bahan bakar nabati, energi untuk masa depan indonesia
DESCRIPTION
Bahan Bakar Nabati, Energi untuk Masa Depan IndonesiaTRANSCRIPT
-
Pilih Pulau Ekspedisi
Jadikan Teman | Kirim Pesan
OPINI
| 04 November 2013 | 14:52
Dibaca : 324 Komentar : 2 0
Hendra Wardhana
menyukai Anggrek Alam
Indonesia | tidak suka rokok dan masakan pedas | @_hendrawardhana | wardhanahendra.blogspot.com
Bahan Bakar Nabati, Energi untuk Masa Depan Indonesia
Menjadi negara dengan kekayaan alam berlimpah membuat Indonesia memiliki banyaksumber daya energi, baik energi fosil maupun energi yang terbarukan. Sumber energi fosil
Beranda
Artikel
Kompetisi Blog
Sumatera
Jawa dan Bali
NTB-NTTMaluku
JNS
Papua
-
adalah minyak bumi, batu bara dan gas alam. Sementara sumber energi terbarukan meliputi panas bumi, biomassa,
nuklir, cahaya, air, angin hingga batu bara yang dicairkan.
Hingga saat ini sumber energi fosil masih menjadi sumber energi utama untuk memenuhi kebutuhan berbagai
sektor kehidupan masyarakat Indonesia terutama untuk bahan bakar minyak (BBM). Ketergantungan Indonesiaterhadap BBM pun semakin tinggi seiring dengan tingkat konsumsi yang terus meningkat. Menurut data Pertamina
kebutuhan konsumsi BBM dalam negeri mencapai 1,3 juta barrel perhari. Sementara produksi dalam negeri barumenyentuh kisaran angka 950.000 barel setiap harinya.
Kebutuhan energi Indonesia terus meningkat karena berbagai faktor seperti laju populasi penduduk serta
pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan sebesar 6% per tahun sehingga membutuhkan ketersediaan energi yangtidak sedikit. Apalagi sektor utama penopang pertumbuhan ekonomi yakni sektor industri dan transportasi
menjadi pengguna energi terbesar dengan laju peningkatan konsumsi BBM sebesar 6-9% per tahun. Olehkarena itu ketersediaan energi perlu dijamin agar pembangunan nasional tidak terganggu.
Di sisi lain harga minyak dunia yang semakin tidak menentu membuat Indonesia mengalami dampakyang tidak ringan. Indonesia yang tak lagi menjadi negara utama pengekspor minyak bergantung kepada minyak
luar negeri. Selain itu cadangan minyak Indonesia yang semakin menipis membuat ancaman krisis energi menghantuinegeri ini. Ditambah isu pemanasan global yang terkait erat dengan penggunaan bahan bakar fosil yang
berdampak pada ledakan emisi gas rumah kaca, hujan asam dan kerusakan ozon membuat negara-negaradengan angka konsumsi bahan bakar fosil sangat tinggi kerap menjadi sasaran kritik komunitas dunia.
-
Antrian pembelian BBM akibat kenaikan harga dan kelangkaan minyak menjadi lampu merah bagi ketahananenergi Indonesia. Penggunaan sumber energi alternatif adalah sebuah keniscayaan yang sudah saatnya dilakukan
oleh Indonesia, salah satunya dengan mengembangkan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai energi masa depan.
Ketergantungan pada minyak dunia yang terus meningkat, produksi yang belum mampu memenuhi kebutuhan dalamnegeri, cadangan sumber energi fosil yang semakin menipis dan tak terbarukan, dampak pemanasan global,
ancaman krisis energi serta kebutuhan yang harus tetap dipenuhi untuk menjaga pembangunan nasional menegaskanbahwa pengembangan energi alternatif dari sumber energi yang terbarukan adalah sebuah keniscayaan
yang tak bisa lagi ditunda oleh Indonesia.
Potensi Sumber Energi Baru Terbarukan (EBT)
Sesuai Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, pada tahun 2025 konsumsi energi dariminyak bumi ditargetkan turun menjadi kurang dari 20%. Sementara optimalisasi pemanfaatan batu bara
ditingkatkan menjadi lebih dari 33%, gas bumi lebih dari 30%, biofuel lebih dari 5%, panas bumi lebih dari 5%,batu bara cair lebih dari 2% dan energi baru terbarukan lainnya seperti biomassa, nuklir, angin, tenaga surya
menjadi lebih dari 5%.
Angka-angka tersebut mungkin menjadi acuan bagi postur energi nasional beberapa tahun ke depan. Optimalisasi
batu bara memang menjadi yang paling rasional saat ini mengingat cadangan batu bara nasional masih
sekitar 5 miliar ton. Namun cadangan sebesar itu ternyata hanya cukup untuk 45-50 tahun. Sementaracadangan gas bumi diperkirakan akan habis lebih cepat yakni sampai 30 tahun ke depan. Eksplorasi kedua sumber
energi tersebut juga berpotensi mengancam lingkungan hidup karena aktivitas pertambangan batu bara dan gas
bumi di Indonesia masih dianggap banyak menyebabkan kerusakan lingkungan. Maka postur sebesar 33% untuk
batu bara dan 30% untuk gas bumi sebaiknya tidak dianggap sebagai prioritas utama untuk jangkapanjang.
-
Lalu sumber energi apa yang pantas dikembangkan sebagai sumber energi masa depan di Indonesia?.
