bahan isolasi gas

41
BAHAN ISOLASI GAS Paper Gejala Medan Tinggi Oleh : PUTU RUSDI ARIAWAN 0804405050 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2010

Upload: rusdi-ariawan

Post on 20-Jun-2015

3.849 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

Bahan Isolasi Gas

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Isolasi Gas

BAHAN ISOLASI GAS

Paper Gejala Medan Tinggi

Oleh :

PUTU RUSDI ARIAWAN

0804405050

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2010

Page 2: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan tugas kelompok dengan

judul : BAHAN ISOLASI GAS tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari

penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Gejala Medan Tinggi

pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Ibu ir.I A Dwi Giriantari,MengSc.PhD yang telah membimbing kami dari awal

perkuliahan hingga pertengahan semester ini sehingga kami dapat menyelesaikan

laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini,.

Kami mengakui bahwa laporan ini jauh dari sempurna mengingat

terbatasnya kemampuan serta sulitnya mencari buku-buku yang dipakai sebagai

acuan atau referensi. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca demi sempurnanya laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga

laporan ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat memenuhi fungsinya.

Denpasar, April 2010

Penulis

Page 3: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN iii

ABSTRAK

Isolasi merupakan suatu peralatan yang digunakan sebagai pembatas dan pengaman pada peralatan listrik yang mempunyai kekuatan listrik yang cukup untuk menjamin faktor keselamatan yang diperlukan pada saat peralatan listrik tersebut beroperasi maupun tidak beroperasi.Bahan isolasi gas digunakan sebagai pengisolasi dan sekaligus sebagai media penyalur panas. Bahan isolasi gas dapat berupa udara, sulphur hexa fluorida (SF6) dan gas-gas lainnya yang lazim digunakan di dalam teknik listrik.

Begitu besarnya manfaat yang bisa diberikan oleh bahan isolasi Gas ini sehingga menimbulkan keingintahuan tentang bagaimana cara isolasi udara (gas) dalam mengisolasi atau mengamankan peralatan tegangan tinggi dan bagaimana aplikasi dari isolasi gas pada peralatan pengaman maupun pada sakelar pemisah .

Tugas kelompok ini dilaksanakan untuk mengetahui cara isolasi udara (gas) dalam mengisolasi atau mengamankan peralatan tegangan tinggi.Sehingga dari tugas ini didapatkan suatu data yang bisa digunakan sebagai acuan untuk mengetahui teknik mengamankan peralatan yang dipakai dalam aplikasi tegangan tinggi. Sehingga peralatan tersebut bisa lebih awet dan tahan lama.Tugas kelompok ini dikerjakan di Denpasar dari tanggal 24 maret sampai dengan tanggal 31 maret 2010. Data yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari buku yang berjudul MV switchgear, catalog HA 41.11,1993, unrevised edition 1997. SIEMENS; Analisa Sistem Tenaga Listrik dan Pengetanahan Netral Sistem Tegangan Tinggi, Departemen Elektroteknik FTI, ITB, 1979/1978 (Edisi baru 1991), TB Hutauruk.

Bahan isolasi gas dapat dimanfaatkan dalam berbagai keperluan atau berbagai aplikasi yaitu pada Panel Berisolasi Gas, Jaringan GIL. Keperluan panel daya listrik untuk peralatan saklar daya di gardu induk transmisi dan distribusi, gardu pabrik, gardu pembangkit dan di pusat-pusat beban listrik yang sangat banyak, telah memberi dorongan untuk memahami operasi dan perawatannya serta penciptaan sistem desain panel daya dan komponen-komponennya yang menyesuaikan kondisi lingkungan, keselamatan, ukuran daya dan tegangan serta pemasangannya.

Untuk tegangan rendah mungkin faktor keselamatan dan cara pemasangan panel relatif belum begitu diperhatikan dibandingkan dengan untuk tegangan menengah. Sedangkan untuk tegangan di atas 115 KV faktor ruangan sudah menjadi terbatas untuk meletakkan panel indoor (dalam ruang), sehingga ukuran komponen dan isolasi perlu diefisienkan. Cara pengoperasian panel, antisipasi perluasan panel, cara perawatan, kekuatan rangka dan dinding panel, kemungkinan kesalahan hubung singkat juga menjadi pertimbangan dalam mendesain panel daya listrik tegangan menengah. Pada panel berisolasi udara faktor kelembaban, kontaminasi, masuknya gas explosif, uap korosif, debu dan binatang-binatang kecil masih merupakan masalah.

Page 4: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN iv

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL…………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii

ABSTRAK ………………………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI………………………………………………………………… iv

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. vi

DAFTAR TABEL………………………………………………………….. vii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….. 1

1.3 Tujuan Pembuatan……………………………………………….. 2

1.4 Manfaat Pembuatan……………………………………………… 2

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah……………………………. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….. 3

2.1 Isolasi…………………………………………………………… 3

2.1.1 Isolasi Udara……………………………………………... 3

2.1.2 Sulphur Hexa Fluorida (SF6)............................................. 4

2.1.3 Gas-gas lain....................................................................... 6

2.1.4 Tingkat Ketahanan Isolasi

(Basic Impuls Insulation Level/BIL).............................. 7

2.1.5 Koordinasi Isolasi 8

2.2 Jaringan GIL…………………………………………………….. 9

Page 5: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN v

2.3 Panel Berisolasi Gas…………………………………………… 10

2.3.1 Syarat Kelas Komponen Panel Berisolasi Gas ………… 10

2.3.2 Tipe Panel Berisolasi Gas ……………………………… 12

2.3.3 Desain Panel Siemens 8 DH 10 ……………………….. 13

2.3.4 Mekanisme Komponen Utama Pada Panel isolasi Gas… 17

2.4 Mekanisme Kegagalan Isolasi Gas …………………………… 19

2.4.1 Mekanisme Kegagalan Townsend …………………….. 20

2.4.2 Mekanisme Kegagalan Streamer ……………………… 21

BAB III PENGGUNAAN ISOLASI PADAPEMUTUS (CB) TEGANGAN TINGGI ……………………….. 23

3.1 Pengertian……………………………………………………… 23

3.2 Jenis CB………………………………….……………………. 24

3.3 Peralatan yang diisi gas……………………………………….. 25

3.3.1 Live -tank circuit breaker ……………………………... 25

3.3.2 Dead-tank circuit breaker ……………………………... 27

3.3.3 Trafo yang diisi gas …………………………………… 27

3.4 Gas-gas yang dipakai untuk CB ………………………………. 28

3.4.1 Gas-gas untuk CB …………………………………….. 29

3.4.2 gas-gas untuk CT dan busbar ………………………….. 30

3.5 Bushing ………………………………………………………… 31

BAB V PENUTUP ……………………………………………………….. 39

4.1 Simpulan……………………………………………………… 32

4.2 Saran …………………………………………………………. 32

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 33

Page 6: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Hubungan antara tegangan tembus dan jarak untuk udara …………... 3

2.2 Molekul sulphur hexa fluorida………………………………………… 4

2.3 Konstruksi Panel Circuit Breaker……………………………………… 14

2.4 Konstruksi panel transformator ………………………………………. 15

3.1 Konstruksi dasar dari CB……………………………………………... 23

3.2 a. CB tangki bertegangan (life-tank CB)

b. CB dengan tangki ta bertegangan (dead-tank)…………………….. 24

3.3 distribusi tegangan 4 breakers……………………………………….... 26

3.4 Trafo arus …………………………………………………………….. 26

3.5 KEkuatan listrik dari udara sebagai fungsi dari tekanan …………….. 29

3.6 Bushing dengan isolasi gas …………………………………………… 31

Page 7: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN vii

DAFTAR TABEL

2.1 Sifat beberapa gas………….................................................................. 5

2.2 Tabel BIL untuk beberapa kelas referensi1…………………………… 8

2.3 Standar tegangan yang dipakai pada pengetesan…………………….. 17

3.1 gas-gas yang dapat dipakai untuk CT dan busbar……………………. 31

Page 8: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada kemajuan teknologi tegangan tinggi , isolasi listrik memegang peranan

yang sangat penting dalam teknik tegangan tinggi. Isolasi listrik sangat diperlukan

untuk menunjang keandalan didalam penyaluran tegangan listrik. Isolasi listrik

diperlukan untuk memisahkan bagian-bagian yang bertegangan pada suatu

penghantar jaringan tegangan tinggi, sehingga dapat memberikan keamanan dan

kenyamanan pada masyarakat yang ada pada areal yang terkena tegangan tinggi.

