bahan
TRANSCRIPT
Home | Aspirasi | Layanan | Produk Hukum | Data Pejabat | Pusat Data | Kontak | Webmail | Ganti Password
Menu Utama
Home
Sejarah
Peta
Logo
Visi dan Misi
Tujuan Pembangunan
Strategi Pembangunan
Letak Geografis
Topografi
Iklim
Demografi
Potensi
Pertanian
Perkebunan &
Kehutanan
PERTAMBANGAN DAN ENERGI
Pertambangan
Minyak Bumi dan Gas
Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah penghasil minyak bumi dan gas alam, bahkan potensi migasnya terbilang cukup besar. Hingga tahun 2006 tercatat 65 sumur telah di ekplorasi di 17 lokasi produksi, dengan jumlah produksi gas alam mencapai 250 MMSCF dan produksi minyak bumi sebesar 2.100 BOPD per hari.
Data Potensi Minyak Bumi dan Gas Alam
Jenis Lokasi Potensi
Minyak Mentah Pedataran Subang 169, 5 Juta Barel
Gas Asosiasi Pedataran Subang 718, 7 BCF
Gas Non Asosiasi Pedataran Subang 3218, 1 BCF
Gas CO2 Cikaret + 497 BCF
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Subang
Sumber Daya Mineral
Kabupaten Subang memiliki berbagai jenis sumber daya mineral. Potensi sumber daya pada sektor ini yang paling besar adalah bahan galian C. Dari jenis bahan mineral tersebut yang paling banyak ditambang dan dimanfaatkan adalah jenis bahan galian untuk bahan bangunan seperti batu belah, pasir dan sirtu. Sedangkan jenis bahan galian yang potensial untuk ditambang yang tersebar di beberapa kecamatan adalah sebagai berikut :
Jenis Lokasi Potensi
Pasir Pantai Legonkulon, Pamanukan, Blanakan 210 Juta
Lempung Blanakan, Patokbeusi, Ciasem, Pamanukan, Compreng, Pusakanagara
Lempung dan Trass Pabuaran, Cikaum, Kalijati, Pagaden + 150 Km2
SirtuCipeundeuy, Blanakan, Ciasem, Compreng, Cipunagara, Cibogo,
SubangTersebar di daerah
Aliran sungai
Gypsun Subang +5 Juta m3
Batu Belah Cijambe, Cisalak, Tanjungsiang, Jalancagak, Sagalaherang +2juta m3
Batu Gunung Jalancagak Belum dievaluasi
Pasir Gunung Jalancagak Belum dievaluasi
Pasir Cipeundeuy, Kalijati, Subang, Cijambe +1,2 Milyar M
Puzolan Cijambe, Sagalaherang + 200 Juta M
Perikanan
Pertambangan &
Energi
Peternakan
Keagamaan
Kesehatan
Infrastruktur
Industri
Pariwisata
Objek Wisata
Budaya dan Seni
Rumah Makan
Hotel
Informasi LPSE
Renc. Umum
Pengadaan
Pengumuman Lelang
Pengumuman
Pemenang
Pengumuman Penyedia
Hasil Koreksi Aritmatik
Hasil Evaluasi
Formulir User ID LPSE
Conth Surat
Permohonan
Info LPSE
Info Seputar Pilgub
Tahapan Pilgub 2013
Data Pemilih Pilgub
2013
Logo Maskot Pilgub
Belerang Jalancagak + 20 Juta
Yarosite Jalancagak + 50 juta
Batu Gamping Kalijati, Cijambe Belum dievaluasi
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Subang
Energi
Panas Bumi
Berdasarkan informasi terakhir dari GeoSoft Asia, wilayah Kabupaten Subang memiliki kandungan panas bumi (geothermal) yang sangat potensial. Pemboran geothermal pada kedalaman 400 m dapat menghasilkan sumber panas yang cukup untuk kebutuhan energi listrik. Potensi geothermal di Kabupaten Subang dapat dikembangkan secara optimal sebagai sumber energi.
