bahan bioavtur

15
http://katakini.com/berita- peneliti-indonesia-kembangkan- kelapa-jadi-bioavtur------.html Peneliti Indonesia Kembangkan Kelapa Jadi Bioavtur Para peneliti Indoneesia melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedang mengembangkan buah kelapa menjadi bioavtur untuk menggantikan avtur yang digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang. "Ini adalah pengembangan generasi kedua, saya telah mengembangkan katalis yang dapat mengonversikan minyak kelapa menjadi bioavtur dan bisa langsung digunakan tanpa mencampurnya dengan avtur," kata peneliti senior di Divisi Energi Terbarukan BPPT, Dr. Erlan Rosyadi. Erlan telah mencoba berbagai jenis minyak untuk dijadikan bioavtur seperti minyak sawit dan minyak kanola, tetapi minyak kelapa paling mudah dijadikan bioavtur. "Kunci mengonversikan

Upload: dela-noor-rakhmat-s

Post on 12-Jul-2016

125 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

teknik kimia

TRANSCRIPT

Page 1: bahan bioavtur

http://katakini.com/berita-peneliti-indonesia-kembangkan-kelapa-jadi-bioavtur------.html

Peneliti Indonesia Kembangkan Kelapa Jadi Bioavtur

Para peneliti Indoneesia melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedang mengembangkan buah kelapa menjadi bioavtur untuk menggantikan avtur yang digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang.

"Ini adalah pengembangan generasi kedua, saya telah mengembangkan katalis yang dapat mengonversikan minyak kelapa menjadi bioavtur dan bisa langsung digunakan tanpa mencampurnya dengan avtur," kata peneliti senior di Divisi Energi Terbarukan BPPT, Dr. Erlan Rosyadi.

Erlan  telah mencoba berbagai jenis minyak untuk dijadikan bioavtur seperti minyak sawit dan minyak kanola, tetapi minyak kelapa paling mudah dijadikan bioavtur. "Kunci mengonversikan biomassa menjadi bioavtur adalah selektifitas, semakin banyak fraksinya yang dominan maka semakin gampang," kata Erlan.

Menurut Erlan, semua bagian tanaman bisa dijadikan bahan bakar terbarukan hanya saja perlu kemauan dari pemerintah untuk mendukung pengembangan ilmu ini agar Indonesia tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak bumi. Seharusnya, Indonesia membuat industri katalis sehingga tidak bergantung dengan imporir yang berakibat meningkatnya harga bahan bakar,” ujarnya.

Page 2: bahan bioavtur

Sementara peneliti lainnya, Dr. Arif Yudiarto, spesialis teknisi di bidang Bahan Bakar Nabati BPPT mengatakan,  "Kilang minyak bio ini alatnya hampir sama dengan kilang minyak mentah. Bedanya kilang minyak harus dimasukkan minyak mentah,  kalau kilang minyak bio dimasukkan semua biomassa, dan hasil produksinya sama.

Dengan hasil pengembangan ini, Arif berharap pemerintah  membangun kilang biomassa. “Karena sebenarnya Indonesia mempunyai sumber daya alam dan konsep untuk menggantikan bahan bakar bumi menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan,” ujarnya. Red

- See more at: http://katakini.com/berita-peneliti-indonesia-kembangkan-kelapa-jadi-bioavtur------.html#sthash.ywdD58u8.dpuf