Isolasi listrik pada sistem transmisi tenaga listrik dalam mengisolasi atau

mengamankan konduktor dari tegangan membutuhkan suatu koordinasi isolasi.

Koordinasi isolasi yang merupakan korelasi kekuatan isolasi peralatan sistem

tenaga listrik, di satu pihak dengan alat-alat proteksinya dilain pihak, sehingga

peralatan sistem tenaga listrik terlindungi dari bahaya-bahaya tegangan lebih

secara ekonomis. Koordinasi isolasi didalam teknik tegangan tinggi mempunyai

tujuan untuk perlindungan terhadap peralatan dan penghematan.

Jenis-jenis isolasi yang digunakan dalam teknik tegangan tinggi antara lain :

isolasi udara (gas), isolasi padat, isolasi cair. Dalam hal ini lebih diberatkan pada

isolasi udara (gas). Isolasi udara (gas) aplikasinya lebih banyak digunakan pada

isolasi saluran transmisi udara dan pada GIL (Gas Insulated Transmission Lines)

,pada CB dan sakelar pemisah. Dalam pemilihan bahan isolasi lebih diberatkan

pada keandalan dari bahan isolasi itu sendiri maupu biaya operasional dari

isolasi itu sendiri. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memilih bahan

isolasi yang cocok digunakan pada suatu peralatan tegangan tinggi dengan

memperhitungkan keandalan dan keserhanaan dari isolasi itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Melihat masalah yang timbul dari latar belakang laporan di atas maka timbul

suatu permasalahan yaitu:

Page 9: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 2

1 Bagaimana cara isolasi udara (gas) dalam mengisolasi atau

mengamankan peralatan tegangan tinggi ?

2 Bagaimana aplikasi dari isolasi gas pada peralatan pengaman maupun

pada sakelar pemisah ?.

1.3 Tujuan Pembuatan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah :

1. Untuk mengetahui fungsi dari isolasi udara (gas).

2. Untuk mengetahui kemampuan dari isolasi udara pada saluran transmisi

udara dengan isolasi gas pada CB dan pada GIL.

1.4 Manfaat Pembuatan

Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui sejauh

mana fungsi dan kemampuan dari isolasi udara (gas) dalam mengisolasi dan

mengamankan konduktor dari tegangan lebih.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Dengan melihat permasalahan yang ada dan menghindari terjadinya perluasan

masalah, maka perlu adanya pembatasan dimana pada penulisan makalah ini akan

membahas mengenai :

1 Isolasi udara pada saluran udara tegangan tinggi

2 Isolasi gas pada GIL (Gas Insulated Transmission Lines) dan pada CB

Page 10: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Isolasi

Isolasi merupakan suatu peralatan yangyang digunakan sebagai pembatas dan

pengaman pada peralatan listrik yang mempunyai kekuatan listrik yang cukup

untuk menjamin faktor keselamatan yang diperlukan pada saat peralatan listrik

tersebut beroperasi maupun tidak beroperasi.bahan isolasi yang digunakan dalam

teknik tegangan tinggi dibedakan menjadi : bahan isolasi gas, bahan isolasi padat,

bahan isolasi cair. Dalam pembahasan kali ini lebih diberatkan pada jenis bahan

isolasi gas.bahan isolasi gas digunakan sebagai pengisolasi dan sekaligus sebagai

media penyalur panas. Bahan isolasi gas dapat berupa udara, sulphur hexa

fluorida (SF6) dan gas-gas lainnya yang lazim digunakan di dalam teknik listrik.

2.1.1 Isolasi Udara

Udara merupakan bahan isolasi yang mudah didapatkan, mempunyai tegangan

tembus yang cukup besar yaitu 30 kV / cm. Contoh yang mudah dapat dijumpai

pada JTR, JTM, dan JTT antara hantaran yang satu dengan yang lain dipisahkan

dengan udara.

Hubungan antara tegangan tembus dan jarak untuk udara tidak linier seperti

ditunjukkan pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Vt = f (celah udara) pada p = 1 atm, F = 50 Hz

300 200100 Jarak (mm)

100

200

300

400

Tegangan

Page 11: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 4

Kalau dua buah elektroda yang dipisahkan dengan udara mempunyai beda

tegangan yang cukup tinggi yaitu tegangan yang melebihi tegangan tembus, maka

akan timbul loncatan bunga api. Bila tegangan tersebut dinaikkan lagi, maka akan

terjadi busur api.

Jika terdapat dua buah elektroda berbentuk bulat dipisahkan dengan udara

yang jaraknya cukup besar untuk harga tegangan dan memungkinkan terjadinya

ionisasi pada udara sekitarnya maka terbentuklah ozon. Pada sekitar elektroda

tersebut akan timbul sinar terang kebiru-biruan yang disebut korona.

Besarnya tegangan tembus pada udara dipengaruhi oleh besarnya tekanan

udara. Secara umum, makin besar tekanannya, makin besar juga tegangan

tembusnya. Tetapi untuk keadaan pakem justru tegangan tembus akan menjadi

lebih besar. Keadaan yang demikian inilah yang digunakan atau diterapkan pada

beberapa peralatan listrik.

2.1.2 Sulphur Hexa Fluorida (SF6)

Sulphur hexa Fluorida (SF6) merupakan suatu gas bentukan antara unsur

sulphur dengan fluor dengan reaksi eksotermis:

S + 3 F2 SF2 + 262 kilo kalori.

Molekul SF6 seperti ditunjukkan pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Molekul sulphur hexa fluorida

Terlihat pada gambar 2.2 bahwa molekul SF6 mempunyai 6 atom fluor yang

mengelilingi sebuah atom sulphur, di sini masing-masing atom fluor mengikat 1

buah elektron terluar atom sulphur. Dengan demikian maka SF6 menjadi gas yang

inert atau stabil seperti halnya gas mulia.

S

F

F

F

F

F

F

Page 12: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 5

Sampai saat ini SF6 merupakan gas terberat yang mempunyai massa jenis

6,139 kg / m3 yaitu sekitar 5 kali berat udara pada suhu nol derajat celsius dan

tekanan 1 atmosfir.

Sifat lainnya adalah : tidak terbakar, tidak larut dalam air, tidak beracun, tidak

berwarna dan tidak berbau. SF6 juga merupakan bahan isolasi8 yang baik yaitu

2,5 kali kemampuan isolasi udara. Perbandingan SF6 dengan beberapa gas lain

seperti tercantum pada tabel : 2.1

Tabel 2.1 Sifat beberapa gas

Gas

Massa jenis

Kg / m3

Konduktivitas

panas W / . m

Tegangan

Tembus KV / cm

Udara 1,228 5 . 10 -6 30

SF6 6,139 1,9 . 10 –5 75

Nitrogen (N2) 1,191 5,4 . 10 -6 30

Karbon dioksida 1,867 3,2 . 10 -6 27

Hidrogen 0,086 3,3 . 10 -5 18

Seperti telah disebutkan di atas, bahwa untuk pembentukan SF6 menjadi

Sulphur dan Fluor memerlukan panas dari sekelilingnya sebesar 262k . kalori /

molekul.

Hal ini tepat sekali digunakan untuk bahan pendinginan pada peralatan listrik

yang menimbulkan panas atau bunga api pada waktu bekerja , misalnya: sakelar

pemutus beban.