Indonesia memiliki potensi sumber energi baru terbarukan yang cukup besar dan beragam. Potensimicrohydro Indonesia diperkirakan sebesar 450 MW. Sementara panas bumi menyimpan potensi
sebesar 2300 MW dan baru dimanfaatkan sepertiganya. Energi Nuklir menyimpan potensi yang jauh
lebih besar yakni menyentuh angka 3 GW.
Ketiga sumber EBT di atas dapat menjadi penyedia energi masa depan Indonesia. Namun pengembangan energi
microhydro, panas bumi dan nuklir memiliki kendala yang besar dari aspek sosial yakni infrastruktur penunjang
yang masih terbatas terutama listrik yang mutlak dibutuhkan untuk menunjang ketiganya. Krisis listrik masih kerap
terjadi di berbagai wilayah Indonesia yang ironisnya justru memiliki potensi ketiga EBT tersebut. Dari aspeklingkungan pengembangan ketiga sumber energi tersebut, terutama nuklir juga menghadapi isu yang tak sepele yakni
masalah keselamatan. Oleh karena itu pengembangan sumber energi microhydro, panas bumi dan nuklir di
Indonesia sebenarnya tak sesederhana menghitung nilai potensinya yang besar.
Sumber Energi Masa Depan Itu Bernama BBN
Seperti disampaikan di atas bahwa banyaknya potensi sumber energi baru terbarukan (EBT) yang dimiliki olehIndonesia tidak serta membuat sumber-sumber energi tersebut bisa dengan mudah dikembangkan. Dengan kata lain
pengembangan EBT tetap harus memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan termasuk
konservasi agar dapat membawa manfaat yang sebesar-besarnya.
Adalah Bahan Bakar Nabati yang paling berpotensi dikembangkan sebagai energi masa depan Indonesia. Bahan
Bakar Nabati atau BBN adalah bagian dari sumber energi biomassa yang di Indonesia potensinya
diperkirakan sebesar 50 GW.
Bahan Bakar Nabati bukanlah istilah baru karena di dalamnya termasuk bioetanol, biodiesel atau secara kolektif
disebut dengan biofuel. Sesuai namanya BBN atau minyak nabati dikembangkan dari berbagai jenis tumbuhan lokal
baik yang sudah dibudidayakan sebagai pangan maupun yang belum dibudidayakan.
Kelapa, jarak pagar dan sawit adalah jenis-jenis tumbuhan yang terbukti dapat menghasilkan biodiesel. Meskipun
demikian pemilihan kelapa sawit sebagai sumber penyedia biodiesel membutuhkan pertimbangkan yang sangat teliti
mengingat konstribusi perkebunan sawit terhadap kerusakan hutan Indonesia juga tak kalah besar. Oleh karena itu
pengembangan BBN jenis bioetanol menjadi lebih menguntungkan bagi Indonesia.
Beberapa jenis tumbuhan penyedia bahan bioetanol adalah singkong, ubi jalar, tebu, ganyong dan rumput gajah.
Jenis tumbuhan lainnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol karena pada dasarnya semua tumbuhan
mengandung selulosa dan amilum/karbohidrat yang melalui proses hidrolisis baik dengan azam maupun enzim dapatmenghasilkan etanol.
Tak hanya nilai potensinya yang sangat besar, BBN sangat layak dikembangkan oleh Indonesiamengingat keanekaragaman hayati yang tinggi dan kesuburan tanah yang baik dimiliki negeri ini.
Penggunaan BBN juga akan membawa banyak keuntungan bagi Indonesia. Pengembangan BBN dapat
diintegrasikan dengan kegiatan ekonomi masyarakat karena beberapa tumbuhan yang menyimpan potensisebagai penyedian BBN adalah tanaman pangan maupun pakan ternak. Selain memanfaatkan tanaman pangan,
BBN juga dapat dihasilkan dari limbah pertanian. Dengan melibatkan petani dan masyarakat pengembangan BBN
-
Tweet 3
dapat menaikkan penghasilan petani dan mengurangi pengangguran.
Pengembangan BBN dapat diselaraskan dengan upaya mewujudkan ketahanan dan diversifikasipangan. Pengembangan BBN yang baik juga akan berkontribusi positif menunjang usaha konservasi
lingkungan hidup dan penghijauan. Sementara secara nyata pengembangaan BBN sebagai sumber energi
baru dapat mengurangi kertegantungan terhadap BBM. Selain secara alamiah dapat terbarukan, BBN juga
lebih ramah lingkungan dan teknologinya sudah dikuasai oleh anak-anak negeri.
Rumput Gajah menjadi bahan baku potensial penghasil Bahan Bakar Nabati bioetanol sebagai energi masa depanIndonesia.
Pengembangan Bahan Bakar Nabati selaras dengan strategi Pertamina dalam mewujudkan misinya yakni
melaksanakan eksplorasi dan produksi energi baru terbarukan salah satunya Biomassa dan Biofuel.Dengan memulai menggalakkan proyek percontohan kawasan khusus BBN, inventarisasi tumbuhan penyedia bahan
baku, pembangunan pabrik berbagai skala, Pertamina dapat mengembangan BBN sebagai energi masa depan
Indonesia.
Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer
(anggota kompasiana) yang menayangkannya. Kompasiana tidak betanggung jawab atas faliditas dan akurasi
informasi yang ditulis masing-masing Kompasianer.
KOMENTAR BERDASARKAN : TANGGAL
0Recommend
Laporkan Tanggapi