Prarancangan pabrik bioavtur (aviation biofuel) ini dibuat atas dasar untuk memenuhi kebutuhan bioavtur nasional mulai tahun 2020. Bioavtur memiliki prospek bisnis dan pangsa pasar yang potensial karena didukung oleh kebijakan Menteri Perhubungan yang mewajibkan implementasi bioavtur secara bertahap pada bandar udara dengan bauran 2% pada tahun 2016, 3% pada tahun 2020, dan 5% pada tahun 2025. Pabrik bioavtur ini menggunakan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai bahan baku utama dengan kapasitas produksi sebesar 35.500 ton/tahun. Proses pembuatan bioavtur secara BTL terdiri atas lima tahap utama, yaitu persiapan bahan baku, gasifikasi, pembersihan gas sintesis, sintesis hidrokarbon (Fischer-Tropsch Synthesis), serta pemisahan bioavtur dengan minyak mentah sintesis fraksi ringan (light syncrude). Bentuk perusahaan yang direncanakan adalah Perseroan Terbatas (PT) dengan menggunakan metode struktur garis dan staf dengan waktu kerja selama 330 hari per tahun. Kebutuhan tenaga kerja untuk menjalankan perusahaan ini berjumlah 155 orang. Lokasi pabrik direncanakan didirikan di Desa Tanjung Seumantoh, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh dengan luas lahan 30.340 m2. Sumber air pabrik bioavtur berasal dari Sungai Tamiang. Untuk memenuhi kebutuhan listrik seluruh pabrik sebesar 2.838,68 kW, maka pabrik bioavtur ini memiliki pembangkit listrik sendiri dengan menggunakan bahan bakar solar. Hasil analisa ekonomi yang diperoleh adalah: a. Fixed Capital Investment = Rp. 402.930.811.727 b. Working Capital Investment = Rp. 69.531.860.708 c. Total Capital Investment = Rp. 472.462.672.436 d. Total Production Cost = Rp 333.023.641.761 e. Hasil Penjualan = Rp. 622.219.832.911 f. Laba bersih = Rp. 216.897.143.363 g. Pay Out Time (POT) = 4,29 tahun (4 tahun 4 bulan) h. Break Event Point (BEP) = 40,72% i. Internal Rate of Return (IRR) = 17,96% Keywords: bioavtur, biomass to liquid, Fischer-Tropsch Synthesis, kebijakan Menteri Perhubungan, tandan kosong kelapa sawit

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70087 BIOAVTUR PRODUCTION PROCESS FROM PALM OIL BASED THROUGH HYDROGENATION AND CATALYTIC CRACKINGAvtur (aviation turbine) merupakan bahan bakar pesawat komersial yang memiliki komponen utama berupa hidrokarbon paraffin (C10- C14). Riset mengenai bioavtur dilakukan untuk mengatasi peningkatan konsumsi avtur dan kewajiban penurunan emisi karbon dari sektor penerbangan. Minyak sawit (CPO) digunakan karena Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia, sementara

Page 3: bahan bioavtur

pemanfaatannya di dalam negeri baru mencapai 45%. Konversi CPO menjadi bioavtur melalui tahap proses hidrolisis trigliserida hidrogenasi ikatan tidak jenuh rantai karbon, dekarboksilasi dan catalytic cracking, sehingga dihasilkan fraksi gas cair bioalkanes yang karakteristiknya menyerupai avtur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi proses konversi CPO menjadi bioavtur dan karakteristik produknya. Fraksi gas dan cair bioalkanes hasil reaksi dikoleksi setiap 30-60 menit selama 5 jam pada · suhu 300, 400 dan 450·C. Analisis kualitatif fraksi meliputi bau, warna viskositas dan kejernihan pada suhu ruang. Reaksi sintesis bioavtur diduga optimum pada suhu 450·C, ditandai dengan adanya aroma paraffin yang menyengat, viskositas menurun dan berbentuk cair pada suhu ruang dan suhu O·C. Sementara itu pada perlakuan suhu 300·C dan 400·C, produk yang dihasilkan berbentuk padat di suhu ruang disebabkan adanya proses hidrolisis dan hidrogenasi trigliserida. Peningkatan suhu sampai 450°C pada tekanan 50 atm dalam atmosfer gas hidrogen selama 1-3,5 jam menghasilkan fraksi yang memiliki densitas 750-850 kg/cm . Fraksi ini sesuai dengan spesifikasi bahan bakar avtur Densitas tertinggi diperoleh dan produk dengan perlakuan lama waktu proses 3,5 jam yaitu 854 kg/cm3 Dari hasil pengamatan terhadap ketahanan suhu, produk bioavtur dengan perlakuan lama proses 3-3,5 jam berbentuk cair pada penyimpanan -55·C.