Sifat dari SF6 sebagai media pemadam busur api dan relevansinya pada

sakelar pemutus beban adalah :

a. Hanya memerlukan energi yang rendah untuk mengoperasikan

mekanismenya. Pada prinsipnya, SF6 sebagai pemadam busur api

adalah tampa memerlukan energi untuk mengkompresikannya,

namun semata-mata karena pengaruh panas busur api yang terjadi.

b. Tekanan SF6 sebagai pemadam busur api maupun sebagai

pengisolasi dapat dengan mudah dideteksi.

c. Penguraian pada waktu pemadaman busur api maupun

pembentukannya kembali setelah pemadaman adalah menyeluruh

(tidak ada sisa unsur pembentuknya).

Page 13: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 6

d. Relatif mudah terionisasi sehingga plasmanya pada CB

konduktivitasnya tetap rendah dibandingkan pada keadaan dingin.

Hal ini mengurangi kemungkinan busur api tidak stabil dengan

demikian ada pemotongan arus dan menimbulkan tegangan antar

kontak.

e. Karakteristik gas SF6 adalah elektro negatif sehingga

penguraiannya menjadikan dielektriknya naik secara bertahap.

f. Transien frekuensi yang tinggi akan naik selama operasi

pemutusan dan dengan adanya hal ini busur api akan dipadamkan

pada saat nilai arusnya rendah.

2.1.3 Gas-gas Lain

Gas bentukan fluoro organik misalnya C7F14, C7F8, C14 F24

mempunyaitegangan tembus yang tinggi, berkisar antara 6 sampai 10 kali

tegangan tembus udara. Ini berarti gas-gas tersebut baik sekali untuk bahan isolasi

misalnya: pada alat-alat pemutus.

Tampak pada tabel 2.1 bahwa hidrogen merupakan gas yang ringan walaupun

tegangan tembusnya tidak terlalu tinggi tetapi bagus untuk pendinginan karena

konduktivitas termalnya tinggi. Pada mesin-mesin listrik yang besar, penggunaan

hidrogen sebagai pendingin (misalnya : pada generator turbo, kondensor sinkron)

dapat mengurangi rugi-rugi pada belitannya. Dengan demikian daya guna mesin

dapat naik. Di samping itu kebisingan dapat dikurangi karena kepekatan hidrogen

lebih rendah dibandingkan dengan udara.Tetapi pemakaian hidrogen sebagai

pendingin harus disekat dengan sempurna, karena pencampuran hidrogen dengan

udara dengan perbandingan tertentu dapat menyebabkan letusan.

Gas karbon dioksida (CO2) dapat digunakan sebagai gas residu pada bahan

dielektrik cair (minyak) pada alat-alat tegangan tinggi antara lain : kabel,

transformator. Sifat-sifatnya antara lain : resistivitas termal 6880 C ο/ W /cm3 ,

tegangan tembusnya rendah yaitu 157 V/ cm , permitivitas relatif pada suhu 0οC

adalah 1.000985. Gas freon12 ( CCl2F2) yang umumnya digunakan pada teknik

pendinginan juga dapat digunakan sebagai bahan dielektrik pada

konndensator(kadang-kadang dicampur dengan gas nitrogen). Sifat-sifat Gas

Page 14: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 7

freon 12 antara lain resistivitas termalnya pada suhu 30 οC adalah 10400 Cο / W

/cm3, tegangan tembusnya lebih tinggi dari pada tegangan tembus CO2 yaitu 358

V / cm.

Gas neon adalah salah satu gas mulia yang banyak diginakan sebagai bahan

pengisi lampu-lampu tabung. Tegangan tembusnya sekitar 100 V / cm, resistivitas

termalnya 2150 Cο / W / cm3 dan mempunyai massa jenis 0,000833 g / cm3.

Dalam hal tegangan tembus, disamping gas-gas tersebut diatas, keadaan

pakem mempunyai tegangan tyembus yang tinggi yaitu 10 2 kV / cm. Itulah

sebabnya pada perkembangannya sejak tahun 60-an banyak digunakan CB pakem

disamping CB SF6 serta CB yang lain.

2.1.4 Tingkat Ketahanan Isolasi (Basic Impuls Insulation Level/BIL)

Basic Impuls Insulation Level/BIL adalah suatu referensi level yang

dinyatakan dalam impuls crest voltage dengan standar bentuk gelombang dari 1,5

mikro sekon ( di USA), sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus

mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL

tersebut.

Pemikiran tentang tingkat isolasi suatu sistem tenaga listrik pertama-tama

adalah penyusunan suatu level umum isolasi pada atau diatas level tertentu,

dimana hal ini akan membatasi persoalan pada tiga kebutuhan yang fundamental,

yaitu :

1 Pemilihan Level Isolasi yang Sesuai.

2 Jaminan bahwa break down dan flash over dari semua peralatan yang di

isolasi / isolator akan sama atyau melebihi level yang telah dipilih.

3 Penggunaan peralatan pengaman yang akan memberikan suatu perlindungan

pada peralatan-peralatan sistem tenaga listrik dengan baik dan ekonomis.

Suatu isolasi peralatan harus disesuaikan dengan tingkat ketahanan impuls

sebesar tidak kurang dari BIL. Dengan sendirinya peralatan harus mampu

terhadap tegangan spesifikasi baik impuls positif maupun negatif.

Page 15: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 8

Tabel 2.2 Tabel BIL untuk beberapa kelas referensi1

Kelas referensi

( KV ) BIL ( KV ) 80%BIL ( KV )

1,2 30 24

1,8 75 60

12 95 76

23 150 120

34,5 200 160

46 250 200

69 350 280

92 450 360

115 550 440

138 650 520

161 750 600

180 825 660

196 900 720

230 1050 840

260 1175 940

287 1300 1040

345 1550 1240

2.1.5 Koordinasi Isolasi

Koordinasi isolasi dapat di definisikan sebagai korelasi antara daya isolasi

alat-alat dan sirkuit listrik disatu pihak, dan karakteristik alat-alat pelindungnya

dilain pihak, sehingga isolasi tersebut terlindung dari bahaya-bahaya tegangan

lebih.

Koordinasi isolasi dilakukan dengan menentukan kesesuaian yang diperlukan

antara daya isolasi alat-alat listrik dan karakteristik alat-alat pelindung terhadap

tegangan lebih, yang masing-masing ditentukan oleh tingkat ketahanan impuls

dan tingkat perlindungan impulsnya.koordinasi isolasi mempunyai tujuan untuk

perlindungan terhadap peralatan dan penghematan.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam koordinasi isolasi adalah:

Page 16: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 9

1 Penentuan sifat gangguan

2 Penentuan daya isolasi petralatan seperti: isolator, bushing, dan trafo.

3 Penentuan tegangan impuls standart.

4 Karakteristik alat-alat pelindung seperti CB, Arrester.

5 Penentuan tingkat isolasi impuls dasar ( BIL ) yang disingkat Basic Impuls

Insulation Level. Bil ini merupakan suatu besar tegangan yang masih

mampu ditahan oleh peralatan listrik, atau kemampuan peralatanlistrik

menahan tegangan maksimum pada saat terjadi tegangan lebih.

2.2 Jaringan GIL

Dari data yang didapat, isolasi gas SF6 memiliki nilai:

Tegangan rata-rata = 420 / 550 KV.

Impulse withstand voltage = 1425 / 1600 KV.

Arus rata-rata = 3150 / 4000 A.

Arus hubung singkat rata-rata = 63 KA / 3 s.

Transmisi beban rata-rata = 2.200 / 3000 MVA.

Kesanggupan menangani

beban lebih = 100%.

Isolasi gas = N2 / SF6 pada tekanan 0,7 Mpa.

Perbandingan kerugian daya antara OHL dan GIL

OHL GIL

Daya yang dapat ditransmisikan MW 1400 1400

Kerugian sistem per meter W / m 580 180

Kerugian sistem pada 32 KM MW 18,56 5,76

Perbedaan antara GIL dengan OHL MW Δ 12,80

Sehingga biaya energi pada OHL per tahun

= (0,10 /kWh x 8.600 h x 12.800 KW )

= $ 10.908.000 per tahun.