Sumber Energi Lainnya
Sumber Daya BiomasaBiomasa adalah sumber energi yang berasal dari bahan-bahan nabati, termasuk limbah yang berasal dari manusia dan hewan. Biomasa ini dapat berbentuk padat, cair dan gas. Biomasa masih banyak dipakai terutama daerah pedesaan, diperkirakan sebesar 40 % dari total pemakaian nasional. Di Kabupaten Subang hingga sekarang belum ada data pasti tentang penggunaan biomasa sebagai sumber energi.
Sumber Daya Tenaga SuryaEnergi surya mulai dikembangkan sejak tahun 1960-an, yaitu untuk pemanasan. Indonesia memiliki potensi energi surya yang cukup tinggi, yaitu 4.825 kwh/m2/hari. Secara akumulatif, bila seluruh potensi dimanfaatkan, akan mencapai 9,63 x 106 MW jika diperhitungkan luas daratan Indonesia 2 juta kilometer persegi atau 0,1 % dari luas Indonesia, maka Kabupaten Subang secara potensial memiliki energi surya sebesar 9,63 x 10³ MW
Sumber Daya Tenaga AnginEnergi angin mulai dikembangkan di Indonesia sejak awal tahun 1970-an oleh LAPAN. Pengembangan tenaga angin sampai sekarang ini terutama untuk pembangkit tenaga listrik skala kecil untuk memompa air laut ke tambak garam, dan untuk aerasi tambak udang. Kecepatan angin di wilayah Pantai Laut Jawa termasuk wilayah Kabupaten Subang diperkirakan sekitar 4 m/d - 5 m/d. Kecepatan ini diperkirakan mampu untuk memutar turbin angin skala kecil.
Sumber Daya Air Bawah TanahPotensi sumber air dapat menunjang keberhasilan pembangunan, meskipun keadaannya sangat tergantung kepada faktor iklim, geologi, morfologi, vegetasi dan tata guna lahan.Pemanfaatan sumber air bawah tanah pada umumnya banyak dimanfaatkan pada daerah yang ada kegiatan industri dengan mengandalkan sumber air tanah sebagai satu-satunya sumber air alternatif. Adapun daerah tersebut antara lain wilayah Kecamatan Pabuaran, Cipeundeuy dan Patokbeusi. Potensi air bawah tanah di Kabupaten Subang
2013
Calon Pilgub 2013
Perhitungan Suara
Info Keuangan Daerah
Ringkasan APBD 2013
Ringkasan APBD 2012
Informasi Lainnya
Rekruitmen TNI 2013
Artikel
Petunjuk Pengg. LPG
Booklet LPG
Subang Dalam Angka
Home Industri
Info Harga Sembako
Daftar Desa/Kel Binaan
Daftar SKPD Per RW
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Lokasi Jenis Potensi (m3)
Cekungan CiaterAir dangkal
Air tanah dalam± 1,7 milyar± 4 milyar
Cekungan RanggawulungAir dangkal
Air tanah dalam± 1,5 milyar± 3 milyar
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kab. Subang
Copyright © 2010 Pemerintah Kabupaten Subang - Diskominfo
Senin, 25 Pebruari 2013 English | Sunda
:: Menu Utama Sumber Daya Alam
Energi
Pada sektor energi terutama mengenai kelistrikan, masih banyak daerah-daerah yang sampai saat ini belum tersentuh oleh fasilitas penerangan listrik terutama daerah-daerah Garut Selatan. Hal ini disebabkan kondisi topografi yang kurang memungkinkan dapat dijangkau oleh PLN. Di sisi lain, Kabupaten Garut mendapatkan penyinaran matahari yang relatif stabil sepanjang tahun dengan kondisi yang sedikit lebih tinggi pada musim kemarau, rata-rata potensi radiasi penyinaran matahari mencapai 4,82 kwh/m2 merupakan alternatif energi listrik terutama pada daerah yang sangat sulit dijangkau oleh jaringan listrik PLN.