http://riaupos.co/40187-arsip-pemerintah-kaji-pemanfaatan-bioavtur.html

Pemerintah Kaji Pemanfaatan Bioavtur

28 Desember 2013 - 05:59 WIB > Dibaca 95 kali

JAKARTA (RP) - Pemerintah kembali berupaya memaksimalkan penggunaan bahan bakar nabati (BBN) untuk transportasi. Kali ini pemerintah bakal mendorong transportasi udara untuk memanfaatkan produk yang akrab disebut biofuel tersebut. Proyek tersebut diproyeksi bakal terealisasi 2016 nanti.

Langkah tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM dengan Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan kemarin (27/12). Dalam kerja sama itu kedua belah pihak bakal memulai penelitian dan penyiapan regulasi dan pengawasan terhadap penerapan aviation biofuel.

�Saat ini isu penggunaan energi fosil dan perubahan iklim menjadi perhatian bersama. Karena itu pemerintah telah berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional pada 2020,� ujar Menteri Perhubungan E E Mangindaan di Jakarta, Jumat (27/12).

Pada tahap awal itu, Indonesia memproyeksi penyaluran bioavtur mencapai 95 ribu kiloliter (kl). Itu dihitung dari dua persen campuran biofuel terhadap total proyeksi kebutuhan avtur 2016 sebanyak 4,8 juta kl. �Pada 2017 penyaluran bioavtur ditargetkan 175 ribu kl dengan mem-blending 3 persen biofuel pada avtur. Kami memprediksi pada tahun 2020 kebutuhan avtur mencapai 5,8 juta kl,� katanya.

Page 4: bahan bioavtur

Sementara itu Direktur Jenderal (Dirjen) EBTKE Rida Mulyana mengharapkan kerja sama tersebut bisa berjalan lancar. Menurut dia, fakta pemanfaatan energi baru terbarukan yang masih mencapai 5 persen perlu disayangkan. Padahal potensi bahan baku BBN di Indonesia cukup besar. �Saat ini Indonesia memiliki potensi bahan bakar nabati terbesar kedua setelah Brasil,� ujarnya.

Dia menambahkan, langkah tersebut juga memungkinkan Indonesia menjadi hub (pusat) penerbangan lalu lintas udara internasional. Namun hal tersebut hanya bisa terwujud jika Indonesia bisa menyediakan bioavtur untuk keperluan penerbangan domestik maupun internasional. Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, semua pihak yang terkait siap mendukung realisasi proyek tersebut. Salah satunya pembangunan pabrik pengolahan bioavtur. �Ini kan memberi pesan supaya pabriknya segera dibuat. Pemerintah komit ke sana. Kami mendorong Pertamina membuatnya,� ujarnya.

Menteri Perhubungan E E Mangindaan mengatakan lagi, Indonesia bakal menjadi negara pertama yang menerapkan regulasi mengenai pemakaian biofuel. Saat ini, baru beberapa maskapai tingkat dunia yang pernah menggunakan biofuel. Misalnya, Lufthansa, Continental Airlines, dan KLM. �Kami menargetkan bisa mencampur 5 persen pada 2025. Rencana ini baru kami rekomendasikan oleh badan penerbangan dunia. Selain itu, kami juga akan melakukan pemanfaatan energi terbarukan untuk bandara sebanyak 7,5 megawatt pada 2020,� tambahnya.(bil/sof/sar)

http://ditjenbun.pertanian.go.id/pascapanen/berita-219-kelapa-sawit-berpotensi-besar-sebagai-bahan-baku-bioavtur.html

Kelapa Sawit Berpotensi Besar Sebagai Bahan Baku BioavturDiposting oleh : AdministratorKategori: Berita Utama - Dibaca: 18280 kali

0

Jakarta (26/8) - Pemerintah menargetkan penggunaan bioavtur mulai tahun 2016. Sudah ada beberapa bahan baku bahan bakar nabati yang disiapkan, salah satunya kelapa sawit. Topik tersebut merupakan salah satu hal yang disampaikan pada pada acara Workshop Aviation Biofuel & Renewable Energy Task Force (ABRETF) pada tanggal 26 Agustus 2014, di Ruang Mataram Gedung Karya Kementerian Perhubungan.