Page 17: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 10

2.3 Panel Berisolasi Gas

Keperluan panel daya listrik untuk peralatan saklar daya di gardu induk

transmisi dan distribusi, gardu pabrik, gardu pembangkit dan di pusat-pusat beban

listrik yang sangat banyak, telah memberi dorongan untuk memahami operasi dan

perawatannya serta penciptaan sistem desain panel daya dan komponen-

komponennya yang menyesuaikan kondisi lingkungan, keselamatan, ukuran daya

dan tegangan serta pemasangannya.

Untuk tegangan rendah mungkin faktor keselamatan dan cara pemasangan

panel relatif belum begitu diperhatikan dibandingkan dengan untuk tegangan

menengah. Sedangkan untuk tegangan di atas 115 KV faktor ruangan sudah

menjadi terbatas untuk meletakkan panel indoor (dalam ruang), sehingga ukuran

komponen dan isolasi perlu diefisienkan. Cara pengoperasian panel, antisipasi

perluasan panel, cara perawatan, kekuatan rangka dan dinding panel,

kemungkinan kesalahan hubung singkat juga menjadi pertimbangan dalam

mendesain panel daya listrik tegangan menengah. Pada panel berisolasi udara

faktor kelembaban, kontaminasi, masuknya gas explosif, uap korosif, debu dan

binatang-binatang kecil masih merupakan masalah. Susunan bus bar yang

memanjang di keseluruhan panel membentuk panel dengan dimensi panjang dan

jumlah panel yang tetap. Dengan menggunakan gas SF6 sebagai isolasi komponen

utama di dalam setiap panel baja kedap udara, maka semua komponennya

terlindung dari faktor-faktor di atas. Bus bar panel diletakkan dalam selubung

isolasi per-phasa, sambungan panel dengan panel atau blok panel diberikan

dengan menggunakan busbar sumbat CU berisolasi semi konduktif. Fleksibilitas

sambungan untuk perluasan panel bisa diletakkan di kanan atau kiri panel asal.

2.3.1 Syarat Kelas Komponen Panel Berisolasi Gas

Kekuatan komponen-komponen di dalam panel terhadap tegangan dan arus

diukur berdasarkan besaran-besaran sbb :

Ketahanan Tegangan Daya Frekuensi; adalah besar tegangan maksimum

yang dikenakan pada material non induktif komponen tanpa terjadi break-

down atau pecah terbakar.

Page 18: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 11

Ketahanan Terhadap Tegangan Impuls; adalah tegangan test impuls

maksimum pada konduktor komponen yang tidak mengakibatkan terjadi

break-down pada isolatornya.

Ketahanan Terhadap Arus Hubung Singkat; adalah arus hubung singkat 3-

phasa yang terjadi tanpa menimbulkan kerusakan yang besarnya

tergantung pada daya sumber, impedansi sumber, impedansi kabel,

impedansi beban (daya balik beban), tegangan kerja dan tempat terjadi

hubung singkat.

Ketahanan Terhadap Arus Pemutusan Beban ; yaitu besarnya arus beban

maksimum yang dapat diputus-sambungkan tanpa terjadi kegagalan.

Tegangan Kerja ; yaitu tegangan yang diperbolehkan masuk pada panel

dalam batas aman dioperasikan dan tidak merusak komponen dan peralatan. Arus

Kerja ; untuk Circuit Breaker (pemutus daya/CB) merupakan beban arus

maksimum yang akan men-trip CB dalam fungsinya sebagai pembatas dan

pelindung beban. Lalu arus ini dapat disetel sampai dengan rangka CB. Untuk

Fuse (sikring) merupakan beban arus maksimum yang akan memutus fusse dalam

fungsinya sebagai pelindung beban. Kapasitas sikring ini berubah dengan

temperatur sekitarnya, di mana temperatur naik lalu arus akan turun.

Untuk tegangan menengah 7.2 KV s/d 24 KV dan tegangan diatas 36 KV,

gabungan circuit breaker, saklar pemutus 3 posisi, trafo ukur tegangan, trafo ukur

arus atau trafo ukur bersaklar bila dirangkai dengan busbarnya bisa ditempatkan

dalam satu panel sendiri dengan busbar untuk sambungan sumber (feeder) dan

sambungan beban. Umumnya unit panel mempunyai dimensi yang hampir sama

untuk ukuran-ukuran tegangan 7.2KV - 24KV, 36KV -52KV, 115KV dan 220KV.

Sedangkan ukuran arus untuk CB dan busbar adalah 630A, 1600A dan 4000A.

Frekuensi bisa dipilih 50Hz atau 60Hz.

a. Peralatan Panel

- Tegangan daya-frekuensi : 50 KV

- Tegangan impuls : 125 KV

- Arus hubung singkat : 40 KA

Page 19: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 12

- Pada temperatus min. -25 mak. 55 der.C.

- Arus pemutus beban : 100x630 A

- Arus pemutusan sirkit trafo dan kabel : 40 A

- Arus pemutusan sirkit kapasitor : 150 A

- Kapasitas saklar pada kesalahan hubung tanah tanpa beban : 60A

- hubung tanah berbeban : 630 + 30 A

- Arus waktu pendek 1 detik : 16 KA

b. Pada Circuit Breaker

- Tegangan daya-frekuensi : 50 KV

- Tegangan impuls : 125 KV

- Arus pemutusan hubung singkat : 16 KA

- Arus Hubung singkat : 40 KA

- Arus waktu pendek 3 detik : 16 KA

- Tipe dari circuit breakeer adalah vacun CB atau gas insulasi CB

2.3.2 Tipe Panel Berisolasi Gas

Dilihat dari fungsinya ada beberapa tipe panel berisolasi gas antara lain :

Panel Cb dengan isi CB, saklar 3 posisi, trafo ukur arus & tegangan dan

busbar.

Panel transformer dengan isi sakalr 3 posisi, sikring dan busbar.

Panel kabel dengan isi saklar 3 posisi dan busbar.

Panel hubung (tie) bus dengan isi saklar 3 posisi,dengan CB atau sikring

dan busbar.

Panel meter tarip dengan isi trafo ukur dan busbar.

Panel meter bus dengan isi saklar, trafo ukur dan busbar.

Panel pentanahan busbar dengan isi saklar dan busbar.

Panel-panel tersebut dibuat dengan dimensi standard yaitu lebar 500mm,

dalam 780mm, tinggi maksimum 2000mm. Bila panel sejenis dikelompokkan

maka akan membentuk blok yang kompak. Blok untuk panel-panel kabel akan

Page 20: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 13

lebih efisien ukurannya, misal blok (2 panel kabel) dimensinya L 700mm, D

780mm dan T 1400mm; Untuk blok (3 panel kabel) dimensinya L 1050mm, D

780mm, T 1400mm. Berat rata-rata panel berkisar antara 210-350 kg. Berat blok

(3 panel kabel) adalah 480 kg; Berat blok (3 panel transformer) 580 kg.

2.3.3 Desain Panel Siemens 8 DH 10

Sebagai contoh penggunaan isolasi gas SF6 adalah pada panel siemens 8 DH

10 . Konstruksi panel berisolasi gas SF6 adalah seperti Gambar 2.2 dan Gambar

2.3 . Semua tipe panel dikonstruksi sebagai single panel, panel-panel tersebut

dipasang di lokasi dan ditaruh dalam posisinya tanpa perlu untuk melibatkan gas

SF6.

