bahan

41
DISUSUN OLEH: ADHI MARFITRA NPM: 61113047

Upload: adhi-marfitra

Post on 28-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DISUSUN OLEH:

ADHI MARFITRA

NPM: 61113047

TAHUN ANGKATAN 2013

MakalahMakalah ini di ajukan untuk melengkapi tugas dari

blok pendidikan masyarakat Dalam hal ini, isi dari makalah akan membahas tentang

“ Tingkat Penyakit Infeksi Saluran Penapasan Akut di kota Batam”

DISUSUN OLEH:

ADHI MARFITRA

NPM: 61113047

TAHUN ANGKATAN 2013MOTTO

1) Janganlah kamu digenggam oleh kesulitan, tetapi letakkanlah kesulitan

itu dalam genggamanmu.

2) Jangan pikirkan apa yang dapat Negara berikan padamu, tapi pikirkan

apa yang dapat kamu berikan untuk negaramu.

3) Harapan adalah kenangan yang paling besar dan paling sulit yang bisa

diperoleh seseorang bagi jiwanya.

4) Ingatlah seumur hidup kamu bahwa layang-layang naik bukan mengikuti

angin, tetapi menentang angin.

ABSTRAK

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN

Dimasa globalisasi ini, banyak timbul penyakit-penyakit yang sangat

membahayakan bagi tubuh manusia. Salah satu penyakit tersebut adalah

infeksi saluran pernapasan. Dalam hal ini saya ingin melakukan pengembangan

penyebaran penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang terjadi dikota batam.

Dalam hal ini banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit

infeksi saluran pernapasan akut yang rata-rata disebabkam oleh faktor ekternal

atau dari lingkungan.

Banyak hal faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit

infeksi saluran pernapasan akut, dalam hal ini ada beberapa faktor yang kami

ambil sesuai dengan gejala yang kami temukan terkhusus untuk kota batam.

Adapun faktor-faktor itu seperti akibat pencemaran udara baik oleh

pembuangan dari perusahaan, kendaraan maupun lingkungan akibat

pembangunan yang sedang gencar-gencarnya di lakukan dikota batam.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat

dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikannya makalah ini pada waktunya,

serta tak lupa salawat beriring salam penulis ucapkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW yang telah membina dan membawa umatnya dari alam

kegelapan menuju alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti saat sekarang

ini.

Dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak berjasa dalam penyempurnaan

makalah ini.

Dalam menyusun makalah ini penulis menyadari banyak terdapat

kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan sebagaimana yang

diharapkan. Dengan demikian penulis sangat mengharapkan adanya koreksi

yang bersifat membangun untuk makalah ini. Selain itu penulis juga berharap

semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan atas kritik serta

sarannya penulis ucapkan terimakasih.

Batam , 16 Mei 2014

Penulis

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................................i

HALAMAN MOTTO................................................................................................................................1

HALAMAN ABSTRAK............................................................................................................................2

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................3

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................5

1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................5

1.2 Pembatasan Masalah........................................................................................................6

1.3 Rumusan Masalah.............................................................................................................6

1.4 Tujuan Penulisan...............................................................................................................6

1.5 Manfaat Penulisan.............................................................................................................7

1.6 Metode Penulisan..............................................................................................................7

1.7 Sistematika Penulisan........................................................................................................8

BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................................................9

2.1 Pengertian Infeksi Saluran Pernapasan Akut....................................................................9

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................................10

3.1 Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Akut ..................................................................10

3.2 Gejala-gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut..............................................................12

3.3 Penyebaran Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut.................................................15

3.4 Penanganan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut................................................15

3.5 Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut.................................................21

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................................22

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................22

4.2 Saran................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................23

LAMPIRAN...........................................................................................................................................24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada

hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita.

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah

kompleks, dimana penyakit yang terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu menyusui serta anak bawah lima tahun.

Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive Pulmonary Disease.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.

Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Batam per tahun berkisar antara 2 -3 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian khususnya di daerah kota batam sekitar 2,8 % (Data Yang diperoleh Belum Filed).Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun di indonesia, ini berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan.

Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984 dan di batam sedang gencar-gencarnya dilaksanakan penurunan penyebaran ISPA terkarna Batam merupakan daerah pengembangangan usaha, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.

1.2. Pembatasan MasalahDalam makalah ini akan membahas bagaimana penyebaran penyakit infeksi

saluran pernapasan akut di Indonesia tekhusus daerah Batam sendiri. Disini juga

akan membahas apa saja penyebab dan gejala yang ditimbulkan oleh Infeksi

saluaran pernapasan akut serta bagaimana penanganan dan pencegahan Infeksi

saluran pernapasan akut itu sendiri.

1.3. Rumusan MasalahPada makalah ini membahas tentang apa saja yang berhubungan dengan

penyakit Infeksi saluran pernapasan akut dan hal ini terbagi atas beberapa hal yaitu :

Apa penyebab-penyebab Infeksi saluran pernapasan akut ?

Apa gejala-gejala infeksi saluran pernapasan akut ?

Bagaimana cara mencegah infeksi saluran pernapasan akut ?

Bagaimana cara mengobati infeksi saluran pernapasan akut ?

1.4. Tujuan Penulisan Dalam makalah ini penulis ingin menyampaikan apa saja tujuan dari

makalah ini tentang segala hal yang berhubungan dengan penyakit infeksi saluran

pernapasan akut. Oleh karena itu tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai

berikut:

Untuk mengetahui penyebab-penyebab Infeksi saluran pernapasan akut

Untuk mengetahui gejala-gejala Infeksi saluran pernapasan akut

Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah Infeksi saluran pernapasan akut

Untuk mengetahui bagaimana cara mengobati Infeksi saluran pernapasan akut

1.5. Manfaat PenulisanAdapun kegunaan Makalah ini adalah untuk mendapat informasi nyata

tentang apa saja penyebab atau faktor-faktor yang dapat menyebabkan seseorang

dapat menderita infeksi saluran pernapasan akut.

Selain itu, manfaat dari Makalah ini adalah :

Untuk mengembangkan ilmu dan wawasan khususnya untuk masyarakat batam

karna semakin meluasnya Penyakit infeksi saluran pernapasan akut.

Agar para pembaca dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan Penyakit

infeksi saluran pernapasan akut.

Agar pembaca dapat mengetahui apa saja gejala-gejala, dan penyebab-

penyebab yang dapat ditimbulkan dari Penyakit infeksi saluran pernapasan akut.

Selain itu, dengan adanya makalah ini diharapkan dapat dijadikan bekal untuk

para pembaca agar bisa menjaga kesehatan dan selalu menjaga lingkungan

sekitar maupun kota Batam itu sendiri. Serta selalu memperdalam ilmu

pengetahuan tentang berbagai macam penyakit dan mengetahui bagaimana

cara pengobatan dan pencegahan terhadap berbagai penyakit salah satunya

adalah Penyakit infeksi saluran pernapasan akut.

1.6. Metode PenulisanDalam penyusunan Makalah ini, penulis melakukan penelitian dengan cara

study pustaka yaitu dengan mengumpulkan berbagai data yang diambil dari

beberapa buku dan sumber-sumber lain yang ada pada media massa maupun media

elektronika (internet) dan data-data tersebut ada hubungannya dengan makalah ini,

sedangkan untuk tepatan data masih berdasarkan hipotesa sementara.

1.7. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan dalam pebuatan makalah ini, penulis

membuat suatu sistematika yang dapat menyusun dan mengatur penulisan makalah

ini, yaitu :

BAB I :Membahas tentang Bab Pendahuluan, yang terdiri dari latar

belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, da sistematika

penulisan.

BAB II :Membahas tentang Bab Landasan Teori, yang terdiri dari

pengertian Penyakit infeksi saluran pernapasan akut.

BAB III :Membahas tentang Bab Pembahasan, yang teridi penyebab-

penyebab Penyakit infeksi saluran pernapasan akut, gejala-gejala

Penyakit infeksi saluran pernapasan akut, dan bagaimana cara

pencegahan serta pengobatan Penyakit infeksi saluran pernapasan

akut.

BAB IV :Bab inimerupakan Bab Penutup dimana dalam bab ini penulis telah

menyelesaikan pembahasannya terhadap masalah yang ada dalam

makalah ini.