Pada Workshop yang dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, dan dihadiri oleh wakil dari Instansi Pemerintah, Perguruan Tinggi, Asosiasi, BUMN dan Swasta serta perwakilan Aviation Biofuel & Renewable Energy Task Force (ABRETF) ini, Ditjen Perkebunan menyampaikan Kebijakan Kementerian Pertanian dalam mendukung Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) meliputi Landasan Hukum, Tugas Kementerian Pertanian sesuai Inpres No 1 tahun 2006, Kebijakan penyediaan bahan baku BBN, Prospek pengembangan BBN, Potensi tanaman penghasil BBN, Prinsip ISPO, Kebijakan ke depan dan Masalah yang perlu dipecahkan.Pemerintah tidak akan membuat regulasi untuk memaksa penggunaan bioavtur oleh maskapai. Faktor penting penggunaan bioavtur justru ada pada penyediaan bahan baku. Untuk itu,

Page 5: bahan bioavtur

Kementerian ESDM dan PT Pertamina (Persero) akan bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dalam penyediaan bahan baku, seperti kelapa sawit.

Kelapa sawit mempunyai potensi yang sangat besar sebagai bahan baku biavtur. Pada tahun 2014 produksi CPO mencapai 29,5 juta ton dan diprediksi akan mencapai 61,06 juta ton pada tahun 2030. Menurut Corporate Planning PT Pertamina (Persero), Pertamina sedang mengkaji sumber minyak nabati yang akan digunakan sebagai campuran bioavtur, yaitu kelapa sawit. Pertamina sudah bisa memproduksi bioavtur di laboratorium Pertamina di Pulogadung, Jakarta, dan saat ini  sedang diuji di kilang Dumai, Riau. Konsumsi avtur per tahun mencapai  5 juta kiloliter, semuanya diperoleh dari impor. Penggunaan BBN diharapkan bisa menghemat 2 %  impor avtur.

“Konsumsi avtur Garuda per tahun mencapai 1,8 juta kiloliter dan pada 2016, prediksi konsumsi avtur Garuda bisa mencapai 2 juta kiloliter, ungkap Direktur Operasi PT Garuda Indonesia. Ketua Gapki menambahkan bahwa yang harus diperhatikan dalam pengembangan bahan bakar nabati (BBN), selain ketersediaan bahan baku adalah kestabilan harga BBN, bagaimana menciptakan permintaan serta peningkatan infrastruktur. Sedangkan Peneliti dari IPB menyampaikan bahwa dalam pengembangan BBN, perlu fokus pada salah satu komoditi terlebih dahulu sehingga dapat diatur dengan baik, dan untuk komoditi lainnya lebih baik dilakukan studi terlebih dahulu. Selanjutnya, Indonesia dapat mencontoh Brazil dengan success story nya terkait pemanfaatan bioethanol dimana pemerintah tidak hanya memberikan bantuan berupa subsidi namun mendukung aspek perdagangannya.Menurut Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), dalam menyusun kebijakan harga, agar harga BBN tidak tergantung oleh harga di luar negeri. Selanjutnya, disarankan untuk membentuk satu lembaga/unit khusus yang menangani pengembangan BBN di Indonesia.

Wakil Menteri Perdagangan juga menegaskan pentingnya peluang dan tantangan perdagangan regional dan global CPO dalam konteks implementasi BBN penerbangan dan standar ISPO untuk mengembangkan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Disampaikan juga, hal penting dari workshop ini adalah emisi dan pengembangan keberlanjutan.(nenny)

Page 6: bahan bioavtur

http://www.energitoday.com/2016/02/industri-penerbangan-masih-takut-gunakan-bioavtur/Industri Penerbangan Masih Takut Gunakan Bioavtur February 19, 2016 @ 5:25 pm

Jakarta, EnergiToday-- Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya begitu menggebu mengembangkan bahan bakar pesawat (jet fuel) berbasis minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO). Namun faktanya, maskapai penerbangan masih enggan menggunakan bahan bakar campuran avtur dan CPO demi keselamatan penumpang.