Energi Panas BumiEnergi panas bumi - uap bertekanan tinggi, kadangkala dengan air panas - adalah sumber energi yang dihasilkan ketika air yang turun dari permukaan bumi bertemu dengan magma berkadar panas sangat tinggi dari perut bumi. Daerah sekitar gunung berapi biasanya paling banyak menghasilkan energi panasbumi. Jika keadaannya tepat, yaitu terdapat batuan penyekat di mana terdapat air dan uap, maka terjadilah reservoar seperti reservoar minyak bumi dan gas alam yang dapat diproduksi dengan membor sumur. Uap tersebut naik ke permukaan bumi dengan kekuatan yang sangat dasyat ketika tekanan atmosfir berkurang dan uap mengembang. Pengembangan uap tersebut akan menggerakan turbin, yang kemudian menggerakan generator, yang kemudian menghasilkan tenaga listrik. Uap tersebut akan dicairkan kembali dimenara pendingin cairan tersebut diinjeksikan kembali kedalam tanah dan siklus energinya akan berdaur ulang.
Indonesia dikenal sebagai negeri The Ring of Fire. Lebih dari 200 gunung berapi terdapat di sepanjang pulau Sumatera, Jawa, Bali dan kepulauan bagian timur Indonesia. Dalam jaringan ini terdapat potensi energi panas bumi dalam jumlah yang melimpah ruah sekitar lebih dari 20.000 MW. Jumlah ini setara dengan enam milyar barel minyak bumi, cukup besar untuk memenuhi 10% dari permintaan tenaga listrik nasional tahun-tahun mendatang. Kabupaten Garut tercatat memiliki potensi sumber daya alam panas bumi Darajat dengan "reserve" energi panas bumi sebesar 350 MW.
Kabupaten Garut memiliki potensi energi panas bumi cukup besar yang diperkirakan mencapai total 1045 MW(Mwe). Sumber energi panas bumi dapat dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai energi terbarukan, panas bumi dapat diandalkan sebagai pasokan jangka panjang. Disamping pembangkit tenaga listrik, energi ini dapat dimanfaatkan untuk pengeringan hasil pertanian, pengawetan hasil perikanan dan pariwisata. Pengusahaan secara komersial pemanfaatan langsung baru sebatas untuk terapi dan rekreasi seperti di Cipanas, sedangkan pemanfaatan tidak langsung untuk pembangkit listrik baru dikembangkan di daerah Darajat (350 MW). Hal ini tentu saja menjadikan peluang untuk pengembangan di masa mendatang.
Potensi Pengembangan Energi Panas Bumi
No LokasiInstall PLTP (Mwe)
Energy Potensial
Resources(Sumber Daya)
Reserve (Cadangan)Total
Speculative Hypothetic Possible Probable Proven
1 Cilayu - 100 - - - - 100
2 Ciarinem - 25 - - - - 25
3 G. Papandayan - 225 - - - - 225
4G. Guntur Masigit - - 70 - - 70
5 Darajat 125 - - 70 280 350
6 G. Talaga Bodas - - 75 120 80 - 275
TOTAL 125 425 620 1045
Sumber : Dinas SDAP Kabupaten Garut
Proyek panas bumi Darajat dimulai pada tahun 1984 ketika Amoseas menandatangani Join Operation Contract (JOC) dengan Pertamina dan Energy Sales Contract (ESC) dengan PLN untuk membangun sumber panas bumi di Garut Jawa Barat. Hingga saat ini terdapat tiga unit pembangkit tenaga panas bumi Darajat, sebagai berikut :
1 Darajat Unit I
Dioperasikan oleh PT. Indonesia Power
Kaspasitas Generator 55 MW
Tekanan Turbin 10 Bara
Konsumsi Uap Spesifik 1.84 kg/s/MWe
2 Darajat Unit II
Dioperasikan oleh CTEI
Kaspasitas Generator 90 MW
Tekanan Turbin 13.8 Bara
Konsumsi Uap Spesifik 1.69 kg/s/MWe
3 Darajat Unit III
Dioperasikan Oleh CTIE
Kapasitas Generator 110 MW
Energi Sumber Daya Air
Potensi pengembangan energi sumber daya air sungai antara lain terdapat di Cibatarua kecamatan Pamulihan, Cirompang kecamatan Bungbulang dan Cimerak kecamatan Cibalong dengan kapasitas antara 19,57 kW- 277,5 kW.