Maka dari itu dalam bab penutup ini terdiri atas kesimpulan dan

saran. Serta tidak lupa pula penulis mencantumkan daftar pustaka,

lampiran, guna untuk mengetahui dari mana data-data tersebut

diperoleh dan bagaimana contoh kondisi dari penyakit tersebut serta

data-data yang Penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang terjadi

dibatam meskipun data ini hanya hipotesis sementara.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Infeksi Saluran Pernapasan AkutISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang

benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan

harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.

Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan AkutInfeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang

komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi.Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis bakteri, virus,dan jamur. Bakteri penyebab ISPA misalnya: Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella Pertusis, dan Korinebakterium Diffteria (Achmadi dkk., 2004).

Bakteri tersebut, di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri ini menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).

Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas.Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja.Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah. (Siregar dan Maulany, 95).

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke

arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983).

Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif.Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa

Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.

Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala demam dan batuk.

Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

Faktor RisikoFaktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA :1. Usia

Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.

2. Status ImunisasiAnak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.

3. LingkunganLingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.

Faktor resiko terjadi infeksi saluran penapasan di kota Batam:(Data tidak filed)1. Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya infeksi saluran pernapasan di kota Batam yaitu:

Polusi udaraPolusi udara di kota Batam disebabkan oleh beberapa faktor baik yang disebabkan oleh pencemaran udara yang disebabkan oleh perusahaan-perusahaan yang terdapat Di Batam. Terhitung + 30 perusaahaan di Batam memiliki resiko menyebabkan polusi udara dibatam dan sisanya di perkirakan telah melakukan realisasi polusi udara yang disebabkan oleh perusahaan mereka. Selain itu pembukaan lahan yang sedang gencar-gencarnya di kota Batam merupakan faktor yang berpotensi menyebabkan terjadinya polusi udara yang dapat menimbulkan infeksi saluran pernapasan. Hal ini dapat dilihat dengan pembukaan lahan yang menggundulkan penghijauan sebagian wilayah dikota Batam menimbulkan sehingga teradi kegresangan dan saat cuaca tidak panas mengakibatkan debu yang ada di area tersebut menyelimuti kota Batam.

2. Kehidupan SosialDengan taraf kehidupan social di kota Batam yang belum merata membuat sebagian masyarakat kota batam hidup dalam kategori tahap ekonomi rendah. Dengan hal demikian banyak masyarakat Batam yang belum mempersiapkan diri dalam menghadapi banyak faktor yang dapat mencegah terjadinya infeksi saluran pernafasan seperti melakukan imunisasi terhadap anak-anak balita mereka, menjaga kebersihan lingkungan sekitar mereka, membawa anggota mereka yang memiliki gejala infeksi saluran pernapasan.

3.2. Gejala-gejala Infeksi Saluran Pernapasan AkutPada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-

keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris. Tanda-tanda klinis:

Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.

Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.

Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratories: hypoxemia, hypercapnia dan acydosis (metabolik dan atau respiratorik).

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.

Gejala ISPA:Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

Batuk Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya

pada waktu berbicara atau menangis) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC

Gejala dari ISPA SedangSeseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA

ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan kelompok umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun.

Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer) Tenggorokan berwarna merah Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

Gejala dari ISPA BeratSeseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala ISPA

ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut : Bibir atau kulit membiru Anak tidak sadar atau kesadaran menurun Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba Tenggorokan berwarna merah

Dari tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut, kami juga melakukan analisa terhadap tanda-tanda dan gejala Infeksi saluran pernapasan akut di daerah kota Batam adapun analisa tersebut yaitu:Tanda-tanda : (Persentase yang di peroleh hanya hipotesa sementara dengan %

Total= 100% )No Tanda-tanda Persentase(%)

Tanda-tanda pada anak-anak (Tahun 2013)1 sistem respiratorik 20%2 sistem cardial 10%3 sistem cerebral 30%4 hal umum 40%

Tanda-tanda pada Dewas (Tahun 2013)1 sistem respiratorik 20%2 sistem cardial 30%3 sistem cerebral 30%4 hal umum 20%