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit Bayu Krisnamurthi mengatakan, riset dan penelitian pengembangan bioavtur masih terus berjalan sampai saat ini. Kesimpulan dari penelitian tersebut, bahan bakar tersebut terbukti bisa digunakan pesawat terbang.

"Risetnya sudah jadi, dan terbukti bisa dipakai. Ini sedang terus dikaji untuk pada waktunya bisa dipakai, karena sangat terbuka menggunakan jet fuel berbasis sawit," ujar Bayu, seperti yang dilansir dari liputan6.com, Jum’at (19/2).

Mantan Wakil Menteri Perdagangan ini mengaku, maskapai penerbangan mempunyai pertimbangan tertentu belum tertarik menggunakan bahan bakar berbasis minyak kelapa sawit, bukan karena persoalan harga maupun lingkungan. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli berniat mengembangkan bahan bakar jet yang berasal dari CPO (jet fuel). Langkah tersebut sebagai upaya pemerintah mendorong hilirisasi produk sawit. (ns/L6)

Page 7: bahan bioavtur

https://iinparlina.wordpress.com/ragam-teknologi/teknologi-energi/bioavtur/

Seiring dengan kian populernya aneka bahan bakar nabati (BBN, biofuels) seperti bioetanol, biodiesel dan biogas, dunia penerbangan yang sudah puluhan tahun menggunakan avtur yang berasal dari bahan bakar fosil, kini juga mulai tertarik untuk menggunakan bahan bakar berbasis nabati, yakni biokerosin atau bioavtur (biokerosene atau jet biofuel). Penggunaan biokerosin sebagai bahan bakar pesawat jet dan pesawat terbang pertama kali dikembangkan di Fortaleza, Brazil, pada periode 1980-1985.  Uji pertama kali dilakukan pada pesawat yang terbang dari São José dos Campos menuju Brasília dengan menggunakan biokerosin murni (tanpa adanya tambahan mineral-mineral kerosin tradisional) yang disebut prosen. Pada kondisi yang sama, bila dibandingkan dengan petrokerosin (kerosin yang berasal dari bahan bakar fosil) konsumsi rata-rata dari biokerosin lebih besar 4.5% sampai 6.0%.

Keberhasilan pengembangan teknologi bahan bakar berbasis nabati  ini kemudian disusul dengan keberhasilan beberapa penerbangan lainnya; yang paling baru (2007) adalah penerbangan pesawat Virgin Atlantics dari London menuju Amsterdam yang menggunakan campuran BBN sebanyak 20%.

Virgin Atlantic bekerja sama dengan dengan Boeing, GE Aviation dan Imperium Renewables, perusahaan utama dalam teknologi produksi biodiesel di Seattle, Washington, berhasil menerbangkan sebuah pesawat terbang Boeing 747 yang dilengkapi dengan mesin GE dan menggunakan bahan bakar yang mengandung 20%-volume jet biofuel yang berasal dari minyak babassu dan minyak kelapa. Pesawat ini terbang dari London Heathrow pukul 11:30 dan tiba dengan selamat di Amsterdam pada pukul 1:30 pm waktu setempat.

Keberhasilan ini merupakan sebuah prestasi yang cukup menggembirakan karena merupakan demonstrasi penerbangan pesawat ber-BBN pertama dalam dunia penerbangan jet komersial berskala besar. Kemudian, tidak lama setelah itu, Boeing, Air New Zealand dan Rolls-Royce yang juga melakukan  demonstrasi penerbangan biofuel dengan menggunakan pesawat terbang  Air New Zealand Boeing 747-400 dengan mesin dari Rolls-Royce.