Potensi Pengembangan Energi Sumber Daya Air
No Lokasi Kecamatan Sungai Kapasitas Kebutuhan
Data Teknis
Debit AirJatuhan
AirSaluran
pembawa
(Gross head)
(head race)
1 Bojong Boled,Desa Garumukti
Pamulihan Cibatarua 277,5 65 2 m3 /detik
22,5 m 8 m
2 Curug Karihkil, DusunHanjawarak, Desa Mekar Bakti
Bungbulang Cirompang 19,57 kW 107 rmh 0,4 m3/detik
8,3 m ± 80 m
3 Curug Lengkong, DusunLengkong,Desa Sagara
Cibalong Cimerak 32,91 kW 216 rmh 0,35 m3 /detik
16,2 m 675 m
4 Ciangkrong, Desa Garumukti
Pamulihan Cibatarua 232 kW 60 rmh 2 m3 /detik
19 m 10 m
5 Leuwi Mobil, Desa Mekar Bakti
Bungbulang Cirompang 25,65 kW 170 rmh 0,75 m3 /detik
6 m 162
6 Kombongan, Desa Pakenjeng
Pamulihan Cibatarua 157,83 kW
165 rmh 0,5 m3 /detik
51 m 16,7 m
Data : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat
Perubahan akhir : 09/01/2013Pencarian
NavigasiHalaman Utama
Sekilas Garut
Khas Daerah
Pemerintahan
Sumber Daya Alam
Sosial Budaya
Ekonomi
Infrastruktur
Politik
Interaksi
Sub Domain
Serba-Serbi
Direktori
Angkutan UmumATM/Bank/AsuransiBiro Jasa UmumInstansi PemerintahJasa WisataKantor PelayananKeagamaanLayanan TelematikaLayanan UmumOrganisasi MasyarakatPerbelanjaanProdusen Produk KhasSarana KesehatanSarana PendidikanWeb/BlogAgenda , 02/2013
February 2013
Su Mo Tu We Th Fr Sa
1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28
Stats SitusIP Address : 114.79.13.56
Tautan PilihanGalleryMCAP
Hak Cipta © 2009 Pemerintah Kabupaten GarutJl. Pembangunan No. 185, Tarogong Kidul Garut 44151 — Jawa Barat — Indonesia
Tlp. +62 0262 232225 — Fax. +62 0262 232225 — email:webmaster(at)garutkab.go.idDikelola oleh Bagian Informatika — Sekretariat Daerah Kabupaten Garut.
Inovasi Online, Majalah Inovasi, PPI Jepang Beranda Profil Baca Unduh Panduan Penulisan Sangkalan Kirim Tulisan Kontak Kami
Potensi Pengembangan Energi dari Biomassa Hutan di Indonesia
Ditulis oleh Ika Heriansyah ukuran huruf Cetak E-mail
Beri penilaian 1 2 3 4 5
(4 suara)
Pendahuluan
Pengembangan sumber energi dapat diperbaharui, termasuk biomassa, merupakan fundamental bagi kesinambungan ketersediaan energi masa depan. Biomassa dapat memainkan peranan penting sebagai sumber energi yang dapat diperbaharui, yang berfungsi sebagai penyedia sumber karbon untuk energi, yang dengan menggunakan teknologi modern dalam pengkonversiannya dapat menjaga emisi pada tingkat yang rendah. Di samping itu, penggunaan energi biomassa pun dapat mendorong percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan perlindungan tata air. Secara general, keragaman sumber biomassa dan sifatnya yang dapat diperbaharui dapat berperan sebagai pengaman energi di masa mendatang sekaligus berperan dalam konservasi keanekaragaman hayati.