Gejala-gejala : (Persentase yang di peroleh hanya hipotesa sementara dengan % Total= 100% )

No Gejala Persentase(%)Gejala pada anak-anak (Tahun 2013)

1 Gejala ISPA Ringan 35%2 Gejala ISPA Sedang 25%3 Gejala ISPA Berat 40%

Tanda-tanda pada Dewas (Tahun 2013)1 Gejala ISPA Ringan 40%2 Gejala ISPA Sedang 30%3 Gejala ISPA Berat 30%

3.3. Penyebaran Infeksi Saluran Pernapasan AkutAdapun penyebaran penyakit infeksi saluran pernapasan akut khususnya di

daerah kota Batam yang kami peroleh dari beberapa sumber yaitu sebagai berikut:

(Data ini hanya Hipotesa sementara)

No Kecamatan Persentase(%)1. Tanjung Uncang 1 %2. Sagulung 1 %3. Batu Aji 1 %4. Sungai Harapan 1 %5. Sekupang 2 %6. Tiban 1 %7. Muka Kuning 1 %8. Baloi 1 %9. Batu Ampar 2 %

10. Jodoh 1 %11. Nagoya 1 %12. Bengkong 1 %13. Sungai Panas 1 %14. Batam Centre 4 %15. Kabil 1 %16. Nongsa 1 %

3.4. Penanganan Infeksi Saluran Pernapasan AkutPenemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang

benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut : A. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak.

Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat

gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.

B. Klasifikasi ISPA Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai

berikut: Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada

kedalam (chest indrawing). Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai

demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia .

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu : Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding

pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu: Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding

dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

C. Pengobatan Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

oksigendan sebagainya. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak

mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai

radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan

perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. Petunjuk dosis dapat dilihat pada lampiran.

D. Perawatan dirumah Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya

yang menderita ISPA. Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari.

Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

Lain-lain Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang (4,5) .

E. Pencegahan dan Pemberantasan Pencegahan dapat dilakukan dengan :

Menjaga keadaan gizi agar tetap baik. Immunisasi.

Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pemberantasan yang dilakukan adalah : Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu. Pengelolaan kasus yang disempurnakan. Immunisasi.

Pelaksana pemberantasan Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab

bersama. Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya.

Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat'membantu menemukan kasus-kasus pneumonia yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang perlusegera dirujuk ke rumah sakit .Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :

Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana dan tenaga yang tersedia. Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis. Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu. Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah sakit. Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit pneumonia serta tindakan penunjang di rumah, Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri wewenang mengobati penderita penyakit ISPA, Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA, Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target.

Paramedis Puskesmas Puskesmas pembantu Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk yang ada.

Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA tertentu seperti pneumoni berat, penderita dengan weezhing dan stridor. Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader. Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas sehubungan dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.

Kader kesehatan Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia. Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih. Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat. Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-daerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol.Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk

F. Penanganan Lanjutan

Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.

a. Sinusitis paranasalKomplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar.Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus

disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.

b. Penutupan tuba eusthachiiTuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA).Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam.Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras). Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak membaik.Parasentesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata (OMP).Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah:

Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran sekret.

Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan perembesan infeksi juga merintangi penyaluran sekret.

Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau jarang dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis).

c. Penyebaran infeksiPenjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.

3.5. Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan AkutHal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA

pada anak antara lain :A. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan

cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.B. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh

terhadap penyakit baik.C. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.D. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah

memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA.

BAB IV

4.1. KESIMPULAN

Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional.

4.2. SARAN

Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, maka diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat

diprioritaskan. Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

1. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

2. DepKes RI. Bimbingan Ketrampilan Dalam. Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak. Jakarata, :10 ,1991.

3. DepKes RI. Lokakarya Dan Rakernas. Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut. 1992.

4. Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-

UNAIR. 1980.

5. Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa Aksara.

Jakarta. 1994.

6. http://dokterkecil.wordpress.com/2011/03/31/ispa-infeksi-saluran-pernapasan-akut/

LAMPIRAN

Gambar 1. Perawatan Penderita ISPA Gambar 2. Pengobatan ISPA

Gambar 3. Daerah Batam Gambar 4. Pencemaran Perusahaan