Biokerosin atau jet biofuel merupakan bahan bakar dari bahan yang lebih mudah diperbaharui daripada bahan bakar jet biasa, mampu mereduksi emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global, serta lebih ramah lingkungan. Selain itu, biokerosin dikabarkan memiliki nilai lubrisitas (pelumasan) dan detergensi (pembersihan) yang cukup baik, sehingga memiliki kemampuan untuk memperbaiki kinerja dari petrokerosin dan berkontribusi dalam pembersihan turbin. Akan tetapi, walaupun tidak membutuhkan modifikasi mesin bahan bakar kendaraan, biokerosin memiliki kecenderungan untuk membeku lebih cepat daripada bahan bakar berbasis bahan bakar fosil biasa.

Pada bulan September 2006, perusahaan biofuel dari Brazil, Tecbio bekerjasama dengan NASA dan Boeing untuk mengembangkan bahan bakar pesawat terbang berupa biokerosin atau disebut Boeing sebagai jet biofuel. Tecbio menggunakan reaksi transesterifikasi untuk memproduksi biodiesel dan biokerosin (jet biofuel) dengan menggunakan minyak babassu sebagai bahan mentah. Biokerosin dibuat dari fraksi ester dengan berat  molekul tertentu.

Page 8: bahan bioavtur

https://bambangprastowobioenergy.wordpress.com/2015/03/10/bahan-baku-bioavtur-pesawat-udara-dari-kelapa-sawit-cukup-melimpah/

Bahan Baku Bioavtur Pesawat Udara dari Kelapa Sawit Cukup Melimpah

Bambang Prastowo

Hasil analisis menunjukkan bahwa yang paling optimal sebagai bahan bakar nabati untuk pesawat udara (bioavtur) adalah kernel kelapa sawit dan daging buah kelapa. Potensi lahan untuk kelapa sawit cukup luas yaitu 44,094 juta ha, namun yang sangat sesuai sebenarnya hanya sekitar 18 juta ha, termasuk di dalamnya adalah hutan konversi yang bisa dimanfaatkan yaitu sekitar 13,7 juta ha. Secara sederhana dapat diperhitungkan bahwa perluasan areal masih berpotensi untuk ditingkatkan sampai sekitar dua kali luasan saat ini termasuk produksi kelapa sawitnya.  Ke depan pengembangan bahan bakar nabati untuk pesawat udara dari kelapa sawit tinggal memperhitungkan seberapa porsi produksi yang dikehendaki akan dialokasikan untuk bahan baku bioavtur tersebut.

Berdasarkan komunikasi langsung pelaku bisnis pabrik kelapa sawit, selang produksi produksi CPO cukup lebar, yaitu sekitar 4 – 22 ton/ha/th, sedangkan produksi CPO umumnya sekitar 23 % dari produksi TBS dan kernel atau inti sawit adalah sekitar 5,5%. Berdasarkan data resmi Delegasi Indonesia pada Bilateral Meeting Indonesia Malaysia 2013, produksi CPO Indonesia saat ini sekitar 27,5 juta ton pada luasan 9,074 juta ha, jadi rata-rata hasil CPO adalah 3,03 ton/ha. Jika diperhitungkan hasil TBS Indonesia adalah sekitar 13,2 ton/ha dan kernel hasilnya hanya sekitar 0,73 ton/ha atau minyak kernelnya sekitar 80 % dari berat kernelnya yaitu sekitar 0,6 ton/ha.