Biomassa dapat digunakan untuk menyediakan berbagai vektor energi, baik panas, listrik atau bahan bakar kendaraan. Namun demikian, energi biomassa dapat berasal dari berbagai sumber daya dan mungkin juga rute konversi yang beragam, sehingga dapat menimbulkan pemahaman yang kompleks dalam implikasinya. Sejumlah isu memerlukan klarifikasi dalam rangka memahami potensi biomass sebagai sumber energi yang berkesinambungan: mengenai sumber daya dan ketersediaannya, aspek logistik, biaya-biaya rantai bahan baker, dan dampaknya terhadap lingkungan. Di sisi lain juga timbul pertanyaan berapa kuantitas residu yang dapat digunakan dari suatu sumber biomassa, dimana dan bagaimana harus dikembangkan, apa dan bagaimana kebutuhan infrastruktur harus dipenuhi, kesemuanya memerlukan pertimbangan yang seksama.
Tulisan singkat ini akan memaparkan potensi pengembangan biomassa hutan sebagai bahan substitusi minyak bumi dan kontribusinya kepada pengurangan emisi CO2 di Indonesia.
2. Status Implementasi Bioenergi
Peningkatan konsumsi bahan bakar fosil menyebabkan peningkatan emisi yang pada gilirannya akan menimbulkan pemanasan global yang berpengaruh nyata terhadap pola hidup dan kehidupan manusia. Dengan demikian penggunaan energi yang terbarukan, dalam hal ini bioenergi perlu terus dikembangkan.
Penggunaan biomassa untuk listrik (bioelectricity) di Indonesia masih sangat jarang ditemukan. Beberapa diantaranya telah dikembangkan oleh PT. Ajiubaya di sebagian kecil wilayah Kabupaten Sampit, Kalimantan Timur, dengan kapasitas 4 - 6 MW, dan juga beberapa instalasi Bioner-1 (gasifikasi biomassa yang dikoneksikan pada mesin diesel yang dapat digunakan untuk power generating, pompa dan mesin penggiling) yang dikembangkan oleh PT. Boma Bisma Indra dengan kapasitas sekitar 18 kW juga dimanfaatkan dibeberapa wilayah di Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi Utara [5, 8].
Beberapa perusahaan industri, baik milik pemerintah maupun swasta juga telah memulai penggunaan bioenergi sebagai pembangkit listrik, energi mekanik dan energi panas. Utami (1997) dalam Boer et al [1] melaporkan bahwa Indonesia telah mempunyai sekitar 50 unit gasifikator dengan kapasitas antara 15-100 kW/unit atau total kapasitas sekitar 2.200 kW. Sebagai tambahan, sekitar 200 unit biogas (diproduksi dari biomassa melalui proses fermentasi anaerobic) juga telah dimanfaatkan dibeberapa daerah pedesaan dengan kapasitas 4 - 15 m3.
3. Prospek Implementasi Bioenergi
Masih banyaknya wilayah yang belum menikmati listrik negara ataupun swasta, dan belum optimalnya pemanfaatan biomassa merupakan prospek yang sangat besar dalam implementasi bioenergi.Sisa pemanfaatan kayu merupakan sumber potensial bagi pembangkit listrik tenaga biomassa. Biomassa yang belum dimanfaatkan
tersebut sebagian besar bersumber dari sisa pembalakan, konversi lahan hutan, maupun dari perkebunan rakyat. Rachman [7] melaporkan bahwa sisa pembalakan dari hutan alam sekitar 46%, yakni 8% dari tunggak, 20% dari log yang rusak dan sisa cabang sampai diameter 10 cm sebanyak 18%. Berdasarkan produksi log rata-rata tahunan dari hutan alam sebesar 22 juta m3 saja, dapat dihitung besaran biomassa yang ditinggalkan di lapangan tanpa adanya pemanfaatan. Sebagai contoh, menurut Triono (1999) dalam Rachman [7] jumlah sisa pembalakan di Provinsi Jambi antara periode 1995/96-1998/99 mencapai angka 110.000 - 350.000 m3 per tahunnya.