Rumah untuk rangkaian utama panel ( Rign main unit/RMU housing). Semua

komponen tegangan tinggi di dalam RMU housing diisolasi dari selubung luarnya

yang ditanahkan dengan gas SF6. Tekanan gas 0.5 bar gauge, rumah RMU terbuat

dari lembaran baja yang dilas, pasangan batang berinsulator (cast-resin bushings)

untuk sikring, terminal kabel dan bus-bar dilas ke dalam rumah RMU. Metal

penyangga lengan penggerak saklar pemutus 3 posisi dan metal penyangga batang

penggerak CB dilas ke dalam potongan depan panel. Desain khusus rumah

tersebut cukup kuat untuk menahan tekanan dari dalam dan beban mekanis dari

luar tanpa mengalami gangguan yang berarti. Penggunaan baja tahan karat

dikombinasikan dengan pengelasan yang khusus menjamin rumah RMU handal

dan kedap gas.

Bus-bar (batang tegangan phasa). Bus-bar di dalam blok dan panel dipasang

dengan gas SF6. Sambungan bus-bar dari blok ke blok, blok ke single panel dan

single panel ke blok tambahan dibuat dengan cara sbb :

Sambungan bus-bar sumbat CU (non reset), yang diisolasi secara persial;

Sambungan bus-bar sumbat CU (reset) dengan lapisan semi konduktor di

luar.

Letak bus-bar sumbat CU ini dibelakang ruang sambung kabel beban dan

ditutup pelat baja. Petunjuk kesiapan beroperasi. Bagian utama penunjuk kesiapan

ini adalah sel tekanan kedap gas yang dipasang di dalam rumah RMU. Magnet

Page 21: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 14

pasangan yang diikat di dasar sel tekanan mengirimkan posisinya melalui rumah

(dinding non magnet) ke armatur di luar. Armatur ini mengaktifkan penunjuk

"Ready for Service" dari panel.

Gambar 2.3 Konstruksi Panel Circuit Breaker

Ket:

1. Laci tegangan rendah

2. Mekanisme pengoperasi CB

3. Bushing tipe pipa hembus

4. Kinematik diujung kutub

5. Mekanisme dibantu per

6. Mekanisme toggle

7. Saklar 3 posisi

8. Terminal kabel unit utama

(insulator kerucut udara)

Page 22: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 15

9. Rumah RMU di las kedap udara

10. bus-bar 630A (konduktor diisolasi + adapter/penyesuaian silikon)

11. Ventilasi jalan asap.

Gambar 2.4 Konstruksi panel transformator

Ket

1. Perangkat sikring

2. Saklar 3 posisi

3. Sambungan transformer

4. Rumah RMU di las kedap udara

5. Bus-bar sumbat CU 630A

Hanya perubahan density gas dalam kejadian kehilangan gas yang banyak,

untuk kapasitasnya sebagai isolasi yang akan ditunjukkan. Perubahan tekanan gas

sehubungan dengan temperatur tidak ditunjukkan.

Rangka Penyangga inti terbuat dari lembar baja di-elektrogalvanis dan

mendukung rumah RMU, menyangga perangkat sikring (untuk panel transformer)

atau perangkat trafo ukur arus Ritz, trafo ukur tegangan isolasi udara (untuk panel

CB), panel operasi dengan diagram mimik. Rangka penyangga dapat menahan

Page 23: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 16

percikan di dalam s/d 20 KA untuk 1 detik min. (sesuai ukuran tegangan).

Gambar D. menunjukkan panel berislasi gas dengan bus-bar tersambung.

Rangka penyangga menahan juga terminal kabel dan tutupnya. Di belakang

ruang terminal kabel ada ruang untuk sambungan bus-bar sumbat CU (plug-in

connection). Ketinggian rangka unit panel 1400mm atau 2000mm termasuk

ruangan untuk tegangan rendah dan sistem kontrol dan meter jarak jauh. Tinggi

titik sambung (terminal) kabel power adalah pada 575mm. Sambungan Kabel.

Kabel berisolasi thermoplastic atau berisolasi masa jenuh dengan penampang s/d

300 mm2 dapat disambungkan ke terminal panel, melalui suatu sistem adapter.

Cara pengetesan kabel dan pengerjaannya mudah dilakukan di titik ini. Fasilitas

ujung seal terminal adalah simetris dan dapat dipertukarkan antar phasa-phasanya.

Selubung metal yang ditanahkan dan ruang terminal kabel di-interlokkan dengan

saklar feeder ke luar yang sesuai. Lubang pada ujung seal terminal hanya

mungkin setelah kabel feeder yang bersesuaian telah terisolasi dan ditanahkan.

Bilamana feeder kabel atau feeder transformer tidak disambungkan atau diputus

sesaat, feeder harus di isolasi, ditanahkan dan diamankan terhadap pembebanan

ulang dengan alat yang memadai, misalnya menggunakan gembok kunci saklar.

Kemungkinan sambungan kabel pada panel kabel adalah dengan :

Sumbat T dan bushing dengan terminal ulir ;

Dengan sistem adapter untuk kabel isolasi mada jenuh (masa

impregnated). Kemungkinan sambungan kabel panel transformer adalah

dengan sambungan sumbat kabel dengan bushing.

Petunjuk kesalahan hubung singkat pada feeder circuit utama unit panel;

Dipasang dengan 3 pole (3 phasa), masing-masing mempunyai elemen petunjuk

merah yang menunjukkan bilamana terjadi kesalahan dan dapat direset secara

manual atau otomatis. Pengetesan kabel pada unit panel; Dengan menggunakan

tegangan DC dilakukan dengan sumbat -T kabel tetap dibuat pada unitnya. Tutup

isolasi dilepas dan batang tembaga pengetes DC disodokkan sesuai dengan

tegangan dan standard yang dipakai pada tabel 2.3

Page 24: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 17

Tabel 2.3 Standar tegangan yang dipakai pada pengetesan

Tegangan kerjaTegangan tes DC (kabel disambungkan)

IEC Umum VDE

24 KV 48 KV 70 KV 96 KV

Surge Arester; Pemasangan surge arrester-sumbat pada unit panel akan

menambah dimensi kedalaman menjadi 900mm. Surge arrester disarankan untuk

aplikasi sbb :

Kabel dari unit panel tersambung langsung ke saluran kabel atas.

Daerah proteksi dari arrester pada tiang saluran kabel atas terakhir tidak

sampai pada unit rangkaian utama panel.

Posisi saklar pemutus 3 posisi pada off atau sudah tidak ada kabel circuit

utama yang on lagi.

2.3.4 Mekanisme Komponen Utama Pada Panel isolasi Gas

Saklar Pemutus 3 Posisi. Saklar ini berupa saklar putar multi ruang yang

mengkombinasikan saklar pemutus daya dan saklar ke pentanahan, di mana poros

dengan kontak bergerak di dalam ruang yang berisi kontak-kontak tetap.

Kemudian ada lempengan yang menempel kontak gerak (sudu-sudu) dan berputar

dengan poros saklar membagi ruang ke dalam 2 sub-ruang yang berubah dengan

putaran. Pergerakan saklar mengakibatkan beda tekanan antara sub-ruang. Gas

akan mengalir melalui celah atau nosel ke atas percikan yang terjadi karena

pemisahan kontak dan gas SF6 tersebut mendinginkan dan memadamkan dalam

waktu singkat. Saklar ini adalah saklar pemutus berfungsi banyak (mengikuti

standard DIN VDE & IEC), di mana dapat mengalihkan arus hubung singkat

paling tidak 10 x tanpa rusak dan dapat digunakan sebagai pemutus arus 100 x

ukuran arus nominal. Posisi saklar adalah "closed", "open" dan "earthed", tidak

perlu interlocking karena closed dan earthed tidak mungkin terjadi

bersamaan.Operasi Penutupan. Selama operasi penutupan poros saklar berputar

menggerakkan lempengan dan kontak gerak (sudu-sudu) dari posisi open (buka)

ke posisi closed (tutup). Mekanisme per akan mempercepat langkah penutupan

Page 25: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 18

kontak gerak dan sambungannya dengan rangkaian utama menjadi sama. Sifat

isolasi SF6 yang bagus menghambat pukulan ujung percikan api di kontak-kontak

tetap.

