjukkan status hiperoutrof karena berada pada batas diatas 100 µg/l.

b) Kadar parameter Total-N pada stasiun saluran out flow menunjukkan status trofik lokasi pengamatan. Yaitu saluran out flow memiliki nilai Total-N 16 µg/l, nilai ini menunjukkan status oligotrof karena berada pada batas dibawah 650 µg/l.

Status Tropik Danau Unhas

Alokasi beban pencemaran air yang dinyatakan dengan kadar parameter Total Phospor dan Total-N adalah sebagai berikut:

a) Syarat kadar parameter Total-Pdan Total-N adalah 100 µg/l (untuk kategori hipertrofik) dan 650 µg/l (untuk kategori oligotrofik).

b) Kadar parameter Total-P pada setiap stasiun pengamatan menunjukkan status trofik lokasi pengamtan. Yaitu saluran RS Wahidin, saluran pemukiman penduduk, in flow dan out flow danau Unhas menunjukkan status hiperoutrof karena berada pada batas diatas 100 µg/l.

Kadar parameter Total-N pada setiap stasiun pengamatan menunjukkan status trofik lokasi pengamtan. Yaitu saluran RS Wahidin, saluran pemukiman penduduk, in flow dan out flow danau Unhas

Page 9: Bahan Jurnal eitrofikasi

menunjukkan status Oligotrof karena berada pada batas dibawah 650 µg/l.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penetapan status alokasi danau Unhas dengan mengambil parameter Total-P dan Total-N sebagai referensi menghasilkan temuan sebagai berikut: Status trofik danau Unhas berdasarkan

nilai Total-P tergolong ke dalam Hipertrofik. Yaitu saluran RS Wahidin, saluran pemukiman penduduk, In flow dan Out flow danau Unhas menunjukkan status hiperoutrof karena berada pada batas diatas ≥100 µg/l.

Kadar parameter Total-N pada setiap stasiun pengamatan menunjukkan status trofik lokasi pengamtan. Yaitu saluran RS Wahidin, saluran pemukiman penduduk, in flow dan out flow danau Unhas menunjukkan status Oligotrof karena berada pada batas dibawah ≤ 650 µg/l.

Perhitungan beban pencemaran Danau Unhas hanya didasarkan pada parameter Total Phospor. Kekeruhan air yang tinggi oleh padatan suspense dan padatan terlarut akan menghambat penetrasi cahaya matahari menembus ke dalam kolom air sehingga perkembanagan fitoplankton berkurang.Fitoplankton dan mikro alga lainnya merupakan biota akuatik yang efektif mengurangi kelarutan Phospor didalam perairan.Eutrofikasi danau Unhas secara signifikan disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak ramah lingkungan khususnya limbah deterjen. Sehingga pembungan limbah pemukiman penduduk yang tidak diatur dengan baik menjadi faktor utama

.Saran

Pada penelitian selanjutnya penulis menyarankan, agar dilakukan, melihat

perbedaan musim, baik musim hujan, kemarau maupun peralihan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hartoto,D.I., 2001. “Dinamika Populasi Plankton Sebagai Indikator Pencemaran pada Perairan Waduk”, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI, Cibinong.

2. Finli,2007.http://finli.blogspot.com/apakah-eutrofikasi-itu.html/. Diakses pada tanggal 7 april 2011.

3. Connell, D.W., dan Miller, G.J. 1985. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.

4. Mason. 1993. Biology of Freshwater Pollution. John Willey and Sons. New York.

5. Sharpley, A.N. 1994. Wheat tillage and water quality in the Southern Plains. Soil TillagebResearch.

6. Anonim, 2010. http://www.trinunnews.com. Cara Cegah Ikan Mati Massal. Diakses pada tanggal 7 april 2011.

7. Suseno, H., 1974. Fisiologi Tumbuhan, Metabolisme Dasar. Dept. Botani IPB Bogor.

8. Suriawirya, U., 1995. Mikrobiologi Air.  Alumni Bandung.

9. Haryani GS. 2004. Kualitas dan kuantitas air danau dalam Prosiding Lokakarya Danau Kedua Pengelolaan Danau Berwawasan Lingkungan di Indonesia. Forum Danau Indonesia (FDI) dan International Lake Committee Foundation (ILEC);Jakarta 8-9 Des 2004. Jakarta.

10. Barus, T. A. 2007. Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba dan Upaya Pelestariannya, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Limnologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

11. Pangesti, 2004. Kajian Aspek Pencemaran di Wilayah Jabopunjur; status pencemaran. Lokakarya

Page 10: Bahan Jurnal eitrofikasi

Nasional “Pengelolaan Kawasan Jabopunjur untuk Pemberdayaan Sumberdaya Air”, Jakarta.

12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 28 Tahun 2009, tentang Metode Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau Dan/Atau Waduk.

13. Mantyla, Aw, 1987, Standar Air Laut, PT. Rineka Cipta. Jakarta.

14. Davis, M.L. and Bradley, R. 1984. Introduction to Environmental Engineering. Second edition. Mc-Graw-Hill, Inc., New York. 822 p. Yogyakarta.

15. Tebbutt, T.H.Y. 1992. Principles of Water Quality Control. Fourth edition.

Pergamon Press, Oxford. 251 p. Yogyakarta.

16. Canadian, 1987. Canadian Water Quality. Canadian Council of Resource and Environment Ministers, Ontario, Canada.

17. Armand, 7 Juni 2009, Pencemaran Air, Global Warming, http://www.mcarmand.co.cc/search/label/pencemaran%20Kimia,diakses tanggal 30 Oktober 2009.

18. Soemirat Juli, 2004, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta, Gajah Mada University Press.

19. Sastrawijaya, T.A. 1991. Pencemaran Lingkungan, Jakarta: Rineka Cipta.