Di samping residu biomassa dari hutan alam, residu biomassa dari hutan tanaman juga berpotensi besar sebagai sumber energi, dimana program pemanfaatannya bisa diintegrasikan dengan kegiatan lain berbasis sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan. Dalam implementasi- nya, program pengembangan bioenergi di daerah sekitar hutan ini selain berkontribusi dalam peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat yang umumnya berpenghasilan rendah, juga dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif untuk tujuan pengelolaan hutan berkelanjutan.
Heriansyah dan Kanazawa [3] melaporkan bahwa residu biomassa dari kegiatan pemanenan akhir di hutan tanaman jumlahnya mencapai 20% untuk hutan tanaman yang dijarangi dan 35% dari hutan tanaman tanpa penjarangan. Besaran tersebut belum termasuk biomassa cabang dan ranting, atau residu biomassa dari kegiatan penjarangan. Laporan lain dalam Boer et al. [1], menyebutkan bahwa produksi biomassa hutan tanaman adalah 8-25 ton/ha/tahun.
Dengan limpahan residu dari biomassa hutan yang sangat besar, maka implementasi energi biomassa memiliki prospek yang besar. Di samping itu pemanfaatan biomassa menjadi energi pun dapat mengurangi emisi CO2 baik dari respirasi akibat dekomposisi maupun dari kemungkinan kebakaran, serta berkontribusi besar pada penurunan penggunaan bahan bakar fosil yang semakin langka dan mahal.
4. Teknologi Konversi Biomassa Menjadi Energi
Semua material organik mempunyai potensi untuk dikonversi menjadi energi. Biomassa dapat secara langsung dibakar atau dikonversi menjadi bahan padatan, cair atau gas untuk menghasilkan panas dan listrik (Gambar 1). Beberapa pilihan teknologi konversinya adalah sebagai berikut:
a. Konversi biomassa pada ketel uap modern
Biomassa dibakar pada ketel uap modern untuk menghasilkan panas, listrik atau kombinasi panas dan tenaga. Sistem ini secara komersial telah banyak digunakan di Amerika Serikat, Australia, Finlandia dan German, walaupun secara tipikal hanya menghasilkan 20% energi jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Gambar 1. Mata rantai konversi biomassa menjadi energi panas, listrik, dan bahan bakar kendaraan
b. Proses anaerobik
Merupakan proses biologi yang konversi biomass baik padatan maupun cair menjadi gas tanpa oksigen. Gas yang dihasilkan didominasi methane dan CO2. Hasil ikutan berupa kompos dan pupuk untuk pertanian dan kehutanan. Teknologi ini telah dikembangkan secara komersial di Europa dan Amerika utara.
c. Gasifikasi Biomassa
Gasifikasi merupakan konversi dengan menggunakan parsial oksidasi pada suhu karbonisasi sehingga menghasilkan bahan bakar gas dengan level panas berkisar antara 0,1-0,5 dari gas alam, tergantung proses gasifikasi yang digunakan. Konversi ini lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan dengan pembakaran langsung, bersih, dan efisien dalam pengoperasian. Produk dari gasifikasi ini dapat juga di-reform untuk menghasilkan methanol dan hydrogen. Teknologi ini sedang dalam awal komersial.
d. Pyrolysis Biomassa
Pyrolysis merupakan pendegradasian panas pada biomassa tanpa oksigen, untuk menghilangkan komponen volatile pada karbon. Hasil dari proses ini selalu dalam bentuk gas, dan hasil penguapannya dapat menghasilkan bahan bakar cair dan padatan sisa. Bahan bakar cair ini dapat menghasilkan panas dan listrik apabila dibakar dalam ketel uap, mesin atau turbin. Produk lain dari proses pyrolysis ini adalah berupa arang dan bahan kimia. Teknologi konversi pyrolysis biomassa ini telah demonstrasikan di Europa selama 3 tahun, dari tahun 2002 - 2005.