Operasi pembukaan. Sewaktu saklar membuka, gas SF6 dalam ruang saklar

ditekan dan dipaksa melalui celah di dalam lempengan kontak gerak untuk

mendinginkan percikan api pemutusan arus di antara kontak gerak dan kontak

tetap, kemudian memadamkannya di dalam beberapa mili detik. Lapisan

pengisolasi yang diciptakan oleh pembukaan saklar dan hembusan gas yang

dikontrol di dalam luar saklar yang dihasilkan oleh gerakan kontak menjamin

bahwa arus beban besar dan arus beban nol diputuskan secara baik. Saklar

pemutus 3 posisi digerakkan melalui batang yang menembus dan di las kedap gas

kedapan RMU. Mekanisme pergerakan dengan per bantu dan energi yang

tersimpan. Operasi saklar tidak tergantung pada kecepatan handle digerakkan.

Alat penyimpan energi digunakan untuk membuka (tripping) saklar mengikuti

putusnya sikring (HV HRC), CB atau aktifnya pembebas shunt. Setelah terbuka

petunjuk merah muncul pada indikasi posisi saklar. Saklar didesain untuk tidak

berpindah langsung dari posisi closed lewat open ke posisi earthed, jadi saklar

hanya dioperasikan sebagai saklar pemutus dan saklar proteksi pentanahan. Pada

ke tiga posisi saklar bisa digrendel. Bisa digunakan motor sebagai penggerak

saklar; dan dengan selenoid memungkinkan saklar diputus (tripped) dari jauh

misal sewaktu transformer temperaturnya tinggi. Pembebas shunt di-reset dengan

kontak bantu yang dihubungkan secara mekanik ke saklar 3 posisi. Ruang sikring

dan ruang kabel tutupnya hanya dapat dibuka setelah feeder (sumbernya) telah

diisolasi dan ditanahkan, saklar panel kabel dikunci untuk mencegah penutupan

saklar ketika tutup ruang kabel terbuka . Motor penggerak saklar disuplai dengan

tegangan DC 24-220V atau AC 50/60Hz, 110-230V.

Sikring. Sikring HV HRC digunakan untuk melindungi transformer dari

kesalahan hubung singkat. Sikring dipasang dengan insulator phasa tunggal x3 di

dalam tempat ber-insulator yang diletakkan di atas rumah RMU. Jika sikring HV

HRC terbakar putus, saklar dibuka mekanisme toggle yang dipasang ditutup ruang

sikring. Suatu thermostar melindungi sikring dari kejadian sikring terbuka

Page 26: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 19

(tripping) karena kesalahan beban lebih thermal, misalnya sikring terpasang salah

di mana terjadi tekanan berlebih membuka saklar lewat membran silikon ditutup

ruang sikring dengan suatu saklar togle. Arus dengan demikian terputus sebelum

sikring menderita kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Fungsi proteksi

thermostatic mengabaikan tipe dan desain sikring HV HRC yang dipakai,

perangkat tersebut bebas rawat dan tidak terpengaruh iklim luar. Penyodok

dibebaskan oleh sikring yang tergantung temperaturnya sendiri dan saklar unit

panel dibuka di dalam daerah beban lebih sikring. Pemanasan yang tidak diijinkan

dari sikring dengan demikian dihindari. Untuk mengganti sikring, transformer dan

jalan masuk ke sikring harus diisolasi dan ditanahkan dengan saklar 3 posisi yang

sesuai, dan sikring diganti dengan menggunakan tangan.

Circuit Breaker. Circuit Breaker (pemutus daya) merupakan pemutus 3 pole

(kutup) yang dipasang di unit panel CB atau panel hubung bus. Pemutus 3 kutup

ini diakomodasikan dalam rumah baja anti karat diseal kedap udara, dengan

mekanisme operasi yang disusun di luar rumah RMU di belakang pelat depan

panel. Operasi mekanis menggerakkan kutup-kutup pemutus dengan batang

penggerak yang terbuat tanpa seal dalam ruang gas SF6; barang tersebut berupa

pipa hembus metal yang dilas. Mekanisme kerja CB ini berdasarkan energi yang

disimpan per. Sewaktu penutupan CB per penutup dibuka dengan alat lokal,

tombol atau remote, sehingga energi per lepas ke kontak dan ke per pembuka. Per

penutup yang kendor diisi energi lagi dengan motor atau tangan, sehingga punya

simpanan energi untuk urutan operasi OPEN-CLOSE-OPEN; misalnya untuk

operasi penutupan ulang otomatis yang gagal. Pada tegangan lebih dari 220 KV

CB menempati 1 panel khusus.

2.4 Mekanisme Kegagalan Isolasi Gas

Proses dasar dalam kegagalan isolasi gas adalah ionisasi benturan oleh

elektron. Ada dua jenis proses dasar yaitu :

Proses primer, yang memungkinkan terjadinya banjiran elektron

Proses sekunder, yang memungkinkan terjadinya peningkatan banjiran

elektron

Page 27: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 20

Saat ini dikenal dua mekanisme kegagalan gas yaitu :

Mekanisme Townsend

Mekanisme Streamer

2.4.1 Mekanisme Kegagalan Townsend

Pada proses primer, elektron yang dibebaskan bergerak cepat sehingga timbul

energi yang cukup kuat untuk menimbulkan banjiran elektron. Jumlah elektron Ne

pada lintasan sejauh dx akan bertambah dengan dNe, sehingga elektron bebas

tambahan yang terjadi dalam lapisan dx adalah dNe = Ne.dx . Ternyata jumlah

elektron bebas dNe yang bertambah akibat proses ionisasi sama besarnya dengan

jumlah ion positif dN+ baru yang dihasilkan, sehingga dNe = dN+ = Ne.(t).dt;

dimana :

: koefisien ionisasi Townsend

dN+: junlah ion positif baru yang dihasilkan

Ne : jumlah total elektron

Vd : kecepatan luncur elektron

Pada medan uniform, konstan, Ne = N0, x = 0 sehingga Ne = N0 x

Jum;lah elektron yang menumbuk anoda per detik sejauh d dari katoda sama

dengan jumlah ion positif yaitu N+ = N0 x

Jumlah elektron yang meninggalkan katoda dan mencapai anoda adalah :

Arus ini akan naik terus sampai terjadi peralihan menjadi pelepasan yang

bertahan sendiri. Peralihan ini adalah percikan dan diikuti oleh

perubahan arus dengan cepat dimana karena d >> 1 maka 0 d secara

Page 28: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 21

teoritis menjadi tak terhingga, tetapi dalam praktek hal ini dibatasi oleh impedansi

rangkaian yang menunjukkan mulainya percikan.

2.4.2 Mekanisme Kegagalan Streamer

Ciri utama kegagalan streamer adalah postulasi sejumlah besar foto ionisasi

molekul gas dalam ruang di depan streamer dan pembesaran medan listrik

setempat oleh muatan ruang ion pada ujung streamer. Muatan ruang ini

menimbulkan distorsi medan dalam sela. Ion positif dapat dianggap stasioner

dibandingkan elektron-elektron yang begerak cepat dan banjiran elektron terjadi

dalam sela dalam awan elektron yang membelakangi muatan ruang ion positif.

Medan Er yang dihasilkan oleh muatan ruang ini pada jari jari R adalah :

Pada jarak dx, jumlah pasangan elektron yang dihasilkan adalah x dx

sehingga :

R adalah jari jari banjiran setelah menempuh jarak x, dengan rumus diffusi

R= (2Dt).

Dimana t = x/V sehiungga dimana :

N : kerapatan ion per cm2, e : muatan elektron ( C ), 0 : permitivitas ruang

bebas, R: jari jari (cm), V : kecepatan banjiran, dan D : koefisien diffusi.