Page 9: bahan bioavtur

Produksi minyak dari kernel kelapa sawit beberapa tahun terakhir ini adalah rata-rata sekitar 20% dari produksi CPO. Produksi CPO saat ini adalah sekitar 27,5 juta ton per tahun, sehingga produksi minyak kernel adalah sekitar 5,5 juta ton per tahun dari luas lahan sawit 9,074 juta ha. Jadi kebutuhan lahan untuk produksi satu ton minyak kernel = 9,074 juta ha/5,5 juta ton = 1,65 ha/ton atau 0,6 ton/ha.  Jumlah kebutuhan  bahan bakar nabati yang akan dicampur dengan avtur konvensional berdasarkan perkiraan permintaan di masa yang akan datang dan sesuai dengan target Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN GRK) untuk tahun 2016, 2018 dan 2020 berturut-turut adalah 114.144 KL, 211.300 KL dan 260.928 KL. Berat jenis avtur saat ini adalah sekitar 0,8 kg/liter dan untuk menghasilkan 1 Liter avtur sintesis dibutuhkan sebanyak kurang lebih 1,2 Liter minyak kernel. Oleh karena itu, kebutuhan minyak kernel  untuk tahun 2016, 2018 dan 2020 berturut-turut adalah             : 136.973 KL = 109.578 ton, 253.560 KL = 202.848 ton dan 313.114 KL = 250.491 ton.

Berdasarkan analisa kebutuhan lahan untuk produksi minyak kernel sebelumnya, maka perkiraan kebutuhan lahan kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak nabati pada pesawat udara untuk tahun 2016, 2018 dan 2020 berturut-turut adalah : 180.804 ha, 334.699 ha, dan 413.310 ha (masing-masing adalah 2 %, 4 % an 5% dari total lahan kelapa sawit saat ini). Berdasarkan angka tersebut, terlihat bahwa areal perkebunan kelapa sawit yang kita miliki saat ini masih sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar nabati pada pesawat udara di masa mendatang. Untuk agribisnis besar dalam rangka produksi bioavtur tentu saja lebih mudah mengelola perkebunan besar swasta dibandingkan milik petani yang tersebar dengan ribuan kepemilikan. Hal ini tentu saja menjadi tantangan besar ke depan jika ingin melibatkan pertanaman milik rakyat dalam mengelola industri bioavtur di Indonesia, sehingga diperlukan sosialisasi dan penyuluhan yang intensif mulai sekarang.

Minyak Kelapa Paling Mudah Dijadikan BioavturJum'at, 19 September 2014 , 22:15:00 WIB

Page 10: bahan bioavtur

Dok. Antara

41 0 0 0 0 0

Page 11: bahan bioavtur

 

Jakarta--Tanaman kelapa yang banyak tumbuh subur di wilayah pesisir Indonesia ternyata dapat memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Salah satunya, dijadikan sebagai bahan bakar bioavtur untuk pesawat terbang. Saat ini, Badang Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedang melakukan penelitian mengembangkan minyak kelapa menjadi bioavtur.   "Ini adalah pengembangan generasi kedua, saya telah mengembangkan katalis yang dapat mengonversikan minyak kelapa menjadi bioavtur dan bisa langsung digunakan tanpa mencampurnya dengan avtur," kata peneliti senior di Divisi Energi Terbarukan BPPT Dr Erlan Rosyadi, di gedung BPPT, Jakarta, Selasa (16/9), seperti ditulis Antara.Erlan mengaku, telah melakukan percobaan berbagai jenis minyak untuk dijadikan bioavtur, misalnya minyak sawit dan minyak kanola. Namun, berdasarkan hasil pengamatannya, minyak kelapa merupakan bahan yang paling mudah untuk dijadikan bioavtur."Kunci mengonversikan biomassa menjadi bioavtur adalah selektifitas, semakin banyak fraksinya yang dominan maka semakin gampang," jelasnya.Erlan menambahkan, pada dasarnya semua bagian tanaman bisa dijadikan bahan bakar atau energi terbarukan. Oleh sebab itu, perlu kemauan dari pemerintah untuk mendukung pengembangan program ini agar Indonesia tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak bumi.Seharusnya, lanjutnya, Indonesia bisa membuat industri katalis sehingga tidak bergantung dengan importir yang berakibat meningkatnya harga bahan bakar. (*)

- See more at: http://www.zonalima.com/artikel/8/Minyak-Kelapa-Paling-Mudah-Dijadikan-Bioavtur/#sthash.xAZ5YSif.dpuf