e. Pembuatan arang
Penyiapan lahan baik pertanian maupun HTI (Hutan Tanaman Industri) seringkali dengan cara pembakaran, selain beresiko kebakaran dan gangguan pernafasan, cara inipun dapat menstimulus pemanasan global akibat peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer. Dengan mengkonversinya menjadi arang tentunya dapat meminimalkan emisi, pun menambah penghasilan masyarakat. Selain digunakan sebagai sumber panas, arang pun dapat digunakan sebagai kondisioner tanah untuk mempercepat terjadinya simbiotik antara akar dengan mikoriza, yang berkontribusi pada percepatan pertumbuhan tanaman dan penyerapan emisi CO2 di atmosfir.
Dalam hubungannya dengan peningkatan karbon sequestrasi, konversi biomassa menjadi arang merupakan salah satu pilihan bijak yang efektif dan efisien, karena karbon pada arang dapat disimpan dalam durasi yang lama dibanding dengan karbon pada bentuk kayu [6].
5. Pengembangan Energi Biomassa
Penggunaan bahan bakar biomassa atau kayu sebagai bahan pensubstitusi bahan bakar fosil merupakan salah satu peranan penting hutan. FAO mengestimasi bahwa penggunaan biomassa di negara berkembang berkontribusi sekitar 15% dari total biaya energi yang diperlukan [2].Pada tahun 2000, sekitar 18,4 GW energi biomassa telah diinstalasi di negara-negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and Development), yang terdiri dari negara-negara di Amerika Utara, Europa dan Pasifik [4]. Amerika Serikat mendominasi 7.4 GW, salah satunya dikembangkan di Wisconsin oleh Northern States Power Co. dengan kapasitas 75 MW.Finlandia merupakan negara yang memiliki instalasi energi biomassa terbanyak dengan proporsi sekitar 8% dari total negara-negara anggota OECD. Dengan luas areal dan potensi hutan yang jauh lebih besar dari Finlandia (24.4 juta ha), Indonesia memiliki prospek pengembangan energi biomassa yang potensial dan kompetitif.Terkait dengan kelangkaan bahan bakar minyak serta besarnya potensi pengembangan energi biomassa di Indonesia, maka dalam proses pengembangannya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengembangan energi dari biomassa perlu didukung teknologi konversi yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan.b. Pasar yang kompetitif perlu diciptakan sehingga residu biomassa dari kehutanan dapat dimanfaatkan optimal, tanpa berefek
negatif pada keberlanjutan eksploitasi.c. Pengembangan bioenergi dari biomassa harus diintegrasikan dengan kebijakan terkait dari sektor energi, lingkungan, pertanian,
dan kehutanan, sehingga terjadi insentif yang merangsang pertumbuhan dari semua sektor yang diintegrasikan.d. Kebijakan yang dibuat harus berjangka panjang untuk merangsang investasi, dan pemerintah harus menetapkan target dan
ukuran kebijakan yang menguntungkan semua pihak.e. Kontinuitas penelitian, pengembangan, desiminasi, dan demonstrasi terhadap tipe/jenis biomassa, manajemen, serta teknologi
konversinya, sehingga efektif dan efisien secara ekonomi dan ramah lingkungan dari sisi ekologi.
Disamping iklim usaha yang kompetitif, pengembangan energi dari biomassa yang berkesinambungan secara ekonomi, lingkungan dan sosial, harus pula memperhatikan beberapa kriteria berikut:
a. Biomassa yang digunakan harus berasal dari sumber yang dapat diperbaharui yang dikelola dengan manajemen yang berkelanjutan.
b. Biaya-biaya proses harus dijaga rendah untuk memastikan efisiensi ekonomi.c. Bahan input lain yang dipergunakan dalam rantai teknologi konversi yang berasal dari sumber yang tidak dapat diperbaharui
harus tetap rendah untuk menekan tingkat emisinya dan dengan tetap menggunakan teknologi konversi terbaik.d. Rancangan pengembangan bioenergi harus bermanfaat bagi pembangunan masyarakat secara luas.