Page 29: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 22

Lokasi dan Pengukuran Partial Discharge

Partial discharge yang merupakan peristiwa pelepasan/loncatan bunga api

listrik pada suatu bagian dari bahan isolasi padat kemungkinan terjadinya meliputi

pada :

o Rongga terhubung langsung pada elektroda

o Rongga dalam isolasi

o Rongga yang dipisahkan oleh elektroda

o Permukaan elektroda

o Titik elektroda yang berbentuk kanal

o Rongga isolasi yang berbentuk kanal

Page 30: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 23

BAB III

PENGGUNAAN ISOLASI GAS PADA PEMUTUS (CB)

TEGANGAN TINGGI

3.1 Pengertian

Pada dasarnya konstruksi CB adalah adanya kontaktor yang dapat dipisah

(diputus) dengan suatu media isolasi. CB ini dibuat dalam rumah logam yang

tertutup dengan menggunakan dua buah bushing atau dalam rumah isolasi dimana

kedua ujungnya dibuat dari metal atau penghantar.

Gambar 3.1

Konstruksi dasar dari CB

Cukup banyak bahan isolasi yang dapat dipakai untuk memadamkan busur api

pada saat kontaktor memutus arus dan bahan isolasi ini tergantung dari rating CB

tersebut. Bahan isolasi ini tergantung dari rating CB tersebut. Bahan isolasi yang

banyak dipakai adalah : udara (pada tekanan atmosfer); udara dengan tekanan

tinggi; minyak (yang menghasilkan hydrogen untuk memadamkan busur api);

vacuum dan sulfur hexafluoride (SF6).

Untuk bahan isolasi dimana tidak terdapat busur api misalnya untuk bahan

pengisi/isolasi trafo arus, trafo tegangan dan lain-lain ini lebih banyak bahan

isolasi yang dapat dipakai misalnya Arcton 12 (difluoro dichloromethane) ini

dipakai untuk bahan isolasi dari busbar tegangan tinggi hanay bahan ini tidak

cocok untuk memadamkan busur api karena bila ada busur api dalam media

Page 31: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 24

isolasi ini akan terbentuk carbon dan chlorine. Kedua bahan ini lambat laun akan

menurunkan sifat isolasi bahan sehingga bahan akan tembus dengan mudah.

3.2 Jenis CB

Secara umum CB dapat dikelompokkan menurut media isolasi yang dipakai :

Sampai 11 kV biasanya dipakai udara pada tekanan atmosfer sebagai

media isolasi atau juga jenis CB minyak.

Dari 11 kV sampai 66 kV kebanyakan dipakai CB minyak.

132 dan 375 kV ini biasanya Oil CB atau Gas Blast CB (CB dengan

tekanan gas).

Untuk system 400-700 kV ini semua memakai Gas Blast CB.

Untuk CB Tegangan Ekstra Tinggi gas ditekan sampai 1000lb/in2 untuk dapat

memadamkan busur api pada saat CB memutus arus. Akhir-akhir ini Suphur

Hexefluoride (SF6) juga dipakai pada Gas Blast CB dan SF6 ini diberi tekanan

sampai 200 lb/in2. dalam praktek, selain ada isolasi gas tentu diperlukan isolasi

padat yaitu untuk mengisolasi tempat CB.

Gambar 3.2

a. CB dengan tangki bertegangan (life-tank CB)

b. CB dengan tangki tak bertegangan (dead tank CB)

Page 32: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 25

Gambar 3.2 menunjukkan prinsip CB modern (a) tangki CB diisolasi terhadap

tanah, media isolasi pemutus adalah gas dengan tekanan tinggi dan tangki

diisolasi terhadap tanah dengan isolasi porselen. Beberapa unit ini dapat diseri

untuk memperoleh tegangan yang lebih besar (b) tangki pada potensial tanah dan

kontaktor disiolasi dengan gas bersama dengan isolasi padat. System seperti ini

disebut “Dead Tank” karena tangki tak bertegangan.

3.3 Peralatan yang diisi gas

3.3.1 live tank circuit-breakers

untuk sistem tegangan sangat tinggi biasanya beberapa kontaktor dipasang

secara seri. Ada 12 kontaktor ini untuk tegangan 400 kV dan sampai 24 kontaktor

untuk tegangan 750 kV. Tangki diisi dengan gas dan pada saat kontaktor dibuka

gas akan keluar melalui nozzle ke udara luar. Karena gas keluar melalui kontaktor

yang berfungsi sebagai nozzle maka busur api akan terpadamkan dalam waktu

yang singkat sehingga pada saat arus atau tegangan mencapai titik nol akan putus

sama sekali.

Masalah yang sering dihadapi adalah isolator untuk mensupport live-tank, ini

sering terpengaruh oleh polusi dan tegangan tembus permukaan menjadi tirun

biasanya diperlukan panjang permukaan sekitar 2,5 – 3,5 cm/kV dari tegangan

line. Untuk beberapa kontaktor yang dipasang seri, distribusi tergangan

tergantung dari harga relative dari kapasitance antara kontaktor-kontaktor dan

bumi.

Untuk live-tank CB, transformator arus yang diperlukan untuk pengukuran

dan pengamanan biasanya adalah dari jenis post type seperti gambar 3.4. CT ini

terpisah dari CB kecuali bila CB dimasukkan dalam satu ruangan tertutup dimana

dapat dipakai CT jenis ring dan dimasukkan pada bushing pada tembok.

Page 33: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 26

Gambar 3.3 Distribusi tegangan 4 breakers : c1 = cap. ke bumi :

C2 = cap. antar kontaktor, c3 = cap. tambahan.

a. tanpa tambahan kapasitor

b. dengan tambahan kapasitor

c. ideal

Gambar 3.4 Trafo arus

a. diisolasi dengan kertas

b. diisolasi dengan gas

Page 34: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 27

3.3.2 Dead-tank circuit breaker

Konstruksinya seperti pada gambar 1.2 dan ini merupakan system tertutup

sehingga dapat dipakai gas-gas yang mahal seperti SF6 sebagai media isolasi.

Pada saat kontaktor membuka, katub gas terbuka unuk beberapa cycle

sehingga gas dengan tekanan tinggi turun melalui pipa dan nozzel peutus masuk

ke dalam tangki utama. Tekanan pada tangki utama mungkin akan naik sedikit

tetapi ini dikembalikan lagi ke keadaan normal dengan memompa gas masuk ke

dalam penyimpanan bertekanan tinggi (high pressure-reservoir). Biasanya tekanan

pada reservoir 200 lb/m2 dan pada tangki utama = 30 lb/in2 ini untuk bahan isolasi

SF6.

Keuntukngan system dead-tank :

Suara pada saat pemutus arus kurang karena system tertutup rapat .

Dibandingkan dengan live-tank dimana gas yang keluar mungkin masih

cukup panas maka system dead-tank memerlukan tempat yang lebih.

Gas yang dibuangt ke udara hamper tidak ada (kecuali bocor).

Distribusi tegangan untuk system dead-tank biasanya lebih baik karena dalam

system ini semua kontaktor terletak berdekatan sehingga kapasitansi antara

mereka dapat dibuat cukup tinggi.

Trafo arus unutk system dead-tank biasanya jenis ring dan dapat dipasang

sekalian bersama dalam CB seperti pada gambar. Tidak seperti post type CT maka

penggunaan dead-tank akan memperkecil biaya untuk pemasangan CT.

3.3.3 Trafo arus yang diisi gas

Peralatan-peralatan yang diisi gas sebagai media isolasi sebenarnya belum

banyak dikembangkan, sekalipun ada busur api yang diisi atau diberi isolasi gas

Arcton-12 (Freon) sejak tahun 1940. Akhir-akhir ini mulai orang tertarik lagi

untuk menggunakan gas sebagai media pengisi atau isolasi tendensi peralatan

yang memakai tegangan tinggi dan juga factor ekonomis.

Perhatikan CT pada gambar 3.4, trafo arus diisi dengan gas mempunyai beberapa

keuntungan yang menonjol :

Page 35: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 28

Pembuatan CT mudah dan cepat (relatif)

Gelembung udara dapat dengan mudah fitiadakan juga dielektrik loss bisa

diperkecil.

Bahaya kebakaran lebih kecil, ini untuk peralatan dalam gedung.

Berat peralatan dapat dikurangi cukup banyak.