6. Penutup
Energi berbasis biomassa berpotensi besar dalam mendukung pasokan energi yang berkelanjutan di masa mendatang. Meskipun demikian, pengembangannya harus dirancang sedemikian rupa sehingga berefek positif terhadap pembangunan sosial ekonomi masyarakat dan di pihak lain juga tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.Semua teknologi konversi biomassa menjadi energi bisa diterapkan di Indonesia, dengan pengembangan disesuaikan dengan besaran supply biomassa, teknologi yang telah dikuasai, ketersediaan anggaran dan jenis produk yang dibutuhkan pasar di masing-masing daerah. Alternatif teknologi konversi dalam mengantisipasi kelangkaan BBM misalnya, akan lebih tepat bila teknologi gasifikasi dan proses anaerobik yang diterapkan; selain lebih efisien, produknya pun berupa bahan bakar gas yang dapat digunakan sebagai sumber panas, listrik dan bahan bakar kendaraan.Kebijakan pemerintah yang komprehensif dan terintegrasi dengan sektor terkait juga perlu dirancang guna merangsang iklim investasi yang kondusif dan kompetitif.Pengembangan energi berbasis biomassa sebagai energi yang dapat diperbaharui pada akhirnya akan mampu mensubstitusi bahan bakar fosil dengan kuantitas besar, yang pada gilirannya akan mereduksi jumlah CO2 yang diemisikan ke atmosfir.Dalam konteks global, untuk mereduksi gas rumah kaca dalam jangka panjang, pasokan biomassa yang stabil dan berkelanjutan
merupakan tuntutan mutlak bagi pengembangan energi biomassa. Dengan demikian struktur insentif dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan perlu diciptakan secara kompetitif.
7. Daftar Pustaka
1. Boer, R., Masripatin, N., June, T., and Dahlan, E.N. 2001. Greenhouse Gas mitigation Technologies in Forestry Sector: Status, Prospects and Barries of Their Implementation in Indonesia. UNDP-Climate Change Enabling Activity Project.
2. FAO. 1999. Prevention of land degradation, enhancement of carbon sequestration and conservation of biodiversity through land use change and sustainable land management with a focus on Latin America and The Carribean. International Fund for Agricultural Development, FAO, Rome.
3. Heriansyah, I and Kanazawa, Y. 2005. Potential production of Acacia mangium Wild. forests at harvest age under different condition in Indonesia. Proceeding of the 14th Indonesian Scientific Conference in Japan.
4. International Energy Agency. 2002. World Energy Outlook 2002. IEA publications. France.5. Martono, R.W. 1998. Kajian keekonomian pembangkit listrik gasifikasi Bioner-1. Prosiding Konferensi Energi, Sumberdaya
Alam dan Lingkungan, BPPT. Jakarta.6. Pari, G., Roliadi, H., Miyakuni, K. and Ishibashi, N. 2005. Trial on some charcoal production methods for the enhancement of
carbon sequestration in Indonesia. Proceeding of the 2nd workshop on Demonstration Study on Carbon Fixing Forest Management in Indonesia. Forestry Research and Development Agency and Japan International Cooperation Agency. Bogor.
7. Rachman, O. 2000. Small-Log Utilization. Proceeding of Expose of Research Results of International Cooperation Projects. Forestry and Estate Crops Research and Development Agency. Jakarta.
8. Ridlo, R., B. Sucahyo dan Shaffriadi. 1998. Bioner-1, gasifikasi gambut dan biomassa untuk listrikdan pompanisasi air. Prosiding Konferensi Energi, Sumberdaya Alam dan Lingkungan, BPPT. Jakarta.