Komduktor primer yang lurus bisa membawa arus s/c yang lebih besar.

Kerugian :

Sealing gas sulit

Isolator porselen harus kuat menahan tekanan gas.

Voltage grading pada isolator.

3.4 Gas-gas yang dipakai untuk CB

Gas-gas yang dipakai untuk CB atau untuk peralatan lain misalnya trafo arus

adalah :

Gas-gas sederhana : udara, oxygen, nitrogen, carbon dioxide.

Gas-gas elektronegatif : SF6, Arcton, Nitriles.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan gas yang cocok :

Kekuatan listrik yang tinggi.

Stabil secara kimia dan panas.

Temperature dimana gas menjadi cair.

Untuk Negara-negara dingin peralatan yang dipasang di luar gasnya tidak

boleh jadi cair bila udara menjadi dinging.

Tidak mudah terbakar.

Thermal conductivity harus tinggi agar dapat melewatkan panas yang

timbul dan juga dapat dengan mudah memadamkan api.

Murah.

Tambahan untuk CB, gas perlu punya kemampuan untuk mematikan busur api

dan tidak boleh menghasilkan carbon.

Page 36: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 29

3.4.1 Gas-gas untuk CB

Yang paling murah dan sederhana adalah udara. Hydrogen mempunyai

kemampuan memadamkan busur api lebih baik (thermal conductivity 7x daripada

udara) tetapi kekuatan listriknya hanya 0,5 dari udara, seperti pada gambar 3.5

Gambar 3.5 Kekuatan listrik dari udara sebagai fungsi dari tekanan

Hydrogen juga sulit dipakai dalam praktek karena bila bercampur dengan

udara, dapat menimbulkan ledaka biasanya yang dipakai adalah campuran

hydrogen-sulphur hexafluoride. Nitrogen mempunyai kekuatan listrik sama

seperti udara, dan tam mempunyai kelebihan memadamkan busur api seperti

hydrogen. Carbon dioxide ini dipakai untuk CB experiment; kekuatan listriknya

sama seperti udara tetapi kemampuan memadamkan api beberapa kali lebih baik

daripada udara. Oxygen ini juga baik untuk memadamkan api tetapi gas ini sangat

aktif secara kimiawi sehingga tidak banyak dipakai.

Gas elektronegatif SF6 mempunyai kekuatan listrik yang tinggi dan juga

kemampuan memadamkan busur api yang baik. Dari semua gas hanya udara dan

SF6 yang dipakai saat ini pada gas blast CB.

Page 37: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 30

Udara, sekalipun udara pada tekanan tinggi misalnya 75 atm ini jelas

memakan biaya. Juga udara yang dipakai pada CB harus benar-benar kering untuk

kadang-kadang perlu dipakai refrigerator (lemari es) atau bahan-bahan kimia

untuk dapat mengringkan udara tersebut. Dibandingkan dengan gas elektronegatif

maka udara punya keuntungan dapat ditekan sampai tekanan yang cukup tinggi

dan pada tekanan tersebut kekuatan listriknya tinggi.

Sulfurhexafluoride. Gas ini sangat baik sekali dan dibuat pertama kali di paris

tahun 1990. tetapi baru dipakai untuk CB pada tahun 1953. pada tekanan 200

lb/in2. SF6 mempunyai kapasitas memutuskan tegangan 4x daripada udara. Pada

tekanan yang sama.

Sebagai bahan isolasi gas SF6 mempunyai kekuatan listrik 2-3 kali udara pada

tekanan yang sama dan pada tekanan 2 atm kekautan listriknya kira-kira sama

dengan minyak transformator. Sekalipun SF6 biasanya berbentuk gas tetapi dapat

dengan mudah menjadi cair dan disimpan dalam tabung besi.

Pada saat perbaikan CB yang memakai SF6 gas tersebut dipompa pada tempat

penyimpanan dan disimpan dalam bentuk cair. Juga metal fluorides yang mungkin

timbul pada sat busur api dilekuarkan dengan melakukan tersebut pada filter

dengan alumina aktif. Setelah CB diperbaiki dan ditutup rapat udara dikeluarkan

dan SF6 dimasukkan kembali.

Sekalipun SF6 mempunyai kemampuan listrik dan mematikan busur api yang

lebih baik dari udara tetapi gas ini mempunyai kerugian yaitu tidak dioperasikan

pada tekanan tinggi.

3.4.2 Gas-gas untuk CT dan busbar

Untuk keperluan ini gas tidak perlu baik dalam memadamkan busur api. Gas-

gas yang dapt dipakai ada dalam daftar berikut :

Page 38: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 31

Tabel 3.1 gas-gas yang dapat dipakai untuk CT dan Busbar

Gas Boilling point at

1 atm (oc)

Approximate relative

electric strength at 1

atm , pressure 50 c/s

Nitrogen N2 -196 1

Hexafluorethane C2F6 -78 1,4

Sulfur Hexafluoroide SF6 -64 2,3

Arcton-12 CF2CL2 -30 2,4

Trifluoroacetonirile CF3CN -63 3,5

Pentafluoropropionitrile

C2F5CN

-35 4,5

Heptafluorobutyronnitrile

C3F7CN1 5,5

Yang perlu diperhatikan disini adalah untuk penggunaan peralatan di udara

bebas dimana suhu bisa mencapai - 40 o C seperti CF2CL2 (Arcton-12) ini

mempunyai kekuatan listrik yang cukup tinggi pada suhu – 30 o C sudah cair. SF6

mempunyai suhu cair – 64oC ini bisa dipakai pada tekanan 40 lb/in2.

3.5 Bushing

Banyak dipakai bushing dengan isolasi gas tekanan tinggi seperti gambar 3.6

untuk pengisi bisa udara atau SF6 dan karakteristik flas over .

Gambar 3.6 Bushing dengan isolasi gas

Page 39: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 32

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Unit panel dengan gas SF6 sebagai isolasi adalah bebas rawat, dengan

keselamatan operasi, reliability dan availability yang tinggi.

Unit panel berisolasi gas SF6 ini sesuai untuk tegangan menengah dan

tinggi dengan penyesuaian seperlunya mengingat proses pembuatannya

yang khusus, kesalahan dalam panel kecil karena selubung phasa tunggal

dari komponennya (luar RMU) dan komponen berselubung gas SF6

(dalam RMU) dan tidak akan terjadi arus bocor ke tanah.

Urutan pemindahan saklar 3 posisi tidak akan salah karena susunan

logiknya, dan saklar ini memberikan proteksi pentanahan hubung singkat

pada feeder dan panel.

Tingkat proteksi panel adalah dalam ruang/ruang bawah tanah.

SF6 mempunyai kemampuan listrik dan mematikasa busur api yang lebih

baik dari udara tetapi gas ini mempunyai kerugian yaitu tidak dapat

dioperasikan pada tekanan yang tinggi.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu dalam pemilihan isolasi

hendaknya disesuaikan dengan kemampuan dari tingkat BIL isolasi itu sendiri

sehingga tidak terjadi kegagalan isolasi.

Page 40: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 33

Daftar Pustaka

1. Analisa Sistem Tenaga Listrik dan Pengetanahan Netral Sistem Tegangan

Tinggi, Departemen Elektroteknik FTI, ITB, 1979/1978 (Edisi baru 1991),

TB Hutauruk.

2. Bahan-Bahan Listrik Untuk Politeknik, PT Pradnya Paramita, 1993,Drs.

Muhaimin.

3. MV switchgear, catalog HA 41.11,1993, unrevised edition 1997.

SIEMENS

4. Peralatan Tegangan Tinggi, Jurusan Teknik Elektro Fakultas

TeknologiIndustri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 1999.

Page 41: Bahan Isolasi Gas

PUTU RUSDI ARIAWAN 34

BIODATA PENULIS

Nama : Putu Rusdi Ariawan

TTL : Denpasar. 19 April 1990

Agama : Hindu

Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana

Email : [email protected]

www.facebook.com/turusdi